BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang perubahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang perubahan"

Transkripsi

1 77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi penelitian 1. Kantor Pajak Subang Kantor Pelayanan pajak Pratama Subang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata kerja instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak tanggal 31 Mei 2007, telah ditetapkan menjadi wilayah kerja kantor pelayanan Pajak Pratama Subang yang diterapkan pada akhir agustus. KPP Pratama Subang merupakan unit operasional dari kantor Wilayah DJP Jawa bagian Barat II Bekasi. KPP Pratama Subang mempunyai tugas : Melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak PPh, PPn, PPn BM dan pajak Tidak Langsung lainnya serta PBB dan BPHTB serta mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan pengembangan jumlah wajib pajak. 2) Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Pemberitahuan Masa serta berkas wajib pajak. 77

2 78 3) Pengawasan pembayaran masa terhadap Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya. 4) Penata usahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, pengajuan banding dan penyelesaian restitusi. 5) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan 6) Penerbitan surat ketetapan pajak 7) Pembetulan surat ketetapan pajak 8) Pengurangan sanksi pajak 9) Penyuluhan dan konsultasi perpajakan 10) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan pajak.

3 79 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang sebagai unit operasional dari Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II Bekasi Provinsi Jawa Barat mempunyai peran sebagai penghimpun dana untuk menunjang rencana penerimaan yang dibebankan kepada Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II Bekasi Provinsi Jawa Barat. Wilayah kerja KPP Pratama Subang meliputi 30 kecamatan se- Kabupaten Subang yaitu : 1. Kecamatan Sagalaherang 2. Kecamatan Serang Panjang 3. Kecamatan Jalan Cagak 4. Kecamatan Ciater 5. Kecamatan Cisalak 6. Kecamatan Kasomalang 7. KecamatanTanjungsiang 8. Kecamatan Subang

4 80 9. Kecamatan Cijambe 10. Kecamatan Cibogo 11. Kecamatan Cipunagara 12. Kecamatan Pagaden 13. Kecamatan Pagaden Barat 14. Kecamatan Kalijati 15. Kecamatan Dawuan 16. Kecamatan Purwadadi 17. Kecamatan Cikaum 18. Kecamatan Pabuaran 19. Kecamatan Patokbeusi 20. Kecamatan Ciasem 21. Kecamatan Binong 22. Kecamatan Tambakdahan 23. Kecamatan Compreng 24. Kecamatan Pusakanegara 25. Kecamatan Pusakajaya

5 Kecamatan Pamanukan 27.Kecamatan Legonkulon 28.Kecamatan Sukasari 29.Kecamatan Blanakan 30.Kecamatan Cipeundeuy KPP Pratama Subang memberdayakan pegawai sebanyak 65 orang per 31 Desember 2008 yang tersebar pada seksi-seksi. Tabel 4.1 Jumlah pegawai Kantor Pajak Subang

6 82 No Nama Seksi Jumlah Orang kepala Kantor Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi Penagihan Seksi Eksentifikasi Seksi Pemeriksaan Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 Kelompok Fungsional Jumlah 65 Berdasarkan golongan kepangkatan terdiri dari :

7 83 1. Golongan IV : I Orang 2. Golongan III : 26 Orang 3. Golongan II : 38 Orang Jumlah : 65 Orang Sarana dan perlengkapan gedung kantor sebagai penunjang kegiatan kantor dengan status sewa di atas tanah seluas M 2 di jalan Arief Rahman Hakim No 8 Kelurahan Cigadung Kecamatan Subang Kabupaten Subang, dengan fasilitas antara lain Aliran listrik 105 KVA, 5 Line telepon, Areal parkir mobil dan sepeda motor. 2. Desa Purwadadi Timur Kecamatan Purwadadi Desa yaitu satu bentuk pemukiman di daerah yang berada di luar batas perkotaan. Desa merupakan satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunanan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa, yakni keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam pembentukan atau penggabungan desa harus memeperhatikan asal-usulnya yaitu atas prakarsa masyarakatnya. Demikian pula dengan desa Purwadadi Timur atas usul masyarakatnya. Desa Purwadadi berasal dari kata Purwa wiwitan yang artinya pertama, dan Dadi yang berarti Jadi. Sehingga Purwadadi mengandung arti Pertama jadi.

8 84 Di desa Purwadadi ini pertamanya banyak pendatang yang masuk kemudian pendatang tersebut kemudian menetap di Purwadadi. Pada awal mulanya itu hanya ada satu desa yaitu desa Purwadadi saja, akan tetapi pada tahun yaitu pada pemerintahan lurah Salbi tepatnya itu pada tanggal 20 Desember 1980 di mekarkan menjadi Desa Purwadadi Timur dan desa Purwadadi barat. Untuk lebih jelasnya, maka kita lihat tabel di bawah ini yang berisi tentang sejarah Desa purwadadi dari masa jabatan lurah pertama sampai dengan sekarang beserta dengan masa jabatannya. Tabel 4.2 Sejarah Desa Purwadadi No Nama Masa Jabatan Keterangan 1. SUKRI Zaman penjajahan / kademangan 2. NAYAWEDANA NAYAKERTA PERWITA SUWADA SUWIRYA Peltu NANA Pjs. SUMARNA 8. M. SALBI HERYADI 9. SERMA ISHAK ISKANDAR Pada tanggal 20 Desember 1980 dimekarkan menjadi desa Purwadadi timur dan desa purwadadi barat Pjs. 10. ANO KARNO Pjs. 11. TEDDY DJUBAEDI Perpanjangan masa jabatan karena menjelang Pemilu

9 YANTO IRIANTO 1998 Sekarang Letak batas Desa / Kelurahan Keterangan Desa Purwadadi Timur ini sendiri memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut Tabel 4.3 Batas Wilayah Desa

10 86 Sebelah utara Pasir bungur JL PTP Sebelah Wanakerta Kebun Selatan Sebelah Barat Purwadadi Barat JL Raya Sebelah Timur Parapatan Tersisa Tabel 4.4 Wilayah Administratif desa Purwadadi Timur No Dusun RW 1. Krajan Timur RW Blok Sawo, Bojong Gending RW Tumaritis Sukamulya RW Babakan Bandung, Blok Pilar RW Warung Asem RW BTN Purwadadi RW 005A 7. Wanaraja, babakan buah, Karang Asih RW 006 Gambar 4.2 Struktur organisasi Pemerintahan Desa Maman Suherman BPD Yanto Irianto Kepala Desa

11 87 Aip Syamsul Ma rif Sekretaris Desa Ipah S Ka. Ur. Pem Urip S Ka. Ur Ekbang Lala H Ka. Ur Kesra Otong.R Ka. Ur. Keu Ano Karno Ka. Ur. Umum Kosim E. Walyanan Nandirin Wasla Maman Kadus 01 Kadus 02 Kadus 03 Kadus 04 Kadus 05 Kadus 06

12 88 3. Kondisi Sosiografis Desa Purwadadi Timur Penduduk desa Purwadadi Timur terdiri dari 7535 jiwa, dan terbagi ke dalam : Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Purwadadi Timur berdasarkan jenis kelamin : No RW Laki-laki Perempuan Jumlah A Jumlah Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Desa Purwadadi Timur Berdasarkan umur : Usia Jumlah 0-16 tahun Tahun Tahun Tahun ke atas 437 Jumlah 7535

13 89 Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Desa Purwadadi Timur Berdasarkan Agama Agama Jumlah Islam 7491 Kristen 44 Khatolik - Hindu - Budha - Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Desa Purwadadi Timur Berdasarkan Etnis Etnis Jumlah Tionghoa - Sunda 7491 Jawa 44 Batak - Lainnya - Tabel 4.9 Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Purwadadi No Lembaga Jumlah 1 TK 5 2 SD 7 3 SLTP 1 4 SLTA 1

14 90 Tabel 4.10 Jumlah Lembaga Adat Desa Purwadadi No Lembaga Jumlah 1 Kumpulan Kematian 1 2 Ruatan Bumi 1 3 Gotomg royong 1 Tabel 4.11 Jumlah Lembaga Keamanan Desa Purwadadi No Bentuk Jumlah 1 Pos Kamling 24 2 Hansip/sejenisnya 12 3 Bentuk partisipasi msyarakat dalam kamling (ronda malam) Tak terhingga Tabel 4.12 Jumlah Prasarana Peribadatan Desa Purwadadi Timur No Sarana Jumlah 1 Mesjid 8 2 Langgar/suarau/mushola 12 3 Gereja 1 4 Vihara - 5 Pura -

15 91 Tabel 4.13 Jumlah Prasarana Olah raga Desa Purwadadi Timur No Sarana Banyaknya 1 Lapangan Sepak bola 1 2 Lapangan Bulu tangkis 5 3 Meja Pingpong 4 4 Lapangan Voli 9 Tabel 4.14 Jumlah Prasarana Kesehatan Desa Purwadadi Timur No Sarana Banyaknya 1 Poliklinik 2 2 Posyandu 9 3 Toko Obat 5 4 Tempat dokter Praktek 3 B. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam menafsirkan hasil wawancara ini, penulis akan mendeskripsikan secara langsung hasil temuan yang didapat dari Kantor Pajak, aparat pemerintah desa dan juga dari masyarakat. Hasil wawancara ini disusun berdasarkan pertanyaan penelitian yang sebelumnya telah dibuat, sebagai berikut:

16 92 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar pajak bumi dan bangunan a. Wawancara dengan Aparatur Pemerintah Desa Aspek penting yang menentukan tingkat kesadaran masyarakat dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan terdiri dari empat aspek salah satunya adalah pengetahuan tentang apa yang sudah ditentukan ataupun yang telah diatur. Seperti kita ketahui bahwa pajak secara umum dapat diartikan sebagai pungutan. Kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan masyarakat desa Purwadadi Timur bisa dikatakan masih kurang, dengan alasan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 responden yang berkedudukan sebagai aparatur pemerintah desa yang penulis wawancarai diperoleh jawaban yang beranekaragam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar pajak bumi dan bangunan diantaranya YI, AS, L, OT, mengungkapkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi masyarakat membayar pajak tidak tepat waktu karena kondisi ekonomi dari masyarakat. Kebutuhan hidup yang kini semakin meningkat menyebabkan mereka tidak dapat membayar pajak bumi dan bangunan tepat pada waktunya. Lebih lanjut YI mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya pembayaran pajak di desa-desa dilakukan melalui para petugas pajak dari pemerintah desa setempat. Apabila seluruh hasil pemungutan pajak bumi dan bangunan yang telah disetor oleh

17 93 masyarakat kepada petugas pemungut PBB tersebut telah terkumpul di desa, maka kepala desa menugaskan salah seorang aparat desa untuk menyetorkannya ke kecamatan kemudian dari kecamatan secara kolektif disetorkan melalui Bank untuk disampaikan ke dinas perpajakan. Lain halnya pendapat dari 2 responden yang berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh YI, AS, L, OT. Dari 2 responden diantaranya IS, AN berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar pajak bumi dan bangunan yaitu faktor pengetahuan sehingga tidak atau belum tumbuhnya rasa kesadaran yang ada dalam diri masing-masing warga masyarakat, dimana kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peraturan pajak itu sendiri beserta dengan manfaat atau kegunaan dari pajak yang mereka bayar, padahal pajak adalah salah satu pendapatan bagi Negara untuk pengeluaran pembangunan, termasuk pembangunan masyarakat pedesaan.. Faktor lain yang tumbuh dari masyarakat yaitu sikap dari masyarakat itu sendiri, baik itu sikap acuh tak acuh masyarakat untuk megikuti rangkaian acara sosialisasi yang dilakukan oleh kantor pajak dan aparatur pemerintah desa setempat. Namun yang paling mempengaruhi terhadap proses berjalannya pemungutan pajak adalah masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat memiliki peranan penting dalam proses berlangsungnya pembangunan, dengan kata lain maju mundurnya suatu

18 94 pembangunan tergantung pada kepatuhan dan kesadaran warga masyarakatnya dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Dilihat dari pelaksanaannya dalam membayar PBB warga masyarakat desa masih belum tepat waktu dalam membayarnya dikarenakan sebagian besar dari mereka belum sepenuhnya mempunyai kesadaran akan pentingnya membayar PBB. Mereka cenderung menunggu jatuh tempo (batas akhir waktu) dan menunggu petugas pemungut pajak bumi dan bangunan datang berkali-kali kerumahnya. Masih ada diantara masyarakat yang menunggak pembayaran PBB tersebut mencapai dua tahun berturut-turut tidak membayarnya, namun biasanya diantara mereka ada yang membayar pada tahun berikutnya. Selanjutnya YI menjelaskan bahwa selain masalah yang terjadi pada masyarakat sendiri, pemerintah desapun mengalami beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun kendala yang muncul yaitu kesalahan nama wajib pajak dikarenakan kesalahan cetak nama dan kesalahan luas tanah objek pajak, serta tanah yang sudah dialihkan kepada orang lain tapi belum ganti atau berubah nama sehingga pemerintah desa merasa pusing untuk menagihnya. Selanjutnya IS mengatakan ada hal penting yang harus diketahui, bahwa dalam pembayaran PBB penentuan tanggal jatuh tempo di buat serempak agar memudahkan dalam pelaksanaan denda keterlambatan membayar. Akan tetapi tanggal jatuh tempo bukan merupakan petunjuk

19 95 bahwa wajib pajak harus membayar pada tanggal tersebut, jatuh tempo merupakan awal pemberitahuan denda atau administrasi. Meskipun SPPT dibagikan jauh sebelum jatuh tempo tiba namun kebanyakan warga masyarakatnya selalu menunda-nunda pembayaran dengan alasan masih jauh tanggal jatuh tempo. Padahal menurut IS sebagai petugas yang memungut pajaki pemungut PBB alas an tersebut bukanlah semata-mata menunggu tanggal jatuh tempo melainkan suatu alasan bahwa mereka enggan membayar PBB, hal tersebut terlihat masih ada sebagian diantara mereka yang melewati tanggal jatuh tempo (menunggak). Pemerintah desa hanya menyampaikan dan mengingatkan saja bahwa bagi masyarakat wajib pajak yang menunggak selama 2 tahun berturut-turut dalam pembayaran PBB maka dikenai sanksi dengan ancaman bahwa objek pajak miliknya akan disita oleh pemerintah. Selanjutnya juga YI sangat menyayangkan, padahal apabila dipikirkan secara lebih dalam pembayaran PBB tidak seberapa apabila dibandingkan dengan penghasilan yang didapatkan dari hasil panen dan hasil pekerjaan lainnya seperti dari gaji pabrik. Mungkin alas an tersebut disamping ada benarnya namun janganlah dijadikan satu-satunya alasan untuk menghindari pembayaran PBB. Karena bagaimanapun PBB untuk kepentingan bersama.

20 96 b. Wawancara dengan Warga Masyarakat Yang Membayar Pajak Tepat Pada Waktunya Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang membayar pajak tepat pada waktunya antara lain AS, AH, YH, KM, IP, menyatakan bahwa biasanya faktor yang menyebabkan masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar PBB yaitu faktor ekonomi dan faktor waktu ketika terjadinya penagihan pajak. Masyarakat sering mengeluh kepada para penagih pajak hal ini yang dilakukan oleh aparatur pemerintah desa setempat, masyarakat sering mengeluh waktu yang dilakukan penagihan tidak sesuai dengan waktu kapan masyarakat mempunyai uang. Saat dilakukannya penagihan banyak warga masyarakat yang pada saat itu tidak mempunyai uang karena uang yang mereka punya telah habis digunakan untuk keperluan yang lainnya. Selanjutnya responden lain yaitu T, M, SW, mengatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang menyebabkan masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar PBB, masyarakat kurang atau bahkan tidak mengerti akan pajak bumi dan bangunan, bahkan dari 3 responden di atas, salah satunya mengungkapkan bahwa faktor ketidakpercayaan kepada para petugas/pejabat pajak juga menjadi salah satu penyebabnya. Masyarakat punya kekhawatiran kalau dana yang mereka bayar lewat pajak akan disalah gunakan.

21 97 Sedangkan warga masyarakat yang membayar pajak tepat pada waktu dan tidak melakukan tunggakan, berarti masyarakat tersebut telah memiliki kesadaran yang sangat tinggi akan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik yaitu membayar pajak tepat pada waktunya. c. Wawancara dengan Warga Masyarakat Yang Tidak Membayar Pajak Tepat Pada Waktunya Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu J, W, AU, diperoleh keterangan bahwa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar PBB yaitu faktor ekonomi, masyarakat mengeluh tidak punya uang karena masyarakat tidak berpenghasilan yang cukup, masyarakat berdalih bahwa kebutuhan hidup sekarang ini semakin meningkat, jadi penghasilan yang dipeoleh hanya untuk kebutuhan hidup saja. Masyarakat semakin susah dengan keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan. Apalagi jika gagal panen, maka masyarakat merasa kebingungan. Berbeda halnya dengan responden AD dan K mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar PBB yaitu pengetahuan masyarakat yang kurang akan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hasil penelitian selama di lapangan, setelah peneliti mengadakan wawancara ironisnya kenapa faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab masyarakat tidak membayar pajak tepat pada waktunya?. Padahal membayar pajak bumi dan bangunan merupakan pajak yang bisa dikatakan murah dibandingkan dengan pajak yang lainnya. Sejalan dengan

22 98 pengamatan penulis pada saat berobservasi di lapangan, hasil dari studi dokumentasi penulis, yaitu dokumen berupa daftar normatif Pajak bumi dan bangunan yang belum dibayar masyarakat (terlampir) sangat ironis sekali, di daftar tersebut dapat dilihat sebanyak 420 subjek pajak yang menunggak pembayaran pajak bumi dan bangunan, apalagi jika dilihat kurang lebih sebanyak 287 subjek pajak yang menunggak dengan besarnya PBB yang harus dibayar tersebut sekitar , - rupiah. Padahal ketika penulisi lihat, penulispun yakin dengan kondisi yang nampak bahwa masyarakat tersebut bisa melunasi pembayaran pajak bumi dan bangunan tepat pada waktunya.. Hal ini merupakan gambaran yang memperkuat bahwa kurangnya kesadaran masyarakat Purwadadi Timur dalam membayar pajak bumi dan bangunan. 2. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Kabupaten Subang dalam meningkatan sosialisasi kesadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan a) Hasil Wawancara dengan responden di Kantor Pajak Upaya sosialisasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hasil wawancara dari 4 responden yang penulis wawancarai yaitu AF, Z, dan dua orang lagi yang tidak mau disebutkan namanya, diperoleh keterangan yang sama diantara keempat orang tersebut, sejauh ini banyak hal yang telah dilakukan kantor pajak

23 99 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hal ini dilakukan dan terlaksana dengan kerja sama dari berbagai pihak yaitu kecamatan, pemerintah desa, dan juga tokoh masyarakat. Selain dari pada itu, mereka ini mengatakan bahwa upaya yang dilakukan aparatur kantor pajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB, responden menjawab bahwa upaya yang dilakukan oleh kantor pajak itu sendiri diantaranya yaitu sering mengadakan roadshow ke kecamatan - kecamatan, yang turut serta mengundang perwakilan setiap desa dan juga tokoh masyarakat, memberikan sosialisasi melalui radio-radio terutama BENFAS FM, pelunasan penunggakkan PBB sebelum tanah dialihkan pada pihak lain, melalui media massa. Lebih lanjut AF menambahkan bahwa sosialisasi tentang pajak secara umum dilakukan juga di sekolah-sekolah, karena mengingat pelajar merupakan harapan bangsa di masa yang akan datang. Untuk itulah harus dipersiapkan generasi yang mengerti dan memahami serta diharapkan nantinya dapat melaksanakan kewajiban perpajakan. Menurut AF, dalam sosialisasi yang telah kantor pajak lakukan ada banyak hal yang ditanyakan diantaranya yaitu : 1. mungkinkah pajak tidak diterapkan untuk ditagih dari setiap warga Negara (intinya pajak ditiadakan oleh Negara)?. Pajak tidak mungkin untuk ditiadakankarena fungsi pajak selain sebagai alat/instrument untuk

24 100 mengurangi kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin, pajak juga digunakan untuk mengumpulkan dana bagi penyediaan pelayanan publik. Jika tidak ada pajak, maka pelayanan publik tidakl dapat diselenggarakan, penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan, pertahanan Negara lemah karena alat persenjataan tidak memadai. kalaupun ada pelayanan publik pasti biayanya sangat mahal dan masyarakat tidak dapat mendapatkannya dengan harga yang terjangkau. Pada akhirnya siapa yang mempunyai kekayaan saja yang nantinya dapat mengakses pelayanan publik. 2. Masyarakat diwajivbkan untuk membayar pajak, sementara uang yang dikumpulkan dari pajak masih banyak yang dikorupsi termasuk oleh orang pajak, bagaimana dengan hal tersebut? Sesuai dengan slogan perpajakan lunasi pjaknya awasi penggunaannya, maka masyarakat selain wajib membayar pajak juga wajib untuk mengawasi penggunaannya. Direktorat Jenderal pajak bertugas untuk mengunpulkan dana dari pajak untuk membiayai APBN, sementara penggunaannya dilakukan oleh banyak departemen/lembaga. Jika berkaitan dengan korupsi yang dilakukan oleh oknum pajak, saat ini Direktorat Jenderal Pajak sudah melakukan modernisasi perpajakan yng mempunyai visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Untuk itu setiap pelanggaran kode etik akan dilakukan tindakan tegas

25 101 kepada aparat pajak yang menyalahgunakan kewenangannya. Termasuk dalam memberikan pelayanan perpajakan ditekankan bahwa setiap pelayanan yang dibrikan tidak dipungut biaya. Jika terjadi penyelewengan masyarakat dapat melakukan pengaduan. 3. Ketetapan NJOP untuk harga bangunan banyak yang tidak dimengerti. Kenaikan NJOP Bangunan dikarenakan terjadi perubahan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja yang dilakukan pemutakhiran setiap tahunnya. 4. Bagaimana kalau telah terjadi perbedaan luas tanah yang tercetak di DHKP dan di lapangan? Perbedaan luas tanah atau perbedaan nama pemilik dapat dilakukan pemutakhiran atau pembetulan SPPT ke KPP. 5. Bagaimana perlakuan untuk tanah-tanah fasilitas umum? Terhadap tanahtanah fasilitas umum tidak dikenakan PBB sepanjang tidak dimanfaatkan oleh pihak lain dan bukan untuk kepentingan umum. SPPT yang terbit agar diajukan secara kolektif ke KPP untuk segera dilakukan pemutakhiran data. 6. Permintaan agar dipasang papan yang berisikan pembangunan didanai dari pajak yang saudara bayar!. Akan dilakukan koordinasi dengan instansi terkait, seperti DISPENDA. Memang ke depan kantor pajak tidak hanya mengejar orang untuk membayar pajak akan tetapi juga menimbulkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Media komunikasi seperti baliho, billboard akan dipasang dibeberapa lokasi dengan tema yang langsung berkaitan dengan pajak.

26 102 b) Hasil Wawancara Dengan Aparatur Pemerintah Desa Berdasarkan pendapat responden yaitu YI, AS, IS, L, O, diperoleh keterangan bahwa upaya yang telah dilakukan kantor pajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan, telah ada walaupun upaya yang dilakukan tersebut tidak maksimal. Ketika dilakukannya sosialisasi yang disampaikan oleh kantor pajak, yang menjadi tempatnya yaitu di kecamatan yang mengundang wakil dari setiap desa dan mengundang tokoh masyarakat setempat. Diperoleh keterangan juga dari responden AK bahwa selain dilakukannya sosialisasi dengan mengundang para wakil desa, upaya sosialisasi yang dilakukan kantor pajak juga yaitu dengan menunjuk petugas kecamatan yang harus datang ke desa untuk mensosialisasikannya langsung kepada aparatur desa, kemudian setelah itu desa disuruh untuk mensosialisasikannya lagi kepada masyarakat. Dari 6 responden tersebut secara kompak mereka mengatakan bahwa dalam mensosialisasikan pajak bumi dan bangunan yang diterima dari kantor pajak, aparatur pemerintah desa mensosialisasikannya lagi kepada masyarakat melalui rapat minggu yang dilakukan di desa dengan mengundang para masyarakat beserta seluruh RT dan RW setempat dan acara pernikahan atau khitanan yang sedang berlangsung di tempat tinggal masyarakat setempat serta melalui pengajian-pengajian dan juga dengan

27 103 cara pengarahan langsung kepada masyarakat oleh petugas pemungut PBB (aparat desa) ketika melakukan pemungutan ke setiap rumah warga. Dalam sosialisasi tersebut respon dari masyarakat itu sendiri yaitu ada yang menerima dan mengikutinya dan ada juga yang acuh tak acuh. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan kantor pajak melalui radioradio menurut YI, beliau pernah mendengarkannya walaupun tidak bisa dibilang sering, tapi setidaknya pernah mendengarkannya. Berbeda halnya yang dikatakan oleh AS, IS, L, O, AK, responden ini tidak pernah mendengarkannya sama sekali. Menurut YI, sosialisasi yang dilakukan melalui radio juga merupakan salah satu upaya kantor pajak dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan dan hal tersebut dapat menambah pengetahuan tentang PBB bagi masyarakat yang mendengarkan siaran tersebut. Dalam sosialisasi yang dilakukan melalui radio, kita sebagai masyarakat dapat juga menelepon atau mengirim SMS ketika acara tersebut berlangsung. Masyarakat secara bebas bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dan yang masyarakat tidak ketahui tentang pajak serta keluhankeluhan masyarakat terhadap PBB. Untuk sosialisasi melalui spanduk atau plang, responden YI, AS, IS, L, O, mengungkapkan bahwa mereka pernah melihatnya. Sosialisasi tersebut berisi himbauan kepada masyarakat agar membayar pajak bumi dan bangunan tepat pada waktunya. Ada juga plang yang berisikan Lunasi PBB sebelum jatuh Tempo. Lebih lanjutnya mereka

28 104 menyayangkan kenapa mereka hanya melihat papan nama yang berisi tentang himbauan tersebut hanya dipusat kabupaten dan juga didesa-desa tertentu, akan tetapi di desa mereka tinggal tidak ada dan belum pernah melihat spanduk atau plang tersebut. Padahal seharusnya setiap desa atau daerah harus mempunyai dan dipasang spanduk atau plang tentang pajak, dengan demikian masyarakat yang berada disuatu desa yang jauh dari keramaian/kabupaten juga dapat melihat spanduk atau plang tersebut di desa mereka. Dengan seringnya melihat spanduk atau plang tersebut diharapkan masyarakatpun akan memiliki kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan. YI juga mengungkapkan bahwa kami sebagai aparatur pemerintah desa dalam melakukan proses sosialisasi kembali yang telah diterimanya dari kantor pajak, yaitu melalui sosialisasi ketika rapat desa yang dilaksanakan setiap minggunya. Kedua yaitu dengan cara pengarahan langsung kepada masyarakat oleh petugas pemungut PBB (aparat desa) ketika melakukan pemungutan langsung. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan seluruhnya warga masyarakt mengerti dan memahami pentingnya membayar PBB yang diindikasikan dengan masih adanya masyarakat yang menunggak. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidak semua warga masyarakat dapat melakukan hak dan kewajibannya secara seimbang. Mereka cenderung menuntut haknya dahulu dipenuhi sedangkan kewajibannya cenderung ditunda-tunda. Hal tersebut terlihat ketika sebagin diantara mereka yang mengeluh mengenai pembangunan

29 105 jalan raya yang belum memadai, kelengkapan sarana dan prasarana serta keluhan-keluhan lainnya yang menyangkut kepentingan umum. c) Hasil Wawancara Dengan Masyarakat Berdasarkan pendapat responden diantaranya AS, AH, YH diperoleh keterangan bahwa sosialisasi yang datang dari kantor pajak atau dari pemerintah desa setempat memang pernah ada yaitu lewat rapat mingguan akan tetapi hal tersebut jarang dilakukan. Responden yang lainnya yaitu KM, IP, T, M, SW mengungkapkan bahwa tidak pernah ada sosialisasi baik itu yang datang dari kantor pajak itu sendiri ataupun dari pemerintah desa setempat. Kami sebagai warga masyarakat hanya melakukan pembayaran saja ketika ada petugas yang menagih pajak, tanpa adanya sosialisasi tentang pajak terlebih dahulu. Tapi kami juga bersyukur karena kami tidak merasa kesulitan dalam hal membayar pajak bumi dan bangunan karena pemerintah memfasilitasi dan mempermudah kami dalam melakukan pembayaran PBB. Untuk sosialisasi yang dilakukan melalui radio-radio, dari 8 responden semuanya menjawab tidak pernah mendengarkan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian selama di lapangan, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara pernyataan dari pihak Kantor pajak, pemerintah desa, dan juga masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa responden diperoleh kesimpulan bahwa pernyataan dari pihak kantor pajak telah sering melakukan sosialisasi melalui berbagai cara diantaranya yaitu memberikan sosialisasi

30 106 ke kecamatan-kecamatan, sosialisasi melalui radio terutama BENFAS FM, pembersihan/pelunasan tunggakkan PBB sebelum tanah dialihkan pada pihak lain, melalui spanduk-spanduk, plang dan melalui media massa lainnya. Akan tetapi lain halnya dengan masyarakat dan pemerintah desa, mereka menyebutkan bahwa frekuensi sosialisasi yang dilakukan kantor pajak ke setiap kecamatan tidak sering, banyak masyarakat juga yang tidak atau belum pernah mendengar sosialisasi yang dilakukan melalui radio-radio. Sementara itu berdasarkan temuan lain hasil penelitian penulis yang diperoleh selama di lapangan, setelah wawancara dengan pemerintah desa ternyata hal tersebut yang diungkapkan oleh kantor pajak tidak semuanya nampak, memang pernah ada sosialisasi /roadshow yang dilakukan akan tetapi itu jarang. Sedangkan dari masyarakat itu sendiri banyak masyarakat yang tidak menerima atau mendengar dan melihat sosialisasi yang dilakukan melalui bentuk apapun. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri ada juga masyarakat yang menerimanya. Dari penelusuran, penelitipun pernah melihat adanya plang yang berisi tentang himbauan atau ajakan untuk membayar pajak bumi dan bangunan, tepatnya yaitu melihat di kabupaten Subang itu sndiri dan juga melihat di desa lain yaitu desa Cijambe. Tidak hanya itu, lebih jelasnya lagi pennelitipun pernah melihat himbauan atau ajakan tersebut di kalender tahun 2008, disana ditulis bahwa dengan membayar pajak bumi dan bangunan berarti ikut berperan serta dalam pelaksanaan pembangunan

31 107 daerah. Selain itu dalam kalender tersebut juga bertuliskan bayarlah PBB sebelum jatuh tempo. 3. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak kabupaten Subang dalam meningkatan keasadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan? Setelah melakukan wawancara, observasi, dan jika dilihat dari dokumentasi, dalam sebuah upayanya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan, pihak kantor pajak Subang mengalami kesulitan-kesulitan yang keseluruhan kesulitan tersebut, akan penulis jabarkan berdasarkan opini dan pengalaman dari beberapa responden berikut ini : Setiap responden hampir memiliki jawaban yang sama, diantaranya menurut pendapat AF kesulitan yang dihadapi dalam sosialisasi itu sendiri yaitu datang dari sikap masyarakat itu sendiri, antusias dari masyarakat dalam mengikuti sosialisasi sangat kurang. Selain dari itu kurang pengetahuan masyarakat itu sendiri akan peraturan pajak bumi dan bangunan serta manfaat atau kegunaan pajak. Padahal ketika diadaknnya sosialisasi melalui roadshow ke kecamatan-kecamatan, pihak kantor pajak juga telah mengundang para tokoh masyarakat dan juga wakil setiap desa yang berada pada suatu wilayah kecamatan tertentu, Akan tetapi pada kenyataannya para tokoh masyarakat jarang ada yang hadir. Ironisnya lagi ada desa yang tidak megirimkan perwakilannya dan tidak hadir dalam acara sosialisasi yang diadakan tersebut.

32 108 Sedangkan menurut responden Z, dan dua orang lagi yang tidak mau disebutkan namanya atau inisialnya mengungkapkan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam bidang sosialisasi dari masyarakat itu sendiri, tapi disini adalah yang ditekankan yaitu umumnya sikap kepercayaan dari masyarakat. Selanjutnya kesulitan yang dialami kantor pajak lainnya semua responden mengatakan pendapat yang sama, yaitu semua responden AF, Z, dan dua orang yang tidak mau disebutkan mengungkapkan bahwa kesulitan lain yang dialami oleh kantor pajak yaitu Sarana/infrastruktur yang kurang memadai sehingga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB mengalami kesulitan-kesulitan. Akibatnya, upaya tersebut belum sepenuhnya optimal dan dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil wawancara selama di lapangan, penulis dapat simpulkan secara lebih rinci bahwa kesulitan-kesulitan selama dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan yaitu : a. Faktor dari Masyarakat sendiri Adapun yang datang dari masyarakat misalnya saja pengetahuan masyarakat yang masih dirasakan kurang tentang peraturan PBB, sikap dari masyarakat itu sendiri, baik itu sikap acuh tak acuh masyarakat untuk megikuti rangkaian acara sosialisasi yang dilakukan oleh kantor pajak dan aparatur pemerintah desa setempat, keengganan masyarakat untuk

33 109 membayar pajak. Namun yang paling mempengaruhi terhadap proses berjalannya pemungutan pajak adalah masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat memiliki peranan penting dalam proses berlangsungnya pembangunan, dengan kata lain maju mundurnya suatu pembangunan tergantung pada kepatuhan dan kesadaran warga masyarakatnya dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Pengetahuan masyarakat yang dirasakan kurang tentang pajak, dan ditambah dengan sikap masyarakat yang acuh tak acuh terhadap adanya upaya sosialisasi yang dilakukan oleh kantor pajak di kecamatankecamatan dan sosialisasi yang dilakukan para aparatur pemerintah desa. Ketika diadakannya sosialisasi ada sebagian masyarakat yang tidak mengikuti rangkaian acara tersebut, mereka lebih memilih untuk tidak hadir. Padahal upaya tersebut sangat penting diikuti karena bermanfaat dan berguna, agar pengetahuan kita tentang pajak dapat bertambah, sehingga tidak menutup kemungkinan akan munculnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kini mulai memudar, sehingga masyarakat merasa ketakutan dan khawatir terhadap uang atau iuran yang mereka bayar lewat PBB tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa uang dari hasil penagihan PBB itu akan disalahgunakan dan akan masuk ke saku para pejabat pemerintahan itu sendiri.

34 110 b. Faktor dari pemerintah Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pajak bumi dan bangunan, pemerintah dalam hal ini kantor pajak mengalami kesulitan dalam bidang sarana. Sarana atau infrastruktur yang kurang memadai, misalnya saja komputer yang dirasakan masih kurang. Dengan kurangnya komputer maka kinerja pemerintah agak lambat. Sejalan dengan pengamatan penulis pada saat berobservasi di lapangan, hasil dari studi dokumentasi penulis, yaitu dokumen berupa beberapa acara sosialisasi yang penulis dapatkan dari kantor pajak Subang membuktikan bahwa masih terdapat perwakilan desa dan masyarakat yang tidak hadir dalam acara sosialisasi yang diadakan oleh kantor pajak yang diadakan di kecamatan-kecamatan. Penulis sangat memahami bahwa kantor pajak Subang telah berupaya seoptimal mungkin dalam meningkatkan keasadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan sebaik mungkin, namun penulis menyimpulkan bahwa suatu upaya jika tidak didukung oleh pihak lain dan juga sarana yang mendukung maka tidak akan berjalan dengan baik. Ini merupakan suatu gambaran bahwa pemerintah, masyarakat dan juga fasilitas saling melengkapi satu sama lain.

35 Upaya yang dilakukan Kantor pajak untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam meningkatan keasadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan? Berdasarkan permasalahan ataupun kesulitan yang telah diuraikan sebelumnya, kantor pajak Kabuapten Subang memiliki berbagai cara untuk menanggulanginya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, memiliki jawaban yang hampir sama dalam menjawab alternatif pemecahan masalahnya. Untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas tentang upaya yang dilakukan oleh kantor pajak Kabupaten Subang dalam menanggulangi setiap hambatan yang terjadi selama upaya meningkatan keasadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan berlangsung, maka akan penulis jabarkan berdasarkan opini dari berbagai responden berikut ini : Menurut AF meskipun pihak kantor pajak mengalami kesulitankesulitan dalam meningkatan keasadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan yaitu berupa faktor yang muncul dari masyarakat itu sendiri, namun pada dasarnya pihak kantor pajak berusaha untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Diantaranya adalah pihak kantor pajak terus berupaya untuk mengadakan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat. Selain itu pihak kantor pajak juga memberikan motivasi kepada setiap desa yang berhasil merealisasikan rencana penerimaan pajak bumi dan bangunan akan mendapatkan hadiah.

36 112 Dengan demikian maka diharapkan masyarakat akan memiliki kemauan untuk membayar pajak. Sementara itu menurut pendapat Z, berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, upaya-upaya yang dilakukan oleh kantor pajak yang mana dalam hal ini adalah pihak yang melakukan sosialisasi adalah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan pengarahanpengarahan kepada masyarakat secara lebih jelas sehingga pengetahuan masyarakat tentang PBB dapat bertambah. Adapun kendala menyangkut kepercayaan dari masyarakat, yaitu kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan adanya kekhawatiran masyarakat terhadap pajak yang mereka bayar akan disalahgunakan, maka kantor pajak akan seoptimal mungkin membangun kembali kepercayaan kepada masyarakat yaitu dengan cara memberikan teladan yang baik kepada masyarakat, menunjukkan kepada masyarakat bahwa pihaknya bersih dari korupsi. Menurut pendapat dua responden kantor pajak yang tidak mau disebutkan namanya dan berdasarkan hambatan yang telah diuraikan sebelumnya, mereka mengungkapkan bahwa tahap demi tahap untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan berusaha untuk dilakukan seoptimal mungkin, termasuk dalam bidang sarana atau infrastruktur misalnya memperbanyak pengadaan komputerisasi untuk pembayaran PBB, selain itu pemerintah juga memfasilitasi warga masyarakat dalam membayar pajak yang mana adanya petugas penagih pajak atau yang sering disebut dengan kolektor

37 113 pajak sehingga pembayaran PBB dapat dilakukan di setiap desanya masing-masing dan dengan demikian maka mempermudah masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hasil observasi, penulis merasa permasalahan yang datang dari masyarakat itu sendiri yaitu sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap acara sosialisasi yang berlangsung adalah merupakan bagian dari sebuah hambatan dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan yang sangat penting. C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah mengemukakan deskripsi hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi di lapangan, maka pada bagian ini akan dibahas dan dianalisis dari penelitian tersebut. Adapun analisisnya bertitik tolak dari rumusan masalah dibawah ini : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat desa Purwadadi Timur tidak membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu Seperti kita ketahui bahwa pajak secara umum dapat diartikan sebagai pungutan wajib yang biasanya berupaya uang yang harus dibayarkan oleh penduduk sebagai sumbangan wajib pada Negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga barang, dan lainnya untuk membiayai pengeluaran Negara dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung.

38 114 Hal ini senada dengan pendapat Rochmat Soemitro yang dikutip kembali oleh Mardiasmo ( 2004 : 1) menyatakan sebagai berikut : Pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi pajak di atas lebih memfokuskan pada fungsi budget dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi yang lainnya yaitu fungsi mengatur. Adapun pengertian pajak yang dikemukakan ahli lainnya yaitu dalam Undang-Undang ketentuan umum dan tata cara peerpajakan ( 2008 : 2), disebutkan bahwa pajak adalah : Konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jadi, dapat disimpulkan pajak adalah suatu iuran warga Negara (wajib pajak) kepada Negara yang diwajibkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan unuk kepentingan pembangunan nasional, tanpa mendapat jasa timbal balik secara langsung. Yang dimaksud pembangunan nasional disini adalah bertujuan menyejahterakan masyarakat, membangun sarana atau prasarana umum dan kepentingan umum lainnya demi kemaslahatan bersama. Dari kedua pengertian di atas terkandung ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak diantaranya pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang, pajak dapat dipaksakan, diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah, tidak dapat ditunjukkan

39 115 kontrsprestasi secara langsung, berfungsi sebagai budgeter dan regulerend. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Dalam prakteknya pemungutan pajak yang berlangsung, pemerintah sangat memfasilitasinya. Ada yang menjadi petugas pajak bumi dan bangunan dan petugas tersebut yaitu aparatur pemerintah desa. Petugas pemungut pajak selalu datang kesetiap rumah warga masyarakat untuk menagih pajak yang harus dibayar oleh masing-masing subjek pajak. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Mardiasmo (2004 : ) bahwa pejabat yang berwenang mengurus pelaksanaan PBB dibagi menjadi dua bagian, antara lain : 1. Pejabat yang dalam jabatannya atau tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek pajak adalah : camat sebagai pembuat akta tanah, notaries atau pejabat pembuat akta tanah, pejabat pembuat akta tanah. Dalam menjalankan tugasnya pejabat tersebut mempunyai kewajiban yaitu menyampaiakan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan objek pajak secara tertulis kepada direktorat jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak onjek pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. 2. Pejabat yang ada hubungannya dengan objek pajak adalah : kepala kelurahan atau kepala desa, pejabat dinas tata kota, pejabat dinas pengawasan bangunan, pejabat lain yang ditunjuk oleh menteri keuangan

40 116 atau direktorat Jenderal pajak. Dalam menjalankan tugasnya pejabat tersebut mempunyai kewajiban yaitu wajib memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Direktorat Jenderal pajak yang berwenang. Seperti halnya di desa Purwadadi Timur yang berhubungan langsung dengan objek pajak adalah kepala desa sedangkan pihak kecamatan hanya mengelola segala hal mengenai PBB yang disetorkan oleh petugas yang ditunjuk kepala desa dari setiap desa yang berada dikecamatan tersebut. Dalam pelaksanaannya pemungutan pajak tidak selamanya berjalan dengan baik melainkan terdapat juga beberapa hambatan. Berdasarkan data daftar normatif PBB yang belum dibayar masyarakat tahun anggaran 2008 desa Purwadadi Timur kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang dan peryataan dari beberapa aparat desa terungkap bahwa jumlah wajib pajak yang menunggak pembayaran pajak bumi dan bangunan yaitu sebanyak 420 subjek pajak. Di setiap Negara pada umumnya masyarakat memiliki kecenderungan untuk meloloskan diri dari pajak. Usaha yang dilakukan wajib pajak untuk meloloskan diri dari pajak merupakan usaha yang disebut perlawanan pajak.

41 117 Bentuk perlawanan sebagai reaksi ketidakcocokan ataupun ketidakpuasan terhadap diberlakukannya pajak seringkali diwujudkan ke dalam dua bentuk, (Sony Devano dan Siti K. R., 2006 :115) antara lain : 1. Perlawanan pasif merupakan kondisi yang mempersulit pemungutan pajak yang timbul dari kondisi struktur perekonomian, kondisi sosial, moral, dan perkembangan intelektual masyarakat, serta system pemungutan pajak yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. 2. Perlawanan Aktif meliputi semua usaha atau cara dan perbuatan yang secara langsung atau tidak langsung oleh masyarakat antara lain : a). Penghindaran pajak Merupakan gejala biasa, biasanya dilakukan dengan penahanan diri yang mengurangi atau menekan konsumsinya dalam barang-barang yang dapat dikenakan pajak. b). Pengelakan atau penyelundupan pajak Merupakan usaha aktif wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapus, manipulasi illegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut peraturan perundang-undangan. c). Melalaikan pajak Menurut Oliver Oldman dalam Moh. Zain (Sony Devano dan siti K. R., 2006 : 119), melalikan pemenuhan kewajiban perpajakan disebabkan oleh:

42 118 Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tetapi salah hitung. Kesalahpahaman (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-bukti secara lengkap. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa ada segelintir wajib pajak desa Purwadadi Timur telah melakukan perlawanan terhadap pemungutan PBB. Jenis perlawanan yang telah mereka lakukan adalah perlawanan pasif yaitu melalaikan pajak. Hal tersebut terlihat dalam sikap mereka yang cenderung menunggu jatuh tempo dan menunda-nunda pembayaran PBB. Mereka tahu bahwa PBB merupakan kewajiban dari pemerintah yang harus dipatuhi, akan tetapi tidak mengetahui tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur PBB. Sehingga mereka melalaikan dan menunda-nunda pembayaran PBB tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh sejumlah aparat desa selaku petugas pemungut PBB. Kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan masyarakat desa Purwadadi Timur masih bisa dikatakan masih kurang, Bermacam-macam alasan diungkapkan oleh masyarakat desa Purwadadi Timur tidak membayar pajak bumi dan bangunan tepat waktu (menunggak)

43 119 diantaranya yaitu karena faktor dari dalam, disebabkan oleh masyarakat itu sendiri tidak mempunyai kesadaran yang tinggi akan pentingnya membayar pajak dan pengetahuan masyarakat serta faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Masyarakat tidak bisa membayangkan apa manfaat baginya dari pajak yang dipungut dan dihimpun oleh pemerintah karena kurangnya pengetahuan fungsi atau manfaat pajak selain itu juga faktor ekonomi serta kurangnya kesadaran yang dimiliki masyarakat untuk membayar pajak yang menyebabkan masyarakat tidak tepat waktu dalam membayar PBB. Selain itu kurangnya sosialisasi, mengakibatkan masyarakat tidak mengetahui fungsi dan kegunaan dari pajak bumi dan bangunan terebut. Belum lagi kebanyakan masyarakatnya selalu menundanunda pembayaran dengan alasan masih jauh tanggal jatuh tempo. Bagi masyarakat yang melalaikan dan mengulur-ulur waktu pembayaran PBB hanya akan dikenai teguran saja dari petugas pemungut PBB ketika melakukan pemungutan ke tiap rumah wajib pajak. Sedangkan kepada masyarakat yang menunggak pembayaran PBB pemrintah desa tidak mengenakan sanksi apa-apa terhadap mereka. Padahal di dalam peraturan PBB bagi setiap wajib pajak yang pembayarannya melewati tanggal jatuh tempo akan dikenakan sanksi denda administrasi yaitu sebesar 2%. Dengan demikian dapat dianalisis bahwa setiap tahunnya selalu ada penunggakkan oleh masyarakat Desa Purwadadi Timur dalam pembayaran PBB. Faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak membayar pajak bumi

44 120 dan bangunan tepat waktu adalah faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri, yang disebabkan oleh pengetahuan masyarakat akan PBB. Padahal pengetahuan adalah salah satu aspek atau indikator yang sangat penting dalam diri seseorang, aspek penting yang menentukan tingkat kesadaran masyarakat dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan terdiri dari empat aspek salah satunya adalah pengetahuan tentang apa yang sudah ditentukan ataupun yang telah diatur. Pengetahuan hukum menyangkut suatu sistem bentuk peraturan dalam bidang kehidupan tertentu, merupakan salah satu petunjuk akan adanya kesadaran hukum. Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum (Otje Salman 1989 : 56). Lebih lanjut dapat dinyatakan bahwa hukum dimaksud di sini adalah meliputi hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Selain itu pengetahuan hukum akan selalu berkaitan dengan perilaku yang dilarang dan perilaku yang diperbolehkan. Sejalan dengan hal tersebut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa Kesadaran hukum banyak sekali berkaitan dengan aspek-aspek kognitif (1982 : 154). Hal ini berarti bahwa kesadaran akan selalu diwujudkan dengan terlebih dahulu dengan memperoleh pengetahuan. Unsur pengetahuan pada dasarnya merupakan langkah awal dalam mencapai suatu kesadaran seseorang akan hukum sehingga dapat membentuk kepatuhan akan hukum yang berlaku. Pengetahuan hukum dalam penelitian ini lebih diarahkan pada pengetahuan tentang isi peraturan

45 121 tentang PBB. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan warga yang kurang terhadap PBB. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa Taraf pengetahuan yang tinggi tentang peraturan akan lebih menyempurnakan taraf kesadaran hukum (1982 : 224). Selanjutnya dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang peraturan berguna untuk membentuk kesadaran seseorang. Menyinggung masalah pengertian PBB dan juga manfaat atau kegunaan beserta dengan isi peraturan PBB, diketahui bahwa pengetahuan warga masyarakat Purwadadi Timur masih kurang. Dari hasil pembahasan di atas, proses menuju masyarakat yang memiliki kesadaran hukum pada dasarnya harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan. Salah satu jalannya adalah proses untuk menjadikan masyarakat yang tahu akan hukum. Pengetahuan hukum merupakan penyempurnaan taraf kesadaran warga masyarakat akan kewajibannya dalam membayar PBB. Menurut Meliono (2007) mengatakan bahwa : Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

46 122 melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. 3. Keterpaparan informsi Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Seperti yang telah diketahui bahwa salah satu dari empat indikator kesadaran hukum yaitu pengetahuan hukum dan pemahaman hukum. Setiap indikator menunjuk pada tingkat kesadaran hukum tertentu mulai dari yang terendah sampai yang dengan yang tertinggi. Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Pengetahuan hukum erat kaitannya dengan asumsi bahwa masyarakat dianggap mengetahui isi suatu peraturan manakala peraturan tersebut telah di undangkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 139 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap upaya kantor pajak dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan di kecamatan purwadadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan dengan beragamnya cara pandang penduduk Indonesia, maka diperlukan suatu peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin berdasarkan Pancasila, salah satunya dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara besar yang memiliki tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu penerimaan bagi negara, pajak sangat diandalkan untuk pembiayaan pembangunan dan pengeluaran negara. Pajak dapat didefenisikan sebagai iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur memerlukan dana yang besar. Kebutuhan yang besar itu harus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013 DAFTAR ISI NO. URAIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 22 HLM, LD No 15 ABSTRAK : - bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan BAB II LANDASAN TEORI A. Teori teori 1. Pajak Bumi dan Bangunan Pajak memiliki pengertian atau definisi yang diberikan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksankan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pajak parkir merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dimana bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah krisis ekonomi merupakan topik hangat yang sudah sering diperbincangkan sejak dahulu. Terjadinya krisis sangat mempengaruhi perekonomian negara kita karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa pajak reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan Bangsa yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, penulis ditempatkan di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa Pajak Air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara BUPATI MAJENE Menimbang: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System. Kepatuhan material merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa Pajak Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Upaya tersebut harus dilakukan secara bertahap,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan dianalisa, penulis menarik beberapa kesimpulan yang merupakan hasil akhir dalam penelitian yang didasarkan pada hasil

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya dan adat istiadat. Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 merupakan landasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG LEBONG Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak adalah salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri dari: realisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang :

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Serpong 3.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Penyusunan Target Penerimaan PBB KPP Pratama Serpong Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor pajak semakin besar dan semakin penting yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa sistem perpajakan yang berlaku

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 123 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Pada mulanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok adalah kantor bank yang digunakan oleh Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, banyaknya pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan dan pemekaran daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara dengan Kepala S eksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si Kepala seksi pengawasan dan konsultasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci