Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur."

Transkripsi

1 KAJIAN EMISI CO 2 MENGGUNAKAN PERSAMAAN MOBILE 6 DAN MOBILE COMBUSTION DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA STUDY OF CO 2 EMISSIONS USING MOBILE 6 AND MOBILE COMBUSTION FROM THE TRANSPORTATION SECTOR IN SURABAYA Rania Indah Ismayanti 1), Rahmat Boedisantoso 2) dan Abdu Fadli Assomadi 3) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur 2, 3 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur Abstrak Persentase sumber emisi CO 2 terbesar di Kota Surabaya berasal dari bahan bakar bensin sebesar 63,36% dan bahan bakar solar sebesar 23,64%. Dengan adanya sejumlah emisi CO 2 yang cukup tinggi terutama dari aspek transportasi, maka perlu adanya penelitian jumlah emisi CO 2 dari aspek transportasi. Penelitian ini bertujuan menghitung prakiraan jumlah emisi CO 2 dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya. Emisi CO 2 dihitung dengan menggunakan persamaan mobile 6 dan mobile combustion. Perhitungan mobile 6 ini berdasarkan jenis kendaraan yang dikelompokkan menurut jenis bahan bakarnya masing-masing. Perhitungan mobile combustion berdasarkan jumlah dan jenis bahan bakar. Dari penelitian ini didapat bahwa emisi CO 2 pada tahun 2010 dengan persamaan mobile combustion adalah sebesar ton CO 2 (bensin) dan ton CO 2 (solar), sedangkan jika dihitung dengan persamaan mobile 6 adalah sebesar ton CO 2 (kendaraan bensin) dan ton CO 2 (kendaraan solar). Sedangkan emisi CO 2 pada tahun 2020 jika menggunakan persamaan mobile combustion adalah sebesar ton CO 2 (bensin) dan ton CO 2 (solar) sedangkan jika dihitung dengan persamaan mobile 6 adalah sebesar ton CO 2 (kendaraan bensin) dan ton CO 2 (kendaraan solar). Kata kunci: Emisi Karbon (CO 2 ), Mobile 6, Mobile Combustion, Transportasi. 1

2 Abstract The percentage of the largest sources of CO 2 emissions in Surabaya derived from the moving source of gasoline by 63,36% and diesel fuel by 23,64%. With the amount of CO 2 emissions is quite high, especially from the aspect of transportation, it is necessary to study the amount of CO 2 emissions from the transportation aspect. The aim of this study is to calculate the approximate amount of CO 2 emissions from transportation activities in Surabaya. CO 2 emissions can be calculated using equations of mobile 6 and mobile combustion. The calculation of mobile 6 is based on the type of vehicles that are grouped by type of its fuel. The calculation of mobile combustion is based on the number and the type of fuel. From this study, has found that CO 2 emissions in 2010 with mobile combustion equation are ton CO 2 (for gasoline fuel) and ton CO 2 (for diesel fuel), whereas if it s calculated with mobile 6 equation are ton CO 2 (gasoline vehicle) and ton CO 2 (diesel vehicle). While CO 2 emissions in 2020 if using mobile combustion are ton CO 2 (gasoline fuel) and ton CO 2 (diesel fuel), whereas if it s calculated with mobile 6 equation amounted to ton CO 2 (gasoline vehicle) and (diesel vehicle). Keyword: : carboin dioxide emission, mobile 6, mobile combustion, transportation, PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Surabaya merupakan kota metropolitan kedua terbesar setelah Kota Jakarta dengan jumlah penduduk mencapai jiwa pada tahun Beberapa tahun terakhir, khusunya perkotaan metropolitan mengalami peningkatan jumlah penduduk dan berubahnya gaya hidup karena peningkatan pendapatan, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kesetimbangan CO 2. Perkembangan teknologi berdampak pada gaya hidup masyarakat, tak terkecuali kehidupan masyarakat perkotaan di Surabaya. Peningkatan pembangunan dan ekonomi di perkotaan mendorong terjadinya urbanisasi yang sangat mempengaruhi kesetimbangan CO 2 perkotaan. Perubahan kualitas hidup di perkotaan ini tidak hanya membawa peningkatan ekonomi, tetapi juga menghasilkan dampak negatif (BLH Kota Surabaya, 2008). Dengan adanya sejumlah emisi CO 2 yang cukup tinggi terutama dari aspek transportasi khususnya di Surabaya, maka perlu adanya penelitian mengenai jumlah emisi CO 2 yang 2

3 dikeluarkan oleh aspek transportasi. Selain itu juga perlu adanya penelitian mengenai prediksi emisi CO 2 untuk 10 tahun mendatang. Hal ini untuk memberikan informasi kepada khalayak bahwa perlu adanya suatu antisipasi untuk mencegah emisi CO 2 yang tiap tahunnya kadarnya makin meningkat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan kajian perhitungan emisi (CO 2 ) berdasarkan data jenis dan jumlah kendaraan serta jenis dan jumlah bahan bakar lalu dihitung dengan menggunakan mobile6 dan mobile combustion sehingga akan diketahui emisi CO 2 dari kedua persamaan tersebut. Persamaan mobile 6 dan mobile combustion ini merupakan persamaan baru untuk menghitung jumlah emisi CO 2 dari aktivitas transportasi. Permasalahan Permasalahan yang akan diteliti pada Tugas Akhir (TA) ini adalah : 1. Berapa jumlah emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya? 2. Bagaimana perbandingan emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan berdasarkan kedua persamaan tersebut? 3. Bagaimana prediksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) untuk 10 tahun ke depan di Kota Surabaya? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan jumlah emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan di Kota Surabaya dari kegiatan transportasi. 2. Menentukan bagaimana perbandingan emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan berdasarkan persamaan mobile 6 dan mobile combustion. 3. Menentukan prediksi emisi CO 2 untuk 10 tahun ke depan di Kota Surabaya Batasan Masalah 3

4 1. Wilayah studi penelitian dilakukan di kawasan Kota Surabaya (Jl. Jemur Sari, Jl. Arjuno, Jl. Kertajaya Indah, Terminal Joyoboyo). 2. Transportasi yang dimaksut adalah jumlah kendaraan berdasarkan kepemilikan jumlah kendaraan bermotor yaitu kendaraan bermotor plat L. 3. Parameter yang digunakan adalah emisi CO 2 dari kegiatan transportasi. 4. Jenis kendaraan berupa mobil, sepeda motor, bus, truk yang ada di Kota Surabaya. 5. Pengukuran uji emisi pada kendaraan bermotor hanya untuk kendaraan berbahan bakar bensin (mobil bensin dan sepeda motor). 6. Variabel yang digunakan pada penelitian lapangan ini yaitu : o Jenis kendaraan plat L (dengan mengabaikan usia/tahun kendaraan/rpm kendaraan) 7. Melakukan perhitungan terhadap emisi CO 2 dari kegiatan transportasi dengan menggunakan bahan bakar : o Solar o Bensin (premium, pertamax) 8. Perhitungan emisi CO 2 dilakukan dengan menggunakan persamaan Mobile 6 dan Mobile Combustion. Landasan Teori Transportasi Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Transportasi merupakan sumber utama dari pencemaran udara di pusat perkotaan. Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50% dan 90% dari NOx, total HC dan emisi CO (Olsson, 1994). Meskipun perkembangan teknologi terbaru secara signifikan dapat mengurangi 4

5 jumlah emisi, namum tingkat kenaikan dari jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi dan jauhnya jarak perjalanan membuat hal tersebut tidak berguna lagi (Carbajo dan Faiz, 1994). Emisi dari Kegiatan Transportasi Emisi adalah zat, energy dan atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkannya ke dalam udara ambient yang mempunyai dan atau tidak mempuyai potensi sebagai unsur pencemar (PP No. 41 Tahun 1999). Satuan emisi umumnya berupa kg/tahun, m 3 /hari atau satuan massa atau volume/satuan waktu. Emisi karbon merupakan jumlah total karbon yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Emisi yang dihasilkan dapat berupa gas CO maupun gas CO 2 (yang termasuk sebagai gas rumah kaca) yang dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan manusia dan secara umum satuannya dinyatakan dalam setara ton karbon dioksida (CO 2 ). Emisi karbon, khususnya emisi gas CO 2, merupakan Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat memperbesar Efek Rumah Kaca (ERK) yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi yang dikenal juga dengan pemanasan global. (SME-ROI, 1996). Karbon Dioksida (CO 2 ) Karbon dioksida (CO 2 ) merupakan sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. CO 2 ini berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan berada di atmosfer bumi. Karbondioksida adalah hasil dari pembakaran senyawa organic jika cukup jumlah oksigen yang ada. Karbondioksida juga dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme dalam fermentasi dan dihembuskan oleh hewan. Tumbuhan menyerap karbondioksida selama fotosintesis. Oleh karena itu sebagai gas rumah kaca dan dalam konsentrasi yang rendah, CO 2 merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Selain dihasilkan dari hewan dan tumbuhan, CO 2 juga merupakan hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida merupakan sebagian besar gas yang bertanggung jawab atas efek rumah kaca di atmosfer dengan perkiraan 50% mungkin merupakan CO 2. Rata-rata konsentrasi CO 2 di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm, jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. 5

6 Gas Rumah Kaca Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Gas rumah kaca ini sudah ada sejak terbentuknya bumi. Gas ini masuk ke permukaan bumi melalui proses alami dan juga akibat adanya kegiatan manusia yang berupa pembakaran bahan bakar minyak, gas, batubara dan juga pembakaran hutan. Gas-gas rumah kaca yang utama adalah CO 2 (Karbon dioksida), CH 4 (Metana), N 2 O (Dinitro Oksida), HFCs (Hidroflorokarbon), PFCs (Perflorokarbon) dan SF 6 (Sulfurheksaflorida) di atmosfer. Meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer akan menahan lebih banyak radiasi matahari melebihi radiasi yang dibutuhkan bumi sehingga akan terjadi peningkatan suhu permukaan bumi. Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. Disebut sebagai pelindung karena gas karbondioksida, metana dan jenis lainnya termasuk uap air dalam konsentrasi seimbang berfungsi menahan energy panas matahari yang memancarkan sinarnya ke bumi sehingga permukaannya selalu dalam kondisi hangat. Efek rumah kaca merupakan suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang ke lapisan atmosfer kita yang memiliki sifat penyerap panas yang ada, baik yang berasal dari pancaran sinar matahari maupun panas yang ditimbulkan akibat dari pendinginan bumi, radiasi solar dan radiasi panas tersebut kemudian dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Panjang gelombang yang dapat diserap dan terperangkap oleh gas rumah kaca adalah untuk panjang gelombang yang lebih besar dari 1200A (sinar infra merah). Efek rumah kaca sebetulnya dibutuhkan untuk menjaga suhu di dalam planet agar tetap hangat. Namun, masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer meningkat sehingga semakin banyak energi panas yang seharusnya terpantulkan tidak dapat keluar dan kembali ke bumi. Sisa panas yang berkumpul kembali ke bumi inilah yang 6

7 menyebabkan peningkatan suhu rata-rata bumi dan menyebabkan pemanasan global (global warming) (Soedomo, 2001). Bahan Bakar dan Pembakaran Pembakaran didefinisikan sebagai proses oksidasi senyawa baik organik maupun non organik dengan adanya oksigen membentuk CO 2 dan air (H 2 O). Tujuan dari pembakaran adalah: 1. Mengurangi emisi gas 2. Pengendalian terhadap bau 3. Mengurangi resiko kebakaran dari bahan mudah terbakar. Dalam proses pembakaran, terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu: a. Fuel (bahan bakar), merupakan senyawa yang apabila dibakar akan melepaskan energi yang berasal dari ikatan kimia yang pecah atau terurai, misalnya dalam hal ini dianggap reaksi pembakaran sempurna, reaksi: C 8 H ½ O 2 8 CO H 2 O b. Oksigen (O 2 ), proses pembakaran dapat dilakukan apabilaterdapat oksigen (O 2 ). Sumber utama oksigen berasal dari udara ambien (sekitar 21% oksigen terdapat di udara bebas). c. Pengencer (dilusent), umunya dalam proses pembakaran oksigen diambil dari udara bebas, di mana di udara bebas ini terdapat gas-gas lain, misalnya N 2 yang besarnya sekitar 79% dari udara bebas. Udara pengencer ini tidak ikut dalam proses pembakaran, tetapi beraksi sendiri (N 2 membentuk gas NO) (Boedisantoso, 2002). Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran energi. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi). Macam-macam bahan bakar yang digunakan pada kendaraan bermotor umumnya, antara lain: 7

8 1. Bensin atau Gasolin atau Premium Bensin adalah bahan bakar minyak yang pada dasarnya merupakan bahan bakar cair, yang diperoleh dari sumber alam dengan cara penambangan dan melalui proses destilasi. Komponen bahan bakar minyak berbeda-beda dari suatu penambangan dengan penambangan lainnya, tetapi pada umumnya mempunyai limit komponen yang relative konstan, dengan prosentase karbon (C) sebesar 83-87% dan prosentase hydrogen CH sebesar 11-14%. 2. Bahan Bakar Diesel Bahan bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin diesel atau compression ignition engine. Mutunya ditentukan oleh angka cetana. Makin tinggi angka cetana, makin tinggi kemampuan kerja yang diberikan oleh bahan bakar diesel. Angka cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya dengan metilnaphtalen. (Arend, 1990). Faktor Emisi Kendaraan Bermotor Faktor Emisi adalah adalah nilai representatif yang menghubungkan kuantitas suatu polutan yang dilepaskan ke atmosfer dari suatu kegiatan yang terkait dengan sumber polutan. Faktor-faktor ini biasanya dinyatakan sebagai berat polutan dibagi dengan satuan berat, volume, jarak, atau lamanya aktivitas yang mengemisikan polutan (misalnya, partikel yang diemisikan gram per liter bahan bakar yang dibakar). Faktor emisi dapat juga didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun waktu tertentu. Definisi tersebut dapat diketahui bahwa jika faktor emisi suatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya per satuan waktu. Untuk sumber bergerak faktor emisi dapat dinyatakan dalam unit : 1. Gram/kilometer (g/km), gram menyatakan banyaknya pencemar yang akan diemisikan dan km menyatakan jarak tempuh kendaraan dalam waktu tertentu. 8

9 2. Gram/kilogram (g/kg), gram menyatakan banyaknya pencemar yang akan diemisikan dan kg menyatakan kuantitas bahan bakar yang digunakan. 3. Gram/joule (g/j), gram menyatakan banyaknya pencemar yang akan diemisikan dan Joule menyatakan energy yang digunakan. Tabel 2 dan Tabel 3 adalah tabel faktor emisi untuk CO 2 dari beberapa bahan bakar dan beberapa kendaraan yang berbeda. Tabel 2 Faktor Emisi CO 2 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar CO 2 Emission Factors (kg/tj) Fuel Default Lower Upper Gasoline Other Kerosene Gas/Diesel Oil Residual Fuel Oil Liquefied Petroleum Gases Refinery Gas Other Oil Paraffin Waxes White Spirit & SBP Other Petroleum Products Natural Gas Sumber : IPCC Guidence 2006 Tabel 3 Faktor Emisi CO 2 Berdasarkan Jenis Kendaraan CO HC NO X PM 10 CO 2 SO 2 Kategori (g/kg (g/km) (g/km) (g/km) (g/km) BBM) (g/km) Sepeda Motor 14 5,9 0,29 0, ,008 Mobil (bensin) , ,026 Mobil (solar) 2,8 0,2 3,5 0, ,44 Bis 11 1,3 11,9 1, ,93 Truk 8,4 1,8 17,7 1, ,82 Sumber : Suhadi dalam Srikandi, 2008 Energy Content Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energy Contents (kandungan energy) adalah istilah yang digunakan untuk jumlah energy yang tersimpan dalam system tertentu atau ruang wilayah per satuan volume. Tabel 4 menunjukkan suatu ukuran relative dari jumlah zat-zat yang dapat setara dalam memproduksi hasil yang dibutuhkan. 9

10 Electricity Tabel 4 Energy Content Hydro 3,6 MJ/kWh Nuclear (typical value) 11,6 MJ/kWh Steam 2,33 MJ/kg Natural Gas 37,23 MJ/m 3 Ethane (liquid) 18,36 MJ/l Propane (liquid) 25,53 MJ/l Coal Petroleum products Anthracite 27,7 MJ/kg Bituminous 27,7 MJ/kg Sub-bituminous 18,8 MJ/kg Lignite 14,4 MJ/kg Average domestic use 22,2 MJ/kg Aviation gasoline 33,62 MJ/l Motor gasoline 34,66 MJ/l Kerosene 37,68 MJ/l Diesel 38,68 MJ/l Light fuel oil (no.2) 38,68 MJ/l Heavy fuel oil (no.6) 41,73 MJ/l Sumber : Aube, 2001 (CANMET Energy Diversification Research Laboratory, 2001). Prediksi Emisi CO 2 Sebelum menghitung prediksi emisi CO 2, sebelumnya perlu diketahui jumlah kendaraan dan jumlah bahan bakar pada tahun yang diinginkan. Dengan diketahuinya jumlah kendaraan dan jumlah bahan bakar pada tahun yang akan datang, maka baru dapat dihitung prediksi emisi CO 2 di Kota Surabaya. Proyeksi jumlah kendaraan/bahan bakar yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode regresi linier sederhana. Persamaan yang digunakan adalah : ˆ = b + b X Y 0 1.(1) Nilai b 1 dan b 0 dihitung dengan menggunakan persamaan 2 dan persamaan 3. i [( X i )( Yi )] 2 ( X i ) n ( X i X )( Yi Y ) ( X i X ) X Yi n b1 = = 2 2 X b0 = Y b1 X Dimana : i.(2).(3) X i Y i = Tahun ke n = Jumlah Kendaraan/Bahan Bakar 10

11 n Y X Yˆ X = Banyaknya data = Rata-rata jumlah kendaraan/bahan bakar = Rata-rata jumlah tahun = Proyeksi jumlah kendaraan/bahan bakar = Tahun yang diinginkan (Draper and Smith, 1992) Setelah diketahui proyeksi jumlah kendaraan dan proyeksi jumlah bahan bakar pada tahun yang akan datang maka selanjutnya dapat dihitung emisi CO 2 dengan menggunakan persamaan mobile6 dan mobile combustion. Faktor Konversi Kendaraan Jumlah kendaraan yang akan dianalisis adalah total jumlah kendaraan tiap tahunnya kemudian dikonversi ke smp dengan cara mengalikan jumlah kendaraan dengan faktor konversi. Perhitungan dilakukan dengan persamaan 4 berikut. n = m FK..(4) Dimana : n = jumlah kendaraan setelah dikonversi (smp) m = jumlah kendaraan sebelum dikonversi (kendaraan) FK = Faktor Konversi (smp/kendaraan) Untuk memudahkan dalam analisis perhitungan dan keseragaman maka pengaruh tersebut dikonversikan terhadap kendaraan ringan (Light Vehicle Unit/LVU), digantikan dengan satuan mobil penumpang (smp) sehingga timbul nilai faktor jenis kendaraan tersebut terhadap smp. Dengan menggunakan ekivalensi, kita dapat menilai setiap jenis kendaraan ke dalam smp. Menurut Indonesia Highway Capacity Manual Part 1 Urban Road No. 09/T/BNKT/1993, pemakaian praktis nilai smp tiap jenis kendaraan digunakan nilai standar seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Konversi Jenis Kendaraan ke Satuan Mobil Penumpang No. Jenis Kendaraan smp 1 Kendaraan Ringan 1,00 2 Kendaraan Berat 1,20 3 Sepeda Motor 0,25 11

12 Model Emisi CO 2 dari Transportasi Model emisi dari kegiatan transportasi, saat ini telah banyak dikembangkan dan dipergunakan. Namun model-model yang telah ada tersebut ada yang dapat diterapkan di Indonesia, adapula yang sulit untuk diterapkan karena keterbatasan data di Indonesia. Model-model yang akan digunakan dalam perhitungan di Tugas Akhir ini adalah : Mobile Combustion Mobile Combustion merupakan suatu permodelan udara dengan suatu perhitungan matematis untuk memprediksi emisi karbon dioksida (CO 2 ). Perhitungan emisi CO 2 menggunakan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Emisi CO 2 dihitung berdasarkan jumlah dan jenis bahan bakar dikalikan dengan faktor emisi CO 2. Berikut ini adalah persamaan 5 dan persamaan 6. Fuel a = jumlahbahanbakar EnergyContent.(5) Dimana : Jumlah bahan bakar (liter) [ ] Emission = Fuel a EF a a.(6) Energy Content bensin = 34,66 MJ/l Energy Content solar = 38,68 MJ/l Fuel a EF a Emission a = jumlah bahan bakar (TJ) = factor emisi CO 2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/tj). = emisi CO 2 total (kg) = jenis bahan bakar (bensin, solar, dll) (IPCC, 2006) Dalam persamaan mobile combustion ini terdapat beberapa input data, beberapa input tersebut antara lain : 1. Jumlah bahan bakar Jumlah bahan bakar didapatkan dari keseluruhan jumlah bahan bakar yang ada di Kota Surabaya berdasarkan data yang terdapat dari PT. Pertamina. 12

13 2. Faktor emisi CO 2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/tj), didapatkan dari jurnal yang dikeluarkan berdasarkan IPCC Guidence Mobile 6 Mobile 6 merupakan suatu permodelan udara dengan suatu perhitungan matematis untuk memprediksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari mobil, truk, sepeda motor dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi tingkat emisi yang digunakan, misalnya temperatur udara ambien, kecepatan rata-rata lalu lintas, dll. Perhitungan mobile 6 ini berdasarkan atas jenis kendaraan yang dikelompokkan menurut jenis bahan bakarnya masing-masing. Berikut adalah persamaan 7, persamaan 8, persamaan 9, persamaan 10 dan persamaan 11. FraksiKendaraan JumlahSatuJenisKendaraan( mobil) TotalSeluruhKendaraanyangBerbahanBakarSama =...(7) [ FaktorEmisi Densitas] ER n =...(8) N e = n= 1 ( TG O ) n ER n.(9) Dimana : Faktor Emisi (g/kg BBM) Densitas bensin = 0,63 kg/l Densitas solar = 0,7 kg/l ER n = factor emisi CO 2 untuk tiap jenis kendaraan bermotor (g/l) e = emisi untuk 1 liter kendaraan CO 2 (smp.kg/l) TG = fraksi kendaraan O = total jumlah kendaraan bermotor (smp) n = jenis kendaraan Perhitungan total emisi kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar : Fuel = JumlahBahanBakar( liter) JumlahKendaraanPerBahanBakar( smp).(10) E = e Fuel.(11) E e = total emisi kendaraan (kg) = emisi untuk 1 liter kendaraan CO 2 (smp.kg/l) 13

14 Fuel = rata-rata bahan bakar per kendaraan (l/smp) (Jennifer and Ata dalam Boedisantoso, 2010) Dalam persamaan mobile 6 ini terdapat beberapa input data, beberapa input tersebut antara lain : 1. Fraksi kendaraan Fraksi kendaraan didapatkan dari hasil perbandingan jumlah tiap jenis kendaraan dengan total keseluruhan jumlah kendaraan yang dikelompokkan berdasarkan bahan bakarnya. 2. Faktor emisi Faktor emisi disini menggunakan faktor emisi dari Indonesia yang diukur oleh Suhadi (2008) dan faktor emisi yang didapat dari perhitungan uji emisi. 3. Total jumlah kendaraan bermotor Total jumlah kendaraan bermotor didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan jumlah kendaraan yang dikelompokkan berdasarkan bahan bakarnya. 4. Rata-rata bahan bakar per kendaraan Rata-rata bahan bakar per kendaraan didapatkan dari total jumlah bahan bakar tiap jenisnya (bensin dan solar) yang ada di Surabaya dibagi dengan total jumlah kendaraan yang dikelompokkan tiap jenis bahan bakarnya. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka penelitian dan langkah kerja pada Tugas Akhir ini adalah: 14

15 Kajian Pustaka Sistem transportasi di Surabaya Karbon Dioksida (CO2) Faktor emisi kendaraan bermotor Emisi CO2 Mobile 6 dan Mobile Combustion Pengumpulan Data Melakukan uji emisi dari setiap jenis kendaraan dengan bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Surabaya Data-data jenis dan jumlah kendaraan Data mengenai jumlah bahan bakar kendaraan Faktor emisi kendaraan bermotor Studi Literatur Emisi CO2 Sistem transportasi di Kota Surabaya Mobile6 dan Mobile Combustion METODE LATAR BELAKANG >< GAP Realita Saat Ini Pertambahan jumlah penduduk yang setiap tahun semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan alat transportasi bagi penduduk juga semakin meningkat. Jumlah kendaraan meningkat sekitar 10% setiap tahun. Sumber emisi CO2 terbesar di Kota Surabaya berasal dari sumber bergerak yaitu bahan bakar bensin sebesar 63,36% dan bahan bakar solar solar 23,64% Kegiatan transportasi memberikan kontribusi sekitar 70% terhadap pencemaran udara di kota-kota besar Analisis Data Perhitungan faktor emisi berdasarkan data dari uji emisi yang telah digunakan Perhitungan emisi CO2 berdasarkan jenis kendaraan menggunakan mobile 6 Perhitungan emisi CO2 berdasarkan jenis bahan bakar menggunakan mobile combustion Perbandingan emisi CO2 dari kedua persamaan Prediksi emisi CO2 10 tahun ke depan di Kota Surabaya HASIL PENELITIAN Permasalahan RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN Berapa jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya Bagaimana perbandingan emisi CO2 yang dihasilkan berdasarkan persamaan mobile 6 dan mobile combustion Bagaimana prediksi emisi CO2 10 tahun ke depan di Kota Surabaya Hasil yang Diharapkan Menentukan jumlah emisi (CO2) dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya. Menentukan bagaimana perbandingan emisi CO2 yang dihasilkan berdasarkan kedua persamaan tersebut. Menentukan bagaimana prediksi emisi CO2 10 tahun ke depan di Kota Surabaya. Prediksi emisi CO2 10 tahun ke depan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam terbentuknya program/ kebijakan yang dibuat pemerintah dalam penurunan emisi CO2 Tujuan Menentukan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan di Kota Surabaya dari kegiatan transportasi. Menentukan bagaimana perbandingan emisi CO2 yang dihasilkan berdasarkan kedua persamaan tersebut. Menentukan bagaimana prediksi emisi CO2 10 tahun ke depan di Kota Surabaya. Faktor emisi Gambar 1 Kerangka Penelitian Perhitungan Emisi CO2 Mobile 6 Mobile Combustion Mobile 6 Proyeksi Emisi CO2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan/ Bahan Bakar Sampai Dengan Tahun 2020 Konversi Jumlah Kendaraan ke dalam Satuan Mobil Penumpang Perhitungan Fraksi Kendaraan Tiap Jenis Bahan Bakar Fraksi Kendaraan = jumlah satu jenis kendaraan (mobil) : total jumlah seluruh kendaraan yang berbahan bakar sama Perhitungan Faktor Emisi (g/l) [ ] ERn = FaktorEmisi Densitas Faktor Emisi = faktor emisi CO2 untuk tiap jenis kendaraan (g/kg BBM) Densitas bensin = 0,63 kg/l Densitas solar = 0,7 kg/l *Faktor Emisi yang dipakai berdasarkan jenis kendaraan (Perhitungan Uji Emisi) Perhitungan Emisi CO2 untuk 1 liter Kendaraan (kg/l) N e = ( TGn O ER n ) n= 1 TG = Fraksi Kendaraan O = Total Jumlah Kendaraan Bermotor n = jenis kendaraan ER = factor emisi CO2 untuk tiap jenis kendaraan bermotor (g/l) *Faktor Emisi yang dipakai berdasarkan jenis kendaraan (Perhitungan Uji Emisi) Proyeksi Emisi CO2 dari Masing-masing Jenis Bahan Bakar Sampai Dengan Tahun 2020 Perhitungan Jumlah Bahan Bakar (TJ) Fuel a = jumlahbahanbakar EnergyContent Jumlah bahan bakar (liter) Energy Content bensin = 34,66 MJ/l Energy Content solar = 38,68 MJ/l Perhitungan Jumlah Emisi CO2 dari masing-masing Jenis Bahan Bakar (kg) Emission = [ Fuel a EF a ] a Fuela = jumlah bahan bakar (TJ) Efa = faktor emisi CO2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/tj) *Faktor Emisi yang dipakai berdasarkan jenis bahan bakar (IPCC Guidence, 2006) Jumlah Emisi CO2 Total di Surabaya Proyeksi Emisi CO2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan/ Bahan Bakar Sampai Dengan Tahun 2020 Konversi Jumlah Kendaraan ke dalam Satuan Mobil Penumpang Perhitungan Fraksi Kendaraan Tiap Jenis Bahan Bakar Fraksi Kendaraan = jumlah satu jenis kendaraan (mobil) : total jumlah seluruh kendaraan yang berbahan bakar sama Perhitungan Faktor Emisi (g/l) [ ] ER n = FaktorEmisi Densitas Faktor Emisi = faktor emisi CO2 untuk tiap jenis kendaraan (g/kg BBM) Densitas bensin = 0,63 kg/l Densitas solar = 0,7 kg/l *Faktor Emisi yang dipakai berdasarkan jenis kendaraan (Suhadi, 2008) Perhitungan Emisi CO2 untuk 1 liter Kendaraan (kg/l) N e = ( TGn O ER n ) n= 1 TG = Fraksi Kendaraan O = Total Jumlah Kendaraan Bermotor n = jenis kendaraan ER = factor emisi CO2 untuk tiap jenis kendaraan bermotor (g/l) *Faktor Emisi yang dipakai berdasarkan jenis kendaraan (Suhadi, 2008) Total Emisi CO2 (kg) JumlahBahanBakar( liter) Fuel = JumlahKendaraanPerBahanBakar E = e Fuel e = emisi untuk 1 liter kendaraan CO2 (kg/l) Fuel = rata-rata bahan bakar per kendaraan (l) Total Emisi CO2 (kg) JumlahBahanBakar( liter) Fuel = JumlahKendaraanPerBahanBakar E = e Fuel e = emisi untuk 1 liter kendaraan CO2 (kg/l) Fuel = rata-rata bahan bakar per kendaraan (l) Jumlah Emisi CO2 Total di Surabaya Jumlah Emisi CO2 Total di Surabaya Gambar 2 Langkah Kerja 15

16 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan perhitungan emisi karbon dioksida dengan menggunakan mobile 6 dan mobile combustion, data yang telah ada terlebih dahulu diproyeksikan. Setelah diproyeksikan sampai dengan tahun 2020, data-data tersebut baru diolah dengam rumus yang tersedia. Tabel 6 adalah data jumlah kendaraan sepeda motor yang tersedia sebelum diproyeksi ulang. Tabel 6 Jumlah Kendaraan Sepeda Motor Tahun No Tahun Jumlah Kendaraan Sepeda Motor Sumber : Dispenda Kota Surabaya, 2010 Contoh perhitungan dalam memproyeksikan jumlah kendaraan (dalam hal ini adalah sepeda motor) adalah sebagai berikut : 1. Menghitung nilai b 1 dan b 0 menggunakan persamaan 12 dan persamaan 13 berikut. Data jumlah kendaraan dan jumlah bahan bakar tersedia mulai tahun 2000 sampai dengan tahun Tabel 7 Konstanta X i dan Y i Proyeksi Kendaraan Sepeda Motor No Tahun (X i ) Jumlah Kendaraan (Y i ) X i Y i 2 X i

17 Jumlah Rata-rata [( X i )( Yi )] 2 ( xi ) / n X iyi / n b1 =.(12) 2 X b 1 = b0 1 i = Y b X.(13) b 0 = Menghitung jumlah kendaraan (sepeda motor) tahun 2011 menggunakan persamaan 14 berikut. ( b X ) Y ˆ = b..(14) X = tahun proyeksi (2011) Yˆ Yˆ = ( ) = Didapatkan nilai R 2 (R-Sq) dari persamaan di atas adalah sebesar 99,4% (R 2 > 50% atau R 2 1). Hal ini menunjukkan bahwa persamaan di atas sudah tepat digunakan dalam memproyeksikan jumlah kendaraan. Dihitung satu per satu jumlah kendaraan sepeda motor mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 dengan cara yang sama kemudian didapatkan data sebagai berikut. 17

18 Tabel 8 Proyeksi Jumlah Kendaraan Sepeda Motor Tahun dengan Metoda Regresi Linier Sederhana Tahun (X) b 1 b 0 Yˆ Sumber : Hasil Perhitungan Perhitungan dengan persamaan Mobile Combustion : Perhitungan ini menggunakan Faktor Emisi (IPCC Guidence, 2006) Contoh perhitungan di bawah ini adalah perhitungan pada tahun Ringkasan BBM Kota Surabaya Tahun BBM Kota Surabaya yang telah diproyeksikan sampai dengan Tahun 2020 sebelum dihitung dengan rumus mobile combustion dengan menggunakan cara yang sama saat memproyeksikan jumlah kendaraan (sepeda motor). 2. Perhitungan Jumlah Bahan Bakar Dalam perhitungan jumlah bahan bakar ini, data-data yang diperlukan adalah data jumlah bahan bakar dan energy content. Dimana data jumlah bahan bakar ini didapatkan dari instansi seperti PT. Pertamina dan telah diproyeksikan hingga Tahun 2020 sedangkan data energy content didapatkan dari literatur (IPCC Guidence, 2006). Dalam perhitungan kali ini, dijelaskan contoh perhitungan pada tahun Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 15 berikut. Fuel a = jumlahbahanbakar EnergyContent.(15) 18

19 Dimana : Premium Bahan bakar = kiloliter = liter Energy Content bensin = 34,66 MJ/l Fuel a = liter x 34,66 MJ/l = MJ Maka perhitungan jumlah bahan bakar dapat diringkas pada Tabel 9. Tabel 9Perhitungan Jumlah Bahan Bakar (MJ) pada Tahun 2010 Jenis Bahan Bakar Bahan Bakar (kilo liter) Bahan Bakar (liter) Energy Content (MJ/l) Jumlah Bahan Bakar (MJ) Premium , Pertamax , Pertamax , Solar , Pertamina Dex (Solar) , Sumber : Hasil Perhitungan 3. Perhitungan Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Bahan Bakar. Dalam perhitungan jumlah emisi CO 2, data-data yang diperlukan adalah data jumlah bahan bakar yang didapat dari perhitungan sebelumnya serta data faktor emisi. Dalam perhitungan kali ini, dijelaskan contoh perhitungan pada tahun Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 16 berikut. [ ] Emission = Fuel a EF a.(16) a Dimana : Premium Fuel a = MJ = ,14 TJ EF a = kg/tj Emisi CO 2 = ,14 TJ x kg/tj = kg CO 2 = ton CO 2 Maka perhitungan jumlah emisi CO 2 dapat diringkas pada Tabel

20 Tabel 10 Jumlah Emisi CO 2 Berdasarkan Masing-masing Jenis Bahan Bakar Tahun 2010 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Emisi Jenis Bahan Bahan FE CO Bahan Bakar 2 Emisi CO CO Bakar Bakar (kg/tj) 2 Tahun 2 Tahun (MJ) 2010 (kg) (TJ) 2010 (ton) Premium , Pertamax , Pertamax , Solar , Pertamina Dex (Solar) , Sumber : Hasil Perhitungan Kemudian data dari tabel 10 diringkas menjadi bahan bakar bensin dan solar adalah sebagai berikut. Tabel 11 Total Jumlah Emisi CO 2 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Bensin dan Solar Tahun 2010 Jenis Bahan Bakar Total Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (kg) 20 Total Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (ton) Bensin Solar Sumber : Hasil Perhitungan 4. Didapatkan Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Bahan Bakar Bensin dan Solar Tahun pada Tabel 11. Tabel 11 Total Jumlah Emisi CO 2 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Bensin dan Solar Tahun Tahun Total Emisi CO 2 (ton) Bensin Solar

21 Sumber : Hasil Perhitungan 5. Didapatkan Grafik Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Bahan Bakar Bensin dan Solar Tahun pada Gambar 5.5. Gambar 3 Total Emisi CO 2 dari Bahan Bakar Bensin dan Solar Tahun dengan Persamaan Mobile Combustion Perhitungan dengan persamaan Mobile 6 : Perhitungan Konversi Jumlah Kendaraan Sebelum menghitung emisi CO 2, data kendaraan terlebih dahulu dikonversikan ke dalam satuam mobil penumpang (smp). Contoh perhitungan konversi ini adalah untuk kendaraan pada tahun Dimana persamaan yang digunakan adalah menggunakan persamaan 17 berikut. n = m FK.(17) Dimana : n = jumlah kendaraan setelah dikonversi (smp) m = jumlah kendaraan sebelum dikonversi (kendaraan) FK = Faktor Konversi (smp/kendaraan) Perhitungan emisi CO 2 menggunakan Faktor Emisi Kendaraan Bermotor (Suhadi, 2008) Contoh perhitungan di bawah ini adalah perhitungan pada tahun Ringkasan BBM Kota Surabaya Tahun

22 BBM Kota Surabaya yang telah diproyeksikan sampai dengan Tahun 2020 sebelum dihitung dengan rumus mobile combustion dengan menggunakan cara yang sama saat memproyeksikan jumlah kendaraan (sepeda motor). 2. Ringkasan Jumlah Kendaraan Kota Surabaya Tahun Jumlah Kendaraan Kota Surabaya yang telah diproyeksikan sampai dengan Tahun 2020 sebelum dihitung dengan rumus mobile 6 dengan menggunakan cara yang sama saat memproyeksikan jumlah kendaraan (sepeda motor) dan telah dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). 3. Perhitungan Fraksi Kendaraan Dalam perhitungan fraksi kendaraan ini, data-data yang diperlukan adalah data jumlah kendaraan. Dimana data jumlah kendaraan ini dikelompokkan berdasarkan jenis bahan bakarnya yakni bahan bakar bensin dan solar. Dalam perhitungan kali ini, dijelaskan contoh perhitungan pada tahun Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 18 berikut. JumlahSatuJenisKendaraan( mobil) FraksiKend araan = TotalSeluruhKendaraanyangBerbahanBakarSama( bensin) Dimana : Kendaraan Bensin 22.(18) Tabel 12 Jenis Kendaraan Bensin Tahun 2010 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Bensin Tahun 2010 (smp) Sepeda Motor Mobil (Bensin) Total Sumber : Dispenda kota Surabaya, 2010 Total kendaraan motor = Fraksi kendaraan motor = = 0, Tabel 13 adalah fraksi kendaraan bensin tahun 2010 : Tabel 13 Fraksi Kendaraan Bensin (Sepeda Motor dan Mobil Bensin) Tahun 2010 Fraksi Kendaraan Fraksi Kendaraan Bensin Tahun 2010 Sepeda Motor 0,549 Mobil (bensin) 0,451 Sumber : Hasil Perhitungan

23 Kendaraan Solar Tabel 14 Jenis Kendaraan Solar Tahun 2010 Jenis Kendaraan Solar Jumlah Kendaraan Tahun 2010 (smp) Mobil (Solar) Bus Truck Total Sumber : Dispenda Kota Surabaya, 2010 Total kendaraan mobil (solar) = Fraksi kendaraan mobil (solar) = = 0, Tabel 15 adalah fraksi kendaraan bensin tahun 2010 : Sumber : Hasil Perhitungan 4. Perhitungan Faktor Emisi Tabel 15 Fraksi Kendaraan Solar Tahun 2010 Fraksi Kendaraan Fraksi Kendaraan Solar Tahun 2010 Mobil (solar) 0,212 Bus 0,02 Truck 0,769 Dalam perhitungan faktor emisi ini, data-data yang diperlukan adalah data faktor emisi yang berasal dari Suhadi, Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 19 berikut. Dimana : [ FaktorEmisi Densitas] ER n = Densitas bensin Densitas solar = 0,63 kg/l = 0,7 kg/l Data faktor emisi Suhadi, 2008 adalah :.(19) Tabel 16 Faktor Emisi Kendaraan Bermotor Kategori CO 2 (g/kg BBM) Sepeda Motor Mobil (bensin) Mobil (solar) Bis Truk Sumber : Suhadi, 2008 FE spd. motor = 3180 g/kg BBM x 0,63 kg/l = 2003,4 gram/l 23

24 Tabel 17 adalah hasil perhitungan faktor emisi : Tabel 17 Faktor Emisi Berdasarkan Jenis Kendaraan Kategori CO 2 Densitas Faktor Emisi (g/kg BBM) (kg/l) (g/l) Sepeda Motor , ,4 Mobil (bensin) , ,4 Mobil (solar) ,7 2220,4 Bis ,7 2220,4 Truk ,7 2220,4 Sumber : Hasil Perhitungan 5. Perhitungan Emisi 1 liter Kendaraan Dalam perhitungan emisi 1 liter kendaraan ini, data-data yang diperlukan adalah data fraksi kendaraan, data jumlah kendaraan dan data faktor emisi yang berasal dari Suhadi, Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 20 berikut. Dimana : N e = n= 1 ( TG O ) n ER n.(20) Fraksi kendaraan (TG n ) spd. motor = 0,549 Fraksi kendaraan (TG n ) mobil (bensin) = 0,451 Fraksi kendaraan (TG n ) mobil (solar) = 0,212 Fraksi kendaraan (TG n ) bus = 0,02 Fraksi kendaraan (TG n ) truk = 0,769 Jumlah kendaraan spd. motor Jumlah kendaraan mobil (bensin) Total jumlah kendaraan (O) bensin Jumlah kendaraan mobil (solar) Jumlah kendaraan bus Jumlah kendaraan truk Total jumlah kendaraan (O) solar = smp = smp = smp = smp = smp = smp = smp FE (ER n ) spd. motor = 2.003,4 gram/l FE (ER n ) mobil (bensin) = 2.003,4 gram/l 24

25 FE (ER n ) mobil (solar) FE (ER n ) bus FE (ER n ) truk = 2.220,4 gram/l = 2.220,4 gram/l = 2.220,4 gram/l Maka : Emisi 1 liter kendaraan untuk : Spd. motor = 0,549 x smp x 2.003,4 gram/l = smp.gram/l = smp.kg/l Perhitungan emisi 1 liter kendaraan, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Emisi 1 liter Kendaraan Berdasarkan Faktor Emisi Jenis Kendaraan Tahun 2010 Kategori Fraksi Kendaraan Jumlah Kendaraan (smp) Total Jumlah Kendaraan (smp) Faktor Emisi (g/l) Emisi 1 liter kendaraan (smp.g/l) Emisi 1 liter kendaraan (smp.kg/l) Sepeda 0, , Motor Mobil 0, , (bensin) Mobil (solar) 0, , Bis 0, , Truk 0, , Sumber : Hasil Perhitungan 6. Perhitungan Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan. Dalam perhitungan jumlah emisi CO 2, data-data yang diperlukan adalah data rata-rata jumlah bahan bakar per kendaraan yang didapat dari perhitungan serta data total emisi 1 liter kendaraan. Dimana persamaan yang digunakan adalah persamaan 21 sebagai berikut. JumlahBahanBakar( liter) Fuel =.(21) JumlahKendaraanPerBahanBakar( smp) Dimana : Jmlh bahan bakar bensin = kl = ltr Jumlah kendaraan bensin = smp Rata-rata bahan bakar per kendaraan bensin : = = 950 liter/smp Maka emisi CO 2 per jenis kendaraan adalah menggunakan persamaan 22 sebagai berikut. E = e Fuel 25

26 Dimana :.(22) Total emisi 1 liter kendaraan (e) bensin : = emisi 1 liter kendaraan (spd. motor + mobil bensin) = smp.kg/l smp.kg/l Maka : Kendaraan Bensin Emisi CO 2 = smp.kg/l x 950 liter/smp = kg CO 2 = ton CO 2 Perhitungan selengkapnya untuk emisi CO 2 per jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah Emisi CO 2 Kendaraan Bensin dan Kendaraan Solar Berdasarkan Faktor Emisi Jenis Kendaraan Tahun 2010 Kendaraan Bensin Kategori Sepeda Motor Mobil (bensin) Kendaraan Solar Kategori Mobil (solar) Emisi 1 liter kendaraan (smp.kg/l) Emisi 1 liter kendaraan (smp.kg/l) Bus 6072 Total Emisi 1 liter kendaraan (smp.kg/l) Bahan Bakar Bensin (kilo liter) Bahan Bakar Bensin (liter) Jumlah Kendaraan Bensin (smp) Rata-rata Bahan Bakar per Kendaraan (liter/smp) Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (kg) Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (ton) Total Emisi 1 liter kendaraan (smp.kg/l) Bahan Bakar Bensin (kilo liter) Bahan Bakar Solar (liter) Jumlah Kendaraan Solar (smp) Rata-rata Bahan Bakar per Kendaraan (liter/smp) Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (kg) Jumlah Emisi CO 2 Tahun 2010 (ton) Truk Sumber : Hasil Perhitungan 7. Didapatkan Total Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bensin dan Kendaraan Solar pada Tabel 20. Tabel 20 Total Jumlah Emisi CO 2 Kendaraan Bensin dan Kendaraan Solar Berdasarkan Faktor Emisi Jenis Kendaraan Tahun

27 Tahun Total Emisi CO 2 (ton) Kendaraan Bensin Kendaraan Solar Sumber : Hasil Perhitungan 8. Didapatkan grafik Total Jumlah Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bensin dan Kendaraan Solar Tahun pada Gambar 4. Gambar 4 Total Emisi CO 2 dari Kendaraan Bensin dan Kendaraan Solar Tahun Berdasarkan Persamaan Mobile 6 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah : 27

28 1. Jumlah emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya Tahun 2010 adalah sebesar : Jika Menggunakan Persamaan Mobile Combustion a. Bahan Bakar Bensin = ton CO 2 b. Bahan Bakar Solar = ton CO 2 Jika Menggunakan Persamaan Mobile 6 c. Kendaraan Bensin = ton CO 2 d. Kendaraan Solar = ton CO 2 2. Perbandingan jumlah emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Kota Surabaya tiap tahunnya dengan menggunakan persamaan mobile combustion dan mobile 6. Emisi CO 2 dengan persamaan mobile combustion lebih besar daripada dengan persamaan mobile 6, karena pada persamaan mobile combustion memerlukan input jumlah bahan bakar keseluruhan yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina yang dikonsumsi masyarakat. Bahan bakar konsumsi ini mencakup keseluruhan bahan bakar dengan tidak memperhatikan akan dikonsumsi masyarakat darimana saja, bisa saja masyarakat dari luar Surabaya mengkonsumsinya bahan bakar yang ada di Surabaya padahal kendaraan yang diisi bahan bakar tersebut belum tentu sepanjang waktu akan berada di Surabaya. Hal ini tentu berbeda dengan emisi CO 2 yang dihitung dengan persamaan mobile 6 yang jelas-jelas menggunakan input kendaraan yang mempunyai waktu lebih untuk berada di Surabaya. Jumlah kendaraan ini nantinya akan dikalikan dengan rata-rata jumlah bahan bakar per kendaraan. Jadi sangat jelas peruntukan dari bahan bakar ini untuk kendaraan yang ada di Surabaya. 3. Prediksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dari kegiatan transportasi 10 tahun mendatang (Tahun 2020) adalah sebesar : 28

29 Jika Menggunakan Persamaan Mobile Combustion a. Bahan Bakar Bensin = ton CO 2 b. Bahan Bakar Solar = ton CO 2 Jika Menggunakan Persamaan Mobile 6 c. Kendaraan Bensin = ton CO 2 d. Kendaraan Solar = ton CO 2 SARAN Beberapa saran yang dapat direkomendasikan untuk kajian emisi CO 2 dari kegiatan transportasi di Surabaya pada masa yang akan datang, antara lain : 1. Penelitian ini tidak meneliti jumlah kendaraan selain bernomor plat L sebaiknya pada penelitian berikutnya data kendaraan bernomor plat selain L juga diteliti. 2. Penelitian ini juga hanya meneliti kendaraan sepeda motor, mobil (bensin dan solar), bus dan truk, sebaiknya pada penelitian berikutnya kendaraan lainnya juga diteliti (angkot, alat berat,dll). 3. Sebaiknya perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aspek lingkungan dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi emisi CO 2 yang semakin meningkat, sehingga dapat merubah pola hidup masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta. Arend, B Motor Bensin. Jakarta : Erlangga. Aube, F Guide for computing CO 2 emissions Related to energy use. Research Scientist, CANMET Energy Diversification Research Laboratory. USA Boedisantoso, R Teknologi Pengendalian Pencemar Udara. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. 29

30 Boedisantoso, R Optimasi Model Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Berdasarkan Kesetimbangan CO 2 di Perkotaan Metropolis. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. BLH Kota Surabaya Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya Tahun Surabaya. Carbajo J.C., dan Faiz Motor vehicle emissions control : some policy options for developing countries. The Science of The Total Environment, 146/147, Dispenda Kota Surabaya, Jumlah Kendaraan Bermotor di Surabaya. Surabaya. Draper, N. R., dan Smith, H Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Indonesian Highway Capacity Manual Part I Urban Road No. 09/T/BNKT/1993, Directorate General of Highways Ministry of Public Works IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Chapter 3: Mobile Combustion. Soedomo, M Pencemaran Udara. Bandung : ITB. SME-ROI (State Ministry for Environment, Republic of Indonesia) Indonesia: First National Communication under the United Nations Framework Convention on Climate Change. Jakarta. Srikandi, N., dan Driejana Pengaruh Karakteristik Faktor Emisi Terhadap Estimasi Beban Emisi Oksida Nitrogen (NO x ) dari Sektor Transportasi. Faculty of Civil and Environmental Engineering. Bandung : ITB. Sukarto, H Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3. No.2. 30

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan 5 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB IV Metodologi Penelitian

BAB IV Metodologi Penelitian 32 BAB IV Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tesis ini merupakan rangkaian proses yang dilakukan selama pengerjaan penelitian meliputi: tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan

Lebih terperinci

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR CONTRIBUTION STUDY OF TRANSPORTATION ACTIVITIES TOWARD CARBON EMISSION IN EASTERN PART OF SURABAYA Fitri Arini 1),

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1, *, Burhan Fazzry 1 1 Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. * E-mail

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1 *, Burhan Fazzry 2 1. Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. 2. Universitas

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2) ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Aryo Sasmita Teknik Lingkungan, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam,

Lebih terperinci

PEMETAAN DISTRIBUSI KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DARI KONTRIBUSI KENDARAAN BERMOTOR DI KAMPUS ITS SURABAYA

PEMETAAN DISTRIBUSI KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DARI KONTRIBUSI KENDARAAN BERMOTOR DI KAMPUS ITS SURABAYA PEMETAAN DISTRIBUSI KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DARI KONTRIBUSI KENDARAAN BERMOTOR DI KAMPUS ITS SURABAYA MAPPING OF CONCENTRATION DISTRIBUTION OF CARBON DIOXIDE (CO 2 ) DUE TO CONTRIBUTION OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung No : 390/S2-TL/TML/2008 INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO 2 DAN CH 4 ) DARI SEKTOR TRANSPORTASI DENGAN PENDEKATAN JARAK TEMPUH KENDARAAN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DALAM UPAYA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya potensial yang ada dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus dilakukan, tak terkecuali dunia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik sumber energi yang terbarukan (renewable erergy) ataupun tidak terbarukan (unrenewable energy). Pemenuhan

Lebih terperinci

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT Yudi Sekaryadi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung Tlp. 022-4202351,

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Pesisir Kota Pekanbaru Okthasia Indra 1), Aryo Sasmita 2), Jecky Asmura 2) 1) Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan, 2) Dosen Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2

PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2 68 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2 Indria dan Munawar Ali Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON BESERTA PEMETAANNYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR UNTUK MEMASAK DI KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR Nurfakhrina Ramadhani Ardedah 1, *), Rachmat Boedisantoso

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon

Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon Oleh: Nicolaus Kanaf 3306 100 081 Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Page 1 Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia yang tinggi, berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian membantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sumber emisi yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah sumber emisi bergerak di jalan (on road). Untuk keperluan analisis emisi, wilayah kota Denpasar

Lebih terperinci

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,

Lebih terperinci

GREENHOUSE GAS EMISSION LEVEL IN INDRAMAYU DISTRICT TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA DI KABUPATEN INDRAMAYU

GREENHOUSE GAS EMISSION LEVEL IN INDRAMAYU DISTRICT TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA DI KABUPATEN INDRAMAYU GREENHOUSE GAS EMISSION LEVEL IN INDRAMAYU DISTRICT TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA DI KABUPATEN INDRAMAYU Diyah Krisna Yuliana 1 Abstract The term of Greenhouse Gas surfaced in tandem with the issue of global

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

FENOMENA GAS RUMAH KACA

FENOMENA GAS RUMAH KACA FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Metana CH 4 dan dinitrogen oksida (N 2 O) adalah gas penting di atmosfer yang mempengaruhi kekuatan radiasi dan sifat kimia atmosfer (WMO 1995). Konsentrasi CH 4 dan N 2 O

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu *Imam Yanuar a), Abdu Fadli Assomadi b) a) Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Emisi CO 2 di kota Pematangsiantar 5.1.1 Emisi CO 2 yang berasal dari energi (bahan bakar fosil) Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil yaitu gas alam, minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) Lydia Novitriana 1), Dewi Handayani 2),,Muh Hasbi 3) 1) Pengajar Teknik Sipil,

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat Menyelesaikan pendidikan S1 Terapan Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn -880 Padang, 9 Oktober 06 OP-00 Uji Validasi Program terhadap Dispersi Gas NO dari Sektor Transportasi di Kota Padang Vera Surtia Bachtiar, Siti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Polusi udara Polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Udara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Pemanasan global yang semakin meningkat menuntut industri peternakan untuk ikut serta dalam upaya penurunan emisi gas. Penurunan emisi gas dengan metode

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (213) 1-5 1 Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar dan Berbasis Pada Simulasi Yustinus Setiawan, Semin dan Tjoek Soeprejitno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR Potensi Emisi Metana ke Atmosfer Akibat Banjir (Lilik Slamet) POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR Lilik Slamet S Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, Lapan e-mail: lilik_lapan@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG Pengembangan Transportasi Perkotaan yang Rendah Karbon: Perbandingan Kasus Kota Jakarta, Yogyakarta dan Semarang, (Agus Sugiyono, M.S. Boedoyo, M. Muchlis, Erwin Siregar dan Suryani) PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA SKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA Oleh : BOVI RAHADIYAN ADITA CRISTINA 07502010028 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

Lebih terperinci

ESTIMASI BESAR KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA BERDASARKAN KEGIATAN TRANSPORTASI DENGAN MODEL DFLS

ESTIMASI BESAR KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA BERDASARKAN KEGIATAN TRANSPORTASI DENGAN MODEL DFLS 1 ESTIMASI BESAR KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA BERDASARKAN KEGIATAN TRANSPORTASI DENGAN MODEL DFLS Agustina Rahayu* dan Arie Dipareza Syafei Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo, Jl. A.R

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon Joni Hermana 1, Abdu F. Assomadi, Rachmat Boedisantoso, Arie D. Syafe i Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara alami CO 2 mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup. Tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup di bumi memerlukan makanannya untuk

Lebih terperinci