Melihat Keintiman Raja-raja Nusantara dan Pemerintah Kolonial dalam Surat-surat Melayu Beriluminasi
|
|
- Deddy Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Melihat Keintiman Raja-raja Nusantara dan Pemerintah Kolonial dalam Surat-surat Melayu Beriluminasi Review Buku: Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19 (Mujizah: 2009) Oleh. Muhammad Nida Fadlan * Keindahan visual dalam bentuk naskah (manuskrip) masih sangat jarang diangkat sebagai kekayaan budaya Indonesia, demikian Mujizah mengawali tulisan untuk bukunya yang berjudul Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19. Sebuah karya yang mengangkat sisi humanisme karya-karya tulis masa lalu dengan memperhatikan simbol-simbol keindahan yang tertuang dalam sebuah hiasan naskah yang bernama iluminasi. Dalam dunia pernaskahan, iluminasi merupakan salah satu kajian pernaskahan yang memperhatikan hiasan-hiasan yan terdapat dalam naskah. Menurut Sri Wulan Rujiati Mulyadi (1994: 69), iluminasi adalah hiasan bingkai yang biasanya terdapat pada halaman awal dan mungkin juga terdapat pada bagian akhir suatu naskah. Pendefinisian iluminasi yang diangkat oleh Mulyadi lebih terfokus pada iluminasi-iluminasi yang terdapat dalam naskah-naskah yang berbentuk buku, sehingga definisi ini bertolak belakang dengan fokus kajian yang diangkat dalam buku ini yakni naskah berbentuk surat. Oleh karenanya, dibandingkan dengan Mulyadi, pemberian definisi yang lebih mengglobal diungkapkan dalam buku ini yakni iluminasi merupakan istilah khusus dalam ilmu pernaskahan (kodikologi) untuk menyebut gambar dalam naskah (h.10). Fokus kajian yang diangkat oleh Mujizah adalah pemaknaan iluminasi yang terdapat dalam naskah lama berbentuk surat-surat berbahasa Melayu yang ditulis oleh pemerintah kolonial kepada raja-raja Melayu maupun sebaliknya pada abad ke-18 dan ke-19. Menjadikan naskah berbentuk surat sebagai korpus utama dalam melakukan penelitian merupakan suatu hal yang amat jarang dilakukan * Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa)
2 oleh para peneliti naskah apabila dibandingkan dengan intensitas penggunaan naskah-naskah yang berisi kajian susastra dan agama sebagai objek utama penelitian sebuah naskah. Melalui buku ini, diperlihatkan bahwa surat merupakan sejarah yang tak terungkap. Surat adalah bentuk komunikasi yang bersifat personal sehingga di dalamnya terdapat bukti-bukti sejarah yang sangat jarang diungkapkan oleh bukubuku sejarah pada umumnya. Apalagi dalam kaitannya dengan pengungkapan memori praktik-praktik kolonialisme di masa lalu, surat merupakan referensi yang paling penting untuk mengungkapkan bagaimana sikap dan perilaku para raja di Nusantara dalam menyikapi kehadiran bangsa Belanda yang selalu disebut sebagai kolonial. Sebagai bagian dari ilmu kodikologi, maka tujuan dari pemaknaan dalam iluminasi adalah mengungkap latar belakang sejarah terciptanya naskah yang dalam hal ini adalah sejarah yang menyebabkan surat-surat tersebut dituliskan. Mujizah menjadikan lima puluh surat yang tersebar di beberapa kerajaan mulai dari Johor hingga Gorontalo sejak tahun 1791 hingga 1886 sebagai fokus kajiannya. Itu berarti, bahwa buku ini akan menghasilkan sebuah sejarah hubungan antara raja-raja di Nusantara dengan pemerintah kolonial berdasarkan surat yang ditemukannya. Guna membantu para pembacanya melakukan interpretasi atas latar belakang sejarah pada surat-surat yang ditemukannya, Mujizah memberikan pendahuluan mengenai peristiwa-peristiwa penting seputar kondisi sosial masyarakat dalam rentang abad ke-18 hingga awal abad ke-19 dengan mendasarkan pengungkapannya pada kajian-kajian literatur lainnya. Menurutnya, hal ini penting dilakukan karena memahami surat-surat Melayu beriluminasi memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam menghubungkannya dengan konteks sosial pada masanya terutama dalam perspektif pembaca di masa kini. Apalagi surat merupakan media tulis yang sangat netral, tidak memiliki keterpengaruhan kepentingan-kepentingan eksternal dalam penulisannya, sehingga surat mampu menampilkan kondisi sosial-politik yang sesungguhnya pada masa tersebut karena surat merupakan alat negosiasi, diplomasi, dan strategi politik yang digunakan
3 oleh raja-raja Nusantara dan pemerintah kolonial dalam mewujudkan setiap keinginannya. Hal yang menjadi motivasi bagi penulisnya dan pembaca buku ini adalah pemberian kata pendahuluan oleh Annabel Teh Gallop, seorang sarjana dari British Library yang telah lama memfokuskan dirinya untuk meneliti tradisi tulis di Nusantara terutama dalam kajiannya mengenai tradisi tulis dalam bentuk surat beriluminasi. Dalam prakatanya, Gallop memberikan gambaran bahwa keberadaan naskah-naskah Melayu dalam bentuk surat merupakan kekayaan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerhati pernaskahan agar mulai membuka diri untuk melakukan kajian mengenai naskah-naskah berbentuk surat, selain dalam bentuk naskah yang telah umum dikenal. Buku ini memberikan kontribusi penting bagi kajian filologi Melayu karena menyajikan edisi kritis terhadap lima puluh surat yang ditelitinya. Bagi Gallop, menyunting sebuah naskah surat memiliki tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan menyunting naskah pada umumnya. Hal ini disebabkan karena penguasaan mengenai ilmu paleografi yang berbeda corak di setiap daerahnya, beragam jenis tuturan sopan-santun yang ditampilkan, serta penyebutan nama asing yang terdapat dalam surat beraksara Jawi merupakan tantangan tersendiri. Selain menampilkan edisi kritis, Mujizah juga menampilkan seluruh edisi faksimile atas surat-surat tersebut yang dicetak berwarna dan diletakkan beriringan dengan edisi kritis masing-masing surat. Hal ini tentu sangat membantu para pembacanya, teutama filolog, karena diberikan peluang untuk mengoreksi hasil edisi kritisnya disamping juga diberikan gambaran untuk menikmati keindahan iluminasi yang ditampilkannya. Pada bab terakhir, Mujizah membahas mengenai corak ragam iluminasi yang ditemukannya dalam setiap surat. Corak-corak tersebut kemudian diperihatkan dalam keragamannya berdasarkan daerah asal surat tersebut sehingga masing-masing daerah dapat terlihat kekhasannya dalam menulis surat pada masa tersebut.
4 Di bagian akhir dari buku ini, disusun sebuah indeks dan biografi yang disebutkan dalam lima puluh surat tersebut. Penyusunan indeks ini disusun dengan memperlihatkan biografi tokoh-tokoh Nusantara, tokoh-tokoh Gubernur Jenderal Belanda, serta pegawai dan orang Belanda lainnya. Ini penting untuk diperhatikan oleh para pengkaji berikutnya, indeks ini sangat membantu untuk melakukan rekonstruksi sejarah yang menjadi tujuan akhir pengkajian ilmu kodikologi. Yang Terungkap dalam Surat-surat Melayu Surat merupakan media yang paling efektif digunakan sebagai sarana komunikasi antara raja-raja Nusantara dengan pemerintah kolonial Belanda pada masa abad ke-18 dan ke-19. Pembacaan isi surat-surat tersebut di masa kini dapat melihat berbagai fakta sejarah yang selama ini tidak terungkap. Dalam konteks kajian pernaskahan, menampilkan teks yang sebaik-baiknya, bebas dari kesalahan baca, serta dapat dipertanggungjawabkan adalah tujuan yang hendak dicapai (Djamaris, 2002: 7 dan Soebadio, 1975: 13). Untuk mendukung tujuan tersebut, selain menampilkan transkripsi lengkap, buku ini juga menampilkan edisi faksimile sehingga pembaca juga diberi kesempatan untuk menafsirkan sendiri mengenai isi surat tersebut. Lima puluh surat yang dijadikan korpus penelitian ini adalah surat-surat yang ditulis dalam bahasa Melayu dan disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Universitas Leiden, serta Perpustakaan KITLV di Leiden, Belanda. Dalam memberikan transkripsi, surat-surat tersebut terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan daerah asal penulisan surat dan disusun dari Barat ke Timur. Setelah dikelompokkan berdasarkan daerahnya, pada masingmasing kelompok disusun kembali berdasarkan titimangsa ditulisnya surat sehingga pembaca mampu membaca surat-surat tersebut secara kronologis. Disamping itu, pemerian dan deskripsi naskah secara kodikologis ditampilkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai kondisi fisik sesungguhnya.
5 Dari pembacaan terhadap surat-surat tersebut, berbagai peristiwa penting yang dapat terungkap dalam isi surat tersebut adalah sebagai berikut: Pola Komunikasi Intens antara Raja dan Kolonial Hampir dalam seluruh surat yang dapat dibaca dalam buku ini berisi tentang hubungan yang terjalin dengan baik antara raja-raja Nusantara dengan pemerintah kolonial. Hierarki yang terbangun pada saat membaca surat-surat ini adalah posisi raja yang selalu berada di bawah (inferior) kekuasaan kolonial. Raja diberikan kewenangan untuk berinteraksi secara langsung dengan rakyatnya akan tetapi dalam hal kebijakan yang bersifat makro maka kekuasaan itu berada mutlak di tangan kolonial. Pola tersebut terjalin berkat adanya kepentingan politis yang melindunginya. Kolonial memiliki kepentingan untuk dapat menguasai seluruh aspek sosial dan ekonomi, sementara raja membutuhkan legitimasi kekuasaannya di hadapan rakyat yang secara terpusat telah dikuasai oleh kolonial. Legitimasi kekuasaan tersebut sangat dibutuhkan oleh para raja agar pemerintah kolonial dapat menjaga posisi raja sementara raja akan rutin mengirimkan upeti sebagai imbalannya. Bentuk-bentuk kedekatan komunikasi antara keduanya dapat terlihat pada setiap permulaan surat yang selalu diawali dengan saling memuji satu sama lain, ucapan selamat tahun baru, ucapan duka cita, serta pengungkapan masalah pribadi. Dalam hal penguatan daerah kekuasaannya, misalnya, raja-raja Nusantara terlihat telah terbiasa dalam mengajukan permohonan agar pemerintah kolonial dapat mengirimkan senjata-senjata yang diimpor dari Cina. Sementara itu, sebaliknya raja-raja Nusantara mengirimkan budak-budak agar dapat dipekerjakan oleh pemerintah kolonial. Pengungkapan Daerah Kekuasaan Pengungkapan daerah kekuasaan pada surat-surat Melayu merupakan hal yang biasa ditemukan di bagian pembuka surat. Pengungkapan tersebut selalu berada beriringan dengan penyebutan nama pengirim dan penerima surat tersebut.
6 Seperti yang terlihat pada surat koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan KITLV di Leiden. Bahwa ini Sri Paduka Sultan Sayid Syarif Usman ibnu almarhum Sultan Syarif Abdurrahman ibnu almarhum Husain al-qadri yang bertakhtakan dalam kerajaan dalam negeri Pontianak, menyatakan tulus dan ikhlas dalam secarik warkat ini tanda sahabat-bersahabat serta berkasih-kasihan dengan sungguh hati bersetiawan dari selama-lamanya kepada sahabat kita yang mulia lagi maha bangsawan, yaitu Sri Paduka Tuan Besar Gerard Alexander Philip Baron van der Capellen Gurnadur Jenderal yang empunya takhta kerajaan dan kebesaran beserta lagi dengan kemuliaan dalam negeri Betawiyah serta segala daerah takluknya pulau tanah Jawa besar sekaliannya lagi memerintahkan segala negeri di pihak Timur dan Barat maka kita pohonkan atas sehat dan afiat beserta selamat beroleh umur panjang jua adanya (AN.5) yaitu daripada kita Sri Paduka Yang Dipertuan Besar Burggraaf Du Bus de Gisignies, komandur dari bahaduri singa Nederland, viscount dari bangsawan di negeri Flanderen sebelah barat, Minister van Staat, Komisaris Jenderal daripada Sri Paduka Maharaja Nederland, dan lainlainnya. Maka barang diwasilkan oleh Tuhan seru sekalian alam apalah kiranya datang ke hadapan hadirat Sri Paduka Sultan Pakunataningrat yang bertakhta kerajaan di dalam negeri Sumenep. (Or ) Pernyataan Kesetiaan Raja Terhadap Kolonial Pernyataan kesetiaan kepada penguasa merupakan hal yang menjadi suatu kewajiban untuk menjaga legitimasi kekuasaannya dalam sebuah birokrasi politik. Hal ini dilakukan oleh para raja di Nusantara karena mereka secara langsung dilantik dan bertanggung jawab atas pemerintahannya kepada pemerintah kolonial Belanda yang terpusat di Batavia. Pernyataan dukungan selain diungkapkan dalam pengakuannya terhadap daerah kekuasaan juga diperlihatkan para raja dalam mendukung tindakan pemerintah kolonial termasuk memerangi orang-orang yang dianggap membangkang kepada pemerintah kolonial. Contoh pernyataan tersebut terlihat dalam surat bernomor AN.13 yang berisi pernyataan kesetiaan Pangeran Adinata Krama kepada pemerintah kolonial karena anaknya Gusti Mukmin telah diangkat sebagai pangeran Daeng. Pernyataan serupa juga terlihat pada surat bernomor Or tentang ucapan terima kasih pemerintah kolonial kepada Pakunataningrat atas partisipasinya membantu kolonial dalam perang Jawa. pada waktu ini perang di tanah Jawa sudah habis sekali dan kepala orangorang yang kerja gaduh, yaitu Pangeran Diponegoro adalah ia di dalam pegangan Gupernement dan sudahlah dikirim kepadanya ke negeri Menado yang jadi
7 tempat buangan itu adanya. Adapun karena berhenti perang itu maka niscaya Sri Paduka sahabat kita dapat sukacita sebab bala tentaranya yang dahulu sudah dikirim oleh Sri Paduka sahabat kita akan membantukan Gupernement sekarang ini sudah pulang kembali ke negerinya (Or ) Perilaku Akademis di Masa Lalu Beragam isi surat yang terungkap di atas dapat dikelompokkan sebagai upaya kedua belah pihak melakukan proses diplomasi politis untuk menentukan posisinya sebagai penguasa Nusantara. Akan tetapi selain surat-surat dengan kategori isi tersebut di atas, terdapat pula surat yang isinya merupakan perilaku akademis yang ditampilkan oleh kedua belah pihak. memberi tahu kepada Sri Paduka sahabat kita bahwa suatu Tuan bernama Gericke pada waktu ini di dalam negeri Surakarta ada mengarang suatu kitab logat daripada bahasa Jawa dan bahasa Welanda. Maka atas permintahannya Tuan itu sudahlah kita memberi izin kepadanya akan pergi ke negeri Sumenep serta akan tinggal sedikit waktu di dalam negeri itu, yaitu supaya ia boleh mendapat daripada Sri Paduka sahabat kita keterangan daripada beberapa perkataan bahasa Kawi yang dipakai dalam bahasa Jawa dari sekarang ini karena besarlah faedahnya (Or ) Kutipan di atas merupakan satu-satunya surat berisi perilaku akademis yang dikirimkan oleh GJ Jean Chretien kepada Sultan Pakunataningrat di Sumenep. Dalam surat tersebut disampaikan bahwa pemerintah kolonial bermaksud meminta kepada Sultan agar memberi fasilitas tempat tinggal untuk J.F.C. Gericke yang tengah menyusun sebuah kamus Jawa-Belanda. Selain itu, diharapkan juga Sultan dapat membantu Gericke untuk memberikan informasi mengenai bahasa Kawi yang terdapat dalam bahasa Jawa. Kesimpulan dan Komentar Buku ini merupakan karya yang patut mendapat apresiasi setinggitingginya terutama dari pemerhati kajian mengenai ilmu kodikologi dan sejarah. Fakta-fakta yang diungkap dalam buku ini merupakan sumber sejarah yang tentunya akan memberikan kontribusi yang maksimal dalam proses rekonstruksi mengenai sejarah bangsa Indonesia terutama dalam kaitannya dengan tradisi tulis yang telah berkembang pada abad ke-18 dan ke-19. Kajian pernaskahan terbukti mampu memberikan kontribusi positif dalam perkembangan pengungkapan identitas bangsa di masa lalu. Ini terlihat dari surat-
8 surat yang ditampilkan oleh Mujizah sebagai korpus penelitiannya. Berbagai aspek ditunjukkan guna merekonstruksi fakta-fakta sejarah sosial dan politik mengenai pola komunikasi yang terbangun dalam proses surat-menyurat yang dilakukan oleh dua institusi, yakni pemerintah kolonial dan sultan sebagai penguasa kerajaan pribumi. Fokusnya terhadap surat-surat Melayu yang beriluminasi merupakan penghilang dahaga bagi pengkaji naskah. Hal ini tentu menjadi hal yang sangat maklum adanya karena kajian mengenai iluminasi terutama yang terdapat dalam surat-surat Melayu merupakan kajian yang sangat langka. Buku ini memberikan kontribusi yang sangat maksimal bagi perkembangan pengkajian naskah-naskah Nusantara dengan mengajak para peneliti untuk membuka peluang penelitian serupa mengenai iluminasi atas naskah-naskah lainnya. Walaupun buku ini sangat memberikan kontribusi dalam proses rekonstruksi sejarah Indonesia di masa lalu, pengkajian pemaknaan semiotik mengenai corak-corak iluminasi yang terdapat dalam surat tidak dilakukan oleh penulisnya. Apabila hal ini dilakukan, tentu akan memperkaya referensi mengenai kecenderungan daerah-daerah tertentu mempergunakan tanda-tanda tertentu dalam penulisan suratnya sehingga mampu mengungkapkan ciri khas penulisannya dalam berbagai karakteristik sosial dan budaya setempat. Keberadaan Abstract pada bagian akhir buku ini tentu bukan hal yang lazim dilihat dalam penyusunan sebuah buku. Penempatannya seharusnya diletakkan di halaman awal buku ini agar pembaca dapat memberikan gambaran awal sebelum membaca buku ini secara keseluruhan. Abstract diletakkan setelah bab kesimpulan penulisnya, hal ini tentu dapat mengganggu upaya penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh pembaca. Secara keseluruhan, buku ini merupakan karya agung karena mampu menampilkan potret perjalanan bangsa dengan apa adanya. Penyebutan apa adanya tentu merujuk pada peranan ilmu pernaskahan yang pada dasarnya menampilkan bukti sejarah sebagaimana kenyataannya. Sehingga buku ini tentu memberikan peluang kepada pengkaji berikutnya untuk melanjutkan pengkajian dengan memanfaatkan data-data tersebut.
BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di
11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah
Lebih terperinciTINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah
TINJAUAN BUKU Fathurahman, Oman (Penyusun Utama), Aoyama, Toru (Penyunting Utama) (2010). Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar. Komunitas Bambu, TUFS Tokyo, PPIM UIN Jakarta, Manassa, PKPM Aceh,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum
Lebih terperinciArsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1
Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi
Lebih terperincidari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang
PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciTeori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1
Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Sungai ( Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Sosial Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, baik dalam ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya (Poerwadarminta, 1976:649). Bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan riset yang memadai. Banyak hal yang harus dihadapi terutama masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menelusuri perjalanan sejarah ekonomi masyarakat pedesaan di setiap daerah bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerangka sistematis dan ketajaman analisis serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal
Lebih terperinciSISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono*
SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono* ABSTRAK Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama
Lebih terperinciDESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan peranakan Tionghoa merupakan kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan bahasanya yang merupakan sintesa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciAlfian Rokhmansyah, M.Hum.
Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Samarinda Teori Filologi iii TEORI FILOLOGI oleh Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Hak cipta dilindungi undang-undang 2017 Penyunting Azizatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciTeks, Tekstologi, dan Kritik Teks
Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua
Mam MAKALAH ISLAM Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua 30, Januari 2014 Makalah Islam Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Sigit Kamseno (Redaktur bimasislam.kemenag.go.id dan kontributor di beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.103, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. MOU. RI-Brunei Darussalam. Pertahanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5152) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciDaftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.
Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Lebih terperinciMUSIK POPULER. Untuk Kelas VIII. Kesenian Nusantara. Penulis: Mauly Purba Ben M. Pasaribu
Buku Pelajaran Kesenian Nusantara MUSIK POPULER Untuk Kelas VIII Penulis: Mauly Purba Ben M. Pasaribu Kontributor: Philip Yampolsky Esther L. Siagian Jabatin Bangun ii MUSIK POPULER MUSIK POPULER Buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran muatan lokal yang tercantum dalam Garis- Garis Besar Program Pengajaran ialah mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib untuk Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN KEBAWAH DULI YANG MAHA MULIA PADUKA SERI BAGINDA SULTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Deskriptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciRANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA
RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG
UKBM BIN-3.8/4.8/1/8 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.8/4.8/1/8 MEMAKNAI HIKAYAT PADA ABAD INFORMASI Kompetensi
Lebih terperinciBerbahasa dan Bersastr
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Usaha Makmur, CV Berbahasa dan Bersastr sastra a Indonesia
Lebih terperinciMERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN
RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.
BAB VII KESIMPULAN Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. Tari kontemporer kini memperlihatkan proses kreatif dan inovasi yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme
123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,
Lebih terperinciSERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, terlebih lagi kehidupan manusia. Komunikasi sendiri. karena komunikasi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya proses komunikasi, terlebih lagi kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan hal yang setiap hari kita perbincangkan
Lebih terperinciSURAT SULTAN PONTIANAK: STRATEGI KOMUNIKASI DAN STRUKTUR TIGA KOLEKSI
SURAT SULTAN PONTIANAK: STRATEGI KOMUNIKASI DAN STRUKTUR TIGA KOLEKSI Agus Syahrani Abstrak Kertas kerja ini membincangkan wujud fisik dan kandungan surat Sultan Pontianak koleksi pelbagai pusat manuskrip
Lebih terperinciNASKAH IDENTIFIKASI NASKAH CUT 1
NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH 1. Nama Program : Apresiasi Sastra 2. Judul Program : Novel Sebagai Sumber Sejarah 3. Topik : Novel sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Sejarah 4. Judul Karya yang diulas : Layar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan
25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sebuah manuskrip dalam aksara Latin yang berjudul Tjajar Sapi berisi tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya aksara Latin pada awal abad ke-20 secara perlahan-lahan menggeser penggunaan aksara Arab-Melayu di Nusantara. Campur tangan bangsa Eropa (Belanda) dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciSultan Abdurrahman adalah Raja Sumenep yang ke-32 yang memerintah dari tahun 1811 1854 M. Sultan Abdurrahman ini adalah anak dari Panembahan
Setiap kali saya bertanya siapa sosok Aria Wiraraja kepada para remaja Sumenep, dengan lantang mereka menjawab, Raja pertama di Sumenep! Begitu juga disaat saya bertanya apakah mereka kenal dengan sosok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB VII RAGAM SIMPUL
BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciMengenai Pustaha: Buku Lipat dari Batak 1. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 2
Mengenai Pustaha: Buku Lipat dari Batak 1 Oleh. Muhammad Nida Fadlan 2 Mengenal Pustaha: Sebuah Pengantar Istilah pustaha disebut sebagai buku ramalan masyarakat Batak yang telah dikenal di dunia Barat
Lebih terperinciJakarta, 10 November 2011
SAMBUTAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA MUNAS KE-3 DAN SEMINAR NASIONAL KEARSIPAN TAHUN 2011 ASOSIASI ARSIP INDONESIA Jakarta, 10 November 2011 Assalamualaikum Warohmatullahi
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH :
YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 MODUL 2 BAHASA INDONESIA TEKS CERITA SEJARAH DAN CERPEN SEJARAH XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH : Dra. M.M. Lies Supriyantini 1 TEKS
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciSEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPI-MERBABU DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
SEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPI-MERBABU DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Oleh: Agung Kriswanto Bidang Layanan Koleksi Khusus Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Pendahuluan Kelompok koleksi naskah Merapi-Merbabu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciSURAT KONTRAK KALIMANTAN 5 JULI 1779: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS STRUKTUR DAN ASPEK SEJARAH
SURAT KONTRAK KALIMANTAN 5 JULI 1779: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS STRUKTUR DAN ASPEK SEJARAH oleh Eki Kusumadewi, Priscila F. Limbong Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Lebih terperinci2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN NASKAH KUNO
KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,
Lebih terperinciBab 1. Jurnalis dari Masa ke Masa. Sang Wartawati Pertama
Bab 1 Jurnalis dari Masa ke Masa Sang Wartawati Pertama Nama Rohana Kudus mungkin masih sedikit asing untuk anak muda jaman sekarang. Perempuan asal Koto Gadang ini dijuluki sebagai Wartawati Perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciMELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)
MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,
Lebih terperinci