HUBUNGAN KARAKTER PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS DENGAN PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN; (SUATU TELAAHAN EMPIRIS DAN TEORITIS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KARAKTER PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS DENGAN PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN; (SUATU TELAAHAN EMPIRIS DAN TEORITIS)"

Transkripsi

1 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember 2012 HUBUNGAN KARAKTER PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS DENGAN PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN; (SUATU TELAAHAN EMPIRIS DAN TEORITIS) Muhammad Ikbal Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ABSTRACT Investor as a principal and management as an agent, could not avoid the truth from the impact from compactivity, which are not only generating profit and increasing share price but also bring about social impact such as ecological destruction, pollution and social diseases such discrimination and crime and all of these are company social responsibility. Corporate social responsibility or CSR is the issue which gets great attention, especially in Indonesia. CSR is responsibility of corporation widely. The research on CSR finds different results. Some researches relate financial performance with CSR disclosure. The others relate it with corporate governance. Thus, the research on CSR disclosure in Indonesia is still interesting to conduct. This paper aims to explain some relation between company characteristic and profit by level disclosure social and environment in Indonesia. This relation Pattern useful upon whom input to all capital market researcher in Indonesia hits financial accounting theory and disclosure social and environment. This article for practitioner can become consideration in company decision making. Empirical and theoretical analysis shows ever greater company size, information that available to investor in decision making referring to share investment more and more. One of way to lessen agency cost is by improve institutional ownership that to observe agent. Main and secondary Industrial company expresses more related to information environment and energy are compared with company in area of tertiary industry. Profitability is conducive factor free and flexible by management to conduct and state at extensive stockholder of social responsibility programs. Keywords : Industrial Type; Ownership, Profitability; Environment and Social Disclousure. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) belakangan ini, patut untuk dibanggakan. Betapa tidak, korporasi yang dulu hanya peduli pada keuntungan (profit), kini juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people) disamping keseimbangan lingkungan (planet). Melalui CSR, korporasi kini lebih manusiawi. Jika kegiatan sosial dilakukan oleh lembaga sosial, tentu telah menjadi hal yang wajar. Namun, perusahaan yang lazimnya hanya bertugas mengumpulkan keuntungan, kini justru akrab dengan kegiatan- kegiatan sosial yang mulia. Tanggung jawab perusahaan merupakan hal penting yang menjadi peratian berbagai pihak, masyarakat, pemerintah bahkan perusahaan itu sendiri. Pertumbuhan

2 Muhammad Ikbal kesadaran tanggung jawab sosial perusahaan mengakibatkan adanya kritik terhadap penggunaan laba sebagai satu-satunya alat ukur kinerja perusahaan. Sebagai respon, beberapa institusi akuntansi utama (AICPA, NAA, ICAEW) mulai memikirkan akuntansi sosial perusahaan pada pertengahan tahun 1970 (Ramanathan, 1976 dalam Hackston dan Milne, 1996)). Peneliti akuntansi telah mulai mengartikulasikan perspektif teori yang berbeda untuk mendukung akuntansi sosial perusahaan yang terdiri dari teori legitimasi, teori ekonomi politik akuntansi dan teori stakeholder (Belkaoui dan Karpik, 1989; Gray et al., 1987, 1988,1995a; Guthrie dan Parker, 1990; Pattern, 1991, 1992; Roberts, 1992). Meskipun demikian, sampai saat ini masih belum ada kerangka teoritis dan akuntansi sosial perusahaan yang bisa diterima secara universal (Belkaoui dan Karpik, 1989; Gray et al., 1995a; Guthrie dan Mathews, 1985). Meskipun terdapat kekurangan konsensus pada profesi akuntansi dan literatur akuntansi teoritis tentang mengapa perusahaan mengungkapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial, tetapi terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan aktivitas pertanggungjawaban sosial pada laporan tahunan mereka. Guthrie dan Mathews (1985) menyatakan pengungkapan sosial perusahaan sebagai ketentuan dari informasi keuangan dan non keuangan yang berhubungan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan sosial dan fisiknya sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial yang terpisah Pengungkapan sosial mencakup detail tentang lingkungan fisik, energi, sumber daya manusia, produk dan masalah keterlibatan masyarakat. Secara umum, laporan tahunan perusahaan terdiri dari pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela muncul karena adanya kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar, keberhasilan perusahaan tidak pada laba semata tetapi juga ditentukan dengan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitar perusahaan. Pengungkapan sukarela sebenarnya juga di atur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), yang menyatakan bahwa Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktorfaktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri. Pernyataan di atas secara jelas menyebutkan bahwa perusahaan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya, terutama perusahaan industri yang menghasilkan limbah yang apabila tidak diolah secara benar akan mencemari lingkungan sekitar. Sampai saat ini kebanyakan penelitian empiris menyajikan gambaran dasar dari mana pola pengungkapan itu muncul. Penelitian lebih lanjut juga menemukan hubungan antara beberapa karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Beberapa penelitian empiris tentang praktek pengungkapan sosial perusahaan banyak berfokus di Amerika Serikat, Inggris, Australia dan sedikit penelitian telah dilakukan di negara-negara lain seperti Kanada, Jerman, Jepang, New Zealand, Malaysia, dan Singapura. Kebanyakan penelitian empiris tentang praktek Amerika Serikat cenderung untuk menggunakan hasil penelitian empiris Ernst & Ernst (1978). Guthrie dan Parker (1990) yang memberikan hasil penelitian empiris yang lebih baru. Gray et al. (1987, 1995a) memberikan hasil penelitian empiris di Inggris, kemudian penelitian selanjutnya yang mencakup tiap tahun mulai dari 1979 sampai dengan Penelitian di Australia mencakup Trotman (1979) dan Guthrie (1983)

3 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember 2012 Penelitian yang dilakukan oleh Davey (1982), Ng (1985) serta Hackston dan Milne (1996) telah memberikan beberapa gambaran bahwa ukuran perusahaan (company size) mempengaruhi pengungkapan sosial perusahaan di New Zealand. Penelitian Guthrie dan Parker (1990) dan Gray et al. (1995a) menggambarkan suatu perbedaan penting antara pengungkapan sukarela dan pengungkapan yang diwajibkan undang-undang. Di Indonesia, tidak ada pengungkapan sosial yang diwajibkan o1eh undang-undang, sehingga tidak ada ketentuan untuk membuat perbedaan antara sukarela dan wajib dalam instrumen interogasi. Semua pengungkapan yang diklasifikasikan dianggap sebagai pengungkapan sukarela Tujuan dan Manfaat Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara faktual beberapa hubungan antar karakteritis perusahaan dan perolehan laba atau profit dengan tingkat pengungkapan sosial dan lingkungan di Indonesia. Pola hubungan ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi para peneliti pasar modal di Indonesia mengenai teori akuntansi keuangan dan pengungkapan sosial dan lingkungan. Bagi praktisi tulisan ini bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan. KERANGKA TEORETIS Pengungkapan Sosial dan Lingkungan Pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Ghozali dan Chariri, 2007). Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan (Suwardjono, 2005). Securities Exchange Comitee (SEC) menuntut lebih banyak pengungkapan karena pelaporan keuangan mempunyai aspek sosial dan publik (public interest). Oleh karena itu, pengungkapan dituntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan, tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan kuantitatif, baik yang mandatory maupun voluntary disclosure (Chrismawati, 2007). Tujuan pengungkapan menurut SEC dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1) Protective disclosure yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor, dan (2) Informative disclosure yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan ( Wolk, Francis, dan Tearney, dalam Dyah, 2009). Beberapa teori menurut Gray et al., (1996) yang digunakan untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan sosial yaitu: a) Teori stakeholder Organisasi atau perusahaan tentunya tidak berdiri sendiri, pasti berhubungan dengan banyak pihak, yang disebut sebagai stakeholder. Organisasi memiliki banyak stakeholder seperti karyawan, masyarakat, negara, supplier, pasar modal, pesaing, badan industri, pemerintah asing dan lain-lain. Stakeholder merupakan pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungannya, mengakui sifat saling

4 Muhammad Ikbal mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis. Hal ini berlaku untuk kedua varian teori stakeholder, varian pertama berhubungan langsung dengan model akuntabilitas. Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap stakeholdernya. Sifat dari akuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara stakeholder dan organisasi. Varian dari kedua teori stakeholder berhubungan dengan pandangan Trekers (1983) mengenai empirical accountability. Teori stakeholder mungkin digunakan dengan ketat dalam suatu organisasi arah terpusat (centered-way organization). Robert (1992) menyatakan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan stakeholdernya. b) Teori Legimitasi Ada istilah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, perusahaan sebaiknya sebisa mungkin dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Teori legitimasi menyatakan bahwa suatu organisasi hanya bisa bertahan jika masyarakat dimana dia berada merasa bahwa organisasi beroperasi berdasarkan sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Organisasi mungkin menghadapi ancaman terhadap legitimasinya. Lindblom (1994) menyatakan bahwa suatu organisasi mungkin menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman legimitasi. Oleh karena itu untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan (seperti kecelakaan yang serius atau skandal keuangan), organisasi mungkin: 1) Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 2) Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian (tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi). 3) Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi perhatian (mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif yang tidak berhubungan dengan kegagalan - kegagalan). 4) Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentang kinerjanya. Teori legitimasi memberikan dampak peningkatan citra positif bagi perusahaan. Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan. Kebanyakan inisiatif utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri pada satu atau lebih strategi legitimasi yang disarankan oleh Lindblom. Sebagai misal kecenderungan umum bagi pengungkapan sosial perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi dibandingkan dengan elemen yang negatif. Pemikiran tentang legitimasi merupakan sebuah penemuan dalam pemikiran modern, yang terwakili dengan baik pada janji Rousseau dalam Social Contract, yang memperlihatkan bagaimana sebuah otoritas politik dapat disebut sah. Pemikiran tentang legitimasi selanjutnya dikembangkan oleh Weber dalam perpektif teori modern menyatakan terdapat asumsi bahwa legitimasi harus memiliki hubungan ciri-ciri otoritatif, hukum, perasaan, mengikat, atau kebenaran yang melekat pada sebuah tatanan; sebuah pemerintah atau negara dianggap sah, jika memiliki hak-hak untuk memerintah. Menurut pandangan ini hak dapat diterima sebagai keyakinan dalam kesesuaian dengan tatanan yang ada dan hak untuk

