TINJAUAN PUSTAKA. guineensis. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman asli Afiika, sesuai dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. guineensis. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman asli Afiika, sesuai dengan"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Kelapa sawit (Elaeis guineensis) termasuk klas monokotil, famili palrnae genus elaeis dan species Elaeis guineensis, Elaeis alora dan Elaeis oleifera. Varietas yang dikembangkan adalah dura, pisifera dan tenera dari spesies Elaeis guineensis. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman asli Afiika, sesuai dengan hasil penemuan fosil, sejarahnya dan asal mula bahasa dari nama kelapa sawit tersebut (Elaeis dari bahasa Greek 'elaion', oil, sementara guineensis menunjukkan asal yaitu Guinea Coast). Dari Afrika, kelapa sawit menyebar ke Amerika Selatan dan ke Semenanjung Indo-Malaysia. Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang sebagian besar berada dekat permukaan tanah yaitu pada kedalaman cm (dangkal). Batangnya tegak tidak bercabang, berdiameter cm, tinggi batang dalam pembudidayaan tidak lebih 15-18m. Berdaun majemuk dengan pelepah daun tersusun melingkari batang berbentuk spiral. Panjang pelepah daun mencapai 9 m dengan panjang helai daun mencapai 1,2 m berjumlah pasang. Jumlah pelepah yang dipertahankan dalam perkebunan kelapa sawit sekitar pelepah (Harley, 1971). Tipe pembungaan kelapa sawit adalah berumah satu (mon~ous) yaitu bunga betina dan bungan jantan terdapat pada satu tanaman, tetapi pada tandan yang berbeda. Bunga tumbuh pada setiap ketiak pelepah daun, satu tandan bunga berupa bunga jantan atau bunga betina, dengan masa siap polinasi yang berbeda sehingga terjadi penyerbukan silang. Rasio bunga jantan dan betina dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Pada tanaman yang mengalami masa kekeringan

2 bunga jantan mendominasi, sementara pada musim penghujan bunga betina yang lebih dominan. Pada tanaman muda (umur 2-4 tahun) kadang kala dijumpai bunga banci (hermaprodit), yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tandan (Harley, 1971). Namun demikian, bunga banci akan menyusut atau menghilang dengan sendirinya sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Buah kelapa sawit tersusun dalam suatu tandan yang merupakan buah batu yang terdiri dari kulit buah, daging buah, cangkang dan inti. Minyak sawit sebagian besar (20-27%) terdapat pada bagian perikarp yaitu pada kulit buah dan daging buah, sementara bagian inti hanya mengandung minyak sekitar 4-6%. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah (mesokarp), tanaman kelapa sawit dibedakan atas tiga tipe yaitu dura, pisifera dan tenera. Tipe dura bercangkang tebal (2-8 mm), tanpa lingkaran sabut di bagian luar tempurung, kandungan mesokarp rendah sarnpai medium (3545% terhadap buah, tetapi kadang-kadang dijumpai di atas 65%). Pisifera tidak mempunyai cangkang dan kandungan minyak sangat tinggi. Tipe tenera yang merupakan persilangan dura x pisifera bercangkang tipis (0,5-4 mm), kandungan mesokarp medium sampai tinggi (60-96% terhadap buah, tetapi kadang-kadang dijumpai dibawah 55%), mempunyai lingkaran serabut pada bagian luar (Harley, 1971). Menurut Harley (1971) kelapa sawit tumbuh baik iklim tropis zone katulistiwa dengan tipe iklim Af dan Am (menurut klasifikasi Koppen), dengan curah hujan sekurang - kurangnya 9 bulan, rnmltahun yang menyebar sepanjang tahun. Lahan pertanaman mulai dari dataran rendah sarnpai pada ketinggian tidak lebih dari 600 m di atas permukaan laut dan sangat sesuai bila tanah tersebut bertopografi datar. Syarat tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman adalah

3 subur bersolum dalam, berdrainase baik, ph 5,5-7,O yaitu tanah-tanah aluvial yang bertekstur lempung liat berpasir. Pemuliaan Tanaman Program pemuliaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dimulai pada tahun 1910an menggunakan material tanaman secara terbatas dari empat tanaman kelapa sawit induk varietas dura yang ditanam pertarna kali di kebun Botani Bogor pada tahun Sejak itu pula material tanaman lainnya diintroduksikan dari Zaire, Ivory Coast dan Nigeria. Menurut PPKS, PT.Socfindo dan PT.PP Lonsum (2000) strategi pengembangan bahan tanaman kelapa sawit melalui penajaman pada pemuliaan tanaman di Indonesia adalah dengan perbaikan produktivitas tanaman yang mempunyai keunggulan sekunder. Keunggulan sekunder yang dimaksud antara lain laju pertumbuhan meninggi yang lambat, kualitas minyak yang tinggi, komponen minor kelapa sawit, ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleransi terhadap cekarnan lingkungan, serta keragaman morfologi yang kompak. Sementara itu, tidak jauh berbeda dengan Indonesia, tujuan utama pemuliaan tanaman kelapa sawit di Malaysia adalah untuk memperbaiki produktivitas tanaman sehingga implikasinya untuk meningkatkan keuntungan komersial kelapa sawit. Di samping itu pemuliaan kelapa sawit dewasa ini juga bertujuan untuk menghasilkan rninyak yang berkualitas tinggi yaitu meningkatkan kandungan asam lemak tidak jenuh, karoten dan tokoferovtokotrieno1 (Tajudin & Lee, 2000). Artas Soewar et al. (2000) menyatakan bahwa kelapa sawit yang diharapkan adalah yang memili performan yang baik dari segi produksi dan karakteristik

4 sekunder yang berhubungan dengan siklus hidup dan kemudahan pemanenan serta memperpanjang umur ekonornis tanaman. Di samping itu juga dikombinasikan dengan upaya mereduksi pertumbuhan lilit batang agar kompetitif antar tanaman dapat ditekan. Dengan dernikian produksi yang stabil dapat dipertahankan. Karakter sekunder lainnya adalah ketahanan terhadap penyakit tanaman terutama penyakit tajuk (crown disease) dan penyakit ganoderma. Penyakit ganoderma adalah busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Gejala penyakit busuk pangkal ini dapat dilihat dari mahkota tanaman, di mana jumlah jamur yang belum membuka lebih banyak dan daun-daun berwarna hijau pucat. Gejala lebih lanjut daun-daun patah dan menggantung pada batang. Strategi yang ditempuh dalam upaya perbaikan produktivitas dan performan kelapa sawit tersebut adalah melalui aktivitas pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan. Menurut PPKS, PT. Socfindo dan PT. PP Lonsum (2000), institusinya secara terus menerus telah melakukan aktivitas tersebut sejak Pada awalnya perhatian para pemulia kelapa sawit terfokus pada perbaikan tanaman yang mempunyai produktivitas CPO tinggi. Namun, sejalan dengan berkembangnya industri hilir kelapa sawit dan tuntutan konsumen yang beragam, para pemulia juga mengarahkan penelitiannya ke tanaman kelapa sawit yang mempunyai keunggulan sekunder. Seleksi tanaman kelapa sawit di Indonesia dimulai di Marihat Baris pada 1905 dan di Tinjowan pada 1919 dari hasil pertanaman kelapa sawit yang materialnya berasal dari Kebun Botani Bogor tersebut. Selanjutnya terus dilakukan aktivitas pemuliaan dengan menyilangkan tipe dura (D) dengan varietas lain yang didatangkan dari Afrika yaitu tipe tenera (T) ke Sumatera Utara pada 1922.

5 Tenera adalah hibrida hasil persilangan tipe dura dengan tipe pisifera dari varietas lain kelapa sawit. Teramati kemudian bahwa DxP ternyata memberikan hasil 25-30% lebih tinggi dibandingkan dengan dura. Pada skala komersial dikembangkan tipe tenera melalui persilangan konvensional yang terkontrol antara dura unggul (sebagai tetua betina) dan pisifera unggul (sebagai tetua jantan sumber serbuk sari) (Asmono et al., 2000). Bahan tanaman komersial selain berupa benih hasil persilangan dan seleksi dikembangkan melalui perbanyakan secara kultur jaringan untuk memperoleh turunan yang membawa sifat induknya secara murni, sehingga memunculkan klon-klon kelapa sawit. Klon-klon tersebut dihltur dari tetua terpilih (ortet) dengan seleksi ketat didasarkan pada seleksi individu, seleksi famili, seleksi individu-famili dan indeks seleksi, yang mempunyai potensi produksi rninyak tinggi, bebas penyakit tajuk dan pertumbuhan cmltahun (Ginting & Fatmawati, 1996). Klon yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Marihat diberi nama MK (Marihat Kultur jaringan). Hasil penelitian Ginting & Fatmawati (1996) menunjukkan bahwa produksi tandan buah segar kelapa sawit lebih tinggi 10-30% dibandingkan dengan tanaman benih. Dari sejumlah klon yang dihasilkan, MK60 memproduksi tandan bu& segar 40 tonlhaltahun dengan rendemen minyak 13,13% dan berpotensi menghasilkan minyak sawit mentah 13 tonlhdtahun. Kultur jaringan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan yaitu kultur embrio (penyelamatan embrio), kultur organ, kultur pollen (tanaman haploid) maupun kultur protoplast (hsi protoplas). Dengan kultur jaringan juga diperoleh embriosomatik yang dapat disimpan (konservasi), sehingga stok selalu tersedia

6 dan sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan maupun tujuan perbanyakan tanaman. Tahapan perlakuan kultur jaringan kelapa sawit dimulai dari pemilihan pokok induk (ortet), pengambilan sumber jaringan (eksplan), pembuatan media, sterillisasi, penanaman eksplan, pembentukan kalus (kalogenesis), pembentukan embrio (embriogenesis somatik), pembentukan tunas, pembentukan akar, aklimatisasi dan pengujian di lapang (Lubis et al., 1985). Abnormalitas Tanaman Meskipun penampakan tanaman hasil perbanyakan klon di lapangan relatif seragam, namun perlu diamati lebih teliti apabila terjadi perubahan abnormalitas pada bagian organ reproduksinya yaitu bunga dan buah. Abnormalitas pada bunga atau buah tanaman kelapa sawit dilaporkan pada Konferensi Kultur Jaringan Kelapa Sawit yang diselenggarakan di Kuala Lumpur pada Maret Corley et al. (1986) mengemukan ada tiga macam abnormalitas pada tanaman kelapa sawit yaitu berupa rangkaian bunga jantan andromorphic, buah mantled dan buah partenokarpi. Abnormalitas berupa terbentuknya rangkaian bunga jantan andromorphic dan buah mantled terjadi sebagai akibat adanya kesalahan fbngsi dari organ-organ reproduksi, sedangkan buah partenokarpi dapat terbentuk karena penyerbukan kurang sempurna. Buah mantled sangat jarang terdapat pada tanaman asal seedling, tetapi bmyak ditemukan pada bahan tanam yang berasal dari perbanyakan in vitro melalui teknik kultur jaringan. Sekitar 10-40% dari bahan tanam klon memiliki pembungaan dan pembuahan abnormal yang terdeteksi setelah tanaman berproduksi yaitu umur 3-5 tahun

7 (Toruan - Mathius, 1996). Beberapa ahli berpendapat bahwa terjadinya abnormalitas bisa bersifat genetik (Rao & Danough, 1990). Selain itu juga dapat terjadi karena gangguan ekspresi gen yang disebabkan gangguan fitohorrnon (Jones, 1991). Menurut Paranjothy et a1 (1993) abnormalitas berhubungan dengan lamanya subkultur dan umur kalus. Struktur kalus yang kompak dan vriabel juga dapat mengakibatkan adanya tanaman abnormal sebesar 5-10% (Pannetier et al., 1981; Duran et al., 1993). Pada tingkat tanaman yang ada di lapangan yang abnormal ratio bunga jantan akan lebih tinggi dai pada tanaman normalnya, sehingga buah yang terbentuk akan berkurang dan akhirnya menyebabkan hasil minyak mengalami penurunan. Pada buah yang abnormal akan dijumpai endosperm tipis dan juga bentuk buah yang abnormal dari biasanya (Haris, 1998). Penampakan fenotipe (morfologi) merupakan suatu indikator gen-gen yang spesifik dan berguna sebagai penanda genetik dalam kromosom. Penampakan fenotipe sebenarnya mudah diamati di lapangan, narnun karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi dan berinteraksi hat dengan faktor genetik, maka penampakan fenotipe sering berbeda-beda walaupun secara genetik sama. Selain itu ada perrnasalahan lain yang timbul yaitu pada populasi tunggal sulit diperoleh jumlah yang banyak penanda fenotipe yang disegregasikan.

8 Gambar 1. Buah n o d dan tidak normal lamman kelapa sawit yang berasal dari kultur jaringan Keterangrm : (I) buah normal ; (2) mesokarp berdagmg ; (3a) buah abnormal / bersayap ; (3 b) buah normal ; (4a) buah abnormal / mantel ringan ; (4b) buah abnormal / mantel berat ; (4c) penampang atas buah abnormal ; (44 & (4e) mantel berat 1 mesokarp bersayap keras ; (5a) & (5b) bunga jantan / steril

9 Haris & Darussamin (1997) telah menemukan bahwa beberapa nomor dari primer acak ABI dan OPB yang digunakan dalam analisis RAPD mampu membedakan antar genotipe tanaman kelapa sawit yang berbuah normal dan abnormal dari klon yang sama, khususnya beberapa nomor dari klon SOC, LMC, MK dan BC. Namun, tidak ditemukan pita spesifik yang dapat membedakan tanaman yang berbuah normal dengan abnormal secara universal. Nurhaimi-Haris (1998) mendeteksi perbedaan genetik beberapa nomor klon SOC, LMC dan MK tanaman kelapa sawit yang berbuah normal dan abnormal serta melakukan analisis pengelompokkan klon-klon tersebut berdasarkan analisis RAPD. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada kecenderungan genotipe tanaman yang berbuah normal dan tidak normal dari satu klon yang sama berada dalam satu kelompok. Diperoleh juga bahwa klon SOC mempunyai variasi genetik lebih tinggi dibandingkan dengan klon LMC dan MK. Hal ini menunjukkan bahwa klon SOC cenderung tidak stabil apabila diperbanyak secara in vitro. Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh tersebut dilakukan analisis RAPD menggunakan klon-klon serta primer yang berbeda, dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih jauh mengenai pemanfaatan RAPD untuk menganalisis pitapita DNA pembeda antar klon-klon kelapa sawit yang berbuah normal dan abnormal. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui sejauh mana terjadi variasi genetik antar genotipe normal dan abnormal dalam satu klon dan antar klon. Markah Molekuler Karakter morfologi telah lama digunakan untuk mengidentifikasi spesies, famili dan genus. Markah molekuler merupakan markah yang polimorfismenya

10 berdasarkan protein atau DNA, dan telah sangat membantu penelitian pada berbagai disiplin seperti taksonomi, filogeni, ekologi, dan pemuliaan tanaman. Markah molekuler pada tingkat DNA memiliki kelebihan dibandingkan dengan morfologi atau alozim antara lain : (1) karena genotipe suatu organisme diuji secara langsung, sehingga pengaruh lingkungan dan perkembangan terhadap fenotipe tidak menjadi masalah; (2) karena bagian yang berbeda dari DNA berevolusi dengan kecepatan yang berbeda, sehingga bagian yang cocok dapat digunakan untuk studi tertentu, misalnya bagian yang variabilitasnya tinggi untuk identifikasi kultivar atau yang variabilitasnya rendah untuk studi filogenetik; (3) karena jumlah polimorfisme yang ada tidak terbatas dan (4) berbagai macam teknik telah dikembangkan yang masing-maing dapat menyediakan markah yang sesuai terhadap suatu tujuan tertentu (Weising et al., 1995). Lebih jauh lagi Berg et a1.(1997) menambahkan bahwa skoring terhadap kedua markah tersebut tergantung dari ekspresi gen yang mungkin sensitif terhadap faktor lingkungan, tahap perkembangan dan tipe jaringan. Keuntungan utama markah DNA molekuler adalah sifat alarninya. Markah ini mencerminkan perubahan pada tingkat DNA sehingga menunjukkan jarak genetik yang sesungguhnya (aktual) antara individu secara lebih akurat daripada dengan markah fenotipe. Sering sekali sulit untuk menyetarakan fenotipe dan genotipe karena fenotipe yang sama bisa dimunculkan oleh genotipe yang berbeda (Serret et ~1,1997). Beberapa kegunaan markah molekuler dalam membantu pemuliaan antara lain adalah (i) untuk analisis pautan dan pemetaan genetik; (ii) untuk identifikasi genotipe; (iii) untuk mengestimasi keragaman genetik dan kekerabatan inter dan

11 antar spesies atau varietas dan juga dapat membantu menjelaskan filogenetiknya (Weising et az.,1996). Lebih jauh lagi Ribaut & Hoisington (1998) menguraikan bahwa berdasarkan keragaman genetik yang dihasilkan dari data sidik jari, bahan tanaman bisa dikelompokkan ke dalam genetik pool tertentu. Informasi ini sangat membantu dalam mengidentifikasi tetua yang paling cocok untuk disilangkan. Untuk tanaman yang heterosis dimana pemanfaatannya adalah dengan memproduksi kultivar hibrida, pengukuran jarak genetik berdasarkan markah DNA dapat sangat membantu. Menurut Powell et al., (1996) ha1 tersebut dapat dilakukan misalnya melalui analisis menggunakan NTSYS. Analisis klaster berdasarkan kesamaan genetik menggunakan UPGMA dan hubungan antara individu divisualisasi dalam bentuk fenogram yang dapat menggambarkan jarak genetik antara individu yang diuji. Perkembangan teknologi baru telah dapat menggembangkan analisis yang dapat mempertinggi tingkat polimorfisme DNA untuk pemetaan genetik, MAS, genom fingerprinting dan untuk menemukan hubungan genetik. Teknologi tersebut meliputi antara lain : RFLP, RAPD, AFLP dan mikrosatelit (SSR). Polimorfisme yang terdeteksi oleh AFLP dan RFLP mengungkapkan variasi ukuran berdasarkan situs restriksi. Polimorfisme berdasarkan RAPD mencerminkan variasi sequen DNA pada situs perlekatan (binding site) primer dan dari perbedaan panjang DNA antara situs perlekatan primer (juga untuk AFLP). Lokus SSR berbeda pada jurnlah unit ulangan di, tri atau tetranukleotida yang ada pada DNA dan variasi panjang ini dapat dideteksi dengan PCR dengan memanfaatkan sepasang primer yang mengapit setiap SSR tersebut (Powell et az.,1996). Karp et al. (1997) mengelompokkan teknik menjadi tiga kategori dasar

12 berdasarkan apakah analisa tersebut menggunakan PCR atau tidak, dan apakah primernya arbitrarilsemi-arbitrari ataukah secara spesifik dirancang berdasarkan sekuen yang telah diketahui terlebih dahulu : (1) tidak berdasarkan PCR (RFLP, VNTRs); (2) teknik berdasarkan primer arbitrari atau semi arbitrari (multiple arbitrarily amplicon profiling) (MAAP) misalnya RAPD dan DAF atau AFLP); (3) Site-targeted PCR (STMS) ; SSR. Banyak terdapat variasi dari berbagai teknik dasar tersebut, diantaranya adalah sequence characterized amplified region (SCARS) yang dihasilkan dari markah RAPD tunggal. Fragmen tersebut diklon dan sekuen nukleotida pada ujungnya disekuensing, kemudian dipakai sebagai dasar mendisain primer untuk amplifikasi spesifik. Teknik lain misalnya ISSR, PCR-RFLP (cleaved ampl$ed polymophic sequenceslcaps) dan AFLP mikrosatelit. Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Tanaman menyimpan informasi genetiknya dalam genom inti maupun organel (khloroplas dan mitokondria). Genom didefenisikan sebagai gugus atau keseluruhan gen dari suatu organisme yang mengendalikan seluruh metabolisme sehingga organisme tersebut dapat hidup dengan sempurna. Gen dari setiap organisme dapat mengalami perubahan yang disebut mutasi. Proses mutasi dapat terjadi pada satu gen yang disebut mutasi gen, atau melibatkan potongan kromosom, kromosom utuh atau mungkin juga seluruh set kromosom secara kolektif yang disebut mutasi kromosom. Beberapa mekanisme mutasi seperti delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi yang dapat mengubah fenotipe tanaman. Itu sebabnya penggunaan penanda morfologi menjadi terbatas pemanfaatannya

13 dan dengan demikian penggunaan penanda DNA lebih mampu menggambarkan keadaan genom tanaman yang sesungguhnya. Kemajuan bioteknologi mengungkapkan infonnasi genetik yang terkandung dalam genom tanaman dapat diamati sampai tingkat DNA. Analisis dapat dilakukan melalui hibridisasi fiagmen DNA genom tanaman dengan pelacak DNA (probe) pada teknik Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), atau dengan mengamplifikasi DNA genom tanaman dalam mesin Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik RAPD merupakan suatu cara untuk menganalisis variabilitas genetik melalui amplifikasi DNA genom suatu tanaman menggunakan primer acak tunggal. Variabilitas genetik tanaman dilihat berdasarkan polimorfisme pita DNA yang berhasil diamplifikasi. Prinsip dasar RAPD adalah komplementasi urutan basa primer dengan urutan basa DNA cetakan. Apabila terdapat komplementasi urutan basa antara primer dan DNA cetakan, maka primer akan menempel pada kedua ujung 3'OH utas DNA cetakan. Jika kedua situs penempelan primer berada dalam jarak yang dapat diamplifikasi, maka produk PCR akan diperoleh berupa fragmen atau pita DNA (Tingey et al., 1992). Prinsip amplifikasi fragmen DNA pada mesin PCR dapat dilihat pada Gambar 2. Pada dasarnya amplifikasi DNA dalam mesin PCR mengikuti pola sintesis DNA di dalam sel. Di dalam sel, proses sintesis DNA meliputi penguraian utas ganda DNA menjadi utas tunggal yang disebut denaturasi. Kemudian sintesis rantai DNA baru dengan menggunakan utasan tunggal sebagai model atau cetakan. Sintesis DNA dimulai dengan penempelan primer pada utas tunggal DNA cetakan, dilanjutkan dengan pemanjangan rantai DNA dan pembentukan

14 utas ganda kembali. Sintesis DNA mempunyai arah pertumbuhan 5 + 3, yaitu dua nukleotida digabungkan satu dengan yang lainnya dengan cara merangkaikan karbon gula kelima (C5) yang mengandung fosfat dari satu nukleotida kepada karbon gula ketiga (C3) yang mengandung OH dari nukleotida lain, membentuk ikatan fosfodiester. Weising et al., (1995) menyatakan, seperti halnya sintesis DNA di dalam sel, amplifikasi DNA pada mesin PCR secara in vitro membutuhkan enzim polimerase DNA, primer, basa nukleotida (datp, dctp, dgtp, dttp), MgC12, dan bufer yang befingsi sebagai kofaktor enzim, serta H2O. Reaksi PCR melibatkan pengaturan suhu pada mesin PCR selama pengulangan siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu denaturasi DNA menjadi utas tunggal (94'~), penempelan primer pada DNA cetakan (25'~- 65'~), dan pemanjangan primer (biasanya 72'~). Hallden et al., (1996) menegaskan reaksi PCR sangat dipengaruhi oleh konsentrasi komponen reaksi (MgC12, bufer, enzim, DNA cetakan, primer, nukleotida, dan HzO), suhu denaturasi, suhu penempelan primer pada DNA cetakan, suhu pemanjangan primer, jumlah siklus, serta keutuhan dan kemurnian DNA cetakan. Enzim polimerase DNA yang pertama kali digunakan dalam reaksi PCR dan sampai sekarang masih digunakan adalah Tag polimerase DNA yang diisolasi dari mikroorganisme Thermus aquaticus. Tag polimerase DNA bersifat tahan suhu panas (94'~)~ menghasilkan fragmen DNA amplifikasi dengan ujung 3'A menggantung (overhang), kecepatan amplifikasi 2-4 kilobasa (kb) per menit atau

15 35-70 basa per detik (Kidd & Ruano, 1995), dan lebih murah dibandingkan enzim polimerase lain seperti Pfu dan Tli polimerase DNA. Analisis genetik yang menggunakan prinsip kerja PCR pertama kali dikembangkan oleh William dkk. tahun 1990 menggunakan primer tunggal atau sekuen nukleotida pendek dengan jumlah basa antara basa (Weising et al., 1995). Primer adalah suatu f'ragmen DNA pendek dengan berukuran pasang basa (pb) yang berperan dalam inisiasi sintesis untaian DNA. Peranan primer pada teknik RAPD seperti peranan RNA-primer pada proses replikasi DNA di dalam sel. Pada prinsipnya ada dua jenis primer yang dapat digunakan, yaitu primer spesifik dan primer acak. Primer spesifik merupakan fragmen DNA yang disintesis dari rangkaian oligonukleotida yang berpasangan dengan rantai DNA (gen) tertentu yang biasa digunakan pada teknik RFLP, atau bagian dari rantai DNA yang mengapit untaian DNA dari wilayah bukan penyandi seperti lokus mini (mikrosatelit) pada teknik Simple Sequence Repeats (S SR). Sedangkan primer acak merupakan fi-agmen DNA yang disintesis menggunakan "DNA synthesizer", dan dapat dibeli dalam bentuk kit dari suatu perusahaan seperti Operon Alamedh Technology (OPA). Macam primer yang digunakan pada teknik RAPD berkaitan dengan suhu penempelan primer dalam reaksi amplifikasi. Primer yang biasanya digunakan mengandung basa G+C antara 60% - 70%, karena semakin banyak kandungan basa Guanin dan Cytosin, maka ikatan antara primer dengan DNA cetakan semakin kuat dan stabil. Basa Guanin dan Cytosin mempunyai tiga ikatan hidrogen, lebih banyak daripada basa Tirnin dan Adenin yang hanya mempunyai dua ikatan hidrogen.

16 I Pca$a?s.jatsgm prkc r ' I I...-P d..., ,,,,, -,, # i i, Gambar 2. Prinsip amplifikasi fragmen DNA pada mesin PCR Sumber : Weising et al., 1995

17 Analisis variabilitas genetik melalui teknik RAPD menggunakan primer acak banyak digunakan karena mudah dilakukan, murah, cepat memberikan hasil, cocok untuk membuat diagnosis silsilah (filogeni) suatu spesies, tidak memerlukan latar belakang genom yang dianalisis, mudah mendapatkan primer acak yang biasa digunakan untuk analisis genom semua organisme, menghasilkan data seperti ale1 dominan dan polimorfisme yang dihasilkan sangat banyak (Tingey et al., 1992). Pada umumnya pemanfaatan markah DNA sudah banyak diterapkan dalam pemuliaan tanaman misalnya dalam memperkirakan keragaman genetik, kerabatan inter dan antar spesies atau varietas, identifikasi genotipe serta analisis pautan dan pemetaan genetik. RAPD sebagai markah molekuler telah banyak diterapkan dalam studi keragaman genetik, misalnya pada Vigna angularis (Yee et al., 1999), kedelai (Powell et al., 1996; Doldi et al., 1997, Thompson et al., 1998), kopi (Orozco-Castillo et al., 1994), pada Sesamun indicum L, (Bhat et al., 1999), sorghum (Menkir et al., 1997), blueberry (Levi & Rowland, 1997), kelapa (Ashburner et al., 1997), pada Hordeum vulgare (Selbach & Molina, 2000). Studi keterpautan markah RAPD dengan sifat tertentu misalnya telah diterapkan antara lain pada Prunus persica L (Warburton et a1.,1996), keterpautan dengan sifat tahan terhadap Colletotrichum lindemuthianum pada tanaman buncis (Young & Kelly, 1997).

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu dari beberapa tanaman palma penghasil minyak yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan termasuk industri padat karya. Pengusahaan tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit diintroduksi ke Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea, Ordo : Arecales, Famili : Arecaeae,

TINJAUAN PUSTAKA. Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea, Ordo : Arecales, Famili : Arecaeae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Mangoensukarjo dan Semangun (2003) adalah : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama 121 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama Tiga tanaman yang digunakan dari klon MK 152 menunjukkan morfologi organ bunga abnormal dengan adanya struktur seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati terpenting di Indonesia. Ditinjau dari segi ekonomi, kelapa sawit memegang peranan penting untuk memenuhi

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) berasal dari tiga kata yaitu Elaeis berasal dari Elation berarti minyak dalam bahasa Yunani, Guneensis berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varietas unggul padi telah tersebar di seluruh dunia untuk dijadikan bibit yang digunakan oleh para petani. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan lebih dari

Lebih terperinci

III.Fisiologi Benih Sawit

III.Fisiologi Benih Sawit III.Fisiologi Benih Sawit Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell), karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2003) bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 20 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai penghasil minyak nabati mempunyai kekhasan tersendiri dari tanaman kelapa umumnya. Minyak dapat dihasilkan dari dua bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping dan cere berdaging. Distribusi burung Famili Columbidae tersebar

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maskoki memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri karena bentuk dan ukuran tubuhnya serta keindahan pada variasi warna dan corak yang beragam (Perkasa & Abdullah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman andaliman adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman andaliman adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio: 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Hsuang Keng (1978) dalam Wijaya (1999) menyatakan bahwa sistematika tanaman andaliman adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Cyprinid salah satu yang populer diantaranya adalah ikan mas atau common carp (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan cukup

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Polimorfisme RAPD dan Mikrosatelit Penelitian ini menggunakan primer dari Operon Technology, dimana dari 10 primer acak yang diseleksi, primer yang menghasilkan pita amplifikasi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) 8 tampak diskor secara manual. Kriteria penskoran berdasarkan muncul tidaknya lokus, lokus yang muncul diberi skor 1 dan yang tidak muncul diberi skor 0. Data biner yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA Lokasi Terletak di dalam Kebun Percobaan Ciomas, Jalan Jabaru II No. 21, Ciomas, Bogor 16119, sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pimpinella pruatjan Molkenb. (Apiaceae) atau yang dikenal dengan nama purwoceng. P. pruatjan sebagai tanaman herba komersial berkhasiat obat yaitu sebagai afrodisiak, diuretik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas merupakan salah satu ikan dengan penyebaran dan domestikasi terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia dan dari lokai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al. 4 II. TELAAH PUSTAKA Jabon (Neolamarckia sp.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim muson tropika seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Jabon juga ditemukan tumbuh di Sri Lanka,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Pisang Barangan Pisang merupakan tanaman monokotil dan herba perennial dengan tinggi 2-9 m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai pucuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang mudah dikenali dan distribusinya tersebar luas di dunia. Dominan hidupnya di habitat terestrial. Kelimpahan

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260 PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260 ADE NENA NURHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal Indonesia dalam menanggapi persaingan

Lebih terperinci

2014 STUDI KEKERABATAN FENETIK BEBERAPA JENIS TANAMAN SAWO

2014 STUDI KEKERABATAN FENETIK BEBERAPA JENIS TANAMAN SAWO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negeri khatulistiwa yang terdiri dari bentangan luas lautan dan sekitar 13.000 pulau-pulau yang berjajar dari ujung Sabang sampai Merauke. Iklim

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM 131 BAB VII PEMBAHASAN UMUM Perbanyakan kelapa sawit melalui kultur jaringan merupakan tindakan bijak untuk menanggulangi kekurangan bibit sawit di Indonesia. Namun tanamantanaman hasil kultur jaringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Kajian tentang potensi jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Sebagai penghasil bahan bakar nabati, secara teknis banyak nilai positif yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai manfaat ganda, baik sebagai makanan segar, bahan industri makanan seperti pizza, rempah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia salah satunya dihasilkan dari pengembangan perkebunan karet. Fungsi dari perkebunan karet tidak hanya sebagai sumber devisa, sumber bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Artemisia annua L.

TINJAUAN PUSTAKA Artemisia annua L. TINJAUAN PUSTAKA Genus Artemisia L. termasuk ke dalam famili Asteraceae, terdiri dari hampir 200 spesies. Artemisia annua, Artemisia capilaris dan Artemisia vulgaris adalah tiga spesies dominan. Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman utama perkebunan di Indonesia disamping karet, the, coklat dan lain-lain. Kelapa sawit mempunyai masa depan yang cukup cerah saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang sungut peraba (barbel) pada sisi kanan dan kiri anterior kepala, tidak memiliki sisik, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Asal Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman perkebunan penghasil biji coklat yang berasal dari hutan-hutan tropis Amerika Tengah dan bagian utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Keanekaragaman

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Spesies Azadirachta indica memiliki nama lokal mimba atau nimbi. Tanaman mimba dapat beradaptasi di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman mimba dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Indonesia Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah beradaptasi dengan iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal ekor tipis

Lebih terperinci