Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang"

Transkripsi

1 Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Harrizul Rivai 1, Susana Merry Mardiastuty 2, Fitra Fauziah 2 1Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), jl. Tamansiswa No.9 Padang Corresponding harrizul@yahoo.com ABSTRAK Pemeriksaan mutu jamu untuk obat mencret yang dijual di apotik-apotik Kota Padang telah dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan pada tiga macam jamu yaitu sebuk, kapsul dan cairan oral dan dianalisis waktu hancurnya, keseragaman bobot/volume, kadar air, angka kapang total dan angka lempeng total. pemeriksaan ini menunjukan bahwa waktu hancur kapsul tidak lebih dari 30 menit, keseragaman bobot/volume dan kadar air semua sampel memenuhi syarat. Angka kapang total semua sampel tidak memenuhi syarat, sedangkan angka lempeng total memenuhi syarat. Karena itu dapat disimpulkan bahwa jamu untuk obat mencret yang digunakan dalam pemeriksaan ini tidak memenuhi syarat berdasarkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Kapala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kata Kunci: pemeriksaan mutu, jamu, obat tradisional, obat mencret PENDAHULUAN Jamu adalah obat tradisional Indonesia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Salah satu jamu yang banyak diguanakan oleh masyarakat adalah jamu obat mencret. Karena itu jamu obat mencret harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2014). Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa apakah jamu obat mencret yang dijual di apotik-apotik di Kota Padang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi autoklaf (All America), laminar air flow (LAF) (Esco), desintegrator dan alat-alat yang lazim digunakan di laboratorium kimia analitik dan mikrobiologi. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah jamu obat mencret dalam bentuk sediaan serbuk (sampel A), dalam bentuk sediaan kapsul (sampel B), dan dalam bentuk sediaan cair obat dalam (sampel C). Bahan kimia yang digunakan adalah Plate Count Agar (PCA) (Merck), Nutrien Broth (NB) (Merck), Potato Dextrose Agar 285

2 (PDA) (Merck), etanol 70% (Brataco) dan Aqua Destilata (Brataco). Pemeriksaan waktu hancur Waktu hancur kapsul ditentukan dengan cara seperti diuraikan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Caranya: masukkan satu kapsul pada masing-masing dari keranjang, tanpa menggunakan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua kapsul: semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya; tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna. Waktu hancur untuk sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 30 menit (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan keseragaman bobot 1. Serbuk Dari 10 kemasan primer tidak lebih dari 2 kemasan yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari tabel dan tidak satu kemasanpun yang bobot isinya menyimpang dua kali lipat dari tabel berikut (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014): Tabel 1. Persyaratan keseragaman bobot serbuk simplisia Bobot rata-rata serbuk Penyimpangan terhadap bobot rata-rata 0,1 g 15 % 0,1 0,5 g 10 % 0,5 1,5 g 8 % 1,5 6 g 7 % 6 g 5 % 2. Kapsul Untuk kapsul yang berisi obat tradisional kering: dari 20 kapsul, tidak lebih dari 2 kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10 % dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 25 %. Untuk kapsul yang berisi obat tradisional cair: tidak lebih dari satu kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5 % dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 15 % (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). 3. Keseragaman volume cairan obat dalam Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada penandaan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan kadar air Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk sampel dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk sediaan kapsul. Masukkan lebih kurang 10 gram sampel 286

3 dan timbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 o C selama 5 jam dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai pembedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Pembuatan Media Pembenihan untuk Penetapan Angka Lempeng Total 1. Plate Count Agar (PCA) Ditimbang sebanyak 11,475 gram Plate Count Agar kemudian dilarutkan dalam 510 ml air suling dalam labu erlemeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Lalu langsung pasang disterilkan kedalam autoklaf yaitu pada suhu 121 o C selama 15 menit (Pratiwi, 2008). 2. Nutrient Broth (NB) Ditimbang sebanyak 5,28 gram serbuk medium Nutrient Broth kemudian dilarutkan dalam 660 ml air suling dalam labu erlenmeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit. Penetapan angka lempeng total Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml Larutan Nutrien Broth kocok homogen (pengenceran 10 - ¹) kemudian disiapkan 5 buah tabung yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml larutan Nutrient Broth. Dari pengenceran 10 - ¹ dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung yang berisi pengencer Nutrient Broth pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml kedalam cawan petri dan dibuat duplo. Kedalam cawan petri dituang 15 ml Media Plate Count Agar (45 ± 10 o C). Segera digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dibuat uji kontrol (blangko) yang berisi media Plate Count Agar. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu o C selama jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dengan menggunakan alat coloni counter (Thoha et al., 2012) Pembuatan Media Pembenihan untuk Penetapan Angka Kapang dan Khamir Potato Dextrose Agar (PDA) Ditimbang sebanyak 12,870 gram Potato Dextrose Agar kemudian dilarutkan dalam 330 ml air suling dalam labu erlenmeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Potato Dextrose Agar digunakan sebagai media umum untuk ragi dan jamur (Eziashi et al., 2013). Penetapan angka kapang dan khamir Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml air suling, kemudian kocok sampai homogen (pengenceran 10-1 ), lalu siapkan 3 buah tabung yang masing-masing berisi 9 ml Nutrient Broth (NB). Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh, dipipet 1 ml pengeneran 10-1 ke dalam tabung Nutrient Broth pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan media Potato 287

4 Dekstrose Agar, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko yang berisi media saja dan dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20 o C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi dicatat jumlah koloni jamur pengamatan terakhir yaitu setelah diinkubasi selama 7 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). HASIL DAN DISKUSI Sampel yang digunakan berupa jamu obat mencret yang diperoleh dari apotek yang berada di kota Padang dan diperoleh tiga sampel jamu obat mencret yaitu sampel A dalam bentuk kapsul, sampel B dalam bentuk serbuk dan sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam dengan kelengkapan registrasi yang berbeda-beda. pemeriksaan waktu hancur dari kapsul didapat hasil pengujian waktu ratarata yang didapat adalah 274 detik atau 4 menit 34 detik dengan simpangan baku 41 detik. selengkapnya dapat dilihat dapat Tabel 2. Tabel 2. Pemeriksaan waktu hancur sampel jamu berupa kapsul pada suhu 37 2 o C Kapsul Waktu hancur (detik) Ratarata pemeriksaan keseragaman bobot dari jamu obat mencret dalam bentuk serbuk diperoleh bobot rata-rata yaitu 2.100,2 mg dan persentase penyimpangan yang didapat yaitu 3,47 %. Keseragaman bobot dari kapsul diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg dan rata-rata persentase penyimpangannya yaitu 1,47 %. Keseragaman volume sampel dalam bentuk sediaan cairan obat dalam diperoleh volume rata-rata yaitu 10,41 ml dan persentase penyimpangannya yaitu 0,78 %. Kadar air dari bentuk sediaan serbuk adalaht 9,49 % dan kadar air dari sediaan kapsul adalah 5,49 %. Angka lempeng total dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 1,87x10 4, pengenceran 10-3 yaitu 8,0x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 8,25x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 8,25x10 6 dan pengenceran 10-6 yaitu 4,0x10 7. Angka lempeng total dari Sampel B pada pengenceran 10-2 yaitu 3,1x10 3, pengenceran 10-3 yaitu 2,05x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 1,0x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 7,5x10 5 dan pengenceran 10-6 yaitu 5,5x10 6. Angka lempeng total dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 7x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 1x10 3, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 2x10 5, dan pengenceran 10-6 yaitu 1x10 6. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan

5 Tabel 3. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel A Pengenceran Pertama Kedua ,87x ,0x ,25x ,25x ,0x10 7 Tabel 4. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel B Pengenceran Pertama Kedua ,1x ,05x ,0x ,5x ,5x10 6 Tabel 5. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel C Pengenceran Pertama Kedua x x ,5x x x10 6 Angka kapang khamir dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir dari Sampel B pada Angka kapang khamir dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. pengenceran 10-2 yaitu 1x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x10 2. Tabel 6. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel A Pengenceran Pertama Kedua ,5x Tabel 7. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel B Pengenceran Pettama Kedua x ,5x ,5x

6 Pembahasan Tabel 8. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel C Pengenceran Pertama Kedua Pengujian keseragaman bobot dilakukan pada Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan jamu obat mencret yang digunakan adalah sediaan jamu yang beredar di peroleh dari apotek di Kota Padang. Dari hasil survei diperoleh tiga jenis sampel jamu obat mencret yaitu Sampel A dalam bentuk sediaan serbuk, Sampel B dalam bentuk sediaan kapsul, dan Sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam. Dari sampel tersebut dilakukan pemeriksaan waktu hancur, keseragaman bobot, keseragaman volum, kadar air, angka lempeng total dan angka kapang khamir. Sampel jamu obat mencret ini diantaranya berupa serbuk, kapsul dan cairan obat dalam. Sediaan tablet, pil, parem, pilis, dodol tidak ditemukan di apotik Kota Padang. Masing-masing sampel ini memiliki kelengkapan registrasi, yaitu nama produk, bentuk sediaan, bobot sediaan, komposisi, nomor registrasi, nomor batch, batas kadaluarsa, dan logo jamu. Pemeriksaan waktu hancur kapsul bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu kapsul hancur sehingga dapat melepaskan zat aktif ke dalam cairan lambung atau usus untuk diabsorbsi ke dalam darah. Pengujian waktu hancur obat obat mencret Sampel A dalam bentuk kapsul didapat hasil waktu hancur ratarata yaitu 4 menit 34 detik. Waktu hancur kapsul ini tidak lebih dari batas standar yaitu 30 menit sesuai dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). jamu obat mencret Sampel A dan B, sedangkan pada Sampel C dilakukan pengujian keseragaman volumenya. Pada pengujian keseragaman bobot pada Sampel B dalam bentuk sediaan serbuk diperoleh bobot rata-rata yaitu 2100,2 mg dengan penyimpangan yaitu 3,47%. Pada pengujian keseragaman bobot pada Sampel A dalam bentuk sediaan kapsul diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg dengan penyimpangan yaitu 1,47%. Pada pengujian keseragaman volume pada Sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam diperoleh volume rata-rata yaitu 10,41 ml dengan penyimpangan yaitu 0,782%. Berdasarkan pengujian keseragaman bobot dan volume masing-masing sampel tersebut diperoleh hasil yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). Pemeriksaan keseragaman bobot pada Sampel B memenuhi syarat dimana bila 5 gram sampai 10 gram bobot rata-rata serbuk maka penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 8% sampai 10%. Pemeriksaan keseragaman bobot pada Sampel A memenuhi syarat dimana bila bobot rata-rata isi kapsul lebih dari 120 mg, maka penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari ± 7,5 % sampai ± 15 %. Pemeriksaan keseragaman volume pada Sampel C memenuhi syarat dimana perbedaan volume cairan setiap wadah takaran tunggal tidak lebih dari 5 % 290

7 terhadap volume rata-rata (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan kadar air dengan tujuan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung dalam sampel yang akan digunakan. Jika jumlah air dalam sampel banyak maka akan mempermudah untuk pertumbuhan mikroorganisme pada sampel. Pemeriksaan kadar air dilakukan pada Sampel A dan B. Pada pemeriksaan kadar air yang telah dilakukan pada Sampel B dalam bentuk sediaan serbuk setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang sama yaitu 105 o C didapat hasil 9,495 %. Ini berarti kadar air Sampel B tidak lebih dari 10 %. Pada pemeriksaan kadar air yang dilakukan pada Sampel A dalam bentuk sediaan kapsul setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang sama yaitu 105 o C didapat hasil 5,497 %. Ini berarti kadar air Sampel A tidak lebih dari 10 %. Dengan demikian kadar air Sampel A dan B memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). Penetapan angka lempeng total pada jamu obat mencret dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada sampel. Angka lempeng total dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 1,87x10 4, pengenceran 10-3 yaitu 8,0x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 8,25x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 8,25x10 6 dan pengenceran 10-6 yaitu 4,0x10 7. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak lebih dari 10 6 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka lempeng total dari Sampel B pada pengenceran 10-2 yaitu 3,1x10 3, pengenceran 10-3 yaitu 2,05x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 1,0x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 7,5x10 5 dan pengenceran 10-6 yaitu 5,5x10 6. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka lempeng total dari Sampel C anak pada pengenceran 10-2 yaitu 7x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 1x10 3, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 2x10 5, dan pengenceran 10-6 yaitu 1x10 6. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk sediaan cairan obat dalam adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Penetapan angka kapang khamir pada jamu obat mencret dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah mikroba yaitu jamur yang tumbuh pada sampel. Angka kapang khamir dari Sampel A pada pengenceran10-2 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka kapang khamir dari Sampel B pada pengenceran10-2 yaitu 1x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x10 2. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 10 3 Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka kapang khamir dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran

8 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk cairan obat dalam adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada sampel obat jamu obat mencret yang diperoleh dari apotek di Kota Padang dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel jamu obat mencret yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014) tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (2005). Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Nomor: HK Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2014), Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Repblik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Jakarta: Badan POM RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Eziashi, E., Odigie, E., Aisagbonhi, C.,& Dimaro, E.O. (2013). Insect Larva: The Cultre Medium for Fungi Storage.American Journal of Experimental Agriculture, 3, Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Thoha, T. B., Izuka, E. H., Sikirat, M O., Toyin, A. M., Omobowale, A. K., Oluwabunmi, O., & Olowadun, A. (2012). Enumeration of Microorganism in Dried cassava Power (Garri); a Comparative Study of Four Methods. New York Science Journal, 5 (1):

PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT

PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG Rina Wahyuni 2), Vonda Perdana Lase 2) dan HarrizulRivai 1) 1) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. Bahwa untuk melindungi masyakarat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Ikan teri (Stolephorus sp) asin kering yang dijadikan sampel berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 661/MENKES/SK/VII/ 1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. bahwa untuk melindungi masyakarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting terhadap total bakteri dan total fungi pada Pellet limbah penetasan dilaksanakan pada bulan Maret Juni

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 untuk pengujian TPC di Laboratorium Mikrobiologi PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional), Badan

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Laboratorium Balai Kesehatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun 2017 diawali dengan persiapan ekstrak pegagan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Formulasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 15 Juni 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi pengujian sampel. Untuk lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan - Nutrient Agar ( ) Steril - Potato Dextrose

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan TINJAUAN PUSTAKA Obat tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur (semi-structural interview) melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku jamu gendong dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang. 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu: 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1. Alat Penelitian Berikut merupakan peralatan penelitian yang dipergunakan diantaranya yaitu Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, ph meter digital, cawan petri, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu Better Ridder, S.Si., Apt., M.Buss. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen AGENDA 1. Tujuan dan Indikator BPOM 2015-2019 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. Pelaksanaan proses pengeringan dilakukan di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Analisis Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro. 18 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro. 4.2 Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM (PSOBA) DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 2. Bunga lawang (Illicium verum. Hook.f.) Gambar 1. Simplisia kering bunga lawang Gambar 2. Serbuk simplisia bunga lawang Lampiran 3. Perhitungan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT

BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB III UJI SEDIAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. L a t a r b e l a k a n g Arsip kertas yang berbahan dasar selulosa tidak luput dari serangan mikrobiologi yang dapat merusak arsip

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji efektivitas pada antiseptik di Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014 III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen, Laboratorium Patologi, Entomologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu dengan mengenalisis aktivitas anti jamur ekstrak etanol daun ketepeng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Etnobotani 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan obat penyakit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011. III. METODE PENELITIAN A. Uji Kontak Bakteri A.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI Metodologi yang dilakukan pada kaplet Omefulvin produksi PT.MUTIFA Medan adalah uji disolusi dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung dengan kecepatan rotasi 100 rpm dan waktu

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA A. Obat Asli Indonesia Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan baku alam yang dikeringkan yang dibuat secara turun temurun yang biasanya dikemas dalam wadah yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, Lampiran. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar (TSA) Sebanyak g bubuk TSA dilarutkan dalam ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer liter dan dipanaskan pada penangas air sambil

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat 3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat Alat-alat gelas yang dibutuhkan: Cawan petri untuk wadah media padat dan tempat membiakkan organisme Gelas erlenmeyer untuk wadah membuat media sekaligus tempat membiakkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. Crassa terhadap Populasi Bakteri dalam Ileum Ayam Broiler yang dipelihara pada Kondisi Panas dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Fakultas Pertanian UMY pada bulan Maret-April 2017. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang

Lebih terperinci