5 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember 2012 memerintah. Adanya standar obyektif bersifat eksternal atau universal untuk menilai kebenaran yang didasarkan pada hukum alamiah, penalaran, atau sebuah prinsip transhistoris nampaknya selalu ditolak dengan alasan tidak masuk akal atau naif. Di sinilah Weber sebagai ahli sosiologi membentangkan empat alasan untuk memperoleh legitimasi bagi setiap tatanan sosial, yakni; (1) tradisi; (2) pengaruh; (3) rasionalitas nilai dan (4) legalitas. (Scaff, 2000: 563). c) Teori Ekonomi Politik Pandangan yang diberikan oleh teori legitimasi sebenarnya dibangun berdasarkan teori lain yaitu, teori ekonomi politik. Teori ekonomi politik secara eksplisit mengakui kekuatan konflik yang terdapat dalam masyarakat serta berbagai perebutan yang terjadi dalam berbagai kelompok dalam masyarakat. Teori ekonomi politik dibagi menjadi dua yaitu teori ekonomi politik klasik dan teori ekonomi politik burjois. Teori ekonomi klasik berkaitan dengan filsafat Karl Marx yang secara eksplisit menyatakan adanya kepentingan kelompok, konflik struktural, ketidakadilan, dan peran negara sebagai pusat pengendali. Ini berbeda dengan teori ekonomi politik burjois yang mengabaikan elemen-elemen tsb, isinya memandang dunia sebagai keadaan yang plural. Teori ekonomi klasik memandang pelaporan akuntansi dan pengungkapan sebagai alat penjaga posisi pihak yang berkuasa terhadap sumber daya (kapital), dan sebaliknya sebagai alat untuk merongrong pihak yang tidak punya sumber daya. Fokusnya pada konflik struktural dalam masyarakat. Teori ekonomi politik memberi penekanan pada hubungan fundamental antara dorongan ekonomi dan politik dalam masyarakat (Miller 1994) dan mengakui pengaruh laporan akuntansi terhadap distribusi pendapatan, kekuasaan dan kekayaan (Cooper dan Shereer, 1984). Sesuai dengan Cooper dan Sherer (1984), studi akuntansi seharusnya memasukan power dan konflik dalam masyarakat, sehingga studi akuntansi harus fokus pada dampak pelaporan akuntansi khususnya pada distribusi income, kesejahteraan dan power di masyarakat. Ini konsisten dengan Lowe dan Tinker (1977) yang berargumentasi bahwa mayoritas riset akuntansi harus berbasis pada konsep masyarakat yang plural. Pandangan pluralistik ini mengasumsikan bahwa power tersebar secara luas dan masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki preferensi pilihan-pilhan sosial, dengan tidak ada seorang individupun yang dapat mempengaruhi masyarakat (atau fungsi akuntansi yang ada didalamnya). Pandangan pluralis mengabaikan bukti bahwa di dalam masyarkat ada segelintir elit yang mengontrol yang menggunakan akuntansi untuk menjaga posisi dominasinya. Sebaliknya, teori ekonomi politik burjuois tidak memperhatikan adanya konflik struktural dan pertentangan klas tapi lebih cenderung melihat adanya interaksi antar kelompok dalam dunia yang plural (misal, negosiasi antara perusahaan dengan penduduk setempat). Menurut Deegan (2002) perspektif yang dicakup dalam teori legitimasi dan juga teori politik ekonomi adalah bahwa masyarakat, politik dan ekonomi tidak dapat dipisahkan dan isu-isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi secara bermakna dalam kondisi ketiadaan pandangan mengenai kerangka institusi politik dan ekonomi dimana kegiatan ekonomi itu dijalankan. Dengan mempertimbangkan ekonomi politik, seseorang akan lebih mampu untuk mempertimbangkan isu yang memberi pengaruh atas kegiatan organisasi dan informasi apa yang dipilih untuk diungkapkan. Menurut Guthrie dan Parker (1990), perspektif ekonomi politik memandang laporan akuntansi sebagai dokumen ekonomi, politik dan sosial. Semua ini dianggap sebagai

6 Muhammad Ikbal alat untuk mengkonstruksi, mempertahankan dan melegitimasi rencana, institusi dan ideology yang mana akan memberikan kontribusi bagi kepentingan perusahaan. Pengungkapan dalam hal ini memiliki kapasitas untuk menyampaikan makna ekonomi, sosial dan politik kepada para penerima laporan. Gray, Kouhy dan Lavers (1994) berpendapat bahwa teori legitimasi merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik. Oleh karena pengaruh masyarakat luas dapat menentukan alokasi sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya, perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan untuk membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata perusahaan. PEMBAHASAN: HUBUNGAN ANTAR KONSEP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL 3.1. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Pengungkapan Sosial dan Lingkungan Hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian empiris (sebagai misal, Belkaoui dan Karpik, 1989; Cowen et. al., 1987; Kelly, 1981; Ng, 1981; Patten 1991, 1992; Trotman dan Bradley, 1981). Teori legitimasi memiliki alasan tentang hubungan ukuran dan pengungkapan. Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat, memilik lebih banyak pemegang saham yang punya perhatian terhadap program sosial yang dilakukan perusahaan dan laporan tahunan merupakan alat yang efisien untuk mengkomunikasikan informasi ini (Cowen et. Al., 1987). Meskipun demikian, tidak semua penelitian mendukung hubungan ukuran-pengungkapan. Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Menurut Siregar dan Utama dalam Nofandrilla (2008), semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi saham semakin banyak. Sembiring (2005) dan Nofandrilla (2008) menemukan pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Roberts (1992) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Penelitian Robert (1992) di Amerika Serikat menemukan tidak ada hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan. Penelitian Davey (1982) dan Ng (1985) di New Zeland gagal untuk mendukung hubungan ukuran perusahaan dan praktek pengungkapan social perusahaan yang telah dihipotesiskan. Guthrie dan Mathews menyatakan bahwa hasil Davey (1982) dan Ng (1985) yang demikian itu disebabkan oleh kecilnya sampel yang digunakan. Penelitian Hackston dan Milne (1996) di New Zealand berhasil untuk mendukung pengaruh ukuran perusahaan dan praktek pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan di New Zealand Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Pengungkapan Sosial dan Lingkungan

7 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen,dan kepemilikan asing dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi ( agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals). Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi (badan). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer (Arif 2006 dalam Machmud & Djaman 2008). Machmud & Djaman (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, namun Nofandrilla (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan institusional yang berfungsi untuk mengawasi agen. Degan kata lain, akan mendorong pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan oresentase kepemilikan institusional dapat menurunkan presentase kepemilikan manajerial karena kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional bersifat saling menggantikan sebagai fungsi monitoring ( Suranta dan Machfoedz 2003: 215). Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap kinerja manajemen sehingga secara otomatis manajemen akan menghindari perilaku yang merugikan prinsipal. Semakin besar institusional ownership maka semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan ( Rustiarini, 2008). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi, kedua, mereka adalah tenaga- tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham. Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk memperkecil adanya konflik agensi dalam perusahaan adalah dengan memkasimalkan jumlah kepemilikan manajerial. Dengan menambah jumlah kepemilikan manajerial, maka manjemen akan merasakan dampak langsung atas setiap keputusan yang mereka ambil karena mereka menjadi pemilik perusahaan ( Jensen dan Meckling 1976; 86). Peningkatan atas kepemilikan manajerial akan membuat kekayaan manajemen, secara pribadi, semakin terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaanya. Kepemilikan manajerial yang tinggi berakibat pada rendahnya dividen yang dibayarkan kepada

8 Muhammad Ikbal shareholder. Hal ini disebabkan karena pembiayaan yang dilakukan oleh manajemen terhadap nilai investasi di masa yang akan datang bersumber dari biaya internal Hubungan Type Industri dengan Pengungkapan Sosial dan Lingkungan Kegiatan ekonomi mempengaruhi lingkungan, seperti industri extractive akan lebih suka mengungkapkan informasi tentang pengaruh terhadap lingkungan mereka dibandingkan dengan perusahaan di industri lain. Perusahaan yang berorientasi pada konsumen diduga akan memberikan perhatian yang lebih besar dengan menunjukkan tanggungjawab sosial mereka, karena hal ini akan menambah image perusahaan dan mempengaruhi penjualan (Cowen et al., 1987). Penelitian Patten (1991), menyatakan bahwa seperti halnya ukuran perusahaan mempengaruhi pandangan politis, hal ini akan membuat pengungkapan sosial menangkal tekanan yang tak semestinya dan kritikan dari aktivitas sosial. Penelitian Cowen et al., (1987) menemukan bahwa industri mempengaruhi pengungkapan energi dan keterlibatan masyarakat. Beberapa penelitian empiris telah menemukan hubungan positif antara industri dan pengungkapan sosial perusahaan. Penelitian Kelly (1981) di Australia menemukan bahwa perusahaan industri utama dan sekunder mengungkapkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan lingkungan dan energi dibandingkan dengan perusahaan di bidang industri tersier, sedangkan hubungan yang berkebalikan ditemukan untuk informasi yang berhubungan dengan interaksi masyarakat. Dalam penelitian pada perusahaan Amerika yang mirip dalam desain Kelly, Cowen et al., (1987) menemukan bahwa kategori industri mempengaruhi pengungkapan energi dan keterlibatan masyarakat. Namun demikian, hasil mereka secara jelas mengindikasikan bahwa kejadian dan jumlah total pengungkapan sosial perusahaan tidak berhubungan dengan indusri. Berlawanan dengan penemuan ini, Patten (1991) dan Robert (1992) telah menemukan hubungan positif antara industri high profile dan jumlah pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Untuk ukuran baik Davey (1982) dan Ng (1985) gagal untuk menemukan hubungan antara industri dan pengungkapan sosial perusahaan untuk perusahaan New Zealand. Sedangkan Hackston dan Milne (1996) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara tipe industri dan pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan di New Zealand. Penelitian ini menguji kembali hubungan tipe industri dan pengungkapan sosial perusahaan Hubungan Profitabiltas dengan Pengungkapan Sosial dan Lingkungan Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial menurut Belkaoui dan Karpik (1989) paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Penelitian tentang hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial atau tanggung jawab sosial menunjukkan hasil bahwa antar keduanya tidak ditemukan adanya hubungan (Sembiring, 2003 dan 2005; Anggraini, 2006; dan Sulastini, 2007). Choi (1998) dalam Hossain dkk (2006) menyatakan bahwa hubungan profitabilitas dan pengungkapan CSR merupakan isu kontroversial untuk dipecahkan. Argumentasinya adalah bahwa akan terdapat biaya tambahan dalam rangka pengungkapan CSR. Dengan demikian, profitabilitas akan menjadi turun

9 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember 2012 Hubungan antara pengungkapan sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah menjadi postulat untuk menggambarkan pandangan bahwa tanggapan sosial memerlukan gaya manajerial yang sama seperti apa yang perlu dilakukan untuk membuat perusahaan menghasilkan laba [Bowman & Haire, 1916 dalam Hackston dan Milne (1996)]. Pengungkapan sosial perusahaan dipercaya mencerminkan suatu pendekatan manajemen adaptif yang berhubungan dengan suatu lingkungan yang dinamik, multidemensinal, mempunyai kemampuan untuk menghadapi tekanan sosial dan tanggap terhadap kebutuhan sosial. Kemampuan manajemen seperti dianggap perlu untuk dipertahankan dalam lingkungan perusahaan sekarang ini (Cowen el al., 1987) meskipun demikian Bowman & Haire, (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas adalah faktor yang memungkinkan manajemen bebas dan fleksibel untuk melakukan dan menyatakan pada pemegang saham program-program pertanggungjawaban sosial yang ekstensif. Robert (1992) menemukan hubungan antara laba sebelumnya dan pengungkapan sosial perusahaan, Patten (1991) menggunakan ukuran berganda untuk profitabilitas termasuk laba sebelumnya dan gagal menemukan hubungan antara pengungkapan sosial perusahaan dan profitabilitas. Penelitian Davey (1982), Ng (1985) dan Hackston dan Milne (1996) tidak dapat menemukan bukti hubungan pengungkapan sosial perusahaan dan profitabilitas di perusahaan di New Zeland. Hasil beberapa penelitian terhadap hubungan pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan - profitabilitas memberikan hasil yang sangat beragam. Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) menyajikan hasil yang mendukung hubungan profitabilitas pengungkapan sosial perusahaan. Penelitian Bowman dan Haire (1976) melaporkan perbedaan yang signifikan untuk rata - rata ROE selama 5 tahun antara perusahaan yang mengungkapkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan. Penelitian Preston (1978) dalam Hackston dan Milne (1996) melaporkan ROE satu tahun yang lebih tinggi untuk perusahaan yang lebih mengungkapkan dibandingkan perusahaan lain yang termasuk Fortune 500. Penelitian Cowen et al., (1987) gagal untuk mendukung hubungan profitability - pengungkapan sosial perusahaan. KESIMPULAN Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan, semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi saham semakin banyak. Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan institusional yang berfungsi untuk mengawasi agen. Degan kata lain, akan mendorong pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan oresentase kepemilikan institusional dapat menurunkan presentase kepemilikan manajerial karena kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional bersifat saling menggantikan sebagai fungsi monitoring. Perusahaan industri utama dan sekunder mengungkapkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan lingkungan dan energi dibandingkan dengan

10 Muhammad Ikbal perusahaan di bidang industri tersier, sedangkan hubungan yang berkebalikan ditemukan untuk informasi yang berhubungan dengan interaksi masyarakat. Kegiatan ekonomi mempengaruhi lingkungan, seperti industri extractive akan lebih suka mengungkapkan informasi tentang pengaruh terhadap lingkungan mereka dibandingkan dengan perusahaan di industri lain. Perusahaan yang berorientasi pada konsumen diduga akan memberikan perhatian yang lebih besar dengan menunjukkan tanggungjawab sosial mereka, karena hal ini akan menambah image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Profitabilitas adalah faktor yang memungkinkan manajemen bebas dan fleksibel untuk melakukan dan menyatakan pada pemegang saham program-program pertanggungjawaban sosial yang ekstensif. Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. Reni Retno Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, Agustus Belkaoui,.A dan Karpik, P.G Determinant of the corporate decision to disclose social information, Accounting, Auditing and Accountability Journal, vol. 2 No. l. pp Cooper, D.J., Sherer, M.J., The Value of Corporate Accounting Reports Arguments for a Political Economy of Accounting, Accounting, Organizations and Society, Vol. 9, No. 3/4, pp Deegan, C. and Gordon B., A Study of the Environmental Disclosure Practices of Australian Corporations, Accounting and Business Research. Vol. 26, No. 3, (Summer), pp Deegan, C., Rankin, M., Do Australian companies report environmental news objectively? An analysis of environmental disclosures by firms prosecuted successfully by the Environmental Protection Authority, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 2, pp Deegan, C., Rankin, M.,Voght, P., Firms Disclosure Reactions to Major Social Incidents: Australian Evidence, Accounting Forum, Special Issue on Social and Environmental Accounting, Vol. 24, No. 1, pp Gray, R, Owen D., dan Adams, C , Accounting and Accountability, Prentice Hall Europe. Gray, R., Kouhy, R dan Laver, S. 1995a. Corporate social and environmental reporting: a review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure, Accounting, Auditing and Accountubility Journal, Vol. 8 No. 2 pp Gray, R., Kouhy, R., Lavers, S., Corporate Social and Environmental Reporting: A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK

11 Jurnal Kinerja Volume 9 No 2 Nopember 2012 Disclosure, Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No. 2, pp Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall, London. Guthrie, J. dan Parker, L.D Corporate social disclosure practice: a comparative international analysis, Advances in Public Interest Accounting, Vol. 3. Pp Hackston, David. dan Markus, J Milne, Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand Companies, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9 No. 1, pp Kelly, G.J Australian social responsibility disclosure: some insights into contempory measurement, Accounting and Finance, Vol. 21 No. 2, pp Krippendorff, K Content Analysis: An Introduction to its Methodology, Sage, London. Lowe, E.A., Tinker, A., Sighting the Accounting Problematic: Towards an Intellectual Emancipation of Accounting, Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 4, No. 3, pp Utomo, Muhammad Muslim Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan Di Indonesia, Makalah SNA III. Ng, L. W Social responsibility disclosures of selected New Zealand companies for 1981, 1982, 1983, Occasional paper No. 54, Massey University, Palmerston North. Patten, D. M Exposure, legitimacy, and social disclosure, Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 10, pp Roberts, R.W Determinants of corporate social responsibility disclosure: an application of stakeholder theory, Accounting, Organizations and Society Vol. 17 No. 6, pp Sembiring, Eddy Rismanda Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, Oktober

12 Muhammad Ikbal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI) Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari 2012, Hal 35-42 PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI)

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian mengenai pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan TJS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi Negara memegang peranan yang penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dengan masayarakat memiliki hubungan timbal balik dimana keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, perusahaan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Crowther, D Corporate Social Responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing ApS

DAFTAR PUSTAKA. Crowther, D Corporate Social Responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing ApS DAFTAR PUSTAKA Adams, C.A. 2002. Internal Organisational Factors Influencing Corporate Social and Ethical Reporting Beyond Current Theorizing. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol 15. No.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi berpandangan bahwa dalam sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling terkait, yakni principal

Lebih terperinci

PENGARUH PR0FITABILITAS TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK

PENGARUH PR0FITABILITAS TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK PENGARUH PR0FITABILITAS TERHADAP PRAKTEK PENGUNGKAPAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK Achmad Zaenuddin Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Semarang ABSTRACT Inclination

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya dasar seperti: bahan, tenaga kerja dikelola dan diolah untuk menghasilkan suatu barang atau jasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu tentang Corporate Governance dan penerapannya di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu tentang Corporate Governance dan penerapannya di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Landasan dan acuan dari penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian terdahulu tentang Corporate Governance dan penerapannya di Indonesia. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan. Bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pedoman yang ditetapkan masyarakat. Dalam hal ini, seperti halnya pemerintah,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pedoman yang ditetapkan masyarakat. Dalam hal ini, seperti halnya pemerintah, BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi Suatu perusahaan dapat diterima di dalam lingkungan masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat. Oleh sebab

Lebih terperinci

Devina, Florence, L. Suryanto dan Zulaikha. 2004, Pengaruh Karakteristik

Devina, Florence, L. Suryanto dan Zulaikha. 2004, Pengaruh Karakteristik DAFTAR PUSTAKA. Anggraini, Fr. Reni Retno., 2006, Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (studi Epiris pada Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 54 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai bidangnya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan, perusahaan tidak hanya berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-12

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-12 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-12 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan antara principal dengan agen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan atau badan usaha, kegiatan bisnis menjadi perilaku utama dari para pelaku bisnis. Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori Agensi atau teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan prinsipal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor,

Lebih terperinci

Teori Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social Responbility Perbankan. Abstrak. Kata kunci : teori agensi, stakeholder, legitimasi, sinyal

Teori Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social Responbility Perbankan. Abstrak. Kata kunci : teori agensi, stakeholder, legitimasi, sinyal Teori Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social Responbility Perbankan Oleh: Sri Rokhlinasari Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon e-mail : srirokh@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community development merupakan cikal bakal dari munculnya CSR. Community development (comdev) dengan berbagai istilah banyak dikenal dengan community empowerment developing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam teori legitimasi, suatu perusahaa akan terus-menerus meyakinkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam teori legitimasi, suatu perusahaa akan terus-menerus meyakinkan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Teori legitimasi Teori legitimasi adalah suatu kondisi, dimana suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, sebab tanpa stakeholders suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini maka persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1977). Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1977). Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori Persinyalan (Signalling Theory) pertama kali dikembangkan oleh Ross (1977). Signalling theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi yang begitu pesat menyebabkan pelaporan akuntansi lebih sering digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan mendasar didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya dan memakmurkan para pemilik perusahaan dalam hal ini para pemegang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara berkesinambungan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman Corporate Social Responsibility (CSR) dengan 3P yaitu profit, people dan planet, pengertian ini karena bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini pertama kali dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, dengan pembagian dividen atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage dan Umur Perusahaan terhadap

BAB V PENUTUP. mengenai pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage dan Umur Perusahaan terhadap 61 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage dan Umur Perusahaan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAH TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh perubahan dan kemajuan dibidang teknologi, sosial, ekonomi, dan budaya yang menuntut masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial, dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang. untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial, dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang. untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program CSR (Corporate Social Responsibility) telah berubah menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang No.

Lebih terperinci

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan merupakan sarana dokumentasi yang diberikan perusahaan sebagai alat informasi dan komukasi antara perusahaan dengan stakeholder. Laporan tahunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Citra Indah Merina Dosen Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 3 Palembang Sur-el:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada manajemen eksekutif yaitu dewan komisaris dan direksi. Para

BAB I PENDAHULUAN. kepada manajemen eksekutif yaitu dewan komisaris dan direksi. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan rapat dari para pemilik kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yaitu pemegang saham. Pemegang saham melalui RUPS memiliki hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 9 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum dikenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mepertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis pada saat ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan kompeten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor pertambangan merupakan sumber devisa potensial yang dimiliki Indonesia. Sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. Dalam bagian ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. Dalam bagian ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Dalam bagian ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian ini, yaitu teori Agency dan teori Stakeholder, penjelasan mengenai tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap masyarakat ataupun lingkungan di sekitarnya. Dampak

Lebih terperinci