PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: COIRUL ANWAR I PROGRAM DIPLOMA III MESIN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2010 to user

2 digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA Disusun Oleh : COIRUL ANWAR I Proyek Akhir ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi D-III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pembimbing I Pembimbing II Eko Prasetya Budiana, ST, MT NIP Eko Surojo, ST, MT NIP ii

3 digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK GANDA Disusun oleh : Coirul Anwar I Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada : Hari : Selasa Tanggal : 10 Agustus 2010 Tim Penguji : 1. Eko Prasetya Budiana, ST. MT. NIP (...) 2. Eko Surojo, ST. MT. NIP (...) 3. Syamsul Hadi, ST. MT. NIP (...) 4. Teguh Triyono, ST NIP (...) Mengetahui, Ketua Program D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS Disahkan, Koordinator Proyek Akhir Fakultas Teknik Zainal Arifin, ST., MT. Jaka Sulistya Budi, ST NIP NIP iii

4 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Coirul Anwar, I , Pembuatan Alat Praktikum Perawatan Kompresor Torak Ganda, Proyek Akhir, Program Studi Diploma III Mesin Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Alat praktikum perawatan kompresor adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan dalam laboratorium perawatan dasar di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Untuk memenuhi mata kuliah proyek akhir, sekaligus menyempurnakan laboratorium perawatan dasar, merupakan faktor yang mendorong untuk merancang dan membuat alat praktikum perawatan kompresor beserta modul tentang perawatan, pembongkaran, dan pemasangan. Alat ini memiliki bagian utama yaitu kompresor, motor listrik, reservoir/tabung. Untuk mentransmisikan daya dari motor menuju ke kompresor digunakan, pulley dan V-belt. Proses pembuatannya melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan, pengelasan, pelubangan, perakitan komponen dan pengecatan. Dari hasil pembuatan alat praktikum perawatan kompresor didapatkan rangka atau meja alat dengan ukuran panjang 1000 mm, lebar 550 mm, tinggi 700 mm, indikator tegangan dan arus yang masuk ke motor listrik, mekanisme pengencangan sabuk serta modul praktikum. iv

5 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang memberikan limpahan rahmat, karunia dan hidayah-nya, sehingga laporan Proyek Akhir dengan judul Pembuatan Alat Praktikum Perawatan Kompresor Torak Ganda ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Proyek Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan bagi mahasiswa DIII Teknik Mesin Produksi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam laporan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua pihak, sehingga laporan ini dapat disusun. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Zainal Arifin, ST.,MT Selaku ketua program DIII Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret. 2. Bapak Eko Prasetya Budiana ST., MT. Selaku pembimbing Proyek Akhir I. 3. Bapak Eko Surojo ST., MT. Selaku pembimbing Proyek Akhir II. 4. Bapak Jaka Sulistya Budi, ST. Selaku koordinator proyek akhir. 5. Bapak dan Ibu di rumah atas segala bentuk dukungan dan doanya. 6. Rekan-rekan mahasiswa DIII Produksi angkatan Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dinantikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi pada umumnya. Amin. Surakarta, Juli 2010 Penulis v

6 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii ABSTRAKSI... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR NOTASI... xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Tugas Akhir Manfaat Tugas Akhir Kerangka Pemikiran Waktu Pelaksanan... 5 BAB II DASAR TEORI Pengertian Kompresor Jenis-jenis Kompresor Klasifikasi kompresor tergantung metode kompresi... 8 vi

7 digilib.uns.ac.id Klasifikasi menurut bentuk Klasifikasi menurut kecepatan putar Klasifikasi menurut gas refrigerant Klasifikasi menurut konstruksi Kompresor Torak Jenis-V Langkah hisap Langkah kompresi Langkah keluar Statika Gaya luar Gaya dalam Tumpuan Diagram gaya dalam Pulley dan Sabuk Perbandingan kecepatan Perhitungan panjang sabuk Sudut singgung sabuk dan puli Sudut kontak puli Kecepatan linear sabuk Massa sabuk per meter Gaya sentrifugal Besarnya tegangan yang bekerja pada sabuk V Daya yang ditransmisikan oleh sabuk vii

8 digilib.uns.ac.id 2.6. Proses Pengelasan Sambungan las Memilih besarnya arus Rumus yang digunakan dalam perhitungan las Pemilihan Mur dan Baut Proses Pemesinan Mesin frais BAB III ANALISA PERHITUNGAN Prinsip Kerja Perhitungan dan Analisa Gaya Perhitungan gaya yang terjadi akibat kekencangan sabuk Perhitugan kekuatan rangka Perhitungan kekuatan sambungan las Perhitungan kekuatan baut BAB IV PROSES PRODUKSI Langkah Pengerjaan Membuat rangka Proses perakitan Biaya Pembelian Komponen Alat Waktu Pemesinan Pembuatan alur pada landasan motor Pembuatan alur pada landasan bawah viii

9 digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kompresi fluida... 7 Gambar 2.2 Langkah kerja kompresor kerja tunggal Gambar 2.3 Kompresor torak kerja tunggal jenis V Gambar 2.4 Konstruksi torak kompresor Gambar 2.5 Konstruksi katup pita (Reed Valve) Gambar 2.6 Konstruksi katup cincin Gambar 2.7 Konstruksi katup kanal Gambar 2.8 Diagram gaya bebas statika kesetimbangan Gambar 2.9 Tanda gaya normal Gambar 2.10 Tanda untuk gaya geser Gambar 2.11 Tanda untuk momen lentur Gambar 2.12 Tumpuan rol Gambar 2.13 Tumpuan sendi Gambar 2.14 Tumpuan jepit Gambar 2.15 Tumpuan sederhana beban terpusat Gambar 2.16 Diagram gaya normal beban terpusat Gambar 2.17 Diagram gaya geser beban terpusat Gambar 2.18 Diagram momen lentur beban terpusat Gambar 2.19 Tumpuan sederhana beban merata Gambar 2.20 Diagram gaya normal beban merata Gambar 2.21 Diagram gaya geser normal merata Gambar 2.22 Diagram momen lentur beban merata x

11 digilib.uns.ac.id Gambar 2.23 Tegangan dan sudut kontak pada sabuk Gambar 2.24 Sambungan las butt joint Gambar 2.25 Sambungan las lap joint Gambar 2.26 Sambungan las edge joint Gambar 2.27 Sambungan las T- joint Gambar 2.28 Mesin frais Gambar 3.1 Sketsa alat praktikum perawatan kompresor Gambar 3.2 Sketsa transmisi sabuk Gambar 3.3 Penampang sabuk Gambar 3.4 Sketsa rangka Gambar 3.5 Reaksi gaya luar batang E-F Gambar 3.6 Reaksi gaya dalam batang E-F Gambar 3.7 Potongan kiri (X-X) batang E-F Gambar 3.8 Potongan kiri (Y-Y) batang E-F Gambar 3.9 Potongan kanan (Z-Z) batang E-F Gambar 3.10 Diagram gaya normal batang E-F Gambar 3.11 Diagram gaya geser batang E-F Gambar 3.12 Diagram momen lentur batang E-F Gambar 3.13 Penampang besi hollow Gambar 3.14 Sketsa pengelasan rangka Gambar 3.15 Sketsa pembebanan baut Gambar 4.1 Konstruksi rangka Gambar 4.2 Skema rangkain listrik xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadwal pelaksanaan tugas akhir... 5 Tabel 3.1 Gaya pada batang E-F Tabel 4.1 Daftar harga komponen alat xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR NOTASI A = Luas penampang (mm 2 ), pendekatan jarak mata pisau dengan sisi benda kerja (mm) a = Luas penampang sabuk (m²) b = Lebar rongga hollow (mm) D = Diameter puli (m), diameter pisau potong (mm) d = Tebal benda kerja yang terpotong (mm) e = Jarak las dengan beban (mm) F = Gaya (N) f = Pemakanan (m/menit) f t = Pemakanan per gigi (mm) I z = Momen inersia irisan balok terhadap sumbu netral (m 4 ) L = Panjang sabuk (m), panjang sabuk (1 m) l = Lebar luar hollow (mm) M = Momen lentur pada penampang yang dituju (Nm) m = Massa sabuk per meter (kg/m) N = Gaya normal (kg), kecepatan putar (rpm) n = Jumlah gigi pada pisau potong P = Tekanan (N/mm 2 ), gaya geser (kg) r = Jari-jari puli (m) SF = Safety Faktor s = Lebar rigi las (mm) T = Tegangan pada sabuk (N) Tc = Gaya sentrifugal (N) t = Tebal rigi las (mm) V = Kecepatan keliling sabuk ( m/s ), kecepatan potong (m/menit) x = Jarak sumbu poros (m) y = jarak sumbu netral ke titik tempat tegangan yang dituju (m Z = Section modulus (mm³) xiii

14 digilib.uns.ac.id t = tegangan geser (kg/m 2 ) s = tegangan tarik (kg/cm 2 ) Æ ƴƽ = Tegangan tarik yang boleh terjadi pada setiap baut (N/mm²) s y = Tegangan lentur (N/m² = Pa) σ b = Tegangan bending (N/mm 2 ) q = Sudut kontak puli ( ) ρ π = Massa jenis sabuk (kg/m³) = Koefisien geser antara sabuk dan puli β = Sudut alur puli/sabuk ( ) xiv

15 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang D3 Teknik Mesin Produksi adalah salah satu program studi di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Program D3 Teknik Mesin Produksi ditempuh selama 6 semester yang terbagi menjadi 113 sks. Selama menumpuh 113 sks tersebut, mahasiswa dihadapkan pada 53 mata kuliah yang salah satu diantaranya adalah pratikum perawatan dasar. Berdasarkan peninjauan di laboratorium praktikum perawatan dasar, alat-alat paktikum yang tersedia belum terorganisir dan tersusun secara rapi dan belum dilengkapi dengan manual book serta modul praktikum secara jelas dan benar. Kompresor adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan dalam laboratorium perawatan dasar di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Untuk memenuhi mata kuliah proyek akhir, sekaligus menyempurnakan laboratorium perawatan dasar, merupakan faktor yang mendorong untuk merancang dan membuat alat praktikum perawatan kompresor beserta modul tentang perawatan, pembongkaran, dan pemasangan. 1

16 digilib.uns.ac.id Perumusan Masalah Bagaimana cara merancang dan merakit alat praktikum perawatan dasar kompresor dengan penggerak motor listrk yang sederhana, praktis dan efisien. 1.3 Tujuan Tugas Akhir Tujuan dari tugas akhir ini adalah menyadiakan alat praktikum perawatan kompresor yang sederhana, praktis, dan efisien guna menunjang kelengkapan alat pada mata kuliah praktikum perawatan dasar. 1.4 Manfaat Tugas Akhir Tugas akhir ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam perancangan serta pembuatan peralatan praktikum. 2. Secara Praktis Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan dan melatih keterampilan dalam bidang perancangan, pengelasan dan permesinan.

17 digilib.uns.ac.id Kerangka Pemikiran 1. Langkah-langkah dalam pembuatan alat praktikum perawatan kompresor torak ganda ( + modul praktikum ) Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII : Mulai : Membuat proposal : Mencari data : Membuat rancangan gambar sket : Membuat perhitungan : Membuat gambar alat : Membuat alat Tahap VIII : Pengujian alat Tahap IX : Membuat laporan

18 digilib.uns.ac.id 4 2. Metode Pelaksanaan Mulai Membuat proposal Mencari data Membuat desain Membuat gambar alat Menentukan material Membeli komponen Membuat komponen Perakitan Pengujian alat Pembuatan laporan Selesai

19 digilib.uns.ac.id Waktu dan Pelaksanaan Proyek akhir ini diperkirakan selesai dalam waktu enam bulan, dilaksanakan dibengkel swasta dan bengkel Fakultas Teknik UNS. Jadwal Pelaksanaan No Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agust 1 Mulai Pengerjaan 2 Membuat Proposal 3 Mencari Data 4 Membuat desain 5 Membuat gambar alat 6 Menentukan material 7 Membeli komponen 8 Membuat komponen 9 Perakitan 10 Pengujian alat 11 Pembuatan laporan Tabel 1.1 Jadwal pelaksanaan tugas akhir

20 digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Kompresor Kompresor adalah pesawat / mesin yang berfungsi untuk memampatkan atau menaikkan tekanan udara atau fluida gas atau memindahkan fluida gas dari suatu tekanan statis rendah ke suatu keadaan tekanan statis yang lebih tinggi. Udara atau fluida gas yang dihisap kompresor biasanya adalah udara / fluida gas dari atmosfer walaupun banyak pula yang menghisap udara / fluida gas spesifik dan bertekanan lebih tinggi dari atmosfer, dalam hal ini kompresor berfungsi sebagai penguat atau booster. Kompresor ada pula yang menghisap udara / fluida gas yang bertekanan lebih rendah daripada tekanan atmosfer yang biasa disebut pompa vakum. Pemampatan fluida gas dapat dijelaskan dengan hukum Pascal yaitu tekanan yang dikenakan pada satu bagian fluida dalam wadah tertutup akan diteruskan ke segala arah sama besar. 6

21 digilib.uns.ac.id 7 F F Gambar 2.1 Kompresi fluida Sesuai dengan gambar 2.1 di atas dimana fluida ditempatkan dalam silinder dengan luas penampang A dan panjang langkahnya l dan dikompresi dengan gaya F melalui sebuah piston, sehingga tekanan fluida di dalam silinder adalah : F P=...(2.1) A Tekanan ini akan diteruskan ke semua titik dalam silinder dengan sama besar Jenis-Jenis Kompresor Kompresor terdapat dalam berbagai jenis dan model tergantung pada volume dan tekanannya. Kompresor dapat dibagi dalam dua jenis utama,yaitu kompresor positif, dimana gas dihisap masuk kedalam silinder dikompresikan; dan kompresor nonpositif, dimana gas yang dihisap masuk

22 digilib.uns.ac.id 8 kedalam dipercepat alirannya oleh sebuah impeller yang kemudian mengubah enrgi kinetik untuk menaikkan tekanan Klasifikasi kompresor tergantung metode kompresi 1. Kompresor torak, bolak- balik ( metode kompresi positif ) 2. Kompresor torak tingkat ganda ( metode kompresi positif ) 3. Kompresor putar ( metode kompresi positif ) 4. Kompresor sekrup ( metode kompresi positif ) 5. Kompresor centrifugal satu tingkat (metode kompresi centrifugal) 6. Kompresor centrifugal tingkat ganda (metode kompresi centrifugal) Klasifikasi menurut bentuk 1. Jenis vertikal 2. Jenis horizontal 3. Jenis silinder banyak ( jenis V, jenis W, jenis VV ) Klasifikasi menurut kecepatan putar 1. Jenis kecepatan tinggi 2. Jenis kecepatan rendah Klasifikasi menurut gas refrigeran 1. Kompresor ammonia 2. Kmpresor Freon 3. Kompresor CO Klasifikasi menurut konstruksi 1. Jenis terbuka

23 digilib.uns.ac.id 9 2. Jenis hermatik 3. Jenis semi hermatik Berikut ini akan diberikan penjelasan secara khusus tentang kompresor torak jenis V yang banyak digunakan pada waktu ini Kompresor Torak Jenis V Dalam modul ini hanya akan dibahas khusus konstruksi kompresor torak, karena pada umumnya kompresor udara yang digunakan pada bidang kerja otomotif skala menengah kecil adalah kompresor torak Kompresor torak atau kompresor bolak-balik pada dasarnya adalah merubah gerakan putar dari penggerak mula menjadi gerak bolak-balik torak / piston. Gerakan ini diperoleh dengan menggunakan poros engkol dan batang penggerak yang menghasilkan gerak bolak-balik pada torak. Gerakan torak akan menghisap udara ke dalam silinder dan memampatkannya. Langkah kerja kompresor torak hampir sama dengan konsep kerja motor torak yaitu: Langkah hisap Langkah isap adalah bila poros engkol berputar searah putaran jarum jam, torak bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB). Tekanan negatif terjadi pada ruangan di dalam silinder yang ditinggalkan torak sehingga katup isap terbuka oleh perbedaaan tekanan dan udara terisap masuk ke silinder.

24 digilib.uns.ac.id Langkah kompresi Langkah kompresi terjadi saat torak bergerak dari TMB ke TMA, katup isap dan katup buang tertutup sehingga udara dimampatkan dalam silinder Langkah keluar Bila torak meneruskan gerakannya ke TMA, tekanan di dalam silinder akan naik sehingga katup keluar akan terbuka oleh tekanan udara sehingga udara akan keluar. Gambar 2.2 Langkah kerja kompresor kerja tunggal

25 digilib.uns.ac.id 11 Profil detail konstruksi kompresor torak kerja tunggal dicontohkan pada gambar berikut : Gambar 2.3 Kompresor torak kerja tunggal jenis V Beberapa bagian dari konstruksi kompresor udara jenis torak / piston antara lain meliputi silinder, kepela silinder, torak/piston, batang torak, poros engkol, katup-katup, kotak engkol dan alat-alat bantu. Berikut ini akan diuraikan beberapa bagian utama dari kompresor torak. 1. Silinder dan Kepala Silinder Silinder mempunyai bentuk silindris dan merupakan bejana kedap udara dimana torak bergerak bolak-balik untuk mengisap dan memampatkan udara. Silinder harus kuat menahan beban tekanan yang ada. Silinder untuk tekanan kurang dari 50 kgf/cm 2 (4,9 Mpa) pada umunya menggunakan besi cor sebagai bahan silindernya. Bagian dalam silinder diperhalus sebab cincin torak akan meluncur pada

26 digilib.uns.ac.id 12 permukaan dalam silinder. Dinding bagian luar silinder diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat / kuat memancarkan panas yang timbul dari proses kompresi di dalam silinder. Kompresor dengan pendingin air diperlengkapi dengan selubung air di dinding luar silinder. Kepala silinder terbagi menjadi dua bagian, satu bagian sisi isap dan satu bagian sisi tekan. Sisi isap dilengkapi dengan katup isap dan sisi tekan dilengkapi dengan katup tekan. 2. Torak dan Cincin Torak Torak merupakan komponen yang betugas untuk melakukan kompresi terhadap udara/ gas, sehingga torak harus kuat menahan tekanan dan panas. Torak juga harus dibuat seringan mungkin untuk mengurangi gaya inersia dan getaran. Cincin torak dipasangkan pada alur-alur torak dan berfungsi sebagai perapat antara torak dan dinding silinder. Jumlah cincin torak bervariasi tergantung perbedaan tekanan sisi atas dan sisi bawah torak. Pemakaian 2 sampai 4 cincin torak biasanya dipakai pada kompresor dengan tekanan kurang dari 10 kgf/cm 2. Pada kompresor tegak dengan pelumasan minyak, pada torak dipasangkan sebuah cincin pengikis minyak yang dipasang pada alur terbawah. Sedangkan pada kompresor tanpa pelumasan, cincin torak dibuat dari bahan yang spesifik yaitu karbon atau teflon.

27 digilib.uns.ac.id 13 Gambar 2.4 Konstruksi torak kompresor 3. Katup katup Katup-katup pada kompresor membuka dan menutup secara otomatis tanpa mekanisme penggerak katup. Pembukaan dan penutupan katup tergantung dari perbedaan tekanan yang terjadi antara bagian dalam dan bagian luar silinder. Jenis-jenis katup yang biasa digunakan adalah jenis katup pita, katup cincin, katup kanal dan katup kepak. Gambar 2.5 Konstruksi katup pita (Reed Valve)

28 digilib.uns.ac.id 14 Gambar 2.6 Konstruksi katup cincin Gambar 2.7 Konstruksi katup kanal 4. Poros Engkol Dan Batang Torak Poros engkol dan batang torak mempunyai fungsi utama untuk mengubah gerakan putar menjadi gerak bolak-balik. Secara konstruksi, poros engkol dan batang torak kompresor hampir sama dengan yang terdapat pada motor bakar. Ujung poros engkol berhubungan dengan transmisi daya dari sumber penggerak. Poros engkol dan batang torak biasa terbuat dari baja tempa.

29 digilib.uns.ac.id Kotak Engkol Kotak engkol adalah sebagai blok mesinnya kompresor yang berfungsi sebagai dudukan bantalan engkol yang bekerja menahan beban inersia dari masa yang bergerak bolak-balik serta gaya pada torak. Pada kompresor dengan pelumasan minyak kotak engkol sekaligus sebagai tempat/ bak penampung minyak pelumas. 6. Pengatur Kapasitas Volume udara yang dihasilkan kompresor harus sesuai dengan kebutuhan. Jika kompresor terus bekerja maka tekanan dan volume udara akan terus meningkat melebihi kebutuhan dan berbahaya terhadap peralatan. Untuk mengatur batas volume dan tekanan yang dihasilkan kompresor digunakan alat yang biasa disebut pembebas beban (unloader).pembebas beban dapat digolongkan menurut azas kerjanya yaitu : pembebas beban katup isap, pembebas beban celah katup, pembebas beban trotel isap dan pembebas beban dengan pemutus otomatis. Pembebas beban yang difungsikan untuk memperingan beban pada waktu kompresor distart agar penggerak mula dapat berjalan lancar dinamakan pembebas beban awal.

30 digilib.uns.ac.id Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek tinjauan utama. Sedangkan dalam perhitungan kekuatan rangka, gaya-gaya yang diperhitungkan adalah gaya luar dan gaya dalam Gaya luar Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban berasal dari luar system yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Gaya luar dapat berupa gaya vertikal, horizontal dan momen puntir. Pada persamaan statis tertentu untuk menghitung besarnya gaya yang bekerja harus memenuhi syarat dari kesetimbangan : ΣF x = 0... (2.2) ΣF y = 0... (2.3) ΣM = 0... (2.4)

31 digilib.uns.ac.id 17 Gambar 2.8 Diagram gaya bebas statika kesetimbangan Gaya dalam Gaya dalam adalah gaya yang bekerja di dalam konstruksi sebagai reaksi terhadap gaya luar. Gaya dalam dapat dibedakan menjadi : 1. Gaya normal (Normal force) adalah gaya yang bekerja sejajar sumbu batang. Gambar 2.9 Tanda gaya normal Perjanjian tanda : N (-) jika sebagai gaya desak N (+) jika sebagai gaya tarik

32 digilib.uns.ac.id 18 Rumus tegangan normal: N s = ç ækg ö 2... (2.5) Aè cm ø Dimana: s = Tegangan tarik (kg/cm 2 ) N = Gaya normal (kg) A = Luas penampang (cm 2 ) 2. Gaya lintang / geser (shearing force) adalah gaya yeng bekerja tegak lurus sumbu batang.. Gaya geser (+) berputar searah Jarum jam. Gaya geser (-) berputar berlawanan jarum jam Gambar 2.10 Tanda untuk gaya geser t P ç ækg Aè m = 2 ö ø... (2.6) Dimana: t = Tegangan geser (kg/m 2 ) P = Gaya geser (kg) A = Luas penampang (m 2 )

33 digilib.uns.ac.id Momen lentur ( bending momen) Momen lenturan positif cenderung terlihat cekung Momen positif ( + ) Momen lenturan negatif cenderung terlihat cembung Momen negatif ( - ) Gambar 2.11 Tanda untuk momen lentur Mencari lenturan maksimum: ( N 2) M x. y s y =... (2.7) I m z Keterangan : s y = Tegangan lentur (N/m² = Pa) y = Jarak sumbu netral ke titik tempat tegangan yang dituju (m) M = Momen lentur pada penampang yang dituju (Nm) I z = Momen inersia irisan balok terhadap sumbu netral (m 4 )

34 digilib.uns.ac.id Tumpuan 1. Tumpuan Rol Tumpuan ini dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu. Gambar 2.12 Tumpuan rol 2. Tumpuan Sendi Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah yang tegak lurus terhadap sumbu sendinya. Gambar 2.13 Tumpuan sendi 3. Tumpuan Jepit Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah yang tegak lurus dengan sumbu jepitnya dan dapat menahan momen. Gambar commit 2.14 Tumpuan to user jepit

35 digilib.uns.ac.id Diagram gaya dalam 1. Definisi Diagram gaya dalam adalah diagram yang menggambarkan besarnya gaya dalam yang terjadi pada suatu konstruksi. 2. Macam-Macam Diagram Gaya Dalam a. Diagram Gaya Normal / Normal Force Diagram ( NFD ) Diagram yang menggambarkan besarnya gaya normal yang terjadi pada suatu konstruksi. b. Diagram Gaya Geser / Shearing Force Diagram ( SFD ) Diagram yang menggambarkan besarnya gaya geser yang terjadi pada suatu konstruksi. c. Diagram Momen Lentur / Bending Moment Diagram ( BMD ) Diagram yang menggambarkan besarnya momen lentur yang terjadi pada suatu konstruksi. 3. Aturan Pembuatan NFD, SFD dan BMD a. Beban Terpusat Gambar 2.15 Tumpuan sederhana beban terpusat

36 digilib.uns.ac.id 22 1) Diagram gaya normal ( NFD ) Gambar 2.16 Diagram gaya normal beban terpusat 2) Diagram gaya geser ( SFD ) berbentuk horisontal Gambar 2.17 Diagram gaya geser beban terpusat 3) Diagram momen lentur ( BMD ) berbentuk linier miring Gambar 2.18 Diagram momen lentur beban terpusat b. Beban Merata Gambar 2.19 Tumpuan sederhana beban merata

37 digilib.uns.ac.id 23 1) Diagram gaya normal ( NFD ) Gambar 2.20 Diagram gaya normal beban merata 2) Diagram gaya geser ( SFD ) nernentuk linier miring Gambar 2.21 Diagram gaya geser normal merata 3) Diagram momen lentur ( BMD ) berbentuk parabola Gambar 2.22 Diagram momen lentur beban merata 2.5. Pulley dan Sabuk Puli merupakan salah satu elemen dalam mesin yang mereduksi putaran dari motor menuju kompresor, ini juga berfungsi sebagai kopling putaran motor dengan kompresor. Puli dapat terbuat dari besi cor, baja cor, baja pres, atau aluminium (Khurmi dan Gupta, 2002).

38 digilib.uns.ac.id 24 Sabuk berfungsi sebagai alat yang meneruskan daya dari satu poros ke poros yang lain melalui dua puli dengan kecepatan rotasi sama maupun berbeda. Tipe sabuk antara lain: sabuk flat, sabuk V, dan sabuk circular. Faktor-faktor dalam perencanaan sabuk (Khurmi dan Gupta, 2002) : Perbandingan kecepatan Perbandingan antara kecepatan puli penggerak dengan puli pengikut ditulis dengan persamaan sebagai berikut. (Khurmi dan Gupta, 2002) : =... (2.8) dimana: D 1 = Diameter puli penggerak (m) D 2 = Diameter puli pengikut (m) N 1 = Kecepatan puli penggerak (rpm) Gambar 2.23 Tegangan dan sudut kontak pada sabuk

39 digilib.uns.ac.id Perhitungan panjang sabuk Perhitungan panjang sabuk ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : L = N + N (2.9) dimana: L = Panjang sabuk ( m ) x = Jarak sumbu poros ( m ) N = Jari-jari puli penggerak ( m ) N = Jari-jari puli pengikut ( m ) Sudut singgung sabuk dan puli Perhitungan sudut singgung sabuk dan puli ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : Ŗ = dimana : =...(2.10) α = Sudut singgung sabuk dan puli ( ) = Diameter puli penggerak ( m ) = Diameter puli pengikut ( m ) Sudut kontak puli Perhitungan sudut kontak puli ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : q = ( α ) π/180...(2.11) q = Sudut kontak puli ( )

40 digilib.uns.ac.id Kecepatan keliling sabuk Perhitungan kecepatan sabuk ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : =.. ( m/s )...(2.12) Ǘ5 dimana : = Diameter puli ( m ) 8Ʀ = Putaran motor ( rpm ) Massa sabuk per meter Perhitungan kecepatan sabuk ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : m = a X L X ρ... (2.13) dimana : m = Massa sabuk per meter (kg/m) a = Luas penampang sabuk (m²) L = Panjang sabuk (1 m) ρ = Massa jenis sabuk (kg/m³) Gaya sentrifugal Perhitungan gaya sentrifugal ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : Tc = m. ( V )²... (2.14) dimana : Tc = Gaya sentrifugal (N) m = Massa sabuk ( kg/m ) V = Kecepatan keliling sabuk ( m/s )

41 digilib.uns.ac.id Besarnya tegangan yang bekerja pada sabuk V Perhitungan tegangan yang bekerja pada sabuk V ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : 2,3 Ǵc = µ. ĢǴc =Ģ... (2.16) Dimana: = Tegangan total sisi kencang (N) = Tegangan total sisi kendor (N) π = Koefisien geser antara sabuk dan puli θ = Sudut kontak puli (rad) β = Sudut alur puli/sabuk ( ) Daya yang ditransmisikan oleh sabuk Perhitungan daya yang ditransmisikan oleh sabuk V ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002) : P = T T v... (2.17) Dimana : P = Daya yang ditransmisikan oleh sabuk (Watt) = Tegangan total sisi kencang (N) = Tegangan total sisi kendor (N) V = Kecepatan keliling sabuk ( m/s ) 2.6. Proses Pengelasan Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik DC dengan pertimbangan commit akan to user mendapatkan sambungan las yang

42 digilib.uns.ac.id 28 kuat. Pada dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagian bagian penting sebagai berikut (Kenyon, 1985): 1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc). 2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda. 3. Kabel balik las (bukan timbel hubungan ke tanah) dan penjepit. 4. Hubungan ke tanah. Fungsi lapisan elektroda dapat diringkaskan sebagai berikut : 1. Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan logam cair. 2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol. 3. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oksidasi elemen elemen tertentu dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las mempunyai sifat sifat mekanis yang memuaskan. 4. Menyediakan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan pendinginan logam las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat pendinginan. 5. Membantu mengontrol (bersama-sama dengan arus las) ukuran dan frekuensi tetesan logam cair. 6. Memungkinkan dipergunakannya posisi yang berbeda. Dalam las listrik, panas yang akan digunakan untuk mencairkan logam diperoleh dari busur listrik yang timbul antara benda kerja yang dilas dan kawat logam yang disebut elektroda. Elektroda ini terpasang pada

43 digilib.uns.ac.id 29 pegangan atau holder las dan didekatkan pada benda kerja hingga busur listrik terjadi. Karena busur listrik itu, maka timbul panas dengan temperatur maksimal 6000 o C yang dapat mencairkan logam (Kenyon, 1985) Sambungan las Ada beberapa jenis sambungan las, yaitu: 1. Butt joint Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang sama. Gambar 2.24 Sambungan las butt joint 2. Lap joint Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang pararel. Gambar 2.25 Sambungan las lap joint

44 digilib.uns.ac.id Edge joint Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel, tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya. Gambar 2.26 Sambungan las edge joint 4. T- joint Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain. Gambar 2.27 Sambungan las T- joint Memilih besarnya arus Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter elektroda dan jenis elektroda. Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010, huruf E tersebut singkatan dari elektroda, 60 menyatakan kekuatan tarik terendah setelah dilaskan adalah psi, angka 1 menyatakan posisi pengelasan segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan commit to datar user dan horisontal. Angka keempat

45 digilib.uns.ac.id 31 adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus (Kenyon, 1985). Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil, maka: 1. Pengelasan sukar dilaksanakan. 2. Busur listrik tidak stabil. 3. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda kerja. 4. Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam. Apabila arus terlalu besar maka: 1. Elektroda mencair terlalu cepat. 2. Hasil pengelasan atau rigi-rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi terlalu dalam Rumus yang digunakan dalam perhitungan las 1. Menentukan luas penampang las. (Khurmi dan Gupta, 2002) = (2.19) 2. Tegangan geser las. (Khurmi dan Gupta, 2002) =...(2.20) 3. Momen lentur las. (Khurmi dan Gupta, 2002) =. =... (2.21)

46 digilib.uns.ac.id Section modulus. (Khurmi dan Gupta, 2002) = (2.22) 5. Tegangan lentur. (Khurmi dan Gupta, 2002) =...(2.23) 6. Tegangan geser maksimal. (Khurmi dan Gupta, 2002) = (2.24) Dimana: A : luas pengelasan (mm 2 ) τ : tegangan geser (N/mm 2 ) Z : Section modulus (mm 3 ) P : beban (N) : tegangan lentur (N/mm 2 ) s : lebar rigi las (mm) t : tebal rigi las (mm) b : lebar rongga hollow (mm) l : lebar luar hollow (mm) e : jarak las dengan beban (mm) 2.7. Pemilihan Mur dan Baut Pemilihan mur dan baut merupakan pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut

47 digilib.uns.ac.id 33 dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan secara teliti dan direncanakan dengan matang di lapangan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan mur dan baut 1. Beban tiap baut searah vektor pembebanan. (Khurmi dan Gupta, 2002) W =...(2.25) W = Beban tiap baut searah vektor pembebanan (N) = Beban utama (N) n = Jumlah baut 2. Beban tiap baut yang tegak lurus terhadap pusat gravitasi. (Khurmi dan Gupta, 2002) W = W.e.l 1 (l 1 ) 2 + (l 2 ) 2 + (l 3 ) (2.26) + (l 4 ) W = Beban tiap baut yang tegak lurus terhadap pusat gravitasi (N) e = Jarak antara pusat gravitasi dan beban utama (mm) l = Jarak antara pusat gravitasi dan sumbu baut (mm) 3. Tegangan geser tiap baut. (Khurmi dan Gupta, 2002) τ.7 = (W ) + (W ) + 2 x W x W x cos θ... (2.27) τ.7 = Tegangan geser (N/mm²) θ = Sudut terkecil antara Ws1 dan Ws2 ( ) 4. Tegangan geser akibat beban. (Khurmi dan Gupta, 2002) τ =... (2.28) dc = diameter inti baut (mm) τ = Tegangan geser akibat beban (N/mm 2 )

48 digilib.uns.ac.id Proses Pemesinan Mesin frais Mesin frais merupakan alat pemotong logam yang fungsi utamanya adalah untuk melakukan pemakanan pada permukaan benda kerja. Pada aplikasinya mesin frais bisa digunakan untuk melubangi benda kerja, membuat alur, dan membuat roda gigi. Gambar 2.28 Mesin frais Berikut beberapa rumus yang digunakan untuk mencari lama waktu pemesinan pada mesin frais. 1. Kecepatan pemotongan. (Eko Marsyahyo, 2003) = 8Ʀ... (2.28) V = kecepatan potong (m/menit) D = diameter pisau potong (mm) N = kecepatan putar spindle (rpm)

49 digilib.uns.ac.id Pemakanan. (Eko Marsyahyo, 2003) = 8Ʀ... (2.29) f = pemakanan (m/menit) ft = Pemakanan per gigi (mm) n = Jumlah gigi pada pisau potong 3. Pendekatan jarak mata pisau dengan sisi benda kerja. (Eko Marsyahyo, 2003) =... (2.30) A = Pendekatan jarak mata pisau dengan sisi benda kerja (mm) d = Tebal benda kerja yang terpotong (mm)

50 digilib.uns.ac.id BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1. Prinsip Kerja Gambar 3.1 Sketsa alat praktikum perawatan kompresor Kompresor adalah pesawat / mesin yang berfungsi untuk memampatkan atau menaikkan tekanan udara atau fluida gas atau memindahkan fluida gas dari suatu tekanan statis rendah ke suatu keadaan tekanan statis yang lebih tinggi. Sedangkan bagian-bagian utama dari alat praktikum perawatan kompresor ini adalah: 1. Kompresor 2. Motor Listrik 3. Tabung 4. Rangka 36

51 digilib.uns.ac.id 37 Persiapan dan langkah pengoperasian: 1. Memastikan sabuk segaris dengan puli pada kompresor. 2. Memastikan putaran puli pada arah yang benar. 3. Memastikan kabel dan selang terpasang dengan kencang dan benar. 4. Memastikan minyak pelumas terisi sampai batas yang disarankan. 5. Memastikan pressure gauge, safety valve dan pressure switch terpasang dengan benar. 6. Menguji safety valve denagn cara menarik ringnya. Apabila ring kembali ke possisi semula setelah dilepaskan, maka safety valve masih berfungsi. 7. Kompresor siap dinyalakan dengan cara menghubungkan saklar denagn arus listrik kemudian menarik tuas saklar ke posisi on Perhitungan dan Analisa Gaya Perhitungan gaya yang terjadi akibat kekencangan sabuk Gambar 3.2 Sketsa transmisi sabuk

52 digilib.uns.ac.id 38 Diketahui: P : 1 HP = 746 W N1 : 1450 rpm d1 : 95 mm = 0,095 m d2 : 269 mm = 0,269 m x : 40,5 cm = 0,405 m 2β : 35º atau β : 17,5º V-belt jenis A dari bahan rubber: Lebar (b) : 13 mm (lampiran 1) Tebal (t) : 8 mm Density (ρ) : 1140 kg/m³ (lampiran 2) 1. Sudut singgung yang terjadi antara sabuk dengan puli pada motor ƒmn = = 40Ȥ2 40Ȥ1 2. 0,269 0, ,405 = 0,2148 (Khurmi, 2002 : 621) = 12,4 2. Sudut kontak yang terjadi antara sabuk dengan puli motor = = ,4 = 2,71 81a40Ȥ 180 (Khurmi, 2002 : 626) 3. Luas penampang sabuk (a) Lebar (b) = 13 mm Tebal (t) = 8 mm

53 digilib.uns.ac.id 39 Gambar 3.3 Penampang sabuk 81an17,5 = 8 = 8.0,315 = 2,52 Ⱦ81a40Ȥm (81a) = , = 83,84 5)5) = 82, )² 4. Massa sabuk per meter (m) 5) = 81a (Khurmi, 2002 : 621) = 83, ) 1 5) 1140 ĨƦg763 5) = 0,095 ĨƦg763 5) 5. Kecepatan linear sabuk =.. 40Ȥ 60 = ).0,095 5) 60 = 7,21 5) A

54 digilib.uns.ac.id Tegangan kedua sisi sabuk = (Khurmi, 2002 : 662) 746 = 7,21 5) A = 103,46 µ = 0,3 (lampiran 3) θ = 2,71 rad (Khurmi, 2002 : 614) 2,3 log = µ. ˢ Ae2MNˢ 2,3 log = 0,3. 2,71. ˢ Ae2MNˢ17,5 2,3 log = 0,813. ˢ Ae2MNˢ17,5 log = 2,7036 2,3 = 14,98 = 14,89 14,98 = 103,46 13,98 = 103,46 = 7,4 7,4 = 103,46 = 110,86

55 digilib.uns.ac.id Perhitugan kekuatan rangka Gambar 3.4 Sketsa pembebanan rangka 1. Pandangan depan terhadap beban tabung a. Gaya normal, gaya geser dan momen lentur pada batang E-F Gambar 3.5 Reaksi gaya luar batang E-F = 0. = 0 = 0 + = 35 = 0 17, , = 0

56 digilib.uns.ac.id 42 = 16,975 ĨƦg763 = 18,025 ĨƦg763 Reaksi gaya dalam (gaya yang terjadi dalam material kontruksi): Gambar 3.6 Reaksi gaya dalam batang E-F Potongan kiri (X-X) batang E-F Gambar 3.7 Potongan kiri (X-X) batang E-F = 0 = 18,025 = 18,015.

57 digilib.uns.ac.id 43 Titik E (x=0) = 0 ĨƦg763 = 18,025 ĨƦg763 = 0 Titik K (x=18) = 0 ĨƦg763 = 18,025 ĨƦg763 = 324,45 ĨƦg763. ˢ5) Potongan kiri (Y-Y) batang E-F Gambar 3.8 Potongan kiri (Y-Y) batang E-F = 0 = 18,025 17,5 = 0,525 ĨƦg763 = 18, ,5( 18) Titik E (x=0) = 0 ĨƦg763 = 18,025 ĨƦg763 = 0 Titik K (x=18) = 0 ĨƦg763 = 0,525 ĨƦg763 = 324,45 ĨƦg763. ˢ5) Titik L (x=79) = 0 ĨƦg763 = 0,525 = 356,475 ĨƦg763. ˢ5)

58 digilib.uns.ac.id 44 Potongan kanan (Z-Z) batang E-F Gambar 3.9 Potongan kanan (Z-Z) batang E-F = 0 = 16,975 ĨƦg763 = 16,975. Titik F (x=0) = 0 ĨƦg763 = 16,975 ĨƦg763 = 0 ĨƦg763. ˢ5) Titik L (x=21) = 0 ĨƦg763 = 16,975 ĨƦg763 = 356,475 ĨƦg763. ˢ5) Potongan Batang X Nx Vx Mx x-x E-K E ,025 0 K ,45 y-y E-L E 0 0 0,525 0 K , ,45

59 digilib.uns.ac.id 45 L , ,475 z-z F-L F ,975 0 L , ,475 Tabel 3.1 Gaya pada batang E-F b. Diagram gaya dalam yang ada pada batang E-F Diagram gaya normal (NFD) Gambar 3.10 Diagram gaya normal batang E-F Diagram gaya geser (SFD) Gambar 3.11 Diagram gaya geser batang E-F

60 digilib.uns.ac.id 46 Digram momen lentur (BMD) Gambar 3.12 Diagram momen lentur batang E-F 2. Momen inersia rangka (hollow) a. Titik berat dan luas penampang 1) Penampang besar = 3 ˢ5) 6 ˢ5) = 18 ˢ5)² = 6 ˢ5) 2 = 3 ˢ5) 2) Penampang kecil Gambar 3.13 Penampang besi hollow 3) Penampang komplek = 2,6 ˢ5) 5,6 ˢ5) = 14,56 ˢ5)² = 56 ˢ5) 2 + 0,2 ˢ5) = 2,8 ˢ5) + 0,2 ˢ5) = 3 ˢ5) ŷ = =. (,. ), = 3 ˢ5) (40Ȥ81a m 81a 81ah)

61 digilib.uns.ac.id 47 b. Momen inersia 1) Penampang besar = + 40Ȥ = 1 12 h + 40Ȥ = ³ = 54 ˢ5)⁴ 2) Penampang kecil = + 40Ȥ = 1 12 h + 40Ȥ = ,6.5,6³ + 14, = 38,05 ˢ5)⁴ 3) Penampang komplek = = 54 38,05 ˢ5) = 15,94 ˢ5) 3. Perhitungan kekuatan bahan Diketahui data: Bahan rangka ST 37 Tegangan ijin bahan: = 370 5)5)² Gaya geser terbesar: Ŗ = 18,025 ĨƦg763 = 140 /5)5)² (lampiran 4) Momen lentur terbesar: 5)81a = 356,475 ĨƦg763. ˢ5)

62 digilib.uns.ac.id 48 Ditinjau dari tegangan tarik: = =. 356,475 ĨƦg763. ˢ5) 3 ˢ5) 15,94 ˢ5) = 67,09 ĨƦg763/ˢ5)² = 6,709 /5)5)² Jadi karena tegangan akibat beban ( = 6,709 /5)5)²) < dari tegangan ijin bahan ( = 370 /5)5) ) maka desain AMAN Perhitungan kekuatan sambungan las Gambar 3.14 Sketsa pengelasan rangka Diketahui: Jenis elektroda : E6013 Tegangan tarik ijin (σ) = 47,1 kg/mm 2 (lampiran 5) Tegangan geser ijin (τ) = =, /ŖŖ² : 25 kg x 9,81 m/s 2 = 245,25 N : 30 mm = 23,55 ĨƦg763/5)5)²

63 digilib.uns.ac.id 49 : 60 mm 2 X Tebal hollow = 56 mm e2mn : 300 mm A : 2 mm 1. Menentukan luas penampang las = Ά. A = 0, )5) 2 565)5) )5) = 243,21 5)5) 2. Tegangan geser las = = 245,25 243,21 5)5) = 1,01 /5)5) 3. Momen lentur las =. e2mn = 245, )5) = )5) 4. Section modulus = Ά. A. + 3 = 0, )5) 56 5)5) 30 5)5) = 85149,19 5)5)

64 digilib.uns.ac.id Tegangan lentur = = )5) 85149,19 5)5) = 0,86 /5)5) 6. Tegangan geser maksimal Ŗ = = 1 2 0,86 /5)5) + 4 (1,01 /5)5) ) = 1,09 /5)5) Jadi karena tegangan geser las akibat beban ( = 1,09 /5)5) ) < dari tegangan geser ijin elektroda setelah pengelasan ( = 23,55 ĨƦg763/5)5)²) maka desain AMAN Perhitungan kekuatan baut Gambar 3.15 Sketsa pembebanan baut

65 digilib.uns.ac.id 51 Baut pengikat antara kompresor dan landasan yang digunakan M 8 (d C = 6,647) sebanyak 4 (lampiran 6) Tegangan tarik pada bahan baut (σ B ) = 340 5)5) Άe2MNg76381ang76381an g763e2mnae2mn = = 170 /5)5) dengan faktor keamanan (SF) = 4 (lampiran 7) 1. Tegangan geser yang diijinkan : = = 42,5 5)5) 2. Beban / gaya yang mempengaruhi baut adalah tegangan sabuk pada sisi kencang pulley kompresor sebesar 110,86 N 3. Menentukan beban tiap baut : = n = 110,86 4 = 27,71 4. Menentukan beban tiap baut yang tegak lurus terhadap pusat gravitasi. =. e2mn. ( ) + ( ) + ( ) + ( ) = 110, )5) 118,5 5)5) 4 (118,5) = 28,07 N

66 digilib.uns.ac.id Menentukan tegangan geser tiap baut. θ 1 dan θ 4 = 118 o θ 2 dan θ 3 = 62 o Pada baut 1 dan 4 = ( ) + ( ) + 2 ˢ A = (27,71) + (28,07) ,71 28,07 ˢ A118 = 825,44 = 28,73 Pada baut 2 dan 3 = ( ) + ( ) + 2 ˢ A = (27,71) + (28,07) ,71 28,07 ˢ A62 = 2286,09 = 47,81 6. Menentukan tegangan geser akibat beban = = 4 40Ȥˢ 47,81 4 6,466 = 1,45 /5)5) Jadi tegangan geser akibat beban pada baut = 1,45 /5)5)² < u ut = 42,5 5)5) maka baut AMAN.

67 digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1. Langkah Pengerjaan Membuat rangka 1. Memotong bahan Bahan yang digunakan adalah : Besi hollow 30 x 60 x 2 bahan ST-37 Gambar 4.1 Konstruksi rangka a. Untuk kaki meja: Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 75 cm sebanyak 4 buah. 53

68 digilib.uns.ac.id 54 b. Untuk penyangga papan kayu: 1) Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 100 cm, untuk rangka panjang sebanyak 4 buah. 2) Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 50 cm, untuk rangka pendek sebanyak 7 buah. c. Untuk landasan tabung : 1) Memotong besi hollow 3 x 6 x 0,2 cm sepanjang 50 cm sebanyak 2 buah. 2) Memotong besi 9 x 0,4 cm sepanjang 43 cm sebanyak 2 buah. d. Untuk landasan motor dan kompresor : 1) Memotong besi kanal U 5 x 3,5 x 0,3 cm sepanjang 71 cm sebanyak 2 buah. 2) Memotong besi kanal U 5 x 3,5 x 0,3 cm sepanjang 25 cm sebanyak 2 buah. e. Untuk penahan kekencangan sabuk: Memotong besi ulir diameter 1,5 cm sepanjang 41 cm sebanyak 1 buah. 2. Proses pengelasan a. Mengelas kaki meja dengan rangka pendek atas dan bawah sebanyak 4 kali. b. Mengelas kaki meja dengan rangka panjang atas dan bawah sebanyak 4 kali.

69 digilib.uns.ac.id 55 c. Mengelas penguat atas meja 1 buah sebanyak 2 kali. d. Mengelas landasan tabung 2 buah sebanyak 4 kali. 3. Proses pengecatan Langkah pengerjaan dalam proses pengecatan yaitu : a. Membersihkan seluruh permukaan benda dengan amplas dan air untuk menghilangkan korosi. b. Pengamplasan dilakukan beberapa kali sampai permukaan benda luar dan dalam benar-benar bersih dari korosi. c. Memberikan cat dasar ke seluruh bagian yang akan dicat. d. Mengamplas kembali permukaan yang telah diberi cat dasar sampai benar-benar halus dan rata. e. Melakukan pengecatan warna Proses perakitan Perakitan merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan dan pembuatan suatu mesin atau alat, dimana suatu cara atau tindakan untuk menempatkan dan memasang bagian-bagian dari suatu mesin yang digabung dari satu kesatuan menurut pasangannya, sehingga akan menjadi perakitan mesin yang siap digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan. Sebelum melakukan perakitan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

70 digilib.uns.ac.id Komponen-komponen yang akan dirakit, telah selesai dikerjakan dan telah siap ukuran sesuai perencanaan. 2. Komponen-komponen standart siap pakai ataupun dipasangkan. 3. Mengetahui jumlah yang akan dirakit dan mengetahui cara pemasangannya. 4. Mengetahui tempat dan urutan pemasangan dari masing-masing komponen yang tersedia. 5. Menyiapkan semua alat-alat bantu untuk proses perakitan. Komponen- komponen dari mesin ini adalah : 1. Rangka (meja) 2. Kompresor 3. Motor listrik 4. Tabung 5. Puli 6. Sabuk 7. Selang penambah 8. Kabel 9. Amper meter dan voltmeter 10. Presseur gage 11. Mur dan baut 12. Bantalan (besi profil - U)

71 digilib.uns.ac.id 57 Langkah-langkah perakitan : 1. Menyiapkan rangka (meja) yang telah dilas sesuai desain. 2. Memasang tabung pada dudukan. 3. Memasang kayu. 4. Memasang besi profil-u sebagai dudukan motor dan kompresor. 5. Memasang motor dan kompresor pada dudukannya. 6. Memasang pengunci (mur-baut) pada tabung, motor, dan kompresor. 7. Memasang selang penambah dari kompresor ke tabung. 8. Memasang selang penambah dari tabung ke pressure gauge. 9. Merakit kelistrikan. Gambar 4.2 Skema rangkain listrik

72 digilib.uns.ac.id Biaya Pembelian Komponen Alat No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga 1 Rangka (besi hollow) 2 lonjor Plat 1mm ½ lembar Kompresor + tabung (shark ) 1 buah Besi profil - U 1 lonjor Poros berulir 1 lonjor Lampu pilot (687) 2 buah Baut tanam Kancing pintu 4 buah Saklar cam starter 1 buah Kabel NYY-HY 2 meter A meter 1 buah V meter 1 buah Kabel kecil 2 meter Double napple 5 buah Knee kuningan 3 buah Napple coupling 2 buah Klem 2 buah Napple selang 2 buah Knee kuningan 2 buah

73 digilib.uns.ac.id Double napple 1 buah Selang 1 meter Plat alumunium 25 cm Selang karet + fitting 70 cm Pipa tembaga ¼ 70 cm Dc fix 30 cm Menekuk plat Cat orange ¼ kg Cross Tembaga ¼ 1 buah Sealtip 1 buah Baut M 9x60 10 buah Baut M 9x30 + mur FN M 8 10 buah Poros Berulir 5/8 + mur 5/8 1 buah Cat Orange ¼ lt Ball Bearing NIS UCP buah Plamir Kayu 1 kg Baut M 9x120 + plat ring 8 buah Baut M 11 + O ring 4 buah Double Nipple 2 buah Pipa Tembaga ½ 1 meter Jumlah Tabel 4.1 Daftar commit harga to user komponen alat

74 digilib.uns.ac.id Waktu Pemesinan Pembuatan alur pada landasan motor Jumlah alur yang dibuat = 8 buah Bahan profil-u ST 37 Diameter pisau potong (D) = 10 mm Kecepatan spindle (N) = 310 rpm Tebal benda kerja yang terpotong (d) = 3 mm Panjang benda kerja (L) = 75 mm Jumlah gigi pada pisau potong (n) = 4 Pemakanan per gigi (f t ) = 0,25 mm (lampiran 8) 1. Kecepatan pemotongan b = Ƽō = ˢ5lj803ˢ5lj ˢ5lj8 = 9738,93 03ˢ5lj803ˢ5lj8 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 97,38 03ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ 2. Pemakanan v = v ōȗ.rl = 0,25 03ˢ5lj803ˢ5lj ˢ5lj8. 4 = ˢ5lj803ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 0,31 03ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ

75 digilib.uns.ac.id Waktu pemesinan = ( + 2 )/v Menghitung pendekatan jarak mata pisau dengan sisi benda kerja (A). = Ƽ 4 Ƽ 2 o = = 25 4 = 4,58 03ˢ5lj803ˢ5lj8 Waktu permesinan: = ( + 2 )/v = (75 03ˢ5lj803ˢ5lj ,58 03ˢ5lj803ˢ5lj8)/310 03ˢ5lj803ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 0,27 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ Pembuatan alur pada landasan bawah Jumlah alur yang dibuat = 4 buah Bahan profil-u ST 37 Diameter pisau potong (D) = 10 mm Kecepatan spindle (N) = 310 rpm Tebal benda kerja yang terpotong (d) = 3 mm Panjang benda kerja (L) = 85 mm Jumlah gigi pada pisau potong (n) = 4

76 digilib.uns.ac.id 62 Pemakanan per gigi (f t ) = 0,25 mm 1. Kecepatan pemotongan b = Ƽō = ˢ5lj803ˢ5lj ˢ5lj8 = 9738,93 03ˢ5lj803ˢ5lj8 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 97,38 03ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ 2. Pemakanan v = v ōȗ.rl = 0,25 03ˢ5lj803ˢ5lj ˢ5lj8. 4 = ˢ5lj803ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 0,31 03ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ 3. Waktu pemesinan = ( + 2 )/v Menghitung pendekatan jarak mata pisau dengan sisi benda kerja (A). = Ƽ 4 Ƽ 2 o = = 25 4 = 4,58 03ˢ5lj803ˢ5lj8

77 digilib.uns.ac.id 63 Waktu permesinan: = ( + 2 )/v = (85 03ˢ5lj803ˢ5lj ,58 03ˢ5lj803ˢ5lj8)/310 03ˢ5lj803ˢ5lj8/03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 0,30 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ Waktu total yang digunkan untuk membuat alur = 8. nȏ67 ȏnȗ.rlonjnȗ.rl 03ˢ5lj8 Ϝ nȏ67 ȏnȗ.rlonjnȗ.rl n nh = 8. 0,27 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ ,30 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ = 3,36 03ˢ5lj8ŖȖ.rl Ϝ

78 digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Setelah menyelesaikan proyek akhir dengan judul Alat Praktikum Perawatan Kompresor Torak Ganda dapat disimpulkan: 1. Kompresor digerakkan dengan menggunakan motor listrik. 2. Daya yang digunakan pada motor listrik adalah 1HP (746Watt), 220Volt, dan putaran motor 1450 rpm. 3. Menggunakan V-belt untuk meneruskan daya dan putaran dari motor ke kompresor. 4. Biaya total untuk pembuatan Alat Praktikum Perawatan Kompresor Torak Ganda ini sebesar Rp , Saran Agar alat praktikum perawatan kompresor torak ganda lebih mudah dalam perawatan maka disarankan: 1. Membaca dan memahami modul sebagai prosedur dasar melakuka perawatan kompresor torak ganda. 2. Gunakan alat yang sesuai untuk membongkar dan memasang komponen pada kompresor torak ganda. 3. Periksa ulang kebenaran letak komponen dan instalasi sebelum kompresor dinyalakan 64

PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA

PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA digilib.uns.ac.id PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA

PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PERAWATAN KOMPRESOR TORAK GANDA PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: MASYKUN ARIFIN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: SUPRIYADI I8612046 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Disusun Oleh : TRIANTO NIM I 8111039 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : EKO SULISTIYONO NIM. I 8111022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN PERONTOK PADI PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN PERONTOK PADI PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN PERONTOK PADI PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: BOB ADAM I8612014

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Gambar 3.1 : Proses perancangan sand filter rotary machine seperti terlihat pada Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: ERICK SEPTA WAHYUDI NIM. I8612018 PROGRAM DIPLOMA TIGA

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Disusun oleh: WAHYU TRI ARDHIYANTO NIM. I 8613038 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN PENGADUK PADA MESIN PENCETAK PAKAN PELLET IKAN

RANCANG BANGUN BAGIAN PENGADUK PADA MESIN PENCETAK PAKAN PELLET IKAN RANCANG BANGUN BAGIAN PENGADUK PADA MESIN PENCETAK PAKAN PELLET IKAN PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Oleh : MUHAMMAD HASYIM S NIM. I 8612034 PROGRAM

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK)

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK) RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : LAKSANA RAHADIAN SETIADI NIM. I8612030

Lebih terperinci

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA)

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA) MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: RAHMAD WAHYU NUGROHO NIM I8613029 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER (DRAWING DESIGN) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: ADHITYA SETYA

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: AFRIKO JADI PRAYOGA PUTRA PRATAMA NIM I8613002 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON SAPI

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON SAPI RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON SAPI PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Disusun Oleh : DANANG SATRIO I8110013 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN PALANG PARKIR OTOMATIS MODEL TEKUK 180 DERAJAT

PERANCANGAN PALANG PARKIR OTOMATIS MODEL TEKUK 180 DERAJAT PERANCANGAN PALANG PARKIR OTOMATIS MODEL TEKUK 180 DERAJAT PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : JOURDAN ADBEL PICARRIO PURNOMO NIM. I 8111030

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK RAMBAK KULIT (SISTEM TRANSMISI)

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK RAMBAK KULIT (SISTEM TRANSMISI) RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK RAMBAK KULIT (SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: BUDDHI PUTRANTA NIM I8613006 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR

PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: GUSTAF TAUFIQUL KANDZULINA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN)

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

RANGKA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

RANGKA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II RANGKA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : ADHIMAS BAGUS PAMUNGKAS NIM. I 8611002 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: SAMUEL HARTAWAN P.I.P NIM. I8111036 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka )

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka ) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka ) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi D III Teknik Mesin Disusun oleh : YUSUF ABDURROCHMAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UJI JOMINY MENURUT ASTM A255

RANCANG BANGUN ALAT UJI JOMINY MENURUT ASTM A255 RANCANG BANGUN ALAT UJI JOMINY MENURUT ASTM A255 PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: AHMAD SABEKTI I 8

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene)

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene) PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : M. YUSUF ASADULLAH NIM. I 8112023

Lebih terperinci

PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK ADONAN KERUPUK (SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Disusun Oleh: SAYID YUSUF IBRAHIM I8613032 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET DARI SERBUK KAYU (SISTEM RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET DARI SERBUK KAYU (SISTEM RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET DARI SERBUK KAYU (SISTEM RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Oleh : ARIFAN HERRA PANDAM PAWITRA NIM. I

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN TIRIS MINYAK PADA ABON SAPI (TRANSMISI)

RANCANG BANGUN MESIN TIRIS MINYAK PADA ABON SAPI (TRANSMISI) RANCANG BANGUN MESIN TIRIS MINYAK PADA ABON SAPI (TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun Oleh : IMAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KONSTRUKSI RANGKA PADA MESIN PENGHANCUR SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA

KONSTRUKSI RANGKA PADA MESIN PENGHANCUR SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA KONSTRUKSI RANGKA PADA MESIN PENGHANCUR SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : HENDRA SOFHANDANA NIM. I 8111026 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TUSUK SATE (TRANSMISI)

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TUSUK SATE (TRANSMISI) RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TUSUK SATE (TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Disusun Oleh : BAMBANG SETIATMOKO NIM I 8111014 PROGRAM DIPLOMA TIGA

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI )

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI ) PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI ) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: DRAJAT

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN CHASSIS ENGGINE TEST BED

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN CHASSIS ENGGINE TEST BED RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN CHASSIS ENGGINE TEST BED PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: BOWO TRIYANTO NIM. I8612015 PROGRAM DIPLOMA TIGA

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING DENGAN SISTEM PNEUMATIK

PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING DENGAN SISTEM PNEUMATIK PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING DENGAN SISTEM PNEUMATIK PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK MESIN OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2016 to user

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK MESIN OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2016 to user RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG ( Proses Produksi ) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300

REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300 REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300 Disusun oleh : DHENI KRISTANTO I8611015 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 REKONDISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE

RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Oleh : DANIEL CANDRA IRAWAN NIM : I 8109009 PROGRAM

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK

PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK PEMBUATAN MESIN HOT PRESS PAPAN PARTIKEL SISTEM HIDROLIK PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh: EKO SANTOSO 2009 55 016 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA MESIN PENEPUNG SINGKONG

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA MESIN PENEPUNG SINGKONG RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA MESIN PENEPUNG SINGKONG PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: HADIS SANJAYANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder)

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarahli Madya (A. Md) Disusun oleh : KIBAGUS MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Sedangkan pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk

Lebih terperinci