Putri Moortiyani Al Asna 1, Utami Sri Hastuti 1, Agung Witjoro 1 1 Jurusan Biologi 1, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Putri Moortiyani Al Asna 1, Utami Sri Hastuti 1, Agung Witjoro 1 1 Jurusan Biologi 1, FMIPA, Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 KUALITAS MIKROBIOLOGI JAMU SERBUK YANG BERADA DI KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI KAPANG SERTA IDENTIFIKASI KAPANG KONTAMINAN DOMINAN Putri Moortiyani Al Asna 1, Utami Sri Hastuti 1, Agung Witjoro 1 1 Jurusan Biologi 1, FMIPA, Universitas Negeri Malang korespondensi: putriasna23@gmail,com Abstrak: Kata Kunci: Abstract: Kata Kunci: Jamu adalah obat tradisional hasil ramuan dan warisan secara turun - temurun dari nenek moyang yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sari atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman masyarakat. Jamu serbuk pegal linu dan galian singset merupakan jamu yang paling diminati di Kota Pare Kabupaten Kediri. Seperti halnya produk makanan, jamu serbuk umumnya mengandung bahan nabati yang dapat terkontaminasi oleh kontaminan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan nilai Angka Lempeng Total (ALT) koloni jamu serbuk yang berada di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, (2) menganalisis kualitas mikrobiologi jamu serbuk berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, (3) menentukan spesies dominan pada jamu serbuk yang berada di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai ALT koloni dari sampel sediaan jamu serbuk pegal linu yaitu 1,7x10 3 cfu/gram, sedangkan rerata nilai ALT koloni dari sampel sediaan jamu serbuk galian singset yaitu 1,3x10 3 cfu/gram. Berdasarkan ketetapan BPOM, persyaratan batas ambang maksimal cemaran kontaminan pada sediaan jamu serbuk yaitu tidak lebih dari 10 4 cfu/gram. Mengacu pada ketetapan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa sampel sediaan jamu serbuk baik pegal linu maupun galian singset yang diteliti memiliki kualitas mikrobiologi yang baik, layak, dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Setelah dilakukan proses identifikasi, spesies kontaminan dominan pada sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset yaitu spesies Aspergillus niger van Tieghem. kontaminan, jamu serbuk, galian singset, pegal linu Jamoe is one of a kind traditional medicines from herb s potion inheritence from generation to generation and it made of material herbs, animals, mineral, cider or a mixture of that ingredients that used as a effort to treatment based on people s experience. Pegal linu jamoe and galian singset jamoe is the most favorite ones of jamoe on Pare sub-district Kediri district. Like a foodstuffs, jamoe contain plant material that can be contaminated by contaminants mold. This research attempts to: (1) determine the value of the Mold Plate Count (MPC) in jamoe powder from Pare sub-district Kediri district, (2) analyze the quality of microbiology jamoe powder based on the Mold Plate Count (MPC) on Pare sub-district Kediri district, (3) determine the species of mold contaminant dominant in jamoe powder from Pare sub-district Kediri district. Results of the research show that average value of a Mold Plate Count (MPC) from pegal linu s jamoe sample is 1,7x10 3 cfu/gr, while average value of a Mold Plate Count (MPC) from galian singset s jamoe is 1,3x10 3 cfu / gram.based on the command of BPOM RI, the requirements limits the mold contaminant maximum in jamoe powder which are not more than 10 4 cfu/grams. Refers to the regulation, so can be decided that pegal linu jamoe and galian singset jamoe having the good quality of microbiology, feasible, and qualified to be consumed. After the identification process, the most dominant species of mold contaminants in pegal linu jamoe and galian singset jamoe sample is Aspergillus niger van Tieghem. mold contaminant, jamoe powder, galian singset, pegal linu 1

2 1. PENDAHULUAN Jamu adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sari atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman masyarakat (Anief, 1991). Jamu telah digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia, hal tersebut didasarkan pada hasil Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia yaitu mencapai 50%. Khasiat jamu sebagai obat selama ini didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Salah satu bentuk penyajian jamu yang ada di Indonesia diantaranya berupa jamu serbuk. Pengobatan dengan menggunakan jamu berbahan dasar tanaman obat memiliki beberapa keuntungan, yaitu relatif aman untuk dikonsumsi jamu dan memiliki toksisitas yang rendah (Suharmiati dan Handayani, 2006). Alasan tersebut yang menyebabkan penggunaan jamu pada saat ini cenderung terus meningkat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan Kemenkes-BPPT (2010) sampai saat ini sekitar 80% populasi penduduk dunia di negara berkembang masih menggunakan pengobatan tradisional, berupa ramuan bahan herbal yang di Indonesia disebut dengan jamu, untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Jamu serbuk yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar kualitas dan keamanannya secara mikrobiologis untuk dikonsumsi. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan dari BPOM sehingga jamu perlu di uji dan dianalisis kelayakan konsumsinya berdasarkan kualitas mikrobiologinya. Seperti halnya produk makanan, jamu serbuk umumnya mengandung bahan nabati yang dapat terkontaminasi oleh. (Makfoeld, 1993). Adapun BPOM telah menetapkan batas cemaran maksimal untuk jamu serbuk yaitu 10 4 cfu/g. Apabila angka batas cemaran maksimal tersebut terlampaui, maka jamu tidak layak dikonsumsi. Pengujian kualitas mikrobiologi pada jamu serbuk jamu belum banyak diketahui dan dilakukan oleh masyarakat awam di kedai jamu kota, salah satu diantaranay di kota kecamatan Pare. Pemanfaatan jamu di kecamatan Pare Kabupaten Kediri dalam bentuk jamu serbuk masih diminati. Salah satu ragam jamu serbuk yang masih diminati ialah jamu serbuk pegal linu dan galian singset. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan nilai Angka Lempeng Total (ALT) koloni jamu serbuk yang berada di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, (2) menganalisis kualitas mikrobiologi jamu serbuk berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, (3) menentukan spesies dominan pada jamu serbuk yang berada di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. 2. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat: Oven kering, otoklaf, botol balsam, beaker glass, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, makropipet, lampu spiritus, colony counter, kaca benda, kaca penutup, mikroskop, inkubator, skalpel, dan pinset. Bahan: Jamu serbuk pegal linu dan galian singset, alumunium foil, kapas, kertas coklat, tissue, benang wool, karet gelang, kantong plastik, selotip, kertas label, aquades, alkohol 70%, pepton dan media PDA (Potato Dextrose Agar) Instant. Prosedur Penelitian a. Persiapan suspensi dan pengenceran sampel Masing masing sampel jamu serbuk pegal linu dan galian singset diambil 5 gram sehingga diperoleh 25 gram sampel, kemudian dilarutkan dalam 225 ml larutan air pepton 0,1% sehingga diperoleh larutan sampel pada tingkat pengenceran Setelah itu, dilakukan pengenceran secara bertingkat sehingga diperoleh pengenceran pada tingkat 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan

3 b. Inokulasi dan Inkubasi Sampel Suspensi sampel dari masing-masing pengenceran diinokulasikan sebanyak 0,1 ml ke dalam medium lempeng Potato Dextrose Agar (PDA), kemudian diinkubasi pada suhu 25 o - 27 o C selama 3-5 hari. c. Perhitungan dan Penentuan Kualitas Mikrobiologi Jamu Serbuk berdasarkan nilai ALT Kapang Dilakukan pengamatan dan perhitungan jumlah total koloni yang tumbuh pada permukaan medium lempeng PDA. Perhitungan koloni dilakukan setelah biakan berumur 3-5x24 jam.. Cara menghitung nilai ALT koloni yaitu, Faktor pengenceran = Tingkat pengeceran x 10 Nilai ALT koloni per gram= = Jumlah x 1 koloni Faktor pengenceran Penentuan kualitas mikrobiologi jamu serbuk pegal linu dan jamu serbuk galian singset dilakukan dengan membandingkan ALT koloni dalam sampel jamu serbuk dengan ketentuan batas maksimal cemaran mikroba pada jamu dalam bentuk serbuk/simplisia yang dikeluarkan oleh BPOM. Apabila nilai ALT koloni sampel jamu serbuk dibawah standar maksimal yang ditentukan oleh BPOM, maka jamu serbuk tersebut memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi. d. Isolasi Kapang Kontaminan Setelah 3-5x24 jam masa inkubasi, tiap macam koloni yang tumbuh diisolasi dan diberi kode pada media PDA miring. e. Penentuan dominan Masing masing koloni dilakukan penghitungan jumlah koloni untuk menentukan spesies koloni kontaminan yang paling dominan. Teknik penghitungan jumlah koloni tiap spesies kontaminan yang paling dominan didasarkan pada Fardiaz (1993) setelah dilakukan inkubasi media selama 3-5x24 jam. Cara menghitung jumlah koloni tiap spesies kontaminan yang paling dominan yaitu, Faktor pengenceran = Tingkat pengeceran x 10 Nilai ALT koloni per gram= = x 1 per-spesies f. Pembuatan Preparat dan Identifikasi Kapang Kontaminan Identifikasi kontaminan dilakukan dengan membuat preparat kontaminan melalui metode Slide culture. Setelah preparat siap digunakan, dilakukan pengamatan ciri mikroskopis pada setiap masing kemudian dirujukkan pada buku kunci identifikasi fungi yaitu Introduction to Food-Born Fungi (Samson, 1984) dan Fungi and Food Spoilage (Pitt dan Hocking, 1985), untuk menentukan nama spesies kontaminan dominan yang ditemukan pada sampel sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor pengenceran Kualitas mikrobiologi sediaan jamu serbuk dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan nilai Angka Lempeng Total (ALT) koloni yang dirujukkan pada ketentuan batas cemaran maksimal yang telah ditetapkan oleh BPOM. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) koloni pada sampel sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh dalam berbagai pengenceran pada media pertumbuhan yaitu media lempeng PDA (Potato Dextrosa Agar). Rerata nilai penghitungan ALT koloni pada sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset disajikan pada Tabel 1. 3

4 Tabel 1. Rerata Nilai ALT Kapang Kontaminan pada Sedian Jamu Serbuk Jenis Jamu Pegal Linu Galian Singset Nilai ALT Kapang Ulangan ke- (cfu/g) I II III Rerata (cfu/g) 1,5x10 3 1,8x10 3 1,7x10 3 1,7x10 3 1,1x10 3 1,3x10 3 1,5x10 3 1,3x10 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai Angka Lempeng Total (ALT) koloni pada sediaan jamu serbuk pegal linu yaitu 1,6x10 3 cfu/g sedangkan rerata nilai ALT koloni pada sampel sediaan jamu serbuk galian singset yaitu 1,3x10 3 cfu/g. Berdasarkan ketetapan dari BPOM, batas maksimal cemaran kontaminan pada sediaan jamu serbuk yaitu 10 4 cfu/g (Depkes RI, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi sampel sediaan jamu serbuk pegal linu maupun galian singset baik dan layak dikonsumsi, karena nilai ALT koloni tidak melampaui batas maksimal cemaran yang ditetapkan oleh BPOM. Faktor pendukung yang menyebabkan sediaan jamu serbuk memiliki kualitas mikrobiologi yang baik diantaranya tempat penyimpanan simplisia yang tertutup, lama penyimpanan jamu serbuk dan adanya komposisi jamu serbuk yang memiliki aktivitas antifungi. Tempat penyimpanan simplisia dalam wadah tertutup meminimalisir adanya kontak fisik yang terjadi antara simplisia dengan udara luar sehingga meminimalisir pula kontaminasi spora yang masuk ke dalam wadah penyimpanan simplisia. Lama waktu penyimpanan simplisia yang tidak terlalu lama yaitu sekitar satu bulan juga mengurangi resiko adanya kontaminasi dari kontaminan. Selain itu, adanya komposisi jamu serbuk yang memiliki aktivitas antifungi dikarenakan adanya metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan kontaminan. Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan jamu serbuk layak dikonsumsi, namun masih terdapat kontaminan dalam jumlah sedikit yang mengkontaminasi sediaan jamu serbuk pegal linu dan jamu serbuk galian singset. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kontaminasi bahan sediaan jamu serbuk diantaranya berupa simplisia selama proses pembuatan, faktor abiotik untuk pertumbuhan kontaminan, dan kandungan nutrisi pada jamu serbuk yang dapat dimanfaatkan kontaminan untuk tumbuh dan berkembang. Adanya kontaminasi oleh pada sediaan jamu serbuk dikarenakan pada jamu serbuk mengandung bahan nabati yang dapat tercemar oleh kontaminan. Berdasarkan hasil penelitian Pajar (2002) menyatakan bahwa dalam jamu serbuk mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang diperlukan untuk tumbuh. Selain kualitas mikrobiologi pada jamu serbuk, diteliti pula spesies dominan yang mengkontaminasi jamu serbuk. Spesies kontaminan dominan adalah merupakan spesies yang paling banyak memiliki angka rerata koloni dalam cfu/g. Spesies kontaminan dominan perlu dikaji lebih lanjut karena spesies tersebut yang mencemari sampel paling banyak dan memiliki kemampuan tumbuh lebih baik daripada spesies lainnya. Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, ditemukan isolat 10 koloni kontaminan dalam sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset yang kemudian diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J. Diantara kesepuluh isolat tersebut, kemudian ditentukan spesies kontaminan paling dominan pada tiap sampel sediaan jamu serbuk berdasarkan nilai jumlah koloni per gram sampel dalam cfu/g. Nilai rerata jumlah koloni pada sampel jamu pegal linu dari masing-masing spesies dari nilai terbesar hingga terkecil tersaji pada Tabel 2. 4

5 Tabel 2. Angka Rerata Tiap Isolat Kapang Kontaminan pada Sediaan Sampel Jamu Serbuk Pegal Linu No. Kode Angka rerata (cfu/gram sampel) 1. A 1,86x F 2,43x G 1,89x C 1,26x B 8,33x10 6. E 6,85x10 Tabel 2 menunjukkan jumlah koloni tiap isolat kontaminan pada sediaan sampel jamu serbuk pegal linu. Diketahui bahwa isolat kontaminan dominan pada sampel sediaan jamu serbuk pegal linu adalah kode A dengan angka rerata koloni 1,86x10 5 cfu/g. Nilai rerata jumlah koloni pada sampel jamu pegal linu dari masingmasing spesies dari nilai terbesar hingga terkecil tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Angka Rerata Tiap Isolat Kapang Kontaminan pada Sediaan Sampel Jamu Serbuk Galian Singset No. Kode Angka rerata (cfu/gram sampel) 1. A 3,77x C 4,09x B 2,09x D 2,04x10 5. H 2,04x10 6. I 1,85x10 7. J 1,30x10 8 E 1,11x10 9. G 0,74x F 0,19x10 Tabel 3 menunjukkan jumlah koloni tiap isolat kontaminan pada sediaan sampel jamu serbuk galian singset. Diketahui bahwa isolat kontaminan dominan pada sampel sediaan jamu serbuk pegal linu adalah kode A dengan angka rerata koloni 3,77x10 4 cfu/g. Kapang kontaminan dominan yaitu isolat A kemudian diisolasi dan dideskripsikan ciri-ciri morfologi koloni beserta ciri-ciri mikroskopis guna identifikasi untuk menentukan nama spesies. Data deskripsi morfologi koloni kontaminan dominan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Pengamatan Maksroskopik dan Deskripsi Morfologi Kapang Kontaminan Dominan pada Sediaan Jamu Serbuk Pegal Linu dan Galian Singset Kode A Warna Coklat Kehitaman Warna Dasar koloni Putih Krem Sifat Diameter (cm) Serbuk 9 Tahap selanjutnya dilakukan deskripsi dan pengamatan secara mikroskopik melalui pengamatan preparat hasil slide culture isolat A. Data hasil deskripsi masing isolat A kemudian dirujukkan pada kunci identifikasi yaitu dalam buku: Introduction to Food Born Fungi (Samson, 1981) dan Fungi and Food Spoilage (Pitt dan Hocking, 1985). Adapun hasil identifikasi spesies kontaminan dominan pada sediaan jamu serbuk dari lima toko jamu serbuk di kecamatan Pare kabupaten Kediri tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Spesies kontaminan dominan pada sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset Kode A Nama spesies Aspergillus niger van Tieghem Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan spesies kontaminan dominan yang sama pada kedua macam sampel jamu, baik jamu serbuk pegal linu maupun sampel sediaan jamu serbuk galian singset seperti yang tertera pada Tabel 5. Spesies kontaminan yang ditemukan pada kedua sampel sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset didominasi oleh spesies Aspergillus niger van Tieghem. Isolat dan Foto Mikroskopis Aspergillus niger van Tieghem tersaji pada Gambar 1. Xavier et al., (2008), menyatakan bahwa spesies Aspergillus niger merupakan yang xerofilik, artinya mampu menyesuaikan diri pada kondisi kering. Pada jamu yang disimpan umumnya dalam kondisi 5

6 kering, sehingga Aspergillus niger berpotensi untuk tumbuh pada jamu serbuk. Aspergillus niger mampu berkecambah pada suhu 35 o C dan ph 4-5. Spesies ini telah banyak dilaporkan sebagai kontaminan dan menyebabkan kerusakan pada berbagai jenis makanan. Gambar 1. Kapang Aspergillus niger van Tieghem. a)isolat Kapang A (Aspergillus niger van Tieghem) pada Medium Lempeng PDA (Potato Dextrosa Agar, b) Foto Mikroskopis Isolat Kapang A (Aspergillus niger van Tieghem) (Perbesaran 1000x). (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016) Aspergillus niger termasuk dalam kelompok Ascomycetes yang memiliki kemampuan tumbuh yang sangat cepat. Aspergillus niger termasuk kosmoplit yang sering terdapat pada substrat yang mengalami kerusakan (Pitt dan Hocking, 1997; Perfect et al., 2009; Perrone et al., 2007). Sifat Aspergillus niger yang kosmopolit menyebabkan seringkali manusia terpapar langsung oleh spora atau miselium pada bahan. Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang aman berdasarkan US Food dan Drug Administration (Powell et al., 1994). Walaupun berstatus aman, apabila konidia ini terhirup dalam jumlah tertentu maka akan menyebabkan beberapa penyakit paru paru contohnya aspergillosis pada manusia (Person et al., 2010). Berbeda dengan spesies genus Aspergillus lainnya, Aspergillus niger adalah spesies kontaminan dengan kasus infeksi yang paling rendah. Berdasarkan hasil penelitian Patterson et al., (2000) menyatakan hanya sekitar 5% kasus infeksi yang disebabkan oleh Aspergillus niger. Selain itu, hanya sekitar 3-10% isolat Aspergillus niger yang mampu menghasilkan mikotoksin (Schuster et al., 2002). 4. SIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan penelitian ini, meliputi: 1. Nilai Angka Lempeng Total (ALT ) koloni pada sampel sediaan jamu serbuk di kecamatan Pare kabupaten Kediri yaitu pada sediaan jamu serbuk pegal linu adalah 1,7x10 3 cfu/gram dan nilai ALT koloni pada sediaan jamu serbuk galian singset adalah 1,3x10 3 cfu/gram. 2. Sampel sediaan jamu serbuk yang diteliti baik jamu serbuk pegal linu dan jamu serbuk galian singset di kecamatan Pare kabupaten Kediri memiliki kualitas mikrobiologi yang baik dan layak dikonsumsi. Hal tersebut mengacu pada ketetapan BPOM mengenai ambang batas maksimal cemaran pada sediaan jamu serbuk yaitu 10 4 cfu/g. ALT koloni pada sediaan jamu serbuk tidak melampui batas maksimal tersebut, sehingga aman dikonsumsi. 3. Kapang kontaminan dominan pada kedua sampel sediaan jamu serbuk pegal linu dan galian singset di kecamatan Pare kabupaten Kediri adalah spesies Aspergillus niger van Tieghem dengan rerata jumlah koloni 1,86x10 5 cfu/g pada sediaan jamu serbuk pegal linu dan 3,77x10 4 cfu/g pada sediaan jamu serbuk galian singset. Spesies tersebut mempunyai kasus daya infeksi yang rendah. 5. DAFTAR PUSTAKA Anief, M Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Departemen Kesehatan RI Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan obat dan Makanan 6

7 Fardiaz, Srikandi Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utaman. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Makfoeld, Dj Mikotoksin Pangan. Yogyakarta:Penerbit Kanisius Pajar Kandungan Gizi dan Senyawa Aktif Jamu Tradisional untuk Kesehatan Ibu Melahirkan dan Menyusui. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Patterson, T. F., Kirkpatrick, W. R., White, M., Hiemenz, J. W., Wingard, J. R., Dupont, B., Rinaldi, M. G., Stevens, D. A. dan Graybill, J. R Invasive Aspergillosis: Disease Spectrum, Treatment Practices, nd Outcomes. Medicine (Baltimore) 79(4): Perfect, J.R., Cox, G.M., Lee, J.Y., Chapman, S.W., Morrison, V.A., Pappas, P., Hiemenz, J.W., dan Stevens, D.A The Impact of Culture Isolation of Aspergillus species: A Hospital-Based Survey of Aspergillosis. Clinical Infectious Diseases 33: Pitt, J.I., & Hocking, A.D Fungi and Food Spoilage. Sydney: Academic Press. Powell, K.A., Renwick, A., and Peberdy, J.F The Genus Aspergillus, from Taxonomy and Genetics to Industrial Application. New York: Plenum Press Samson, R. A., E.S. Hoekstra & Van Oorcshot Introduction to Food Born Fungi. Netherlands: Central Bureau voor schimmelcultures. Schuster, E., Coleman, N.D., Frisvad, J.C., dan Dijck, P.W.M On The Safety of Aspergillus niger: A review. Applied Microbiology and Biotechnology 59: Suharmiati dan Handayani, L., Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agro Pustaka Xavier, M. O., Sales, M. P. U., Camargo, J. J. P., Pasqualotto, A. C. dan Severo, L. C Aspergillus niger Causing Tracheobronchitis and Invasive Pulmonary Aspergillosis in a Lung Transplant Recipient: Case Report. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical 41(2): Perrone, G. A., Susca, A., Cozzi, G., Ehrlich, K., Varga, J., Frisvad, J.C., Meijer, M., Noonim, P., Mahakamchanakul, W., dan Samson, R.A Biodiversity of Aspergillus species in some important agricultural products. Studies in Mycology 59: Person, A.K., Chudgar, S.M., Norton, B.L., Tong, B.C., dan Stout, J.E Aspergillus niger: an Unusual Cause of Invasive Pulmonary Aspergillosis. Journal of Medical Microbiology 59:

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG KONTAMINAN PADA JAMU SERBUK YANG DIJUAL DI KOTA PARE KABUPATEN KEDIRI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG KONTAMINAN PADA JAMU SERBUK YANG DIJUAL DI KOTA PARE KABUPATEN KEDIRI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG KONTAMINAN PADA JAMU SERBUK YANG DIJUAL DI KOTA PARE KABUPATEN KEDIRI Putri Moortiyani Al Asna 1, Laily Maghfiro Kamil Mastika 1, Utami Sri Hastuti 1 1 Jurusan Biologi 1,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT

PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG Rina Wahyuni 2), Vonda Perdana Lase 2) dan HarrizulRivai 1) 1) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari rizosfer tanaman Cabai merah (Capsicum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Teknik Pengumpulan Data 2.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan (Mikologi). Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993).

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993). LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993). Bahan yang digunakan : Kentang 200 g Dextrose 20 g Agar 20 g Akuades 1000 ml Cara kerja : Kentang dibersihkan kemudian dipotong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Harrizul Rivai 1, Susana Merry Mardiastuty 2, Fitra Fauziah 2 1Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen karena terdapat suatu pengendalian perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti,

Lebih terperinci

KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG. Oleh : ABSTRACT

KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG. Oleh : ABSTRACT KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG Oleh : Zelvia Misdar 1, Mades Fifendy 2, Nurmiati 3 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur (semi-structural interview) melalui

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT O L E H NAMA : MHD FADLI NST NIM : 1109008817 PRODI GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI : A LABORATORIUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN PADA BIJI KACANG MERAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN PADA BIJI KACANG MERAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN PADA BIJI KACANG MERAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG Umi Kulsum Nur Qomariah, Utami Sri Hastuti, Agung Witjoro Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE

II. MATERI DAN METODE II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar spiritus, pipet, jarum ose, erlenmeyer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku jamu gendong dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN KAPANG KONTAMINAN PADA TEPUNG TERIGU

STUDI TENTANG PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN KAPANG KONTAMINAN PADA TEPUNG TERIGU 16-156 STUDI TENTANG PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN KAPANG KONTAMINAN PADA TEPUNG TERIGU THE EFFECT OF STORAGE TIME TOWARD THE DIVERSITY OF CONTAMINANT MOLDS IN WHEAT FLOUR Henny Nurul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011. III. METODE PENELITIAN A. Uji Kontak Bakteri A.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

UJI MIKROBIOLOGIS BEBERAPA PRODUK KECAP MANIS PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR KOTA PADANG

UJI MIKROBIOLOGIS BEBERAPA PRODUK KECAP MANIS PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR KOTA PADANG UJI MIKROBIOLOGIS BEBERAPA PRODUK KECAP MANIS PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR KOTA PADANG Oleh : Fitri Deswita 1, Mades Fifendy 2, Nurmiati 3 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Slogan back to nature membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan.

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI Penularan Penyakit Melalui Makanan Sumber Kontaminasi:penjamah makanan Bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pengambilan sampel limbah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut)

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) A. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk 1. Memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai metode pengujian sanitasi pekerja dalam pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian inidilakukan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012. Sampel gubal dan daun gaharu diambil di Desa Pulo Aro, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 perlakuan, yaitu pemberian zat pengatur tumbuh BAP yang merupakan perlakuan pertama dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Juli 2011. Untuk pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya.

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

DETEKSI CEMARAN BAKTERI PADA JAMU TRADISIONAL YANG DIJAJAKAN DI KELURAHAN BANTA-BANTAENG

DETEKSI CEMARAN BAKTERI PADA JAMU TRADISIONAL YANG DIJAJAKAN DI KELURAHAN BANTA-BANTAENG DETEKSI CEMARAN BAKTERI PADA JAMU TRADISIONAL YANG DIJAJAKAN DI KELURAHAN BANTA-BANTAENG Sitti Hadijah Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ABSTRAK Pengujian kualitas mikroba pada sediaan jamu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN UBI JALAR PUTIH SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA BERBAGAI KONSENTRASI

PEMANFAATAN UBI JALAR PUTIH SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA BERBAGAI KONSENTRASI PEMANFAATAN UBI JALAR PUTIH SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA BERBAGAI KONSENTRASI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini tertuju pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci