BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK"

Transkripsi

1 BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik 1) Universitas Siliwangi Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Kelompok populasi yang memiliki risiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu kelompok risiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan seperti obesitas, intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 92 dari 121 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami Hipertensi 67,4%,. Analisis menggunakan chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara umur, riwayat keluarga, kualitas tidur, stress, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan minum minuman berkafein dengan kejadian hipertensi dengan nilai p < 0,05. Disarankan kepada sopir truk untuk menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein. Kepustakaan : 6 ( ) Kata Kunci : Faktor Risiko Hipertensi, Sopir Truk, Hipertensi 1

2 RISK FACTORS ASSOCIATED WITH INCIDENT IN PRIMARY HYPERTENSION TRUCK DRIVER Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik 1) Universitas Siliwangi Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRACT Hypertension is a condition without symptoms, which are abnormally high pressure in the arteries leading to increased risk of stroke, heart failure, heart attack and kidney damage. Factors that influence the occurrence of hypertension were divided into two major groups factors inherent or can not be changed such as gender, age, and genetic factors that can be changed such as diet, exercise habits and others. Population groups who have hypertension are major risk one of them is a truck driver. The truck driver as one of the high -risk group had hypertension, due to conditions related to driving such as stress, and other factors such as long working hours and environmental factors such as obesity, salt intake, smoking, alcohol consumption, caffeine consumption can increase the risk of hypertension. Research methods using method with cross sectional survey with a sample of 92 of the 121 population. The analysis is performed univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi-Square test. The results showed that the respondents 67.4 % had hypertension. Using chi-square analysis showed that there was a relationship between age, family history, quality of sleep, stress, smoking, drinking alcohol, drinking caffeinated beverages with incident hypertension with p < Recommended to the truck driver to implement a healthy lifestyle by reducing or eliminating smoking habits, alcohol consumption habits, caffeine consumption habits. Bibliography : 6 ( ) Keywords : Risk Factors of Hypertension, Truck Driver, Hypertension 2

3 1. Pendahuluan Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2006). Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi (Boedhi- Darmojo, 1988). Berdasarkan survei kementrian kesehatan, 30% penduduk Indonesia mengalami tekanan darah tinggi. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 %, hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4 % penderita yang meminum obat. Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65-28,6%, biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi tercatat di daerah Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera barat (19,4%) serta yang terendah didaerah lembah Bariem, Irian Jaya. Hasil penelitian Zamhir (2004) menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di pedesaan 44,1% (36,2%- 51,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersamasama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu factor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). 3

4 Menurut Moazenzadeh (2006) Kelompok populasi yang memiliki resiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu kelompok resiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan seperti obesitas,intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 19 September 2013, dari 30 orang sopir truk anggota paguyuban yang diperiksa tekanan darahnya, sebanyak 66,7% sopir truk mengalami hipertensi. Sebanyak 56,7% sopir truk memiliki kualitas tidur yang buruk, sebanyak 50% sopir truk mengalami stress kerja, sebanyak 83,3% sopir truk merupakan perokok, sebanyak 66,7% sopir truk mengkonsumsi alcohol, dan sebanyak 90% sopir truk mengkonsumsi minuman berkafein. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer pada supir truk. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sopir truk yang tergabung dalam paguyuban sebanyak 121 orang. Berdasarkan hasil perhitungan rumus sampel maka di dapatkan jumlah sample sebanyak 92 orang. Instrument penelitian yang digunakan adalah Sphygmomanometer, stethoscope, dan kuesioner. Analisis Bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0, Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan Kriteria inklusi dan eksklusi, dari seluruh sampel yang berjumlah 92 responden dinyatakan memenuhi kriteria. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki responden yaitu sebanyak 34 responden (37%). 4

5 a. Analisis Univariat 1) Umur Tabel 3.1 Distribusi Menurut Risiko Umur pada Supir Truk Umur 1. Berisiko (> 40 tahun) 56 60,9 2. Tidak berisiko ( 40 tahun) 36 39,1 Total Berdasarkan tabel 3.1, diketahui bahwa responden yang memiliki umur berisiko sebanyak 56 responden (60,9%). responden yang memiliki umur tidak berisiko sebanyak 36 responden (39,1%). 2) Riwayat Keluarga Tabel 3.2 Distribusi Menurut Riwayat Keluarga Hipertensi pada Supir Truk Riwayat Keluarga 1 Iya Ada 65 70,7 2 Tidak Ada 27 29,3 Total Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa responden dengan riwayat keluarga hipertensi sebanyak 65 responden (70,7%) dan yang tidak sebanyak 27 responden (29,3%). 3) Kualitas Tidur Tabel 3.3 Distribusi Menurut Kategori Kualitas Tidur pada Supir Truk Kualitas Tidur 1 Buruk 70 76,1 2 Baik 22 23,9 Total Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 70 responden (76,1%) dan kualitas tidur baik sebanyak 22 responden (23,9%). 5

6 4) Stress Tabel 3.4 Distribusi Menurut Kategori Stress pada Supir Truk Kategori Stress 1 Stress 59 64,1 2 Tidak Stress 33 35,9 Total Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami stress sebanyak 59 responden (64,1%) dan yang tidak mengalami stress sebanyak 33 responden (35,9%). 5) Kebiasaan Merokok Tabel 3.5 Distribusi Menurut Kategori Kebiasaan Merokok pada Supir Truk Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa responden dengan kategori perokok berat sebanyak 8 responden (8,7%), responden dengan kategori perokok sedang sebanyak 43 responden (46,7%), responden dengan kategori perokok ringan sebanyak 16 responden (17,4%), sedangkan responden dengan kategori bukan perokok sebanyak 25 responden (27,2%), 6) Konsumsi Alkohol Kategori Kebiasaan Merokok 1 Perokok Berat (>20 batang/hari) 8 8,7 2 Perokok Sedang (10 20 batang/hari) 43 46,7 3 Perokok Ringan (<10 batang/hari) 16 17,4 4 Bukan Perokok 25 27,2 Total Tabel 3.6 Distribusi Menurut Jumlah Konsumsi Alkohol pada Supir Truk Jumlah Konsumsi Alkohol 1 1 Botol/hari 30 46,2 2 2 Botol/hari 25 38,5 3 3 Botol/hari 5 7,7 4 4 Botol/hari 4 6,2 5 5 Botol/hari 1 1,5 Total

7 Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa responden dengan jumlah konsumsi alkohol paling banyak adalah 5 botol/hari sebanyak 1 responden (1,5%), responden dengan jumlah konsumsi alkohol paling sedikit adalah 1 botol sebanyak 30 responden (46,2%), sedangkan jumlah konsumsi alkohol terbanyak dari responden ada pada 1 botol yaitu sebanyak 30. responden (46,2%). 7) Konsumsi Kafein Tabel 3.7 Distribusi Menurut Risiko Konsumsi Kafein pada Supir Truk Jumlah Konsumsi Kafein 1 Berisiko (> 250 mg/hari) Tidak Berisiko ( 250 mg/hari) Total Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa responden dengan jumlah konsumsi kafein berisiko sebanyak 46 responden (50%), dan responden dengan jumlah konsumsi kafein tidak berisiko sebanyak 46 responden (50%). 8) Kejadian Hipertensi Tabel 3.8 Distribusi Menurut Kategori Kejadian Hipertensi pada Supir Truk kecamatan Cijulang Tahun 2013 Kejadian Hipertensi 1 Iya 62 67,4 2 Tidak 30 32,6 Total Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami hipertensi sebanyak 62 orang (67,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 30 responden (32,6%). b. Analisis Bivariat Tabel 3.9 Hubungan Umur Terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Umur 1. Berisiko 47 83,9 9 16, Tidak Berisiko 15 41, , Total 62 67, , OR = 7,311 CI = 2,762-19,353 P Value 0,000 7

8 Berdasarkan tabel 3.9, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan umur yang berisiko (83,9%) dibandingkan dengan yang umur tidak berisiko (41,7%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan umur tidak berisiko (58,3%) dibandingkan yang berisiko (16,1%). Hasil uji Chi Square antara umur dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara Umur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,311 (95% CI=2,762-19,353). Berarti responden dengan umur berisiko akan mengalami risiko 7,311 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang umur tidak berisiko. Tabel 3.10 Hubungan Riwayat Keluarga terhadap Kejadian Hipertensi Tahun 2013 Kejadian Hipertensi Total Riwayat Iya Tidak Keluarga 1. Iya Ada 49 75, , Tidak Ada 13 48, , Total 62 67, , OR =3,298 CI = 1,285-8,464 0,022 Berdasarkan tabel 3.10, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (75,4%) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi (48,1%). Dan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (24,6%) dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi (51,8%). Hasil uji Chi Square antara Riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,022 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi. Dengan OR= 3,298 (95% CI= 1,285-8,464). Berarti responden dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko 3,298 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. 8

9 Tabel 3.11 Hubungan Kualitas Tidur terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kualitas Iya Tidak Tidur 1. Buruk 52 74, , Baik 10 45, , Total 62 67, , OR =3,467 CI = 1,281-9,384 0,024 Berdasarkan tabel 3.11, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kualitas tidur buruk (74,3%) dibandingkan dengan yang kualitas tidur baik (45,5%). Dan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kualitas tidur buruk (25,7%) dibandingkan yang kualitas tidur baik (54,2%). Hasil uji Chi Square antara Kualitas tidur dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,024 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=3,467 (95% CI= 1,281-9,384). Berarti responden dengan kualitas buruk berisiko 3,467 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang kualitas tidur baik. Tabel 3.12 Hubungan Stress terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Stress 1. Stress 47 79, , Tidak Stress 15 43, , Total 62 67, , OR = 4,7 CI =1,848-11,945 0,002 Berdasarkan tabel 3.12 menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang mengalami stress (79,7%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami stress (43,5%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang tidak mengalami stress (54,5%) dibandingkan dengan yang mengalami stress (20,3%). 9

10 Hasil uji Chi Square antara stress dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,002 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian Hipertensi. Dengan OR=4,7 (95% CI=1,848-11,954). Berarti responden yang mengalami stress berisiko 4,7 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stress. Tabel 3.13 Hubungan Kebiasaan merokok Perokok Ringan) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kebiasaan Merokok 1. Perokok Ringan 11 68,7 5 31, Bukan perokok Total 20 48, , ,084 Berdasarkan tabel 3.13, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori perokok ringan (68,7%) dibandingkan dengan yang kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok ringan (31,3%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok ringan) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,084 lebih besar dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok ringan) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.14 Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Sedang) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kebiasaan Merokok 1. Perokok Sedang 35 81,4 8 18, Bukan perokok Total 44 64, , OR =7,778 CI =2,535-23,864 0,000 Berdasarkan tabel 3.14, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori perokok sedang (81,4%) dibandingkan dengan yang 10

11 kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok sedang (18,6%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok sedang) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,778 (95% CI=2,535-23,864). Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok sedang berisiko 7,778 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan perokok. Tabel 3.15 Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Berat) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total P Kebiasaan Merokok Valu e 1. Perokok Berat 7 87,5 1 12, ,01 2. Bukan perokok Total 16 48, , OR =12,444 CI =1, ,930 Berdasarkan tabel 3.15, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok berat (87,5%) dibandingkan dengan yang kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok berat (12,5%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok berat) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,011 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok berat) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=12,444 (95% CI=1, ,930). Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok berat berisiko 12,444 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan perokok. 11

12 Tabel 3.16 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Ringan) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Alkohol 1. Peminum Ringan Kejadian Hipertensi Total 19 63, , , Bukan Peminum 13 48, , Total 32 56, , Berdasarkan tabel 3.16, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori peminum ringan (63,3%) dibandingkan dengan yang kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum ringan (33,3%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum ringan) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,375 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum ringan) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.17 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Sedang) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Alkohol 1. Peminum Sedang Kejadian Hipertensi Total 26 86,7 4 13, , Bukan Peminum 13 48, , Total 39 68, , OR =7 CI =1,917-25,567 Berdasarkan tabel 3.17, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori peminum sedang (86,7%) dibandingkan dengan yang kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum sedang (13,3%). 12

13 Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum sedang) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,005 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=7 (95% CI=1,917-25,567). Berarti responden dengan konsumsi alkohol kategori peminum sedang berisiko 7 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan peminum. Tabel 3.18 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Berat) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Konsumsi Alkohol 1. Peminum Berat Bukan Peminum 13 48, , Total 17 53, , ,190 Berdasarkan tabel 3.18, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (48,1%) dibandingkan dengan yang kategori peminum berat (80%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum berat (20%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum berat) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,190 lebih besar dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum berat) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.19 Hubungan Konsumsi Kafein terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Kafein 1. Berisiko (>250 mg/hari) 2. Tidak Berisiko ( 250 mg/hari) Kejadian Hipertensi Total 39 84,8 7 15, Total 62 67, , OR =5,571 CI =2,069-15,003 0,001 13

14 Berdasarkan tabel 3.19, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi kafein yang kategori berisiko (84,8%) dibandingkan dengan yang kategori tidak berisiko (50%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi kafein yang kategori tidak berisiko (50%) dibandingkan dengan kategori berisiko (15,2%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi kafein dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,001 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi kafein terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=5,571 (95% CI=2,069-15,003). Berarti responden dengan konsumsi kafein kategori >250 mg/hari berisiko 5,571 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang konsumsi kafein dengan kategori 250 mg/hari. Simpulan 1. Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 62 responden (67,4%) 2. Ada hubungan antara umur (p value = 0,000), riwayat keluarga (p value = 0,022), kualitas tidur (0,024), stress (p value 0,002), kebiasaan merokok (perokok sedang) (p value = 0,000), kebiasaan merokok (perokok berat) (p value = 0,011), konsumsi alkohol (peminum sedang) (p value = 0,005), konsumsi kafein (p value = 0,001) dengan kejadian hipertensi. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok (perokok ringan) (p value = 0,084), konsumsi alcohol (peminum ringan) (p value = 0,375), konsumsi alkohol (peminum berat) (p value = 0,190) dengan kejadian hipertensi. Saran 1. Menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein. 2. Mengoptimalkan waktu untuk tidur sehingga kualitas tidur dapat tetap terjaga dengan baik. 3. Meningkatkan kemampuan mental dalam mengatasi dan merespon stressor yang ada sehingga diharapkan stressor yang dialami dapat diatasi dengan baik dan tidak membahayakan kondisi kesehatan. 14

15 DAFTAR PUSTAKA Boedhi-Darmojo. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika 2001; 7: Boedhi-Darmojo., R. Pasudi Imam. Survei Hipertensi di Masyarakat. Medika. 1988; 8: Departemen Kesehatan Gizi dan Promosi. 15

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011 ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011 Hilman Ramdhani, 2011. Pembimbing I : H. Edwin Setiabudi,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Ceidy Silva Tamunu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI YANG BERUSIA 40 TAHUN KE ATAS DI KELURAHAN BAHOI KECAMATAN TAGULANDANG KABUPATEN SIAU TAGULANDANG BIARO Indra Galia Kudati*, Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah berkembang menjadi suatu permasalahan pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Febi Kolibu*, Angela Kalesaran* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 25-65 TAHUN DI DESA KAPOYA KECAMATAN TARERAN SULUUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Emmelia livi lapian *, Nancy S H Malonda *,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Giroth Linda Julia*, Angela F. C. Kalesaran*, Sekplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG The Risk Factors Incidence of Hypertension in Puskesmas Basuki Rahmat Palembang Heriziana 1 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya) HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya) Feni Hermawatiningsih 1) Siti Novianti dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Analisis Faktor Risiko Kejadian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Leny Sukmawati 1 M. Naharuddin Jenie 2 Hema Dewi Anggraheny 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age. HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Chaterine J. M. Tulenan*, Budi T. Ratag *, Shane

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009 Yufita Yeni, Sitti Nur Djannah, Solikhah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013 FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013 ARTIKEL ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 43 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit ancaman bagi masyarakat Indonesia dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia.Hipertensi menimbulkan angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2014 Meisye S. Hanok*, Budi T. Ratag*, Reiny A. Tumbol** *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi* HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIFITAS FISIK DAN KONSUMSI ALKOHOL PADA LAKI-LAKI USIA 18 TAHUN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA PULISAN TAHUN 2017 Indah Hamadi*, Grace D. Kandou*,Afnal Asrifuddin*

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD 1 HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD dr SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA (Studi Di Wilayah Kerja RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2015)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA DI LINGKUP KESEHATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA DI LINGKUP KESEHATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA DI LINGKUP KESEHATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN The Relationship of Hypertension with Lifestyle on a Student in the Health Sphere Hasanuddin University

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Pratiwi N. Wowor *, Nancy S. H. Malonda*, Shane H. R. Ticoalu** *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA ASUPAN NATRIUM DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Fifi Mamoto *, Grace D. Kandou

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN..

RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN.. RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN.. 3) Student OF the Faculty Of Health Sciences, Health and

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

WIJI LESTARI J

WIJI LESTARI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU Mentari Laalah *, Johan Josephus *, Jimmy F. Rumampuk * * Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI Havez, 2012. Pembimbing I : H. Edwin Setiabudi, dr, SpPD-KKV. Pembimbing II : Donny Pangemanan, drg, SKM. Hipertensi

Lebih terperinci

Stikes Muhammadiyah Gombong

Stikes Muhammadiyah Gombong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS TUMARATAS KEC. LANGOWAN BARAT KAB. MINAHASA Diyan, N.Oroh *, Grace D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

MODEL LOG-LINEAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI (STUDI KASUS: RSUD ABDOE RAHEM SITUBONDO)

MODEL LOG-LINEAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI (STUDI KASUS: RSUD ABDOE RAHEM SITUBONDO) MODEL LOG-LINEAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI (STUDI KASUS: RSUD ABDOE RAHEM SITUBONDO) IMAMUDDIN KAMIL 1, MADE SUSILAWATI 2, I PUTU EKA NILA KENCANA 3 1,2,3, Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DI WILAYAH MASYARAKAT PESISIR DESA MARINSOW KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2017 Jessica J. Pinontoan*, Grace

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016 HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016 Iis Sri Nurasyifa 1) Siti Novianti dan Nur lina 2) Mahasiswi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership)

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Hubungan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner di usia lebih atau sama dengan 40 tahun pada kelompok orang yang memiliki keluarga riwayat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Erlimia Eka Noor Yuliana GOO11084 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO Sarwanto, Lestari Kanti Wilujeng, dan Rukmini*) ABSTRACT Background: The analysis of hypertension prevalence for Indonesia citizen

Lebih terperinci

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (STUDI PADA WANITA USIA SUBUR di KELURAHAN NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STROKE BERULANG PADA PENDERITA PASCA STROKE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STROKE BERULANG PADA PENDERITA PASCA STROKE FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STROKE BERULANG PADA PENDERITA PASCA STROKE Program Studi Fisioterapi Stikes Baiturrahim Jambi E-mail: indahpermata.fisio11@gmail.com ABSTRACT Background:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmhg (Depkes, 2006a). Hipertensi juga disebut sebagai the sillent killer

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERTAMA KALI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Giovanny V. Wereh*, Shirley E.S Kawengian**,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era BAB 1 PENDAHULUAN 1.I. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 40-65 TAHUN DI DESA WINEBETAN KECAMATAN LANGOWAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2014 Jurgens Mikhael

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA (Studi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi) TAHUN 2016 Ary Rahmawaty 1) Siti Novianti dan Lilik

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI Nurul Kholijah Aspia Nurlina, SKM., M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM., M.Kes Mahasiswi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci