HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MANAJEMEN STRES TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI SURAKARTA
|
|
- Yuliani Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MANAJEMEN STRES TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun oleh : MUAWANAH J FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
2
3 1 PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MANAJEMEN STRES TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI SURAKARTA Muawanah.* H.Abi Muhlisin, SKM., M.Kep ** Arina Maliya, A.Kep.,MSi.Med *** Abstrak Hipertensi merupakan kelainan pada system kardiovaskular yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global karena prevalensinya yang tinggi. Hipertensi itu sendiri memiliki berbagai faktor resiko yang meliputi genetic, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, serta stres psikologis dan factor yang menyebabkan kambuhnya hipertensi antara lain pola makan, merokok dan stress. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres terhadap tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta yang menderita penyakit hipertensi dengan sampel sebanyak 40 lansia. Instrument penelitian berupa kuesioner pengetahuan tentang manajemen stress dan data dokumentasi kekambuhan hipertensi lansia. Teknik analisis data menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) pengetahuan lansia tentang manajemen stres pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sebagian besar adalah baik, (2) tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sebagian besar jarang, dan (3) terdapat hubungan antara pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Kata kunci: pengetahuan, manajemen stres, kekambuhan hipertensi, lansia
4 2 THE RELATION OF LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT MANAGEMENT STRESS WITH HYPERTENSION RELAPSING AT DHARMA BHAKTI ELDERLY RELOCATION OF SURAKARTA Muawanah.* H.Abi Muhlisin, SKM., M.Kep ** Arina Maliya, A.Kep.,MSi.Med *** Abstraction Hypertension was disparity at system cardiovascular which still becoming health burden in global public because its the high prevalence. Itself hypertension has various risk factors covering genetic, race, age, gender, smoking, obesity, and psychological stress and factor causing the recurrence hypertension for example pattern eats, smoking and stress. Purpose of this research is know relation between level of knowledge about management stress to level of relapsing at hypertension patient in Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. This research is quantitative research with approach of cross sectional. The population of research were elderly in Panti Wredha Darma Bhakti Surakarta suffering from hypertension with sample 40 elderly. The instrument of Research in the form of knowledge questionnaire about management stress and documentation data of relapsing of hypertension elderly. Data analytical technique applies test Rank Spearman. This research concludes that: (1) the knowledge of elderly about management stress at hypertension patient in Dharma Bhakti elderly relocation of Surakarta most of was good, (2) level of relapsing at hypertension patient in Dharma Bakti elderly relocation of Surakarta most of seldom, and (3) there was relation between knowledge about management stres with level of relapsing at elderly in Dharma Bakti elderly relocation of Surakarta. Keyword: knowledge, management stress, hypertension relapsing, elderly
5 3 PENDAHULUAN Hipertensi merupakan kelainan pada system kardiovaskular yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global karena prevalensinya yang tinggi. Data dari The National Heart and Nutrition Examination Survey (NHNES), dalam dua dekade terakhir menunjukkan peningkatan insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika sebesar 29-31%, dan hipertensi di kenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat (Yogiantoro, 2006). Di Indonesia sendiri ada beberapa sumber dapat menggambarkan prevelensi hipertensi, yaitu Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang yang berusia di atas 35 tahun adalah lebih dari 15,6%. Sedangkan untuk prevalensi hipertensi pada usia di atas 50 tahun berkisar antara 15%-20% (Depkes, 2010). Suatu penelitian di Jawa Timur menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Pulau Jawa yang adalah 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi yaitu 36,6% - 47,7%. Prevalensi di perkotaan mencapai 39,9% (37,0% - 45,8%) dan di pedesaan 44,1% (36,25 51,7%) (Setiawan, 2004). Hipertensi itu sendiri memiliki berbagai faktor resiko yang meliputi genetic, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, serta stres psikologis dan factor yang menyebabkan kambuhnya hipertensi antara lain pola makan, merokok dan stres (Yogiantoro, 2006 & Marliani, 2007). Komplikasi yang paling umum dari hipertensi adalah stroke, penurunan kognitif, target organ penyakit yang terjadi di jantung (penyakit jantung hipertensi), otak (penyakit serebrovaskular), pembuluh darah perifer (penyakit pembuluh darah perifer), ginjal (nephro sclerosis) dan mata (retina demage) ( Margaret, 2005). Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut (Sutaryo, 2011). Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik agar penderita hipertensi tidak mengalami kekambuhan. Kambuh sendiri memiliki arti suatu keadaan dimana muncul gejala penyakit yang sama seperti sebelumnya dan biasanya justru lebih parah. Stres dapat diatasi dengan cara mengubah cara kita bereaksi pada suatu keadaan. Mengurangi stres dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti olahraga secara teratur, dan melakukan relaksasi. Lansia memang identik dengan penyakit hipertensi, namun ada beberapa terapi untuk dapat mengendalikan hipertensi tersebut agar tidak kambuh. Melakukan manajemen stres merupakan bentuk tindakan nyata untuk mencegah kekambuhan hipertensi. Manajemen stres sendiri berfungsi untuk membuka pikiran yang positif dan mengurangi tingkat stres yang di alami oleh seseorang (Prabowo, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di dapatkan data yang di ambil peneliti dari Panti Werdha
6 4 Darma Bhakti Surakarta, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti di dapatkan data dari keseluruhan lansia yang ada di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta pada bulan Desember 2011 berjumlah 85 orang, dan hampir sebagian lansia menderita hipertensi dan tingkat kekambuhan relatif besar. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan 6 lansia penderita hipertensi, mereka mengatakan belum mengerti mengenai manajemen stres untuk mengendalikan hipertensi sehingga masih banyak lansia yang mengalami kekambuhan, dan 5 diantara mereka menyatakan sering mengalami kekambuhan hipertensi rata-rata 3 sampai 4 kali dalam 6 bulan terakhir. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Stres terhadap Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Hiptensi Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. LANDASAN TEORI Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu kesan yang ada dalam pikiran seseorang yang di peroleh dari panca indera yang di miliki oleh seseorang tersebut (Mubarok, 2006). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu sendiri bisa di peroleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri dan orang lain, maupun melalui media massa dan lingkungan. Tingkatan pengetahuan Seseorang dalam memperoleh pengetahuan harus melewati 6 tingkatan yaitu; Tahu (know),memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, ada beberapa proses yang terjadi untuk memperoleh suatu pengetahuan yaitu; 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. 3) Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption dimana subyek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; pengalaman, tingkat pendidikan yang luas, keyakinan tanpa adanya pembuktian, fasilitas (televisi, radio, majalah, koran, buku), penghasilan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2010).
7 5 Hipertensi Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung). Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter & Perry, 2005). Hipertensi pada lansia Menurut John (2003) batasan hipertensi pada lansia adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistolnya di atas 160 mmhg dan diastolnya di atas 95 mmhg. Komplikasi Komplikasi yang paling umum dari hipertensi adalah stroke, penurunan kognitif, target organ penyakit yang terjadi di jantung (penyakit jantung hipertensi), otak (penyakit serebrovaskular), pembuluh darah perifer (penyakit pembuluh darah perifer), ginjal (nephro sclerosis) dan mata (retina demage) ( Margaret, 2005). Stres Stres itu sendiri menurut Kaplan (2006), adalah suatu keadaan atau respon tubuh terhadap setiap tekanan dan tuntutan yang di hasilkan oleh perubahan dalam lingkungan, baik dari kondisi menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa di hindari oleh semua orang, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007). Tanda dan Gejala Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres yang di alami, sehingga gejalagejalanya juga berbeda-beda seperti yang di ungkapkan oleh Munajat (2000) yaitu; 1) Gejala fisik Gejala fisik yang mencakup nafas cepat, bibir kering, tangan lembab, merasa gerah dan panas, otot-otot tegang, diare atau sembelit, mudah lelah, sakit kepala, dan gelisah. 2) Gejala perilaku Gejala perilaku antara lain adalah bingung, cemas, jengkel, kehilangan semangat, kesulitan dalam berkonsentrasi, kesulitan membuat keputusan, dan hilangnya kreatifitas. Tingkat stres Menurut Rasmun (2004), stres terbagi menjadi tiga tahapan yang meliputi; (1). Stres ringan Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya; lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dan dikritik. (2). Stres sedang Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan kesepakatan yang belum selesai, dan permasalahan keluarga. (3). Stres berat Stres berat sendiri merupakan stres kronis yang terjadi beberapa tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
8 6 Teknik manajemen stres Menurut Sutaryo (2011), ada 8 teknik yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada hipertensi, yaitu: scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran, hipnotis/visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif, olahraga dan terapi musik. Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan manajemen stres terhadap tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan manajemen stres terhadap tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta METODELOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis terhadap data diskrit atau kontinum (Sugiyono, 2011). Rancangan penelitian adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Tidak semua objek penelitian harus di observasi pada hari dan waktu yang sama, akan tetapi baik pada variabel independen maupun dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2011). Populasi dan Sampel Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua lansia berdasarkan data yang tercatat di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta pada bulan Desember 2011 yang berjumlah 85 orang sedangkan sampel penelitian sebanyak 40 lansia dengan teknik purposive sampling. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner manejemen stres dan dokumentasi data kekambuhan hipertensi lansia. Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman dan di olah menggunakan progam SPSS 15,00. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Deskripsi Pengetahuan tentang Manajemen Stres Tabel 1. Distribusi Pengetahuan No Pengetahuan Jumlah % 1. Kurang Cukup Baik Jumlah Berdasarkan tabel 1 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang manajemen stres menunjukkan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan dalam
9 7 kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden (52%), selanjutnya pengetahuan baik sebanyak 14 responden (35%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (13%). Deskripsi Kakambuhan Hipertensi Tabel 2. Distribusi Kekambuhan Hipertensi No Kekambuhan Jumlah % 1. Jarang Sering Jumlah Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kekambuhan hipertensi menunjukkan sebagian besar jarang mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 21 responden (53%) dan sisanya 19 responden (47%) mengalami kekambuhan dengan kategori sering. Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kekambuhan Hipertensi Tabel. 4. Rangkuman Hasil Uji Rank Spearman Hubungan r hitung p-value Hubungan tingkat (pengetahuan) dengan tingkat kekambuhan -0,649 0,000 Hasil pengujian hubungan tingkat pengetahuan (pengetahuan) dengan tingkat kekambuhan mengunakan uji Rank Spearman diperoleh nilai r hitung sebesar -0,649 dengan p-value = 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,000 > 0,050) maka diputuskan H 0 ditolak. Berdasarkan hasil kriteria uji tersebut maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan diperoleh dari interpretasi nilai korelasi Rank Spearman. Berdasarkan kriteria kekuatan hubungan, maka hubungan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta yang sebesar -0,649, maka hubungan tersebut termasuk dalam kategori kurang kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan responden, maka semakin rendah pula tingkat kekambuhan hipertensinya. Pembahasan Karakteristik Responden Karakteristik umur responden menunjukkan semua responden merupakan lansia yang memiliki usia antara 65 hingga 74 tahun (elderly). Penelitian dilakukan pada panti Wreda Dharma Bakti Surakarta, dimana panti ini menampung lansia dengan usia diatas 50 tahun keatas. Proporsi tersebut menunjukkan bahwa semua responden merupakan kelompok orang yang memiliki resiko hipertensi yang tinggi. Hubungan umur dengan kejadian hipertensi merupakan hasil dari proses penuaan manusia, dimana pada proses penuaan yang dialami oleh lansia menyebabkan terjadinya penurunan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer yang bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah salah satunya
10 8 menyebabkan terjadinya hipertensi (Smeltzer & Barre, 2002). Distribusi jenis kelamin responden menunjukkan sebagian besar responden adalah laki-laki (65%). Hal ini dikarenakan pola hidup lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta yang umumnya pola hidupnya kurang sehat, khususnya lansia laki-laki yang rata-rata memiliki kebiasaan merokok setiap hari. Namun secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang berarti antara remaja pria dan wanita. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekana darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Potter & Perry, 2010). Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bersekolah (35%). Tingkat pendidikan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan responden yang rendah berkaitan dengan masa ketika responden berada pada usia sekolah. Rata-rata responden berusia 70 tahun, dengan asumsi mereka menginjak usia sekolah adalah 7 tahun, maka masa itu adalah pada tahun 1950an. Pada masa tersebut Indonesia merupakan negara yang berada dalam masa awal membangun setelah terjadi peperangan. Pada masa itu ditandai pula dengan minimnya fasilitas pendidikan pada masyarakat. Minimnya tingkat pendidikan menyebabkan kesempatan anakanak waktu itu untuk memperoleh pendidikan relatif rendah, sehingga tingkat pendidikannya menjadi rendah. Tingkat pendidikan lansia berhubungan dengan kemampuan lansia untuk memahami informasi pengetahuan tentang hipertensi. Walaupun sebagian besar responden adalah tidak sekolah, namun dalam penelitian ini distribusi responden yang memiliki pendidikan cukup relatif banyak, yaitu SMP dan SMA sebanyak 14 responden (30%). Tingkat pendidikan tersebut membantu lansia dalam memahami pengetahuan tentang hipertensi. Distribusi responden menurut lama sakit menunjukkan sebagian besar memiliki masa sakit 2-5 tahun. Peningkatan angka kesakitan hipertensi dari waktu ke waktu lebih benyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko untuk mengalami hipertensi. Komplikasi hipertensi dengan penyakit lain terkait dengan lamanya seseorang menderita hipertensi, semakin lama seseorang menderita hipertensi maka komplikasi penyakit hipertensi juga akan lebih mudah terjadi (Potter & Perry, 2005). Analisis Univariat Tingkat Pengetahuan tentang Manajemen Stres Tingkat pengetahuan tentang manajemen stres menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden (53%). Tingkat pengetahuan responden tentang manajemen stres ditunjukkan oleh perilaku-perilaku lansia dalam menghadapi stressor yang berada di sekitar mereka. Pengetahuan lansia tentang manajemen stres diperoleh dari pengalaman interaksi lansia baik dengan sesama anggota panti maupun dengan petugas kesehatan di panti. Ketika lansia mengalami kekambuhan hipertensi, maka ia
11 9 akan memeriksakan dirinya di poli kesehatan panti. Selama pengobatan atau pemeriksaan tersebut seringkali lansia menanyakan tentang sebab kekambuhannya dan bagaimana cara menghindarinya. Informasiinformasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan di panti yang diterima lansia selama berobat tersebut secara tidak langsung mampu meningkatkan pengetahuan lansia tentang manajemen stres. Hasil pengetahuan lansia terhadap manajemen stres ditinjukkan oleh perilaku lansia dalam menghindari terjadinya stres. Perilaku-perilaku lansia yang menunjukkan kemampuan manajemen stres tersebut adalah perilaku mengalah, menerima diri dengan apa adanya, dan cenderung tidak mencari masalah. Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta pada umumnya memiliki sikap religius yang baik, hal tersebut terlihat dari keaktifan lansia penghuni panti pada kegiatankegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah dan pengajian rutin. Tingkat religiusitas tersebut membantu lansia untuk menahan diri dari tekanan stressor. Dalam penelitian ini terdapat 5 lansia (13%) memiliki tingkat pengetahuan tentang manajemen stres yang kurang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh tingkat pendidikan lansia yang sebagian besar rendah juga timbulnya kondisi pikun pada lansia. Tingkat Kekambuhan Tingkat kekambuhan hipertensi menunjukkan sebagian besar responden mengalami kekambuhan hipertensi dalam kategori jarang yaitu sebanyak 21 responden (52%). Kekambuhan hipertensi yang ditemui pada lansia di panti Wreda Dharma Bakti Surakarta antara lain munculnya pusing, mudah marah, dan detak jantung meningkat. Kekambuhan hipertensi pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta lebih disebabkan oleh pola makan lansia. Seharusnya bagi lansia yang mengalami hipertensi diberikan porsi makanan diet garam secara tersendiri. Namun pada kenyataannya semua lansia mendapatkan pola makan yang sama antara lansia yang mengalami hipertensi dan yang tidak mengalami hipertensi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Marshall (2004) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kekambuhan hipertensi adalah stres. Hubungan Pengetahuan Manajemen Stres dengan Kekambuhan Hipertensi Lansia Pengujian hubungan manajemen stres dengan kekambuhan hipertensi lansia menggunakan uji Rank Spearman. Hasil analisis uji Rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta (p-value = 0,000). Koefisien korelasi menunjukkan nilai yang negatif (-) artinya bahwa semakin baik pengetahuan lansia tentang manajemen stres, maka tingkat kekambuhan hipertensi lansia semakin menurun. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat
12 10 tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Marshall (2004) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kekambuhan hipertensi adalah stres. Stres adalah suatu keadaan atau respon tubuh terhadap setiap tekanan dan tuntutan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan, baik dari kondisi menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Timbulnya stres pada lansia menyebabkan timbulnya ketegangan emosi lansia. Ketegangan emosi tersebut berpengaruh pada sistem kardiovaskuler yaitu menyebabkan terjadinya tekanan darah yang meningkat. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Marliani (2007) yang mengemukakan bahwa stres merupakan faktor yang menyebabkan ketegangan emosional seseorang dan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah pada sistem kardiovaskuler. Pengetahuan manajemen stres yang dimiliki lansia berdampak pada perilaku lansia dalam menghadapi stressor. Perasaan ditinggalkan oleh orang yang dicintai, perasaan dikucilkan, perasaan sebagai orang yang rendah dan hina merupakan stresor terhadap konsep diri lansia. Ketika lansia tidak mampu mengatur (memanage) stressor yang terjadi pada dirinya, maka akan timbul kegelisahan yang meningkat menjadi stres. Sebaliknya kemampuan lansia dalam mengatur dirinya dalam menghadapi stressor di sekitar kehidupannya menyebabkan lansia mampu menahan dirinya dari timbulnya stres. Kemampuan tersebut berdampak pada sikap atau perilaku tenang lansia dan menghindarkan lansia dari timbulnya tekanan darah meningkat dan terhindar dari kekambuhan hipertensi. Selain pengetahuan tentang manajemen stres, kekambuhan lansia juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain, misalnya olah raga dan program-program panti. Kegiatan olah raga seperti senam lansia berdampak pada meningkatkan metabolisme tubuh lansia dan membantu lansia untuk terhindar dari kekambuhan hipertensi. Program siraman rohani yang dilakukan panti seperti sholat berjamaah, pengajian dan sebagainya merupakan salah satu upaya untuk menenangkan perasaan lansia terhadap kondisi yang mereka alami saat ini. Hasil penelitian ini yaitu adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta ternyata mendukung hasil penelitian peneliti terdahulu. Sumadi (2008) meneliti Hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di posyandu lansia Puskesmas Semin 1 Gunungkidul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan upaya mengendalikan hipertensi di posyandu lansia Puskesmas Semin 1 Gunungkidul Yogyakarta.
13 11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengetahuan lansia tentang manajemen stres pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sebagian besar adalah cukup yaitu sebanyak 21 responden (52%). 2. Tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sebagian besar jarang yaitu sebanyak 21 responden (53%). 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang manajemen stres dengan tingkat kekambuhan pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Saran 1. Bagi Petugas Panti Tingkat pengetahuan tentang manajemen stres berhubungan dengan kekambuhan hipertensi pada lansia. Hasil ini tentunya bisa menjadi pertimbangan pengurus panti untuk lebih meningkatkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan kadar stres pada lansia penghuni panti, serta memperhatikan pemberian pola makan pada penghuni panti, khususnya lansia yang menderita hipertensi. 2. Bagi lansia Lansia hendaknya lebih menyadari keadaan yang mereka alami saat ini. Dengan menyadari kondisi yang mereka alami, mereka akan memiliki konsep diri yang baik terhadap dirinya dan lebih memahami dan menerima keadaan mereka saat ini. 3. Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan khususnya pendidikan perawat, hendaknya mempersiapkan anak didiknya agar mereka memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyakit hipertensi, sehingga ketika mereka terjun di masyarakat mampu menjadi narasumber bagi masyarakat khususnya mengenai penyakit hipertensi. 4. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini hanya meneliti hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen stres terhadap kekambuhan hipertensi, sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kekambuhan hipertensi, misalnya pola makan atau diet, aktivitas olah raga, dan sebagainya. Peneliti yang akan datang hendaknya memperkaya jumlah variabel independent yang mempengaruhi perubahan kekambuhan hipertensi, sehingga nantinya dapat diketahui faktor-faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi perubahan tingkat kekambuhan hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penganggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I. Heitkemper,M. (2010). Lewis s medical surgical nursing assessment and management of clinical problems. London: New York Philadelphia.
14 12 Marliani, L & Tantan. (2007). 100 question & answer hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Mubarok., Wahid, I., Adi, B., Rozikin, K., & Patonah, S. (2006). Ilmu keperawatan komunitas 2-Teori dan aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto. Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi 3). Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan (Edisi II). Jakarta: Salemba Medika. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik (Edisi 4) (Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini, Sari Kurnianingsih & Enie Novieastari, Penerjemah). Jakarta: EGC. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Fundamental keperawatan (Edisi 7) (Buku 2) (Adrina Ferderika, Nggie & Marina Albar, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika. Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi. Jakarta: Agung Seto. Runge, M.S., & Ohman, M. (2004). International student edition: Netter s cardiology. USA: Icon Learning Systems. Setiawan, Z. (2006). Prevalensi dan determinan hipertensi di Pulau Jawa tahun Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, I(2), Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Brunner & Suddarth) (Edisi 8) (Volume 2) (Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester & Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Sugiyono. (2011). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Sumadi. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi dengan Upaya Mengendalikan Hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Semin 1 Gunungkidul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
15 13 Sutaryo. (2011). Bagaimana menjaga kesehatan jantung. Yogyakarta: Cinta Buku. Yogiantoro. (2006). Hipertensi essensial dalam buku ajar ilmu penyakit dalam (Edisi IV) (Jilid I). Jakarta: FKUI. *Muawanah: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura ** H.Abi Muhlisin, SKM., M.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura. *** Arina Maliya, A.Kep.,MSi.Med: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO
HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah berkembang menjadi suatu permasalahan pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan
Lebih terperinciWIJI LESTARI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DUSUN BABADAN MAGELANG TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI DUSUN BABADAN MAGELANG TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FAKTOR STRES TERHADAP KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO
ANALISIS PENGARUH FAKTOR STRES TERHADAP KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO Abi Muhlisin 1, Ryan Adi Laksono 2 1 Staff Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Lebih terperinciPENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA 30-50 TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciPengaruh Pendidikan Kesehatan 1
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU USIA 30-50 TAHUN TENTANG ASAM URAT DI DUSUN JATISARI SAWAHAN PONJONG GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang lebih dari delapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN
PENELITIAN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN I Wayan Darwane*, Idawati Manurung** Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang telah mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur
The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang
Lebih terperinci2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA MENGENAI PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBONGPARI KOTA TASIKMALAYA
PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA MENGENAI PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBONGPARI KOTA TASIKMALAYA Teti Agustin, S.Kp., M.Kep Program Studi D-III Keperawatan STIKes Bakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk
Lebih terperinciDUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Christine Handayani Siburian*, Sri Eka Wahyuni** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan
Lebih terperinciEndah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Mahasiswa Semester II D-III Keperawatan Dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Di Universitas Nusantara PGRI Kediri Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi
Lebih terperinciHERNAWAN TRI SAPUTRO J
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima
Lebih terperinciPuji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu, oleh Endang Triyanto, S. Kep., Ns., M.Kep. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135;
Lebih terperinciThe 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal awam sebagai penyakit darah tinggi yang terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Keluhan juga tidak dirasakan
Lebih terperinciSTABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak
STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO Abdul Muhith *) Abstrak Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dengan stabilitas tekanan darah. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi
Lebih terperinciKOSALA JIK. Vol. 1 No. 2 September 2013
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN TINDAKAN MENGONTROL TEKANAN DARAH PADA WARGA DUKUH BANTULAN DESA JEMBUNGAN KECAMATAN BANYUDONO BOYOLALI Oleh : Diyono 1 Budi Kristanto 2, Catur Budi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi
0 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciPENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA
PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA Totok Hernawan 1, Fahrun Nur Rosyid 2 1,2 Program Studi
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI
ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya
Lebih terperincimemberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciKata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU Diny Vellyana 1, Arena Lestari 2, Asri Rahmawati 3 1,2,3 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan unsur yang terdiri dari jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan karena masuk dalam satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menunjang tercapainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciPriyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat
Lebih terperinciSkripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
Lebih terperinciJurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09
Lebih terperinciSurvey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) 140/90 mmhg (JNC 7, 2007).Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa :
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Sebelum diberikan senam kebugaran jasmani 2012 rata-rata tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 7
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sejumalah faktor psikososial seperti stress, depresi, kelas sosial, dan kepribadian tipe A dimasukkan dalam faktor risiko klasik untuk
Lebih terperinciSPIRITUALITAS LANJUT USIA (LANSIA) DI UNIT PELAYANAN TEKNIS PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPT PSLU) MAGETAN
SPIRITUALITAS LANJUT USIA (LANSIA) DI UNIT PELAYANAN TEKNIS PANTI SOSIAL LANJUT USIA (UPT PSLU) MAGETAN Agus Sudaryanto 1, Yensi Nikma Agustin 2 1 Dosen Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan 2 Alumni
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK
BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih
Lebih terperinciHUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS
HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:
Lebih terperinci