PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI"

Transkripsi

1

2 PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta 2

3 KATA PENGANTAR Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan , status gizi ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target yaitu menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan prevalensi baduta pendek. Dalam pencapaiannya telah dijabarkan lebih operasional termuat dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan , melalui 6 indikator kinerja kegiatan gizi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tubuh. Status gizi, khususnya status gizi anak balita merupakan salah satu indikator yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia. Upaya monitoring dan evaluasi pencapaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan gizi, telah dilakukan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan setiap 3-5 tahun. Namun untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait situasi status gizi dan indikator kegiatan pembinaan gizi yang spesifik wilayah terutama di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, tepat waktu dan berkelanjutan, dipandang perlu melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) secara periodik dan berkesinambungan. Pedoman Teknis PSG ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi sebagai acuan dalam melaksanakan PSG di kabupaten dan kota. Pada tahun 2017 ini, selain untuk memperoleh informasi status gizi dan data kinerja gizi, juga bertujuan memperoleh informasi tentang konsumsi gizi balita. Kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan pedoman ini lebih lanjut. Terima kasih. Direktur Gizi Masyarakat, Ir. Doddy Izwardy, MA NIP

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 4 B. Tujuan Pedoman 5 C. Pengertian dan Manfaat 5 BAB II : KONSEP DAN TUJUAN PEMANTAUAN STATUS GIZI DALAM KAITANYA DENGAN SURVEILANS GIZI A. Pengertian PSG 6 B. Tujuan 6 C. PSG sebagai bagian dari kegiatan surveilans gizi 7 BAB III : METODE PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Desain, Lokasi dan Waktu 8 B. Populasi dan Sampel 8 C. Penentuan Sampe (sampling) 8 D. Instrumen dan Peralatan 15 E. Merekrut dan Melatih Petugas 16 F. Pelaksana G. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data H. Menetapkan Rencana Kerja dan Biaya BAB IV : TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Persiapan 19 B. Orientasi PSG 19 C. Pengumpulan Data D. Manajemen Data E. Pembuatan Laporan F. Diseminasi BAB V : PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Organisasi, Penanggung Jawab dan Tugas 21 B. Alur Pengorganisasian Pelaksanaan PSG 23 BAB VII : P E N U T U P 24 L A M P I R A N Lampiran 1 Tabel Acak Lampiran 2 Kuesioner Rumah Tangga Lampiran 3 Kuesioner Individu Lampiran 4 Kuesioner Konsumsi Makan Ibu Hamil Lampiran 5 Panduan Kerja Menimbang dan Mengukur Lampiran 6 Teknis Wawancara Pemantauan Status Gizi

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran dan target upaya peningkatan status gizi masyarakat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , adalah: (1) prevalensi gizi kurang/ kekurangan gizi (underweight) pada anak balita menurun dari 19,6% menjadi 17,0%; (2) prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2 tahun) menurun dari 32,9% menjadi 28,0%; (3) prevalensi wasting (kurus) anak Balita menurun dari 12% menjadi 9,5%; (4) prevalensi anemia pada ibu hamil menurun dari 37,1% menjadi 28,0%; dan (5) persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurun dari 10,2% menjadi 8,0%. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan , kegiatan pembinaan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran program pada tahun 2019: (1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat Pemberian MakananTambahan (PMT) mencapai 95,0%; (2) persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50,0%; (3) persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98,0%; (4) persentase Balita kurus yang mendapat makanan tambahan mencapai 90,0%; (5) persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%; dan (6) persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) mencapai 30,0%. Konsumsi gizi pada balita dan penduduk berdasarkan hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 menunjukkan bahwa; lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi kurang bila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Proporsi dengan asupan energi sangat kurang (< 70% AKE) sebesar 6,8 persen dan asupan energi kurang (70 - <100% AKE) sebanyak 48,9 persen. Sebaliknya ditemukan balita yang mengonsumsi energi lebih besar dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (>130% AKE) sebesar 17,1 persen. Secara nasional, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) sebesar 45,7 persen, tingkat kecukupan energi kurang (70 - <100% AKE) sebesar 33,9 persen, tingkat kecukupan energi sesuai AKG (100 - <130% AKE) sebesar 14,5 persen dan lebih dari AKG (>130% AKE) sebesar 5,9 persen. Artinya bahwa sekitar 79,6% penduduk Indonesia memiliki risiko rawan konsumsi gizi. Kondisi ini harus menjadi perhatian khusus, mengingat bahwa status gizi dan konsumsi gizi merupakan salah satu indikator peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian kesehatan dalam upaya merubah pola piker stakeholder dan masyarakat dengan peningkatan upaya promotive preventif, pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan keluarga, peningkatan keterlibatan lintas sector dan Gerakan Msayarakat Hidup Sehat (GERMAS). Program kesehatan melalui pendekatan keluarga dilakukan untuk mewujudkan keluarga sehat yang ditandai dengan 12 indikator atau perilaku dalam keluarga yang berhubungan dengan program Gizi, Kesehatan Ibu dan Ank, Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular serta Kesehatan Lingkungan. Diantara 12 Indikator tersebut, terdapat 2 indikator terkait gizi yang dapat diartikan bahwa suatu keluarga disebut sebagai keluarga Sehat antara lain jika bayinya mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan dan sampai usia 5 tahun selalu dipantau pertumbuhannya dengan menggunakan buku KIA. Pemantauan pertumbuhan balita merupakan bagian dari standar pelayanan minimal yang harus dilakukan di daerah. Status gizi masyarakat pada umumnya, menjadi kebutuhan data didaerah untuk mengetahui seberapa besar masalah gizi yang ada 5

6 diwilayahnya sebagai dasar perencanaan kegiatan dan evaluasi kinerja serta intervensi apa yang akan dilakukan para pemangku kepentingan. Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan diantara pelaksanaan Riskesdas, dipandang perlu melakukan monitoring dan evaluasi setiap tahun. Pelaksanaan PSG secara periodik dan berkesinambungan setiap tahun merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota. Hasil PSG tahun 2014, 2015 dan 2016 menunjukan trend atau kecenderungan perbaikan status gizi pada balita. Pada tahun 2014 prevalensi gizi kurang 19,3% menjadi 18,8% tahun 2015 dan 17,8% tahun Demikian pula dengan prevalensi balita pendek, hasil PSG tahun 2014 sebesar 28,9% mengalami kenaikan di tahun 2015 menjadi 29% namun turun menjadi 27,5% di tahun Pada tahun 2016, PSG dilaksanakan di 514 kabupaten dan kota dengan informasi konsumsi gizi pada ibu hamil. Seperti halnya tahun 2016, PSG tahun 2017 juga akan dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota, namun informasi konsumsi gizi ditujukan kepada balita. Untuk itu, Kementerian Kesehatan mempublikasikan Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi sebagai acuan pelaksanaan bagi petugas dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota. B. Tujuan Pedoman Memberikan pemahaman yang sama tentang Pemantauan Status Gizi serta pelaksanaannya bagi petugas maupun koordinator di lapangan. C. Pengertian dan Manfaat Pemantauan Status Gizi (PSG) Pemantauan Status Gizi adalah kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis, khususnya pada anak balita dan faktor-faktor terkait. Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Pemantauan Konsumsi Gizi adalah kegiatan penilaian konsumsi gizi masyarakat untuk memperoleh informasi besar dan luasnya masalah konsumsi terutama masalah energi, karbohidrat, protein dan lemak. Pengertian keragaman konsumsi adalah merupakan jumlah jenis makanan yang berbeda yang dikonsumsi selama periode tertentu yang ditetapkan (Swindale & Bilinsky 2006). Keragaman konsumsi pangan adalah jumlah pangan atau kelompok pangan yang berbeda yang dikonsumsi selama periode tertentu yang ditetapkan (FAO, 2007). Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi upaya perbaikan gizi, untuk mendukung penentuan kebijakan, pengambilan keputusan dan tindakan, serta perencanaan di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. 6

7 BAB II KONSEP DAN TUJUAN PEMANTAUAN STATUS GIZI DALAM KAITANYA DENGAN SURVEILANS GIZI A. Pengertian PSG Pemantauan Status Gizi adalah kegiatan survey status gizi yang berkelanjutan untuk mengumpulkan data indikator status gizi dan determinannya. Dalam hal ini data status gizi yang dikumpulkan meliputi; antropometri dan konsumsi gizi balita. B. Tujuan Menyediakan informasi tentang status gizi, konsumsi, dan faktor determinannya bagi para perumus kebijakan, pengambil keputusan untuk perencanaan dan penentuan kebijakan penanggulangan masalah gizi secara teratur Tujuan Khusus a. Untuk memperoleh informasi status gizi balita: 1) Prevalensi balita gizi kurang (underweight) berdasarkan indeks BB/U; 2) Prevalensi balita pendek (stunting) berdasarkan indeks PB/U atau TB/U; 3) Prevalensi balita kurus (wasting) berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB; 4) Prevalensi balita kurus berdasarkan indeks IMT/U 5) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). b. Untuk memperoleh informasi konsumsi gizi balita : 1) Memperoleh gambaran tingkat (rata-rata) konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak. 2) Memperoleh gambaran besaran defisit energi, karbohidrat, protein dan lemak pada kelompok umur. 3) Memperoleh gambaran pola konsumsi makan menurut kelompok umur. 4) Menilai gambaran keanekaragaman konsumsi pangan. c. Untuk memperoleh informasi capaian kinerja upaya perbaikan gizi: 1) Persentase pendek pada anak sekolah dan remaja dengan indeks TB/U 2) Persentase kurus pada anak sekolah dan remaja dengan indeks IMT/U 3) Persentase kurus dan gemuk pada dewasa dengan IMT; 4) Persentase Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil dan ibu menyusui dengan indeks Lingkar Lengan Atas (LiLA); 5) Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD); 6) Persentase ibu hamil KEK yang mendapat Pemberian Makanan Tambahan (PMT); 7) Persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama masa kehamilan; 8) Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A; 9) Persentase bayi yang diberi kesempatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD); 10) Persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif; 11) Persentase Balita mempunyai KMS; 12) Persentase Balita yang ditimbang di Posyandu; 13) Persentase Balita gizi buruk mendapat perawatan; 14) Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; 15) Persentase Balita kurus memperoleh makanan tambahan; 16) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. 7

8 C. PSG sebagai bagian dari kegiatan surveilans gizi Pelaksanaan kegiatan PSG secara teratur akan menghasilkan informasi tentang status gizi. Berdasarkan informasi yang diperoleh, para penentu kebijakan dan pengelola program gizi segera melakukan upaya/tindakan; apakah tindakan itu berupa respon (feedback) maupun tindakan yang bersifat intervensi. a. Luaran PSG 1. Diperolehnya informasi perkembangan situasi gizi 2. Diperolehnya peta situasi gizi 3. Tersedianya data status gizi untuk analisis situasi pangan dan gizi setempat. b. Feedback dan diseminasi hasil PSG secara khusus dan surveilans gizi secara umum. 8

9 BAB III METODE PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Disain, Lokasi dan Waktu a. Disain Pemantauan Status Gizi adalah potong lintang (cross sectional) dengan sampel cluster. b. Lokasi di seluruh kabupaten/kota c. Waktu pelaksanaan serempak pada bulan Maret sampai dengan Oktober 1) Bulan Maret s.d Juni a. persiapan anggaran, tenaga, alat dan bahan b. orientasi enumartor tentang teknis pelaksanaan PSG 2) Bulan Juli s.d Agustus a. Pengumpulan data b. Entry data c. Cleaning Data di daerah 3) Bulan September s.d Oktober a. Analisis data tingkat Pusat B. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam Pemantauan Status Gizi 2017 adalah semua rumah tangga yang mempunyai balita usia 0-59 bulan. Sampel 1. Sampel balita: a. Di setiap kabupaten/kota akan dipilih 300 rumah tangga yang memiliki balita b. Sampel balita adalah seluruh balita yang ada di rumah tangga terpilih dalam setiap klaster c. Responden adalah ibu Balita atau seseorang anggota rumah tangga lainnya yang bisa mewakili rumah tangga sampel 2. Sampel Anggota Rumah Tangga (ART) lain : a. Sampel Ibu hamil adalah 10 (sepuluh) Ibu hamil yang ada dalam klaster terpilih. b. Sampel Anggota rumah tangga selain ibu hamil adalah seluruh ART yang ada di rumah tangga balita terpilih dalam setiap klaster. C. Penentuan Sampel (Sampling) a. Metode Penentuan Sampel Seluruh kabupaten/kota dipilih sebagai sampel PSG. Di setiap kabupaten/kota dipilih sampel melalui 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Tahap I: Pemilihan Sampel Klaster di kabupaten/ kota Pada setiap kabupaten/ kota dipilih 30 desa sebagai klaster. Untuk kota yang memiliki kurang dari 30 desa diambil seluruh desa/ kelurahan. Pemilihan klaster di kabupaten/kota dilakukan dengan acak sistematik berdasarkan Probability Proportional to Size (PPS), sebagai berikut: 1) Buat daftar desa/ kelurahan, termasuk jumlah penduduk. 9

10 2) Urutkan daftar desa berdasarkan kode wilayah 3) Tentukan interval dengan cara membagi jumlah penduduk dengan jumlah klaster. 4) Tentukan klaster pertama dengan menggunakan tabel acak, misalnya dengan menjatuhkan pensil di atas tabel acak. Contoh Tabel Acak untuk pemilihan sampel terdapat pada Lampiran 1. Klaster kedua dan seterusnya sampai klaster ke-30 dipilih berdasarkan perhitungan jumlah kumulatif penduduk dan interval. Contoh pemilihan sampel klaster di kabupaten dan kota terpilih, adalah sebagai berikut: 1) Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk orang dan ditentukan 30 klaster, maka interval klaster adalah / 30 = ) Disusun daftar Desa dengan mengurutkan kode kecamatan dan kode desa/kelurahan, kemudian hitung jumlah kumulatif penduduknya (kolom 5). 3) Penentuan titik pertama; jika dengan menggunakan Tabel Acak 1 misalnya berdasarkan tusukan pencil jatuh diangka 4 pada kelompok bilangan maka dipilih angka pertama adalah 4722, maka klaster I (pertama) yang terpilih adalah desa atau kelurahan dengan penduduk kumulatif Lihat Contoh potongan Tabel Acak berikut ini: Tabel 1. Contoh Potongan Tabel Acak Jika besar interval angkanya 5 digit maka Tabel Acak dibaca 5 digit terakhir, jika besar interval angkanya 4 digit maka Tabel Acak dibaca 4 digit terakhir, demikian seterusnya 10

11 4) Pada Tabel 1 dapat dilihat angka 4722, berada di angka range penduduk antara Desa Tukka Dolok (1.298) dan Desa Pakkat Hauagong (5.867) Kecamatan Pakkat, sehingga klaster pertama berada di Desa Pakkat Hauagong Kecamatan Pakkat. 5) Klaster ke-2 dihitung dari = yang berada di Desa Manalu Kecamatan Pakkat, selanjutnya klaster ke-3 dihitung dari = yang berada di Desa Rura Tanjung Kecamatan Pakkat, demikian penghitungan selanjutnya sampai diperoleh 30 klaster, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Daftar Sampel Klaster di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara 2 No Kode Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan Kode Desa/Kelurahan Nama Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Orang) Jumlah Penduduk Kumulatif (Orang) Angka Klaster Terpilih Provinsi Sumatera Utara 1215 Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Pakkat Tukka Dolok Kecamatan Pakkat Pakkat Hauagong Kecamatan Pakkat Purba Bersatu Kecamatan Pakkat Purba Baringin Kecamatan Pakkat Karya Kecamatan Pakkat Manalu Kecamatan Pakkat Pulo Godang Kecamatan Pakkat Sipagabu Kecamatan Pakkat Banuarea Kecamatan Pakkat Sijarango Kecamatan Pakkat Lumban Tonga Tonga Kecamatan Pakkat Rura Tanjung Kecamatan Pakkat Rura Aek Sopang Kecamatan Pakkat Siambaton Kecamatan Pakkat Parmonangan Kecamatan Pakkat Ambobi Paranginan Kecamatan Pakkat Purba Sianjur Kecamatan Pakkat Peadungdung Kecamatan Pakkat Sijarango I Kecamatan Onan Ganjang Aek Godang Kecamatan Onan Ganjang Sanggaran II Kecamatan Onan Janji Nagodang No Klaster 2 Jumlah penduduk merupakan hasil Sensus Penduduk

12 Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Onan Ganjang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Kecamatan Sijama Polang Huta Julu Sihikkit Onan Ganjang Parbotihan Batu Nagodang Siatas Sampetua Parnapa Sibuluan Sigalogo Sanggaran I Sitapongan Sibuntuon Sigulok Batunajagar Bonan Dolok II Bonan Dolok I Hutaginjang Siborboron Nagurguran Sosor Tambok Sihite II Purba Dolok Lumban Purba Simarigung Saitnihuta Aek Lung Purba Manalu Pakkat Pasaribu Lumban Tobing Pasar Dolok Janji

13 Sihite I Huta Bagasan Matiti II Matiti I Huta Gurgur Sampean Silaga Laga Sirisirisi Bonani Onan Sileang Sosor Gonting Hutaraja Parik Sinomba Simangaronsang Kecamatan Lintong Nihuta Hutasoit I Kecamatan Lintong Nihuta Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta Pargaulan Kecamatan Lintong Nihuta Naga Saribu I Kecamatan Lintong Nihuta Naga Saribu II Kecamatan Lintong Nihuta Siharjulu Kecamatan Lintong Nihuta Sibuntuon Parpea Kecamatan Lintong Nihuta Sibuntuon Partur Kecamatan Lintong Nihuta Sitolu Bahal Kecamatan Lintong Nihuta Tapian Nauli Kecamatan Lintong Nihuta Siponjot Kecamatan Lintong Nihuta Dolok Margu Kecamatan Lintong Nihuta Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Hutasoit II Kecamatan Lintong Nihuta Bonan Dolok Kecamatan Lintong Nihuta Sigompul Kecamatan Lintong Nihuta Nagasaribu IV Kecamatan Lintong Nihuta Nagasaribu V Kecamatan Lintong Nagasaribu III

14 Nihuta Kecamatan Lintong Nihuta Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta Habeahan Kecamatan Paranginan Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Paranginan Selatan Kecamatan Paranginan Lumban Barat Kecamatan Paranginan Lobu Tolong Kecamatan Paranginan Sihonongan Kecamatan Paranginan Paranginan Utara Kecamatan Paranginan Pearung Kecamatan Paranginan Siborutorup Kecamatan Paranginan Lumban Sianturi Kecamatan Paranginan Lobutolong Habinsaran Kecamatan Paranginan Pearung Silali Kecamatan Bakti Raja Tipang Kecamatan Bakti Raja Marbun Toruan Kecamatan Bakti Raja Siunong Unong Julu Kecamatan Bakti Raja Simamora Kecamatan Bakti Raja Sinambela Kecamatan Bakti Raja Simangulampe Kecamatan Bakti Raja Marbun Tonga Marbun Dolok Kecamatan Pollung Aek Nauli II Kecamatan Pollung Aek Nauli I Kecamatan Pollung Pandumaan Kecamatan Pollung Sipitu Huta Kecamatan Pollung Parsingguran II Kecamatan Pollung Pollung Kecamatan Pollung Parsingguran I Kecamatan Pollung Ria Ria Kecamatan Pollung Huta Paung Kecamatan Pollung Pansur Batu Kecamatan Pollung Huta Julu Kecamatan Pollung Pardomuan Kecamatan Pollung Hutapaung Utara Kecamatan Parlilitan Pusuk II Simaninggir Kecamatan Parlilitan Pusuk I Kecamatan Parlilitan Baringin Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Tonga Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Dolok I Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon

15 Timur I Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Utara Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Julu Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Tonga Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon VII Kecamatan Parlilitan Simataniari Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Habinsaran Kecamatan Parlilitan Sihotang Hasugian Dolok II Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Timur II Kecamatan Parlilitan Sionom Hudon Sibulbulon Kecamatan Tara Bintang Sitanduk Kecamatan Tara Bintang Tara Bintang Kecamatan Tara Bintang Sibongkare Kecamatan Tara Bintang Sihombu Kecamatan Tara Bintang Sihotang Hasugian Toruan Kecamatan Tara Bintang Simbara Tahap II: Memilih Sampel Rumah Tangga dalam Klaster a. Memilih sampel rumah tangga dalam klaster Setelah klaster terpilih, selanjutnya adalah memilih sampel rumah tangga 3 sebagai responden sebanyak rumah tangga yang diperlukan untuk setiap klaster, dengan model lingkaran obat nyamuk, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Di klaster terpilih, buat daftar pusat klaster atau titik klaster 4 yang biasanya merupakan sarana umum, seperti: kantor kelurahan/ dusun/ RW, pasar, sekolah/ madrasah, tempat peribadatan (mesjid, gereja, pura), Posyandu, balai pengobatan, Puskesmas. 2) Di setiap klaster dipilih secara acak/melotre satu pusat klaster. Untuk desa/kelurahan yang mempunyai 2 titik kluster, pilih titik kluster yang jaraknya berjauhan 3) Di pusat klaster terpilih tersebut, pengumpul data berjalan dengan memilih arah yang dapat dipilih secara acak, bisa dipilih salah satu ke kiri, kanan, depan atau belakang. Cara yang paling mudah adalah dengan melempar koin untuk memilih arah jalan secara acak. Kemudian pengumpul data berjalan sesuai arah pola obat nyamuk dengan pusat klaster sebagai titik tengah lingkaran. Pola obat nyamuk memiliki lingkaran dalam (terdekat dengan pusat klaster), lingkaran kedua, ketiga dan seterusnya. Mulailah bergerak mengikuti lingkaran dalam, kemudian ke lingkaran berikutnya. Hal ini penting agar rumah tangga sampel menyebar di sekitar pusat klaster. 3 Sampel rumah tangga adalah rumah tangga yang mempunyai anak balita, sebanyak 10 (sepuluh) rumah tangga untuk tiap klaster. 4 Titik klaster didesa/kelurahan (kabupaten) adalah kantor desa/kelurahan, dan titik klaster di kelurahan (kota) adalah kantor atau rumah ketua RW 15

16 4) Sambil berjalan, pengumpul data dapat membuat peta rumah-rumah yang dilalui dan mengunjungi rumah pertama untuk memeriksa apakah rumah tangga tersebut memiliki Balita. Bila rumah tangga tersebut memiliki Balita maka dipilih sebagai sampel dan diberi nomor 1. Selanjutnya periksa rumah tangga berikutnya dan seterusnya sampai diperoleh sejumlah n rumah tangga sampel yang memiliki Balita yang diperlukan disetiap klaster, dan beri nomor urut 2, 3, 4,..., n. 5) Setelah selesai melakukan pemetaan, rumah-rumah yang telah diberi nomor 1 sampai n didatangi untuk dilakukan wawancara, serta pengukuran/ penimbangan terhadap seluruh anggota rumah tangga. Lihat contoh gambar pemetaan berikut: Gambar 1 Pengambilan Sampel Rumah Tangga dengan Lingkaran Obat Nyamuk D. Instrumen dan Peralatan 1. Instrumen Pemantauan Status Gizi (PSG) terdiri dari kuesioner yang akan diisi oleh petugas pengumpul data di lapangan (enumerator). Variabel yang dikumpulkan adalah: 1) Tanggal lahir, umur, dan jenis kelamin responden 2) Variabel antropometri; BB, TB, PB, LILA. 3) Konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja putri 4) PMT anak usia 6-59 bulan 5) PMT ibu hamil KEK dan Balita kurus 6) Frekuensi penimbangan Balita 7) Riwayat balita dirawat 8) Konsumsi kapsul vitamin A bagi bayi, anak Balita, dan ibu nifas 9) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 10) Pemberian ASI eksklusif 11) Konsumsi garam beriodium di rumah tangga 12) Konsumsi gizi balita; 2. Instrumen Pemantauan Konsumsi Gizi 1) Kuesioner rumah tangga, individu dan konsumsi balita. 2) Timbangan bahan makanan 3) Buku foto makanan 3. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk PSG antara lain: 1) Timbangan berat badan digital dengan ketelitian 0,1 kg 2) Alat ukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm 16

17 3) Alat ukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm 4) Pita LiLA 5) Entry data dan analisis menggunakan Software Sisfogizi Terpadu 6) Daftar jumlah penduduk menurut desa/ kelurahan 7) Kuesioner 8) Alat Tes Cepat Garam Beriodium (larutan uji garam beriodium) 9) Komputer (tidak disediakan) E. Merekrut dan Melatih Petugas 1. Perekrutan petugas pengumpul data dilakukan oleh Tim PSG Provinsi, yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Poltekkes/Perguruan Tinggi. 2. Banyaknya tim yang direkrut sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain: letak geografis, luas wilayah dan faktor-faktor lainnya. Setiap tim sebaiknya beranggotakan minimal 3 orang (2 enumerator dan 1 supervisor) dan setiap tim diharapkan dapat mengumpulkan data pada 10 klaster. 3. Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Pengumpul Data, diutamakan dari lulusan pendidikan gizi atau mahasiswa yang telah mendapatkan kuliah Penilaian Status Gizi dan Survei Konsumsi Pangan dari Poltekkes/ Perguruan Tinggi jurusan gizi. 4. Petugas pengumpul data (enumerator) yang direkrut akan dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengumpulan data. Materi pelatihan yang perlu diberikan tentang teknik sampling, pengukuran antropometri, teknik wawancara, metode recall konsumsi dan entry data menggunakan aplikasi (software) Sisfogizi Terpadu khusus PSG yang dikembangkan Direktorat Gizi Masyarakat. Tabel 3. Materi Pelatihan dan Petugas yang Dilatih No Materi Pelatihan Penanggungjawab 1 Cara menentukan klaster sampling di Koordinator PSG Provinsi tingkat kabupaten untuk menentukan desa terpilih 2 Cara menentukan rumah tangga terpilih Koordinator PSG Provinsi dari setiap desa terpilih 3 Pengukuran Antropometri Koordinator PSG Provinsi 4 Manajemen data: Mengoperasikan Koordinator PSG Provinsi aplikasi entry data, editing, coding, cleaning PSG 5 Teknik Wawancara Koordinator PSG Provinsi 6 Metode recall konsumsi 1x24 jam Koordinator PSG Provinsi 7 Entry data dengan aplikasi Koordinator PSG Provinsi Keterangan: Untuk TOT yang akan dilatih adalah koordinator/penanggungjawab PSG Provinsi dengan pelatih tim Teknis Pusat. Training Center yang akan dilatih adalah petugas pengumpul data kabupaten/ kota dengan pelatih koordinator/penanggungjawab PSG Provinsi. Koordinator/penanggungjawab PSG kabupaten/kota adalah penangungjawab program gizi kabupaten/ kota. Bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di wilayahnya. F. Pelaksana 17

18 Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Provinsi yang dikoordinasikan Dinas Kesehatan Provinsi; dengan pelaksana pengumpulan, pengolahan dan analisis data dari Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) yang terdiri dari perguruan tinggi jurusan gizi dan Poltekkes jurusan gizi, dibantu petugas kabupaten dan kota serta pelaksana gizi di Puskesmas atau dengan bantuan tenaga bidan atau kader setempat. G. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data Pada waktu pelaksanaan pengumpulan data dilakukan monitoring yang meliputi: 1. Pengecekan sampel klaster, titik pusat klaster dan pemilihan sampel rumah tangga. 2. Kelengkapan pengisian kuesioner. 3. Mengamati dan mengarahkan cara melakukan wawancara, pengukuran berat badan, panjang badan/ tinggi badan dan pengujian garam konsumsi dengan iodium test. 4. Melakukan reliabilitas hasil pengukuran. Pelaksanaannya dengan mengukur ulang secara acak Balita sampel di berbagai klaster yang berbeda. Pelaksana monitoring pengumpulan data adalah Tim Pusat (Direktorat Gizi Masyarakat, Badan Litbangkes), Tim Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi, Poltekkes/ AIPGI), Tim Kabupaten/ Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Puskesmas). H. Menetapkan Rencana Kerja dan Biaya Penetapan rencana kerja dan biaya dilakukan untuk mendapatkan gambaran jumlah tenaga, biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pemantauan status gizi dan pemantauan konsumsi gizi. Biaya kegiatan pemantauan status gizi dan pemantauan konsumsi gizi dibebankan utamanya dari dana dekonsentrasi, tetapi tidak menutup kemungkinan ada tambahan dana dari APBD. Komponen biaya yang diperlukan antara lain: a. Tahap persiapan Pengadaan logistik (instrument, alat PSG, Juknis dan Pedoman) Dana kegiatan untuk rapat Biaya Rekruitmen Biaya pelatihan tenaga pengumpul data ATK b. Pelaksanaan Transport, honorarium dan akomodasi pengumpul data dan supervisor Bahan Kontak c. Manajemen data Biaya pengiriman data dari kabupaten ke Provinsi Honorarium manajemen data d. Penyusunan Laporan Biaya Pertemuan Finalisasi Laporan Penggandaan laporan ATK e. Diseminasi hasil 18

19 Biaya penyelenggaraan workshop ATK penggandaan laporan f. Komponen pembiayaan dalam kegiatan PSG ATK Honor entry data Perjalanan Dinas (transport dan lumpsum) 19

20 BAB IV TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Persiapan Dalam pelaksanaan PSG 2017, dilakukan persiapan sebagai berikut : 1. Pembuatan Kuesioner, 2. Penyusunan Pedoman 3. Aplikasi PSG 4. Rekrutmen Petugas B. Orientasi PSG 1. Orientasi tingkat pusat 2. Orientasi Tingkat Provinsi C. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data antropometri dan informasi terkait indicator kegiatan pembinaan gizi sebagai berikut : 1. Status Gizi (Data Antropometri) 2. Konsumsi Gizi 3. Indikator Kinerja D. Manajemen Data 1. Editing kuesioner 2. Entry Data Kuesioner atau formulir pengumpulan data yang telah dicek dan divalidasi pengisian dan kelengkapan data yang diperlukan, selanjutnya entry data dilakukan oleh Tim Provinsi dan wajib menggunakan aplikasi sisfogizi terpadu yang dipersiapkan untuk pelaksanaan PSG dan software NutriClin untuk data PKG. 3. Cleaning Data di Daerah Tahap ini merupakan cleaning tahap awal yang dilakukan terhadap data entry untuk mengidentifikasi adanya data ekstrim. Data ekstrim divalidasi ulang dengan melihat kembali kuesioner atau formulir pengumpulan data yang telah dicek dan divalidasi oleh Supervisor. 4. Cleaning Data di Pusat Sebelum pengolahan dan analisis data lebih lanjut, dilakukan cleaning data di pusat untuk melihat konsistensi data, missing data dan distribusi data serta membuat query hasil PSG pada aplikasi. 20

21 5. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi (software) PSG yang telah disiapkan. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau software lainnya, misalnya SPSS dan MS Excel. Hasil pengolahan dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel silang, grafik, gambar dan narasi. E. Pembuatan Laporan Laporan hasil pelaksanaan PSG disusun oleh Tim Pusat dan masing masing Provinsi. F. Diseminasi Diseminasi hasil PSG dilaksanakan setelah selesai cleaning data di pusat. Hasil PSG perlu di-diseminasikan kepada kepala daerah (Gubernur, Bupati/ Walikota) dan kepada pemangku kepentingan terkait baik di kabupaten/ kota, provinsi dan pusat. Diharapkan hasil PSG dapat dimanfaatkan untuk penentuan tindakan cepat (quick response), pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan perencanaan. 21

22 BAB V PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Organisasi, Penanggung jawab dan Tugas Pelaksana dan penanggungjawab PSG secara berjenjang adalah: 1. Tim Pusat: a. Penanggungjawab : Direktur Gizi Masyarakat b. Ketua Pelaksana : Kasubdit Kewaspadaan Gizi c. Sekretaris : Kepala Sub Bagian Tata Usaha d. Pelaksana lapangan : 1. Kepala Seksi Surveilans 2. Kepala Seksi Ketahanan Gizi e. Tim Teknis Pemantauan Status Gizi: 1) Koordinator : Kasubdit Peningkatan Mutu dan Kecukupan Gizi 2) Anggota : Kepala Seksi Mutu Gizi (1) Kasi Masalah Gizi Makro (2) Kasi Konsumsi Gizi Umum (3) Staf Kewasadaan Gizi (4) Staf Bagian Tata Usaha f. Tim Teknis Pemantauan Konsumsi Gizi : 1) Koordinator : Kasubdit Pengelolaan Konsumsi Gizi 2) Anggota : Kasubdit Penanggulangan Masalah Gizi (1) Kasi Kecukupan Gizi (2) Kasi Masalah Gizi Mikro (3) Kasi Konsumsi Gizi Khusus (4) Staf Penanggulangan Masalah Gizi g. Tim Manajemen dan Analisis Data: 1) Badan Litbangkes 2) Seluruh Poltekes Jurusan Gizi 3) Direktorat Gizi Masyarakat h. Tim Supervisor Lapangan: 1) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan RI 3) Direktorat Gizi Masyarakat Tugas Tim Pusat: 1) Menyiapkan Petunjuk Teknis (Juknis) PSG, aplikasi entry data PSG dan pedoman pengoperasiannya, instrumen dan peralatan pendukung lainnya. 2) Sosialisasi Juknis PSG kepada Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi dan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi). 3) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinas Kesehatan Provinsi (Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi). 4) Membuat rencana kerja dan biaya. 22

23 5) Meningkatkan kapasitas pelaksana PSG di Provinsi melalui Bimbingan Teknis dan Pendampingan. 6) Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis, penyusunan laporan dan diseminasi hasil) di seluruh Indonesia. 2. Tim Provinsi/ Kabupaten/ Kota/Poltekkes/Puskesmas a. Penanggungjawab Provinsi: Pengelola program gizi provinsi Tugas: 1) Sosialisasi Juknis PSG kepada Pengelola Gizi Kabupaten/ Kota. 2) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinkes Kabupaten/ Kota. 3) Membuat rencana kerja dan biaya. 4) Menyediakan instrumen dan peralatan pendukung. 5) Rekruitmen dan peningkatan kapasitas pelaksana PSG. 6) Melaksanakan pengumpulan data. 7) Melakukan supervise pengumpulan data. b. Penanggungjawab Kabupaten/ Kota: Pengelola program gizi kabupaten/ kota Tugas: 1) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Puskesmas. 2) Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG terutama dalam menetapkan klaster di kabupaten dan kota serta pengumpulan data pada klaster terpilih. c. Supervisor Syarat : 1) Pendidikan Minimal S1 Kesehatan 2) Berpengalaman sebagai enumerator atau supervisor 3) Bersedia dilapangan selama pengumpulan data Tugas: 1) Menyusun rencana supervisi. 2) Mendampingi Enumerator selama pengumpulan data di lapangan 3) Editing Kuesioner (entry koding kuesioner) 4) Cleaning Data di daerah 5) Melakukan bimbingan terhadap tim pengumpul data. 6) Menyelesaikan masalah secara teknis terkait pengambilan dan entry data. d. Puskesmas Tugas: 1) Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Pustu/ Polindes/ Poskesdes terutama dalam menentukan pusat klaster di desa/ kelurahan/ RW. 2) Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG mulai dari menetapkan rumah tangga pada klaster terpilih dan pengumpulan data di rumah tangga. e. Tim pengumpul data (Enumerator): Syarat : 1) Pendidikan minimal D3 Kesehatan (Gizi) Tugas : 2) Mengumpulkan data 3) Entry data 23

24 B. Alur Pengorganisasian Pelaksanaan PSG Pusat Direktorat Bina Gizi Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes Koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional) Provinsi Dinkes Provinsi Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (kabupaten/kota) Kabupaten/kota Dinkes Kabupaten/Kota Kecamatan Puskesmas Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring, dan umpan balik Desa/Kelurahan (RW) Pustu/Polindes/Poskesdes Pelaporan Umpan Balik Gambar 2 Pelaporan Pemantauan Status Gizi dan Pemantauan Konsumsi Gizi Keterangan: 1. Tim Pusat (Direktorat Gizi Masyarakat, Poltekkes Kemenkes/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes) melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional). 2. Tim Provinsi (Poltekkes Kemenkes/ Perguruan Tinggi Jurusan Gizi) melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (kabupaten/ kota). 3. Tim Kabupaten/ Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota) melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring dan umpan balik. 4. Petugas Gizi Puskesmas (dibantu petugas kesehatan di Pustu/ Polindes/ Poskesdes) membantu Tim Provinsi dan Dinas KesehatanKabupaten/ Kota menentukan sampel rumah tangga dan pelaksanaan pengumpulan data. 24

25 BAB VII P E N U T U P Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas pengelola kegiatan gizi masyarakat khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi. Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi untuk memperoleh informasi gambaran status gizi dan informasi pencapaian sasaran dan target kegiatan gizi masyarakat. Tersedianya informasi tersebut akan mendukung manajemen kegiatan gizi masyarakat untuk pengambilan keputusan dan tindakan, penentuan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan gizi masyarakat di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. Dengan adanya Pedoman Teknis ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam menyelenggarakan PSG, sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak akan tersedianya informasi status gizi dan pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. 25

26 Lampiran 1 Tabel Acak

27

28 Lampiran 2 Kuesioner Rumah Tangga 28

29 29

30 30

31 31

32 32

33 Lampiran 3 Kuesioner Rumah Individu 33

34 34

35 35

36 36

37 37

38 38

39 39

40 40

41 Lampiran 4 Kuesioner Konsumsi Gizi Balita 41

42 42

43 Lampiran 5. Panduan Kerja Menimbang dan Mengukur A. Menimbang Menggunakan Timbangan Digital Untuk Anak Dan Dewasa Alat timbang diletakkan di tempat yang keras dan rata Nyalakan timbangan sampai tampilan jendela baca tampak angka 0.0. Timbangan sudah siap digunakan. Lepaskan alas kaki lalu berdiri diatas alat timbangan. Pastikan kaki atau pakaian tidak menutupi jendela baca Angka penimbangan akan berubah-ubah sampai pada hasil yang tetap. Kemudian catat dalam Kilogram (kg) dengan tingkat ketelitian 0.1 Kg. Menimbang Anak dan Ibunya Nyalakan timbangan sampai tampilan jendela baca tampak angka 0.0. Timbangan sudah siap digunakan. Timbang ibu terlebih dahulu. Anak digendong orang lain. Catat hasil penimbangan berat badan ibu. Kemudian ibu turun dari alat penimbangan. Berikan anak kepada ibunya. Untuk Bayi harus ditimbang dalam keadaan telanjang dan anak-anak yang lebih tua harus ditimbang dengan pakaian seminimal mungkin. Jika menanggalkan pakaian bayi tidak dapat diterima oleh masyarakat, lepaskan pakaian yang dipakai sebanyak mungkin. Timbang ibu kembali sambil menggendong anak. Pada jendela baca akan terlihat hasil penimbangan berat badan anak dan ibunya. Catat hasil penimbangan. Berat badan anak adalah hasil pengurangan berat badan ibu dan anak dengan berat badan ibu. B. Menimbang Berat Badan Bayi dengan Timbangan Bayi Digital (Baby Scale) Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar Nyalakan timbangan sampai jendela baca menunjukkan angka nol. 43

44 Letakkan bayi diatas timbangan Baca angka pada jendela baca. Hasil penimbangan dalam satuan Gram (gr). catat berat badan bayi dalam gr kemudian konversi kedalam Kg saat entry data Digunakan untuk Berat: Min: 5 g Mak: 20 kg Perhatikan hal-hal berikut: - Lakukan penimbangan anak setelah wawancara. - Timbang anak satu per satu, untuk menghindari kesalahan dalam mencatat hasil pengukuran - Pada saat menimbang, jagalah anak tersebut agar tetap tenang. - Catatlah hasil pengukuran dengan menggunakan pensil sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera dikoreksi. [Disarikan dari Buku Panduan Pemulihan Yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi. Jakarta: Core-USAID, 2004) C. Mengukur Panjang Badan Anak Mengukur panjang/tinggi badan anak tergantung pada umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Jika anak usia kurang dari 2 tahun, ukur panjang badan anak dengan berbaring telentang menggunakan papan ukur panjang badan yang harus ditempatkan di atas permukaan yang rata, misalnya di meja. Jika anak tidak mau diukur terlentang maka dapat diukur dengan menggunakan alat ukur berdiri (mikrotois) Jika anak berusia 2 tahun atau lebih, ukur dalam keadaan berdiri kecuali jika anak tidak mampu untuk berdiri ukur dengan cara telentang. Untuk pengukuran tinggi badan, gunakan papan dalam posisi pada sudut 90 derajat tegak lurus terhadap lantai dan sejajar dengan dinding atau tiang. Untuk mengukur panjang badan/tinggi badan anak harus lepaskan sepatu, kaos kaki pita, dan asesoris rambut jika akan mengganggu pengukuran panjang/tinggi badan. Catat hasil dan cara pengukuran pada kuesioner Alat ukur panjang badan Panjang maksimal 150 cm. Baringkan anak secara telentang sampai punggung 44

45 menempel pada alas dan kepala anak paling atas menempel pada bagian papan kepala. Posisikan kepala sehingga satu garis vertikal antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan papan (Mata anak harus melihat lurus/langsung ke atas.) Punggung harus menempel papan, dan tulang belakang tidak melengkung. Tekan lutut anak dengan satu tangan dan geser papan kaki dengan tangan yang satunya. Jika anak benar-benar sulit diukur dengan kedua kakinya, ukur dengan satu kaki pada posisi yang sama dengan menggunakan dua kaki. Sementara memegang/menahan lutut, tarik papan geser ke arah kaki anak. Telapak kaki harus rata menyentuh papan geser, jari-jari kaki mengarah ke atas. Baca hasil pengukuran dan catat panjangnya dalam cm sampai 0,1 cm. D. Mengukur Tinggi Badan Anak dan Dewasa Mengukur tinggi badan dalam posisi berdiri menggunakan mikrotois. Panjang mikrotois sampai 2 meter. Pasang pada dinding datar dan lurus. Tarik mikrotois sampai garis merah menunjukkan posisi nol, kemudian bagian atas direkatkan di dinding dengan isolatif/perekat/paku pada dua tempat agar tidak lepas/stabil. Garis merah mikrotois menunjukkan posisi NOL Sebelum pengukuran pastikan kembali garis merah tepat pada posisi nol Pastikan bahwa lantai tempat berdiri datar dan keras. Lepaskan sepatu, kaos kaki dan asesoris rambut sebelum melakukan 45

46 pengukuran. Untuk anak bantu posisi untuk berdiri tepat membelakangi alat ukur. Bagian belakang kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit harus semua menempel pada dinding. Untuk anak yang gemuk atau orang dewasa minimal ada tiga titik yang menempel pada dinding yaitu punggung, pantat, dan betis. Posisikan kepala sehingga menjadi satu garis horizontal antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan dinding. Untuk menjaga kepala tetap pada posisi ini, pegang dagu. Pertahankan posisi, gunakan tangan yang lain untuk menarik kebawah papan siku sampai menyentuh puncak kepala. Sejajarkan mata pengukur dengan pita pengukur. Baca hasil pengukuran dan catat tinggi badan dalam cm sampai ketelitian 0,1 cm. Saat mengukur anak, dapat meminta ibunya untuk memberikan perhatian pada anak, menenangkan anak jika dibutuhkan, dan membantu pengukur jika anak pindah dari posisi yang benar. E. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) Sasaran pengukuran LiLA adalah Wanita Usia Subur (WUS) umur tahun dan ibu hamil. Alat: pita LiLA sepanjang 36 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Contoh Pita LiLa Berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang. Singsingkan lengan baju keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup. Jika seorang lebih banyak beraktivitas dengan tangan kanan maka yang diukur lengan kiri, dan sebaliknya. Namun jika lengan kiri lumpuh maka yang diukur adalah lengan kanan dan beri keterangan pada kolom catatan pengumpul data. Tentukan posisi pangkal bahu. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut. 46

47 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada responden). Perhatikan titik nolnya. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku). Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (ke arah angka yang lebih besar). Catat hasil pengukuran. Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek. Catatan: - Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran semua alat di kalibrasi terlebih dahulu. - Siapkan baterai cadangan untuk timbangan digital 47

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2017

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2017 HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2016 Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2017 2 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT Puji syukur

Lebih terperinci

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2018

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2018 1 HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2017 Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan 2018 2 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT Puji syukur

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI JAKARTA 2014 0 KATA PENGANTAR Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Aceh 2016

Dinas Kesehatan Aceh 2016 Dinas Kesehatan Aceh 2016 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019 Peningkatan surveilans gizi termasuk 1 pemantauan pertumbuhan Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, dll 2 PERBAIKAN GIZI Peningkatan

Lebih terperinci

Pengumuman Hasil Ujian Test Logika Umum Seleksi Calon Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2017

Pengumuman Hasil Ujian Test Logika Umum Seleksi Calon Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2017 Pengumuman Hasil Ujian Test Logika Umum Seleksi Calon Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2017 Nomor: 027/ITDel/WRIII/PPS/Rev1/V/2017 Tanggal: 24 Mei 2017 Menindaklanjuti

Lebih terperinci

[LAPORAN SURVAI PEMANTAUAN STATUS GIZI PROVINSI ACEH 2017]

[LAPORAN SURVAI PEMANTAUAN STATUS GIZI PROVINSI ACEH 2017] 2017 Poltekkes Kemenkes Aceh bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Aceh Studi Monitoring dan Avaluasi Program Gizi PSG & PKG ACEH MASALAH STATUS GIZI BALITA ACEH HASIL PSG 2015-2017 KURUS BUKUR PENDEK OBESE

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DI KECAMATAN PARLILITAN, KECAMATAN PAKKAT, KECAMATAN TARABINTANG DAN KECAMATAN DOLOKSANGGUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MELALUI PGS DAN PSG

REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MELALUI PGS DAN PSG REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI 2015 2019 MELALUI PGS DAN PSG ANUNG SUGIHANTONO Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada: Workshop Cakupan Indikator Pembinaan

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang. KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PRASARANA WILAYAH T.A. 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PRASARANA WILAYAH T.A. 2012 RENCN UMUM PENGDN BRNG/JS DINS PRSRN WILYH T.. 2012 PENGGUN NGGRN : Ir. TUMBUR HUTGOL, MT UNIT KERJ : DINS PRSRN WILYH KB.HUMBNG HSUNDUTN LMT : JL. BONN DOLOK KM. 2,5 KOMPLEKS PERKNTORN PURB DOLOKDOLOKSNGGUL

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah No.582, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Tapanuli Utara. Provinsi Sumut. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Pada Data Primer Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat dengan melakukan penelitian / survei yang berjudul Gambaran Umum Status Gizi dan Kesehatan Baduta,

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Puji syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I. 5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 32 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan cross sectional yaitu untuk mengetahui kedua variabel baik dependen maupun independen yang dilakukan observasi pada saat

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI

PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI 613.2 Ind p KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI JAKARTA

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1 Provinsi :. 1 2 Kabupaten/Kota :. 2 3 Kecamatan: :. 3 4 Desa/Kelurahan :. 4 5 Tipe Desa/Kelurahan : 1 = Perkotaan 2 = Perdesaan 5 6 mor Klaster :.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

DAFTAR SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN Baktiraja Kec. Bakti Raja Resman Sitohang

DAFTAR SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN Baktiraja Kec. Bakti Raja Resman Sitohang DAFTAR SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2017 NO Nama Sekolah NPSN Alamat Kecamatan Nama KepSek 1 SD NEGERI 173353 SIMANGULAMPE BAKTI RAJA 10259848 Baktiraja Kec. Bakti

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta p. 021 5203883 f. 021 5210176 direktoratbinagizi@gmail.com www.gizi.depkes.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain dan Tempat Penelitian. Teknik Penarikan Contoh. di = di/d x 100

METODE PENELITIAN. Disain dan Tempat Penelitian. Teknik Penarikan Contoh. di = di/d x 100 METODE PENELITIAN Disain dan Tempat Penelitian Penelitian ini bagian dari penelitian yang dilaksanakan Khomsan et al (006) bekerjasama dengan Neysvan Hoogstraten Foundation (NHF) The Netherlands yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama pada negara-negara berkembang dan kurang berkembang, masalah ini mempengaruhi kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi kronis, kurang energi protein dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien KONSULTASI GIZI.. A. PENGERTIAN Serangkaian proses komunikasi dua arah untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makanan yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Boyolali III, Puskesmas Ampel I, Puskesmas Ampel II, Puskesmas Sambi I, Puskesmas Andong, Puskesmas Selo

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1) PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL)

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL) PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL) KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 1 KATA PENGANTAR Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Upaya perbaikan status

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Status Gizi Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Jumlah anggota keluarga Langsung Tidak Langsung Biokimia Klinis Antropometri

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul Penyusunan Model Perbaikan Status Gizi Dan Kesehatan Anak Balita Pada Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052 SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 Organisasi Bidang Seksi Program KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 : Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0 PROGRAM GIZI 1.Tujuan Sebagai pedoman Petugas Gizi Puskesmas dalam pengolahan data bulanan dari desa untuk mendapat data yang valid, akurat dan tepat waktu. Pengelolaan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik, yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gresik karena ibu hamil yang mengalami KEK dan bayi dengan berat lahir rendah masih tinggi. Waktu pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan dapat tercipta apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering dialami anak pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang belum dapat diselesaikan, khususnya masalah kekurangan gizi. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah nasional Kelompok usia yang rentan masalah gizi antara lain usia balita: Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun penyebabnya. Gizi buruk secara langsung

Lebih terperinci

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 613 Ind p Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (balita-ibu hamil-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG)

Pokok-Pokok Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) Pokok-Pokok Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) Subandi Sardjoko Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Disampaikan pada Lokakarya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat

Lebih terperinci

UPAYA PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI YUSNIWATI, SKM, M. KES DINAS KESEHATAN PROVINSI ACEH

UPAYA PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI YUSNIWATI, SKM, M. KES DINAS KESEHATAN PROVINSI ACEH ANALISIS PENILAIAN STATUS GIZI DARI PEMANTAUAN STATUS GIZI 2014-2016 UNTUK PENGGERAKAN PELAKSANAAN KEGIATAN GIZI MASYARAKAT TA 2017 DAN KEBIJAKAN KEGIATAN GIZI MASYARAKAT TA 2018 UPAYA PERCEPATAN PERBAIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki permasalahan yang kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

Lebih terperinci