PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI TOILETINGPADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUSTAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI TOILETINGPADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUSTAHUN 2015"

Transkripsi

1 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI TOILETINGPADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUSTAHUN 2015 Anny Rosiana 1, Riska Arini 12 Progam Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus annyrosiana@stikesmuhkudus.ac.id Abstrak Retardasi mental merupakan suatu keadaan (IQ dibawah 70) disertai dengan keterbatasan dalam area fungsi adaptif, seperti kemampuan komunikasi, perawatan diri ( Videbeck, 2008). Dinas sosial Kudus, penderita retardasi mental tahun sebanyak 342 orang. Perawatan diri pada anak retardasi mental rendah, yaitu 40 (61,6%), sedangkan sisanya tinggi seb anyak 25 (38,4%) (Ramawati, 201 1). Untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan perawatan diri toileting pada anak retardasi mental di SDLB Purwosari Kudus Tahun Penelitian quasy experimental dengan metode pretest-posttest group design menggunakan kelompok kontrol. Subyek penelitian adalah keluarga anak retardasi mental yang berjumlah 22 orang ditentukan dengan total sampling. Dalam penelitian ini 11 orang sebagai kelompok kontrol dan 11 orang sebagai kelompok intervensi. Psikoedukasi keluarga dilakukan pada kelompok intervensi. Metode analisa data yang digunakan adalah statistic non parametric dengan menggunakan uji wilcoxon test untuk membandingkan skor subyek pada pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan intervensi. Hasil penelitian tentang pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan perawatan diri toileting pada anak retardasi mental di SDLB purwosari Kudus menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi p value < 0,05 yakni sebesar p = 0,003. Ada pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap perawatan diri toileting pada anak retardasi mental di SDLB Purwosari Kudus Tahun 2015 uji wilcoxon test (p= 0,003). Kata Kunci : Psikoedukasi Keluarga, Perawatan Diri Toileting, Retardasi Mental PENDAHULUAN Menurut data dari Dinas Sosial Kabupaten Kudus pada tahun 2008 jumlah penderita retardasi mental sebanyak 350 orang. Dan jumlah penderita retardasi mental pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan menjadi 256 orang, kemudian pada tahun 2011 dan 2012 jumlah penderita retardasi mental mengalami kenaikan yaitu tercatat sebanyak 342 orang. Retardasi mental merupakan suatu keadaan fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) yang disertai dengan keterbatasan dalam area fungsi adaptif, seperti kemampuan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, ketrampilan interpersonal atau sosial, pengguanaan sumber masyarakat, penunjukan diri, ketrampilan akademik, pekerjaan, waktu senggang dan kesehatan serta keamanan (Videbeck, 2008). Salah satu keterbatasan anak retardasi mental yaitu perawatan diri. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Perawatan diri meliputi kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi atau kebersihan diri, berpakaian, berhias, makan, dan toileting secara mandiri (Nanda, 2006). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ramawati (201 1) mengenai kemampuan perawatan diri anak tuna grahita/retardasi mental berdasarkan faktor eksternal dan internal anak yang dilakukan pada 65 anak didapatkan hasil bahwa THE 5 TH URECOL PROCEEDING 373 ISBN

2 sebagian besar kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita dalam kategori rendah, yaitu 40 (61,6%), sedangkan sisanya dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 25 (38,4%). Kurang perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004). Kemampuan toileting meliputi kemampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Dalam melakukan perawatan diri toileting, anak retardasi mental masih mengalami kesulitan, sehingga mereka memerlukan latihan dan bantuan yang lebih banyak serta pengajaran yang berulangulang. Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk terapi keluarga yang dapat diberikan kepada anak retradasi mental dan keluarga untuk membantu mengatasi masalah mengenai perawatan diri (Suerni, 2013) Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal pada 10 orangtua (keluarga) dari siswa penderita retardasi mental di SDLB Purwosari Kudus berdasarkan kemampuan perawatan diri toileting, didapatkan hasil 3 ibu mempunyai anak dengan kemampuan toileting yang kurang (selalu membantu anaknya dalam melakukan perawatan diri toileting) dan 7 ibu mempunyai anak dengan kemampuan toileting yang cukup (kadang-kadang membantu anaknya dalam melakukan perawatan diri toileting). KAJIAN LITERATUR Retardasi mental merupakan suatu keadaan fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) yang disertai dengan keterbatasan dalam area fungsi adaptif, seperti kemampuan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, ketrampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, penunjukan diri, ketrampilan akademik, pekerjaan, waktu senggang dan kesehatan serta keamanan. Beberapa orang yang mengalami retardasi mental bersikap pasif dan tergantung, sedangkan yang lain bersikap agresif dan impulsive. (Videbeck, 2008) Menurut Depkes (2010) perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk terapi keluarga yang dapat diberikan kepada anak retradasi mental dan keluarga untuk membantu mengatasi masalah mengenai perawatan diri (Suerni, 2013) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pretestposttest control group design yang terdapat dua kelompok sampel yakni kelompok intervensi dan kelompok kontrol (Notoadmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 responden dengan tehnik sampling total sampling. Dari 22 responden, 11 responden sebagai kelompok intervensi dan 11 responden sebagai kelompok kontrol. Analisa univariat dilakukan pada variable usia, jenis kelamin, perawatan diri toileting sebelum dan setelah diberi psikoedukasi. Analisa bivariat yang digunakan adalah analisis Uji Wilcoxon Test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Usia Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di SDLB Purwosari Kudus Tahun 2015 (N=22) THE 5 TH URECOL PROCEEDING 374 ISBN

3 . Umur Responden Frekuensi Persentas e (100%) < 11 tahun 6 27, tahun 13 59,1 >12 tahun 3 13,6 Total Sumber : Data Primer, Perawatan Diri Toileting Sebelum dan Setelah Diberi Psikoedukasi Keluarga Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mean, Median dan Modus Perawatan Diri Toileting Sebelum dan Setelah Diberi Psikoedukasi Keluarga di SDLB Purwosari Kudus Tahun 2015 (N=22) Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar umur siswa adalah tahun dengan jumlah 13 responden (59,1%), umur < 11 tahun sejumlah 6 responden (27,3%) dan > 12 tahun sejumlah 3 responden (13,6%) 2. Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SDLB Purwosari Kudus Tahun 2015 (N=22) Jenis Frekuensi Presentase Kelamin (%) Laki-laki 12 54,5 Perempuan 10 45,5 Total Perawatan Diri Toileting Pre Po st kelomp ok interve nsi kelomp ok kontrol kelomp ok interve nsi kelomp ok kontrol Mea n 27,9 1 27,3 6 32,6 4 27,7 3 Me dia n Mo dus Std Devia si M in Sumber : Data Primer, Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 responden (62,5 %), dan sisanya adalah perempuan sebanyak 9 responden (37,5%). Sumber : Data Primer, Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi sebelum psikoedukasi, Perawatan Diri Toileting ratarata nilai intervensi 27,91, nilai median 29, nilai modus 16, standart deviasi 6,77 dan nilai minimum 16 serta nilai maximum adalah 36. Dan pada kelompok kontrol, perawatan diri toileting rata-rata nilai kontrol 27,36, nilai median 28, nilai modus 26, standart deviasi 5,10, dan nilai minimum 19 serta nilai maximum adalah 35. Sedangkan pada kelompok intervensi setelah psikoedukasi, Perawatan Diri Toileting rata-rata nilai intervensi toileting rata-rata nilai intervensi 32,64, nilai median 34, nilai modus 28, standart deviasi 5,87 dan nilai minimum 24 serta nilai maximum adalah 43. Dan pada kelompok kontrol perawatan diri M ax , , , , toileting rata-rata nilai kontrol 27,73, nilai median 28, nilai modus 26, standart deviasi 5,14 dan nilai minimum 19 serta nilai maximum adalah 35. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawatan Diri Toileting Sebelum dan Setelah Diberi Psikoedukasi Keluarga di SDLB Purwosari Kudus THE 5 TH URECOL PROCEEDING 375 ISBN

4 Perawatan Diri Toileting Baik (%) Tahun 2015 (N=22) Frekuensi Cukup (%) Sumber : Data Primer, Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa frekuensi perawatan diri toileting sebelum psikoedukasi dalam kelompok intervensi adalah cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 4 responden (36,4%). Dan dalam kelompok kontrol frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54,5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). Sedangkan pada frekuensi perawatan diri toileting setelah psikoedukasi dalam kelompok intervensi adalah baik sebanyak 2 responden (18,2%), perawatan d iri toileting cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 2 responden (18,2%). Dan dalam kelompok kontrol, frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54,5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). 4. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Toileting Table 4.5 Kurang (%) Tota l (%) kelompok 11 intervensi 0 (0) 7 (63,6) 4 (36,4) (100 Variabel Wilcoxon ) Pre Test kelompok Z 5 P (45,5) Value 11 N Sebelum kontrol dan 0 (0) setelah 6 (54,5) (100 diberi Psikoedukasi -2,944 0,003 ) 11 Keluarga pada Kelompok Intervensi kelompok 2 (18,2) 11 Sebelum intervensi dan 2 (18,2) setelah 7 (63,6) (100 Diberi Psikoedukasi -1,342 0,180 ) 11 Post Keluarga pada Kelompok Kontrol kelompok 5 (45,5) 11 kontrol 0(0) 6 (54,5) (100 ) Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Toileting Pada Anak Retardasi Mental di SDLB Purwosari Kudus Tahun 2015 Berdasarkan Uji Wilcoxon (N=22) Sumber : Data Primer, Dari hasil uji Wilcoxon Test didapatkan bahwa variabel sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi pada kelompok intervensi p value < 0,05 yakni sebesar p = 0,003. Sedangkan pada variabel sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi pada kelompok kontrol p value > 0,05 sebesar p = 0, Perawatan Diri Toileting Anak Sebelum Diberikan Psikoedukasi Keluarga Hasil penelitian kategori frekuensi perawatan diri toileting anak retardasi mental sebelum psikoedukasi menunjukkan bahwa perawatan diri toileting pada kelompok intervensi adalah cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 4 responden (36,4%). Sedangkan pada kelompok kontrol, frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54,5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawatan diri toileting anak retardasi mental dalam kategori cukup pada tiap-tiap kelompok. Ini menunjukan bahwa anak retardasi mental belum dapat melakukan perawatan diri toileting secara mandiri. Menurut Sandra (2010) karakteristik anak tunagrahita atau retardasi mental salah satunya adalah mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan diri dan hidup bermasyarakat. Dan anak dengan disabilitas yang parah dapat menjadi sangat tergantung pada orang tua atau pengasuh. 2. Perawatan Diri Toileting Anak Sestelah Diberikan Psikoedukasi Keluarga THE 5 TH URECOL PROCEEDING 376 ISBN

5 Hasil penelitian setelah diberikan psikoedukasi, menunjukkan bahwa perawatan diri toileting pada kelompok intervensi adalah baik sebanyak 2 responden (18,2%), perawatan diri toileting cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 2 responden (18,2%). Dan dalam kelompok kontrol frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54,5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). Pada kelompok intervensi setelah diberikan psikoedukasi keluarga menunjukkan hasil perawatan diri toileting yang semula kurang menjadi cukup, dan yang semula cukup menjadi lebih baik. Adanya peningkatan perawatan diri toileting anak retardasi mental ini dipengaruhi oleh keluarga yang mampu menjalankan perannya dengan baik serta dengan latihan dan bantuan yang lebih banyak serta pengajaran yang berulang-ulang oleh keluarganya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ramawati (2011) yang menyatakan bahwa anak retardasi mental masih membutuhkan adanya bimbingan dan pelatihan yang berkesinambungan khususnya dari orang tua yang dapat membantu anak retardasi mental meningkatkan dan mengembangkan kemampuan perawatan dirinya. 3. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Perawatan Diri Toileting Pada Anak Retardasi Mental Hasil uji terapi psikoeduksi keluarga terhadap kemampuan perawatan diri toileting pada anak retardasi mental menunjukkan bahwa dengan analisis statistic uji wilcoxon test diperoleh p value = 0,003 yaitu lebih kecil dari α = 0,05. Sesi pertama, pada kelompok intervensi 11 (100%) peneliti mendiskusikan tentang masalah pribadi anggota keluarga, masalah dalam merawat anak retardasi mental dan perubahan peran dan fungsi keluarga serta masalah perawatan diri toileting yang dialami anak retardasi mental. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan, masalah dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga (Friedman, 2010). Sebanyak 10 responden mampu mengatasi masalah yang ada dalam keluarga tersebut dengan baik dan mampu merencanakan serta mengajarkan bagaimana cara perawatan diri toileting anak retardasi mental. Sedangkan 1 responden masih belum mampu merencanakan dan mengajarkan perawatan diri toileting sehingga perlu diberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih baik Sesi kedua, peneliti memberikan keluarga strategi dukungan, informasi, dan manajemen. Peneliti mendiskusikan tentang masalah perawatan diri toileting yang dialami salah satu anggota keluarga dan menyampaikan tentang konsep, pengertian tentang masalah perawatan diri toileting serta bagaimana cara melakukan perawatan diri toileting yang tepat. Setelah mendapatkan pemahaman, mampu mengenal masalah, dan dapat mengambil keputusan, keluarga dapat memulai untuk merawat anak retardasi mental dengan membantu dalam perawatan diri toileting serta mengajarkan secara kontinue dengan harapan agar anak dapat melakukan perawatan diri toileting secara mandiri, dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 11 responden pada kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi psikoedukasi keluarga 7 responden pada kategori cukup dalam perawatan diri toileting dan 4 responden pada kategori kurang, setelah dilakukan terapi psikoedukasi keluarga perawatan diri toileting mengalami peningkatan yaitu terdapat 2 responden pada kategori baik, 7 responden kategori cukup dan sisanya 2 responden pada kategori kurang. Sesuai dengan tugas keluarga dalam kesehatan yaitu memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit THE 5 TH URECOL PROCEEDING 377 ISBN

6 atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri dalam perawatan diri (Friedman, 2010). Sesi ketiga, peneliti melakukan diskusi dengan responden menanyakan tentang kecemasan yang dihadapi keluarga dalam merawat anak dengan retardasi mental dan mengajarkan cara mengatasi kecemasan dengan deep breathing. Dari diskusi yang dilakukan 7 responden mengatakan sudah tidak cemas dalam merawat anak dengan retardasi mental dan sudah menerima keadaan anaknya, serta membantu dan mengajarkan cara melakukan perawatan diri toileting secara tepat dan berbagi peran dengan anggota keluarga lain, 2 responden mengatakan cemas dengan keadaan anaknya dan khawatir anaknya tidak dapat melakukan perawatan diri toileting hingga beranjak dewasa dan 2 responden mengatakan terkadang marahmarah jika anaknya tidak mau diajari perawatan diri toileting dan merasa capek jika harus selalu membantu anaknya. Peneliti melakukan diskusi antar peserta terapi yang bertujuan agar dapat saling memberi masukan dan bertukar pikiran tentang bagaimana mengurangi kecemasan dalam merawat anak retardasi mental serta menerima keadaan anaknya dan mengajarkan cara merawat diri toileting yang tepat agar anak dapat mandiri dalam melakukan perawatan diri toileting. Peneliti juga mengajarkan relaksasi napas dalam yang bertujuan untuk membantu mengurangi kecemasan dan stress yang dialami seseorang, dengan relaksasi napas dalam dapat megurangi stress baik secara fisik maupun emosional dan menurunkan kecemasan yang memberi manfaat dapat menentramkan hati dan mengurangi rasa cemas (Smeltzer dan Bare, 2002). Pada sesi keempat peneliti menanyakan kepada responden tentang tanda dan cara mengatasi beban yang dialami keluarga akibat adanya keluarga yang menyandang retardasi mental. Peneliti dan responden mendiskusikan cara mengatasi beban yang dirasakan dengan berkomunikasi terbuka dengan anggota keluarga yang lain mengenai cara merawat anak retardasi mental khususnya dalam perawatan diri toileting sehingga semua anggota keluarga mampu mengurangi beban dalam keluarga dan merawat anak retardasi mental, membantu dan mengajarkan perawatan diri toileting. Komunikasi yang ada dalam keluarga diharapkan terbuka antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lain, selalu menyelesaikan konflik dengan musyawarah mufakat, selalu berfikir positif terhadap anggota keluarga lain sehingga peran keluarga setiap anggota keluarga juga dapat berfungsi dengan baik (Friedman 2010). Dari 11 responden yang diberikan terapi psikoedukasi pada kelompok intervensi setelah melakukan terapi sebagian besar mengatakan berkomunikasi terbuka dengan anggota keluarga yang lain mengenai cara merawat anggota keluarga yang menyandang retardasi mental, dapat mengatasi beban akibat salah satu anggota keluarganya yang menyandang retardasi mental dan mampu membantu serta mengajarkan perawatan diri toileting dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan perawatan diri toileting anak retardasi mental. Pada sesi kelima peneliti menanyakan tentang hambatan dan peran setiap anggota keluarga selama merawat anggota keluarga yang menyandang retardasi mental. Setelah diberikan psikoedukasi, keluarga mengatakan mampu membagi peran dengan anggota keluarga yang lain dalam merawat anak retardasi mental dan membantu serta mengajarkan perawatan diri toileting. Dengan pemberdayaan keluarga sesuai peran, maka anak akan terbimbing dan terarah dalam meningkatkan kemampuan perawatan diri toileting. Dengan pembagian peran dalam merawat anggota keluarga yang sakit dapat membantu meningkatkan status sosial dalam keluarga (Friedman, 2010). Menurut Varcarolis dalam Suerni (2013) psikoedukasi keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk THE 5 TH URECOL PROCEEDING 378 ISBN

7 berbagi informasi tentang perawatan kesehatan jiwa memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban keluarga (fisik, mental, dan financial) dalam merawat pasien gangguan jiwa untuk waktu yang lama. Dari hasil uji Wilcoxon Test didapatkan bahwa variable sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi pada kelompok intervensi p value < 0,05 yakni sebesar p = 0,003. Sedangkan pada variable sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi pada kelompok kontrol p value > 0,05 sebesar p = 0,180. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi dan kelompok kontrol sebelum dan setelah karena pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi p value < 0,05 sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan psikoedukasi p value > 0,05. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Asra (2013) dengan judul Efektifitas Psikoedukasi Pada Orang Tua Dalam Meningkatkan Pengetahuan Seksualitas Remaja Retardasi Mental Ringan dengan menggunakan uji Mann U Whitney dan uji Wilcoxon Test untuk membandingkan skor subyek pada pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan hasil bahwa pada kelompok eksperimen psikoedukasi keluarga efektif untuk meningkatkan pengetahuan seksualitas pada remaja retardasi mental ringan Mann U Whitney (p= 0,024) dan uji Wilcoxon Test (p= 0,012). Keterbatasan penelitian adalah dalam pembagian kelompok kontrol dan kelompok intervensi dilakukan secara acak dan tidak mengguanakan rumus tertentu. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Sebelum diberikan psikoedukasi keluarga perawatan diri toileting, frekuensi perawatan diri pada kelompok intervensi adalah cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 4 responden (36,4%). Sedangkan pada kelompok kontrol, frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54,5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). 2. Setelah diberikan psikoedukasi keluarga, frekuensi perawatan diri toileting pada kelompok intervensi adalah baik sebanyak 2 responden (18,2%), perawatan diri toileting cukup sebanyak 7 responden (63,6%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 2 responden (18,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol frekuensi perawatan diri toileting cukup sebanyak 6 responden (54, 5%), dan perawatan diri toileting kurang sebanyak 5 responden (45,5%). 3. Ada pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan perawatan diri toileting dengan p value < 0,05 yakni sebesar 0,003. SARAN 1. Bagi Sekolah Luar Biasa Karena masih banyaknya anak retardasi mental yang belum mampu melakukan kegiatan perawatan diri khususnya toileting, pihak sekolah diharapkan dapat terus mengembangkan program pengajaran di sekolah mengenai perawatan diri pada anak retardasi mental dan bekerja sama dengan orang tua dan tenaga kesehatan sehingga anak retardasi mental mendapatkan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan terkait pemenuhan kebutuhan perawatan diri. 2. Bagi Orang Tua/Keluarga Dengan Anak Retardasi Mental Orang tua/keluarga anak retardasi mental diharapkan terus meningkatkan pengetahuan terkait kondisi dan kebutuhan anak retardasi mental dengan mengikuti penyuluhan, diskusi, atau pelatihan tentang usia yang tepat untuk mulai melatih anak retardasi mental ketrampilan perawatan diri dan latihan peningkatan THE 5 TH URECOL PROCEEDING 379 ISBN

8 kekuatan motorik pada anak retardasi mental sehingga anak mampu mandiri dalam melakukan perawatan diri khususnya toilleting. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan di bidang keperawatan khususnya dalam memberikan psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan perawatan diri toileting anak retardasi mental serta menambah kepustakaan di instansi terkait. 4. Bagi Penelitian Lebih Lanjut a. Hasil penelitaian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada anak dengan kebutuhan khusus dengan memperluas area penelitian pada anak disabilitas lainnya. b. Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut terkait kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental pada setiap area kegiatan perawatan diri serta penelitian untuk mendapatkan metode latihan motorik yang tepat untuk anak dengan disabilitas. REFERENSI Asra, Yulita. ((2013). Efektifitas Psikoedukasi Pada Orang Tua Dalam Meningkatkan Pengetahuan Seksual Remaja Retardasi Mental Ringan Volume 9 Nomor 1. Dinas Sosial Kudus. (2011). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jateng : Dinkes Lestari, Arena. (2011). Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarag Terhadap Pengetahuan Dan Tingkat Ansietas Keluaraga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Tuberculosis Paru Di Kota Bandar Lampung Pada Anggota Keluarga Dengan Penyakit Kusta Di Kabupaten Pekalongan. Ramawati, Dian. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Sandra, M. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat : Metode Pembelajaran Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hal Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Alih bahasa oleh AgungWaluyo, dkk. Jakarta : EGC Suerni, dkk.(2013). Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Tahun Videbeck, Sheila L.(2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.(Renata Komalasari, dkk, penerjemah). Jakarta : EGC Varcarolis, E.M. (2006). Psychiatric Nursing Clinical Guide; Assesment Tools and Diagniosis. Philadelphia:W.B Saunders Co Rahayu, Desi. (2011). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Dukungan Psikososial Keluarag THE 5 TH URECOL PROCEEDING 380 ISBN

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 50 Anny Rosiana, Novi Tiara / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.I (2017) 50-56 PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS

Lebih terperinci

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 Anny Rosiana Masithoh Jurusan Keperawatan, STIKES Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak tunagrahita sering dipandang sebelah mata oleh sebagian anggota masyarakat. Mereka dianggap aneh karena menunjukkan perilaku yang tidak lazim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,

Lebih terperinci

Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015

Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015 Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015 Anny Rosiana Masithoh 1*, Iswatun Qasanah 2, Deni Hertiana 3 1,2,3 Progam

Lebih terperinci

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B Khoiro Fatim 1), Iis Suwanti 2) *Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada, Email : khoirocute@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam otak merupakan serangkaian gerakan yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi seseorang. Senam otak memiliki beberapa manfaat yaitu, dapat mengasah

Lebih terperinci

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH Sri Wahyuni Dosen PSIK Universitas Riau Jl Pattimura No.9 Pekanbaru Riau Hp +62837882/+6287893390999 uyun_wahyuni2@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG TUMBUH KEMBANG DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SLB N KENDAL Priharyanti Wulandari 1), Menik Kustriyani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi

Lebih terperinci

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering PERBEDAAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN SEBELUM DAN SESUDAH KEGIATAN FAMILY GATHERING PADA HALUSINASI DENGAN KLIEN SKIZOFRENIA DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR AMINO GONDOHUTOMO

Lebih terperinci

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH THE EFFECT OF FAMILY HEALTH CARE FUNCTION ON THE DIET THERAPY OF DIABETES MELLITUS TYPE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PESERTA PROLANIS

PENGARUH TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PESERTA PROLANIS PENGARUH TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PESERTA PROLANIS Rusnoto, Ika Alviana Prodi Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Kudus rusnoto@stikesmuhkudus.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan berdaya guna dalam lingkungannya. Sebagai manusia

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN CONGKLAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN

PENGARUH BERMAIN CONGKLAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN PENGARUH BERMAIN CONGKLAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN Nita Pratiwi 1, Mundakir 2 Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan 1,2 Universitas Muhammadiyah Surabaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang perubahan tingkat kecemasan dengan metode SEFT telah dilakukan di SMP Negeri 1 Kasihan Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle... Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember (The Effect of Hands Washing Training with Puzzle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Meneliti pengaruh program pelatihan pencegahan diare pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007). BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***) PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIK SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Lebih terperinci

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG POLA KONSUMSI MAKANAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012 Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN Mega Arianti Putri, Ayu Tri Widarti Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin perawatan bayi selama ratusan tahun di banyak kebudayaan dan salah satu teknik terapi tertua di dunia.

Lebih terperinci

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA Andi kamariah Hayat 1, Huriati 2, Nur Hidayah 3 1, 2, 3 Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA Dedy Arif Abdillah 1), Happy Indri Hapsari 2), Sunardi 3) 1) Mahasiswa SI

Lebih terperinci

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu Anyelir A dan posyandu Wijaya Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta.

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat quasy experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group design. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK GUSRINI RUBIYANTI NIM I31112011

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa kali pretest sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15% 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Pendidikan Pendidikan terakhir responden di RW 04 Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang yaitu SMP, SMA, DIII, S1, dan S2 dengan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang diambil merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post test control

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre-test and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre-test and BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre-test and post-test with control group design. Quasi eksperimen adalah jenis penelitian yang mengungkapkan

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah presisten dimana tekanan darah nya diatas 140/90 mmhg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE HIPNOTERAPI LIMA JARI (HP MAJAR) TERHADAP TINGKAT STRES AKADEMIK REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KABUPATEN MAGELANG

EFEKTIFITAS METODE HIPNOTERAPI LIMA JARI (HP MAJAR) TERHADAP TINGKAT STRES AKADEMIK REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KABUPATEN MAGELANG EFEKTIFITAS METODE HIPNOTERAPI LIMA JARI (HP MAJAR) TERHADAP TINGKAT STRES AKADEMIK REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KABUPATEN MAGELANG Retna Tri Astuti, M. Khoirul Amin, Nurul Purborini Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test Group Design). Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI Indah Risnawati STIKES Muhammadiyah Kudus, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci