ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI"

Transkripsi

1 ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 RINGKASAN DWI MARYATI. Estimasi Manfaat Agreokologi terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh PINI WIJAYANTI. Sistem pertanian di Indonesia berorientasi pada peningkatan hasil produksi dengan penggunaan input eksternal sehingga menyebabkan ketergantungan petani terhadap input eksternal. Sama halnya dengan permasalahan yang ada di Provinsi Jawa Barat yaitu mulai tergantungnya petani dengan penggunaan pupuk eksternal. Penggunaan pupuk eksternal ini mengakibatkan degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, mengurangi kelembaban tanah, dan menyebabkan pencemaran berupa kandungan berbahaya di makanan dan lingkungan. Hal ini dapat berimplikasi pada penurunan produksi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan upaya konservasi tanah dan air. Salah satu upaya yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat adalah penerapan suatu sistem pertanian yang bersifat ramah lingkungan yang memperhatikan ekologi dan alam yaitu agroekologi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk 1) untuk mengestimasi pendapatan petani agroekologi 2) menganalisis kelayakan usahatani agroekologi 3) mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor. Tujuan pertama dicapai dengan melakukan wawancara sehingga diperoleh informasi mengenai pengetahuan petani tentang lingkungan dan agroekologi. Tujuan kedua dilakukan dengan menggunakan pendekatan Ecological Footprint (EF) dengan melakukan perhitungan penggunaan energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan perhitungan pendapatan, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja yang diperoleh dengan melakukan analisis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor belum murni agroekologi melainkan penerapan sistem Low External Input Agriculture (LEIA). Beberapa konsep yang menggambarkan petani di Kabupaten Bogor telah menerapkan LEIA, diantaranya adalah cara perawatan tanah, pengendalian hama, penangkaran benih, dan pengaturan air. Estimasi manfaat LEIA terhadap lingkungan dengan menggunakan pendekatan ecological footprint (EF) memberikan nilai Ecological Footprint of Fuel (EFF) sebesar 0.01 ha dan nilai Ecological Footprint of Labour (EFL) yaitu 0.02 ha. Nilai EFF dan EFL menunjukkan bahwa penerapan LEIA tidak menyebabkan ecological deficit sehingga lingkungan tetap lestari. Penerapan LEIA juga memberikan manfaat ekonomi yang ditunjukkan dari hasil analisis usahatani dengan total pendapatan yang positif. Terdapat perbedaan total pendapatan usahatani dari lokasi penelitian. Total pendapatan di Cidokom lebih tinggi dibandingkan di Pasir Honje yaitu sebesar Rp 14,212,238/ha per tahun sedangkan di Pasir Honje adalah Rp 13,575,851/ha per tahun. Analisis R/C ratio menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, yaitu 6.28 untuk Desa Pasir Honje dan 5.23 untuk Desa Cidokom. Analisis produktivitas tenaga kerja menunjukkan hasil 39,812 untuk Desa Pasir Honje dan 37,621 untuk

4 Desa Cidokom. Berdasarkan keseluruhan analisis usahatani terlihat bahwa penerapan LEIA menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Ditinjau dari sisi kesejahteraan, persentase petani yang sejahtera di Pasir Honje lebih banyak bandingkan dengan Desa Cidokom. Hal ini terjadi karena sebaran pendapatan rata-rata petani Cidokom tidak merata. Keyword: agroekologi, pendapatan, low external input agriculture, dan kesejahteraan petani.

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Februari 2011 Dwi Maryati H

6 Judul Nama NRP : Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat : Dwi Maryati : H Menyetujui Dosen Pembimbing, Pini Wijayanti, SP. M.Si NIP Mengetahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu Selatan pada tanggal 2 Maret Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Baksin dan Ibu Ristahayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 17 Manna pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Manna yang lulus pada tahun Penulis menamatkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 5 Manna pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis melanjutkan kuliah di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi diantaranya organisasi daerah Ikatan Mahasiswa Bumi Raflesia (IMBR) dan UKM yang ada di IPB yaitu Gentrakaheman. Penulis juga tercatat sebagai anggota Resources and Environmental Economic Student Assosiation (REESA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selain itu, penulis pun aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian (Politik Ceria, Gema Alunan Syukur, dan Buka Bersama IMBR).

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karunia-nya. Salam dan Salawat penulis kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Estimasi Manfaat Agroekologi Terhadap Lingkungan dan Kesejahteraan Petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan mengestimasi manfaat penerapan agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani. Estimasi manfaat tersebut berkenaan dengan seberapa besar penggunaan energi, baik energi bahan bakar maupun energi tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu, penelitian ini juga mengestimasi kesejahteraan petani dengan menggunakan indikator pendapatan petani. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan topik dan tema yang serupa. penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Sehingga, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun penyempurnaan pada skripsi ini. Bogor, Februari 2011 Penulis

9 UCAPAN TERIMAKASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan anugerah-nya serta jalan dan kemudahan yang ditunjukkan kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Keluarga tercinta, ayah, ibu, kakak-kakakku, dan kembaranku terimakasih atas doa, dukungan serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga karya ini dapat menjadi bukti kasih sayangku terutama untuk Ibu dan Ayah. 2. Pini Wijayanti, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan di Departemen Ekonomi sumberdaya dan Lingkungan atas dukungan dan bimbingan akademik kepada penulis. 4. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan kepada penulis dan teman-teman. 5. Pengurus kelompok tani di lokasi penelitian, para petani, dan masyarakat sekitar Leuwiliang dan Rumpin. Terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi, pelajaran, dan dukungan selama penelitian. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan Ita, Lely, Febri, Heni, lisa, Norita, Hani, Tasya, Puteri, Nia, Sefa, Fadlon, dan Nova. Terimakasih atas kebersamaan selama

10 ini dan rasa persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. Semoga perjuangan dalam kebersamaan kita selalu ada. 7. Teman-teman yang telah membantu penelitian ini adikku, Emil, dan Handa. Terimakasih atas bantuan, kerjasama, kritikan, dukungan, kebersamaan dalam penelitian skripsi ini. 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tina, Zenal, dan Bagus terimakasih untuk masukan, semangat, dukungan, dan doa dalam menyusun skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat ESL 43 dan 44 yang tak dapat ku sebutkan satu per satu, terimakasih atas semangat, kebersamaan, dan kekompakkan selama ini. Menjadi bagian dari orang-orang cerdas dan kritis seperti kalian semua merupakan suatu motivasi bagi penulis untuk terus berjuang kearah yang lebih baik lagi. 10. Anak-anak kost Wisma Shinta: Nadila, Devi, Evi, Novi, Riri, Fitri, Leli, dan Intan terimakasih atas doa dan semangat yang diberikan. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimakasih atas bantuannya.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Penerapan Agroekologi Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi dan Perkembangan Agroekologi Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari penerapan Agroekologi Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumberdata Penentuan Jumlah Responden atau Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Agroekologi dan Kesejahteraan Petani x

12 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Leuwiliang Letak dan Luas Iklim dan Hidrologi Topografi Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sarana dan Prasarana Kecamatan Rumpin Letak dan Luas Iklim dan Hidrologi Tanah dan Geologi Topografi Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sarana dan Prasarana Karakteristik Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Sistem Low External Input Agriculture Kajian Penerapan Sistem Low External Input Agriculture Keberlanjutan Sistem Low External Input Agriculture Estimasi Manfaat Low External Input Agriculture terhadap Lingkungan Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Low External Input Agriculture Pendapatan Rata-Rata Petani Low External Input Agriculture Analisis Usahatani Low External Input Agriculture Tingkat Kesejahteraan Petani VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi Tabel Matriks Metode Analisis Data Faktor Konversi Energi Rentang Umur Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Status Pendidikan Responden Petani di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Rentang Pengalaman Bertani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Status Kepemilikkan Lahan Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Rentang Luas Lahan yang Dimiliki Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun) di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun) di Pasir Honje dan Cidokom Penggunaan Pupuk oleh Petani LEIA per Tahun di Pasir Honje dan Cidokom Tahun Analisis Usahatani LEIA per Ha per tahun di Pasir Honje dan Cidokom Tahun xii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Jumlah Produksi Padi Indonesia Tahun Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Perawatan Tanah Secara Tradisional dengan Menggunakan Kerbau Komoditas Tanaman di Lahan Sawah Petani Perbandingan Pendapatan Petani LEIA di Pasir Honje dan Cidokom (Rp/tahun) Perbandingan Kesejahteraan Petani LEIA di Pasir Honje dan Cidokom.. 67 xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Output Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom Input Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom Analisis Pendapatan Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom Konsumsi Bahan Bakar Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom Konsumsi Tenaga Kerja Petani Agroekologi di Pasir Honje dan Cidokom xiv

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan sebagai penyumbang devisa negara. Walaupun demikian, pertanian juga merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan, seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian. Sehingga, diperlukannya pengembangan pertanian berkelanjutan (suistainable agricultural development) yang berbasis pada pengurangan penggunaan pupuk kimia agar lingkungan tetap lestari. Pertanian berkelanjutan ini telah dibahas dalam pertemuan Puncak Bumi di Rio de Janeiro, Brazil yang menghasilkan kesepakatan global dalam kepentingan penyelamatan bumi dari kerusakan. Kerusakan bumi diakibatkan dari berbagai sumber. Beberapa sumber tersebut adalah pola berpikir masyarakat yang materialistis, gaya hidup masyarakat yang bersifat eksploitatif serta konsumtif, industrialisasi yang berpolusi tinggi, kemiskinan di negara-negara sedang berkembang, penggundulan hutan, erosi, perluasan pemukiman, alih fungsi lahan pertanian, dan salah satunya disebabkan karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam sistem pertanian (Winangun, 2005). Sistem pertanian yang berkembang selama ini adalah sistem pertanian konvensional, sistem pertanian organik, dan sistem agroekologi. Adapun sistem pertanian yang umum dilakukan oleh petani Indonesia adalah sistem pertanian konvensionl. Sistem ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia Diakses: tanggal 15 Mei

17 Penerapan sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global. Sebaliknya, Gliesmann (2007) dan hasil penelitian di Guatemala, Honduras, dan Nicaragua yang dilakukan oleh Pesticide Action Network North America (PANNA) (2009) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut: a. Degradasi, penurunan kesuburan tanah, tertahannya humus tanah, dan mengurangi kelembaban tanah. b. Merusak vegetasi yang ada di lingkungan. c. Menyebabkan erosi. d. Kerugian ekonomi. e. Penggunaan air berlebihan dan kerusakan sistem hidrologi. f. Pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan. g. Ketergantungan petani pada input-input eksternal. h. Kehilangan diversitas genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas tanaman pangan tradisional atau lokal. i. Peningkatan kesenjangan global antara negara-negara industri dan negara-negara berkembang. Melihat dampak negatif dari penerapan sistem pertanian konvensional tersebut, maka diperlukan sistem pertanian lain yang mampu mengurangi kerusakan lingkungan namun tetap mempertahankan produktivitas. Salah satu sistem tersebut dikenal dengan agroekologi yang merupakan sistem ramah lingkungan dengan prinsip-prinsip sederhana yang mengutamakan kelestarian lingkungan. Sistem ini juga mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat 2

18 meningkatkan hasil panen dan mengurangi dampak kurang baik pada lingkungan. Agroekologi menggambarkan keterkaitan antara alam dan sosial yang merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi, agroekologi juga sering disebut dengan pertanian berkelanjutan yang dapat berfungsi untuk menjaga ketahanan pangan dan keseimbangan ekologi. Ketahanan pangan merupakan hal yang menjadi perhatian pemerintah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. Berdasarkan teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk meningkat berdasarkan deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan meningkat berdasarkan deret hitung, diprediksikan bahwa akan terjadi krisis pangan pada waktu tertentu. Data menunjukkan pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan kebutuhan pangan pokok akan meningkat. Gambar 1 berikut ini menunjukkan trend peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia dan pertumbuhan produksi padi Indonesia pada tahun Jumlah Populasi(ribu jiwa) dan Produksi Padi (ton) Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Produksi Sumber : Biro Pusat Statistik (2005), Departemen Pertanian (2010) Gambar 1. Jumlah Penduduk Indonesia dan Produksi Padi Indonesia Tahun

19 Gambar 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk dan jumlah produksi padi semakin meningkat setiap tahunnya. Trend menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi padi. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi terhadap produk pangan terutama dalam kebutuhan beras juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan, mendorong pemerintah untuk meningkatkan kegiatan pertanian, seperti pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan. Degradasi lahan dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertanian akan mengurangi produksi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satunya adalah penciptaan sistem-sistem baru di bidang pertanian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pretty et al (2002) menyebutkan beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pangan. Solusi pertama adalah melakukan pembukaan lahan baru tetapi akan menyebabkan kerusakan biodiversity. Solusi kedua adalah melakukan revolusi hijau, namun bergantung pada penggunaan input eksternal seperti pupuk kimia dan pestisida yang akan menyebabkan pencemaran tanah. Solusi ketiga adalah penarapan pertanian berkelanjutan (agroekologi) yang memperhatikan prinsip ekologi, keselarasan dengan manusia, masyarakat, dan budaya. Penerapan agroekologi dapat merubah produksi pertanian menjadi lebih berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta mengurangi penggunaan input eksternal (Alteiri, 1995). Penerapan sistem agroekologi dinilai dapat menjadi solusi pertanian dimasa mendatang. Para ahli 4

20 agroekologi hingga saat ini terus melakukan inovasi, sosialisasi, dan pemberian pengetahuan tentang agroekologi kepada masyarakat umum. Sosialisasi dari hasil penelitian tentang penerapan agroekologi memberikan hasil. Terlihat dari sejumlah negara yang telah berhasil menerapkan sistem agroekologi. Amerika Latin dengan penerapan agroekologi mampu memenuhi 41% kebutuhan domestik. Sekitar 80% petani di Afrika mengelola sumberdaya yang terbatas berdasarkan kearifan lokal. Petani menggunakan tanaman polongan sebagai pengikat nitrogen, bukan menggunakan pupuk dan pestisida. Sekitar 12,500 keluarga petani di Ethiophia telah mengadopsi pertanian berkelanjutan, dan hasil tanaman meningkat 60%. Empat puluh lima keluarga petani di Guatemala dan Honduras yang telah menerapkan agroekologi, mengalami peningkatan hasil panen dari kg/ha menjadi kg/ha. Petani menggunakan pupuk hijau, tanaman penutup, potongan rumput sekeliling, dan pupuk kandang. Sementara di Indonesia, sudah ada beberapa petani kecil yang menerapkan agroekologi. Beberapa desa yang ada di Kabupaten Bogor, telah mencoba melakukan agroekologi secara intensif. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa agroekologi mempunyai keunggulan dari sisi konservasi lingkungan secara berkelanjutan, keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial bagi keluarga petani dan masyarakat. Sehingga dapat menjadi alternatif solusi pertanian masa mendatang, yang mampu menghadapi tekanan lingkungan dan krisis pertanian pada abad 21. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa agroekologi dapat memberikan keuntungan dan manfaat dari sisi lingkungan, ekonomi dan sosial. Namun manfaat tersebut hingga saat ini belum dikuantifikasi. 5

21 Sehingga, penelitian mengenai estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan pengaruh agroekologi terhadap kesejahteraan petani ini perlu untuk dilakukan Perumusan Masalah Provinsi Jawa Barat merupakan sentra poduksi padi dan hasil pertanian non pangan lainnya. Pertanian selalu mengalami perubahan dan mengikuti pembangunan yang ada. Sehingga sistem pertanian yang dilakukan juga berubah dengan adanya perkembangan teknologi dan inovasi dalam pencapaian hasil yang maksimum. Sistem pertanian yang diterapkan akan mempengaruhi hasil pertanian dan keberlanjutan dari pertanian itu sendiri. Keberhasilan suatu pertanian ditentukan oleh keadaan lingkungan yang mendukung kegiatan pertanian dalam memproduksi suatu komoditas pertanian. Prinsip-prinsip ekologi, sosio-kultural, dan ekonomi merupakan hal mendasar dalam sistem agroekologi untuk mencapai keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan (Winangun, 2005). Pengembangan pertanian berkelanjutan dalam hal ini adalah agroekologi. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menjaga kondisi lingkungan dan meningkatkan hasil pertanian yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani. Penelitian menyebutkan bahwa masih banyak petani yang menganggap sistem pertanian ini tidak menguntungkan (Serikat Petani Indonesia, 2010) 2. Petani yang telah bergantung pada input eksternal menganggap agroekologi tidak menguntungkan secara ekonomi karena hasil yang didapat akan lebih kecil dibandingkan ketika petani menggunakan bahan kimia. Beberapa desa di 2 Diakses: 19 Mei

22 Kabupaten Bogor, telah mencoba menerapkan agroekologi. Sejauh mana penerapan agroekologi di lokasi ini belum dikaji secara serius. Sehingga, penelitian tentang estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani perlu dilakukan untuk mengkaji penerapan sistem agroekologi lebih lanjut. Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor? (2) Bagaimana manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi? (3) Bagaimana manfaat ekonomi dari penerapan agroekologi dan bagaimana kesejahteran petani yang menerapkan agroekologi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengkaji penerapan sistem agroekologi sehingga dapat berkelanjutan di Kabupaten Bogor. (2) Mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan di Kabupaten Bogor. (3) Menganalisis usahatani agroekologi untuk mengetahui manfaat ekonomi yang dihasilkan dan mengestimasi pendapatan petani sebagai proksi nilai kesejahteraan petani agroekologi di Kabupaten Bogor Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan orang lain sehingga dapat memperoleh wawasan baru mengenai 7

23 agroekologi yang diterapkan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi pengambil keputusan terkait pertanian konvensional. Sehingga dapat mendukung kegiatan petani lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan pertanian berkelanjutan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengestimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan ekonomi dari adanya penerapan sistem agroekologi serta manfaat agroekologi terhadap kesejahteraan petani di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian hanya meliputi proses produksi, potensi, manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan oleh petani serta implikasinya terhadap kesejahteraan petani. 8

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu pencemaran lingkungan akibat dari kegiatan pertanian. Pencemaran terjadi karena usaha dalam peningkatan produksi. Usahatani yang selalu menekankan pada pengolahan tanah yang intensif, penggunaan bibit unggul, pemupukan, irigasi serta pengendalian hama dengan penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia (input eksternal). Penggunaan input-input eksternal ini menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan menurunnya hasil produksi. Penurunan hasil produksi yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, menyebabkan terjadinya kelaparan dan kurang gizi di beberapa tempat. Keadaan ini, memberikan dorongan bagi para ilmuwan untuk melakukan kemajuan di bidang sains dan inovasi teknologi. Sistem pertanian yang terlebih dahulu dilakukan menjadi sebuah permasalahan dalam bidang pertanian. Permasalahan yang dimaksud adalah pertanian terdahulu atau konvensional menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang akan menyebabkan penurunan produksi. Sehingga para ilmuwan memikirkan pengembangan di bidang pertanian yang lainnya. Sekarang ini, telah mulai dikembangkan pertanian yang berprinsip pada ekologi, keselarasan dengan manusia, sosial dan budaya yang mampu meningkatkan hasil produksi pertanian yang dikenal dengan agroekologi (Pretty et al., 2007). Agroekologi adalah bagian dari pertanian berkelanjutan yang menggambarkan hubungan alam, ilmu sosial, ekologi, masyarakat, ekonomi, dan 9

25 lingkungan yang sehat. Agroekologi diterapkan berdasarkan pada pengetahuan lokal dan pengalaman dalam pemenuhan kebutuhan pangan lokal. Agroekologi sebagai pertanian berkelanjutan mempunyai empat konsep sebagai kunci keberlangsungan pertanian yaitu produktivitas, ketahanan, keberlanjutan, dan keadilan (PANNA, 2009). Selain itu, Jiwo (2009) mendefinisikan agroekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan biotik dan abiotik di bidang pertanian, dan secara sederhana dimaknai sebagai ilmu lingkungan pertanian 3. Penerapan pertanian agroekologi berbasis pada ekologi dan berkonsep pada keberlanjutan dari hasil pertanian, lingkungan dan ekologinya. Sistem pertanian ini merupakan pertanian di masa mendatang karena dapat menjadi sebagai alternatif solusi dalam mengatasi krisis pangan. Penerapan sistem pertanian ini mengalami beberapa tantangan, dengan keadaan masyarakat yang belum begitu memahami tentang keadaan lingkungan. Sehingga masih banyak petani atau masyarakat yang lebih memilih menggunakan sistem pertanian konvensional yang berorientasi pada keuntungan. Terkait dengan hal ini, yang dapat membenarkan masyarakat untuk tetap melakukan pertanian konvesional, yaitu tulisan Gliessman dalam bukunya The Ecological Sustainable Food System mengatakan bahwa awal perkembangan pertanian agroekologi hanya di fokuskan pada skala kecil, sehingga tidak dapat memenuhi pangan global (Gliessman, 2007). Masyarakat mengartikan bahwa agroekologi tidak dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Oleh karena itu, informasi tentang 3 Diakses tanggal: 26 Mei

26 agroekologi baik itu keuntungan maupun perkembangan, dan penerapan masih perlu disosialisasikan. Agroekologi memberikan pengetahuan dan metodologi yang dibutuhkan untuk pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, produktif, dan menguntungkan secara ekonomi. Beberapa negara telah menerapkan sistem pertanian agroekologi, diantaranya petani kecil di Mexico, Guatemala, Honduras, Nicaragua, Afrika, Amerika Serikat, serta Indonesia. Penerapan agroekologi di masing-masing negara mempunyai strategi yang berbeda-beda. Seperti yang dilakukan oleh petani di Afrika mereka mengubah input menjadi output dengan sistem polikultur. Sistem ini dilakukan oleh petani dalam skala kecil yang dapat memproduksi padi, buah, sayur, dan dapat juga menghasilkan binatang ternak. Selanjutnya, penerapan pertanian agroekologi di Mexico cenderung pada pertanian organik dengan pengaturan perputaran waktu panen, penggunaan pupuk organik, dan irigasi air yang bersih (PANNA, 2009). Adapun strategi lain dari penerapan agroekologi yaitu sistem agroforestry. International Council for Research in Agroforestry mendefinisikan agroforestry sebagai suatu sistem pengolaan lahan yang berasaskan kelestarian, yang dapat meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Pertanian ini juga menerapkan cara pengelolaannya sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. Nair (1982) mendefinisikan agroeforestry sebagai suatu nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dimana tanaman keras berkayu ditanaman bersamaan dengan tanaman pertanian dan hewan, dengan tujuan peningkatan hasil. Selain itu, agroforestry menggunakan sistem 11

27 tanaman penutup, sistem ini menggunakan tanaman polong sebagai pengganti pupuk tanah, meningkatkan keadaan biologi dan melindungi dari hama (Finch dan Sharp, 1976) dalam (Alteiri, 1995). Sedangkan di Indonesia penerapan pertanian agroekologi lebih cenderung kepada pertanian tradisional. Pertanian tradisional adalah pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin, dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian (Serikat Petani Indonesia, 2010). Penerapan pertanian ini bertujuan memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Petani melakukan usahatani dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan manfaat (profit dan benefit) yang maksimum dalam proses produksi. Usahatani adalah organisasi dari alam (lahan) dan merupakan upaya petani dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, tenaga kerja, modal dan lainlain) yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian yang sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2008). Usaha yang dilakukan petani pun berbagai macam, seperti penggunaan pupuk dan pestisida untuk dapat meningkatkan hasil produksi. Selain itu, petani mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam penerapan sistem-sistem pertanian untuk dapat memperoleh keuntungan dan manfaat yang maksimum. Gittinger (1986) mendefinisikan manfaat adalah sesuatu yang membantu suatu tujuan usaha. Lebih lanjut Gittinger (1986) menjelaskan bahwa manfaat nyata proyek-proyek pertanian dapat diperoleh dari kenaikan nilai 12

28 produksi dan pengurangan biaya. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran (biaya), dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC...(2.1) Dimana: Π = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Dapat dijabarkan: TR = P*Q dan TC = Px*Qx...(2.2) Sehingga dapat dituliskan: Π = P*Q Px*Qx.(2.3) Dimana: P = Harga output (Rp/unit) Q = Jumlah output yang dihasilkan (Unit) Px = Harga input (Rp/unit) Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit) Kriteria yang digunakan: Π = 0 ; maka titik impas Π > 0 ; maka untung Π < 0 ; maka rugi Setelah melakukan sistem perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, petani dapat memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan menggambarkan potensi ekonomi dan baiknya suatu usaha untuk dilakukan. Petani akan menerapkan sistem pertanian yang mempunyai potensi ekonomi yang baik dan memberikan manfaat bagi petani. Selanjutnya Gittinger (1986) memaparkan beberapa aspek penting dalam menentukan keuntungan yang akan diperoleh dari penanaman investasi. Adapun aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keuntungan adalah aspek teknis, institusional, sosial, komersil, finansial, dan ekonomi. 13

29 Keuntungan dan manfaat usahatani agroekologi di Indonesia sudah dirasakan oleh Budi Santoso seorang petani di Lampung. Penerapan agroekologi mampu menghemat input produksi pertanian sebesar 50%, selain itu keuntungan lain yang diperoleh adalah kemampuan memproduksi tanaman tomat dan kopi dalam lahan yang sama 4. Keuntungan dan manfaat agroekologi dapat dilihat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alteiri (1991) yang menyatakan bahwa agroekologi potensial dalam melawan kelaparan. Penelitian Alteiri menyatakan analisis potensi ekonomi dari penerapan agroekologi dapat dilakukan dengan pendekatan efisiensi penggunaan input bagi petani. Penelitian Alteiri mengenai perbedaan penggunaan input dilakukan pada pertanian industri dan agroekologi. Peningkatan produksi pada pertanian industri (A) membutuhkan input eksternal yang tinggi dan menghasilkan karbon yang juga tinggi sebagai hasil dari penyederhanaan sistem produksi, yang dapat mengurangi variasi tanaman serta produktivitas yang rendah. Pertanian agroekologi (C) tidak menghasilkan karbon yang tinggi karena penggunaan input ektsternal yang rendah. Penggunaan input eksternal yang rendah mampu meningkatkan produksi dan produktivitas. Penggunaan input eksternal dapat menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih tinggi bagi petani. Penilaian terhadap biaya karbon bahwa pertanian industri akan menghasilkan karbon yang lebih tinggi sehingga muncul biaya sosial yang akan menyebabkan biaya pada pertanian industri lebih tinggi dibandingkan dengan 4 SPI. Diakses: tanggal 8 Juni

30 agroekologi. Biaya sosial adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen atau perusahaan ketika biaya kerusakan lingkungan akibat proses produksi dibebankan pada perusahaan atau produsen. Selanjutnya, pengembangan pertanian industri kurang ramah lingkungan dibandingkan agroekologi yang lebih cenderung pada pengetahuan lokal dalam mengelola lingkungan. Pengetahuan lokal masyarakat tentang lingkungan meliputi pengetahuan tentang merawat tanah secara tradisional, mencegah hama tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada disekitar, dan melakukan siklus tanam yang dapat menjaga kesuburan tanah. Berikut Gambar 2 menunjukkan perbandingan antara pertanian agroekologi dan pertanian industri. Persediaan pangan per unit lahan/air C C= Agroekologi, input eksternal rendah dan beragam A = Industrial, (tinggi input produksi eksternal) A B= produtivitas saat ini B Rendah...DayaAdaptasi/kenyal. Tinggi Tinggi.....Biaya karbon...rendah Tinggi...Ketahanan Pangan.Tinggi Rendah...pengetahuan lokal Tinggi Sumber: Diadopsi dan Modifikasi dari Mulvany (2010). Gambar 2. Perbandingan Agroekologi terhadap Pertanian Industri. 15

31 2.3. Pengaruh Penerapan Agroekologi terhadap Pendapatan Petani Penerapan agroekologi dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan. Dampak yang baik bagi lingkungan dikarenakan dalam penerapan pertanian ini berkonsep pada ekologi, dengan melakukan pengurangan atau menghilangkan penggunaan input kimia, mengganti manajemen pertanian untuk mendapatkan nutrisi tanaman dan melindungi tanaman dari hama (Alteiri, 1993). Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan, yaitu: lebih menekankan pada sistem penerapan agroekologi (Gliessman, 2007), dimensi baru agroekologi (Clements dan Anil, 2004), prinsip dan strategi pertanian berkelanjutan dalam sistem pertanian (Alteiri, 1995), dan pertanian agroekologi dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk miliaran orang (Pretty, 2002). Penelitian yang menunjukan pengaruh pendapatan petani dengan adanya penerapan agroekologi telah dilakukan oleh PANNA, yang menunjukan adanya keuntungan dari penerapan pertanian ini. Salah satunya adalah peningkatan terhadap pendapatan rumah tangga bagi petani. Namun, penelitian yang mengestimasi manfaat agroekologi dan estimasi pendapatan petani belum banyak dilakukan. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Melakukan estimasi pendapatan petani, perlu menguasai beberapa konsep yang berkaitan dengan pendapatan petani yaitu konsep usahatani, konsep pendapatan petani, dan konsep pemasaran Konsep Usahatani Petani agroekologi mempunyai strategi dalam melakukan peningkatan dan pengembangan hasil pertaniannya. Strategi yang dilakukan oleh sebagian petani di Indonesia yaitu pertanian yang bersumber dari tradisi pertanian keluarga atau 16

32 pertanian tradisional. Strategi ini dilakukan oleh sekelompok petani yang sering dikenal dengan usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, dan benih) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani meningkat. Selanjutnya Rahim dan Hastuti (2008) mengklasifikasikan usahatani sebagai berikut: a. Usahatani Perorangan Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Kelebihannya dapat bebas mengembangkan pertaniannya, sedangkan kelemahannya kurang produktif. b. Usahatani Kolektif Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama-sama atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasai oleh kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota. c. Usahatani kooperatif Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama-sama Konsep Pendapatan Petani Usahatani dapat dikatakan berhasil dengan melakukan estimasi pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh 17

33 dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga didefinisikan oleh Rahim dan Hastuti (2008) sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau pendapatan total dan pendapatan bersih. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total, sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan petani dengan biaya yang digunakan dalam produksi usahatani. Biaya atau pengeluaran usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang digolongkan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contoh: biaya sewa lahan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang akan berubah ketika terjadi penambahan satu-satuan output yang diproduksi (Soekartawi dan Brian, 1986) Konsep Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Rahim dan Hastuti, 2008). Sedangkan (Sudiyono, 2002) dalam (Rahim dan Hastuti, 2008) mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen. Pemasaran dalam hal ini adalah pemasaran komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Output yang dihasilkan dengan penerapan sistem pertanian ini tidak begitu memiliki perbedaan 18

34 dengan hasil pertanian organik. Namun, karena sistem pertanian yang baru dan tentunya produk yang dihasilkan juga harus dipromosikan terlebih dahulu melalui sistem pemasaran. Sehingga, diperlukannya lembaga pemasaran untuk dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap komoditas sesuai waktu, tempat yang sesuai dengan permintaan konsumen. 19

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: definisi dan perkembangan agroekologi, estimasi manfaat agroekologi terhadap ekonomi dan lingkungan, serta estimasi kesejahteraan petani agroekologi Definisi dan Perkembangan Agroekologi Pertumbuhan populasi yang semakin meningkat diprediksikan oleh Malthus akan menyebabkan krisis pangan di masa yang akan datang. Adanya prediksi tersebut, menyebabkan dorongan pada sektor pertanian untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan. Sektor pertanian bergerak dengan penciptaan teknologi dan inovasi yang baru. Salah satu inovasi yang dilakukan dari sektor pertanian yaitu perbaikan sistem pertanian. Sistem pertanian yang diterapkan pada suatu tempat akan menentukan hasil pertanian yang dihasilkan dan mempengaruhi keadaan lingkungan. Sistem pertanian yang umum diterapkan oleh petani di Indonesia adalah sistem pertanian konvensional. Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan input eksternal untuk meningkatkan hasil produksi usahatani guna memaksimumkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan ini secara tidak langsung dapat merusak lingkungan, karena petani lebih cenderung menggunakan input eksternal seperti pestisida, pupuk kimia, benih dan lain-lain. 20

36 Sistem pertanian konvensional ini diterapkan oleh 57% petani yang ada di Indonesia. Sistem pertanian ini juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Namun, sistem pertanian konvensional diduga mempunyai dampak negatif, diantaranya: menyebabkan degradasi dan penurunan kesuburan tanah, merusak vegetasi yang ada di lingkungan, menyebabkan erosi, kerugian ekonomi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan, ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain. Adanya dampak negatif akibat dari penerapan sistem pertanian konvensional, menyebabkan perlunya perkembangan atau inovasi baru dalam ilmu pertanian. Inovasi terdahulu dalam bidang pertanian yang bertujuan menjaga kondisi lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Selain itu, sistem pertanian yang baru dikembangkan saat ini adalah sistem pertanian berkelanjutan yang juga dikenal dengan sistem Agroekologi, yang merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang berdasar pada pengetahuan tradisional dan pengalaman dalam pemenuhan pangan lokal. Agroekologi memperhatikan hubungan alam, sosial, ekologi, budaya, ekonomi, masyarakat, dan keadaan lingkungan. Penerapan pertanian agroekologi telah dilakukan di beberapa negara seperti: Mexico, Afrika, Amerika, Nicaragua, Honduras, Guatemala dan Indonesia Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Penerapan Agroekologi Agroekologi sedang banyak dibicarakan dan disosialisasikan penerapannya. Hal ini dilakukan karena terjadinya isu pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertanian. Penerapan agroekologi dapat menjaga kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan lokal, yang 21

37 memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi, masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga penerapan agroekologi dapat menjadi salah satu alternatif solusi pertanian agar dapat menjaga kondisi lingkungan dan menghindari terjadinya krisis pangan. Penerapan agroekologi memiliki manfaat terhadap lingkungan yang dapat dilihat dari kemampuan penyerapan karbon yang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Ecological Footprint (EF) dan energi input yang digunakan dalam agroekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agronomi Filipina menunjukkan bahwa energi yang digunakan dapat diestimasi melalui Fossil Fuel Based Energy Inputs (FFEI) dan Indirect Fossil Fuel Based Input (IFFEI). FFEI dihitung dengan pengukuran penggunaan minyak atau bahan bakar untuk traktor, pupuk kimia (urea), dan pestisida. Sedangkan IFFEI dihitung dari penggunaan benih dalam agroekologi. Penelitian ini telah melakukan perbandingan manfaat dari sisi input energi antara pertanian konvensional dan agroekologi. Perbandingan energi antara pertanian konvensional dan agroekologi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perbandingan Input Energi pada Pertanian Konvesional dan Agroekologi Lokasi Energi Agroekologi (Mcal/ha) Konvensional (Mcal/ha) Infanta, Quezon FFEI IFFEI 1, , Baco, Oriental Mindaro Total Energi FFEI IFFEI Total Energi 1,834 1, ,712 Sumber: Department of Agronomy, College of Agriculture, Philippines, Keterangan: FFEI: Fossil Fuel Based Energy Inputs IFFEI: Indirect Fossil Fuel Based Input 2,297 2, ,400 22

38 Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pertanian konvensional membutuhkan energi input yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroekologi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung energi input yang digunakan. Secara matematis dapat dituliskan: Total Energi Input (TEI) = FFEI + IFFEI..(3.1) Dimana: FFEI = Bahan bakar minyak + Pupuk kimia + Pestisida...(3.2) IFFEI = Jumlah Benih....(3.3) Dimana: Minyak = M (kg) Pestisida = E (kg) Pupuk = P (kg) Jumlah Benih = B (kg) Sehingga Total Energi Input (TEI) dapat dijabarkan menjadi: TEI = M + E + P + B..(3.4) Rumus ini dapat digunakan untuk melihat energi yang digunakan dalam suatu sistem pertanian, khususnya dalam penelitian ini yaitu energi yang digunakan dalam agroekologi dan konvensional. Energi yang digunakan yaitu penggunaan bahan kimia dan penggunaan benih. Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus, karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan meminimumkan penggunaan input eksternal. Berimplikasi pada pengurangan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam proses produksi. Namun, masih banyak petani yang mengelola pertaniannya dengan sistem konvensional. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang manfaat 23

39 ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi. Namun, ada beberapa penelitian yang menyebutkan kelebihan agroekologi dibandingkan pertanian biasa (pertanian industri) salah satunya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Alteiri (1991). Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan agroekologi dan pertanian biasa (pertanian industri). Tabel 2. Perbandingan Pertanian Industri dan Agroekologi Karakteristik Pertanian Industri Pertanian Agroekologi Tanaman panen Wilayah tanam Sistem tanam yang dominan Input dominan Dampak lingkungan Biaya keahlian dan sumberdaya yang dibutuhkan Sumber: Alteri (1991) Beras, gandum, jagung dan sedikit yang lainnya Tanah datar, area irigasi Monokultur, tanaman yang seragam Bahan kimia, mesin, dan eksternal input Sedang -tinggi (polusi kimia, erosi, ketahanan terhadap pestisida, dll) Relatif tinggi Tanaman konvensional dan satu disiplin ilmu dan keahlian Semua tanaman pangan Semua lahan Polikultur, tanaman yang beragam Penggunaan nitrogen, kontrol hama dengan biologikal, organik, bergantung pada alam. Rendah- sedang (nutrisi) Relatif rendah Ekologi dan banyak ilmu yang dikombinasikan Tabel 2 menunjukan bahwa agroekologi mempunyai keuntungan dalam beberapa hal salah satunya dapat dilihat dari sisi biaya. Biaya pada pertanian industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada agroekologi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Departemen Agronomi, Filipina menunjukkan perbandingan pendapatan petani konvensional dengan petani Low External Input Suistanable Agriculture (LEISA) yang dikenal di Indonesia sebagai agroekologi. Hasil penelitian di dua tempat di Filipina tentang pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. 24

40 Tabel 3. Perbandingan Pendapatan (dalam USD per ha) Pertanian Konvensional dan Agroekologi Tempat Agroekologi Konvensional Infanta, Quezon Baco, Oriental Mindoro Sumber: Department Agronomy, College of Agriculture (2002). Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani di Infanta, Quezon yang menerapkan agroekologi adalah $ /ha sedangkan di lokasi yang sama, dengan penerapan sistem pertanian konvensional hanya sebesar $ /ha. Penelitian ini dilakukan dengan metode penghitungan Net Revenue (Department Agronomy, College of agriculture, 2002), secara matematis dapat ditulis: Net Revenue (NR) = Gross Revenue (GR) Total Cost (TC) (3.5) Dimana: GR = Pg x Qg (USD/ton) TC = Cash Cost + Non cash cost (USD/ha) Pg = harga gabah (USD) Qg = jumlah gabah yang dihasilkan (ton/ha) Beberapa penelitian menunjukan potensi ekonomi dan manfaat dari penerapan agroekologi. Potensi ekonomi ini dapat ditunjukkan melalui Net Revenue, Pendapatan, dan analisis kelayakan usahatani. Namun, Penelitian mengenai estimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi masih jarang dilakukan. Sehingga, penelitian ini masih perlu dilakukan Estimasi Pendapatan Petani Agroekologi Pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan harga jual terhadap output yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan petani dapat dipengaruhi oleh sistem pertanian yang digunakan yang berkaitan 25

41 dengan penggunaan input. Berdasarkan hasil penelitian terdahalu oleh The International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD) yang menunjukan bahwa pertanian agroekologi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas per unit area dengan penggunaan input eksternal yang rendah. Proses produksi pada pertanian agroekologi sama halnya dengan pertanian lainnya. Produksi suatu output melibatkan hubungan antara faktor produksi (input) dan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Faktor produksi dalam penerapan pertanian agroekologi meliputi sarana dan prasarana produksi. Estimasi pendapatan petani dapat dilakukan dengan melihat faktor produksi yang digunakan dan jumlah output yang dihasilkan (Gittinger, 1986). Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC.. (3.6) dimana: Π = pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) Sedangkan TR = (Yi* PYi) TC = Total Biaya (Rp) TC = (TFC + TVC) dimana: Yi = Jumlah output yang dijual (unit) TVC = Total biaya variabel (Rp) PYi = Harga output yang dijual (Rp/unit) TFC = Total biaya tetap (Rp) Lebih lanjut dapat dijabarkan menjadi: Π = (Yi* PYi) - (TFC + TVC) (3.7) kriteria yang digunakan: Π = 0 ; maka titik impas, Π > 0 ; maka untung, Π < 0 ; maka rugi Analisis manfaat-biaya juga dapat dilakukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi yang diperoleh petani ketika menerapkan agroekologi. Penerapan agroekologi dikatakan menguntungkan ketika nilai B/C rasionya lebih 26

42 besar dari satu (Gittinger, 1986). Rumus B/C rasio dapat dituliskan sebagai berikut: B/C =.(3.3) dimana: Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) 1/(1+i) = discount factor n = umur proyek (tahun) kriteria yang digunakan: B/C 1 ; menunjukan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan manfaat yang lebih besar atau sama dengan satu. B/C <1 ; menunjukan bahwa setiap penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan manfaat kurang dari satu atau sama dengan satu. Manfaat yang diperoleh petani dalam hal ini bisa merupakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa hasil yang bisa menghasilkan nilai berupa pendapatan petani dan langsung dirasakan oleh petani. Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu manfaat pada lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat dengan hasil pertanian yang dihasilkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesa yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Agroekologi dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya. 2. Penurunan biaya produksi akan meningkatkan pendapatan petani. 3. Agroekologi dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 27

43 3.2. Kerangka Operasional Adanya pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produktivitas pangan, maka dapat diprediksikan akan terjadi krisis pangan di masa mendatang. Populasi penduduk yang meningkat di Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan Indonesia meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan pertanian terutama pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini menggambarkan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian pertama yaitu mengkaji perkembangan agroekologi dan mengetahui pemahaman masyarakat atau petani tentang manfaat agroekologi. Tujuan kedua mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi, dengan melakukan penghitungan Ecological Footprint yang merupakan indikator dampak terhadap lingkungan akibat dari aktivitas manusia. Selanjutnya, mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi kesejahteraan petani, dengan melihat konsep usahatani, konsep pendapatan, dan konsep pemasaran. Kemudian setelah melakukan tahapan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi bagi para penggerak sektor pertanian dalam hal ini stakeholder sehingga penerapan pertanian agroekologi dapat dilaksanakan guna mengurangi kerusakan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka untuk mencapai tujuan penelitian, berikut tersaji pada Gambar 3. 28

44 Peningkatan Populasi Kebutuhan Pangan Pertanian Konvensional Kerusakan Lingkungan Agroekologi Estimasi Manfaat agroekologi Terhadap Lingkungan Estimasi Kesejahteraan Petani Agroekologi Perkembangan agroekologi Rekomendasi Penerapan Agroekologi Sumber: Penulis (2010) Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian 29

45 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem agroekologi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Februari 2010, sedangkan pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Juli sampai September Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden (petani). Adapun yang termasuk data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai penerapan agroekologi, manfaat ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi, penerimaan dan pengeluaran petani. Sedangkan data sekunder adalah data yang menyangkut kondisi umum Kabupaten Bogor, yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat, dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian yang diperoleh dari instansiinstansi terkait. Data sekunder yang lain adalah data mengenai pertumbuhan populasi dan pertumbuhan pangan yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Penentuan Jumlah Responden atau Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden. Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive 30

46 sampling). Responden dalam penelitian ini adalah petani agroekologi. Responden yang dipilih sebanyak 35 orang yaitu 15 responden petani Pasir Honje dan 20 responden petani Cidokom. Perbedaan jumlah responden yang diambil dari masing-masing lokasi karena disesuaikan dengan jumlah petani yang telah menerapkan agroekologi Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer yaitu menggunakan program Microsoft excel Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Tabel Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data Mengkaji penerapan sistem agroekologi Mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor 3. Mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi nilai kesejahteraan petani dan menganalisis kelayakan usahatani agroekologi untuk melihat manfaat ekonomi yang dihasilkan Sumber: Penulis (2010) Data primer Data primer Data primer Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan komputer program Microsoft excel 2007 Analisis kuantitatif dengan menggunakan program Microsoft excel

47 Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi Perkembangan agroekologi di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dapat diketahui dengan melakukan wawancara kepada responden. Pertanyaan yang diberikan kepada responden mengenai pengetahuan responden tentang sejarah agroekologi atau cerita lokal tentang agroekologi, sistem penerapan agroekologi yang meliputi: cara petani melakukan perawatan tanah (cara mencangkul dan pemupukkan), penangkaran benih yang dilakukan, cara pengendalian hama, serta sistem pengaturan air. Selanjutnya, diestimasi manfaat yang dirasakan petani setelah menerapkan agroekologi Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi. Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dilakukan secara kuantitatif. Kuantifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui pendekatan Ecological Footprint (EF) pada sistem agroekologi. Ecological Footprint (EF) Ecological Footprint (EF) merupakan salah satu indikator untuk melihat dampak lingkungan akibat dari aktivitas manusia. EF tidak dapat di kalkulasi secara moneter, tetapi dapat dilakukan penghitungan dengan melihat area yang dibutuhkan sumberdaya dalam menghasilkan output. EF ini akan digunakan dalam sistem agroekologi, yang merupakan sistem pertanian yang memperhatikan siklus ekosistem dan berdasar pada tradisi zaman dahalu yang memberikan manfaat terhadap lingkungan. Perhitungan EF sebagian besar menggunakan pendekatan konsumsi energi dalam sistem pertanian yang dikonversi dengan 32

48 faktor konversi. Adapun faktor konversi energi yang digunakan dalam ecological footprint seperti pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Faktor Konversi Energi 1 l bahan bakar 35 Mega Joule (MJ) 1 Giga Joule (EF) 0.01 ha 1 hari kerja 6.5 Mega Joule (MJ) Sumber: Lustigova dan Kuskova (2006) Energi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Energi bahan bakar yang diperhitungkan adalah merupakan input dalam proses produksi yaitu, bahan bakar yang dibutuhkan untuk pengangkutan benih, pembajakan, pemanenan, dan lain-lain. Secara matematis total energi tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut: Energy of Fuel (E f ) = BT + BP + BC + BH...(4.1) Dimana: BT : Bahan bakar pengangkutan benih (liter/ha) BP : Bahan bakar pembajakan (liter/ha) BC : Bahan bakar penanaman (liter/ha) BH : Bahan bakar pemanenan (liter/ha) Nilai EF bahan bakar diperoleh dengan mengalikan nilai energi bahan bakar dengan faktor konversi bahan bakar, maka: EF f = nilai energi bahan bakar x faktor konversi bahan bakar (4.2) Energi tenaga kerja yang diperhitungkan adalah jam kerja yang dibutuhkan oleh petani untuk melakukan pengangkutan benih, pembajakan, penanaman, dan pemanenan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Energy of Labour (E L ) = Th + Ph + Ch + Hh.....(4.3) Dimana: Th : Jam kerja pengangkutan benih (jam/ha) Ph : Jam kerja pembajakan (jam/ha) Ch : Jam kerja Penanaman (jam/ha) Hh : Jam kerja pemanenan (jam/ha) 33

49 Nilai EF tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan nilai energi tenaga kerja dengan faktor konversi tenaga kerja. Sehingga: EF L = nilai energi tenaga kerja x faktor konversi tenaga kerja (4.4) Nilai EF f dan EF L kemudian dikonversi dalam satuan hektar (ha) untuk menggambarkan luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi pada lahan tersebut. Apabila luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 lebih besar dari luas lahan yang ada maka akan terjadi ecological deficit yang menunjukkan bahwa terjadinya penggunaan sumberdaya yang berlebihan. Sehingga, akan menyebabkan degradasi lingkungan. Sebaliknya, jika luas lahan yang diperlukan untuk penyerapan CO 2 lebih kecil dari luas lahan yang ada, maka ecological deficit tidak terjadi artinya kondisi lingkungan tetap lestari dan terjaga dari kerusakan (Lustigova and Kuskova, 2006) Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Agroekologi dan Kesejahteraan Petani Analisis kelayakan usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pendapatan petani, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja. Menurut Soekartawi dan Brian (1986) pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. secara umum pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dalam proses produksi suatu produk. Secara matematis pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC...(4.5) 34

50 Dimana: Π = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Dapat dijabarkan: TR = P*Q dan TC = Px*Qx...(4.6) Sehingga dapat dituliskan: Π = P*Q Px*Qx.. (4.7) Dimana: P = Harga Output (Rp/unit) Q = Jumlah Output yang dihasilkan (Unit) Px = Harga Input (Rp/unit) Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit) Kriteria yang digunakan: Π = 0 ; maka titik impas Π > 0 ; maka untung Π < 0 ; maka rugi Estimasi pendapatan petani dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi. Kesejahteraan petani dilihat dengan menggunakan indikator pendapatan minimum provinsi tahun Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2010, upah minimum provinsi Jawa Barat adalah Rp 568, per bulan. Apabila pendapatan petani lebih besar dari Rp 568, per bulan maka petani dikatakan sejahtera, dan sebaliknya apabila pendapatan petani berada di bawah Rp 568, maka petani dikatakan tidak sejahtera 5. Selain itu, analisis yang dilakukan yaitu analisis R/C ratio untuk mengatahui keuntungan yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Rasio 5 Di akses: 30 Juni

51 penerimaan dan pengeluaran dipakai untuk mengukur efisiensi input-output. Secara matematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut. R/C ratio =..(4.8) kriteria yang digunakan: R/C > 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan lebih dari satu rupiah (menguntungkan). R/C < 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan kurang dari satu rupiah (merugikan). R/C = 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan satu rupiah (keuntungan normal). Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja persatuan waktu (Ravianti, 1986) dalam (Agus et al., 2006), yaitu: Produktivitas tenaga kerja = Kriteria pengujian: P R J JKO (4.9) Jika produktivitas TK > upah usahatani agroekologi maka usahatani agroekologi layak untuk diusahakan. Jika produktivitas TK < upah usahatani agroekologi maka usahatani agroekologi tidak layak untuk diusahakan. 36

52 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian yang sangat subur dengan keadaan iklim, hidrologi, dan topografi yang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Pemerintah Kabupaten Bogor, 2009) Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Leuwiliang tepatnya Desa Pasir Honje sebagai daerah penerapan sistem agroekologi, terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan yang termasuk daerah pengembangan wilayah Barat yang berada pada ketinggian m di atas permukaan laut. Kecamatan Leuwiliang dibatasi oleh beberapa daerah, yaitu: Sebelah Utara Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah Timur : Kecamatan Rumpin : Kabupaten Sukabumi : Kecamatan Leuwisadeng : Kecamatan Cibungbulang Total luas wilayah Leuwiliang ± 6, Ha, yang dimanfaatkan sebagai sawah 1, Ha, pekarangan Ha, perumahan 1, Ha, ladang 2, Ha, empang Ha, kuburan Ha, dan Ha. Wilayah Lewiliang ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai lahan ladang dan sawah karena sesuai dengan keadaan iklim daerah tersebut. Keadaan iklim dan cuaca di Leuwiliang sangat cocok untuk menanam padi dan tanaman ladang. 37

53 Iklim dan Hidrologi Kondisi iklim Kecamatan Leuwiliang didapat dari data sekunder hasil pendataan kecamatan Leuwiliang. Rata-rata curah hujan yang tercatat per tahun sekitar mm, dengan jumlah hari curah hujan terbanyak sebanyak hari. Suhu maksimum daerah ini adalah 35 0 C dan suhu minimum adalah 30 0 C. Keadaan suhu yang relatif panas dan dengan sebaran curah hujan yang cukup mendukung untuk daerah ini menjadi kawasan pertanian yang potensial bagi penduduk masyarakat setempat. Sebagian besar dari penduduk Leuwiliang memanfaatkan lahan sebagai lahan persawahan karena sesuai dengan iklim yang ada, padi dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Selain itu, petani juga memanfaatkan tanaman lain yang diduga cocok pada iklim yang ada seperti tanaman duku, durian, pete, dan lain-lain Topografi Kondisi topografi Leuwiliang cukup beragam, dengan ketinggian yang berbeda. Bentuk wilayah terdiri dari 70% dataran, 20% berombak sampai berbukit, dan 10% berbukit sampai bergunung Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Ruang lingkup kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari aspek pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Kecamatan Leuwiliang terdiri dari 48 dusun dan 126 RW dan 418 RT yang tercakup dalam 11 desa. Penduduk Kecamatan Leuwiliang sampai akhir bulan Desember 2009 tercatat sebanyak 26,471 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk terbanyak 113,345 jiwa yang terdiri dari laki-laki 58,360 jiwa dan perempuan 54,961 jiwa, rata-rata kepadatan penduduk 0.53 jiwa/km 2 dan rata-rata penyebaran penduduk 4 jiwa/km 2. Jumlah 38

54 populasi penduduk tersebut sekitar 35,989 berumur antara tahun yang merupakan usia angkatan kerja produktif. Masyarakat Kecamatan Leuwiliang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang yaitu 9,213 orang (34.80%), dan buruh 7,974 orang (30.10%). Masyarakat yang hidupnya dari bertani yaitu 3,159 (11.90%) dan 23.20% lainnya adalah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan bekerja di bagian jasa. Penelitian ini difokuskan pada masyarakat yang bekerja sebagai petani. Masyarakat petani yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka sedikit sekali yang dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, dan sebagian besar masyarakat hanya berpindidikan tamatan SD. Kondisi kesehatan masyarakat petani dapat terpenuhi karena di wilayah ini dikembangkan berbagai sarana kesehatan seperti puskesmas, bidan desa, balai pengobatan, dokter praktek swasta, apotek serta laboraturim. Disamping itu, telah dikembangkan juga sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, pada saat ini tercatat 222 posyandu dengan jumlah kader aktif 299 orang. Selanjutnya ada rumah sakit yang mempunyai sarana rawat inap yaitu rumah sakit daerah Leuwiliang. Persediaan prasarana kesehatan ini sangat membantu masayarakat untuk selalu dapat menjaga kesehatan mereka. Kondisi sosial dapat dilihat dari kategori penduduk miskin yang ada di daerah ini dengan alasan ekonomi dan non ekonomi. Kondisi sosial kesejahteraan keluarga Leuwiliang dapat dikategorikan sebagai keluarga pra KS berjumlah 4,895 KK (28,728) jiwa dan keluarga KS I berjumlah 4,877 (20,294) jiwa, keluarga KS II berjumlah 6,058 KK (20,294) jiwa, kategori keluarga KS III berjumlah 2,496 KK dan keluarga sejahtera III plus 952 KK. 39

55 Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana fisik yang dirasakan oleh masyarakat Leuwiliang adalah jalan penghubung antar desa. Prasarana yang disediakan pemerintah Leuwiliang dirasakan sudah cukup memenuhi untuk kelancaran aktivitas masyarakat. Sarana yang disediakan seperti prasarana pengairan dan alat transportasi, jalan, dan jembatan. Kebutuhan di bidang prasarana ekonomi yang dibutuhkan dan disediakan oleh pemerintah Leuwiliang adalah fasilitas pemodalan. Selama ini masyarakat Leuwiliang mendapat modal dari sistem koperasi, di daerah ini terdapat dua koperasi unit desa. Sumber modal yang lain berasal dari penjualan hasil panen dan bantuan dari kelompok usahatani yang mereka miliki. Selain itu, sarana perekonomian yang disediakan pemerintah agar petani dapat menjual hasil panen dengan mudah yaitu pasar umum, di daerah ini terdapat lima pasar umum yang terjangkau oleh petani sehingga petani dapat menjual hasil panen secara langsung Kecamatan Rumpin Penelitian juga dilakukan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Rumpin merupakan kawasan pertanian yang sangat subur dengan keadaan iklim, hidrologi, dan topografi yang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Pemerintah Kabupaten Bogor, 2009) Letak dan Luas Kecamatan Rumpin terletak pada koordinat georgrafis antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan administrasi 40

56 pemerintahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat memiliki luas 2,561,416 Ha. Kecamatan Rumpin dibatasi oleh beberapa wilayah, yaitu: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Utara Sebelah Barat : Provinsi Banten : Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Leuwiliang : Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Parung : Kecamatan Parung Panjang dan Cigudeg Secara administratif Kecamatan Rumpin meliputi 13 desa yaitu Desa Leuwibatu, Cidokom, Gobang, Cibodas, Rabak, Kp. Sawah, Rumpin, Cipinang, Sukasari, Tamansari, Sukamulya, Kertajaya, dan Mekarsari. Kecamatan Rumpin yang terdiri dari beberapa desa ini mempunyai satu kesatuan yang kuat dan sistem kekeluargaan yang tinggi Iklim dan Hidrologi Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Rumpin termasuk dalam iklim A yaitu daerah yang sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropik dengan rata-rata jumlah bulan kering adalah dua dan jumlah bulan basah adalah sepuluh. Kecamatan Rumpin memiliki suhu minimum 28 0 C dan suhu maksimum 33 0 C. Adapun curah hujan terbanyak sebanyak 51 hari, dengan curah hujan 944 mm/tahun Tanah dan Geologi Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil laporan Topografi Kecamatan Rumpin, terdapat beberapa jenis tanah. Jenis tanah yang memiliki luasan terbesar yaitu asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan (51.36%) dan kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat dan litosol (21.06%). Tanah di Rumpin juga mempunyai variasi yaitu datar sampai berombak (75%), berombak sampai 41

57 berbukit (10%), dan berbukit sampai bergunung (15%). Tanah yang ada di rumpin juga ada bermacam sesuai dengan penggunaannya, diantaranya tanah sawah, tanah kering, tanah hutan, tanah perkebunan, tanah keperluan fasilitas umum dan tanah makam. secara geologis sebagian besar lahan Kecamatan Rumpin tersusun dari batuan endapan permukaan (52.43%), gunung api muda berupa endapan bereaksi, lahar, lava, tufa (36.60%), batu gamping (6.14%) dan batuan tersier (4.83%) Topografi Kecamatan Rumpin mempunyai ketinggian yang bervariasi yaitu antara mdpl. Karakteristik topografi Kecamatan Rumpin secara umum berada pada daerah dengan kemiringan lereng beragam. wilayah dengan kelerengan datar (0-8%) memiliki luasan terbesar yakni meliputi 65.70% dari total wilayah, agak curam (15-25%) sebesar 11.84% dari total wilayah dan sangat curam 0.28% dari total wilayah Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Keadaan sosial ekonomi masyarakat Rumpin dapat digambarkan melalui pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Jumlah penduduk Kecamatan Rumpin adalah 126,142 jiwa, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yaitu 11,319 jiwa dan sisanya adalah sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta/berdagang, pensiunan, dan buruh bangunan. Selanjutnya, digambarkan juga dari tingkat pendidikan, bahwa sebagian besar penduduk berpendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu 31,893 jiwa, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu 16,973 jiwa, tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 8,101 dan tamatan akademi

58 jiwa dan tamatan perguruan tinggi 144 jiwa, selebihnya tidak tamat sekolah dan buta huruf Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana fisik yang dirasakan oleh penduduk adalah jalan penghubung antar desa. Prasarana yang disediakan pemerintah dirasakan sudah cukup memenuhi untuk kelancaran aktivitas masyarakat. Sarana yang disediakan seperti prasarana pengairan dan alat transportasi, jalan, dan jembatan. Kebutuhan di bidang prasarana ekonomi yang dibutuhkan dan disediakan oleh pemerintah adalah fasilitas pemodalan. Selama ini masyarakat Rumpin mendapat modal dari sistem koperasi, di daerah ini terdapat 10 koperasi. Sumber modal yang lain berasal dari penjualan hasil panen dan bantuan dari kelompok usahatani yang mereka miliki. Sarana dan prasarana pertanian di Kecamatan Rumpin tergolong masih sangat rendah. Sehingga, masyarakat petani di daerah ini belum bisa mengoptimalkan produksi yang mereka dapat dari sistem pertanian yang mereka lakukan. Selain itu, sarana perekonomian yang disediakan pemerintah agar petani dapat menjual hasil panen dengan mudah yaitu pasar umum, di daerah ini terdapat lima pasar umum yang terjangkau oleh petani sehingga petani dapat menjual hasil panen secara langsung Karakteristik Responden Responden dalam penelitian yang dilakukan di Desa Cidokom dan desa Pasir Honje adalah petani agroekologi yang berjumlah 35 responden yaitu 25 responden dari Desa Cidokom dan 15 responden dari Desa Pasir Honje. Karakteristik responden yang dapat diketahui adalah umur, pendidikan, 43

59 pengalaman bertani, luas lahan yang digarap, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Variasi umur petani yang menjadi responden cukup lebar, yaitu dari umur 25 hingga 75 tahun. Jumlah Responden petani di Cidokom lebih banyak dari responden petani di Pasir Honje. Hal ini terjadi karena petani yang telah menerapkan agroekologi di Cidokom lebih banyak dari petani yang ada di Pasir Honje. Petani Cidokom banyak yang menerapkan agroekologi karena mengikuti kebiasaan masyarakat dan kondisi tanah yang lebih subur serta ketersediaan input (pupuk kandang) untuk menerapkan agroekologi lebih banyak di Cidokom. Selain itu, penerapan agroekologi juga dipengaruhi oleh umur petani. Berikut Tabel 6. Rentang umur petani responden. Tabel 6. Rentang Umur Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Rentang Umur (Tahun) Pasir Honje Cidokom Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Total Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis Melalui Survei (2010) Tabel 6 di atas memperlihatkan rentang umur responden, yang menunjukkan bahwa petani di Pasir Honje relatif lebih muda dibandingkan petani di Cidokom. Terlihat dari jumlah responden yang memiliki rentang umur tahun bahwa di Pasir Honje ada lima responden (33%), sedangkan di Cidokom tidak ada (0%). Hal ini juga menunjukkan bahwa petani Rumpin relatif lebih tua, 44

60 sehingga memiliki pengalaman bertani dan pengetahuan dari orang zaman dahalu tentang cara bertani yang lebih banyak dibandingkan dengan petani Pasir Honje. Responden yang memiliki umur di atas 46 tahun adalah sebanyak enam orang (40%) untuk wilayah Pasir Honje dan 15 orang (75%) untuk wilayah Cidokom. Umur juga dapat menggambarkan status pendidikan responden, bahwa responden yang lebih tua atau responden pada zaman dulu pada umumnya tidak tamat SD. Tabel 7. Status Pendidikan Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Status Pasir Honje Cidokom Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Total Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2010) Berdasarkan Tabel 7, dari status pendidikan yang terlihat, sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah yang mungkin mempengaruhi kemampuan petani untuk menyerap atau menerima pengetahuan yang baru dalam hal pembangunan atau perkembangan pertanian termasuk juga dalam penerapan agroekologi yang sebenarnya dapat membantu petani meningkatkan hasil produksi pertanian mereka. Selanjutnya, responden dalam penelitian memiliki pengalaman bertani yang bervariasi. Responden petani Pasir Honje pada umumnya mempunyai pengalaman bertani antara 1-15 tahun yaitu 10 orang (67%) sedangkan responden petani Cidokom mempunyai pengalaman bertani yang lebih lama yaitu antara 16 sampai 30 tahun. Responden Cidokom yang mempunyai pengalaman 16 sampai 30 tahun sebanyak 11 orang (55%) dari responden. 45

61 Tabel 8. Rentang Pengalaman Bertani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Rentang Pasir Honje Cidokom Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Total Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2010) Responden petani yang melakukan usaha tani, pada umumnya melakukan usahatani di atas lahan milik sendiri. Petani dari Pasir Honje yang menggarap lahan milik pribadi adalah sebanyak 11 orang (73.33%) sedangkan yang menggarap lahan milik orang laian hanya empat orang (26.67%). Responden di Cidokom hampir semua petani menggarap lahan milik pribadi yaitu 19 orang (95%) dan responden yang menggarap lahan milik orang lain yaitu satu orang responden (5%). Tabel 9. Status Kepemilikkan Lahan Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Kepemilikkan Pasir Honje Cidokom Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 Pribadi Milik Orang Lain Total Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2010) Status kepemilikkan lahan mencerminkan pendapatan atau penghasilan yang diperoleh petani. Pendapatan petani yang menggarap lahan milik sendiri akan memiliki pendapatan yang lebih besar dari pada pendapatan petani yang menggarap lahan milik orang lain. Hal ini terjadi karena, petani yang menggarap lahan milik orang lain akan membagi hasil yang diperoleh dengan pemilik lahan. Proporsi pembagian hasil yang biasa dilakukan petani adalah 1:4 yaitu empat 46

62 bagian dari hasil untuk pemilik lahan dan satu bagian dari hasil untuk penggarap. Pendapatan petani juga dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki atau digarap oleh petani. Tabel 10. Rentang Luas Lahan yang dimiliki Responden di Pasir Honje Tahun 2010 Pasir Honje Cidokom No Rentang Luas (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) ,25-0,5 0,60-1,0 1,10-1,5 1,60-2, Total Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2010) Luas lahan yang dimiliki petani di lokasi penelitian masih dikatakan sangat kecil dan hasil yang diperoleh dari hasil bertanipun hanya cukup untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Pada umumnya responden memiliki luas lahan kurang dari 1 ha. Tabel 10 menunjukkan bahwa hanya 20% petani Pasir Honje yang memiliki luas lahan lebih dari 1.6 ha sedangkan petani Rumpin tidak ada yang memiliki luas lahan lebih dari 1.6 ha. Petani Cidokom memiliki luas lahan pada umumnya adalah 0,25-0,5 ha yaitu sembilan orang (45%). Luas lahan total sebagian besar besar responden antara 0.25 ha hingga 0.5 ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani responden Pasir Honje dan Cidokom merupakan petani kecil. 47

63 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penerapan Sistem Low External Input Agriculture Penerapan sistem agroekologi di Desa Pasir Honje dan Desa Cidokom belum murni penerapan agroekologi. Namun, kegiatan pertanian yang dilakukan di kedua desa ini lebih cenderung pada penerapan sistem Low External Input Agriculture (LEIA). Penerapan sistem LEIA ini dilakukan petani dengan kegiatan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia, kegiatan menjaga kualitas lingkungan dengan memanfaatkan pengetahuan lokal, dan mempertahankan tradisi yang ada Kajian Penerapan Sistem Low External Input Agriculture Perkembangan sistem pertanian di Indonesia mengalami berbagai masalah salah satunya adalah ketidakberdayaan petani kecil yang mempunyai keterbatasan sumberdaya untuk menyerap teknologi. Sehingga, petani sering tidak mengikuti perkembangan teknologi dalam hal untuk meningkatkan hasil. Sama halnya yang terjadi pada penerapan sistem LEIA di Kabupaten Bogor. Sistem LEIA yang diterapkan di Kabupaten Bogor tidak mudah dilakukan oleh petani, karena sifat ketergantungan petani pada pupuk kimia. Serta kondisi petani yang berlatar belakang pendidikan yang relatif rendah dan pada umumnya berumur di atas 51 tahun yang menyebabkan petani sulit untuk menyerap suatu sistem yang baru. Hal ini dikarenakan, petani lebih cenderung belajar dari pengalaman, pengetahuan yang lalu dan lebih berorientasi pada hasil produksi yang tinggi tanpa peduli dengan keadaaan lingkungan atau kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang semakin menurun menyebabkan produktivitas lahan 48

64 semakin turun, yang berimplikasi juga pada produksi pangan secara global terutama negara Indonesia sendiri. Menurunnya produktivitas pangan, memberikan rangsangan kepada pemerintah dan pihak pemerhati pertanian lainnya untuk melakukan inovasiinovasi baru agar dapat meningkatkan produktivitas pangan nasional dan menyelamatkan lingkungan atau ekologi dari kerusakkan akibat aktivitas pertanian. Penyelamatan lingkungan dan peningkatan produksi pertanian dimulai dengan mengurangi penggunaan input eksternal. Penggunaan input eksternal yang rendah dapat menjaga stabilitas ekologi dan kondisi lingkungan, terutama kesuburan tanah yang sangat berpengaruh pada hasil produksi. Penerapan penggunaan input eksternal yang rendah telah dilakukan di beberapa daerah yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Penerapan LEIA di Kabupaten Bogor merupakan percontohan bagi daerah-daerah lain, sehingga apabila ada perbaikan kualitas lingkungan dan peningkatan produktivitas di Kabupaten Bogor maka penerapan yang sama dapat dilakukan di daerah lain. Penerapan LEIA di Kabupaten Bogor (Pasir Honje dan Cidokom) sebenarnya telah dilakukan dari dulu oleh petani berdasarkan pengetahuan lokal. Namun, petani belum mengetahui bahwa kegiatan yang telah mereka lakukan merupakan penerapan LEIA. Adapun contoh penerapan LEIA yang telah dilakukan oleh petani adalah sebagai berikut: 1. Perawatan Tanah Sebagian besar petani (Pasir Honje dan Cidokom) merawat tanah untuk tetap menjaga kesuburan tanah masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida. 49

65 Namun, penggunaan pupuk kimia ini sudah berkurang dari sebelum mereka menerapkan LEIA. Pengurangan penggunaan pupuk kimia sekitar 170 kg/ha per tahun. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida di Pasir Honje masih lebih banyak dibandingkan di Cidokom. Petani di Cidokom telah melakukan pengurangan penggunaan pupuk kimia lebih banyak karena sumber input (pupuk kandang) yang tersedia di Cidokom lebih banyak dan terjangkau oleh petani. Selain pupuk kimia dan pupuk kandang, petani juga menggunakan pupuk alami seperti daun bambu yang dibakar untuk dijadikan pupuk, kotoran kerbau dan kotoran kambing yang dijadikan sebagai pupuk kandang, penggunaan pupuk dari jerami yang dilapisi dengan kotoran ayam, dan penggunaan abu dari kayu bakar. Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani untuk menjaga kesuburan tanah masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan kerbau dalam proses pembajakan. Penggunaan kerbau ini menggambarkan pengurangan pemakaian energi (bahan bakar) dibandingkan dengan penggunaan traktor yang biasa dilakukan petani sekarang. Selain itu, petani juga melakukan pergantian tanaman antara lain tanaman kacang-kacangan dan jagung yang dapat mengikat nitrogen sehingga dapat mempertahankan unsur hara tanah. Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei (2010) Gambar 4. Perawatan Tanah Secara Tradisional dengan Menggunakan Kerbau 50

66 Perawatan tanah yang dilakukan petani di lokasi penelitian memiliki kesamaan dengan perawatan tanah yang dilakukan petani di Zaachilla dan Meksiko. Persamaan kegiatan yang dilakukan petani di Zaachilla dan Meksiko seperti menggunakan pupuk alami untuk meningkatkan unsur hara tanah. Pupuk alami yang digunakan oleh petani di Zaachilla dan Meksiko adalah dengan memanfaatkan sampah semut sebagai pupuk tanaman seperti tomat, cabe, dan bawang (wilken, 1987) dalam (Reijntjes et al., 1999). Selain itu, petani di Senegal juga melakukan kegiatan yang sama seperti kegiatan yang dilakukan petani di lokasi penelitian yaitu memanfaatkan tanaman lain sebagai pengikat nitrogen. Namun, penggunaan jenis tanaman yang berbeda, di lokasi penelitian tanaman yang digunakan sebagai pengikat nitrogen adalah tanaman kacang-kacangan (kacang panjang) dan jagung yang akarnya mengandung polong. Namun, di Senegal petani memanfaatkan tanaman akasia sebagai pengikat nitrogen dari udara sehingga menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil panen (OTA, 1988 dalam Reijntjes et al., 1999). 2. Penangkaran Benih Penangkaran benih yang dilakukan petani umumnya dilakukan sendiri oleh petani, hal ini dilakukan karena dapat memperkecil biaya yang harus dikeluarkan petani per musimnya. Benih awal biasanya diperoleh petani dengan cara membeli, kemudian untuk musim tanam berikutnya petani memilih hasil panen yang dianggap bagus untuk dijadikan benih. Namun, benih yang diambil dari hasil panen hanya dapat digunakan untuk tiga musim tanam, selanjutnya petani membeli benih lagi atau melakukan pertukaran pada petani lain yang hasil panennya masih baik untuk dijadikan benih. 51

67 Sama halnya penangkaran benih padi yang dilakukan oleh petani di Filipina, petani melakukan penangkaran benih sendiri karena petani menginginkan hasil panen yang tinggi, mengurangi pengeluaran dan menjaga varietas asli yang telah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Penangkaran benih dilakukan dengan memilih hasil panen yang masih bagus dan sesuai karakter khusus untuk dapat dijadikan benih (Reijntjes et al., 1999). 3. Pengendalian Hama Pertanian yang ekologis dan sehat seharusnya mengendalikan hama dengan menggunakan pestisida alami. Penggunaan pestisida alami yang dilakukan oleh petani di Pasir Honje dan Cidokom biasanya dilakukan sesuai dengan hama yang menyerang. Hama yang menyerang tanaman sesuai dengan jenis tanamannya. Tanaman padi biasanya diserang oleh hama wereng, hama ini merupakan hama yang paling sulit untuk dimusnahkan dan belum ditemukan juga bahan alami yang dapat memusnahkan hama tersebut, sehingga petani masih menggunakan pestisida kimia (akodan, purudan) untuk membasmi hama tersebut. Padi juga diserang oleh hama tikus, hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yaitu menggunakan daun pandan, dengan cara daun pandan yang telah diiris kemudian disebar ke sawah. Selain itu ada juga hama walang sangit, hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan daun sirsak yang ditumbuk dan dicampur dengan air. Selain itu, untuk hama yang menyerang tanaman kayu-kayuan, cabe, bayam, kangkung petani masih menggunakan pestisida kimia. Selain itu, petani di lokasi penelitian juga menggunakan pengetahuan lokal dalam mengendalikan hama. Pengetahuan lokal yang dimanfaatkan petani misalnya informasi tentang waktu tanam yaitu 52

68 menggunakan bulan jawa (setiap tanggal 18 bulan jawa) dengan perhitungan ini diharapkan dapat mengurangi serangan hama dan meningkatkan hasil. Cara pengendalian hama yang dilakukan di Pasir Honje dan Cidokom belum sepenuhnya lepas dari input eksternal atau penggunaan pestisida. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan pengetahuan dan informasi tentang pestisida alami yang dapat digunakan oleh petani. Berbeda halnya dengan petani yang ada di Filipina, bahwasannya petani di Filipina telah mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang cara pengendalian tiap-tiap jenis hama yang menyerang tanaman. Adapun contoh kegiatan yang dilakukan petani di Pilipina yaitu menggunaan air seni lembu yang ditampung dan dibiarkan dua minggu di dalam air, kemudian disemprotkan ke hama penggerek batang pada jagung. Selain itu, petani juga melakukan tanaman tumpangsari yang dapat memberikan efek positif untuk mengurangi hama serangga, penyakit, dan gulma. Hama juga dapat dijebak dengan tanaman perangkap dan tanaman pengumpan (Reijntjes et al., 1999). 4. Sistem Pengaturan Air Ketersediaan air sangat berpengaruh pada produksi tanaman. Sehingga diperlukan sistem pengaturan air yang baik untuk melestarikan air yang tersedia dan mengatur air yang berlebihan dari sawah. Sistem pengaturan air di tempat penelitian tidak menggunakan sistem irigasi, melainkan memanfaatkan air yang bersumber dari gunung, air hujan, dan air sungai. Pemanfaatan air yang merupakan common resources dilakukan dengan baik oleh masyarakat yaitu dengan cara membuat parit secara bersama-sama sebagai tempat aliran air dan kemudian air dialirkan ke setiap sawah. Air bukan merupakan sumberdaya yang 53

69 sulit diperoleh oleh petani, karena lokasi ini berada di kawasan gunung kapur yang menyediakan aliran air yang cukup untuk pertanian. Berbeda halnya dengan di negara-negara luar yang mempunyai iklim panas, sehingga pengaturan air untuk pertanian harus diperhatikan. Adapun caracara yang dilakukan oleh petani luar seperti Afrika, yaitu melakukan penampungan air, penyimpanan air, pemanfaatan air banjir, membuat garis kontur pengahalang tembus air yang tersusun dari batu, batang, ranting atau bahan organik lainnya. Selain itu petani di Sri Lanka, Thailand, Filipina, Nepal, Burma melakukan konservasi kelembaban tanah dengan rumput vitiver. Rumput ini dapat menghentikan erosi lapisan, dapat mengkonsentrasikan aliran air sungai, memperlambat arus air, menyebarkan atau meratakan air (Reijntjes et al., 1999) Keberlanjutan Sistem Low External Input Agriculture Penilaian sebagian besar petani mengenai penerapan LEIA awalnya dianggap merugikan karena dengan menggunakan pupuk kandang dan pengurangan pupuk kimia menyebabkan hasil produksi berkurang. Berkurangnya hasil produksi yang dirasakan oleh petani hanya merupakan awal perubahan yang dirasakan petani dari yang biasa menggunakan pupuk kimia dengan tanpa penggunaan pupuk kimia. Sehingga sangat diperlukan penyuluhan atau pendidikan non formal untuk petani agar mereka dapat lebih mengerti dan memahami keuntungan dari penerapan LEIA. Penyuluhan dan pendidikan non formal di lokasi penelitian diawali dengan pembentukan kelompok tani seperti Gabungan Kelompok Tani (Gopaktan) dan Serikat Petani Indonesia (SPI). Melalui proses penyuluhan dijelaskan kepada petani keuntungan dari segi lingkungan dan ekonomi, dengan melakukan 54

70 penerapan penggunaan input eksternal yang rendah. Penyuluhan ini juga dilakukan dengan memberi pengetahuan dan pendidikan mengenai cara menghargai lingkungan agar tetap berkelanjutan dan yang pastinya akan tetap memberikan manfaat bagi petani. Manfaat yang disampaikan kepada petani bukan hanya manfaat ekonomi dalam bentuk nominal rupiah namun manfaat ekologis sistem lain, kesehatan serta keberlanjutan dari sistem tersebut. Penerapan LEIA di Kabupaten Bogor (Pasir Honje dan Cidokom) baru dilakukan dalam waktu satu tahun terakhir ini. Penerapan ini dilakukan oleh sebagian petani karena mereka telah merasa biasa dengan hal yang mereka lakukan dan penyuluhan-penyuluhan yang telah dilakukan telah membuka wawasan mereka untuk lebih menghargai lingkungan Estimasi Manfaat Low External Input Agriculture Terhadap Lingkungan Permasalahan lingkungan merupakan dampak yang nyata akibat aktivitas manusia, salah satunya adalah aktivitas produksi oleh jutaan petani di dunia. Permasalahan yang ditimbulkan menyangkut aspek sosial dan aspek ekonomi. Hal ini merupakan eksternalitas dari penurunan produktivitas tanah dan air (erosi, sedimentasi, dan polusi kimia) yang dapat merusak biodiversity dan menyebabkan perubahan iklim lokal, regional maupun global. Sehingga, untuk mengatasi masalah tersebut Environmental Degradation Associated with Agriculture di Amerika Latin mengembangkan sistem pertanian tradisional yang mengacu pada konservasi lingkungan (Alteiri, 1991). Sistem pertanian ini merupakan salah satu konsep dari sistem LEIA. Penerapan sistem LEIA berbasis pada ekologi dan berkonsep pada keberlanjutan dari hasil pertanian. Sistem pertanian ini merupakan pertanian di 55

71 masa mendatang karena penerapannya dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Penerapan LEIA memberikan manfaat besar terhadap lingkungan, ekosistem dan ekologi. Para ahli agroekologi menyadari bahwa penerapan agroekologi seperti tumpangsari, agroforestri serta metode pertanian tradisional lainnya merupakan proses ekologi alami yang dapat menjaga lingkungan. Proses ekologi alami yang bisa dilakukan seperti pemanfaatan optimal dari sinar matahari, unsur hara tanah, dan curah hujan. Petani di lokasi penelitian melakukan proses ekologi dengan pemanfaatan optimal terhadap penggunaan air, sinar matahari dan pemanfaatan sumberdaya yang ada, dari sumberdaya energi bahan bakar dan tenaga kerja. Penggunaan energi bahan bakar dan jumlah jam kerja yang dibutuhkan petani untuk melakukan kegiatan produksi per musim tanam dijadikan sebagai indikator dalam mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan LEIA. Indikator yang telah ditetapkan dapat digunakan untuk menghitung luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi. Dalam penelitian ini, estimasi manfaat lingkungan dilakukan dengan menghitung nilai Ecological Footprint (EF) yang dapat menggambarkan luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi pada lahan tempat lokasi penelitian. Tabel 11. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun) di Pasir Honje dan Cidokom Tahun 2010 No Aktivitas Konsumsi Bahan Konsumsi Tenaga Bakar (liter/ha) Kerja (jam/ha) 1 Pengangkutan Benih Pembajakan Penanaman Pemanenan Total Nilai EF (ha) Sumber: Data Primer (diolah) Tahun

72 Secara keseluruhan nilai EF dari kedua lokasi penelitian menunjukan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah total luas lahan yang dimiliki petani yaitu 26.6 ha. Tabel 11 menunjukan bahwa nilai Ecological Footprint of Fuel (EFF) adalah 0.01 ha. Nilai EFF yang diperoleh menunjukan bahwa dibutuhkan lahan sebesar 0.01 ha untuk menyerap CO 2 akibat dari pembakaran liter/ha (1.37 GJ). Lahan yang dibutuhkan untuk menyerap CO 2 sangat kecil jika dibandingkan dengan lahan yang tersedia, artinya penggunaan energi bahan bakar dalam penerapan agroekologi tidak menyebabkan ecological deficit. Konsumsi bahan bakar terbesar ada pada aktivitas pemanenan yaitu liter/ha, karena petani menjual hasil panen ke pasar menggunakan kendaraan bermotor atau menggunakan angkutan umum yang akan menambah bahan bakar yang digunakan. Aplikasi EF telah diterapkan pada penelitian terdahulu oleh Lustigova dan Kuskova (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Ecological Footprint in The Organic Farming System. Penerapan Organic Agriculture (OA) dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penerapan pertanian LEIA, diantaranya menggunakan sistem ramah lingkungan, pengurangan penggunaan pestisida sintetik, kimia, dan menjaga keharmonisan agro-ecosystem dan biodiversity. Penelitian ini, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada penelitian penerapan LEIA di Kabupaten Bogor yaitu menghitung EF. Penghitungan nilai EFF dengan cara mengukur penggunaan energi yang digunakan petani. Namun, pada penelitian ini hanya dilakukan pada satu jenis komoditas tanaman yaitu pada tanaman gandum. Total area tanaman gandum adalah ha, nilai total konsumsi bahan bakar yang digunakan adalah

73 liter/ha dan nilai EFF adalah 0.02 yang artinya bahwa penerapan Organic Farming tidak menyebabkan terjadinya ecological deficit sama halnya dengan penerapan LEIA di Kabupaten Bogor. Selain itu, penelitian yang serupa juga dilakukan di Czech Republik yang membandingkan penggunaan energi pertanian konvensional dan pertanian organik. Nilai EFF yang diperoleh adalah 0.31 ha untuk pertanian konvensional dan 0.13 ha untuk pertanian organik. Perbandingan tersebut dapat menunjukan bahwa penggunaan energi bahan bakar pertanian konvensional lebih tinggi dibandingkan pertanian organik. Artinya bahwa pertanian konvensional akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam menyebabkan ecological deficit. Nilai Ecological Footprint of Labour (EFL) lebih kecil dibandingkan dengan nilai EFF. Nilai EFL yang diperoleh adalah sebesar 0.02 ha artinya bahwa luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 akibat dari penggunaan energi tenaga kerja 2.13 GJ adalah seluas 0.02 ha (210 m 2 ). Nilai EFF yang diperoleh juga jauh lebih kecil dari luas lahan yang ada, sehingga ecological deficit tidak terjadi pada penerapan LEIA. Perhitungan nilai EFF dan EFL juga dilakukan pada kedua lokasi, yang memiliki total luas lahan yang berbeda. Total luas lahan petani di Pasir Honje adalah ha lebih kecil dibandingkan dengan total luas lahan petani di Cidokom yaitu ha. Perbedaan luas lahan, dapat menyebabkan nilai EF yang berbeda. Adapun perbandingan penggunaan energi bahan bakar dan tenaga kerja di Pasir Honje dan Cidokom dapat dilihat pada Tabel

74 Tabel 12. Penggunaan Energi Bahan Bakar dan Tenaga Kerja (ha/tahun) di Pasir Honje dan Cidokom No Aktivitas Konsumsi Bahan Bakar (liter/ha) Konsumsi Tenaga Kerja (jam/ha) Pasir Honje Cidokom Pasir Honje Cidokom 1 Pengangkutan Benih Pembajakan Penanaman Pemanenan Total Nilai EF (ha) Sumber: Data Primer (diolah) Tahun 2010 Tabel 12 menunjukan bahwa total penggunaan energi bahan bakar yang digunakan petani di Pasir Honje (45.20 liter/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan Cidokom (34.01 liter/ha) hal ini disebabkan karena petani di Pasir Honje pada umumnya menjual hasil pertanian ke pasar. Berbeda dengan petani Cidokom, selain menjual hasil pertanian ke pasar, mereka menjual hasil pertanian langsung kepada pembeli yang datang ke rumah. Selain itu, yang membedakan adalah jarak desa Pasir Honje lebih jauh dengan pasar dibandingkan desa Cidokom. Sehingga, nilai EFF yang dihasilkan di Pasir Honje (0.02 ha) lebih tinggi dibandingkan nilai EFF di Cidokom (0.01 ha). Artinya luas lahan yang diperlukan di Pasir Honje untuk menyerap CO 2 lebih tinggi dari luas lahan yang digunakan di Cidokom. Hal ini menunjukan bahwa manfaat lingkungan diperoleh di Cidokom lebih besar dibandingkan di Pasir Honje. Selanjutnya, untuk melihat manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan LEIA, dilakukan perhitungan nilai EFL pada masing-masing lokasi. Tabel di atas menunjukan bahwa konsumsi tenaga kerja juga lebih tinggi di Pasir Honje yaitu jam/ha dibandingkan dengan Cidokom yaitu jam/ha. Hal ini menyebabkan nilai EFL di Pasir Honje yaitu 0.02 lebih tinggi dibandingkan 59

75 dengan Cidokom yaitu Nilai EFL juga mencerminkan bahwa penerapan LEIA di Cidokom lebih baik dari Pasir Honje. Namun, niai EFF dan EFL di kedua lokasi memberikan nilai yang lebih kecil dari luas lahan yang tersedia. Sehingga, penerapan LEIA di lokasi ini dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan tidak menyebabkan ecological deficit sehingga lingkungan tetap lestari Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Low External Input Agriculture Penerapan LEIA dinilai dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan dan ekonomi. Manfaat LEIA terhadap ekonomi dapat diketahui melalui estimasi manfaat ekonomi dengan melihat pendapatan petani LEIA, melakukan analisis usahatani dengan analisis R/C ratio dan produktivitas tenaga kerja, serta mengestimasi tingkat kesejahteraan petani LEIA Pendapatan Rata-Rata Petani Low External Input Agriculture Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup seseorang termasuk petani. Seseorang akan melakukan kegiatan untuk dapat menghasilkan keuntungan atau pendapatan yang maksimal. Petani menerapkan sistem ini karena mengikuti saran yang diberikan dari pihak-pihak pemerhati pertanian dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Penelitian ini mengestimasi pendapatan petani yang menerapkan sistem LEIA. Estimasi pendapatan petani ini dilakukan sebagai salah satu proksi untuk menilai tingkat kesejahteraan petani LEIA di lokasi penelitian. Estimasi pendapatan dilakukan dengan mengukur selisih antara nilai penerimaan petani dan seluruh biaya yang dikeluarkan petani (Soekartawi dan Brian, 1986). Penerimaan petani LEIA merupakan nilai dari penjualan komoditas yang dihasilkan. Komoditas utama yang dihasilkan adalah padi. Satu musim 60

76 usahatani padi dapat dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan sampai empat bulan, sehingga dalam satu tahun, panen padi dapat dilaksanakan dua kali. Selain itu, untuk meningkatkan penerimaan, petani juga menanam tanaman yang dapat ditanam di sekitar sawah seperti singkong dan pisang. Petani juga melakukan tanaman selingan seperti kacang-kacangan dan jagung. Tanaman selingan ini dilakukan untuk menambah penerimaan petani dan juga dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, tujuan petani melakukan penanaman tanaman ini untuk menunggu waktu musim tanam berikutnya dan menunggu benih siap tanam. Tanaman yang ditanam setelah panen padi ini (jagung dan kacang-kacangan) memiliki umur panen tiga bulan sehingga waktu panen sesuai dengan waktu musim tanaman padi berikutnya dan benih siap tanam. Tanaman selingan ini biasanya ditanam sekali dalam satu tahun. Selain tanaman selingan, petani juga menanam singkong yang dapat dipanen sekali dalam satu tahun, cabe yang merupakan tanaman yang mempunyai umur enam bulan dan bisa dipanen 12 kali dalam satu musim tanam. Penerimaan petani juga diperoleh dari penanaman tanaman tahunan seperti soviet dan sengon yang dapat dipanen selama lima tahun. Hasil dari usahatani yang dilakukan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber: Hasil Survey Tahun 2010 Gambar 5. Komoditas Tanaman di Lahan Sawah Petani 61

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan sebagai penyumbang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN. berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA AGROEKOLOGI SEBAGAI SOLUSI KESEJAHTERAAN BAGI PETANI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA AGROEKOLOGI SEBAGAI SOLUSI KESEJAHTERAAN BAGI PETANI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA AGROEKOLOGI SEBAGAI SOLUSI KESEJAHTERAAN BAGI PETANI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: Ketua: Dani Ratmoko H44070014 2007 Anggota: Waqif Agusta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa

IV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI (Studi Kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor) STEFANI ANGELIA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN LYZA WIDYA RUATININGRUM DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR Oleh: SANTI ROSITA A14304026 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

CISARUA, Oleh : A

CISARUA, Oleh : A i ANALISISS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI WORTEL MEMILIH SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI DESA TUGU SELATAN, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR Oleh : AGUNGG BUDI SANTOSO A14104013 PROGRAM

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT GARNA YUANA SUHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM ( Studi Kasus : Perusahaan Deddy Fish Farm) BELUM PERNAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup, dan hubungan di antara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY

SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY PENGANTAR SOCIO-ECONOMIC CONSIDERATION ON AGRICULTURAL BIOTECHNOLOGY Oleh: Harianto Pembelajaran dari Revolusi Hijau Pada Abad 20, investasi publik yang besar dalam penelitian pertanian telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

PENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI LAHAN PADI GAMBUT SERTA ANALISIS SERAPAN KARBON OLEH TANAMAN

PENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI LAHAN PADI GAMBUT SERTA ANALISIS SERAPAN KARBON OLEH TANAMAN PENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI LAHAN PADI GAMBUT SERTA ANALISIS SERAPAN KARBON OLEH TANAMAN ADI BUDI YULIANTO F14104065 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI (Kasus Kawasan Irigasi Teknis Cigamea, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci