STUDI AWAL PEMANFAATAN MIKROORGANISME UNTUK STABILISASI TANAH GAMBUT, KASUS: TANAH GAMBUT OKI-SUMATERA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI AWAL PEMANFAATAN MIKROORGANISME UNTUK STABILISASI TANAH GAMBUT, KASUS: TANAH GAMBUT OKI-SUMATERA SELATAN"

Transkripsi

1 STUDI AWAL PEMANFAATAN MIKROORGANISME UNTUK STABILISASI TANAH GAMBUT, KASUS: TANAH GAMBUT OKI-SUMATERA SELATAN Wiwik Rahayu 1, Puspita Lisdiyanti 2 dan Niken Financia Gusmawati 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok wrahayu@eng.ui.ac.id 2 Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong puspita.lisdiyanti@lipi.go.id 3 Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Kementrian KP- Jakarta nikenfg@yahoo.com ABSTRAK Karakteristik tanah gambut sangat terkait dengan tingkat degradasi yang dialaminya. Perbedaan tingkat degradasi tanah gambut membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam aplikasinya di bidang geoteknik. Tanah gambut dengan tingkat degradasi rendah, yang dikenal sebagai tanah gambut muda, mengandung banyak serat-serat sisa tumbuhan dan memiliki karakteristik yang lebih kompleks serta tidak bisa disederhanakan seperti karakteristik tanah umumnya. Makalah ini membahas hasil penelitian tentang pemanfaatan mikroorganisme potensial dalam mendekomposisikan material organik dan efeknya apabila ditambahkan pada tanah gambut. Penambahan mikroorganisme pada tanah gambut dianggap dapat membantu mempercepat proses dekomposisi sehingga akan berpengaruh pada perilaku tanahnya. Salah satu wilayah gambut di Indonesia adalah pulau Sumatera di mana dalam penelitian ini digunakan contoh tanah gambut dari Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil pengamatan mikrobiologi didapatkan isolat mikroba selulolitik dan aktivitas enzim selulase optimum yang mampu dihasilkan oleh mikroba selulolitik dari tanah gambut. Mikroorganisme yang telah diisolasi dan dikembangbiakkan, ditambahkan dengan makanan/nutrien mikroorganisme pendegradasi tanah gambut, lalu diinjeksikan ke dalam sampel tanah gambut dalam bentuk cairan. Dengan kadar campuran yang optimum dan waktu pemeraman yang cukup, perilaku sifat fisik dan mekanik tanah gambut diamati, antara lain melalui uji pembanding berupa kadar serat, ph, rasio C/N, gula pereduksi dan total mikroorganisme. Dari sisi geoteknik, diamati perilaku kurva kompresi primer dan sekundernya melalui uji konsolidasi tanah. Kata kunci: gambut, stabilisasi, mikrobiologi, mikroorganisme, konsolidasi 1. PENDAHULUAN Tanah gambut sebagian besar terdiri dari material organik yang terbentuk dari proses kimiawi dan biologis sebagai hasil dari dekomposisi sisa-sisa tumbuhan oleh mikroorganisme di bawah suhu dan kondisi cuaca tertentu. Kandungan organik tanah gambut sangat bervariasi dan tinggi dengan kandungan rata-rata di atas 60 % dari berat keringnya. Beberapa peneliti mengganggap bahwa perilaku tanah gambut yang kompleks terkait erat dengan tingkat dekomposisi yang dialaminya. Oleh karena tingkat dekomposisinya tidak merata dan berbeda-beda, maka tanah gambut dikenal sebagai material yang heterogen. Tanah gambut umumnya berada pada ekosistem basah dan memiliki tekstur tanah terbuka sehingga memiliki sifat menyerap air yang tinggi. Selain itu tanah gambut memiliki sifat mengering yang tidak balik (irreversible drying) bila terjadi pengeringan yang berlebihan. Sifat fisik lainnya yang terkait dengan habitat aslinya adalah tingkat keasaman tanah gambut (ph) yang rata-rata kurang dari 5. Sifat keasaman ini perlu mendapat perhatian sehubungan dengan masalah korosi yang dapat terjadi pada konstruksi. Hasil observasi dengan mikroskop elektron (SEM) dari beberapa peneliti (Laggoun-Défarge et al ; Rahayu 2003; Rahayu et al, 2005) menunjukkan bahwa tanah gambut memiliki tekstur terbuka di mana selain pori-pori makro, tekstur tanah gambut juga didominasi oleh pori-pori mikro yang berada di dalam serat gambut. Dengan sistem pori ganda dan tingkat homogenitas yang tidak merata tersebut, serta berat isi tanah yang mendekati berat isi air, maka masalah penurunan yang besar menjadi masalah utama bagi struktur yang dibangun pada lahan gambut. Gambar 1 menunjukkan tekstur tanah gambut yang didominasi oleh pori-pori mikro di dalam serat gambut di mana tampak perbedaan bagian amorphe yang relatif lebih homogen, dan bagian serat dengan variasi porositas yang cukup beragam. Keberadaan mikro organisme, jenis fungi atau bakteri pada dinding serat menandai adanya proses degradasi yang terus berlangsung dan mengakibatkan tanah gambut semakin terhumifikasi sehingga diyakini beberapa peneliti (Magnan, 1994; Rahayu, 2003) hal tersebut turut mempengaruhi properti tanahnya. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 G-7

2 Geoteknik Tekstur gambut berserat desa Tampan Riau (Rahayu, 2003) Tekstur gambut berserat Madagaskar (Bourdon, 1999) Gambar 1. Contoh tekstur tanah gambut Pengertian mikroorganisme dekomposisi material organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai karbon dan nitrogen dari material organik (sisa-sisa organik dari jaringan tanaman dan hewan yang telah mati) yaitu bakteri, fungi dan aktinomisetes. Pemanfaatan mikroorganisme perombak material organik yang sesuai dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah, merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat terjadinya dekomposisi bahan organik (Saraswati, 2008). Enzim yang terlibat dalam peromabakan bahan organik antara lain β- glukosidae, lignin peroksidase, manganese peroksidase, lakase, dan versatile peroksidase dihasilkan oleh Pleurotus eryngii, P. Ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen, 2004). Proses dekomposisi bahan organik di alam tidak dilakukan oleh satu mikroorganisme tetapi dilakukan oleh konsorsia mikroorganisme. Beberapa penelitian yang terkait dengan usaha untuk memperbaiki sifat tanah gambut banyak dilakukan sepuluh tahun terakhir ini. Penggunaan bahan stabilisasi semen, kapur dan bahan aditif lainnya sudah banyak diujicobakan pada tanah gambut walaupun terkendala dengan kandungan air dan material organic yang tinggi. Sedangkan penelitian yang terkait dengan proses degradasi tanah gambut dan keterkaitannya dengan ilmu geoteknik, belum banyak dilakukan. Saat ini penelitian yang yang berhubungan dengan dekomposisi dan mikrobiologi pada tanah gambut umumnya dilakukan untuk keperluan pertanian. Makalah ini menyajikan hasil studi awal penelitian yang berhubungan dengan produksi mikroorganisme potensial dalam mendekomposisikan material organik dan efeknya sebagai decomposer apabila ditambahkan pada tanah gambut. Dengan menggabungkan penelitian dari sisi geoteknik dan mikrobiologi, perilaku kompresibilitas tanah gambut diamati melalui uji konsolidasi yang memperhatikan proses degradasi atau dekomposisi material organiknya. Mikroorganisme yang memiliki potensi untuk mendekomposisi material organik diidentifikasi untuk kemudian diproduksi sebagai bahan campuran tanah. Hasil penelitian dari kolaborasi dua disiplin ilmu ini diharapkan dapat menambah pemahaman mendalam tentang karakteristik tanah gambut dalam bidang teknik sipil dan dapat menjadi bahan pertimbangan alternatif teknik perbaikan tanah yang ramah lingkungan serta dapat diaplikasikan dalam pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. 2. METODE PENELITIAN Contoh tanah yang digunakan berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Lokasi pertama (lokasi A) adalah Kelurahan Perigi, sedangkan lokasi kedua (lokasi B) adalah Kelurahan Kedaton. Tinjauan geoteknik dititikberatkan pada sifat fisik dan sifat mekanik tanah. Standar pengujian yang dipakai adalah standar ASTM ((American Society for Testing Material) terutama untuk tanah gambut dan tanah organik. Pengujian karakteristik tanah gambut meliputi kandungan air, kadar serat, kadar abu, plastisitas tanah, berat jenis dan ph tanah. Sifat mekanik tanah yang diamati difokuskan pada sifat kompresibilitas tanah melalui uji konsolidasi. Uji konsolidasi dilakukan dengan menggunakan alat Oedometer. Ada beberapa parameter kompresibilitas tanah yang didapat dari uji ini, antara lain indeks kompresi yang menggambarkan besarnya penurunan yang dapat terjadi pada tanah dan koefisien konsolidasi sekunder serta koefisien konsolidasi yang dipakai untuk memperkirakan lamanya penurunan berlangsung. Uji konsolidasi dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan Oedometer standar tipe fixed ring (gambar 2) dengan pembebanan bertahap; serta menggunakan Oedometer modifikasi (diameter besar 15 cm) dengan pembebanan bertahap dan pembebanan konstan. Beban konstan diberikan untuk melihat perilaku kompresi jangka panjang dari tanah gambut (kompresi sekunder). G-8 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

3 Geoteknik Gambar 2. Alat Oedometer tipe fixed ring (diameter 6,37 cm) (Sumber: Robert D. Holtz & William D. Covacs, 1981) Tinjauan bioteknologi difokuskan pada pengujian yang terkait dengan identifikasi dan produksi mikroorganisme potensial tanah gambut. Pengamatan yang dilakukan dalam tinjauan ini adalah mengamati proses biogeoteknik melalui uji aktivitas enzim selulase mikroba selulolitik dari tanah gambut. Serangkaian kegiatan dilakukan berturutturut isolasi mikroorganisme, Skrining potensi mikroorganisme dalam men-dekomposisikan bahan organik, produksi mikroorganisme potensial pen-dekomposisi bahan organik untuk uji aktivitas enzim, serta uji degradasi mikroorganisme pada tanah gambut. Isolasi mikroba selulolitik dilakukan dengan menggunakan teknik cawan tuang dengan seri pengenceran atau dilusi. Lalu dituang dalam cawan petri pada medium CMC, NA, PDA dan ISP2 agar. Selanjutnya, di-inkubasi selama 2 hari untuk bakteri, dan 5-6 hari untuk jamur serta aktinomisetes dalam inkubator suhu 30 o C. Mikroba selulolitik dari tanah gambut berhasil diisolasi dengan menggunakan dua tipe medium, yaitu medium spesifik CMC dan medium umum pertumbuhan untuk bakteri, jamur dan aktinomisetes. Penggunaan kedua jenis medium dimaksudkan untuk mengethaui secara menyeluruh diversitas mikroba selulolitik yang berada di dalam tanah gambut dari kabupaten OKI Sumatera Selatan. Sebanyak 12 isolat bakteri selulolitik ditemukan melalui isolasi menggunakan medium CMC dan 16 isolat lainnya ditemukan menggunakan medium NA. Melalui medium PDA ditemukan 16 jamur selulolitik. Setiap mikroba selulolitik menghasilkan komplek enzim selulase yang berbedabeda, tergantung dari gen yang dimiliki dan sumber karbon yang digunakan. Aktivitas enzim selulase terbesar dari jamur dihasilkan oleh isolat J34 sebesar nkat/ml dengan gula reduksi sebesar 7.1 mg/ml sedangkan bakteri yang mampu menghasilkan aktivitas enzim selulase terbesar dihasilkan oleh isolat S3.B.40 sebesar 5.89 nkat/ml dengan kadar gula reduksi sebesar 3.1 mg/ml dan isolat A.B.16 sebesar 5.73 nkat/ml dengan gula reduksi sebesar mg/ml. Koloni tunggal mikroorganisme yang tumbuh kemudian digoreskan kembali ke medium CMC padat yang baru dan diulangi 2 kali sampai didapatkan isolat yang murni (kultur murni) Beberapa variasi campuran dilakukan, baik menggunakan mikroorganisme yang didapat dari tanah gambut maupun dengan tambahan pupuk hayati yang ada di pasaran. Pupuk hayati yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk EM4 dan P2000Z. Pupuk hayati EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan untuk proses dekomposisi. EM4 merupakan larutan senyawa organik yang berisi kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan seperti ragi 7 x 102 populasi ml-1, Lactobacillus sp. 55 x103 populasi ml-1, bakteri pelarut fosfat 8 x 104 populasi ml-1, dan Azospirillum sp. 15 x 102 populasi ml-1, di samping unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, S, Mo, Fe, Mn, dan B yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah sehingga dapat meningkatkan kegiatan mikroorganisme. Sedangkan pupuk Hayati Bio P2000Z adalah pupuk hayati cair, hasil dari teknologi bio perforasi yang dibuat dari sekumpulan bakteri yang dapat bekerja sama dengan tanaman dalam penyerapan unsur hara. Di dalam pupuk tersebut disertakan pula nutrisi dan unsur hara yang mampu menjadi katalisator dan pemicu pertumbuhan mikroorganisme sehingga kinerja mikroorganisme lebih optimal. Dari uji coba yang telah dilakukan dan berdasarkan pembobotan hasil yang diberikan berdasarkan proses dekomposisi yang terjadi, maka dipilih 2 variasi campuran untuk dipakai dalam uji konsolidasi untuk dibandingkan dengan kondisi tanah gambut asli. Berikut penandaan atau kode dari variasi campuran yang digunakan: - Kode A : Tanah gambut - Kode A2 : Tanah gambut + mikroorganisme 30% - Kode A4 : Tanah gambut + mikroorganisme 10% + pupuk hayati EM4 10% + pupuk hayati P2000Z 10% 3. HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Hasil uji sifat fisik tanah gambut Tabel 1 menampilkan hasil uji sifat fisik tanah gambut dari OKI Sumatera Selatan yang dapat menggambarkan jenis gambut dan parameter tanahnya. Berdasarkan kandungan seratnya, sesuai dengan pengelompokkan yang diberikan oleh Mac Farlene dan Rodforth (1985) maka contoh tanah gambut lokasi A dan lokasi B yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok Fibrous peat yaitu tanah gambut yang memiliki kandungan serat 20% atau SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 G-9

4 Geoteknik lebih. Tanah gambut jenis ini memiliki dua jenis pori, yaitu makro pori (pori di antara serat-serat) dan mikro pori (pori yang ada di dalam serat). Sedangkan berdasarkan ASTM D (1989), contoh tanah gambut yang digunakan termasuk sapric peat di mana kadar seratnya kurang dari 33%. Tabel 1. Hasil Uji Sifat Fisik Tanah Gambut (tanpa campuran) Kelurahan Perigi & Kelurahan Kedaton OKI, Sumatera Selatan Parameter Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Organik (%) Kadar Serat (%) Liquid Limit (LL) Plastic Limit (PL) Specific Gravity (Gs) ph tanah Rasio C/N Gula Pereduksi (g/l) Total mikroorganisme Nilai x x 107 Dari kandungan abu yang ada maka berdasarkan ASTM D (1989) contoh tanah gambut lokasi A termasuk jenis high ash peat, yaitu kadar abu lebih dari 15%. Sedangkan tanah gambut dari lokasi B termasuk jenis medium ash peat di mana kandungan abu masuk dalam kisaran antara 5% dan 15%. Sifat plastisitas tanah yang umum dijumpai pada tanah lempung, dapat terukur nilainya pada tanah gambut. Hal ini dideskripsikan dari nilai batas cair dan batas plastis tanahnya, walaupun dari beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa tanah gambut berserat tidak memiliki sifat plastisitas seperti yang dimiliki tanah lempung. Hasil pengujian ph yang telah dilakukan menurut klasifikasi ASTM menunjukkan bahwa tanah gambut Ogan Komering Ilir termasuk moderately acidic dengan nilai ph antara 4 dan 5. Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30/1 hingga 40/1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 sampai dengan 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat (Simamora & Salundik, 2008). Rasio C/N adalah salah satu parameter penting untuk mengetahui kualitas kompos. Rasio ini digunakan untuk mengetahui apakah kompos atau bahan organik sudah cukup matang atau belum. Rasio C/N ini juga diatur di dalam SNI di mana rasio C/N kompos yang diijinkan adalah antara 10 dan 20. Pada uji gula pereduksi, umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Aktivitas enzim yang dihasilkan menggambarkan aktivitas degradasi senyawa selulolitik oleh mikroorganisme di dalam suatu sistem percobaan. Hasil observasi menggunakan Scanning Electron Microscope untuk melihat tekstur tanah gambut lokasi A dan lokasi B diberikan dalam gambar 3. Dari kedua gambar terlihat keberadaan pori-pori di antara partikel tanah dan di dalam serat gambut. Ini dikenal dengan sistem pori makro (pori di antara serat-serat) dan pori mikro (pori yang ada di dalam serat). Keberadaan serat dan pori-pori yang dominan ini memberi pengaruh pada daya serap air yang tinggi sehingga kadar air pada tanah gambut memiliki nilai yang sangat tinggi juga.. a. Contoh tanah gambut lokasi A b. Contoh tanah gambut lokasi B Gambar 3. Tekstur tanah hasil observasi dengan SEM - tanah gambut kabupaten OKI-Sumatera Selatan G-10 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

5 penurunan(cm) Geoteknik Hasil uji pembanding Uji pembanding yang dilakukan adalah uji kadar serat, uji ph, uji gula pereduksi, uji total mikroorganisme, dan uji rasio C/N (table 2). Pada uji kadar serat, berkurangnya kadar serat pada sampel tanah gambut yang telah diberi mikroorganisme dibandingkan sampel tanah gambut sebelum diinjeksi mikroorganisme menunjukkan terjadinya proses dekomposisi pada sampel tanah gambut tersebut. Pada campuran A2 dan A4, kadar serat mengalami penurunan yang diikuti dengan bertambahnya gula pereduksi secara sifnifikan. Bertambahnya gula pereduksi menandai aktivitas degradasi senyawa selulolitik oleh mikroorganisme, dalam hal ini digambarkan juga adanya peningkatan jumlah mikroorganisme yang menunjukkan semakin besar kemungkinan mikroorganisme dapat menpercepat proses degradasi pada sampel tanah gambut tersebut. Tabel 2. Hasil Uji pembanding Tanah Gambut (tanpa dan dengan campuran) Kelurahan Perigi & Kelurahan Kedaton OKI, Sumatera Selatan No. Pengujian Contoh tanah gambut asli Campuran mikroorganisme & pupuk hayati A2 A4 1. Kadar Serat ph Gula pereduksi Total Mikroorganisme 8.06 E E E Rasio C/N Uji ph dilakukan untuk mengetahui perubahan ph yang terjadi dari asam menuju ke ph normal yang telah diinjeksi ke dalam sampel tanah gambut. Namun pada uji ph tidak dilakukan pembobotan hal ini dikarenakan ph pada pupuk hayati sudah mendekati ph normal. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai ph antara 6 dan 8.. Sedangkan pada uji rasio C/N, skor tertinggi diberikan pada sampel tanah gambut yang telah diinjeksi mikroorganisme dengan nilai rasio C/N mendekati antara 10 dan 20 karena di dalam SNI rasio C/N kompos yang diijinkan adalah antara 10 dan gambut dan parameter tanahnya. Hasil uji konsolidasi Perilaku penurunan tanah gambut selama dibebani dengan alat Oedometer standar dan alat Oedometer modifikasi diamati untuk contoh tanah uji sebelum dan sesudah dicampur mikroorganisme. Gambar 4 menunjukkan penurunan yang terjadi untuk setiap tahap pembebanan yang dialami contoh tanah asli (sampel A) pada Oedometer standar. Kompresibilitas tanah gambut yang besar terlihat dari penurunan yang terjadi pada setiap pembebanan di mana kurva konsolidasi menunjukkan kemiringan yang hampir sama pada empat pembebanan dan kecenderungan menurun pada dua pembebanan terakhir. Penurunan total yang terjadi mencapai sekitar 70% dari tinggi awal sampel uji. Perilaku yang relatif sama juga dijumpai pada sampel A2 dan sampel A4 yang sudah dicampur mikroorganisme. log waktu 3 kpa 6 kpa 12 kpa 25 kpa Gambar 4. Kurva konsolidasi sampel A Oedometer standar - tanah gambut kabupaten OKI, Sumatera Selatan Heterogenitas tanah gambut terlihat dari variasi penurunan yang terjadi pada tiap tahap pembebanan di mana pada akhir pembebanan, total penurunan yang terjadi berkisar antara 49% dan 71% ( tabel 3). Namun demikian, pengaruh pencampuran mikroorganisme terlihat dari kecenderungan peningkatan nilai indeks kompresi Cc. Perilaku SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 G-11

6 Voidratio,e Geoteknik kurva kompresi tanah gambut yang umum dijumpai pada tanah gambut lainnya juga terlihat dari hasil penelitian ini, yaitu kecenderungan penurunan nilai Cc pada pembebanan yang besar (gambar 5). Tabel 3. Perbandingan penurunan, nilai Cc dan nilai C - sampel uji A, A2 dan A4 tanah gambut Kelurahan Perigi & Kelurahan Kedaton OKI, Sumatera Selatan Kode pengujian Deformasi ΔH/Ho (%) Nilai Cc Nilai C tiap beban A: tanah gambut ; ; 0.179; 0.215; 0.130; A2: tanah gambut + 30% mikroorganisme ; ; 0.181; 0.231; 0.224; A4: tanah gambut + 10% mikroorganisme + 10% EM4 + 10% P2000Z ; ; 0.316; 0.291; 0.072; ,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 1,000 10, ,000 Pressure, kpa A A2 A4 Gambar 5. Kurva konsolidasi sampel A, A2 dan A4 menggunakan Oedometer standar tanah gambut kabupaten OKI, Sumatera Selatan Pada tabel 3 juga ditunjukkan variasi nilai kompresi sekunder pada tanah gambut. Pengaruh proses degradasi yang terjadi selama masa pemeraman antara 30 hari dan 52 hari dari sampel tanah gambut A2 dan A4 terlihat dari nilai koefisien konsolidasi sekunder yang meningkat sejalan dengan meningkatnya beban. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kemungkinan serat-serat yang terdegradasi setelah injeksi mikroorganisme yang ditandai dengan meningkatnya kemiringan kurva kompresi sekunder setelah selesainya konsolidasi primer. Uji konsolidasi menggunakan Oedometer modifikasi (diameter besar) dianjurkan untuk tanah gambut yang dikenal sebagai material heterogen (Rahayu, 2006). Uji ini difokuskan pada pengamatan kurva kompresi untuk melihat perilaku kompresi sekunder. Dengan pembebanan konstan 25 kpa yang diberikan selama minimal 12 hari terlihat perilaku kompresi sekunder yang terjadi. Pada sampel tanah asli A kemiringan kurva pada kompresi sekunder relatif datar dan mengalami perubahan kemiringan untuk kemudian kembali konstan (gambar 6). Setelah sampel tanah gambut diinjeksi mikroorganisme dengan variasi A2 dan A4 dan diperam, kompresi sekunder cenderung meningkat, yang ditandai dengan kemiringan kurva meningkat. Proses degradasi yang tengah berlangsung diperkirakan memberikan bagian serat terurai sehingga pada saat dibebani, penurunan yang terjadi meningkat terutama pada kompresi primer dan sekunder. Peningkatan nilai Ca menggambarkan proses degradasi yang terjadi, di mana pada sampel A4 nilai Ca lebih besar dari pada nilai yang didapat pada sampel A2. Hal ini sesuai dengan hasil uji banding pada tabel 2 di mana kadar serat yang tersisa paling sedikit pada sampel A4 karena kegiatan degradasi oleh mikroorganismenya paling banyak terjadi. G-12 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

7 Angkapori(e) ngkapori(e) A ngkapori(e) A Geoteknik 9,50 9,50 9,00 9,00 8,50 8,50 8,00 7,50 Cα = ,00 7,50 Cα = ,00 7,00 6,50 0,10 1,00 10,00 100, , , ,00 waktu (menit) Sampel A 6,50 0, waktu (menit) Sampel A2 9,50 9,00 8,50 8,00 7,50 7,00 Cα = Sampel A4 Gambar 6. Kurva konsolidasi sampel A, A2 dan A4 dengan beban 25 kpa menggunakan Oedometer Modifikasi tanah gambut kabupaten OKI, Sumatera Selatan 4. KESIMPULAN Hail penelitian awal ini memberikan beberapa kesimpulan terkait pemanfaatan mikroorganisme sebagai dekomposer lebih lanjut untuk memperbaiki tanah gambut. - Berdasarkan hasil pengujian kadar serat, uji gula pereduksi, uji total mikroorganisme, uji rasio C/N pada sampel tanah gambut Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, menunjukkan bahwa pada sampel tanah gambut yang diinjeksi dengan kombinasi mikroorganisme asli (10%) dan pupuk hayati EM4 (10%) + P2000z (10%) atau sampel tanah gambut variasi 4 (A4) memiliki tingkat degradasi yang lebih baik dibandingkan sampel tanah gambut yang hanya diinjeksi mikroorganisme. - Lama pemeraman menjadi salah satu faktor penting dalam proses degradasi. Masa peram selama 30 hari belum menunjukkan terjadinya proses degradasi ditinjau dari perilaku konsolidasi, sedangkan untuk waktu pemeraman 71 hari telah menunjukkan adanya peningkatan proses degradasi oleh penambahan mikroorganisme walaupun hasilnya belum terlalu signifikan. - Nilai ph sampel tanah gambut yang telah diinjeksi mikroorganisme pupuk hayati EM4 dan P2000Z meningkat secara signifikan (mendekati ph normal) dibandingkan nilai ph sampel tanah gambut yang diinjeksi mikroorganisme asli tanah gambut. Hal ini disebabkan karena pupuk hayati EM4 dan P2000Z memiliki fungsi menormalkan ph. Sehingga tanah gambut yang bersifat asam dapat dinormalkan dengan pupuk hayati EM4 dan P2000Z. - Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan masa pemerqaman lebih bervariasi sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk alternatif teknik perbaikan tanah yang ramah lingkungan serta dapat diaplikasikan dalam pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan trima kasih atas pendanaan penelitian Hibah Kolaborasi Nasional oleh Universitas Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 6,50 0,10 1,00 10,00 100, , ,00 waktu (menit) American Society of Testing and Material, (1989). Annual Book of ASTM Standards. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 G-13

8 Geoteknik Dhowian, A.W. and T.B. Edil (1980). Consolidation behaviour of peat. Geotechnical Testing Journal 3 (3), pp Edil, T.B. (1998). Soft soil engineering : peats and organic soils. Proc. of Geotechnics in Indonesia in third Millennium, Jakarta, Indonesia. Laggoun-Défarge, F., S. Bourdon, B. Guillet et O. Maman (1999). Nature and degradation mode of organic matter in Tritrivakely peaty marsh (Madagascar). Application to environmental reconstruction during the last 2300 years. Ecologie, t.30 (1), pp Lankinen, P. (2004). Ligninolytic enzymes of the basidiomycetous fungi Agaricus bisporus and Phlebia radiata on lignocellulose-containing media. Academic Disertation in Microbiology. Magnan, J.P. (1994). Construction on peat : state of the art in France. Advances in Understanding and Modelling the Mechanical Behaviour of Peat, Balkema, Rotterdam, p Mochtar Noor, E. (1996). Comparison of mechanical properties between peat and clay soils. Proc. of The Geotechnical Seminar : Peat study for engineering purposes. University of Indonesia, Indonesia, pp Noor, Y.R. (2005). Status terkini dan distribusi lahan gambut di Kalimantan dan Sumatera. Warta Konservasi Lahan Gambut Basah, Vol. 13, No.3 Rahayu W. (2003). Comportements mécaniques de la tourbe Indonésienne. Disertasi Doktor. Ecole Centrale Paris, France. Rahayu W. (2006). Studi Pengaruh Dimensi Benda Uji Triaxial Terhadap Penentuan Parameter Kuat Geser Tanah Lunak Atau Tanah Organik, Prosiding PIT X, Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia. Saraswati, R. (2008). Teknologi Microbial Fertilizer untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian. Prosiding Pra Workshop Pengembangan dan Pemanfaatan Konsorsia Mikroba Pada Lahan Gambut. Hlm Sittadewi, E.H. (2004). Pendayagunaan gambut rawa pening untuk pupuk organik dan applikasinya sebagai media tumbuh dan penyubur. Alami, Vol.9 No.1, Soepandji, B.S., P. Margono and R. Bharata (1996). Consolidation behaviour of Palembang peat and Duri peat. Proc. of Geotechnical Seminar : Peat study for engineering purposes, University of Indonesia, Indonesia, pp Wardana, W Tri. (1997) Studi Karakteristik Konsolidasi Gambut akibat Uji KonsolidasiDipercepat dengan Menggunakan Sel Rowe. Skripsi. Universitas Indonesia, Depok. G-14 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

KAJIAN PERILAKU KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DENGAN KONSOLIDASI OEDOMETER

KAJIAN PERILAKU KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DENGAN KONSOLIDASI OEDOMETER KAJIAN PERILAKU KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DENGAN KONSOLIDASI OEDOMETER Aazokhi Waruwu 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan, Jalan Gedung Arca No. 52,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA IV.1 DATA INDEKS PROPERTIES Data indeks properties yang digunakan adalah data sekunder dari tanah gambut Desa Tampan Riau yang diperoleh pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK

STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK Hetty Nursawemi 1) Aprianto 2) Ahmad Fasal 2) Abstrak Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam bidang teknik sipil, baik sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API

TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 69 TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API Aazokhi Waruwu 1) Hasian Haznam, Joko Ramadhan, Mhd. Safri, Agus Jaya K. Daeli Jurusan

Lebih terperinci

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Percobaan 1 : Penentuan bahan baku pupuk organik Penelitian tahap I bertujuan untuk mendapatkan komposisi bahan baku pupuk organik yang berkualitas dari sampah kota dan limbah

Lebih terperinci

Tanah Gambut Melalui Uji Triaksial Consolidated Undrained dan Unconsolidated Undrained

Tanah Gambut Melalui Uji Triaksial Consolidated Undrained dan Unconsolidated Undrained Rahayu, dkk. ISSN 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Tanah Gambut Melalui Uji Triaksial Consolidated Undrained dan Unconsolidated Undrained Wiwik Rahayu Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PERILAKU PEMAMPATAN TANAH GAMBUT BERSERAT

PERILAKU PEMAMPATAN TANAH GAMBUT BERSERAT PERILAKU PEMAMPATAN TANAH GAMBUT BERSERAT Aazokhi Waruwu 1), Surta Ria N. Panjaitan, Mahyuzar Masri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan, Jalan Gedung Arca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang kesuburannya, Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan dan pemakaian pupuk kimia yang terus menerus tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

EFEK WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT FISIKTANAH GAMBUT DENGAN BAHAN STABILISASI SERBUK KAYU

EFEK WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT FISIKTANAH GAMBUT DENGAN BAHAN STABILISASI SERBUK KAYU EFEK WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT FISIKTANAH GAMBUT DENGAN BAHAN STABILISASI SERBUK KAYU M. AFIEF MA RUF 1, ISNA SYAUQIAH 2 1 Prodi Teknik Sipil, FT, Universitas Lambung Mangkurat 2 Prodi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pupuk kimia merupakan bahan kimia yang sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada umumnya mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perilaku kompresibilitas tanah..., 4 Febri Yenni, FT UI, 2008 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DESKRIPSI TANAH GAMBUT Menurut Bowles (1989) sistem klasifikasi tanah yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penyebaran Gambut di Indonesia Penyebaran tanah gambut di Asia Tenggara berada di daerah Andonesia dan Malaysia. Di Indonesia, luas tanah gambut sekitar 16 hingga 26 juta hektar.

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produk pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen para petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan hasil pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.774.463

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (SB )

TUGAS AKHIR (SB ) TUGAS AKHIR (SB 091358) BIOAUGMENTASI BAKTERI PELARUT FOSFAT GENUS Bacillus PADA MODIFIKASI MEDIA TANAM PASIR DAN KOMPOS (1:1) UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica sinensis) Oleh : Resky Surya Ningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang kesuburannya, hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan dan pemakaian pupuk kimia yang terus menerus tanpa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah lempung merupakan jenis tanah yang memiliki sifat yang kurang menguntungkan jika dijadikan tanah pendukung suatu konstruksi bangunan karena memiliki daya dukung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN Tanah yang diuji adalah jenis tanah gambut yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur. Sampel tanah yang ditelit

METODOLOGI PENELITIAN Tanah yang diuji adalah jenis tanah gambut yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur. Sampel tanah yang ditelit STUDI PENURUNAN TANAH GAMBUT PADA KONDISI SINGLE DRAIN DENGAN METODE VERTIKAL DRAIN DENGAN MENGGUNAKAN PRELOADING Ahmad Herison, Yuda Romdania, Febrizky C Putri Dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karekteristik bahan baku merupakan salah satu informasi yang sangat diperlukan pada awal suatu proses pengolahan, termasuk pembuatan pupuk. Bahan

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki diversitas mikroorganisme dengan potensi yang tinggi namun belum semua potensi tersebut terungkap. Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tanah adalah bagian yang harus benar-benar diperhatikan dalam perencanaan bangunan yang akan didirikan di atasnya, karena pada tanah suatu infrastruktur bertumpu. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 19-26 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 4,5 MODUL 4,5 Klasifikasi Tanah 1. PENGERTIAN KLASIFIKASI TANAH Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfat merupakan salah satu unsur makro esensial bagi kehidupan tumbuhan dan biota tanah (Raharjo dkk., 2007). Kesuburan tanah, ketersediaan unsur hara esensial seperti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat bahwa pertanian modern yang memberikan hasil panen tinggi ternyata menimbulkan dampak terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya revolusi hijau (1970-2005) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI Ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk mikroskopik Mikroorganisme atau jasad renik MIKROBIOLOGI Ukuran sangat kecil, hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop Spoilage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase Abstrak Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi lignin pada proses pelapukan kayu. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Pada Tahun I penelitian ini dilakukan 3 tahap percobaan sebagai berikut: 1. Percobaan 1 : Penentuan bahan baku pupuk organik Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah Volume 5 No. 3 Oktober 2017 ISSN 2302-6944, e-issn 2581-1649 PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR St. Chadijah chwdijah@gmail.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG

KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG Arief Alihudien 1, Indrasurya B. Mochtar 2 1 Mahasiswa Program Pascasrjana Teknik

Lebih terperinci

PERILAKU SUCTION TANAH GAMBUT YANG DISTABILISASI

PERILAKU SUCTION TANAH GAMBUT YANG DISTABILISASI PERILAKU SUCTION TANAH GAMBUT YANG DISTABILISASI MUHAMMAD AFIEF MA RUF 1, INDARTO 2, NOOR ENDAH MOCHTAR 3 1 Mahasiswa Program S2 Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI Oleh : Mulyadi Yuswandono *) Yusmiati Kusuma *) ABSTRAK Daya dukung tanah dalam suatu konstruksi jalan merupakan salah

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Januari 2010, Halaman 43 54 ISSN: 2085 1227 Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tanaman kakao ( Theobroma cacao L) adalah salah satu famili Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah tropis lainnya di Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia dalam sistem biologis. Enzim memiliki daya katalitik yang tinggi dan mampu meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER UJI KONSOLIDASI MENGGUNAKAN SEL ROWE DAN UJI KONSOLIDASI KONVENSIONAL TANAH DAERAH BANDUNG (012G)

STUDI PARAMETER UJI KONSOLIDASI MENGGUNAKAN SEL ROWE DAN UJI KONSOLIDASI KONVENSIONAL TANAH DAERAH BANDUNG (012G) STUDI PARAMETER UJI KONSOLIDASI MENGGUNAKAN SEL ROWE DAN UJI KONSOLIDASI KONVENSIONAL TANAH DAERAH BANDUNG (012G) Anastasia Sri Lestari 1, Florentina M. Sugianto 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir Gedong Kelurahan Benteng Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan titik

Lebih terperinci

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA Endang Susianingsih dan Nurbaya Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH ABU BATUBARA DAN KAPUR TERHADAP KEMBANG SUSUT TANAH LEMPUNG PADA KONDISI BASAH OPTIMUM Oleh : Herman *), Syahroni **) *) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **) Mahasiswa

Lebih terperinci

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR Heru Dwi Jatmoko Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAKSI Tanah merupakan material

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas

PENDAHULUAN. (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas PENDAHULUAN Latar Belakang Suatu kenyataan sejak dua abad yang lalu sampai saat ini, tembakau deli (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas untuk bahan wrapper

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya populasi manusia di Indonesia dan padatnya penduduk membuat limbah-limbah sulit untuk ditangani sehingga seringkali mencemari lingkungan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG Abdul Hakam 1 ABSTRAK Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pengujian sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Analisis kompos dilakukan untuk mengetahui dan memastikan bahwa kompos jarak pagar yang digunakan sebagai perlakuan dapat meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC 1 PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Indonesia ABSTRAK Ampas tahu selama ini tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim adalah molekul protein yang disintesis oleh setiap organisme dan berfungsi untuk meningkatkan kecepatan reaksi dalam proses metabolisme tanpa ikut berubah di akhir

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci