BAB II A. TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK. akan merasakan akibat yang timbul dari perceraian.
|
|
- Yenny Leony Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II A. TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK A. Pengertian talak Perceraian apapun penyebabnya akan selalu membawa resiko yang cukup berat, terutama resiko yang tidak terwujud benda akan dirasakan oleh semua pihak. Resiko ini tidak saja di rasakan oleh suami dan isteri yang bercerai akan tetapi anak-anak akan merasakan akibat yang timbul dari perceraian. Salah satu akibat yang akan deterima oleh anak adalah mereka akan merasakan kehilangan salah satu tumpuan kasih sayang dari orang tua mereka. Hal ini disebabkan perceraian dapat mengakibatkan berpisahnya orang tua mereka dalam kehidupan berkeluarga. Oleh sebab itu baik di dalam Hukum Islam maupun di dalam undang undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan mempersempit adanya perceraian, sehingga perceraian merupakan jalan darurat yang dapat di tempuh apabila perkawinan memang benar-benar sudah tidak dapat di selamatkan lagi. Perceraian ( cerai ) dalam hukum Islam disebut dengan istilah talak, yang berasal dari bahasa arab الطلاق artinya. فرقة melepaskan Talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan, baik 16
2 17 ikatan lahir maupun ikatan batin, sedangkan talak menurut syara` adalah melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan dengan lafadz talak. 11 Menurut asalnya talak itu hukumnya makruh yang berarti suatu perbuatan yang boleh di lakukan, akan tetapi apabila tidak dilakukan perbuatan itu mendapat pahala. Hal ini di dasarkan pada hadist riwayat dari Ibnu Umar : عن ابن عمر قال: (رواه ابو داود وابن ماجة) قال رسول االله صلعم: ابغض الحلال الىاالله الطلاق Artinya : Perbuatan halal yang paling di benci Allah, adalah talak 12 Talak itu di benci bila tidak ada suatu alasan yang benar, sekalipun Nabi Muhammad Saw menamakan talak sebagai perbuatan halal, karena ia merusakkan perkawinan yang mengandung kebaikan-kebaikan yang di anjurkan oleh agama. Walaupun tidak di perbolehkan dalam hukum Islam akan tetapi perbuatan tersebut merupakan jalan darurat terakhir yang dapat di tempuh dalam suatu perkawinan yang sudah tidak ada kecocokan. Ada pengertian talak secara istilah adalah sebagai berikut : 1. Menurut Sayid Saliq : وفىالشرع حل رابطة الزوج وا اء العلاقة 11 Syekh Ibrahim al Bajuri, Al Ikria`, Thoha Putra, Juz I, Semarang, halaman Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Attahiriyah, Cetakan ke-32, Jakarta, halaman 401.
3 18 Artinya : Talak menurut syara adalah melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan Menurut Abdur Rahman Al-Jazuri : با نه ا زالة النكاح اونقصان حله بلغظ مخصوص. النكاح رفع العقد بحيث لاتحل له الزوجة بعد ذلك ومعنى ا زالة Artinya: Pengertian talak secara istilah menghilangkan ikatan perkawinan dengan ucapan tertentu. Adapun pengertian Izalatun Nikah pudarnya akad perkawinan dimana sesudah itu suami tidak halal lagi mencampuri isterinya. 14 Dari pengertian diatas, dapatlah di pahami bahwa talak mempunyai arti, putusnya ikatan perkawinan atau dengan kata lain perceraian antara suami isteri baik itu timbulnya dari pihak suami ataupun dari pihak isteri bahkan kesepakatan antara keduanya. Sejalan dengan prinsip perkawinan dalam Islam yang mempunyai tujuan bahwa perkawinan adalah untuk selamanya sehingga perceraian merupakan jalan yang boleh di tempuh oleh suami isteri apabila sudah tidak ada kecocokan lagi diantara mereka. Tetapi hal ini harus terlebih dahulu diusahakan perdamaian dan juga pasangan suami isteri yang akan bercerai harus mengemukakan alasan mengapa mereka memilih jalan perceraian. 13 SyekhDabiq, Fiqhus Sunnah, Juz II, Darul Kitab Al-Arabi, Cet. II, 1973, halaman Abdur Al Rahman Al-Jaziri, Fiqh` ala Madzhabil Arba`ah IV, Ilmiyah, Bairut, 1997, halaman 249.
4 19 Islam sebagai suatu agama yang tidak menyukai adanya suatu pemaksaan baik dalam hal beragama maupun dalam hal perkawinan. Sehingga apabila pasangan suami isteri sudah tidak bisa bersatu untuk mencapai tujuan cita-cita perkawinannya maka dengan keadilan Allah di buka suatu jalan keluar yaitu dengan perceraian, meskipun perceraian merupakan hal yang paling dibenci Allah, namun perceraian ini merupakan hal yang lebih baik di bandingkan apabila perkawinan yang sudah tidak ada kecocokan itu di lanjutkan dengan keterpaksaan sehingga mungkin akan dapat lebih mendatangkan kesengsaraan bagi mereka. Di dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak terdapat definisi yang jelas mengenai perceraian, hanya saja disebutkan secara umum, bahwa putusnya perkawinan itu dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : a. Kematian Dalam hal seorang suami atau isteri atau keduanya meninggal dunia sehingga dengan sendirinya perkawinan mereka putus karena kematian atau putusnya perkawinan yang terjadi secara alami. b. Perceraian c. Atas putusan sidang H. Abdurrahman, SH, MH, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Banjarmasin, 1992, halaman 76.
5 20 Pasal 39 undang undang No.1 tahun 1974 menyebutkan bahwa perceraian hanya dapat di lakukan di depan sidang pengadilan yang berwenang setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan para pihak. 16 B. Dasar Hukum Talak Dalam Agama Islam, perceraian walaupun sangat dibenci Allah akan tetapi hukumnya di perbolehkan. Dasar pembolehannya terdapat dalam firman Allah Qs. Al-Falak : ي ا ا ي ه ا الن ب ي ا ذا طل قت م الن س اء ف ط ل قوه ن ل ع د ت ه ن و ا ح ص وا ا لع د ة و ات قوا الل ه ر ب ك م (الطلاق: 1 ) Artinya : Wahai Nabi, apabila kamu hendak menceraikan isteriisterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat ( menghadapi ) iddahnya ( yang wajar ) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertaqwalah kepada Allah Tuhannmu. (Qs. Al Falak : 1 17 Selain itu adalah firman Allah QS. Al-Baqarah : 227 و ا ن ع ز م وا ال طلاق فا ن الل ه س م يع ع ل يم (البقرة: 227 ) Artinya : Dan jika mereka telah berazam ( bertetap hati ) untuk talak maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi maha mengetahui Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan Hukum, 1999/2000, halaman Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur`an, 1971, halaman Ibid, halaman 55.
6 21 Hukum perkawinan Indonesia yang berlandaskan pada undangundang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undangundang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, undang - undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Inpres No. 1 / 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, pada dasarnya menjadikan perceraian sebagai jalan keluar bagi penyelesaian konflik dalam rumah tangga walaupun pada prinsipnya mempersulit terjadinya perceraian. UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam bab VII tentang putusnya perkawinan serta akibatnya, pasal 28 menyatakan : Perkawinan dapat putus karena : a. kematian, b. perceraian, dan c. atas keputusan pengadilan. 19. UU. No. 7 tahun 1989 tentang PA dalam bab XVI tentang putusnya perkawinan pasal 113 menegaskan : Perkawinan dapat putus karena : kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan. 20 Pasal 39 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawianan menyatakan : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak UU. No. 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1993, halaman UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama, Jakarta: Depag RI, 2000, halaman UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Op. Cit, halaman 17.
7 22 Peraturan Pemerintah RI No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawianan dalam bab V tentang tata cara perceraian pasal 18 menyatakan: Perceraian itu terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan sidang pengadilan. 22 Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dalam bagian kedua tentang pemeriksaan sengketa perkawinan pasal 65 menyatakan : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha mendamaikan kedua belah pihak. 23 Inpres No. 1 / 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dalam bab XVI tentang putusnya perkawinan pasal 115 menegaskan : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 24 C. Macam macam talak Di dalam hukum Islam maupun undang undang nomor 1 tahun 1974 terdapat berbagai bentuk perceraian berdasarkan tata cara dan alasan pengajuannya. Undang-undang membedakan 22 PP. No.9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU. No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1993, halaman UU. No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Jakarta: Depag RI, 2000, halaman Inpres No. 1 / 1991 tentang KHI, Jakarta: Depag RI, 2000, halaman 158.
8 23 antara perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak isteri. Hal ini karena karakteristik hukum islam dalam perceraian memang menghendaki demikian. Sehingga proses perceraian atas kehendak suami berbeda dengan proses perceraian atas kehendak isteri. Dari ketentuan-ketentuan mengenai perceraian di dalam undang-undang perkawinan pasal 39 sampai dengan pasal 14 dan tentang tata cara perceraian dalam peraturan pelaksanaan pasal 14 sampai dengan pasal 36 menutut K. Wantjik Saleh, SH dalam bukunya Perkawinan Indonesia, dapat ditarik kesimpulannya ada 2 macam perceraian, yaitu : a. Cerai talak Istilah cerai talak disebut dalam penjelasan pasal 14 peraturan pelaksanaan. Dan tentang percertaian ini di atur dalam pasal 14 sampai dengan pasal 18 peraturan pelaksanaan yang merupakan penegasan dari pasal 39 undang-undang perkawinan. Cerai talak ini hanya khusus untuk yang beragama Islam seperti yang dirumuskan oleh pasal 14 peraturan pelaksanaan sebagai berikut Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut Agama Islam, yang akan menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada pengadilan ditempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya di sertai dengan alasan
9 24 alasan serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu. 25 Perlu juga di tegaskan bahwa yang diajukan oleh suami tersebut bukanlah suatu surat permohonan akan tetapi merupakan surat pemberitahuan yang memberitahukan ia akan menceraikan isterinya dan untuk itu ia meminta kepada pengadilan agar mengadakan sidang untuk menyaksikan perceraian itu. Dan jika terjadi perceraian di muka pengadilan itu, maka ketua pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian ( jadi bukan surat penetapan atau surat putusan ) b. Cerai gugat. Sedangkan yang di maksud dengan cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh salah satu pihak kepada pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan. Menurut K. Wantjik Saleh, SH. Suatu perceraian yang di dahulukan oleh suatu gugatan dari salah satu pihak kepada pengadilan dinamakan cerai gugat. Dalam undang-undang perkawinan dan peraturan pelaksanaannya tidak menamakan hal ini cerai gugat, tetapi hanya menyatakan bahwa perceraian itu dengan suatu gugatan. 25 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalian Indonesia, Jakarta, 1996, halaman 38.
10 25 Peraturan pelaksanaan dalam penjelasan pasal 20 menegaskan sebagai berikut gugatan perceraian di maksud dapat dilakukan oleh seorang isteri yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh suami atau seorang isteri yang melangsungkan perkawinan menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain Agama Islam. 26 Gugat perceraian di ajukan oleh suami atau isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat. Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap,gugatan diajukan kepada pengadilan di tempat kediaman penggugat. Undang-undang Perkawinan menyatakan bahwa gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan dan tentang bagaimana tata cara gugatan perceraian diatur dalam peraturan pelaksanaan dari pasal 20 sampai dengan pasal Suatu perceraian dianggap terjadi dalam cerai gugat bagi yang beragama Islam terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan yang tidak beragama islam sejak saat pendaftarannya pada daftar pencatatan Kantor Pencatatan oleh pegawai pencatat. 26 Ibid, halaman Drs. H. Mukti Arto, SH, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1979, halaman 224.
11 26 Dengan berlakunya undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama terhitung mulai tanggal 29 Desember 1989 maka tata cara perceraian yang diatur dalam PP. No. 9 tahun 1975 pasal 14 sampai dengan pasal 18 dan ketentuan tentang gugatan cerai pasal 20 sampai dengan pasal 36 hanya berlaku bagi orang - orang yang melakukan perkawinan tidak menurut Agama Islam sepanjang telah diatur dalam undang-undang No. 7 tahun A. Alasan alasan Talak Atas dasar Firman Allah SWT dan sabda Nabi Muhammad SAW tersebut dapat disimpulkan bahwa talak atau perceraian antara suami isteri diperbolehkan dalam ketentuan hukum Islam. Namun demikian perceraian tersebut meskipun diperbolehkan oleh hukum Islam, dianjurkan untuk dihindari dan bahkan diberi kesempatan bagi keduanya untuk ruju` atau kembali sebagai pasangan suami isteri. Alasan-alasan perceraian menurut Hukum Islam antara lain meliputi : a. Karena suami miskin b. Karena salah satu pihak gila c. Karena suami melakukan penganiayaan berat terhadap isterinya
12 27 d. Karena pelanggaran terhadap taklik talak e. Karena cacat dan ketidakpuasan seksual. 28 Sesuai ketentuan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, pada Pasal 113 ditetapkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian atau keputusan Pengadilan. Sedangkan dalam Pasal 114 diatur bahwa putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Dalam Pasal 116 juga diatur mengenai alasan-alasan terjadinya perceraian yang meliputi : a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau lebih setelah perkawinan berlangsung. d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain 28 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta : Bulan Bintang, 1984, halaman 150.
13 28 f. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami. g. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga h. Suami melanggar taklik talak i. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. Sedangkan didalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yaitu pada Pasal 38 diatur mengenai putusnya perkawinan dapat disebabkan karena kematian, perceraian, atau atas putusan pengadilan. Lebih lanjut dalam Pasal 39 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan perceraian tersebut harus ada cukup alasan, bahwa antara kedua belah pihak tidak akan hidup rukun sebagai suami isteri Hilma Handikusuma, SH. Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung, 1983, halaman
14 29 Adapun alasan alasan yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan tersebut, lebih lanjut diatur dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yang meliputi : a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sifatnya sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut - turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya c. Salah satu pihak mendapat hukuman 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak yang lain e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau isteri f. Antara suami dan isteri secara terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran serta tidak ada harapan akan hidup rukun dalam rumah tangga. 30 Mengenai alasan salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit tersebut bagi Pegawai Negeri Sipil tidak dapat 30 Prof. H. Kilman Hadi Kusuma, SH. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan Hukum Adat Hukum Agama, Mandar, Bandung, 190, halaman 171.
15 30 diterapkan sebagai alasan perceraian. Hal ini sesiao dengan penjelasan Pasal 7 ayat ( 2 ) Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yaitu : Namun demikian, seorang Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian karena alasan isteri tertimpa musibah tersebut tidaklah memberikan keteladanan yang baik, meskipun ketentuan peraturan perundang-undangan memungkinkannya. Oleh karena itu izin untuk bercerai dengan alasan tersebut tidak diberikan.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK
20 BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK A. Landasan Teori Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian Perkawinan merupakan suatu sunnah Rasul SAW, yang bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. A. Analisis Hukum Terhadap Deskripsi Putusan Nomor: 455/Pdt.G/2013/PA.Spg Mengenai Perceraian Akibat Suami
Lebih terperinciIDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah
Lebih terperinciPerzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA
Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu aktifitas manusia yang telah menjadi takdir Allah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah firman Allah dalam surat ar-rum
Lebih terperinciBAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan
67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri
BAB II KERANGKA TEORITIK 2.1. Pengertian Perceraian Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri dengan keputusan pengadilan dan ada cukup alasan bahwa diantara suami isteri tidak akan
Lebih terperinciYANG HARAM UNTUK DINIKAHI
YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam dengan disyari atkannya nikah pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan seksual sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan Perkara Nomor 1061/Pdt.G/2016/PA.Bwi di Pengadilan Agama Banyuwangi) perspektif UU No.
Lebih terperinciA. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar
49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI STANDARISASI PENETAPAN MAHAR DALAM PERNIKAHAN GADIS DAN JANDA DI DESA GUA-GUA KECAMATAN RAAS KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.
BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO. 11 TAHUN 2007 A. Tata Cara Rujuk Menurut Pendapat Imam Malik dan Imam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:
SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm
P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat
Lebih terperinciBAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD
BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD A. Analisis Persamaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Status Perkawinan Karena Murtad Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taklik talak adalah suatu ucapan talak yang digantungkan pada suatu syarat yang syarat tersebut terjadi pada waktu yang akan datang. Syarat tersebut diucapkan
Lebih terperinciBolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?
"kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak
Lebih terperinciBAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg
BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak
Lebih terperinciTafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284
Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah dalam surat yasin: 36 1 2
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor:0800/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor:0800/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Wonosari yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada
Lebih terperinciب س م الله ال رح م ن ال رح یم
P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح یم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua pribadi antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam, yakni separuh nyawa antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya
Lebih terperinciBAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010. A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya
BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010 A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kehakiman bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat
Lebih terperinciProsiding Peradilan Agama ISSN:
Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Analisis Pendapat Imam Syafi i terhadap Pasal 116 (Huruf E) KHI Tentang Kriteria Cacat Badan atau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH) A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No. 619/ Pdt. G/ 2003/ PA. Dmk Tentang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya
BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.
Lebih terperinciPERBANDINGAN HUKUM ACARA PERCERAIAN ANTARA SUAMI DAN ISTERI DI PENGADILAN AGAMA
PERBANDINGAN HUKUM ACARA PERCERAIAN ANTARA SUAMI DAN ISTERI DI PENGADILAN AGAMA Oleh : Suhartanto I. Latar Belakang : Di dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ditentukan bahwa
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu, yang memeriksa dan mengadili pada tingkat pertama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan rumah tangga suatu permasalahan terkadang dapat diatasi, sehingga antara kedua belah pihak dapat berbaikan kembali, tetapi adakalanya perselisihan
Lebih terperinciBAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia
BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia Di Indonesia, secara yuridis formal, perkawinan di Indonesia diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memang diciptakan Allah SWT. untuk berpasang-pasangan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memang diciptakan Allah SWT. untuk berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami isteri, maka setiap diri akan cenderung untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya
Lebih terperinciف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب
7 Aliran yang menolak sunah/hadis rasul Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya di Jakarta pada Tanggal 16 Ramadhan 1403 H. bertepatan dengan tanggal 27 Juni 1983 M., setelah : Memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahagia dan sejahtera dalam rumah tangga Islam, sehingga terwujud sendi-sendi
1 BAB I PENDAHULUAN A) Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan upaya untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera dalam rumah tangga Islam, sehingga terwujud sendi-sendi untuk saling cinta-mencintai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan
4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan, seperti halnya Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan yang
Lebih terperinciSKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)
SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinci------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak
------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak yang diajukan oleh pihak :-------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar
Lebih terperinciBAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak
Lebih terperinciKUISIONER HASIL SURVEI TESIS
KUISIONER HASIL SURVEI TESIS STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERAGAMA ISLAM PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA PEKALONGAN Oleh : Nama : HENRI RUDIN NIM :
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA. 1. Deskripsi Perkara Permohonan Iwadl Perkara Khulu Berdasarkan. Perkara Nomor No.1274/Pdt.G/2010/PA.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Deskripsi Perkara Permohonan Iwadl Perkara Khulu Berdasarkan Perkara Nomor No.1274/Pdt.G/2010/PA.Mlg Penelitian ini diangkat dari sebuah kasus yang pernah
Lebih terperinciPENGERTIAN TENTANG PUASA
PENGERTIAN TENTANG PUASA Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan perkawinan dengan peraturannya masing-masing. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan juga merupakan kodrati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA
BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA A. Analisis terhadap Putusan dan Dasar Hukum Hakim Pengadilan Agama Surabaya No. 1440/Pdt.G/2007/PA. Sby Pengadilan Agama merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai
Lebih terperinciP E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk
P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun arti dari pada talak adalah membuka ikatan membatalkan perjanjian. Sedangkan furqah artinya
Lebih terperinciBAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs.
BAB IV PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs. A. Pendapat Imam Syafi i Tentang Cerai Gugat Karena Suami
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Terhadap Pola Tajdi>d al- Aqd (akad baru) Rahn di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik Praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat disebabkan adanya kebutuhan yang sangat
Lebih terperinciANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI
ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinci2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.
Lebih terperinciP U T U S A N. NOMOR /Pdt.G/2015/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan
P U T U S A N NOMOR /Pdt.G/2015/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG A. Praktek Ganti Rugi Dalam Jual Beli Anak Burung Di Pasar Burung Empunala Mojokerto Jual beli yang terjadi di Pasar Burung Empunala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan manusia adalah melengkapi kekurangan manusia lainnya. Salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat. bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Berbicara tentang mewakilan talak mungkin jarang terdengar di kehidupan sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak, kebanyakan terjadi dengan cara
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor:0953/Pdt.G/2010/PA.Wno
P U T U S A N Nomor:0953/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Wonosari di Jalan Alun-Alun Barat Nomor 1 Wonosari yang memeriksa
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan betapa pentingnya arti suatu keluarga yang diawali dengan perkawinan. Perkawinan merupakan pondasi awal membentuk suatu keluarga yang harmonis
Lebih terperinciBAB II PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM
BAB II PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM A. Tinjauan Umum Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian Perceraian menurut Bahasa Indonesia berasal dari kata cerai yang berarti perpisahan, perihal bercerai (antara
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh
P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang mengadili perkara Cerai Talak pada tingkat banding
Lebih terperinciFATWA TARJIH: HUKUM NIKAH SIRRI
FATWA TARJIH: HUKUM NIKAH SIRRI Pertanyaan dari: Pengurus salah satu BPH Amal Usaha di lingkungan Persyarikatan, disampaikan lisan pada sidang Tarjih (disidangkan pada: Jum'at, 8 Jumadal Ula 1428 H / 25
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 0009/Pdt.G/2015/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 0009/Pdt.G/2015/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Padang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat banding dalam persidangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB
49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB A. Prosedur Penetapan Wali Hakim oleh Kepala KUA Diwek Jombang Tanpa Upaya
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr
69 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Mojokerto Dalam Memutus Perkara Nomor: 1298/Pdt.G/2014/PA.Mr
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc
P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam perkawinan merupakan suatu ikatan yang harus diupayakan terjalin keutuhannya, namun secara manusiawi ikatan ini mustahil untuk selalu menjadi utuh.
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
No.755, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMSANEG. Pegawai. Perkawinan. Perceraian. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, serta menetapkan hak dan kewajiban masing-masing dari. membangun keluarga yang sehat secara lahir dan batin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan akad yang menghalalkan pergaulan sebagai suami istri (termasuk hubungan seksual) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan bukan muhrim
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 146/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN
PUTUSAN Nomor : 146/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ
STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Penetapan 2/3 Masa Pidana Minimal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM PROSES PERKAWINAN
BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM PROSES PERKAWINAN A. Ta aruf dalam Hukum Islam 1. Pengertian Ta aruf Kata ta aruf merupakan istilah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berbentuk isim masdar dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN
58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di
Lebih terperinciZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN
23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan
Lebih terperinciP E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk
P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah keharusan yang diperoleh dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan hakiki manusia karena manusia tidak akan bisa dipisahkan
Lebih terperinci