BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Apabila seorang peneliti melakukan penelitian, secara sadar atau tidak dalam dirinya ada cara memandang hal atau peristiwa tertentu. Hal ini secara wajar terjadi karena dalam diri peneliti sudah terbentuk suatu perangkat kepercayaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu yang dinamakan aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian) atau paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur atau bagaimana bagian-bagian berfungsi. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih mudah membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui model-model tertentu. Model-model tersebut biasanya disebut dengan paradigma (Moleong, 2009). Dalam penelitian kualitatif teori lebih ditempatkan pada garis yang digunakan dibidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma (Ritzer, dalam Bogdan & Biklen, 1982). Paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti (Alsa, 2010). Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretatif (pandangan/pendapat) dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Paradigma interpretatif digunakan karena paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari hari sehingga melalui paradigma interpretatif, dalam penelitian ini peneliti dapat memahami bagaimana proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia seseorang.

2 2.2 Kajian Pustaka Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator ( i) Untuk memahami apa yang terjadi ketika kita melakukan komunikasi intrapersonal, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don t mean; people mean. Kata-kata tidak memiliki makna; tapi oranglah yang memberikan makna (Rakhmat, 1985: 49). Komunikasi intrapersonal juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terjadi di dalam diri individu mulai dari kegiatan menerima pesan atau informasi, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali. komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap yaitu: 1. Sensasi Tahap paling awal penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata sense, alat pengindraan. Dengan demikian sensasi adalah proses penangkapan stimuli. Stimuli adalah apa saja yang menyentuh panca indra baik dari dalam maupun dari luar diri. Dan kemudian stimuli yang sudah di tangkap melalui proses sensasi akan diberikan makna. Alat pengindra akan segera mengubah stimuli menjadi energi saraf untuk

3 disampaikan ke otak melalui proses transduksi (proses mengubah suatu bentuk ke bentuk lain). Agar dapat diterima alat indra, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimuli disebut ambang mutlak (absolute threshold). Mata, misalnya hanya dapat menangkap stimuli yang mempunyai panjang gelombang 380 sampai 780 nanometer. Telinga hanya mampu mendeteksi gelombang suara berkisar antara 20 sampai hertz. 2. Persepsi Persepsi adalah pemberian makna dari pada sensasi. Dengan kata lain persepsi juga dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga ditentukan oleh faktor personal dan juga faktor situasional. Selain itu perhatian adalah faktor lain yang juga sangat mempengaruhi persepsi. Kenneth E. Andersen dalam Rakhmat mendefenisikan, Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. 3. Memori Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan paling penting dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Schlessinger dan Groves dalam Rakhmat mendefenisikan, memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan munggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Mussen dan Rosenzweig dalam Rakhmat menyatakan Memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan (storge) proses menentukan berapa lama informasi berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Penyimpanan bisa bersifat aktif (sengaja menyimpan) atau pasif (tidak sengaja tersimpan). Pemanggilan (Retrieval) adalah menggunakan informasi yang sudah dismipan (mengingat kembali).

4 4. Berpikir Dalam berpikir kita melihat semua proses yang kita sebut di muka: sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Jadi berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon (Rakhmat, 1985) S O R Teori S O R atau Stimulus-Organism-Response memiliki Objek materialnya yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Teori S O R beranggapan bahwa organisme menghasilakan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi yang ditimbulkan oleh komunikan (Effendi, 2003). Teori ini dikenal sebagai model Stimulus Organisme Respon dimana unsur-unsur dasar ini terdiri dari: 1. Pesan atau stimulus 2. Komunikan 3. Efek atau Respon Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.mar at dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Respon atau perubahan sikap/perilaku bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak oleh komunikan, komunikasi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian khusus terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Ketika komunikan tersebut memikirkannya maka timbul pengertian dan penerimaan atau sebaliknya. Dengan demikian Perubahan sikap dapat yaitu, perubahan kognitif, afektif atau behavioral.

5 Stimulus atau pesan adalah rasangan atau dorongan berupa pesan, organisme adalah manusia atau seorang penerima (proses yang terjadi di dalam diri seseorang), Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan (feed back). Menurut Effendy, unsur-unsur teori S O R dapat digambarkan sebagai berikut: Stimulus Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan Respon (Perubahan Perilaku) Sumber: Effendy, Konsep Diri Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri ( self concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita meninginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsipersepsi tentang sifat-sifat dari diri subjek atau diri objek dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar diri subjek diri objek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsiperseepsi ini (Mulya, 2009). Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku. pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada teori interaksionisme simbolik. Mead

6 berpendapat bahwa kerena manusia memiliki diri, manusia memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Mead juga melihat diri sebagai sebuah proses, bukan struktur (West, Turner, 2008). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu: 1. Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya. 2. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat memengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya, karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif

7 terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya. 3. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Fellcer (1974) menyebutkan bahwa konsep diri seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian akhir dengan mengatakan "saya sebenarnya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai yang baik", sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh nilai yang baik. Keyakinannya tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang (Pudjijogyanti, 1988). Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976:22) antara lain : 1. The perceptual component Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuat pada orang lain atau sering disebut konsep diri fisik. Tercakup didalamnya gambaran yang dipunyai seseorang tentang daya tarik tubuhnya (attractiveness) dan keserasian jenis kelamin (sex approriateness). Komponen ini sering disebut physical self concept. 2. The conseptual component Pandangan tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain baik tentang kemampuan dan kekurangannya serta disusun dari kualitas penyesuaian hidupnya tentang kepercayaan diri tergantung keberanian, kegagalan dan kelemahannya. Komponen ini sering disebut psychological self concept.

8 3. The attitudinal component Perasaan tentang kebanggaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam komponen ini adalah keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang membentuk dirinya. Sedangkan menurut Pudjijogyanti (1988:3) komponen-komponen konsep diri ada dua yaitu : 1. Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya, misalnya saya anak bodoh atau saya anak nakal. Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari siapa saya yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri (self-picture) tersebut akan membentuk citra diri (self- image). 2. Komponen afektif Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri (self acceptance), serta harga diri (self-esteem) individu. Fitts (Agustiani 2006: ) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: a. Dimensi Internal Dimensi internal atau kerangka acuan internal (internal Frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalamnya. Dimensi ini terdiri atas tiga bentuk 1. Identitas diri (identity self) Merupakan bagian aspek paling mendasar untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. mengacu pada pertanyaan, "siapakah saya?". 2. Diri pelaku (behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai "apa yang dilakukan diri". 3. Diri penerimaan/penilai (judging self) Berfungsi sebagai penguat, penentu standar dan elevator. Kedudukannya sebagai perantara (mediator) antara diri dan identitas pelaku.

9 b. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk, yaitu: 1. Diri Fisik (physical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik (cantik, jelek, menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dsb). 2. Diri etik-moral (moral-ethical self) Bagian ini merupakan persepsi seorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut keberadaan seseorang dengan kehidupan keluarganya, Agama dan Tuhan yang meliputi aspek batasan baik dan buruk. 3. Diri Pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain tapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4. Diri Keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan sejauhmana seseorang merasa dekat terhadap dirinya dari suatu keluarga. 5. Diri Sosial (social self) Diri sosial maupun bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Seluruh bagian ini, baik eksternal maupun internal saling berkaitan dan berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. (Rahmat 1971:7-8) Teori Disonansi Kognitif Teori konsistensi mengemukakan bahwa pikiran beroperasi seperti sebuah penengah antara rangsangan (stimulus) dan respons. Teori ini menyatakan jika seseorang menerima rangsangan, maka pikiran akan memprosesnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang sudah diterima atau sudah ada

10 sebelumnya. Jikalau rangsangan baru tersebut tidak sesuai dengan pola yang ada atau tidak konsisten, maka orang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan tersebut timbul ketika seseorang menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau menemui pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang (inkonsisten). Konsistensi merupakan prinsip penting dan teratur yang ada dalam proses kognitif manusia, dan perubahan respon terjadi sebagai akibat adanya informasi yang menggangu keteraturan tersebut. Menurut Festinger dalam Morissan (2013), manusia membawa berbagai unsur (elemen) dalam kognitifnya. Elemen tersebut adalah sikap, persepsi, pengetahuan dan tingkah laku (behavior). Elemen-elemen tersebut barada dalam suatu sistem yang tidak terpisah dan saling mempengaruhi. Ada tiga jenis hubungan yang mungkin terjadi antar elemen-elemen tersebut. Pertama, hubungan yang tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap elemen-elemen yang ada, disebut sebagai hubungan nihil atau tidak relevan (irrelevant). Kedua, hubungan konsisten atau hubungan konsonan, yaitu hubungan antar elemen yang saling menguatkan. Ketiga adalah hubungan yang menimbulkan ketidaksesuaian (inkonsisten) atau disonansi. Terdapat dua ide penting yang menjadi dasar teori disonansi kognitif ini yaitu: pertama, adanya disonansi akan menimbulkan ketegangan dan stress yang membuat seseorang tertekan dan mencari jalan untuk berubah. Kedua, kondisi disonansi membuat seseorang tidak hanya berupaya untuk menguranginya tetapi juga menghindarinya. Festinger dalam Morissan (2013) membayangkan sejumlah merode yang digunakan manusia untuk mengatasi ketidaksesuaian kognitif. 1. Mengubah satu atau lebih elemen kognitif yang ada. Misal elemen tingkah laku (tindakan) dan atau elemen sikap 2. Menambahkan elemen baru dalam hubungan yang inkonsisten guna menetralkan disonansi. 3. Mempertimbangkan kembali disonansi yang terjadi. Melalui pertimbangan tersebut seseorang memahami disonansi yang terjadi bukanlah hal terpenting jika dibandingkan dengan hal yang lain.

11 4. Mencari informasi yang dapat mendukung suatu tindakan agar seseorang punya penguatan atas tindakannya yang dilakukannya. 5. Menguarangi disonansi yang terjadi dengan mendistorsi atau menyalah artikan informasi yang ada sehingga terbentuk pemahaman yang dapat diterima oleh kognisinya. Banyak teori dan riset mengenai teori disonanasi kognitif yang mengemukakan berbagai situsasi atau keadaan yang memungkinkan disonansi dapat terjadi kondisi. Situasi atau keadaan yang dapat mendorong timbulnya disonansi adalah sebagai berikut: saat membuat keputusan (decision making), kepatuhan yang dipaksakan (forced compliance), memasuki kelompok baru (initiation), dukungan sosial (social support), dan usaha atau daya upaya (effort) (Morissan, 2013). Menurut Leon Festinger (1957) dalam West & Turner perasaan ketidakseimbangan kognisi yang timbul atas ketidaksesuaian rangsangan dengan pola rangsangan yang sudah ada sebelumnya disebut sebagai disonansi kognitif. Ia juga berpendapat inti dari teori disonansi kognitif adalah adanya sebuah perasaan tidaknyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Dapat digambarkan proses disonansi kognitif sebagai berikut: Sikap, pemikiran dan prilaku yang tidak konsisten Berakibat pada Mulainya disonansi Berakibat pada Rangsangan yang tidak menyenangkan Dikurangi dengan Sumber: Festinger, Perubahan yang menghilangkan inkonsistentsi

12 Festinger menyatakan bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan, pernyataan ini sangat penting bagi para peniliti komunikasi. Dengan berdasar dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa disonansi kognitif dapat memotivasi perilaku komunikasi saat orang melakukan persuasi kepada orang lainnya dan saat orang berjuang untuk mengurangi disonansi kognitifnya. Dengan kata lain, ketika seseorang menemui orang lain dalam rangka mengurangi disonansi maka hal tersebut merupakan cara dan usahanya untuk mempengaruhi dirinya sendiri demi mengalami perubahan dalam dirinya (West, Turner, 2008). Sebagian besar pandangan teori kognitif percaya bahwa manusia memperoleh informasi yang diterima melalui lima tahap berikut: 1. Sensory input, yaitu tahap dimana terjadinya proses pengindraan terhadap stimulus yang ada di lingkungan 2. Central processing, yaitu tahap proses pemberian makna terhadap informasi yang masuk 3. Information storage, yaitu tahap dimana informasi dimasukkan dan dikumpulkan dalam memori manusia 4. Information retrieval, yakni tahap memori tersebut dipanggil kembali 5. Utilization pada tahap ini terjadi proses bagaimana cara kita memanggil dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku nonverbal dan pembicaraan yang akan dilakukan (Griffin,2003) Dalam upaya mengurangi disonansi, seseorang akan secara aktif menolak situasi-situasi dan informasi yang memungkinkan meningkatnya disonansi yang dialaminya (Severin dan Tankard, 2008). Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan di ambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi. Tindakan yang diambil oleh seseorang ini adalah upaya seseorang untuk mencapai perubahan yang mengembalikan konsistensi Teori Penilaian Sosial Teori penilaian sosial memberikan penjelasan bagaimana orang memberikan penilaian mengenai segala informasi atau pernyataan yang didengarnya. Dengan kata lain teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana

13 seseorang beropini terhadap sesuatu hal. Tiga hal yang mempengaruhi seseorang dalam memberi penilaian yaitu: 1. Keterlibatan ego Menurut Sherif keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, jika suatu isu berdampak atau berakibat secara langsung pada seseorang maka orang tersebut akan menganggap isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebaliknya, jika suatu isu tidak berdampak secara langsung bagi seseorang maka isu tersebut tidaklah penting bagi dirinya. 2. Jangkar sikap Sherif mengatakan orang cenderung menggunakan acuan atau jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Dalam kehidupan sosial, acuan yang seseorang gunakan saat menduga sesuatu (memberikan penilaian) tanpa alat ukur pasti adalah referensi serta pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain seseorang cenderung memberikan penilaian dengan acuan internal yang dimilikinya. 3. Efek kontras Dengan berdasar pada pemahaman yang Sherif kemukakan maka dapat diketahui bahwa seseorang memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu keterlibatan ego dan acuan internal. Namun demikian, proses penilian ini tetap dapat menimbulkan distorsi (penyimpangan). Distorsi ini terjadi jika seseorang menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian yang menjadi lebih jauh dari yang seharusnya ini di sebut sebagai efek kontras. Sebaliknya, distorsi juga terjadi ketika seseorang memberi penilaian terhadap suatu pesan menjadi lebih dekat dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian ini disebut dengan efek asimilasi, Emosi Emosi adalah perasaan yang ditujukan kepada seseorang, atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Rasa sedih, senang, bahagia, marah, dan depresi

14 merupakan rasa yang berbeda dan diungkapkan dengan cara yang berbeda pula. Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Walgito 1997 dalam Khodijah memahami emosi dari beberapa teori emosi berikut: 1. Teori Emosi Sentral Menurut teori Emosi sentral, jasmani merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Untuk memahami teori ini kita bisa memperhatikan orang yang menangis. Pada orang yang menangis tentu akan merasakan adanya emosi, baik itu berupa rasa sakit ataupun kesedihan yang mendalam, setelah itu muncul perubahan-perubahan yang pada akhirnya memunculkan tetesan air mata yang dikeluarkan. Jadi, individu mengalami emosi terlebih dahulu, baru kemudian mengalami perubahan-perubahan. 2. Teori Emosi Peripheral Teori emosi ini dikemukakan oleh William James ( ). Teori emosi peripheral berbanding terbalik dengan teori emosi sentral. Menurut teori peripheral, gejala pada kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya, ia susah karena menangis. 3. Teori Emosi Kepribadian Teori emosi yang ketiga adalah teori emosi kepribadian. Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi. Antara pribadi dan jasmaniah tidak bisa dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, emosi meliputi pola perubahan-perubahan jasmaniah (Khodijah, 2006) Fungsi Emosi Martin dalam Khodijah menyatakan bahwa emosi bukan hanya berfungsi untuk mempertahankan hidup (survival), untuk mengungkapkan ekspresi dan mempertegas perasaan saja. Emosi juga berfungsi sebagai energi atau pembangkit energi yang bisa memberi semangat hidup dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga bisa berperan sebagai pembawa pesan atau messenger. Artinya, emosi

15 mampu memberi tahu diri kita mengenai kondisi atau keadaan seseorang yang berada di sekitar kita (Khodijah, 2006). Ada dua jenis emosi yaitu: 1. Emosi Positif adalah emosi menyenangkan yang bisa menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, yaitu jatuh cinta, senang, gembira, kagum dan sebagainya. 2. Emosi Negatif adalah emosi tidak menyenangkan, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif, di antaranya sedih, marah, benci, takut, dan sebagainya. Emosi positif atau negatif sebenarnya tidak memaksa kita untuk bertingkah laku secara tertentu. Tetapi, karena kita memberi arti pada emosi itulah yang menyebabkan kita bertingkah laku tertentu. Itulah yang dinamakan motif. Motif adalah sesuatu yang menggerakkan orang baik dalam keadaan sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan. Demikianlah emosi yang diberikan arti negatif dapat menimbulkan perasaan negatif yang dapat melukai diri sendiri dan juga merusak hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya, jika emosi diartikan positif, emosi tersebut dapat dipakai untuk lebih mengenali diri sendiri dan orang lain. Perasaan yang timbul dari emosi positif juga bisa dijadikan motivasi untuk melakukan yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang lain. Seringkali kita menekan emosi yang tidak sesuai harapan ke dalam diri kita. Sebenarnya apabila emosi ini ditekan, emosi tersebut bisa menyebabkan penyakit batin dan juga penyakit jasmani. Misalnya, Pusing sebagai pengganti rasa marah, lelah mengganti rasa sedih dan sesak nafas sebagai pengganti rasa takut Fobia Fobia adalah perasaan takut yang irasional berlebihan dan bersifat terus menerus terhadap sesuatu atau situasi (Gunawan, 2009). Davison & Neale (2001) Fobia adalah ketakutan luar biasa yang tidak masuk akal yang mengganggu kehidupan seseorang yang sebenarnya normal. Sedangkan fobia sosial adalah ketakutan terhadap situasi sosial dimana seseorang mungkin diamati oleh orang lain. Fobia spesifik adalah ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik (Hadjam, 2011: 70).

16 Seorang yang memiliki ketakutan yang sangat berlebihan pada suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakkan orang lain tidaklah sangat berbahaya, disebut orang yang memiliki fobia. Orang tersebut biasanya menyadari ketakutannya tersebut tidak rasional tetapi dia tidak bisa mengontrolnya dan tetap merasakan kecemasan (mulai dari serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi itu. Tampaknya terdapat suatu kontinum (rangkaian) antara rasa takut yang umum dengan fobia, sehingga sering kali kesulitan untuk membedakan keduannya. Namun demikian, rasa takut tidaklah dikatakan sebagai fobia apabila rasa takut tersebut tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari individunya. Contoh-contoh ketakutan yang digolongkan sebagai gangguan fobia: 1. Seseorang yang sangat ketakutan dan menjerit histeris ketika melihat seekor kecoa terbang di sekitarnya 2. Seorang wanita yang takut menggunakan lift, sehingga menolak untuk menggunakannya dan memilih untuk menggunakan tangga untuk mencapai lantai 3 3. Seseorang yang takut dengan suara petir, sehingga menjerit dan menutup telinga setiap kali mendengar suara petir 4. Seorang siswa yang menjadi gagap, keringat dingin dan gemetaran ketika harus berdiri di depan kelas (di depan publik), dan sebagainya. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV), fobia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu fobia spesifik (dalam DSM II simple fobia ) dan fobia sosial. 1. Fobia spesifik Davison & Neale (2001) Fobia yang spesifik berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik. Kaplap, Sadock, & Grebb, 1994 (Kessler dalam Davison & Neale,2001) Prevalensi (kelaziman) fobia spesifik di Amerika sekitar 5-10 orang pada setiap 100 orang, dan umumnya terjadi pada perempuan. Jenis fobia menurut DSM IV dapat digolongkan dalam 5 hal, yaitu: a. Tipe fobia terhadap binatang (misal: tikus, anjing, atau binatang berbulu lebat),

17 b. Tipe lingkungan alam (misalnya ketinggian, kilat atau air), c. Tipe fobia terhadap darah, suntikan, atau luka, d. Tipe situasional (contohnya berada dalam pesawat terbang, lift, atau tempat tertutup), e. Tipe lainnya (misalnya ketakutan terhadap kostum karekter tertentu pada anak-anak). 2. Fobia Sosial Kaplap, Sadock, & Grebb (1994); Davison & Neale (2001) Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain, individu menghindari dimana ia mungkin dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku yang memalukan. Prevelensinya (kelazimannya) di Amerika terjadi kepada 2-3 orang per 100 penduduk, dan pada umumnya juga perempuan. Disebutkan bahwa pada tipe fobia sosial yang umum ketakutan terjadi pada sebagian besar situasi sosial, sehingga tipe ini sulit dibedakan dengan gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disorder) (Hadjam, 2011). Berikut ini rincian ciri fisik dan kognitif fobia sosial: 1) Fisik a. Gemetar pada tangan dan kaki, seperti tremor ketika kecemasan meningkat yang juga disertai gemetar pada saat berbicara b. Berkeringat terutama pada tangan c. Rasa cemas secara berlebihan yang ditandai dengan adanya serangan panik d. Meningkat ketegangan pada otot, ditandai mudah pegal e. Ingin buang air kecil dalam waktu singkat f. Sering sakit kepala g. Mudah merasa lelah h. Rasa sesak di dada i. Pusing 2) Kognitif a. Rasa takut terhadap penilaian orang lain, takut dikritik.

18 b. Selalu berpikir negatif, beranggapan bahwa orang lain menilai buruk tentang dirinya. c. Kesulitan menemukan ide-ide baru dan cenderung tidak mampu berpikir secara jernih terhadap permasalahan yang dihadapinya. d. Mengisolasi diri e. Merasa dirinya lemah, bodoh dan selalu merasa khawatir. f. Merasa dirinya selalu dilihat oleh orang lain. g. Rasa takut untuk melihat atau bertemu orang asing. h. Merasa dirinya tidak mampu berkompetisi dan berperilaku sebagaimana orang lainnya. i. Menghindari kerumunan atau kumpulan orang ramai/keramaian tertentu saja. j. Ketakutan untuk tampil di depan orang lain atau publik Hipnoterapi Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar seseorang. Hipnosis dapat diartikan sebagai sebuah kondisi rileks, fokus, atau konsentrasi. Selain itu hipnosis juga dapat diartikan sebagai komunikasi verbal atau nonverbal yang bersifat persuasif dan sugestif sehingga adanya keterbukaan wawasan internal yang menimbulkan respon. Seperti halnya defenisi komunikasi, defenisi mengenai hipnosis juga merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya defenisi yang diberikan oleh para ahli sesuai bidang keilmuan yang dimilikinya. Pada dasarnya, semua hipnosis adalah self hypnosis dan peran penghipnosis hanyalah sebagai pembimbing untuk menuju kondisi hipnosis lebih dalam, yaitu gelombang otak yang rendah (Wong dan Hakim, 2009). Self hypnosis adalah proses penyampaian pesan kepada diri sendiri kedalam pikiran bawah sadar untuk mengarahkan perilakunya di masa mendatang (Kahija, 2007). Pikiran bawah sadar merupakan pikiran yang menerima informasi yang telah dianalisis dan diterima oleh pikiran sadar secara serta-merta. Pikiran bawah sadar tidak memikirkan alasan-alasan apa yang mendasari informasi tersebut, tidak menganalisis, dan hanya menerima informasi secara otomatis. Bagian ini berfungsi menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, intuisi,

19 kreativitas, dan kepribadian. Pikiran bawah sadar manusia memegang peranan lebih besar dibanding dengan pikiran sadar. Pikiran sadar hanya berpengaruh sekitar kurang lebih 12%, sementara pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali hidup manusia sekitar 88%. Pikiran sadar berfungsi berdasarkan akal sehat dan logika. Melalui pikiran ini, manusia berpikir secara sadar dan secara logis untuk menetapkan sesuatu atau memutuskan pilihan tertentu (Wong, 2009). Pikiran sadar mempunyai empat fungsi spesifik, yaitu: 1. Mengidentifikasi informasi yang masuk Informasi diterima melalui pancaindra yaitu pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, atau perasaan. 2. Membandingkan Informasi yang masuk dibandingkan dengan database (referensi, pengalaman, dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar. 3. Menganalisis 4. Memutuskan Memutuskan apakah infomasi yang diperoleh dapat diterima atau tidak sebagai sebuah kebenaran Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut: 1. Kebiasaan (baik, buruk dan refleks) a. Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif b. Kebiasaan buruk bersifat negative dan destruktif, seperti merokok, makan secara berlebihan dan lain-lain. c. Kebiasaan refleks antara lain dapat dilihat pada aktivitas seperti secara otomatis menutup pintu setelah membukanya, menutup mulut saat batuk dan bersin. 2. Emosi Bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal tertentu, dan terhadap orang lain. 3. Memori jangka panjang a. Memori jangka panjang adalah tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen.

20 b. Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi, sadar tetapi dapat dimunculkan kembali dengan bantuan hipnosis. 4. Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik individual kita berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan yang kita jumpai sehari-hari. 5. Intuisi a. Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif b. Berhubungan dengan spiritual dan atau metafisik 6. Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan kita untuk mewujudkan visi, pikiran, dan impian menjadi kenyataan. 7. Persepsi Persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia menurut kacamata kita. 8. Belief dan value Belief atau kepercayaan adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai hal yang benar. Sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai hal penting. Kedua hal ini sama seperti program di komputer. Jika programnya canggih, sehat, dan tidak terinfeksi virus, kinerja komputerpun akan bagus. Demikian pula dengan belief dan value (Gunawan, 2009: 17-19) Agar dapat melakukan terapi dengan benar, efektif, dan efesien, terapis perlu memahami setiap area dan fungsinya. Berikut modeling pikiran yang diberikan oleh Adi W.Gunawan guna memudahkan dalam memahami bagianbagian pikiran dan cara kerjanya.

21 Pikiran Sadar 10% Conscious Area Critical Area Modern Memory Area Pikiran Bawah Sadar 90% Primitive Area Sumber: Gunawan, Conscious area Bagian ini menyimpan dan mengingat informasi dari setiap kejadian dan perasaan kita dalam kurun waktu satu hingga satu setengah jam terakhir. 2. Critical area Sebagian dari critical area berada di wilayah pikiran sadar dan sebagian lagi di wilayah bawah sadar.critical area hanya mrnyimpan informasi yang masuk kepikiran dalam waktu dua puluh empat jam terakhir. Setiap sugesti yang bersifat merugikan atau membahayakan bagi klien dan bertentangan dengan cara berpikir sistem kepercayaannya akan langsung ditolak. Penolakan ini sangat jelas bahkan saat klien berada dalam kondisi trance. Critical area sebenarnya berfungsi sebagai antisuggestive barrier untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh luar. Ada tiga jenis antisuggestive barrier, yaitu yang bersifat logis, emosional dan etis. Dalam kondisi normal, perubahan sangat sulit dilakukan kerena harus melewati ketiga filter ini. Sebaliknya, dalam kondisi trance atau hipnosis ketiga barrier ini berada dalam kondisi off sehingga kondisi yang diberikan akan langsung masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar tanpa penolakan.

22 3. Modern memory area Bagian ini menyimpan semua informasi, mulai dari saat terjadinya pembuahan, awal mula kehamilan, hingga masa sekarang. Saat melakukan terapi, untuk mencari akar masalah dari suatu trauma, terapis sering kali menggunakan teknik age regression dan membawa klien mundur ke masa lalunya. Bila perlu, klien dibawa ke saat ia masih berada dalam kandungan ibunya. Informasi yang didapat saat melakukan regresi ini berasal dari modern memory area. 4. Primitive area Memori ini terletak di pikiran bawah sadar dan berisi semua memori primitif yang bersifat pasif, termasuk informasi yang bersifat genetik, hasil pengembangan dari proses pemelajaran dan pengkondisian. Area ini hanya aktif bila mendapat stimulus yang spesifik. Sugesti yang bisa mempengaruhi area ini akan menghasilkan reaksi yang cepat tanpa dipikir lebih dulu. Dalam kondisi normal, informasi masuk kepikiran sadar dan kemudian diteruskan ke critical area di pikiran sadar. Disini semua unit informasi ditampung dan disimpan untuk sementara waktu, menunggu waktu yang tepat untuk di-download ke pikiran bawah sadar, yaitu saat kita tidur. Critical area di pikiran bawah sadar berkembang sejalan dengan proses pendidikan dan pengkondisian yang dialami seseorang dalam proses tumbuh-kembangnya. Bagian ini berfungsi untuk mengevaluasi secara kritis semua informasi yang diterima pikiran sadar. Critical area di pikiran bawah sadar berfungsi untuk memeriksa apakah sebuah informasi mengancam atau membahayakan diri kita. Segesti yang membahayakan diri kita akan ditolak oleh critical area ini. Dengan hipnosis, proses masuk informasi ke pikiran bawah sadar berlangsung dengan sangat cepat dan efektif. Informasi bisa langsung mem-by pass pikiran sadar, masuk ke critical area pikiran bawah sadar. Critical area pikiran bawah sadar mungkin menolak informasi ini dalam bentuk abreaction. Namun, bila setelah abreaction kita mengulangi

23 sugesti yang sama, sugesti ini akhirnya akan masuk ke modern memory area. Begitu sugesti diterima oleh modern memory area, sugesti ini kembali ke critical area, kemudian ke pikiran sadar untuk diterima dan ditindak lanjuti. Efek ini dikenal dengan nama post hypnotic suggestion. (Gunawan, 2009:26-31) Ada beberapa tahapan hipnosis dalam praktik hipnoterapi yaitu sebagai berikut: 1. Pra induksi Pra induksi adalah Pembentukan suatu konteks atau kondisi yang akan mendukung dan menghasilkan kerjasama dari seseorang dalam proses induksi. Dengan kata lain pra induksi merupakan suatu proses mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara penghipnosis dan klien. 2. Induksi Merupakan teknik untuk membawa subjek berada dalam kondisi hipnosis. Atau Induksi adalah cara yang digunakan oleh hipnotis (orang yang menghipnosis) untuk membimbing klien mengalami trance hypnosis. Trance hypnosis adalah suatu kondisi kesadaran dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga klien sangat reseptif (dapat menerima) terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis. 3. Deepening Merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa subjek memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu sentuhan imajinasi. Dikatakan subjek karena kegiatan hipnosis sebenarnya adalah proses penyampaian pesan kepada diri sendiri. 4. Depth/trance level test Digunakan sebagai indikator kedalam trance seseorang untuk mnemastikan kedalaman hasil kegiatan deepening yang telah dilakukan. 5. Sugesti Anjuran atau saran yang dikemukan untuk dapat diterima oleh subjek setelah dicapai kedalaman hipnosis yang telah dibentuk. 6. Sugesti sesudah hipnosis/ Post Hypnosis Suggestion

24 Segesti sesudah hipnosis adalah sugesti yang diberikan selama subjek berada dalam kondisi trance, sehingga sugesti yang telah diberikan dapat digunakan serta mempengaruhi perilaku subjek setelah ia bangun dari kondisi trance. 7. Terminasi Tahap pengakhiran untuk mengembalikan subjek pada kondisi semula. Dengan kata lain ialah membangunkan subjek dari kondisi trance (Wong dan Hakim, 2009), Kahija, Majid, nd. Yang menjadi kesamaaan dari beberapa tahapan hipnosis tersebut adalah adanya penggunaan komunikasi baik verbal maupun non verbal sebagai sarana penyampaian pesan/ide, atau kita kenal dengan sugesti hipnosis.

25 2.3 Model Teoretik Organisme Stimulus Sensasi + Perhatian Persepsi (Pemahaman) Memori (Penerimaan) Berpikir Perubaha -an Perilaku Respon Feed -back Merekam Menyimpan Memanggil Sugesti hipnosis Sumber: Peneliti, 2012.

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DAN PERILAKU FOBIA

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DAN PERILAKU FOBIA KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DAN PERILAKU FOBIA (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Intrapersonal Hipnoterapi dalam Mengubah Prilaku Fobia Klien di Klinik Tranzcare Jakarta) Reno Caesar Olivier

Lebih terperinci

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi Proses Kognitif Proses kognitif dalam diri manusia terdiri dari : Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi 1. Sensasi - Tahap paling awal dalam penerimaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi manusia berinteraksi antar satu individu dengan

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) Apakah hipnoterapi Itu? Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Komunikasi Intra Personal Fakultas Ilmu Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Definisi: Komunikasi Intrapersonal Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Slameto (2003) berpendapat bahwa minat adalah suatu kecenderungan untuk mempelajari sesuatu dengan perasaan senang. Apabila individu membuat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 02 Komunikasi Intra Personal Fakultas Ilmu Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Definisi: Komunikasi intrapersonal

Lebih terperinci

03FIKOM. Proses Komunikasi Intra Personal. Novi Erlita S.Sos.M.A. Proses Pengolahan Informasi Sensasi Persepsi Simulasi Memori. Modul ke: Fakultas

03FIKOM. Proses Komunikasi Intra Personal. Novi Erlita S.Sos.M.A. Proses Pengolahan Informasi Sensasi Persepsi Simulasi Memori. Modul ke: Fakultas Modul ke: Fakultas 03FIKOM Proses Komunikasi Intra Personal Proses Pengolahan Informasi Sensasi Persepsi Simulasi Memori Novi Erlita S.Sos.M.A Program Studi PUBLIC RELATIONS SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap tekanan baik internal maupun eksternal. Istilah kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto, II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Psikologi Umum 2 Bab 1: Sikap (Attitude) 1 BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Bagaimana kita suka / tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Sikap: - suka mendekat, mencari tahu, bergabung

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Modul ke: 2 KOMUNIKASI INTRAPERSONAL SENSASI DAN PERSEPSI Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi Bab ini akan menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya,

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell Definisi Karakter Pengertian Karakter Menurut Para Ahli 1. Maxwell Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari itu, karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang aktif, yang mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Apakah Hipnosis/Hipnoterapi Berbahaya?

Apakah Hipnosis/Hipnoterapi Berbahaya? Apakah Hipnosis/Hipnoterapi Berbahaya? With great power comes great responsibility Sebelum menjelaskan lebih lanjut saya ingin kita menyamakan dulu persepsi kita mengenai hipnosis, agar kita bisa berpikir

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

Psikologi Sosial 2. Teori-teori Psikologi Sosial. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Sosial 2. Teori-teori Psikologi Sosial. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Sosial 2 Teori-teori Psikologi Sosial Fakultas PSIKOLOGI Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teori-teori Psikologi Sosial Sikap Ketertarikan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI KOMUNIKATOR PESAN SALURAN KOMUNIKATE EFEK EFEK AFEKSI EFEK KONASI UMPAN BALIK POSITIF NETRAL NEGATIF 1 KOMUNIKASI SUATU PROSES DI MANA SUATU GAGASAN DIALIHKAN DARI SUMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal

Lebih terperinci

KESADARAN Rah a ay a u G i G n i in i ta t s a a s s a i s

KESADARAN Rah a ay a u G i G n i in i ta t s a a s s a i s KESADARAN Rahayu Ginintasasi A. Pengertian Kesadaran Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sifat Pemalu Menurut Prayitno (2004:208) bahwa malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak

Lebih terperinci

PENGINDERAAN & PERSEPSI

PENGINDERAAN & PERSEPSI P S I K O L O G I K O G N I T I F PENGINDERAAN & PERSEPSI Ursa Majorsy 2 nd meeting 1 Menjelaskan bagaimana manusia memperoleh informasi dari lingkungan Menjelaskan tahap-tahap pemrosesan informasi Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77 BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara

Lebih terperinci

AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN

AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN 11 Februari 2009 Mari kita ubah SKK (Sikap, Konsentrasi dan Komitmen) Pertama : SIKAP Sikap merupakan kependekan dari SI = EMOSI; KA = TINDAKAN; P = PENDAPAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya (Gerungan, 2004). Hal ini berarti

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia 8 10 Tahun Anak usia 8-10 tahun tergolong usia sekolah dasar. Usia sekolah dasar 6-12 tahun sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan

Lebih terperinci

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah Konsep Kecemasa n Oleh : Hapsah Pengertian Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci