VI ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL"

Transkripsi

1 VI ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 6.1. Faktor Strategis Internal Faktor-faktor strategis internal merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan yang berasal dari dalam lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor strategis internal tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner serta masukan dari beberapa responden. Berikut adalah faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong : Faktor Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal yang berasal dari lingkup internal lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor kekuatan internal tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Disnakkan dalam upaya mengembangkan ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong. Pencanangan komoditas unggulan ini berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor Nomor 7 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor tahun dan Peraturan Bupati (Perbup) Bogor Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan. Dalam Perda dan Perbup tersebut diterangkan bahwa pengembangan komoditas ikan hias berada di wilayah Kecamatan Cibinong yang sekaligus menyiratkan bahwa ikan hias air tawar menjadi ikon Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, Disnakkan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang strategis dalam bidang peternakan dan perikanan bertanggung jawab dan berwenang untuk membantu Bupati Kabupaten Bogor dalam mewujudkan visi dan misi sesuai dengan Perda tersebut. Faktor-faktor kekuatan Disnakkan tersebut terdiri dari: 1. Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air Tawar Disnakkan Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan lembaga pemerintah daerah yang kegiatan operasional dan kinerjanya ditunjang oleh anggaran 72

2 yang berasal dari Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Anggaran ini digunakan oleh Disnakkan untuk membiayai kegiatan operasional dan program yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan operasional digunakan untuk internal Disnakkan yang hanya berhubungan dengan sarana dan prasarana serta urusan administrasi Disnakkan. Sedangkan program merupakan rencana kerja yang akan dilakukan berkaitan dengan visi, misi, tugas pokok, dan fungsi yang menjadi kewajiban sekaligus kewenangan Disnakkan di bidang peternakan dan perikanan. Anggaran program pada tahun 2009 di bidang perikanan sebesar Rp Anggaran ini terbagi ke dalam tiga program utama, yaitu : (1) program pengembangan budidaya perikanan sebesar Rp , (2) program pengembangan sistem penyuluhan sebesar Rp , dan (3) program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan sebesar Jumlah anggaran untuk program di bidang perikanan ditambah dengan kegiatan pelayanan kesehatan ikan pada program Kesmavet dan penyakit ikan sebesar Rp Total anggaran untuk program dan kegiatan perikanan sebesar Rp , atau sekitar 18,24 persen dari keseluruhan anggaran untuk Disnakkan pada tahun 2009 (Rp ). Program beserta anggaran Disnakkan di bidang perikanan dibagi ke dalam tiga kelompok komoditas perikanan, yaitu ikan konsumsi, ikan hias, dan pembenihan ikan. Namun, program dan anggaran tersebut digunakan secara bersama oleh Disnakkan Kabupaten Bogor untuk ketiga komoditas ikan tersebut atau dengan kata lain setiap komoditas ikan baik ikan konsumsi, ikan hias air tawar, maupun pembenihan ikan mendapat anggaran sekitar 30 persen dari anggaran perikanan yang tersedia. Komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mendapatkan porsi sebesar 45 persen dari 30 persen anggaran untuk ikan hias air tawar. Salah satu contoh dari anggaran yang ditujukan untuk pengembangan ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah pembuatan Depo pemasaran ikan 73

3 hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang menelan dana sekitar Rp Dengan anggaran yang relatif besar dan cukup ini Disnakkan harus mampu untuk memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar terutama di Kecamatan Cibinong. Tentunya ini menjadi kekuatan dari Disnakkan untuk merancang dan merencanakan program dan anggaran yang cukup disertai dengan berbagai pertimbangan dan prioritas untuk mewujudkan komoditas ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. 2. Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air Tawar. Peningkatan produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong ditopang oleh program peningkatan budidaya perikanan. Program pengembangan dan peningkatan produksi ikan ini menjadi salah satu keunggulan Disnakkan. Keunggulan program ini terlihat dari pencapaian produksi ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor yang melampaui target yang telah ditetapkan oleh Disnakkan sendiri. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan pokok, seperti pengembangan bibit ikan unggul, pemberdayaan sumber daya lokal, pembinaan dan pengembangan perikanan, pengadaan sarana prasarana pengembangan perikanan, restocking ikan di perairan setu, dan optimalisasi perikanan di perairan umum. Program ini penting untuk pengembangan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong karena produksi ikan hias air tawar di kecamatan ini telah mengalami penurunan produksi. Produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong telah mengalami penurunan produksi dari 397,43 ribu ekor di tahun 2008 menjadi hanya sebesar 376,89 ribu ekor. Dengan demikian, program ini harus menjadi kekuatan penggerak produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 3. Kerjasama dengan Stakeholders Ikan Hias Air Tawar Dalam pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong, Disnakkan Kabupaten Bogor perlu bekerjasama dengan para pemangku kepentingan atau stakeholders demi terwujudnya sistem agribisnis ikan 74

4 hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang memiliki nilai tambah bagi pelakunya. Hal ini dikarenakan terdapat banyak pelaku yang terlibat dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerjasama secara baik dengan pihak Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan peran dari Kecamatan Cibinong sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam pemerintahan dan administrasi di tingkat Kecamatan. Oleh karena itu, setiap perumusan dan perencanaan program-program yang memiliki objek dalam lingkup wilayah Kecamatan Cibinong, Disnakkan selalu berkoordinasi dan bekerjasama untuk menjaring komunikasi dan aspirasi pelaku usaha ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Para pedagang (broker dan supplier) dan eksportir ikan hias air tawar juga bekerjasama dengan Disnakkan Kabupaten Bogor terutama untuk mengetahui data dan perkembangan kegiatan perdagangan dan ekspor ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Disnakkan selalu mengajak kepada pedagang dan eksportir agar membuka pasar bagi ikan hias air tawar dari Kecamatan Cibinong. Selain itu, Disnakkan juga mengajak kepada pelaku usaha tersebut agar melakukan kemitraan dan bantuan lainnya seperti permodalan dan benih ikan untuk diusahakan oleh petani. Kegiatan ini dilakukan oleh Disnakkan dalam temu pelaku usaha di bidang perikanan yang dilakukan minimal satu tahun sekali. Dengan Himbudias dan kelompok tani-kelompok tani ikan hias air tawar Kecamatan Cibinong, Disnakkan Kabupaten Bogor melakukan hubungan yang cukup erat. Setiap ada kebijakan dan kegiatan dari Disnakkan, ketua Himbudias dan perwakilan dari kelompok tani tersebut selalu diundang oleh Disnakkan. Hal ini terjadi ketika ada bantuan permodalan, benih ikan hias air tawar, akuarium, penyuluhan, dan pembuatan depo pemasaran ikan hias air tawar. Kedekatan ini memberikan keuntungan bagi Disnakkan karena dapat mengetahui secara langsung kondisi yang terjadi di tingkat petani sehingga dapat menyusun strategi dan kebijakan yang tepat untuk memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 75

5 Permasalahan permodalan yang telah menjadi permasalahan klasik di tingkat petani telah diantisipasi oleh Disnakkan Kabupaten Bogor dengan melakukan hubungan dengan Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor untuk mengajukan alokasi permodalan untuk bidang perikanan sebesar Rp ,- setiap tahunnya melalui program Gerakan Masyarakat mandiri (GMM). Program GMM merupakan program bantuan permodalan dengan sistem bergulir. Program GMM bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui peningkatan usaha kecil produktif, meningkatkan kemampuan masyarakat miskin untuk lebih berdaya dan mandiri, serta meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dapat memanfaatkan kegiatannya untuk keluarga dan lingkungan. Sasaran program GMM adalah kelompok masyarakat miskin yang masih produktif dan kelompok usaha kecil dan menengah. Persyaratan dari program ini relatif mudah dan dapat dibantu oleh kelompok tani untuk membuat proposal pengajuan. Adapun plafon kreditnya antara lain : (1) pinjaman individu atau perorangan sebesar Rp , (2) Rp untuk setiap orang dengan jumlah anggota delapan hingga 20 orang. Suku bunga kredit yang ditetapkan adalah sebesar 0,67 persen per bulan atau 8 persen per tahun tanpa denda bunga. Jangka waktu pinjaman maksimal satu tahun dan dimungkinkan untuk diperpanjang dua kali periode. Disnakkan melakukan kerjasama dengan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan serta mengadakan temu bisnis antara petani dengan eksportir ikan hias. Pendidikan dan pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani untuk menghasilkan ikan hias air tawar yang berkualitas sehingga dapat diserap oleh pasar luar negeri. Dalam pendidikan dan pelatihan tersebut Disnakkan memberikan proporsi petani dan pedagang ikan hias air tawar dari Kecamatan Cibinong lebih besar bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. 76

6 Disnakkan juga bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi pendidikan di bidang pertanian terbesar di Indonesia dalam program Praktek Kerja Lapang (PKL) atau Gladikarya. Dalam program tersebut, pihak IPB mengirimkan mahasiswanya untuk terjun lapang ke petani dan daerah untuk mengetahui segala macam permasalahan yang ada untuk kemudian dicari dan dianalisis solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua kelompok Gladikarya dari mahasiswa IPB yang mengkaji ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan demikian, Disnakkan berharap agar mahasiswa tersebut dapat membantu untuk merumuskan strategi, kebijakan,program, dan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 4. Koordinasi Internal Disnakkan Koordinasi menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah lembaga atau organisasi pemerintah. Koordinasi yang baik akan membantu lembaga atau organisasi tersebut untuk mewujudkan visi dan misi yang diharapkan. Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan bidang perikanan khususnya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong memiliki kekuatan yang berasal dari internal lembaga atau organisasi. Kekuatan tersebut tercermin dari struktur organisasi Disnakkan yang ada. Disnakkan Kabupaten Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang memiliki tugas untuk membantu Bupati Kabupaten Bogor dalam memajukan sektor peternakan dan perikanan. Kepala Dinas dibantu oleh sekretariat dalam hal administrasi kepegawaian, pencatatan pelaporan dan program serta keuangan. Sebagai pelaksana teknis, Kepala Dinas dibantu oleh pembagian organisasi yang terdiri dari Bidang, Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam penyusunan rencana strategis maupun teknis di bidang perikanan, Kepala Dinas memiliki koordinasi yang baik dengan Kepala Bidang Bina Usaha, Kepala Bidang Produksi Perikanan, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan, UPT, dan Beberapa Pejabat Fungsional Disnakkan. Koordinasi dengan bidang-bidang tersebut yang membawahi 77

7 beberapa seksi menjadikan program-program yang dibuat dapat tertuju kepada subsistem-subsistem dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Pengembangan sistem hulu dan hilir seperti ketersediaan pakan, obat-obatan, sarana prasarana (akuarium, Depo, dan jalan) dan permodalan merupakan hasil koordinasi dengan Bidang Bina Usaha yang telah mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam segi usaha ikan hias air tawar dan pengembangannya. Oleh karena itu, melalui koordinasi perencanaan rencana kerja dinas, maka Bidang Bina Usaha menjiwai Program Pengembangan Sistem Penyuluh Perikanan dan Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan. Bidang Produksi Perikanan Disnakkan Kabupaten Bogor mendalami permasalahan peningkatan produksi ikan khususnya ikan hias air tawar. Dalam hal ini Bidang Produksi Perikanan menyelami permasalahan di tingkat budidaya perikanan. Oleh karena itu, Bidang Produksi Perikanan menjiwai program Pengembangan Budidaya Perikanan dan Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan. Dari segi pencegahan dan penanggulangan penyakit ikan, Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan memegang peranan yang sentral. Bidang ini mendasari Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan Ikan. Program ini berusaha menjaga agar masyarakat veteriner aman dari berjangkitnya penyakit hewan dan ikan yang merugikan pelaku usaha. Program-program dalam bidang perikanan tersebut tidak hanya bergantung pada kemampuan salah satu bidang dalam struktur organisasi Disnakkan saja, akan tetapi merupakan suatu kolaborasi antar bidang di dalam struktur organisasi Disnakkan yang penting sehingga program yang dicanangkan tersebut dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan. Namun, tetap dalam setiap program tersebut terdapat salah satu bidang yang lebih menonjol atau memiliki peran yang lebih penting. Program-program yang dilaksanakan tersebut akan dijalankan secara teknis oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang merupakan perpanjangan tangan dari organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor. Selain 78

8 itu, Jabatan Fungsional juga dapat menambah masukan, ide, kritikan, dan bantuannya untuk setiap program yang dijalankan oleh Disnakkan. Kolaborasi antar Bagian, Seksi, Jabatan Fungsional, dan UPT juga dalam bentuk pertukaran data peternakan maupun perikanan khususnya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Data yang ada kemudian dibagi dan dikaji oleh masing-masing struktur organisasi tersebut untuk kemudian menjadi landasan dan dasar untuk tahap pengambilan kebijakan, sasaran, program, dan kegiatan. Secara keseluruhan, koordinasi antar elemen dalam struktur organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerja dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dinas Daerah. Koordinasi antar lembaga internal yang baik ini menjadi kekuatan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 5. Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program Disnakkan Aspek perencanaan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari strategi, kebijakan, dan program yang dihasilkan oleh Disnakkan. Sedangkan strategi, kebijakan, dan program didasari oleh visi, misi, fungsi, dan tugas pokok yang diemban oleh Disnakkan. Semua aspek tersebut dituangkan dalam Rencana dan Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang dalam hal ini SKPD tersebut adalah Disnakkan. Renstra-SKPD berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor dari tahun RPJM Kabupaten Bogor ini disusun setelah dilantiknya Bupati Kabupaten Bogor yang baru. Kepala Disnakkan Kabupaten Bogor menyiapkan rancangan Renstra Disnakkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Disnakkan. Renstra Disnakkan mendasari penyusunan Rencana Kerja Disnakkan untuk setiap satu tahun. Secara garis besar, setiap perencanaan dalam proses pembangunan selalu terdapat empat tahapan, antara lain : (1) tahap penyusunan rencana, (2) tahap penetapan rencana, (3) tahap pengendalian pelaksanaan rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. 79

9 Perencanaan pembangunan peternakan dan perikanan oleh Disnakkan Kabupaten Bogor didasari oleh lima pendekatan, yaitu (1) pendekatan politik, (2) pendekatan teknokratik, (3) pendekatan partisipatif, (4) pendekatan atas-bawah (top-down), dan (5) pendekata bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik mempengaruhi recana pembangunan yang dilakukan Disnakkan karena masyarakat mendukung programprogram dari Bupati dalam bidang peternakan dan perikanan khususnya ikan hias. Pendekatan teknokratik didasarkan pada metode dan kerangka berpikir ilmiah yang berasal dari Disnakkan sendiri. Pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) perikanan khususnya ikan hias air tawar melalui proses temu usaha dan petani untuk menjaring aspirasi. Di lain pihak, pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana ini diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Musyawarah ini disebut Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Masyarakat Kecamatan Cibinong mengajukan aspirasi kepada Disnakkan melalui temu usaha dan pengajuan program dalam Musrenbang tingkat desa sepanjang bulan Januari dan tingkat kecamatan sepanjang bulan Februari. Kegiatan temu usaha dijadikan sebagai kegiatan Disnakkan untuk menjaring berbagai aspirasi, masukan, serta permasalahan yang ditemui dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Kegiatan ini menjadi cirri khas bagi Disnakkan dalam proses perencanaan bila dibandingkan dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang hanya mendasari kegiatan perencanaan tersebut melalui proses atau kegiatan formal saja Faktor Kelemahan Faktor kelemahan adalah faktor-faktor yang dapat menjadi kendala dari dalam internal lembaga dan organisasi Disnakkan dalam upaya untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor tersebut antara lain : 80

10 1. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan Disnakkan Kabupaten Bogor dalam upaya mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mengalami kekurangan SDM kepegawaian. Kekurangan SDM ini terjadi baik dalam hal kuantitas atau jumlah SDM maupun dalam hal kualitas SDM yang mencakup keahlian dalam bidang perikanan. Untuk penanganan aspek teknis, Disnakkan memiliki UPTD Disnakkan yang merupakan kepanjangan tangan dari Disnakkan di berbagai wilayah. UPTD wilayah Cibinong yang membawahi Kecamatan Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur Halang. Dalam UPTD tersebut, pegawai atau SDM yang bekerja setiap hari hanya berjumlah tiga sampai empat orang. Dari ketiga atau keempat pegawai tersebut yang memiliki dasar pendidikan di bidang perikanan hanya sekitar satu orang. Oleh karena itu, pelayanan Disnakkan melalui UPTD wilayah Cibinong belum berperan signifikan untuk membantu perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. UPTD Disnakkan dibantu oleh penyuluh pertanian, peternakan, dan perikanan dalam setiap kegiatannya. Akan tetapi, penyuluh tersebut hanya berjumlah satu orang. Padahal seorang penyuluh tersebut harus bekerja dalam lingkup wilayah sekitar tiga kecamatan bahkan di beberapa wilayah di Kabupaten Bogor dapat mencapai lima kecamatan. Di lain pihak, keadaan yang ideal untuk mengembangkan potensi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah satu orang penyuluh menangani satu desa di satu kecamatan. Keadaan ini juga terjadi di dalam kantor Disnakkan Kabupaten Bogor. Sebagian besar pegawai masih tamatan SLTA atau sederajat (53 orang). Tamatan strata satu berjumlah 43 orang, strata dua berjumlah 19 orang, tamatan SLTP atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan SD berjumlah tiga orang. Dari seluruh pegawai yang dimiliki, hanya sekitar 30 persen pegawai yang memiliki dasar pengetahuan di bidang perikanan. 81

11 2. Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Disnakkan yang berhubungan dengan bidang perikanan masih relatif sedikit jumlahnya. Tercatat hanya Balai Benih Ikan sebanyak dua unit yang berada di Cibening dan Cibitung, Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit yang berada di Ciseeng, Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terdapat di Sukaraja, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di Ciomas, Depo penjualan ikan hias air tawar sebanyak satu unit di Cibinong, dan dua kolam demplot ikan di Cibinong. Dari beberapa fasilitas di bidang perikanan tersebut, hanya Pasar Benih Ikan, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, Depo penjualan ikan hias, dan dua kolam demplot yang berhubungan dengan ikan hias air tawar. Praktis hanya Depo penjualan ikan hias air tawar dan dua kolam demplot yang terdapat di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, sarana dan prasarana yang dimiliki Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong masih perlu ditingkatkan lagi. 3. Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor baru dicanangkan dalam Renstra Disnakkan, Peraturan Bupati, dan RPJM Kabupaten Bogor pada tahun Dengan demikian, komoditas ikan hias air tawar yang menjadi unggulan di Kecamatan Cibinong merupakan komoditas yang menjadi sasaran program dan kegiatan Disnakkan. Oleh karena itu, perlu kegiatan promosi yang cukup intens untuk memperkenalkan ikan hias air tawar sebagai produk unggulan ikan hias. Pada tahun 2009, kegiatan promosi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang dilakukan oleh Disnakkan baru tiga kali dilaksanakan. Ketiga kegiatan promosi tersebut terjadi dalam acara Hari Jadi Kabupaten dan Kota Bogor, Pameran memperingati Hari Pemuda, dan Pameran di Tingkat Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada tahun 2010, baru satu acara saja yang dimanfaatkan untuk mempromosikan ikan hias 82

12 air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu pada acara Hari Jadi Kabupaten dan Kota Bogor pada bulan Juni. Kegiatan promosi ini penting untuk ditingkatkan agar masyarakat Kabupaten Bogor khususnya masyarakat Kecamatan Cibinong mengetahui bahwa ikan hias air tawar merupakan produk perikanan unggulan di daerahnya. Apabila hal ini terwujud, maka sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dapat bekerja secara sinergis dan maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha agribisnis ikan hias air tawar. 4. Ketersediaan Data dan Informasi Perikanan Data dan informasi perikanan merupakan suatu hal yang penting bagi Disnakkan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi yang lengkap dapat membantu Disnakkan untuk menetapkan strategi, sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang langsung menyentuh permasalahan. Disnakkan Kabupaten Bogor setiap tahun mengeluarkan Buku Data Perikanan yang memuat data dan informasi mengenai bidang perikanan di Kabupaten Bogor. Namun, data tersebut masih terlihat kurang karena unit data masih banyak yang belum memiliki jumlah atau tidak miliki data. Contohnya, untuk jenis-jenis ikan hias air tawar yang dihasilkan masih banyak yang belum terdeteksi. Kekurang lengkapan data yang tersedia disebabkan oleh proses pencatatan perikanan yang belum maksimal. Setiap bagian di dalam organisasi Disnakkan memiliki beberapa tugas dan salah satunya adalah pengumpulan dan pengolahan data Disnakkan. Namun, karena belum terbangunnya sebuah kesadaran akan pentingnya data yang lengkap dan relevan membuat data yang dimiliki tersebut belum lengkap dan belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini menuntut Disnakkan untuk melakukan penekanan pada program dan kegiatan pencatatan dan survei bidang perikanan khususnya ikan hias air tawar. 83

13 6.2. Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar Disnakkan Kabupaten Bogor yang mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Berdasarkan wawancara, pengisian kuesioner, dan analisis terhadap usaha Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, didapatkan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, yaitu sebagai berikut : Faktor Peluang Faktor peluang merupakan bagian dari faktor strategis eksternal yang mendukung dan dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Peluang tersebut terdiri dari : 1. Adanya Kelompok Tani dan Himbudias Petani, broker, dan supplier ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong merupakan anggota dari beberapa kelompok tani pembudidaya ikan hias. Tercatat terdapat enam kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar yang terdapat di Kecamatan Cibinong, yaitu : (1) kelompok tani Jantung Harapan yang berkedudukan di Kelurahan Pabuaran memiliki tiga anggota, (2) kelompok tani Mina Kencana yang berkedudukan di Kelurahan Harapan Jaya memiliki 11 anggota, (3) kelompok tani Cahaya Mandiri di Kecamatan Pakansari memiliki 20 anggota, (4) kelompok tani Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung memiliki 14 anggota, (5) kelompok tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer terdiri dari sepuluh anggota, serta (6) kelompok tani Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg terdiri dari sepuluh anggota. Kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar memberikan beberapa manfaat bagi pembudidaya, broker, dan supplier. Manfaatmanfaat yang dirasakan oleh petani, broker, dan supplier yaitu sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan pengetahuan tentang informasi ikan hias, sebagai sarana mempererat relasi bisnis dan pemasaran antar anggota, 84

14 sarana untuk Disnakkan memberikan bantuan sarana dan permodalan untuk anggota, dan sebagai sarana untuk membantu antar sesama anggota yang mengalami kesulitan dan permasalahan. Keenam kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut tergabung dalam Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) yang terbentuk tahun Himbudias ini merupakan sarana koordinasi dan relasi antar kelompok tani. Himbudias juga menjadi koordinator bagi kelompok tani-kelompok tani yang ada dalam bekerjasama dengan Disnakkan. Hal ini terjadi apabila Disnakkan Kabupaten Bogor memberikan bantuan sarana seperti akuarium, permodalan benih ikan hias, dan kegiatan-kegiatan promosi yang mengikut sertakan petani ikan hias. Dengan demikian, kelompok tani dan Himbudias menjadi dua lembaga yang penting bagi Disnakkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sebuah program dan kegiatan. 2. Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia Kondisi sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor terpengaruh oleh kondisi perdagangan ikan hias dunia. Hal ini dikarenakan sebagian besar atau sekitar 62 persen dari 376,89 ribu ekor ikan hias air tawar yang dihasilkan di Kecamatan Cibinong diserap oleh eksportir. Di wilayah Kecamatan Cibinong terdapat dua eksportir ikan hias. Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju Aquarium dan PT. Sunny Indopramita. CV. Maju Aquarium adalah entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang beralamat di lingkungan 03 Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas lahan yang dimiliki seluas meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta ekor ikan hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan Bina Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi mencapai 3,5 juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah Bapak Sumarjo Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan pasokan ikan hias baik ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal dari wilayah Kecamatan Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau 85

15 nasional. Pangsa pasar ikan hias kedua eksportir tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang, dan Timur-Tengah. Secara makro, tren nilai ekspor Indonesia untuk komoditas ikan hias air tawar mulai mengalami peningkatan pada tahun 2008 setelah mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga Pada tahun 2008, nilai ekspor ikan hias air tawar Indonesia mencapai US$ Tabel 2 menggambarkan nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun Jenis ikan hias yang diperdagangkan di dunia diperkirakan mencapai jenis, sementara potensi ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai jenis dan yang baru diekspor baru sekitar 300 hingga 500 jenis serta yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 50 jenis. Pangsa pasar ikan hias terbesar adalah ikan hias air tawar tropis yaitu sekitar 80 hingga 90 persen. Menurut WTO, pada tahun 2004 saja nilai perdagangan ikan hias dunia mencapai US$ 4,5 triliun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar delapan persen per tahun. Di lain pihak, nilai impor ikan hias dunia meningkat dari US$ 50 juta menjadi US$ 250 juta selama dua dasawarsa. Menurut Ornamental Aquatic Trade Association (OATA), pada tahun 2004 sekitar sepuluh juta ikan hias diimpor per tahun dari seluruh dunia. Sejumlah negara Asia menjadi pemasok terbesar (sekitar 60 persen) ikan hias dunia. Di lain pihak, pada tahun 2005, negara-negara Eropa menguasai pangsa pasar sebesar 21 persen, sedangkan Amerika Serikat sekitar sepuluh persen dan Amerika Utara sebesar empat persen. Diantara negara-negara Asia, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara pengekspor ikan hias sebesar 7,5 persen, sedangkan Malaysia menempati posisi kedua dengan pangsa pasar sebesar 7,9 persen. Singapura menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar sebesar 22,8 persen. Jenis ikan hias air tawar Indonesia yang menjadi primadona di pasar dunia antara lain Botia, Neon Tetra, Kardinal Tetra, Discus, Arwana, Mas Koki, Koi, Cupang, Balck Ghost, Silver Dollar, Maanfish, dan ikan hias Chichlid. Sebagian besar ikan hias air tawar yang laku di pasaran 86

16 dunia tersebut dibudidayakan oleh petani ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan besarnya potensi dan peluang komoditas ikan hias air tawar Indonesia membuat Disnakkan semakin memperhatikan aspek pemasaran produksi perikanan. Disnakkan berusaha membuat program dan kegiatan yang memfasilitasi petani ikan hias air tawar untuk menjual ikan hias air tawar yang dihasilkan tersebut ke pasar internasional. Program dan kegiatan fasilitas tersebut memanfaatkan jaringan kerjasama Disnakkan dengan berbagai lembaga baik itu lembaga swasta seperti eksportir maupun lembaga pemerintah seperti Raiser. Dengan adanya jenis-jenis ikan hias air tawar yang menjadi komoditas unggulan membuat Disnakkan lebih memfokuskan untuk mengembangkan jenis-jenis ikan hias air tawar tersebut untuk diperkenalkan dan dipromosikan kepada petani dan pedagang melalui kegiatan penyuluhan dan promosi. 3. Teknologi dan Teknik Budidaya Perkembangan teknologi yang semakin tak terbendung memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap input, teknik pembudidayaan, dan pengolahan dan pemasaran ikan hias air tawar. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi input dalam kegiatan budidaya ikan hias adalah pada pembuatan pakan ikan hias air tawar yang semakin beragam dengan berbagai tambahan nutrisi di dalamnya. Dengan adanya tambahan nutrisi seperti berbagai vitamin membuat ikan menjadi semakin sehat dan warna yang menjadi salah satu parameter kualitas menjadi semakin terlihat. Pemberian pakan yang meningkatkan kualitas ikan ini dapat dilihat dari warna ikan Koi, Arwana, dan Cupang. Selain pakan, perkembangan teknologi juga mempengaruhi alatalat kelengkapan pembudidayaan ikan hias seperti akuarium, pompa air, dan hiasan akuarium lainnya. Dengan perkembangan teknologi, bentuk dan ukuran akuarium dapat disesuaikan dengan luas ruangan, selera, dan aspek seni. Perkembangan pada pompa air membuat akuarium tahan lama dan air di dalam akuarium tetap segar sehingga ikan hias air tawar akan tahan dan nyaman berada di akuarium. Hiasan akuarium yang bermacam- 87

17 macam bentuknya dapat disesuaikan dengan selera yang diinginkan oleh para konsumen ikan hias air tawar. Aspek budidaya juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Pemijahan yang dilakukan dengan teknik yang benar dan didukung oleh teknologi dapat membuat telur yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Perkembangan teknologi dapat meningkatkan jumlah telur yang menetas. Teknik budidaya yang berkembang untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ikan hias air tawar yang dilakukan oleh petani menjadi salah satu informasi penting yang didapat dari kelompok tani. Obat-obatan menjadi salah satu input dalam budidaya ikan hias air tawar yang perkembangan teknologinya sangat cepat. Hal ini terlihat ketikan Methylen Blue yang biasanya menjadi obat yang manjur ketika ikan hias air tawar tersebut terserang penyakit, kini mulai dilarang penggunaannya secara luas. Perkembangan-perkembangan teknologi dalam aspek budidaya ikan hias membuat Disnakkan memiliki banyak pilihan untuk melaksanakan program dan kegiatan penyuluhan perikanan khususnya ikan hias. Selain itu, perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu faktor yang menentukan dan membantu Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan semakin berkembangnya bidang teknologi informasi seperti media internet, berbagai majalah, serta sistem pengolahan data membuat Disnakkan memiliki berbagai referensi dan metode yang dapat memudahkan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi informasi, Disnakkan akan dapat melakukan perencanaan program dan kegiatan yang lebih terorganisir dan dapat membantu untuk menetapkan keputusan-keputusan yang lebih efektif dan efisien. 4. Dukungan Pemerintah Pusat Pemerintah pusat selalu mendukung pengembangan pertanian khususnya perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dukungan pemerintah pusat di bidang perikanan dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Untuk mengembangkan 88

18 potensi ikan hias air tawar yang ada di Indonesia khususnya Kabupaten Bogor, KKP bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendirikan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di Kecamatan Cibinong. Raiser yang didirikan pada tanggal 24 Maret 2004 diharapkan dapat berfungsi sebagai: (1) pusat pengembangan industri ikan hias, (2) penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu, (3) pusat pemasaran ikan hias, (4) penyangga stok, (5) sarana edukasi dan riset, dan (6) pusat Informasi. Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir (grading), penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang dilengkapi dengan reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan hygiene, bak tanaman hias, kolam, dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut dibangun untuk mendukung bisnis ikan hias yang diharapkan mampu memfasilitasi sekitar pembudidaya, 100 suplier, 60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan raiser Cibinong ini dialokasikan oleh LIPI seluas 17,6 Hektar dan pada tahap I baru dibangun seluas lima Hektar. Raiser memiliki Rencana Kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2010, antara lain : keikutsertaan dalam pameran ikan hias internasional, pelatihan pembudidaya ikan hias, pelatihan eksportir dan supplier, temu bisnis ikan hias, seminar ikan hias, pameran dan kontes ikan hias, pembuatan direktori ikan hias, dan Optimalisasi Raiser. Selain itu, hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Raiser selama tahun , yaitu : penyelesaian kerjasama dengan pihak swasta, memfasilitasi pavilion Indonesia dalam pameran ikan hias internasional, pelatihan pembudidaya ikan hias, temu bisnis eksportir dan pembudidaya, pelatihan staf Raiser, amandemen perjanjian kerjasama antara Ditjen P2HP dengan LIPI tentang pengelolaan Raiser ikan hias, penyusunan naskah akademis kelembagaan Raiser ikan hias, peningkatan sarana dan prasarana Riser, dan pameran dan bursa ikan hias. 89

19 Selain membentuk Raiser, KKP juga melakukan program-program untuk memajukan sektor ikan hias. Program-program tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu program hulu dan program hilir. Adapun program hulu KKP antara lain : (1) fasilitasi dan asistensi bagi pelaku usaha ikan hias, (2) membangun pangkalan data ikan hias dari tiap kabupaten dan kota, (3) mendorong pembentukan sub Riser ikan hias di daerah, (4) memfasilitasi promosi ikan hias di dalam negeri melalui berbagai kegiatan, dan (5) membangun jaringan ikan hias nasional berbasis provinsi. Sedangkan program hilir, antara lain : (1) mendorong promosi ikan hias baik di pasar internasional maupun pasar domestik, (2) membangun kerjasama kelembagaan dengan berbagai organisasi internasional, (3) menjalin kerjasama dengan seluruh perwakilan RI di negara tujuan ekspor, dan (4) menjalin kerjasama dengan maskapai penerbangan nasional untuk mendukung kegiatan ekspor ikan hias. Pembentukan Raiser dan adanya beberapa program dari KKP membuat Disnakkan memiliki peluang untuk bekerjasama. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan bersama dengan bantuan Raiser untuk meningkatkan pengetahuan bagi petani. Selain itu, programprogram KKP juga dapat menjadi peluang bagi Disnakkan untuk mendapat tambahan pijakan kebijakan dan pendanaan program. 5. Kondisi Infrastruktur Ketersediaan dan kondisi infrastruktur dapat menunjang kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu, Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, infrastruktur menjadi sebuah faktor yang membantu dalam program dan kegiatan untuk mewujudkan Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar. Sarana jalan, pengairan, jembatan, transportasi, dan fasilitas umum lainnya dapat membantu kondisi tersebut. Jalan yang ada di Kecamatan Cibinong tersebar di 12 desa atau kelurahan. Jalan tersebut terdiri dari jalan aspal sepanjang 77 kilometer, jalan kerikil sepanjang 59 kilometer, serta jalan tanah sepanjang 51 kilometer. Di lain pihak, sebagian besar jembatan yang ada di Kecamatan 90

20 Cibinong merupakan jembatan yang terbuat dari beton sebanyak 57 unit jembatan. Sedangkan jembatan besi dan jembatan bambu masing-masing berjumlah 13 dan 10 unit jembatan. Kondisi jalan dan jembatan tersebut relatif baik dan masih berfungsi sehingga sangat memudahkan mobilitas bagi Disnakkan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dengan cakupan wilayah yang luas di Kecamatan Cibinong. Prasarana pengairan yang dimiliki oleh Kecamatan Cibinong berupa buah pompa air. Selain itu, terdapat 11 buah sungai dan 16 buah situ yang menjadi sumber air bagi daerah-daerah di Kecamatan Cibinong. Air yang berasal dari sungai dan situ tersebut apabila digunakan untuk budidaya ikan hias air tawar harus dilakukan pngendapan dan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi cemaran biologis dan kimiawi. Infrastruktur transportasi di Kecamatan Cibinong relatif lengkap. Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah metromini atau mikrolet, 166 buah angkot, buah ojek yang tersebar di setiap desa atau kelurahan dan buah sepeda. Infrastruktur transportasi beserta jalan dan jembatan dapat mempermudah proses distribusi dan pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Sarana perekonomian yang ada terdiri dari 14 buah koperasi, sebuah pasar permanen, buah toko, kios, warung, dan empat buah bank. Sarana telekomunikasi juga tersedia secara lengkap dan beranekaragam yang terdiri dari 141 buah telepon umum, dua buah kantor telekomunikasi (Telkom), dan 309 buah warung telekomunikasi. Selain itu, di setiap kelurahan dan desa juga minimal terdapat dua buah warung internet. Dengan kondisi infrastruktur yang relatif lengkap di Kecamatan Cibinong memang tidak lepas dari peran dan posisi Kecamatan Cibinong yang menjadi Ibukota Kabupaten Bogor. Selain itu, salah satu sebab yang lain adalah perkembangan Kabupaten Bogor yang diarahkan untuk pusat perkotaan dan pemerintahan. Kondisi infrastruktur yang lengkap ini harus 91

21 menjadi peluang bagi para pembudidaya dan pebisnis ikan hias air tawar untuk memajukan usahanya. 6. Saluran dan Sarana Pemasaran Ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya akan tidak memiliki nilai tambah jika tidak dipasarkan. Oleh karena itu, saluran dan saran pemasaran sangat penting untuk diperhatikan oleh Disnakkan. Saluran pemasaran ini dapat menjadi sebuah bahan analisis tersendiri bagi Disnakkan. Bahan analisis tersebut dapat memudahkan Disnakkan untuk memfasilitas dan memberikan anjuran kepada petani untuk memasarkan ikan hias air tawar yang dihasilkan. Saluran pemasaran menggambarkan proses penyaluran ikan hias air tawar dari petani sebagai produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Terdapat beberapa lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu petani ikan hias air tawar, broker, supplier, dan eksportir. Gambar 6 menggambarkan beberapa saluran pemasaran ikan hias air tawar yang ada di Kecamatan Cibinong. Broker Supplier Eksportir Konsumen luar negeri/ Importir Saluran 1 Supplier Eksportir Konsumen luar negeri/ Importir Saluran 2 Petani Ikan Hias Eksportir Konsumen luar negeri/ Importir Saluran 3 Broker Supplier Konsumen dalam negeri/ Hobbies Saluran 4 Broker Konsumen dalam negeri/ Hobbies Saluran 5 Pengecer/ toko Konsumen dalam negeri/ Hobbies Saluran 6 Konsumen dalam negeri/ Hobbies Saluran 7 92

22 Gambar 6. Saluran Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 Pada saluran pertama, Petani ikan hias air tawar menjual ikan hiasnya ke broker di tingkat desa dan luar desa kemudian broker menjualnya kepada supplier. Dari supplier, ikan hias air tawar tersebut dijual ke eksportir yang kemudian akan dikirim ke konsumen luar negeri (importir) sesuai pesanan. Saluran pertama memiliki rantai pemasaran yang paling panjang dibandingkan dengan rantai pemasaran yang lain. Pada saluran kedua, petani ikan hias air tawar menjual langsung ikan hiasnya kepada supplier tanpa melalui broker. Kemudian, supplier menjualnya ke eksportir yang akan menjual ikan hias air tawar tersebut ke importir atau konsumen di luar negeri. Pada saluran ketiga, petani pembudidaya ikan hias yang berskala besar menjual ikan hias air tawarnya langsung kepada eksportir yang kemudia eksportir tersebut menjualnya kembali ke konsumen luar negeri atau importir. Pada saluran ini, supplier dapat berperan sebagai petani pembudidaya karena selain menjadi pemasok ikan hias air tawar ke eksportir, supplier juga membudidayakan ikan hias air tawar tersebut. Pada saluran keempat hingga ketujuh, yang menjadi konsumen akhir adalah konsumen dalam negeri. Pada saluran keempat, peran perantara perdagangan seperti broker dan supplier sangat dominan. Supplier yang menjadi pedagang terakhir yang akan menjual ikan hias air tawar kepada konsumen dalam negeri. Berbeda dengan saluran keempat, pada saluran kelima tidak dijumpai peran dari supplier yang menjual ke konsumen luar negeri. Peran supplier tersebut digantikan oleh broker. Peran pedagang eceran terlihat pada saluran keenam. Pada saluran ini, petani pembudidaya ikan hias air tawar memasarkan ikan hiasnya ke pengecer. Kemudian pengecer memasarkannya ke konsumen akhir dalam negeri. Pemasaran langsung oleh petani pembudidaya ikan hias air tawar ke konsumen akhir dalam negeri tedapat pada saluran ketujuh. Hal ini biasanya terjadi untuk petani ikan Cupang. Petani ikan Cupang biasanya 93

23 langsung didatangi oleh anak-anak yang menjadi konsumen akhir. Hal ini dikarenakan ikan Cupang yang langsung dibeli dari petani memiliki harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan dibeli melalui pedagang eceran. Sarana pemasaran ikan hias air tawar yang terdapat di Kecamatan Cibinong antara lain Depo pemasaran ikan hias air tawar, Raiser, dan pameran-pameran pada saat peringatan hari jadi Bogor. Depo pemasaran ikan hias air tawar didirikan oleh Disnakkan Kabupaten Bogor dari tahun 2009 yang kemudian dibuka pada tahun Pengurusan dan pemeliharaan Depo tersebut kemudian diserahkan kepada Himbudias. Depo tersebut memiliki fasilitas sumber air yang berasal dari air tanah dan lima toko yang diisi oleh masing-masing kelompok tani ikan hias air tawar. Pada tahun 2009 hingga awal 2010, Raiser mengadakan bursa ikan hias yang diisi oleh anggota Himbudias. Bursa tersebut terdiri dari delapan stan ikan hias air tawar yang diisi oleh masing-masing kelompok tani. Semua fasilitas stan tersebut telah disediakan oleh pihak Raiser seperti akuarium, rak, pompa air, dan tenda stan. Selain Depo dan Raiser, petani dan pedagang ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong juga dapat memanfaatkan pameran-pameran yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pameran-pameran tersebut diadakan untuk memperingati hari-hari besar di wilayah Kabupaten Bogor seperti Hari Jadi Bogor, Hari Pemuda, dan peresmian-peresmian lainnya. Sarana-sarana pemasaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan sebagai media atau tempat untuk mengumpulkan petani dan pedagang ikan hias air tawar dalam program dan kegiatan penyuluhan serta bimbingan usahatani. Selain itu, sarana pemasaran juga dapat menjadi saluran bagi Disnakkan untuk menjaring aspirasi dari para stakeholders ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 7. Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah Kondisi iklim dan cuaca yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan pertanian dan perikanan sering disebut sebagai faktor agroklimat. Begitu 94

24 pula dengan usaha pembudidayaan ikan hias air tawar juga dipengaruhi oleh kondisi agroklimat di suatu wilayah. Kondisi agroklimat yang mempengaruhi kegiatan budidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong terdiri dari suhu, curah hujan, keasaman air (ph), dan topografi wilayah. Dengan pengaruh terhadap kegiatan budidaya tersebut, membuat kondisi agroklimat mempengaruhi Disnakkan dalam menentukan komoditas dan metode dalam kegiatan penyuluhan di Kecamatan Cibinong. Kecamatan Cibinong memiliki suhu maksimum mencapai 31 o C dan suhu minimum sebesar 22 o C dengan curah hujan mencapai sampai dengan mm per tahun. Dengan suhu dan curah hujan tahunan tersebut, Kecamatan Cibinong sesuai untuk membudidayakan sebagian besar ikan hias air tawar seperti Cupang, Neon Tetra, Kardinal Tetra, Mas Koki, Maanvis, Silver Dollar, Discuss, Oscar, Black Ghost, dan Plati Pedang. Sedangkan untuk kondisi air yang meliputi keasaman dan kesadahan, beberapa desa atau kelurahan yang ada di Kecamatan Cibinong memiliki perbedaan. Perbedaan ini menyebabkan terdapat beberapa ikan hias air tawar yang cocok untuk dibudidayakan atau menjadi ciri khas di kelurahan atau desa tertentu. Salah satu contohnya adalah petani ikan hias air tawar di Kelurahan Harapan Jaya hanya cocok atau sesuai apabila membudidayakan ikan hias jenis Chiclyd seperti Discuss, Oscar, Black Ghost, dan Silver Dollar. Hal ini dikarenakan ikan-ikan jenis tersebut sesuai dengan air memiliki ph relatif lebih rendah (5,5-6) dan kesadahan lebih dari angka 15. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Kelurahan Ciriung dan Pabuaran. Kedua Kelurahan tersebut memiliki air dengan ph yang relatif tinggi (7-8) dan kesadahan yang rendah sehingga ikan air tawar yang cocok untuk dibudidayakan dan dipijahkan di kedua wilayah tersebut adalah ikan jenis Tetra. Sebagian besar atau mencapai 75 persen wilayah Kecamatan Cibinong terdiri dari daratan sampai berombak. Hal ini menjadi faktor yang menguntungkan untuk membudidayakan ikan hias air tawar di kolam 95

25 dan empang karena sering ditemui mata air-mata air yang sangat bagus untuk sumber air kolam atau empang tersebut. Dengan demikian, kondisi agroklimat Kecamatan Cibinong sudah sesuai untuk budidaya ikan hias air tawar. Hal ini membuat Disnakkan lebih mudah dalam menerapkan dan menjalankan program serta kegiatan penyuluhan perikanan kepada petani. Secara geografis, wilayah Kecamatan Cibinong tergolong sebagai Kecamatan yang strategis. Hal ini dikarenakan selain Kecamatan Cibinong ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, akan tetapi juga dikarenakan letak Kecamatan Cibinong yang relatif dekat dengan Jakarta yaitu hanya mencapai 3,7 persen. Jarak yang dekat dengan wilayah Jakarta ini menguntungkan karena kedudukan Kota Jakarta yang menjadi pusat perdagangan nasional dan menjadi pintu keluar untuk kegiatan ekspor dan impor. Selain itu, Kecamatan Cibinong juga dibelah oleh Jalan Raya Jakarta-Bogor yang menjadi jalur penghubung utama antara Jakarta- Bandung melewati jalur puncak dan juga dilewati oleh Jalan Tol Jakarta- Bogor-Ciawi (Jagorawi) dengan 2 jalur pintu masuk Tol. Kedua akses jalan ini menjadi faktor yang menguntungkan karena dapat mempercepat proses distribusi dan pemasaran ikan hias air tawar. Faktor geografis Kecamatan Cibinong tersebut dapat mendukung kegiatan operasional Disnakkan serta pelaksanaan program-program Disnakkan terutama program-program yang memfasilitasi petani untuk meningkatkan pemasarannnya. 8. Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir Kemitraan menjadi hal yang penting bagi majunya sebuah usaha. Seorang pengusaha tidak bisa bekerja dan berusaha sendiri melainkan harus bekerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu, kemitraan menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Lembaga-lembaga pemasaran yang terdapat dalam beberapa saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Cibinong telah melakukan proses kemitraan bisnis. 96

26 Kemitraan yang terjadi sebagian besar berupa kemitraan pemasaran. Kemitraan tersebut terjadi antara pembudidaya ikan hias air tawar, pedagang (eceran, broker, dan supplier) serta eksportir. Ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh pembudidaya dijual ke broker dan eksportir. Keadaan ini terjadi di kelompok tani Cahaya Mandiri dimana sebagian besar pembudidaya bekerjasama dan bermitra dengan broker, dan supplier yang notabene sama-sama menjadi anggota kelompok tani tersebut. Setiap ikan hias air tawar yang dihasilkan selalu dijual kepada broker dan supplier tersebut. Kemudian supplier tersebut menjual hias air tawar kepada eksportir. Sebelumnya, supplier tersebut telah mendapatkan order atau pesanan dari eksportir tiap bulannya. Kelompok tani Cahaya Mandiri memiliki seorang broker dan supplier yang memasok dua eksportir ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Selain itu, antar supplier yang terdapat di tiap kelompok tani saling bekerjasama untuk memenuhi kuota ikan hias air tawar yang ditetapkan oleh eksportir. Keadaan ini dapat difasilitasi dengan terbentuknya kelompok tani-kelompok tani dan Himbudias. Himbudias menjadi sarana bertemunya pelaku-pelaku bisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Kemitraan-kemitraan yang telah terbentuk tersebut memudahkan Disnakkan untuk lebih memfasilitasi petani untuk meningkatkan produksinya dengan tetap memperhatikan aspek permintaan dari pasar dan kerjsama yang ada. 9. Otonomi Daerah Dengan adanya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh untuk berperan lebih besar dalam kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini menjadi peluang bagi Dinas Peternakan dan Perikanan untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan pertanian di Kabupaten Bogor khususnya pembangunan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Peran Disnakkan Kabupaten Bogor semakin signifikan untuk membantu Bupati dalam mewujudkan pembangunan peternakan dan perikanan. Peran yang cukup signifikan untuk pembangunan sektor 97

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun *** (Milyar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun *** (Milyar Rupiah) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim dan agraris. Indonesia disebut negara maritim karena lautan mendominasi wilayah negara Indonesia. Lautan tersebut memberikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM. Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong Kecamatan/Wilayah

V GAMBARAN UMUM. Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong Kecamatan/Wilayah V GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong 5.1.1. Letak Geografis Kecamatan Cibinong merupakan salah satu dari 40 kecamatan yang ada di dalam lingkup wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia memiliki pulau dengan jumlah lebih dari 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KETAHANAN PANGAN TAHUN 205 I. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) merupakan dokumen perencanaan yang disusun berpedoman kepada Rencana Strategis (Renstra) dan mengacu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih

Lebih terperinci

DUKUNGAN PENYULUHAN TERHADAP PENGEMBANGAN IKAN HIAS

DUKUNGAN PENYULUHAN TERHADAP PENGEMBANGAN IKAN HIAS DUKUNGAN PENYULUHAN TERHADAP PENGEMBANGAN IKAN HIAS Disampaikan pada acara Pertemuan BPSDM KP dengan Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) Jakarta, 7 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 GAMBARAN UMUM ORGANISASI Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung diatur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN (DKP2) Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam Telepon (0730) 623 545 Faximili (0730) 623 545 Email : dkpppagaralam@gmail.com

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi A.1. Kedudukan 1. Dinas Pertanian dan Peternakananian merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO,

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang Dinas Kelautan dan Perikanan adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA Peluang Bisnis Masyarakat Urban OLEH : SUHANA DOSEN MATA KULIAH EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM, PROGRAM STUDI EKONOMI DAN LINGKUNGAN IPB PENELITI

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG. 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG 2.1 Profil Singkat Dinas Kelautan Dan Perikanan Kota Semarang Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang merupakan badan atau organisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah dibagi menjadi beberapa tahapan mulai dari Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Dokumen perencanaan jangka panjang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG. 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung

BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG. 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah salah satu lembaga teknis di lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Kota Tangerang III.1.1.1. Proses Terbentuknya Kota Tangerang Pembangunan kota administratif Tangerang secara makro

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 199 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PRODUK UNGGULAN KOTA PONTIANAK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci