PERBANDINGAN REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (Studi pada Klasifikasi Status Akreditasi Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta) HARUMI FAJRI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Regresi Logistik Biner dengan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi pada Klasifikasi Status Akreditasi Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Harumi Fajri NIM G

4 ABSTRAK HARUMI FAJRI. Perbandingan Regresi Logistik Biner dengan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi pada Klasifikasi Status Akreditasi Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta). Dibimbing oleh KUSMAN SADIK dan FARIT MOCHAMAD AFENDI. Klasifikasi merupakan salah satu teknik statistika dalam mengelompokkan data yang disusun secara sistematis. Contoh klasifikasi yang populer di bidang pendidikan adalah status akreditasi sekolah. Status akreditasi sekolah dipengaruhi oleh standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Ada banyak metode statistika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah klasifikasi, diantaranya regresi logistik biner dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Hasil perhitungan pada penelitian menggunakan regresi logistik biner memberikan nilai Area di Bawah Kurva (ABK) sebesar untuk data training dan untuk data testing. Perhitungan dengan JST back propagation untuk data training dan data testing memberikan nilai ABK sebesar dan Dengan demikian, JST back propagation dapat memprediksi lebih baik dari pada regresi logistik biner. Adapun peubah yang berpengaruh nyata terhadap klasifikasi status akreditasi sekolah adalah jumlah guru (X1) dan kualifikasi akademik kepala tenaga administrasi (X6). Kata kunci: back propagation, jaringan syaraf tiruan, klasifikasi, regresi logistik biner. ABSTRACT HARUMI FAJRI. Comparison Binary Logistic Regression and Artificial Neural Networks (Studies in Classification of Secondary School Accreditation Status DKI Jakarta). Supervised by KUSMAN SADIK and FARIT MOCHAMAD AFENDI. Classification is one of statistical technique in classifying data compiled systematically. One popular example of classification in the field of education is the accreditation status of the school. Accreditation status of schools affected by the standard of Teachers and Education Personnel (TOD). There are many statistical methods that can be used to solve classification problems, including binary logistic regression and Artificial Neural Network (ANN). The result of the calculations in studies using binary logistic regression gives an Area Under Curve (AUC) of for training data and for testing data. Calculation with a back propagation ANN for training data and testing data give an AUC of and Thus, the back propagation ANN can predict better than the binary logistic regression. The variables that significantly affect the classification of the accreditation status of the school is the number of teachers (X1) and the qualifications of chief administrative personnel (X6). Keywords: back propagation, classification, neural network, binary logistic regression.

5 PERBANDINGAN REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (Studi pada Klasifikasi Status Akreditasi Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta) HARUMI FAJRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Tidak ada ucapan yang pantas diucapkan kecuali rasa syukur yang mendalam kehadirat Allah SWT. Atas izin dan kebesaran-nya lah karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Secercah harapan muncul seiring dengan berakhirnya perjalanan menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang berjudul Perbandingan Regresi Logistik Biner dengan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi pada Klasifikasi Status Akreditasi Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Statistika di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan keterlibatan banyak pihak. Maka sudah sepantasnyalah jika penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengelola Program Sarjana program studi Statistika Institut Pertanian Bogor (IPB) beserta para dosen khususnya kepada Bapak Dr Kusman Sadik, MSi dan Bapak Dr Farit Mochamad Afendi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra Itasia Dina S, MSi dan Ibu Dr Erfiani, MSi beserta Bapak Dr Bagus Sartono, MSi selaku dosen moderator kolokium, seminar, dan penguji luar sidang yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, perbaikan, saran, serta masukan kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada keluarga yaitu Bapak Marsudi, Ibu Udaryatun, serta adik Infan Nur Kharismawan atas segala doa, perhatian, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bambang Suryadi, Bapak Suhari, MSi, Bapak Sambas Ali M, Bapak Fitriadi, beserta Bapak Riyan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data dan permohonan informasi. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ais, Anggrevita, Eka, Hani, Ria, Tia, Layfah, Nani, Casia, Try, Fajri, Lutfi, Nugraha, Meira, Keke, serta semua teman-teman dan kakak serta adik kelas yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil kepada penulis. Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan keridhoan kepada kita semua. Besar harapan penulis agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Agustus 2014 Harumi Fajri

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Regresi Logistik Biner 2 Jaringan Syaraf Tiruan 4 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 7 Standar Mutu Pendidikan 7 METODOLOGI 8 Data 8 Metode 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Eksplorasi Data 9 Regresi Logistik Biner 12 Jaringan Syaraf Tiruan 14 Evaluasi Kebaikan Model 17 SIMPULAN 19 SARAN 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 24

10 DAFTAR TABEL 1 Statistika deskriptif untuk indikator guru dan tenaga administrasi 10 2 Tabulasi silang indikator kepala sekolah, indikator kepala tenaga administrasi, dan indikator pustakawan terhadap status akreditasi sekolah 11 3 Pengujian multikolinieritas 12 4 Uji signifikansi secara serentak 12 5 Uji signifikansi secara parsial 13 6 Uji signifikansi secara parsial pada model II 13 7 Uji signifikansi secara parsial pada model III 13 8 Hasil pengujian berdasarkan jumlah unit pada lapisan tersembunyi 14 9 Hasil pengujian berdasarkan laju pelatihan Hasil pengujian berdasarkan momentum Nilai AUC regresi logistik biner Nilai AUC jaringan syaraf tiruan 18 DAFTAR GAMBAR 1 Struktur sederhana JST 5 2 Tiruan neuron dalam JST 5 3 Arsitektur jaringan syaraf tiruan optimal 15 4 Hasil pengujian berdasarkan jumlah siklus vs laju pelatihan 16 5 Kurva ROC data training (kiri) dan testing (kanan) regresi logistik biner 18 6 Kurva ROC data training (kiri) dan testing (kanan) Jaringan syaraf tiruan 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Keterangan peubah penjelas yang digunakan 21 2 Output SPSS kurva ROC regresi logistik biner data testing 22 3 Output SPSS kurva ROC jaringan syaraf tiruan data testing 23

11 1

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam suatu analisis metode statistika, data merupakan suatu hal yang kerap ditemui yang menjadi bahan baku dalam melakukan analisis. Oleh karena begitu pentingnya data, maka data menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan metode analisis statistika. Untuk keperluan pengolahan, penyajian dan peringkasan data atau informasi tak jarang perlu dilakukan pengklasifikasian. Klasifikasi merupakan salah satu dari teknik statistika dalam mengelompokkan data yang disusun secara sistematis. Klasifikasi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya bidang kesehatan, pemasaran, maupun pendidikan. Salah satu ilmu statistika yang berkaitan dengan klasifikasi adalah analisis regresi logistik biner. Regresi logistik biner merupakan teknik statistika yang menggambarkan hubungan antara satu peubah respon (Y) yang memiliki skala biner dengan peubah-peubah penjelasnya (Hosmer dan Lemeshow 2000). Sebagaimana dalam model regresi lainnya, dua peubah penjelas atau lebih dapat disertakan dalam analisis ini. Peubah penjelas ini dapat berupa data kontinu maupun data kategorik. Metode statistika lainnya yang menjadi salah satu terobosan besar dalam masalah klasifikasi adalah jaringan syaraf tiruan. Jaringan syaraf tiruan merupakan algoritma matematis yang dikembangkan berdasarkan sistem kerja jaringan syaraf biologi. Jaringan syaraf tiruan merupakan metode alternatif yang baik karena memiliki keunggulan dalam mengklasifikasikan pola data yang belum pernah dilatih. Tidak hanya itu, jaringan syaraf tiruan juga sangat berpotensi dalam melakukan berbagai analisis statistika karena dapat menyelesaikan proses tanpa membutuhkan asumsi spesifik pada data input maupun output (Larasati et al. 2011). Penelitian mengenai regresi logistik dan jaringan syaraf tiruan merupakan bidang yang masih luas dan berpotensi untuk dikaji. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kedua metode tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mengklasifikasikan suatu data. Penelitian mengenai perbandingan antara regresi logistik dengan jaringan syaraf tiruan telah dilakukan oleh Larasati et al. (2011) dan Mirawanti dan Ulama (2013). Dari kedua penelitian tersebut, metode jaringan syaraf tiruan memberikan tingkat ketepatan klasifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode regresi logistik. Merujuk pada paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan membandingkan regresi logistik biner dengan jaringan syaraf tiruan sebagai metode pengklasifikasian data status akreditasi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi DKI Jakarta. Kedua metode tersebut akan dibandingkan berdasarkan analisis kurva ROC (Relative Operating Characteristics) dengan melihat nilai AUC (Area Under the Curve). Metode yang memiliki nilai AUC yang lebih besar akan dipilih sebagai metode pengklasifikasian yang lebih baik.

14 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan regresi logistik biner dengan jaringan syaraf tiruan berdasarkan nilai AUC untuk memilih metode pengklasifikasian yang lebih baik. TINJAUAN PUSTAKA Regresi Logistik Biner Regresi logistik biner merupakan analisis regresi yang digunakan ketika peubah respon bersifat biner dan peubah bebas bersifat kategori, kontinu, atau gabungan dari keduanya. Regresi logistik biner berfungsi untuk memodelkan dan menganalisis efek antara peubah respon biner dengan peubah-peubah penjelasnya serta untuk memperoleh probabilitas dari peubah respon. Misalkan peubah respon Y yang merupakan peubah biner memiliki nilai 0 yang menunjukkan tidak munculnya suatu karakteristik tertentu dan nilai 1 yang menunjukkan munculnya karakteristik tertentu. Karena Y hanya mempunyai nilai 0 dan 1, maka P(Y i =1 x i ) = π(x i ) dan P(Y i =0 x i ) = 1-π(x i ). Nilai harapan Y diperoleh berdasarkan penjumlahan antara perkalian 1 dan π(x i ) dengan perkalian 0 dan 1-π(x i ). Jika diasumsikan terdapat vektor dari p peubah bebas untuk observasi ke-i; i=1,2,..., n, yaitu X i = (X 1i, X 2i,..., X pi ) dan P(Y i =1 x i ) = π(x i ) maka model regresi logistik biner dapat dituliskan sebagai berikut : π(x i ) = E(Y i x i ) = = p i i p pi p i i p pi p i i p pi dengan 0, 1, 2,..., p adalah parameter-parameter regresi logistik biner yang akan dicari. Pendugaan Parameter Regresi Logistik Biner Pendugaan parameter regresi logistik biner dapat dilakukan dengan menggunakan metode penduga kemungkinan maksimum (Maximum Likelihood Estimation / MLE). Fungsi penduga kemungkinan dapat dinyatakan sebagai berikut : n i l ) = π i i= -π i ) - i = ( π i -π i ) i -π i ) sedangkan fungsi log penduga kemungkinan-nya adalah sebagai berikut : L ) = ln l ) L ) = i ln ( π i -π i ) ln -π

15 3 π i dengan mensubtitusikan ln ) = 0 1 x 1i 2 x 2i... px pi dan model regresi -π i logistik biner maka didapatkan n L ) = i= i ( i p pi ln - p i i p pi ) p i i p pi ) ) Selanjutnya, penduga parameter dari regresi logistik biner dapat diperoleh dengan memaksimumkan log penduga kemungkinan yaitu dengan menurunkan L ) t rhadap s tiap param t r dan m n amakan d ngan. Pengujian Signifikansi Parameter Secara Serentak Setelah penduga parameter dari model regresi logistik diperoleh, selanjutnya dilakukan uji signifikansi parameter secara serentak. Pengujian parameter secara serentak dilakukan untuk mendiagnosa peranan peubah bebas terhadap model yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh peubah bebas terhadap model. Hipotesis dari pengujian ini diberikan sebagai berikut : H 0 : 1 = 2 =... = p = 0 H 1 : s dikitn a ada satu p, dengan p adalah jumlah peubah bebas. Statistik uji yang digunakan dalam pengujian secara serentak adalah statistik uji rasio kemungkinan yang disebut uji G, dengan G = -2 ln(l 0 /L k ). L 0 adalah log penduga kemungkinan tanpa peubah bebas dan L k adalah log penduga kemungkinan dengan peubah bebas. Statistik uji G menyebar chi kuadrat dengan derajat bebas p, oleh karena itu pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai statistik uji G dengan nilai chi kuadrat tabel dengan taraf nyata sebesar α dan d rajat b bas p. Selanjutnya, hipotesis nol ditolak apabila nilai statistik uji G > χ 2 α,db) atau p-value < α. P nolakan H 0 memberi arti bahwa terdapat paling sedikit satu peubah bebas yang berpengaruh nyata pada taraf nyata s b sar α. Pengujian Signifikansi Parameter Secara Parsial Pengujian parameter secara parsial dilakukan untuk mengetahui apakah peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah respon atau tidak. Hipotesisnya adalah : H 0 : p = 0 H 1 : p, dengan p adalah jumlah peubah bebas. Statistik uji yang digunakan dalam pengujian secara parsial ini adalah uji Wald (W). Berikut adalah rumus dari uji Wald : W p = [ ( ] Statistik uji Wald mendekati sebaran chi kuadrat dengan derajat bebas 1 sehingga pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai uji Wald terhadap nilai chi kuadrat tabel dengan taraf nyata s b sar α dan d rajat bebas 1. Selanjutnya, hipotesis nol ditolak apabila nilai W p > χ 2 α, ) atau p-value < α. Bila H 0 ditolak, maka parameter tersebut berpengaruh nyata pada taraf nyata s b sar α. Hal ini m nunjukan bahwa p ubah b bas t rs but mempunyai pengaruh terhadap peubah respon Y.

16 4 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) atau yang dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai Artificial Neural Network (ANN) merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia untuk mensimulasikan proses pelatihan pada otak manusia. Istilah buatan digunakan karena jaringan syaraf ini diimplementasikan dengan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pelatihan. JST memiliki keunggulan dalam hal menduga data non-linier dan menyelesaikan proses tanpa membutuhkan asumsi spesifik baik pada data input maupun data output (Larasati et al. 2011). JST juga cocok untuk klasifikasi karena JST memiliki keunggulan dalam mengklasifikasikan pola data yang belum pernah dilatih. JST merupakan suatu sistem pemrosesan informasi yang mampu mengenali kegiatan dengan berbasis pada pola data. Data masukan akan dipelajari oleh JST sehingga keputusan diberikan. JST dibentuk sebagai generalisasi model matematis dari jaringan syaraf manusia dengan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut : 1. Pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana (neuron). 2. Sinyal dikirim antar neuron-neuron melalui penghubung yang disebut dengan sinapsis. 3. Setiap sinapsis memiliki bobot. 4. Setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi (biasanya bukan fungsi linier) untuk menentukan output (Hermawan 2006). Struktur Jaringan JST Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, struktur jaringan syaraf tiruan sederhana merupakan susunan yang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan masukan (input), lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran (output). Lapisan pertama yaitu lapisan masukan mempunyai satu atau lebih unit (nodes) yang menunjukkan peubah bebas. Lapisan keluaran juga terdiri dari satu atau lebih unit (nodes) yang menunjukkan peubah respon. Lapisan keluaran menunjukkan keputusan model klasifikasi dimana setiap satu kriteria klasifikasi sama dengan satu unit. Sementara itu, lapisan tersembunyi merupakan lapisan yang menghubungkan lapisan masukan dan keluaran secara langsung. Pada umumnya, satu atau lebih lapisan tersembunyi dapat ditempatkan di antara lapisan masukan dan keluaran (Behara et al. 2002; Garver 2002 dalam Larasati et al. 2011). Sama halnya dengan otak manusia, JST terdiri atas beberapa neuron yang saling berhubungan untuk mentransformasi informasi yang diterima melalui sinapsis. Pada jaringan syaraf, hubungan ini dikenal dengan nama bobot. Adapun tiruan neuron dalam struktur jaringan syaraf tiruan adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Sejumlah sinyal informasi x (input) akan dikalikan dengan masing-masing bobot (w). Kemudian dilakukan penjumlahan dari seluruh hasil perkalian tersebut dan keluaran yang dihasilkan akan dihitung berdasarkan fungsi aktivasi sehingga nilai output (keluaran jaringan) didapatkan. Nilai ini dipakai sebagai dasar untuk merubah bobot dalam meningkatkan kualitas koneksi antar satu neuron dengan neuron lainnya (Martiana 2012).

17 5 Gambar 1 Struktur sederhana JST Gambar 2 Tiruan neuron dalam JST Back Propagation Algoritma pelatihan back propagation atau ada yang menerjemahkannya menjadi propagasi balik termasuk metode pelatihan terbimbing (supervised). Back propagation adalah algoritma pelatihan yang paling populer di dalam metode pelatihan terbimbing (Tu 1996 di dalam Larasati et al. 2011). Penamaan back propagation pada algoritma ini didasarkan pada konsep pelatihan jaringan. Secara umum, mekanisme pelatihan algoritma back propagation diberikan sebagai berikut : mula-mula jaringan diberikan pola masukan sebagai pola pelatihan yang kemudian bergerak menuju unit-unit lapisan tersembunyi untuk diteruskan ke unit-unit lapisan keluaran. Selanjutnya, lapisan keluaran akan memberikan tanggapan yang disebut sebagai output (keluaran jaringan). Jika output yang dihasilkan tidak sama dengan target yang diharapkan maka output akan menyebar mundur (backward) menuju lapisan tersembunyi dan lapisan masukan. Algoritma pelatihan back propagation terdiri dari dua tahapan, yaitu propagasi maju (feed forward) untuk menentukan output (keluaran jaringan) serta propagasi mundur (back propagation) untuk menentukan perubahan bobot sehingga galat minimum didapatkan. Algoritma Pelatihan pada Back Propagation Algoritma pelatihan pada back propagation dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu algoritma pelatihan sederhana dan algoritma pelatihan yang lebih cepat. Prinsip dasar dari algoritma pelatihan sederhana adalah memperbaiki bobot-bobot jaringan dengan arah yang membuat fungsi kinerja menjadi turun

18 6 dengan cepat (gradient descent). Hanya saja, algoritma pelatihan sederhana ini memiliki kelemahan yakni proses pelatihan biasanya akan berjalan cukup lambat, sehingga algoritma diperbaiki dengan algoritma pelatihan yang lebih cepat yang memiliki dua alternatif dimana salah satunya adalah teknik heuristik (Kusumadewi 2004). Teknik heuristik merupakan pengembangan dari suatu analisis kinerja pada algoritma gradient descent standar. Contoh dari teknik ini adalah gradient descent dengan momentum dan adaptive learning rate. Jika laju pelatihan (learning rate) selama proses pelatihan pada gradient descent standar bernilai konstan, maka nilai laju pelatihan pada gradient descent dengan momentum dan adaptive learning rate akan diubah selama proses pelatihan untuk menjaga agar algoritma ini senantiasa stabil. Dengan teknik ini, apabila laju pelatihan terlalu tinggi maka akan diturunkan. Sebaliknya, jika laju pelatihan terlalu rendah maka laju pelatihan akan dinaikkan. Dengan demikian, algoritma pelatihan akan tetap terjaga pada kondisi stabil. Selanjutnya fungsi ini akan memperbaiki bobot-bobot berdasarkan gradient descent dengan laju pelatihan yang bersifat adaptif dan menggunakan momentum. Parameter yang perlu diset untuk pelatihan ini adalah fungsi pelatihan, menjadi gradient descent dengan momentum dan adaptive learning rate. Adapun parameter-parameter lain yang harus diset adalah : 1. Maksimum epoh. Maksimum epoh merupakan jumlah epoh maksimum yang dapat dilakukan selama proses pelatihan. Sementara yang dimaksud dengan epoh adalah satu siklus langkah pelatihan pada back propagation. 2. Kinerja tujuan. Kinerja tujuan adalah target nilai fungsi kinerja. Fungsi kinerja yang sering digunakan untuk back propagation adalah KTG (kuadrat tengah galat). Fungsi ini akan mengambil rata-rata kuadrat galat yang terjadi antara output jaringan dan target. 3. Maksimum kenaikan kinerja. Maksimum kenaikan kinerja merupakan nilai maksimum kenaikan galat yang diizinkan antara galat saat ini dan galat sebelumnya. 4. Laju pelatihan. 5. Rasio untuk menaikkan laju pelatihan. Rasio ini berfungsi sebagai faktor pengali untuk menaikkan laju pelatihan apabila laju pelatihan yang ada terlalu rendah. 6. Rasio untuk menurunkan laju pelatihan. Rasio ini berfungsi sebagai faktor pengali untuk menurunkan laju pelatihan apabila laju pelatihan yang ada terlalu tinggi. 7. Momentum. Momentum merupakan salah satu konstanta yang dapat memengaruhi besarnya perubahan bobot. Nilai momentum berkisar antara 0 sampai Jumlah epoh yang akan ditunjukkan kemajuannya. Fungsi Aktivasi Dalam back propagation, fungsi aktivasi yang dipakai harus memenuhi beberapa syarat yaitu kontinu dan dapat dideferensialkan. Salah satu fungsi yang memenuhi syarat tersebut adalah fungsi hyperbolic tangent. Fungsi hyperbolic

19 7 tangent yang memiliki range -1 sampai 1 ini menjadi salah satu fungsi yang sering digunakan. Fungsi hyperbolic tangent dirumuskan sebagai berikut : dengan turunan hyperbolic tangent dirumuskan sebagai berikut : ( ( = ( ] ( ] Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Salah satu cara untuk menjamin mutu pendidikan nasional dan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul adalah dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai. Oleh sebab itu, pemerintah kemudian menetapkan delapan lingkup standar nasional pendidikan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Salah satu lingkup dari delapan standar nasional pendidikan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan yang selanjutnya disingkat dengan PTK ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 dan 16 Tahun 2007 serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 dan 25 Tahun PTK merupakan standar yang ditentukan untuk menjaga kualitas pendidikan berdasarkan kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan seperti guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, dan sebagainya. Standar PTK ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang memadai, pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional diharapkan dapat meningkat. Standar Mutu Pendidikan Dengan adanya pendidik dan tenaga kependidikan yang memadai seharusnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari sistem akreditasi dengan tujuan untuk menilai kelayakan program dan satuan pendidikan. Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005, akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah kemudian mendirikan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) sebagai badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan satuan pendidikan.

20 8 METODOLOGI Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (P2TK) serta publikasi yang diterbitkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, penulis menggunakan data sekolah menengah pertama negeri Provinsi DKI Jakarta. Peubah respon dalam penelitian ini adalah status akreditasi sekolah. Peubah bebas yang digunakan ditentukan berdasarkan data pendidik dan tenaga kependidikan yang terdiri dari 13 peubah. Daftar peubah bebas yang digunakan terdapat pada Lampiran 1. Sementara itu, data diolah dengan menggunakan software SPSS dan Matlab. Metode Berikut adalah tahapan analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini : 1. Membagi data menjadi data training (60%) dan data testing (40%) serta mempersiapkan data yang bertujuan untuk menyeragamkan nilai setiap peubah. Indikator serta perhitungan masing-masing peubah dapat dilihat pada Lampiran Mengeksplorasi data menggunakan tabulasi silang terhadap peubah bebas dengan peubah respon untuk melihat karakteristik data. 3. Melakukan analisis regresi logistik biner sehingga pengaruh setiap peubah diketahui dan model regresi logistik biner didapatkan. Untuk itu, berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam analisis regresi logistik biner : a. Menguji signifikansi parameter secara serentak untuk melihat pengaruh pebah bebas pada peubah respon secara bersama-sama. b. Menguji signifikansi parameter secara parsial untuk mengetahui peubah bebas yang berpengaruh terhadap peubah respon secara parsial. c. Membentuk model regresi logistik biner dengan menggunakan peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap peubah respon. 4. Melakukan analisis jaringan syaraf tiruan dengan metode pelatihan back propagation. Berikut adalah algoritma pada back propagation : a. Menentukan input dan output. Data input dan output sudah mengalami praproses data sehingga data sudah dalam kondisi seragam yakni berbentuk data numerik. Oleh sebab itu, jumlah unit untuk lapisan input sama dengan jumlah peubah input yang digunakan yakni sebanyak 13 buah. Adapun jumlah unit pada lapisan output ada sebanyak satu unit. b. Melakukan transformasi data sehingga data-data input dan output masuk dalam range tertentu. c. Membangun jaringan feed forward dengan menentukan banyaknya unit pada lapisan tersembunyi. Penentuan jumlah unit pada lapisan tersembunyi dilakukan dengan cara trial and error sampai diperoleh jumlah unit yang optimal yang dapat

21 9 meminimumkan fungsi kinerja yaitu KTG. Variasi jumlah unit lapisan tersembunyi yang dicobakan adalah dari satu sampai sembilan. d. Menentukan fungsi aktivasi yang akan digunakan dalam jaringan feed forward menjadi fungsi hyperbolic tangent. e. Menginisialisasi bobot-bobot awal secara acak (random). f. Menentukan parameter optimum yang digunakan. Parameter yang digunakan dalam proses pelatihan meliputi laju pelatihan serta momentum. Variasi nilai laju pelatihan yang dicobakan adalah ; 0.001; 0.01; 0.1 dan 1. Sementara itu, variasi nilai momentum yang dicobakan adalah 0; 0.3; 0.5; 0.7 dan 1. Selain itu juga ditetapkan jumlah siklus pelatihan maksimum sebanyak 15000, serta kinerja tujuan sebesar 0.7. Hal ini diperlukan sebagai kriteria henti jaringan dalam melakukan pelatihan. g. Melakukan proses pelatihan terhadap input dan output yang sudah ditransformasi dengan menggunakan parameter laju pelatihan dan momentum yang optimum. 5. Mengevaluasi kebaikan model regresi logistik biner dan jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan kurva ROC (Relative Operating Characteristics). Kurva ROC menunjukkan variasi tingkat kebaikan klasifikasi pada setiap cut off point yang berbeda. Penentuan cut off point yang optimal dapat dilakukan dengan melihat kurva ROC. Cut off point yang optimal terletak pada pojok kiri atas kurva. Pada umumnya, cut off point tersebut memberikan nilai sensitifitas nilai spesitifitas yang besar. Secara keseluruhan, kebaikan kurva ROC dalam melakukan klasifikasi dapat terlihat dari nilai AUC (Area Under the Curve). Jika nilai AUC semakin besar (mendekati 1) maka kemampuan kurva ROC akan semakin baik. 6. Membandingkan nilai AUC untuk memilih metode terbaik di antara regresi logistik biner dan jaringan syaraf tiruan. Metode terbaik adalah metode yang mempunyai nilai AUC yang lebih besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Hasil eksplorasi data pada peubah respon menunjukkan bahwa hanya terdapat dua kategori status akreditasi pada sekolah tingkat menengah pertama di provinsi DKI Jakarta, yaitu sekolah memiliki akreditasi A sebanyak 80% dan sekolah memiliki akreditasi B sebanyak 20%. Oleh karena itu, kategori status akreditasi dibagi menjadi dua yaitu terakreditasi A dan terakreditasi B. Untuk mengetahui karakteristik setiap indikator Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) sekolah tingkat menengah pertama di Provinsi DKI Jakarta, dilakukan analisis statistika deskriptif dan tabulasi silang antara peubah PTK terhadap status akreditasi sekolah. Hasil statistika deskriptif disajikan pada tabel di bawah ini.

22 10 Tabel 1 Statistika deskriptif untuk indikator guru dan tenaga administrasi Indikator guru Peubah bebas Rata-rata Modus Minimum Maksimum Jumlah guru (X1) Jumlah guru berdasarkan kualifikasi pendidikan D4 ke atas (X2) Jumlah guru berdasarkan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu (X3) Indikator tenaga administrasi Jumlah tenaga administrasi (X9) Jumlah tenaga administrasi berdasarkan kualifikasi pendidikan SMA atau yang sederajat (X10) Jumlah tenaga administrasi berdasarkan latar belakang pendidikan administrasi (X11) Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah guru sekolah menengah pertama provinsi DKI Jakarta ada sebanyak 44 guru dengan jumlah guru paling sedikit sebanyak 22 guru dan jumlah guru terbanyak sebanyak 74 guru. Selain itu, terdapat 10 sekolah yang memiliki frekuensi jumlah guru yang sama yaitu sebanyak 42 guru. Selanjutnya, jika peubah jumlah guru berdasarkan pendidikan D4 ke atas (X2) dibandingkan dengan peubah jumlah guru secara keseluruhan (X1) maka terjadi penurunan sebesar 27%. Penurunan juga kembali terjadi pada peubah X3 bila dibandingkan dengan dua peubah sebelumnya. Dilihat dari indikator tenaga administrasi, sekolah menengah pertama di provinsi DKI Jakarta memiliki rata-rata tenaga administrasi sebanyak tujuh orang dengan jumlah minimum sebanyak satu orang dan jumlah maksimum sebanyak 15 orang. Semua tenaga administrasi memiliki kualifikasi pendidikan minimal SMA atau yang sederajat tetapi hanya sedikit yang berasal dari latar belakang pendidikan administrasi. Tabel 2 di bawah ini menunjukan eksplorasi data berdasarkan indikator kepala sekolah, kepala tenaga administrasi, dan pustakawan. Dilihat dari peubah kualifikasi akademik, 61% kepala sekolah di sekolah menengah pertama Provinsi DKI Jakarta memiliki pendidikan kurang atau sama dengan S1 dan sisanya memiliki pendidikan minimal S2. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa kualifikasi umum kepala sekolah adalah sarjana (S1) atau diploma empat (D4). Meski begitu, masih ada dua sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan kualifikasi akademik diploma tiga (D3). Sementara itu, sebagian besar kepala sekolah juga memiliki status sebagai guru.

23 11 Tabel 2 Tabulasi silang indikator kepala sekolah, indikator kepala tenaga administrasi, dan indikator pustakawan terhadap status akreditasi sekolah Indikator kepala sekolah Peubah bebas Kategori Status akreditasi Total A B (%) Kualifikasi akademik (X4) S S Total (%) Status sebagai guru (X5) Tidak Ya Total (%) Indikator kepala tenaga administrasi Kualifikasi akademik (X6) < D D Total (%) Masa kerja (X7) 4 tahun >4 tahun Total (%) Latar belakang pendidikan (X8) Non administrasi Administrasi Total (%) Indikator pustakawan Memiliki pustakawan (X12) Tidak Ya Total (%) Terdapat pustakawan yang Tidak ada memiliki latar belakang Ada pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi (X13) Total (%) Di Provinsi DKI Jakarta masih banyak ditemukan kepala tenaga administrasi dengan pendidikan kurang dari D3. Tabel 2 menunjukkan bahwa 48 sekolah atau sekitar 35% sekolah memiliki kepala tenaga administrasi dengan kualifikasi akademik sesuai standar yakni berpendidikan minimal lulusan D3 dan 65% sekolah lainnya memiliki kepala tenaga administrasi berpendidikan kurang dari D3. Dilihat dari masa kerja, sebagian besar sekolah memiliki kepala tenaga administrasi dengan masa kerja lebih dari empat tahun. Sementara itu sama halnya dengan peubah kualifikasi akademik, latar belakang pendidikan kepala tenaga administrasi juga masih banyak yang berasal dari non administrasi. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis di antara jumlah sekolah yang memiliki pustakawan dengan yang tidak memiliki pustakawan. Sebanyak 47% sekolah menengah pertama di Provinsi DKI Jakarta tidak memiliki pustakawan dan selebihnya sebanyak 53% sekolah memiliki pustakawan dengan rata-rata jumlah pustakawan yang dimiliki setiap sekolah hanya berkisar satu sampai dua orang dan hanya sedikit sekolah yang memiliki pustakawan lebih dari dua orang. Sementara itu, hampir semua pustakawan tidak berasal dari latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

24 12 Tabel 3 Pengujian multikolinieritas Peubah VIF Konstanta - X X X X X X X X X X X X X Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, terdapat multikolinieritas pada peubah bebas X9 dan X10. Hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang lebih dari 10. Namun kedua peubah bebas tersebut tidak dihilangkan dari model karena dalam proses analisis selanjutnya akan dilakukan seleksi peubah untuk mencari model terbaik. Selain itu, kedua peubah bebas tersebut juga diduga memengaruhi status akreditasi sekolah. Regresi Logistik Biner Pengujian Signifikansi Parameter Secara Serentak Sebelum membentuk model regresi logistik, terlebih dahulu dilakukan uji signifikansi parameter. Uji yang pertama kali dilakukan adalah uji signifikansi parameter terhadap model secara serentak atau keseluruhan yaitu dengan menggunakan uji G. Tabel 4 Uji signifikansi secara serentak G Cox & snell r square Nagelkerke r square Tabel 4 menunjukan bahwa nilai statistik uji G yang diperoleh dari model adalah sebesar Dengan taraf nyata 10% (0.1) dan derajat bebas 13, didapatkan nilai khi kuadrat tabel sebesar Dengan demikian dapat dilihat bahwa G > χ 2 α;db. Berdasarkan nilai ini, maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa terdapat paling sedikit satu parameter yang berpengaruh nyata terhadap klasifikasi status akreditasi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Provinsi DKI Jakarta pada taraf nyata 10%. Pengujian Signifikansi Parameter Secara Parsial Untuk mengetahui peubah apa saja yang signifikan terhadap model maka dilakukan uji signifikansi secara parsial dengan menggunakan uji Wald. Hasil pendugaan parameter regresi logistik biner secara parsial disajikan pada Tabel 5.

25 13 Tabel 5 Uji signifikansi secara parsial S.E Wald Derajat bebas Nilai-p E p ) X X X X X X X X X X X X X Konstanta Berdasarkan nilai pendugaan parameter pada Tabel 5, diketahui bahwa hanya peubah X1, X6, dan X11 yang berpengaruh nyata terhadap klasifikasi status akreditasi SMP di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai-p yang kurang dari taraf nyata (α) yang digunakan yaitu 10%. Untuk memperoleh model yang lebih baik, maka dibentuk model baru (model II) dengan mengeluarkan peubah yang tidak berpengaruh nyata terhadap model sehingga model II hanya mengikutsertakan peubah X1, X6, dan X11. Nilai statistik uji G pada model II adalah sebesar Dengan tingkat signifikansi 10% dan derajat bebas sama dengan tiga, didapatkan nilai chi kuadrat tabel adalah sebesar Berdasarkan perbandingan kedua nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai statistik uji G model II lebih besar dari nilai chi kuadrat tabel, sehingga model baru yang terbentuk diterima dan dapat dilakukan analisis selanjutnya. Tabel 6 Uji signifikansi secara parsial pada model II S.E. Wald Derajat bebas Nilai-p E p ) X X X Konstanta Tabel 6 menunjukkan nilai pendugaan parameter pada model II. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa nilai-p X11 adalah sebesar Oleh karena nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (10%) maka peubah X11 tidak berpengaruh nyata terhadap respon. Untuk membentuk model yang diharapkan lebih baik, maka dibentuk model baru (model III) dengan mengikutsertakan peubah yang berpengaruh nyata yaitu peubah X1 dan X6. Tabel 7 Uji signifikansi secara parsial pada model III S.E. Wald Derajat bebas Nilai-p E p ) X X Konstanta

26 14 Tabel 7 menunjukkan nilai pendugaan parameter pada model III. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa nilai konstanta regresi logistik biner adalah sebesar Sementara itu, koefisien regresi X1 (jumlah guru) sebesar dan koefisien regresi X6 (kualifikasi akademik kepala tenaga administrasi) sebesar Nilai-nilai tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk dugaan persamaan regresi logistik biner sebagai berikut : ln ( ) = X X6 Jaringan Syaraf Tiruan Transformasi Data Input Sebelum dilakukan pelatihan, terlebih dahulu dilakukan transformasi pada input dan target sehingga data-data input dan target masuk dalam suatu range tertentu. Pada penelitian ini, proses transformasi dilakukan dengan mengurangi nilai input dan target terhadap rata-ratanya kemudian dibandingkan dengan simpangan baku. Proses transformasi tersebut bertujuan untuk membawa data ke bentuk normal dengan rata-rata sama dengan nol dan simpangan baku sama dengan satu. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Setelah dilakukan transformasi, jaringan syaraf tiruan dengan metode back propagation dapat dibangun sehingga arsitektur jaringan terbentuk. Untuk mendapatkan bentuk arsitektur yang optimal, dilakukan proses trial and error yaitu dengan menentukan jumlah unit lapisan tersembunyi. Proses trial and error tersebut akan dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang paling optimal agar memberikan hasil pengklasifikasian yang maksimal dan dengan nilai KTG yang minimum. Tabel 8 Hasil pengujian berdasarkan jumlah unit pada lapisan tersembunyi Jumlah unit lapisan tersembunyi KTG Tabel 8 menunjukan bahwa banyaknya unit lapisan tersembunyi pada suatu arsitektur JST tidak memengaruhi nilai KTG yang diperoleh dari hasil trial and error karena nilai KTG menyebar secara acak untuk setiap unit lapisan tersembunyi. Selanjutnya, dapat juga dilihat bahwa nilai KTG berfluktuasi turun dan naik mulai dari unit tersembunyi sama dengan satu hingga akhirnya mencapai maksimum dan konstan saat unit tersembunyi sama dengan tujuh. Sementara itu, nilai KTG minimum dihasilkan dari unit lapisan tersembunyi sama dengan dua.

27 15 Sebagaimana penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa arsitektur JST yang paling optimal adalah arsitektur jaringan yang terdiri dari 13 unit lapisan masukan, dua unit lapisan tersembunyi dan satu unit lapisan keluaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai KTG yang paling minimum yakni sebesar Arsitektur jaringan syaraf tiruan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3 Arsitektur jaringan syaraf tiruan optimal Arsitektur JST seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 memiliki satu lapisan masukan, satu lapisan tersembunyi, dan satu lapisan keluaran. Lapisan masukan terdiri dari 13 unit yang mana masing-masing unit memiliki dua penghubung menuju lapisan tersembunyi dan setiap penghubung memiliki suatu bobot tertentu. Adapun lapisan tersembunyi terdiri dari dua unit dengan masingmasing unit memiliki satu penghubung dengan bobot tertentu yang menuju lapisan keluaran. Parameter Jaringan Syaraf Tiruan Setelah mendapatkan arsitektur JST yang optimal, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai parameter JST seperti laju pelatihan dan momentum. Sama halnya dengan menentukan jumlah unit lapisan tersembunyi yang optimal, parameter JST juga ditentukan dengan melakukan proses trial and error. Proses tersebut akan dilakukan berulang-ulang dengan variasi laju pelatihan dan momentum yang berbeda pada setiap perulangan. Adapun konfigurasi JST yang digunakan adalah satu lapisan tersembunyi dengan jumlah unit sama dengan dua, jumlah siklus pelatihan maksimum sama dengan 15000, kinerja tujuan sama dengan 0.700, fungsi aktivasi pada lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran adalah hyperbolic tangent serta bobot-bobot diinisialisasi secara acak. JST dilatih dengan nilai laju pelatihan yang berbeda untuk setiap proses trial and error, yaitu ; 0.001; 0.01; 0.1 dan 1.

28 16 Tabel 9 Hasil pengujian berdasarkan laju pelatihan Laju pelatihan KTG Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan nilai laju pelatihan yang semakin besar tidak berbanding lurus terhadap perubahan KTG. Pada awalnya KTG akan semakin menurun seiring dengan laju pelatihan yang semakin besar hingga akhirnya KTG naik kembali pada saat laju pelatihan sama dengan 0.1. Nilai KTG maksimum dihasilkan dari laju pelatihan yang paling kecil yaitu Sebaliknya, nilai KTG minimum dihasilkan dari laju pelatihan Oleh sebab itu, laju pelatihan 0.01 dipilih sebagai laju pelatihan optimal. Selain mengamati nilai KTG yang dihasilkan, jumlah siklus pelatihan yang terbentuk juga diamati untuk setiap laju pelatihan. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa semakin besar laju pelatihan yang dicobakan maka jumlah siklus pelatihan yang diperlukan agar jaringan mencapai optimal semakin minimum. Gambar 4 Hasil pengujian berdasarkan jumlah siklus vs laju pelatihan Parameter yang perlu ditentukan selanjutnya adalah momentum. Konfigurasi JST yang digunakan sama dengan konfigurasi yang digunakan dalam menentukan laju pelatihan, hanya saja nilai laju pelatihan dibuat konstan (0.01) sementara nilai momentum diubah-ubah. Tabel 10 menunjukkan perubahan KTG untuk setiap nilai momentum yang dicobakan. KTG terlihat cukup stabil saat momentum sama dengan sampai dengan momentum sama dengan KTG optimum tidak terjadi pada nilai momentum sama dengan 1 meski siklus pelatihan yang dilakukan sudah mencapai maksimum. Sebaliknya, nilai KTG yang relatif minimum dihasilkan dari momentum sama dengan dan Dari kedua nilai tersebut, momentum sama dengan memberikan nilai KTG lebih kecil dibandingkan dengan momentum sama dengan Oleh sebab itu, momentum sama dengan dipilih sebagai momentum optimum.

29 17 Tabel 10 Hasil pengujian berdasarkan momentum Momentum KTG Berdasarkan pembahasan jaringan syaraf tiruan di atas, maka model JST dalam penelitian ini menggunakan algoritma back propagation dengan satu lapisan masukan yang terdiri dari 13 unit masukan, satu lapisan tersembunyi yang terdiri dari dua unit tersembunyi, dan satu lapisan keluaran yang terdiri dari satu unit keluaran. Fungsi aktivasi yang digunakan merupakan hyperbolic tangent dengan laju pelatihan dan momentum diset sebesar Selanjutnya, kriteria ini akan digunakan untuk melatih data testing sehingga prediksi respon Y yaitu status akreditasi sekolah didapatkan. Evaluasi Kebaikan Model Evaluasi kebaikan model dilakukan untuk melihat tingkat keakuratan metode regresi logistik biner dan metode jaringan syaraf tiruan. Pada penelitian ini, evaluasi kebaikan model dilakukan dengan menggunakan analisis kurva ROC. Regresi Logistik Biner Model regresi logistik biner yang diperoleh model III sebelumnya digunakan untuk mengklasifikasikan data testing. Selanjutnya, kurva ROC digunakan untuk melihat kebaikan model regresi logistik biner dalam pengklasifikasian. Berikut adalah kurva ROC untuk data training dan data testing yang diperoleh dari regresi logistik biner. Tabel 11 Nilai AUC regresi logistik biner Data AUC Data training Data testing Berdasarkan hasil kurva ROC pada Gambar 5, cut off point optimal yang didapatkan adalah sebesar Cut off point tersebut memberikan sensitivitas sebesar dan spesifisitas sebesar Nilai sensitifitas 71.4% menyatakan bahwa model regresi logistik biner dapat memprediksi sekolah memiliki status akreditasi A sebesar 71.4% pada kelompok sekolah yang memang memiliki status akreditasi A. Sedangkan nilai spesifisitas 84.6% menyatakan bahwa model regresi logistik biner dapat memprediksi sekolah yang memiliki akreditasi B sebesar 84.6% untuk kelompok sekolah yang memang memiliki status akreditasi B. Sementara itu, nilai AUC yang dihasilkan dari metode regresi logistik biner ini adalah sebesar untuk data training dan untuk data testing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa regresi logistik biner memiliki tingkat kebaikan model yang cukup bagus.

30 18 Gambar 5 Kurva ROC data training (kiri) dan testing (kanan) regresi logistik biner Jaringan Syaraf Tiruan Sama halnya dengan regresi logistik biner, besarnya kemampuan JST dalam mengklasifikasikan suatu data dapat diketahui dari kurva ROC. Dengan menggunakan kriteria model JST sebagaimana yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut adalah hasil analisis kurva ROC bagi JST. Tabel 12 Nilai AUC jaringan syaraf tiruan Data AUC Data training Data testing Gambar 6 Kurva ROC data training (kiri) dan testing (kanan) Jaringan syaraf tiruan Sebagaimana yang ditunjukkan pada hasil analisis kurva ROC pada Tabel 12 dan Gambar 6, metode JST memberikan nilai AUC sebesar untuk data training dan untuk data testing. Tingginya nilai AUC tersebut menunjukkan bahwa JST memiliki kemampuan yang baik dalam mengklasifikasikan suatu data. Sementara itu, cut off point optimal terjadi pada titik Cut off point tersebut

31 19 memberikan sensitifitas sebesar dan spesifisitas sebesar Nilai sensitifitas 90.5% menyatakan bahwa jaringan syaraf tiruan dapat memprediksi sekolah memiliki status akreditasi A sebesar 90.5% pada kelompok sekolah yang memang memiliki status akreditasi A. Sedangkan nilai spesifisitas 84.6% menyatakan bahwa jaringan syaraf tiruan dapat memprediksi sekolah yang memiliki akreditasi B sebesar 84.6% untuk kelompok sekolah yang memang memiliki status akreditasi B. Perbandingan Regresi Logistik Biner dengan Jaringan Syaraf Tiruan Pemilihan metode terbaik antara regresi logistik biner dengan jaringan syaraf tiruan dalam hal klasifikasi dapat dilakukan dengan melihat nilai AUC. Nilai AUC yang dihasilkan dari metode regresi logistik biner adalah sebesar untuk data training dan untuk data testing. Sementara itu, nilai AUC yang dihasilkan dari metode JST adalah sebesar untuk data training dan untuk data testing. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai AUC yang dihasilkan metode JST lebih besar dibandingkan dengan metode regresi logistik biner. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini metode JST back propagation dapat memprediksi lebih baik dibandingkan dengan metode regresi logistik biner. SIMPULAN Hasil dari regresi logistik biner menunjukkan bahwa ada dua peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap status akreditasi SMP di provinsi DKI Jakarta pada taraf nyata 10% yaitu jumlah guru (X1) dan kualifikasi akademik kepala tenaga administrasi (X6). Metode regresi logistik biner menunjukkan bahwa model terbaik memberikan nilai AUC sebesar untuk data training dan untuk data testing. Sementara itu, pemodelan menggunakan JST back propagation memberikan nilai AUC yang lebih baik daripada metode regresi logistik biner dimana nilai AUC JST untuk data training dan data testing sebesar dan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini metode JST back propagation dapat memprediksi lebih baik dari pada metode regresi logistik biner. SARAN Penelitian ini hanya menggunakan 13 peubah bebas dari indikator Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diduga memengaruhi klasifikasi status akreditasi sekolah menengah pertama. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambahkan beberapa faktor dari indikator lain selain Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diduga memengaruhi klasifikasi status akreditasi sekolah. Selain itu, disarankan pula untuk menggunakan analisis jaringan syaraf tiruan dengan algoritma pelatihan selain back propagation.

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengklasifikasian merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau menglasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis. Masalah klasifikasi sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION SKRIPSI

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION SKRIPSI PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION (Studi Kasus : Harga Penutupan Saham Unilever Indonesia Tbk. Periode September

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA 39 Fauzul Sains Amri, dan Jaringan Informatika Syaraf Vol.1 Tiruan (N0.1) untuk (2015): Memprediksi 37-43 JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA Research of Science and Informatic e-mail: jit.kopertis10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 51 61. PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi kasus di desa Dolok Mariah Kabupaten Simalungun) Oktani Haloho, Pasukat

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL SKRIPSI Oleh : Ahmad Reza Aditya 24010210130055 JURUSAN STASTISTIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Universitas Muhammadiyah Ponorogo merupakan salah satu universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang terdiri dari : 3 program studi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

PENERAPAN SYNTHETIC MINORITY OVERSAMPLING TECHNIQUE (SMOTE) TERHADAP DATA TIDAK SEIMBANG PADA PEMBUATAN MODEL KOMPOSISI JAMU

PENERAPAN SYNTHETIC MINORITY OVERSAMPLING TECHNIQUE (SMOTE) TERHADAP DATA TIDAK SEIMBANG PADA PEMBUATAN MODEL KOMPOSISI JAMU Xplore, 2013, Vol. 1(1):e9(1-6) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PENERAPAN SYNTHETIC MINORITY OVERSAMPLING TECHNIQUE (SMOTE) TERHADAP DATA TIDAK SEIMBANG PADA PEMBUATAN MODEL KOMPOSISI JAMU Rossi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Dari 144 perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Deskripsi Objek Penelitian Kemampuan laba (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan

Lebih terperinci

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN Volume I No., Februari 26 ISSN 252-3764 PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN LINEAR, REGRESI LOGISTIK BINER DAN RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (RBFNN) (STUDI KASUS PADA PENGKLASIFIKASIAN KETEPATAN WAKTU

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 133-142 Online di: http://eournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER DAN METODE BACKPROPAGATION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peramalan adalah menduga atau memperkirakan suatu keadaan di masa yang akan datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk menetapkan kapan

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Muh. Ishak Jumarang 1), Lyra Andromeda 2) dan Bintoro Siswo Nugroho 3) 1,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio 21 BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) 3.1 Regresi Logistik Biner Regresi logistik berguna untuk meramalkan ada atau tidaknya karakteristik berdasarkan prediksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA doi: https://doi.org/10.5281/zenodo.1207339 JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA Siti Aisyah (1), Abdi Dharma (2), Mardi Turnip (3) Sistem Informasi Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RECURRENT YANG TEROPTIMASI SECARA HEURISTIK UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN PEUBAH ENSO AFAN GALIH SALMAN Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Titik Misriati AMIK BSI Jakarta Jl. R.S Fatmawati No. 24 Pondok Labu, Jakarta Selatan titik.tmi@bsi.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM.

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PADA KASUS PENGKLASIFIKASIAN DATA DEMOGRAFI SKRIPSI

PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PADA KASUS PENGKLASIFIKASIAN DATA DEMOGRAFI SKRIPSI PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PADA KASUS PENGKLASIFIKASIAN DATA DEMOGRAFI SKRIPSI SITI HARDIANTI 070803022 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Deskriptif Statistik Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan secara umum berbagai karakteristik data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network), atau disingkat JST menurut Hermawan (2006, hlm.37) adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan operasi

Lebih terperinci

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Statistika, Vol. 16 No. 1, 29 39 Mei 2016 Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Annisa Lisa Nurjanah, Nusar Hajarisman, Teti Sofia Yanti Prodi Statistika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan merupakan bagian dari sistem kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-254 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 205, Halaman 997-005 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK BINER DAN RADIAL

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER REGRESI LOGISTIK DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN. Anik Djuraidah Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENDUGAAN PARAMETER REGRESI LOGISTIK DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN. Anik Djuraidah Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendugaan Parameter Regresi Logistik... (Anik Djuraidah) PENDUGAAN PARAMETER REGRESI LOGISTIK DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Anik Djuraidah Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstract

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

(R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER

(R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER (R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER Drs. Soekardi Hadi P. Prodi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam As-Syafi iyah Email : s.hadip@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG) MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG) R. Ayu Mahessya, S.Kom, M.Kom, Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IS 81 0 1.23.426 SIZE 81 4.8932 7.4245 6.171004.6447805 NPM 81.0002.2895.093994.0754724

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN BEBAN PUNCAK DISTRIBUSI LISTRIK DI WILAYAH PEMALANG

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS SEGMENTASI PASAR KONSUMEN AQUA DIMAS FAJAR AIRLANGGA

PENERAPAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS SEGMENTASI PASAR KONSUMEN AQUA DIMAS FAJAR AIRLANGGA PENERAPAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK DALAM ANALISIS SEGMENTASI PASAR KONSUMEN AQUA DIMAS FAJAR AIRLANGGA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keberhasilan itu sendiri adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

Lebih terperinci

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X pembilang persamaan (3) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N jumlah pengamatan dan M jumlah himpunan bagian. Penyebutnya merupakan fungsi nilai kompleks, dengan C(M) adalah nilai kompleksitas model yang

Lebih terperinci