BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Liani Liana Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Indeks dan Saham Pengertian Umum Indeks dan Saham Pengertian dari Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu ( Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika diawal bulan nilai indeks 300 dan diakhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara ratarata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Di Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, antara lain: 1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. 6
2 7 2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. 3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut. 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3 8 Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. 7. Indeks KOMPAS 100 yang merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut : a. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan. b. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). c. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham. d. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir. e. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar. f. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan frekuensi
4 9 transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut: i. Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler. ii. Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. iii. Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar. g. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (f) h. Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (
5 10 Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham: 1. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut
6 11 2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp kemudian menjualnya dengan harga Rp per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain: 1. Capital Loss Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham. 2. Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
7 12 Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya Indeks LQ45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar ( Kriteria Pemilihan Saham untuk Indeks LQ45 Untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:
8 13 1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di Pasar Reguler (ratarata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di BEJ selama paling sedikit 3 bulan. 4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar Reguler Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham Bursa Efek Jakarta secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45. Setiap 3 bulan review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam kalkulasi Indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi Indeks LQ45, maka saham tersebut dikeluarkan dari penghitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. 2.2 Definisi Resiko dan Manajemen Resiko Menurut Idroes (2006), Resiko adalah sebuah konsep yang abstrak. Seorang ekonom berpendapat bahwa resiko adalah sebuah preferensi yang berbeda untuk setiap orang. Jika kita mengunakan definisi dari Cambridge Dictionary maka resiko adalah kemungkinan dari sesuatu yang buruk dan tidak diinginkan terjadi. Dalam
9 14 thesis ini, resiko difenisikan sebagai volatilitas dari suatu hasil yang tak terduga secara umum berasal dari suatu nilai asset atau liabilitas atau suku bunga. Pada industri keuangan, resiko finansial dapat didefinsikan sebagai resiko-resiko yang berhubungan dengan kerugian dalam pasar finansial yang disebabkan antara lain oleh pergerakan suku bunga, kegagalan obligasi (default), dan lain lain. Tidak ada satupun lembaga yang mampu menghilangkan resiko tetapi resiko dapat diminimalisir dampaknya dan untuk memitigasi dampak dari resiko tersebut, diperlukan suatu manajemen tersendiri yang disebut dengan manajemen resiko. Untuk setiap sektor, bukan hanya keuangan saja, manajemen resiko menjadi sesuatu yang penting. Sebagai contoh bagi sektor teknologi manajemen resiko berarti suatu penggunaan teknologi secara terkendali dan ramah lingkungan, bagi sektor keuangan dapat diartikan suatu teknik pengaturan nilai lindung, swap, dan sejenisnya; bagi sektor medis khususnya rumah sakit berarti sebuah jaminan kualitas dari kecelakaan dan mal praktek. Sebagai kesimpulan manajemen resiko adalah sebuah ilmu untuk mengelola kemungkinan kejadian masa depan yang dapat menyebabkan dampak kerugian. Manajemen resiko sendiri mendapat tempat yang paling diutamakan di dalam industri asuransi dan perbankan Jenis Resiko Finansial Ada 3 jenis resiko yang secara umum dikenal didalam resiko financial yaitu resiko kredit, resiko pasar, dan resiko operational (Idroes, 2006).
10 Resiko Kredit Resiko Kredit didefinisikan sebagai resiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat atau tidak mau memenuhi kewajibannya untuk membayar kembali pinjamannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya (Idroes, 2006; Jorion, 2005). Pinjaman yang dimaksud dalam pembahasan resiko kredit ini adalah aktiva produktif lembaga keuangan yang ditmepatkan pada pihak lawan transaksi atau peminjam atau debitur dimana peminjam berkewajiban untuk mengembalikannya kembali pada waktu yang disepakati. Pengembaliannya berupa pokok pinjaman ditambah bunga atau bentuk hasil investasi lain Resiko Pasar Resiko Pasar adalah sebuah resiko yang timbul akibat pergerakan harga atau volatilitas pasar (Idroes, 2006; Jorion, 2005). Dengan VAR sebagai alat yang popular untuk mengukurnya. Ada empat faktor utama yang menyusun resiko ini yaitu: Pertama, Resiko suku bunga yang merupakan kerugian yang disebabkan oleh pergerakan yang berlawanan dengan keinginan perubahan suku bunga. Faktor yang kedua adalah resiko ekuitas, yaitu resiko yang merupakan kerugian potensial yang disebabkan oleh gerakan perubahan harga saham yang berlawanan dengan keinginan. Hal ini terjadi pada seluruh instrument yang menggunakan harga yang wajar sebagai bagian dari penilaian. Faktor yang ketiga adalah Resiko Valuta asing, yang adalah kerugian poternsial yang disebabkan oleh perubahan harga yang berlawanan dengan
11 16 keinginan valuta asing. Faktor yang keempat adalah resiko posisi komoditas yang adalah potensi kerugian yang disebabkan perubaham harga yang berlawanan dengan keinginan harga komoditas. Hal ini berlaku bagi seluruh komoditas dean setiap komoditas dan derivatifnya Resiko Operasional Resiko operasional adalah sebabai resiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal, manusia dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal (Idroes, 2006; Jorion, 2005). Secara umum, resiko operasional banyak terkait dengan kegagalan suatu proses dan prosedur. Resiko ini bukan hanya ada di dalam resiko financial tetapi juga terdapat di dalam seluruh bidang bisnis, yang merupakan akibat dari berlangsungnya suatu aktivitas dan proses. 2.4 Sejarah Pengembangan VAR Value at Risk, disingkat VAR, dikembangkan dan diperkenalkan secara luas pada tahun 1993 oleh kelompok G30 (Pearson, 2002) sebagai reaksi terhadap bencana financial yang terjadi sebelumnya. Pada awalnya, tujuan dari VAR adalah untuk menghitung risiko finansial dengan menggunakan teknik statistik. VAR mengukur ekspektasi kerugian terburuk sepanjang suatu horison dalam kondisi pasar yang normal pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Bagi hampir semua pengguna, VAR adalah suatu aplikasi pasif dari penghitungan risiko. Akan tetapi, pada saat sekarang, VAR sudah digunakan untuk mengontrol dan mengatur risiko secara aktif.
12 17 Dengan menggunakan alat VAR, investor dapat menentukan bagaimana mengalokasikan modalnya dan bagaimana melakukan trade-off antara risiko dan hasil. 2.5 Definisi VAR Menurut Dowd (2005, hal: 27), Value-at-Risk (VAR) adalah: ekspektasi kerugian maksimum sepanjang suatu horison tertentu pada tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Jorion (2002, hal: 22), VAR mengukur ekspektasi kerugian terburuk sepanjang horison tertentu dalam kondisi pasar yang normal pada tingkat kepercayaan tertentu. Sebagai contoh, suatu bank mengatakan VAR harian dari perdagangan portofolionya adalah $1 juta pada tingkat kepercayaan 99%. Dengan kata lain, dibawah kondisi pasar yang normal, hanya 1% kemungkinan saja, kerugian harian akan melebihi $1 juta.. Secara lebih formal lagi, VAR mendeskripsikan kuantil distribusi dari kerugian sepanjang horison yang ditargetkan. Jika c adalah tingkat kepercayaan yang dipilih, VAR merupakan (1 c) pada lower-tail level. Jadi, dari definisi-definisi di atas dapat dirangkum bahwa Value at Risk (VAR) adalah suatu konsep yang diperoleh dari perkiraan secara statistik mengenai kerugian yang dapat dialami suatu portofolio akibat perubahan dalam harga yang mendasarinya, selama horison tertentu, untuk suatu tingkat kepercayaan yang dipilih di bawah situasi dan kondisi bisnis yang normal (Idroes, 2006). VAR adalah suatu alat yang efektif untuk mendeskripsikan dan mengkomunikasikan risiko karena ia menaksir risiko dengan cara yang berbeda
13 18 dalam istilah matriks yang umum (misalnya, kerugian terkait dengan suatu satuan standar). Karena alasan ini, VAR dapat digunakan untuk membandingkan dan menggabungkan risiko untuk tipe-tipe instrumen, satuan perdagangan, dan pasar. Oleh karena itu, VAR dengan sendirinya dapat digunakan sebagai suatu alat perbandingan antara hasil perdagangan dan risiko yang diambil dalam mencapai hasil tersebut. Hal ini dikarenakan VAR terartikulasi dalam istilah ukuran dari potensi kerugian. Dari sini, VAR juga harus dilengkapi oleh bentuk lain dari pengukuran, termasuk analisis sensitivitas dan analisis skenario supaya dapat menangkap peristiwa yang berada diluar parameter dari model VAR. 2.6 Komponen Utama VAR Dari definisi VAR yang diuraikan pada Bab 2.5 maka secara umum dapat disimpulkan ada 3 variabel yang mempengaruhi VAR yaitu: 1. Volatilitas Volatilitas dari suatu posisi saham individual Volatilitas dari seluruh portofolio saham Korelasi antara posisi saham individual 2. Tingkat kepercayaan atau interval 3. Periode holding Dengan demikian, interpretasi dari gambaran VAR membutuhkan pengetahuan dari interval kepercayaan dan periode holding yang digunakan dalam estimasinya. Dalam hal volatilitas, ada beberapa jalan dalam menginterpretasikan dan
14 19 menghitung volatilitas, yang mana pada akhirnya mengarah pada variasi dari metodologi VAR (Tampubolon, 2004) Volatilitas Volatilitas merupakan ukuran secara statistik dari variasi harga suatu instrumen yang disebut juga sebagai standar deviasi, dimana aturannya adalah volatilitas yang diperoleh merupakan standar deviasi dari return instrumen saham bukannya standar deviasi dari harga saham itu sendiri (Tampubolon, 2004). Jika harga aktual dari saham yang digunakan dalam mengukur standar deviasi, maka akan diperoleh hasil yang tidak konsisten karena standar deviasi aktual berubah sejalan dengan meningkatnya harga saham Volatilitas dari Posisi Saham Individual Volatilitas dari posisi individual biasanya dihitung sebagai standar deviasi (σ) dari presentasi perubahan dalam harga asset yang relevan pada periode yang ditentukan (Tampubolon, 2004). Tergantung pada metodologi yang digunakan dan instrumen yang dilibatkan, volatilitas dapat dihitung menggunakan volatilitas masa lalu dalam suatu serial waktu yang dipilih dari data pada faktor risiko atau menggunakan volatilitas yang terkandung dari instrument yang diperdagangkan yang dikenal dengan implied volatility.
15 Volatilitas dari Portofolio Untuk menghitung volatilitas dari portofolio, kita perlu menghitung volatilitas dari posisi individu, seperti juga korelasi antara asset dalam portofolio. Adalah tidak tepat menghitung volatilitas dari portofolio dengan cara menjumlahkan semua volatilitas dari semua asset dalam potofolio sejak hal ini akan menyebabkan overestimate dari hasil VAR untuk setiap portofolio yang diberikan. Dengan menjumlahkan, kita mengasumsikan bahwa korelasi sama dengan satu, yang mana dalam banyak kasus akan bervariasi dan boleh dikatakan selalu kurang dari satu. Jika korelasi kurang dari +1, maka akan ada keuntungan diversifikasi ketika memegang portofolio tersebut. Keuntungan diversifikasi ini akan mengurangi keseluruhan VAR portofolio (Tampubolon, 2004) Tingkat Kepercayaan Konsep dari tingkat kepercayaan didisain untuk mengijinkan suatu estimasi yang dibuat berdasarkan kemungkinan dimana perubahan dalam faktor risiko tidak akan melebihi suatu tingkat nominasi tertentu menurut asumsi yang mendasarinya (Tampubolon, 2004). Dalam statistik, tingkat kepercayaan ini didefinisikan sebagai suatu kemungkinan yang berhubungan dengan suatu estimasi interval. Kemungkinan ini mengindikasikan seberapa yakin parameter populasi akan termasuk dalam estimasi interval tersebut. Semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dipilih, semakin tinggi variasi dari kemungkinan perubahan yang diterima dalam portofolio, yang secara tidak langsung
16 21 juga mengartikan bahwa investor lebih bersifat risk averse (menghindari risiko). Jadi, penghindaran risiko dari investor akan menentukan tingkat kepercayaan yang dipilih. BIS (Bank for International Settlements) merekomendasikan penggunaan tingkat kepercayaan 99% satu tail untuk menghitung VAR. Pemilihan dari tingkat kepercayaan yang lain dari 99% harus disokong oleh hasil backtesting yang dapat dipercaya. Backtesting yang dilakukan adalah membandingkan apakah prosentase hasil yang diamati dari pengukuran risiko konsisten dengan tingkat kepercayaan 99%. Dengan kata lain, merupakan usaha yang mencoba melihat apakah ukuran risiko 99% benar-benar menutupi 99% hasil perdagangan. Back test ini merupakan evaluasi dari parameter dan model yang digunakan dalam kalkulasi VAR Periode Holding Periode Holding didefinisikan sebagai lamanya suatu investasi dipegang. Dalam VAR, Periode holding berarti jangka waktu ke depan dalam satuan waktu (biasanya harian) VAR dihitung. VAR akan meningkat dengan semakin lamanya periode holding sebab volatilitas berbanding lurus dengan akar kuadrat dari Periode holding (Tampubolon, 2004). Pemilihan dari periode holding berhubungan dengan potensi periode pencairan dari suatu posisi. Jadi, periode holding yang ditujukan untuk perdagangan, lebih singkat dari periode holding untuk tujuan investasi. Bagaimanapun juga, bahkan untuk tujuan perdagangan, periode holding akan tergantung pada likuiditas dari instrumen yang bersangkutan dan besarnya posisi yang diambil.
17 22 Dalam dunia bank, BIS 2 kembali menegaskan ketepatan dari keperluan bank dalam menghitung VAR berdasarkan pada kejutan (instantaneous shock) yang sepadan dengan 10 hari pergerakan dalam harga (periode holding). Bank boleh menggunakan nilai VAR yang dikalkulasi berdasarkan periode holding yang lebih pendek (misalnya 1 hari) diskalakan sampai 10 hari dengan mengalikannya dengan akar kuadrat dari waktu (nilai VAR-nya dikalikan dengan 10). 2.7 Distribusi Normal Distribusi probabilitas kontinyu yang sangat penting adalah distribusi normal, yang dikenal pula sebagai distribusi Gaussian. Distribusi normal ini berperan penting dalam perhitungan VAR, terutama dalam metode parametrik/varian-kovarian. Distribusi normal juga secara lebih lanjut terkait dengan pembuktian Central Limit Theorem oleh P.S Laplace yang menyatakan bahwa apabila banyaknya observasi bertambah, maka mean konvergen akan menuju ke distribusi normal (Jorion, 2002). Hal inilah yang menjadi dasar perhitungan VAR yang menggunakan distribusi parametrik (dalam metode ini, perhitungan VAR menggunakan asumsi-asumsi distribusi normal). Distribusi normal dinotasikan dengan N(μ,σ 2 ), dimana μ adalah mean dan σ 2 adalah varian. Fungsi distribusi pada distribusi normal ini diformulasikan sebagai berikut:
18 23 2 Dimana π = e = (bilangan natural) σ = Standar Deviasi μ = mean (rata-rata) variable Dalam praktek, proses penghitungan ini dapat disederhanakan menggunakan table distribusi normal dengan mean nol dan varian satu, yang sering disebut juga dengan fungsi distribusi normal standar N(0,1). Persamaan yang digunakan dalam membuat nilai-nilai variabel distribusi menjadi dalam satuan standar deviasi distribusi normal standar : dimana x: nilai dari variable data μ : rata-rata variable distribusi σ : standar deviasi distribusi z : nilai variabel distribusi dalam satuan standar deviasi distribusi normal standar Karena nilai VAR adalah ekspektasi kerugian terburuk, maka metode yang paling tepat adalah menggunakan distribusi dari return portofolio. Kerugian dideskripsikan sebagai area di sisi kiri (negatif) dari mean (expected return), dan apabila f ΔP merupakan fungsi densitas probabilitasnya (pdf) dari ΔP, dan c merupakan
19 24 selang kepercayaan, maka nilai VAR sepanjang suatu horison waktu dapat dikalkulasi dari persamaan berikut ini: Adapun dari tabel distribusi normal satu tail quantil kiri, untuk besar percentil, c, atau tingkat kepercayaan diperoleh nilai z seperti pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Distribusi normal satu tail quantil kiri Tingkat kepercayaan 99% 95% 90% 50% z-score Sumber: Hasil perhitungan dari fungsi NORMSINV pada Microsoft Excel 2.8 Model Metodologi Secara garis besar, setidaknya ada 3 jenis model metodologi (Tampubolon, 2004; Jorion, 2005) dalam menghitung VAR, yaitu: 1. Metode Historis 2. Metode Variance Covariance 3. Metode simulasi Monte Carlo Metode Historis Dengan metode ini, instrumen keuangan dianalisis selama sejumlah hari dengan melakukan observasi pada periode masa lalu. Perubahan aktual yang dialami dalam nilai dari masing-masing instrumen finansial dihitung menggunakan horison waktu yang diinginkan. Setelah perubahan dalam nilai tersebut dihitung, masingmasing perubahan tersebut diatributkan ke dalam nilai instrumen finansial yang
20 25 sekarang (yang diprediksi) sehingga dihasilkan suatu susunan pengamatan. Susunan ini kemudian dianalisis secara statistik (Tampubolon, 2004). Sebagai contoh, jika ada 100 pengamatan dengan horison harian, urutan pengamatan nilai terendah kelima terakhir akan menjadi VAR dengan tingkat keyakinan 95% dalam satu hari. Metode historis VAR paling mudah diimplementasi, akan tetapi, karena kalkulasi ini mengulang kejadian berdasarkan cerminan masa lalu, maka pandangan terhadap risiko yang dihasilkan tergantung dari periode waktu yang dipilih. Maksudnya adalah apabila yang dicari adalah VAR harian, maka data historis yang digunakan adalah data harian. Jika yang dicari VAR bulanan, maka data historis bulananlah yang digunakan. Jadi pengali akar dari waktu dalam penyesuaiannya dengan periode holding tidak valid digunakan dalam metode ini. Karena sejumlah skenario yang digunakan dibatasi oleh ketersediaan dari data historis, metodologi ini boleh jadi mempunyai convergence error yang lebih besar dari metode Monte Carlo maupun metode Variance Covariance Metode Variance Covariance Metode Variance Covariance, mengasumsikan bahwa hasil dari instrumen finansial berdistribusi normal. Oleh karena itu mean dan standar deviasi dari instrumen finansial dapat dihitung untuk mengestimasi percentile dari semua perubahan dalam nilai posisi (Tampubolon, 2004). Metode ini adalah suatu transformasi sederhana dari matriks Variance-covariance. Oleh karena itu metode ini tidak dapat bekerja dengan baik untuk aplikasi posisi yang tidak linier
21 Metode Simulasi Monte Carlo Metode Monte Carlo mengasumsikan distribusi probabilitas teoritis dari perubahan dalam nilai untuk setiap instrumen finansial atau ekivalennya dikalkulasi untuk setiap horison waktu sesuai perparameter distribusi yang dispesifikasi dalam simulasi. Perubahan teoritis dalam nilai yang digenerasi kemudian diatributkan ke nilai prediksi instrumen finansial dan disusun seperti pada kasus historical VAR untuk menghasilkan tingkat keyakinan VAR yang diinginkan (Tampubolon, 2004). Proses ini sering diselesaikan dengan melakukan variasi pada parameter masukannya dan memerlukan sejumlah ruang komputasi yang sangat besar dimana membutuhkan evaluasi sampai dengan set data Backtesting VAR Model VAR adalah sebuah estimasi dan setiap perhitungan estimasi tentunya memiliki masalah dengan perubahan-perubahan nilai suatu asset yang tidak memiliki pola yang tetap, sehingga model perhitungan VAR yang dibentuk dalam mengestimasi volatilitas secara periodik perlu divalidasi atau dikalibrasi, sehingga model yang dihasilkan dalam perhitungan VAR diharapkan menjadi suatu model yang baik. Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan validasi ini adalah dengan metode backtesting. Metode ini bekerja dengan melakukan perbandingan antara estimasi VAR yang dihitung dengan perubahan negatif nilai suatu asset yang terjadi. Apabila perubahan negatif tersebut ternyata lebih besar dari perhitungan VAR
22 27 maka kejadian tersebut dinamakan exception (penyimpangan). Pertanyaannya berapakah batas jumlah penyimpangan yang diperbolehkan sehingga suatu model VAR tetap dapat digunakan. Batas penyimpangan harus ditetapkan, karena kalau suatu model setelah divalidasi ternyata tidak ditemukan terjadi penyimpangan maka model tersebut dapat dikatakan sebagai model yang konservatif demikian sebaliknya jika jumlah penyimpangan yang terjadi relatif banyak maka model tersebut kurang dapat melakukan estimasi dalam menghitung VAR. Ada dua metode yang dipakai pada penelitian ini untuk menghitung backtesting yang pertama adalah POF test oleh Kupiec (1995) dan yang kedua adalah regulatory framework dari Basel (Basel, 1996; Jorion, 2002). Adapun kedua metode itu berusaha untuk membawa keseimbangan antara type 1 dan type II error. Gambar 2.1 Type I dan Type II error Sumber: Pada Gambar 2.1 terlihat jelas bahwa ada 4 jenis hasil dan 2 merupakan jenis error yaitu:
23 28 Terima null hypothesis dan model benar maka hasil adalah valid(correct) Terima alternatif hypothesis dan model dinyatakan salah maka hasil adalah valid (Correct) Tolak Null hypothesis tetapi model benar ini adalah Type I error Terima Null hypothesis tetapi model salah ini adalah Type II error Backtesting dengan Metode Kupiec Test ini dikenal luas setelah diperkenalkan oleh Kupiec, dan terkadang disebut juga sebagai kupiec test. Informasi yang diperlukan untuk mengimplementasi model ini adalah jumlah observasi (T), jumlah eksepsi (exceptions) (x) dan tingkat keyakinan (c) Null hypothesis untuk metode ini adalah: Intinya adalah untuk mencari apakah adalah signifikan terhadap p, dan tingkat kegagalan yang disarankan oleh tingkat kepercayaan. Berdasarkan Kupiec (1995), POF-test ini; paling baik dilakukan sebagai sebuah likelihood-ratio (LR) test. Bentuk test statistik dari test tersebut adalah: Dibawah null hypothesis model adalah benar, dan LR POF adalah asymtotik dengan
24 29 χ 2 distribusi (chi-squared) dengan derajat kebebasan tertentu. Jika nilai dari LR POF melebihi nilai kritis distribusi χ 2 maka null hypothesis akan ditolak dan model akan dinyatakan tidak akurat. Tabel 3.2 menyajikan wilayah penolakan untuk POF-test dibawah tingkat kepercayaan tertentu dan jumlah sample tertentu. Tabel 2.2 Tabel Hasil Wilayah Penolakan POF test Backtesting dengan Aturan Basel Prosedur backtesting ini diterapkan oleh Basel Comitte dengan tiga zona yaitu merah, kuning, dan hijau dan sering disebut juga dengan metode traffic light (Ghozali, 2007). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan daftar dari wilayah penolakan metode ini dengan tingkat kepercayaan 99% dan sample sebanyak 250 hari (1 tahun). Tabel 2.3 Tabel Hasil Wilayah Penolakan metode traffic-light
25 30 Masuk pada zona merah maka akan menghasilkan sebuah penalty, sedangkan untuk zona kuning akan ada penindakan dari supervisor dan akan dilihat dari berbagai sudut. Komite Basel memberikan beberapa kategori dalam zona kuning: 1. Basic Integrity of The Model: penyimpangan akibat kesalahan code program 2. Keakuratan model dapat diperbaiki 3. Perdagangan intraday 4. Special exception dan bad luck: Pasar mengalamai volatilitas atau perubahan korelasi. Jika ditemukan ternyata bahwa exception breaches terjadi karena penyebab bad luck maka Basel selaku regulator tidak akan memberikan sanksi dan arahan apapun juga. Jika termasuk dalam kategori ketiga, maka Basel akan memberikan pertimbangan. Jika termasuk dalam kategori pertama dan kedua, maka Basel akan menerapkan penalty. Sekali lagi tujuan dari metode backtesting ini adalah menyeimbangkan antara type I error dan type II error.
SKRIPSI. Disusun oleh :
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada
Lebih terperinci2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk
2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah uang atau dana yang dilakukan pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah bagian dari kehidupan. Menghindari semua resiko akan mengakibatkan tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. The Institute
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Risk management atau manajemen risiko saat ini merupakan salah satu prioritas utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian negara, karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling
25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas
II. LANDASAN TEORI 2.1 Modal 2.1.1 Pengertian Setiap perusahaan atau badan usaha membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari. Pengelolaan modal kerja yang baik harus dapat menjamin jumlah
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.
PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciSISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA
SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA 2.1. SISTEM PERDAGANGAN EFEK Saham, bukti right, waran, obligasi konversi adalah jenis-jenis efek yang diperdagangkan di BEI. Transaksi Di BEI dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pasar Modal di Indonesia
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Pasar Modal di Indonesia Pasar modal di Indonesia dimulai dengan berdirinya cabang bursa efek Vereniging Voor de Effectendahel di Batavia pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai sumber alternatif lain karena mempunyai peran sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti saham, reksadana, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal dewasa ini telah menjadi salah satu indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciMENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI
MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar modal diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen lainnya. Saham merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu melihat segala sesuatu dan mengambil tindakan berdasarkan manfaat bagi diri sendiri. Bila dianggap manfaat tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli Dolar. Situasi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan
Lebih terperinciResearch TJONG AGUS HANDOKO
ANALISIS IMPLEMENTASI TIGA METODE PENGUKURAN VALUE AT RISK (HISTORIS, VARIANCE-COVARIANCE, DAN SIMULASI MONTE CARLO) PADA PERGERAKAN HARGA SAHAM- SAHAM YANG TERMASUK DALAM DAFTAR LQ45 PERIODE 2005-2008
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Berbagai Indeks Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar,
Lebih terperinciPORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL
Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi Jabatan politik tertentu. Dalam Pemilu, para pemilih dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan
Lebih terperinciPasar Modal Indonesia
Pasar Modal Indonesia Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
Lebih terperinciPengertian Pasar Modal.. (2) Pasar Modal Indonesia. Pengertian Pasar Modal..(1) Peran dan Manfaat Pasar Modal 10/9/2011
Pasar Modal Indonesia Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan kriteria yang dibutuhkan pada penelitian ini, emiten-emiten yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah Return saham Bank BNI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup besar baik ditinjau dari sudut supply maupun demand. Potensi dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi Indonesia melalui penyediaan sumber pendanaan jangka panjang bagi dunia usaha. Realita tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran operasional serta menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel
57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Dengan data historis yang telah tersedia pada instrumen investasi saham LQ 45 dan deposito dalam periode tahun 2013 sampai dengan 2015 kemudian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, kegiatan ekonomi suatu negara dapat melampaui batas-batas negara secara fisik karena telah menandatangani kontrak kerja sama internasional.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dua parameter penting yang selalu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dua parameter penting yang selalu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan investasi adalah seberapa besar imbal hasil yang diharapkan (expected return) pada
Lebih terperinciBAB I yang baik dan dapat memberikan return yang akan dipilih oleh investor. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah bentuk penanaman sejumlah dana pada suatu perusahaan yang diharapkan mendapat keuntungan di masa depan. Salah satunya adalah dengan penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa fasilitas perdagangan sekuritas. Undang-Undang Pasar Modal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan swasta yang menyediakan jasa fasilitas perdagangan sekuritas. Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mengartikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham sangat rentan terhadap situasi politik dan ekonomi. Bursa saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Lebih terperincimenyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis
10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh
BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Pengertian Reksa Dana Syariah Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh berbeda, namun secara fundamental terdapat
Lebih terperinciPasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015
Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015 Pasar Modal Pasar Modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. 2 Fungsi Pasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. Maya (2012) Analisis Perbandingan Risk & Return antara sahan syariah
BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, untuk mempermudah pengumpulan data, analisis, dan pengolahan data. Maya (2012)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Kerja Pemikiran Pada Bab 3.1 ini akan dijelaskan seluruh kerangka kerja dan pemikiran dalam penelitian ini. Sub-bab 3.1 berisi penjelasan setiap bagan beserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah pendanaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dimana penghimpunan
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan pembangunan di berbagai aspek negara, diperlukan sebuah pendanaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dimana penghimpunan
Lebih terperinciMATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.
MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan
Lebih terperinciBagaimana Menjadi Investor Saham
Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, peran serta masyarakat telah aktif dalam pembiayaan pasar modal. Pada dasarnya pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik
Lebih terperinci