STUDI KOMPARASI VARIASI KONFIGURASI JEMBATAN CABLE STAYED AKIBAT BEBAN DINAMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMPARASI VARIASI KONFIGURASI JEMBATAN CABLE STAYED AKIBAT BEBAN DINAMIK"

Transkripsi

1 STUDI KOMPARASI VARIASI KONFIGURASI JMBATAN CABL STAYD AKIBAT BBAN DINAMIK COMPARATIV STUDY OF CONFIGURATION VARIATION OF CABL STAYD BRIDG DU TO DYNAMIC LOADS Mohammad Syarif Al huseiny, MT. *mail: 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Perjuangan Tasikmalaya Abstrak Seiring dengan kemajuan teknologi material dan teknologi komputer, perkembangan teknologi jembatan cable stayed bentang panjang berkembang sangat pesat. Analisis dan perencanaan struktur jembatan cable stayed telah banyak dilakukan, tetapi belum diperoleh metode analisis dan perencanaan struktur yang dijadikan sebagai landasan. Hal ini mendorong perlunya dilakukan analisis dan perencanaan struktur jembatan cable stayed dengan menggunakan pemodelan struktur 3 dimensi. Dengan menggunakan software aplikasi Midas Civil pada optimasi bentuk geometri struktur jembatan cable stayed akibat beban gempa statik dan dinamik dengan dukungan data perancangan yang sesuai peraturan yang berlaku, sehingga diperoleh perilaku konfigurasi struktur jembatan cable stayed yang mencerminkan sifat dan karakteristik masing-masing model struktur jembatan cable stayed akibat pembebanan dan pemodelan struktur yang berbeda. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi literatur, pemodelan struktur dengan Midas Civil, analisis nonlinies statik, analisis dynamik. Analisis dinamik dilakukan dengan Time History Analysis dengan menggunakan tiga data gempa yang berbeda untuk mempresentasikan tipe eksitasi yang berbeda. Kata kunci Jembatan Cable stayed, Nonlinier analisis, Time History Analisys Abstract- Along with the advances of both materials technology and computer technology, the development of long span cable stayed bridge technology is growing very rapidly. Analysis and planning of its structure has been done, but method of analysis and structural planning as the foundation has not been found yet. This led to the need for analysis and planning of its structures by using 3 dimensional structure modeling. By using Midas Civil application software on optimizing of geometry shape of the structure due to static and dynamic earthquake load with the support of design data along with the applicable regulations, thus its configuration structure characteristic is obtained which reflects the properties and characteristics of each model due to the loading and modeling of different structures. The method used in this research is literature study, structural modeling with Midas Civil, static nonlinear analysis, and dynamic analysis. Dynamic analysis was performed with Time History Analysis using three different earthquake data to present different types of excitation. Keywords - Cable stayed, nonlinear analysis, Time History Analysis I. PNDAHULUAN Jembatan Cable Stayed adalah suatu sistem dan jenis jembatan yang sedang populer di Indonesia. Mulai dari Jembatan Barelang di Batam. Proyek Jembatan Cable Stayed Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak. Kemudian Jembatan cable Stayed Siak IV. Tidak lupa Jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau madura. Seiring dengan kemajuan teknologi material dan teknologi komputer, 8

2 perkembangan teknologi jembatan cable stayed bentang panjang dewasa ini sangat pesat. Jembatan cable stayed merupakan pilihan utama untuk jembatan bentang panjang karena desain geometri struktur jembatan cable stayed menghasilkan struktur yang relatif sangat ringan dan ekonomis. Selain itu jembatan cable stayed juga lebih kaku dibanding dengan jembatan gantung. Berbeda dengan jembatan gantung (suspended bridege) jembatan cable stayed menahan masing masing dek dengan sebuah kabel yang langsung dihubungkan dengan tower (pylon). Sedangkan jembatan gantung kabel tersebut berhubungan dengan kabel penggantung yang kemudian diteruskan ke tower. Salah satu kesulitan dalam design cable stayed adalah karena sifat nonlinier dari struktur dibawah pengaruh desain beban normal. Mengingat kondisi wilayah Indonesia yang terletak di daerah rawan gempa, maka perlu dilakukan usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa terutama pada struktur. Pada struktur jembatan cable stayed, stabilitas struktur kabel sangat bagus dalam menerima beban gempa. Tapi stabilitas pylon sangat penting diperhatikan akibat beban gempa. Hal ini jarang diperhatikan padahal seperti disebutkan sebelumnya Indonesia termasuk daerah rawan gempa. maka pemodelan dek dapat dilakukan dengan metode shell. Jembatan cable stayed adalah salah satu jembatan yang memiliki struktur lantai kendaraan pada satu atau beberapa titik digantung secara elastik pada kabel. Jembatan ini menggunakan sistem kabel sebagai salah satu tumpuannya. Jembatan ini semakin populer seiring kemampuannya mengatasi bentang yang panjang. Kekhususan jembatan ini ditandai dengan daya tarik estetika, penggunaan material struktur secara lebih efisien dan kecepatan cara kerja konstruksinya dan elemen struktural yang dimensinya relatif semakin kecil. lemen struktur jembatan jembatan cable stayed yang penting adalah kabel, angkur, menara dan dek. A. Kabel Kabel merupakan bagian jembatan cable stayed yang menahan gaya tarik, kabel ini harus terhindar dari fatigue dan diproteksi terhadap korosi, terutama pada lingkungan yang agresif. Gambar 1. Penampang kabel untuk jembatan cable stayed II. TINJAUAN PUSTAKA Jembatan cable stayed analisis statik strukturnya dapat mengunakan beberapa tipe idealisasi, baik itu 2 dimensi maupun 3 dimensi. Untuk melakukan pendekatan idealisasi tersebut maka diperlukan pemodelan struktur berdasarkan material bahan yang digunakan. Bila menggunakan rangka baja sebagai struktur dek maka dek diidealisasikan sebagai sebuah struktur frame, sedangkan bila dek yang digunakan menggunakan bahan beton bertulang Untuk elemen kabel dianggap sebagai komponen elastik, dimodelkan seperti gambar 2 dibawah. Maka hubungan antara proyeksi elemen dan gaya kabel pada tiap ujungnya adalah: Dimana Ti dan Tj adalah Gaya tarik di kedua titik node elemen. Rumus diatas mengasumsikan bahwa kabel fleksibel 9

3 sempurna dan hukum Hooke bisa diaplikasikan terhadap material. Gambar 2. Tipe Susunan kabel Gambar 2. Pemodelan Kabel Rumus diatas dapat ditulis kembali untuk Lx dan Ly: B. Menara Menara adalah komponen jembatan cable stayed yang berfungsi sebagai tumpuan dan rangkaian kabel. Desain menara menunjukkan estetika dari jembatan cable stayed, maka perancang harus memilih proporsi dan bentuk yang baik. Sebagian besar menara dibuat dari beton karena relatif lebih murah dan mudah dibentuk dibandingkan dengan baja. Dimana F adalah flexibility matrix. Matriks kekakuan didapat dengan invers dari F. Pemilihan jumlah dan susunan kabel berpengaruh terhadap dimensi gelagar dan menara serta metode pelaksanaan struktur jembatan cable stayed. Sistem penataan kabel dapat berupa sistem harp (harpa) dimana kabel dipasang sejajar dan disambungkan ke menara dengan ketinggian yang berbeda beda satu sama lain, sistem radiating dimana kabel dipusatkan pada ujung atas menara dan disebar sepanjang bentang pada gelagar, sistem fan (kipas) dimana kabel disebar pada bagian atas menara dan pada dek sepanjang bentang yang menghasilkan kabel tidak sejajar dan sistem star dimana kabel tersebar sepanjang gelagar. Gambar 2 memberikan ilustrasi dari beberapa sistem penataan kabel jembatan cable stayed. Gambar 3. Beberap tipe menara Menara tipe A ini mempunyai kekakuan lateral yang lebih besar dibandingkan tipe lainnya. Kaki menara dapat disatukan di bawah dek (Gambar II.4 (c)). Penggunaan menara dengan bentuk A pada daerah dengan kecepatan angin yang tinggi adalah solusi optimal dari segi penampilan dan stabilitas aeroelastik. C. Nonlinearitas Pada Jembatan Cable-Stayed Jembatan cable stayed merupakan struktur yang kompleks sehingga mempunyai efek nonlinieritas yang cukup berpengaruh baik material maupun geometri dibawah pembebanan statis maupun dinamis. Nonlinearitas material ditandai dengan adanya elemen elemen struktur yang berdeformasi melampaui 10

4 daerah elastisnya. Sedangkan nonlinearitas geometri terjadi sekalipun perilaku material masih berada dalam daerah linear elastis dan beban yang terjadi masih dibawah beban normal. Nonlinearitas geometri ini terjadi akibat: 1. Perilaku nonlinear antara gaya aksial versus perpanjangan pada kabel yang berinklinasi dibawah level beban tarik yang berbeda karena adanya defleksi awal akibat berat sendiri kabel (sag effect) 2. Kombinasi beban aksial dan momen lentur pada gelagar dan menara (P effect) 3. Perpindahan besar (large displacement), yang terjadi akibat perubahan geometri struktur. D. fek Sagging Berat sendiri kabel menyebabkan terjadinya deformasi sepanjang kabel yang cukup besar sehingga mengurangi kekakuan kabel. Rendahnya kekakuan kabel untuk menahan beban lentur mengakibatkan kabel hanya dapat mengimbangi beratnya sendiri dengan mengambil bentuk rantai yang digantung (catenary) diantara dua tumpuan dengan inklinasi tertentu. Penyelesaian yang ditawarkan oleh H. J. rnst untuk masalah sagging ini adalah dengan memodelkan suatu idealisasi modulus elastisitas yang dianalisis dan perubahan bentuk geometri kabel akibat pertambahan gaya tarik. Gambar II.6 mengilustrasikan seutas kabel dengan modulus = yang memiliki perletakan sendi di ujung kiri dan perletakan rol diujung kanan. Dengan bertambahnya gaya N menuju tidak berhingga, bentuk dan kabel mendekati garis lurus dan titik B berpindah ke B sehingga perpanjangan kabel di ujung rol ini adalah s = l 1 s. Jika gaya tarik bertambah dan N menuju N 1 = N + N, maka perpanjangan menjadi s = s s 1. Dan perpanjangan ini dapat didefinisikan suatu asumsi regangan kabel sebagai f dengan modulus elastisitas f = / f. Sedangkan modulus elastisitas kabel dan hubungan teganganregangan adalah e dengan regangan e. Dari dua fenomena ( f dan e ) ini dapat dihitung sebuah idealisasi modulus elastisitas i, yang memenuhi kondisi keduanya secara simultan sebagai berikut: i dengan e f e (2.3.1) e (2.3.2) f dimana f = modulus elastisitas gravitasi dan e = modulus elastisitas Hookean. Subtitusi persamaan (2.3.1) kedalam persamaan (2.3.2) akan menghasilkan persamaan sebagai berikut: i f e f e (2.3.3) 1 f e f / e 11

5 mempengaruhi gaya tarikan kabel, maka besar tegangan dan modulus ekivalen yang terjadi pada kabel juga berubah. III. MTOD PNLITIAN Dalam Penelitian ini digunakam model jembatan sebagai berikut: Gambar 4. Perilaku kabel yang dipasang miring pada tumpuan sederhana Jika rasio f/s dan Gambar II.6 cukup kecil (kurang dan 1/12), maka struktur catenary dapat diasumsikan sebagai parabola. Sehingga H. J. rnst mengasumsikan satu harga modulus f sebagai berikut: 3 12 f l 2 (2.3.4) Subtitusi persamaan (2.3.4) ke dalam persamaan (2.3.3) memberikan idealisasi modulus elastisitas kabel dengan panjang horisontal, l dan gaya tarik, sebagai berikut: e i 2 l 1 3 e 12 (2.3.5) Tipe jembatan Jembatan Cable stayed dengan tiga bentang menerus Panjang Jembatan L = 100 m m m Lebar Jembatan B = 15 m (2 Jalur) = 420 m Gambar 5. Struktur jembatan cable stayed Untuk Kemudian dibuat 6 model dengan variasi konfigurasi struktur. Bentuk pylon A dan bentuk pylon H masing masing dengan 3 variasi bentuk kabel. Konfigurasi kabel yang digunakan adalah Fan System, Harp System, dan modified fan system. dimana i, = modulus ekivalen (idealisasi); e = modulus elastisitas dari hubungan tegangan regangan; l = panjang proyeksi kabel dengan inklinasi tertentu ke bidang horisontal; = kerapatan massa kabel; = tegangan yang terjadi pada kabel. Persamaan (2.3.5) menunjukkan bahwa modulus ekivalen (idealisasi) juga merupakan fungsi dari tegangan yang terjadi pada kabel. Jika jenis dan besar pembebanan pada struktur 12

6 Gambar 10. Bentuk Pylon yang digunakan.. Gambar 6. Dimensi Menara A. Tahapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk geometri paling efektif dalam menerima beban dinamik. Maka perlu dilakukan beberapa pemodelan struktur yang kemudian result dari analisis dibandingkan untuk mendapatkan konfigurasi bentuk paling optimum. Adapun langkah langkahnya lebih lengkap dijelaskan dengan flow chart berikut: Gambar 7. Penempatan kabel fan system. Gambar 8. Penempatan kabel Harp system. Gambar 9. Penempatan kabel Modified fan system. Digunakan tiga beban time history dengan karakter yang berbeda untuk 13

7 analisys ini, yaitu Bhuj, l Centro dan Uttarkashi Gambar 11. Bagan Alir Analisis dengan MIDAS Civil. B. Definisi dari Material dan Profil Penampang IV. HASIL DAN PMBAHASAN A. Pemodelan Struktur dengan MIDAS CIVIL Dalam analisis jembatan cable stayed, bagian terpenting adalah pemodelan struktur. Untuk akurasi hasil, pemodelan dari masing masing komponen struktur harus merefleksikan gaya yang sebenarnya dan propertis geometrikalnya. Masing masing komponen dari jembatan seperti dek, menara, kabel, dll harus dimodelkan sesuai dengan gaya yang sebenarya mereka alami. Seperti komponen kabel dimodelkan sebagai truss karena sebagian besar menerima beban aksial. Bab dan subbab yang digunakan dalam penulisan tidak boleh lebih dari tiga tingkatan. Semua bab dan sub bab (heading) ditulis dengan ukuran font 10 pt. Sebelum dilakukan pemodelan, material dan profil penampang harus didefinisikan terlebih dahulu di program. Berikut adalah material dan penampang yang digunakan pada struktur jembatan ini. Tabel 4.1 Material yang digunakan Untuk kemudian diinput masing masing material tersebut ke dalam program MIDAS Civil. Gambar 12. Profil penampang masing masing komponene struktur. Setelah selesai input material, proses selanjutnya adalah intput profil penampang yang akan digunakan. 14

8 Tabel 4.2 Profil penampang masing masing komponen struktur yang digunakan Load Factor dijelaskan dengan flowchart sebagai berikut. Untuk kemudian diinput masing masing profil penampang tersebut ke dalam program MIDAS Civil. Gambar 13. flowchart untuk kalkulasi initial cable prestress. Gambar 12. Input profil penampang di MIDAS Civil. C. Unknown Load Factor Initial cable prestress, yang diimbangi dengan beban mati, diperkenalkan untuk meningkatkan gaya penampang pada dek dan menara, juga tegangan kabel pada jembatan. Diperlukan banyak iterasi untuk mendapatkan nilai initial cable prestress karena struktur jembatan cable stayed adalah struktur yang sangat tidak menentu. Unknown Load Factor pada MIDAS Civil adalah berdasarkan teknik optimasi, dan digunakan untuk mengkalkulasi faktor meman optimum untuk memenuhi syarat batas tertentu dari struktur. Dan bisa digunakan untuk menghitung initial cable prestress dari jembatan cable stayed. Prosedur kalkulasi dari initial cable prestress untuk jembatan cable stayed dengan menggunakan teknik Unknown Gambar 14. flowchart untuk kalkulasi initial cable prestress. Gambar 15. Input beban untuk perhitungan Unknown Load Factor Gambar 16. Hasil analisis untuk Unkown Load Factor 15

9 Setelah mendapatkan hasil analisi dari Unkwon Load Factor, kemudian kita memberikan kombinasi beban baru dengan menggunakan Unkwon Load Factor. Gambar 20. Hasil analisis, displacement pada ujung menara Gambar 17. Kombinasi beban baru dengan menggunakan Unkown Load Factor D. Review Hasil Analisis 1. Displacement Gambar 21. Hasil analisis, displacement pada tengah bentang utama Gambar 18. Hasil analisis, displacement dari struktur Semi-Harp 2. Shape Mode Analisis akurat frekuensi natural dan mode shape dari jembatan cable stayed sangat penting untuk mendapatkan respon dinamik dari struktur. Sebelumnya analisis modal dilakukan dengan pemodelan struktur 2D dengan sistem truss elemen hingga. Dengan MIDAS Civil analisis bisa dilakukan dengan 3D sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gambar 19. Hasil analisis, displacement dari struktur Harp Gambar 22 Hasil analisis, Shape Mode 1 t=

10 Gambar 23 Hasil analisis, Shape Mode 2 t=1.628 perpindahan dari struktur secara keseluruhan tidak linier dalam menerima beban statis. Walaupun beban tidak berfariasi terhadap waktu tetapi beban yang berbeda berpengaruh pada perbedaan kekakuan struktur. Perioda waktu (time period), frekuensi natural, perpindahan, dan lendutan bisa dilihat pada hasil analisis berikut. Parameter diatas dilihat pada varisi sistem konfigurasi kabel dengan menara tipe A dan tipe H. Gambar 24 Hasil analisis, Shape Mode 3 t= Secara umum, jembatan cable stayed merupakan jenis struktur yang mememiliki efek kecil dari gempa bumi.yang membedakan struktur cable stayed dengan struktur lainnya adalah sedikitnya titik tumpuan ( abutmen, pier, menara) yang dapat menyerap berbagai macam displacement pada saat gempa bumi terjadi. Selain itu jembatan cable stayed diklasifikasikan sebagai struktur dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari nilai T yang besar, dan natural frekuensi dari Hz. Sehingga dari respon spectrum bisa terlihat dengan nilai T sekian mengakibatkan respon struktur yang kecil terhadap beban gempa. Hal ini juga bisa terjadi karena konfigurasi struktur itu sendiri, beban gempa lateral semua diterima oleh menara dan kabel. Karena dek digantung pada beberapa titik, yang mencegah terjadinya deformasi lokal melebihi limit elastik. 3. Analisis Nonlinier Statik Nonlinier struktur mangacu pada berubahnya kekakuan struktur sejalan dengan berubahnya kondisi beban. Walaupun material propertis dari struktur jembatan berperilaku linier elastis, hubungan beban dan Fan Harp Semi Harp ,05 0,1 0,15 Displacement (m) Gambar 25 Lendutan Top Pylon Dari grafik diatas bisa terlihat bahwa menara dengan bentuk A memiliki perpindahan yang kecil dibanding dengan bentuk H. Sehingga bisa disimpulkan bahwa menara dengan bentuk A memiliki kekakuan yang lebih tinggi dibanding dengan menara bentuk H. Karena perpindahan horizontal menara berpengaruh terhadap lendutan di dek, sehingga menara tipe A memiliki lendutan di dek lebih kecil dibanding dengan menara tipe H. 17

11 Pylon H Pylon A ,05 0,1 0,15 Displacement (m) Gambar 26 Lendutan Top Pylon 0,1 Harp Semi fan Fan Lendutan (m) 0 0,1 0,2 0, ,4 0,5 Jarak (m) Gambar 24 Lendutan dek Dari grafik diatas bisa terlihat bahwa sistem harp memiliki lendutan yang paling besar dibanding dengan kedua sistem lainnya. Sedangkan sistem tipe fan dan semi fan memiliki lendutan yang hampir sama. Tetapi susunan kabel tipe fan ini akan memerlukan panjang kabel yang sangat besar dibandingkan dengan tipe lainnya, selain itu susunan cable tipe fan juga dalam pelaksanaannya akan lebih sulit karena perletakan cable yang terpusat pada satu titik. 4. Analisis Nonlinier Dinamik (Time History Analisys) Secara Sederhana dinamik bisa dijelaskan sebagai variasi terhadap waktu. Karena itu beban dinamik bisa diartikan sebagai beban dimana magnitude, arah dan atau posisinya berubah terhadap waktu. Sama halnya dengan respon struktur terhada beban dinamik, seperti gaya dan lendutan dari struktur akan berubah terhadap waktu. Analisis dinamik pada dasarnya terdapat dua pendekatan untuk mengevalusi respon struktur terhadap beban dinamik, deterministic dan non deterministic. 18

12 Fan Harp Semi Harp 2,5 2 Frequency (cycle/sec) 1,5 1 0, Mode Number Gambar 25 Grafik Frequency vs Mode Number untuk semua model struktur Dari grafik diatas terliat bahwa jembatan cable stayed dengan sistem harp dan semi harp juga memiliki frekuensi vibrasi yang hampir sama. Dan jembatan cable stayed dengan sistem fan memiliki frekuensi vibrasi yang lebih tinggi dibanding lainnya. Bisa disimpulkan bentuk konfigurasi kabel dan bentuk menara tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi dari masing miasng mode. V. PNUTUP A. Kesimpulan 1. Dari nilai t bisa disimpulkan bahwa system kabel tipe fan paling fleksibel dibanding yang lain. Dan system kabel tipe harpa paling kaku dibanding tipe lainnya. Hal ini menyebabkan tipe harpa memiliki respon gempa yang paling besar, dapat dilihat dari nilai perpindahan di bagian atas menara dan lendutan di dek tipe harpa memiliki lendutan paling besar Dari respon spectra bisa dilihat semakin kecil nilai T semakin besar akselerasi yang diterima struktur. Sehingga tipe harpa yang memiliki nilai T paling kecil memiliki perpindahan struktur terbesar akibat beban gempa. 4. Penggunaan susunan tipe cable pada jembatan cable stayed yang paling efektif adalah susunan tipe semiharp. Pada susunan cable tipe semiharp ini gaya gaya dalam yang dihasilkan lebih kecil daripada tipe harp, walaupun masih lebih besar daripada tipe fan. Tetapi perlu dipertimbangkan pula bahwa pada tipe fan ini akan memerlukan panjang cable yang lebih besar dari pada tipe semiharp, dan pekerjaan tipe fan memerlukan perletakan cable pada pylon yang lebih rumit dari pada tipe semiharp. 5. Bentuk menara H maupun A sama sekali tidak memiliki pengaruh terharap frekuensi dan perioda waktu dari struktur, keduanya memiliki respon yang sama. 6. Lendutan di dek dipengaruhi oleh bentuk dari menara. 7. Bentuk menara A memiliki perpindahan di bagian atas lebih kecil dibanding dengan menara berbentuk H. Dengan ini bisa disimpulkan bahwa menara tipe A memiliki kekakuan yang lebih besar dibanding dengan menara tipe H 19

13 B. Saran 1. Dalam perencanaan jembatan cable stayed tipe harpa harus diperhatikan stabilitas dari dek. Bisa memilih antara menara kaku dek lentur, atau menara lentur dek kaku. 2. Dalam merencanakan jembatan cable stayed tipe fan juga harus diperhatikan kompresi beton pada ujung menara. Disebabkan gaya dari kabel yang tertumpu pada satu titik di ujung menara mengakibatkan kompresi yang cukup besar. 3. Dari hasil penelitian ini penulis manyarankan konfigurasi jembatan cable stayed tipe semi fan dengan bentuk pylon A. Prentice-Hall, Newjersy. pp , 1971 DAFTAR PUSTAKA [1] Karoumi R., Dynamic Response of Cable- Stayed Bridges Subjected to Moving Vehicles, IABS 15th Congress, Denmark, pp , [2] Karoumi R., Modeling of Cable Stayed Bridger For Analysis of Traffic Induced Vibrations, [3] Kanok-Nukulchai W., Yiu P.K.A., Brotton D.M., Mathamatical Modelling of Cable- Stayed Bridges, Struct. ng. Int., 2, pp , [4] Niels J Gimsing., Cable Supported Bridges Concept and Design, Third dition, Department of Civil ngineering Technical University of Denmark., 2012 [5] Prakash Agarwal, Shobhit Bhatnagar, C. Uma., Non-Linear Time History Analysis Of Cable Stayed Bridges., Department Of Applied Mechanics S. V. National Institute Of Technology Surat Gujarat., 2010 [6] Siddharth G. Shah1, Desai.J.A2, Solanki.C.H3., ffect of Pylon Shape on seismic response of Cable stayed bridge with soil structure interaction., International Journal Of Civil And Structural ngineering Volume 1, No 3, [7] Wilson J. C. and Gravelle W., Modelling Of A Cable-Stayed Bridge For Dynamic Analysis arthquake ngineering And Structural Dynamics, Volume 20, Issue 1, pp [8] N. M. Newmark, and Rosenblueth., Fundamentals of earthquake engineering, 20

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA Murdini Mukhsin 1),Yusep Ramdani 2) 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email: murdini@unsil.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA Masrilayanti 1, Navisko Yosen 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Masrilayanti@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA Tahun Ke-1 rencana 1 (satu) tahun Ketua: Ir. Murdini Mukhsin, MT. (NIDN. 00-0511-5501) Anggota: Yusep Ramdani,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA Tahun Ke-1 rencana 1 (satu) tahun Ketua: Ir. Murdini Mukhsin, MT. (NIDN. 00-0511-5501) Anggota: Yusep Ramdani,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Metode Analisis Gaya Gempa Gaya gempa pada struktur merupakan gaya yang disebabkan oleh pergerakan tanah yang memiliki percepatan. Gerakan tanah tersebut merambat dari pusat

Lebih terperinci

EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN

EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN Bataruddin (1). Ir.Sanci Barus, MT (2) Struktur, Departemen Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Analisis Metodologi penilitian ini yaitu studi kasus terhadap struktur beraturan & gedung beraturan dengan pushover analysis, guna mencapai tujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan kabel (cable stayed bridge) merupakan salah satu jenis jembatan dimana struktur utama berupa gelagar yang ditahan oleh satu atau lebih kabel yang dipasang miring

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M Isyana Anggraeni Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Jln PHH. Mustofa 23 Bandung 40124. Telp:

Lebih terperinci

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA ABSTRAK STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 LANTAI DAN 4 LANTAI DARI KAYU GLULAM BANGKIRAI TERHADAP BEBAN SEISMIC DENGAN ANALISIS STATIC NON LINEAR (STATIC PUSHOVER ANALYSIS) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA Himawan Indarto 1, Bambang Pardoyo 2, Nur Fahria R. 3, Ita Puji L. 4 1,2) Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN

STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN J. Widjajakusuma 1 dan Marlon 2 1

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN Moh. Reshki Maulana 1 dan Made Suangga 2 1 Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR...... ii UCAPAN TERIMA KASIH......... iii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL...... v DAFTAR GAMBAR...... vi ABSTRAK...... vii BAB 1PENDAHULUAN... 9 1.1.Umum...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana transportasi antar pulau, banyak jenis konstruksi jembatan yang bisa direncanakan. Salah satu teknologi yang banyak digunakan dalam pembuatan sebuah

Lebih terperinci

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH DAN PETA GEMPA INDONESIA Ivan William Susanto, Patrik Rantetana, Ima Muljati ABSTRAK : Direct Displacement Based Design (DDBD) merupakan sebuah metode

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

Kajian Perilaku Dinamik Struktur Jembatan Penyeberangan Orang Dua Lantai Akibat Beban Manusia Yang Bergerak

Kajian Perilaku Dinamik Struktur Jembatan Penyeberangan Orang Dua Lantai Akibat Beban Manusia Yang Bergerak Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 38 (1), 2017, 1-5 Kajian Perilaku Struktur Jembatan Penyeberangan Orang Dua Lantai Akibat Beban Manusia Yang Bergerak Himawan Indarto

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS KELOMPOK TIANG PANCANG TERHADAP BEBAN LATERAL MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENCE

ANALISA KAPASITAS KELOMPOK TIANG PANCANG TERHADAP BEBAN LATERAL MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENCE ANALISA KAPASITAS KELOMPOK TIANG PANCANG TERHADAP BEBAN LATERAL MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENCE Fischer Boris A. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fly Over atau Overpass Jembatan yaitu suatu konstruksi yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau melintang tidak

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Perencanaan Gedung Parkir Indosat Semarang Dengan Struktur Beton Prategang Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1728-2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rangka batang (truss) adalah struktur yang terdiri dari gabungan batangbatang yang membentuk struktur berbentuk segitiga dan terhubung satu sama lain, serta dibebani

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj PRESENTASI TUGAS AKHIR June, 21 th 2014 STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME SISTEM VIERENDEEL DAN SISTEM BRESING-X PADA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PUSH OVER ANALYSIS Presented

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemilihan Struktur Konsep pemilihan struktur pada perencanaan rusunawa ini dibedakan dalam 2 hal, yaitu Struktur Atas (Upper Structure) dan Struktur Bawah (Sub Structure).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Struktur baja dapat dibagi atas tiga kategori umum: (a) struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik dan tekan, kolom,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KOROSI PADA GIRDER TERHADAP PERUBAHAN KAPASITAS PENAMPANG DAN FREKUENSI ALAMIAH JEMBATAN KOMPOSIT (BAJA-BETON) SKRIPSI OLEH

ANALISA PENGARUH KOROSI PADA GIRDER TERHADAP PERUBAHAN KAPASITAS PENAMPANG DAN FREKUENSI ALAMIAH JEMBATAN KOMPOSIT (BAJA-BETON) SKRIPSI OLEH ANALISA PENGARUH KOROSI PADA GIRDER TERHADAP PERUBAHAN KAPASITAS PENAMPANG DAN FREKUENSI ALAMIAH JEMBATAN KOMPOSIT (BAJA-BETON) SKRIPSI OLEH Lintang Adi Mahargya 1200997395 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

Lebih terperinci

ANALISA GAYA TARIK PADA JEMBATAN KABEL BERDASARKAN NILAI FREKUENSI ALAMIAH KABEL*

ANALISA GAYA TARIK PADA JEMBATAN KABEL BERDASARKAN NILAI FREKUENSI ALAMIAH KABEL* ANALISA GAYA TARIK PADA JEMBATAN KABEL BERDASARKAN NILAI FREKUENSI ALAMIAH KABEL* Darwin Julius Bontan Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, darwin_2a1@yahoo.com Darwin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Revie dan Jorry, 2016) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Dalam perencanaan bangunan tinggi, struktur gedung harus direncanakan agar kuat menahan semua beban yang bekerja padanya. Berdasarkan Arah kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia. Penggunaan struktur beton prategang ini dinilai mempunyai banyak keuntungan, antara lain (Triwiyono,2003)

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI UMUM Dalam bagian bab 4 (empat) ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah dibahas pada bab 3 (tiga) di atas. Analisis akan

Lebih terperinci

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang YUNO YULIANTONO, ASWANDY

Lebih terperinci

PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS

PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002 Tania Windariana Gunarto 1 dan

Lebih terperinci

Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Studi Kasus: Jembatan Satu, Barelang

Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Studi Kasus: Jembatan Satu, Barelang Reka Racana Teknik Sipil Itenas V ol. 1 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2015 Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Dewi Safitri L. 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Pengumpulan Data. Preliminary Desain Struktur Model-1. Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur

BAB III METODOLOGI. Mulai. Pengumpulan Data. Preliminary Desain Struktur Model-1. Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Untuk mengetahui pengaruh pemasangan partisi bata terhadap karakteristik struktur pada studi ini melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan untuk penyelesaian

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang terhadap kekakuan dan kekuatan struktur beton bertulang berlantai banyak pada studi ini melalui beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Binus Square merupakan sebuah apartemen yang berlokasi di Jl. Budi Raya, Kemanggisan, Jakarta Barat. Jumlah lantai apartemen Binus Square

Lebih terperinci

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN Nurlena Lathifah 1 dan Bernardinus

Lebih terperinci

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93721 niniaswad@gmail.com

Lebih terperinci

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 50 PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN M. Erizal Lubis, Novdin M Sianturi Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN Alvina Surya Wijaya 1, Eunike Yenatan 2, dan Ima Muljati

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA

Lebih terperinci

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG Fadlan Effendi 1), Wesli 2), Yovi Chandra 3), Said Jalalul Akbar 4) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email:

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED

ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI PADA JEMBATAN CABLE-STAYED ANALISIS TEGANGAN DAN REGANGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU PADA STRUKTUR BETON PRATEKAN APLIKASI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI Ayuni Kresnadiyanti Putri NRP : 1121016 Pembimbing: Ronald Simatupang, S.T., M.T. ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

PERILAKU GEMPA AKIBAT PENGARUH PERGERAKAN TANAH DAN PERGERAKAN PATAHAN PADA JEMBATAN RANGKA PELENGKUNG

PERILAKU GEMPA AKIBAT PENGARUH PERGERAKAN TANAH DAN PERGERAKAN PATAHAN PADA JEMBATAN RANGKA PELENGKUNG PROKONS: Jurnal Teknik Sipil ISSN: 1978-1784 Vol. 10, No. 1 (Februari), Halaman 49 55 PERILAKU GEMPA AKIBAT PENGARUH PERGERAKAN TANAH DAN PERGERAKAN PATAHAN PADA JEMBATAN RANGKA PELENGKUNG Evi Nur Cahya

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA Lucy P. S. Jansen Servie O. Dapas, Ronny Pandeleke FakultasTeknik Jurusan Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik Penelitian mengenai sistem rangka bracing tipe v terbalik sudah pernah dilakukan oleh Fauzi (2015) mengenai perencanaan ulang menggunakan

Lebih terperinci

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA ABSTRAK STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 LANTAI DAN 4 LANTAI DARI KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) TERHADAP BEBAN SEISMIC DENGAN ANALISIS STATIC NON LINIER (STATIC PUSHOVER ANALYSIS) DAN ANALISIS PERKUATAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA MICHAEL JERRY NRP. 0121094 Pembimbing : Ir. Daud R. Wiyono, M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jembatan cable stayed ( cable stayed bridge) dan jembatan suspensi (suspension bridge), struktur kabel ( wire rope) memegang peranan yang sangat penting dan integritas/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Untuk menghubungkan antara sebuah pulau dengan pulau yang berdekatan, dibutuhkan sebuah jalur penghubung,

Lebih terperinci

Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA

Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA Halaman 1 dari Pertemuan 13 Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA 13.1 Pengertian Efek P-Delta (P-Δ) P X B P Y 1 2x A H A = P x V A = P y (a) (b) Gambar 13.1 Model Struktur yang mengalami Efek P-Delta M A2 =

Lebih terperinci

KATA KUNCI : pemodelan struktur, prategang eksternal, elemen kabel, SAP2000

KATA KUNCI : pemodelan struktur, prategang eksternal, elemen kabel, SAP2000 International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice" Surabaya, August 25-26, 2006 STRATEGI PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR DENGAN ELEMEN KABEL PRATEGANG EKSTERNAL

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 Citra Bahrin Syah 3106100725 Dosen Pembimbing : Bambang Piscesa, ST. MT. Ir. Djoko Irawan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB 1 PENDAHULUAN Umum 1.1. Umum BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekonomi Indonesia yang cukup stabil setiap tahunnya,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN Sugeng P. Budio 1, Retno Anggraini 1, Christin Remayanti 1, I Made Bayu Arditya Widia 2 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil /

Lebih terperinci

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Teknik Sipil,Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan adalah infrastruktur yang menghubungkan suatu daerah yang terpisah karena adanya sungai, rawa, selat, jurang, dan rintangan lainnya. Adanya jembatan waktu tempuh

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK PENEMPATAN DINDING BATA TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT EKSITASI GEMPA

ANALISIS EFEK PENEMPATAN DINDING BATA TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT EKSITASI GEMPA ANALISIS EFEK PENEMPATAN DINDING BATA TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT EKSITASI GEMPA Jonathan Marbun 1 dan Daniel Rumbi Teruna 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan,

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN Edita S. Hastuti NRP : 0521052 Pembimbing Utama : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji Pranata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sitem lempeng kerak bumi aktif sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Agus Krisnhawa Putra NIM : 1104105075 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE Elia Ayu Meyta 1, Yosafat Aji Pranata 2 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN ( GBPP )

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN ( GBPP ) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN ( GBPP ) MATA KULIAH : STRUKTUR JEMBATAN KODE MATA KULIAH : ST 6352 BEBAN STUDI : 2 SKS SEMESTER : VI ( ENAM ) DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata kuliah ini disampaikan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER Choerudin S NRP : 0421027 Pembimbing :Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping :Cindrawaty Lesmana, M.Sc. Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI ORIENTASI SUMBU KOLOM

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI ORIENTASI SUMBU KOLOM Jurnal Sipil Statik Vol. No., Oktober (-) ISSN: - RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI SUMBU Norman Werias Alexander Supit M. D. J. Sumajouw, W. J. Tamboto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan

Lebih terperinci

STUDI LITERATUR PERANCANGAN DIMENSI RANGKA BATANG BAJA RINGAN BERDASARKAN ANALISIS LENDUTAN DAN KEKUATAN BAHAN

STUDI LITERATUR PERANCANGAN DIMENSI RANGKA BATANG BAJA RINGAN BERDASARKAN ANALISIS LENDUTAN DAN KEKUATAN BAHAN STUDI LITERATUR PERANCANGAN DIMENSI RANGKA BATANG BAJA RINGAN BERDASARKAN ANALISIS LENDUTAN DAN KEKUATAN BAHAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME 1 STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME SISTEM VIERENDEEL DAN SISTEM BRESING-X PADA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PUSH OVER ANALYSIS SembrilianaKaruniaAlelang, Budi Suswanto, ST.,MT.,Ph.D;

Lebih terperinci

STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG

STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG STRUKTURAL FUNICULAR: KABEL DAN PELENGKUNG 1.1 PENGANTAR STRUKTUR FUNICULAR Ada jenis-jenis struktur yang telah banyak digunakan oleh perencana gedung yaitu struktur pelengkung dan struktur kabel menggantung.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1" Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

yang optimal sehingga dapat menekan biaya konstruksi namun tetap memenuhi persyaratan. Jenis jembatan rangka yang digunakan penulis dalam penelitian i

yang optimal sehingga dapat menekan biaya konstruksi namun tetap memenuhi persyaratan. Jenis jembatan rangka yang digunakan penulis dalam penelitian i OPTIMASI GEOMETRI PADA JEMBATAN RANGKA BAJA 60 M TIPE WARREN Risty Mavonda Pathopang Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma risty_mavondap@studentsite.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci