BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah akan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori pemerintahan merupakan suatu bidang ilmu akuntansi saat ini sedang berkembang sangat pesat. Tuntutan mengenai transparansi dan akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat dikelola pemerintah akan memunculkan kebutuhan atas penggunaan akuntansi dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. Sebagai salah satu bidang ilmu akuntansi, definisi akuntansi pemerintahan tidak akan terlepas dari pemahaman tentang akuntansi itu sendiri, termasuk perkembangannya di Indonesia (Setiawati, 2013). Bahtiar (2008) mendifinisikan sebagai: Suatu Aktifitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah, serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut Jenis dicatat di dalam akuntansi pemerintahan transaksi keuangan pemerintah sebagian akan memiliki karakteristik tersendiri dan membedakannya dengan transaksi di dalam akuntansi bisnis. Noerdiawan (2009) mengatakan bahwa akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan dan pe transaksi-transaksi terjadi di badan pemerintah. pemerintahan menyediakan akuntansi tentang aspek kepengurusan dari administrasi Negara, termasuk kesesuaian berlaku. 12

2 Daerah Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (2) tentang Daerah, pemerintahan daerah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Daerah (Pemda) dan DPRD menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun Menurut UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (3) dimaksud dengan pemerintah yaitu Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Daerah Mardiasmo (2004) mengatakan bahwa pedoman atau prinsip-prinsip mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan keuangan untuk tujuan pe kepada para pengguna keuangan, sedangkan menurut PP No. 71 Tahun 2010 dimaksud dengan yaitu prinsip-prinsip akuntansi diterapkan dalam menyusun dan menyajikan keuangan, maka dengan kata lain merupakan suatu syarat mempunyai kekuatan hukum didalam upaya untuk meningkatkan kualitas keuangan. Noerdiawan (2009) mengatakan bahwa diterapkan di lingkup pemerintahan baik di pemerintah pusat dan departemendepartemennya, ataupun pemerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan

3 14 diyakini akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas keuangan di pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparasi serta akuntabilitas. Menurut PP No. 71 seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dapat mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga keuangan pemerintah dapat memberikan informasi lengkap dan andal kepada berbagai pihak dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara Berbasis Akrual Komite (KSAP), menyusun (SAP) berbasis akrual, didalam wacana akuntansi, secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi lebih akuntabel dan transparan bila dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. berbasis akrual mampu mendukung terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar, nilai dihasilkan mencakup seluruh beban terjadi tidak hanya jumlah telah dibayarkan, tetapi dengan memasukan seluruh beban, baik sudah dibayar ataupun belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran lebih baik, pengakuan tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang, dalam rangka pengukuran kinerja, serta informasi berbasis akrual dipercaya dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya

4 15 ekonomi sebenarnya, oleh karena itu akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah (KSAP, 2006). Widjajarso (2008) menjelaskan beberapa alasan penggunaan basis akrual dalam keuangan pemerintah, yaitu: 1. berbasis kas tidak menghasilkan informasi cukup, misalnya transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi seperti informasi tentang hutang piutang, sehingga penggunaan basis akrual sangat disarankan. 2. berbasis akrual menyediakan informasi tepat untuk menggambarkan biaya operasi sebenarnya. 3. berbasis akrual dapat menghasilkan informasi dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013, SAP Berbasis Akrual mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pe finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pe pelaksanaan anggaran berdasarkan basis ditetapkan dalam APBD. Purwita (2013) berpendapat bahwa penerapan SAP ini memerlukan pemahaman baik dari setiap aparatur menyusun dan menyajikan keuangan baik di Pusat ataupun Daerah berserta instansi-instansi terkait didalamnya. Setiap kebijakan dibuat oleh pemerintah wajib dilaksanakan, akan tetapi dalam penerapan tersebut perlu

5 16 dipahami beberapa dasar pemikiran penting diharapkan dapat membantu penerapan SAP. Menurut hasil pemikiran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ada beberapa faktor mempengaruhi pemerintah dalam penerapan SAP berbasis akrual, yaitu: 1. Regulasi 2. Sistem dan sarana pendukung 3. Sumber daya manusia Berikut merupakan uraian mengenai faktor-faktor mempengaruhi pemerintah dalam penerapan SAP berbasis akrual: 1. Regulasi Kebijakan akuntansi disusun oleh setiap pemerintah daerah berdasarkan panduan penyusunan kebijakan akuntansi sebagaimana terlampir pada Lampiran 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah wajib ditetapkan oleh sebuah perda sesuai Pasal 4 (4), terdiri atas: 1. kebijakan pe dalam berbagai Pernyataan (PSAP) 01, 02, 03, 04, 11 dan 12 menjadi unsur sesuai Pasal 4 (2), 2. kebijakan akuntansi terpilih oleh pemerintah daerah tersebut untuk setiap pos LK atau akun Buku Besar seperti PSAP 05, 06, 07, 08, 10, Internaitional Public Sector Accounting ds (IPSAS) dan Buletin Teknis (Bultek) terkait PSAP tertentu, sesuai Pasal 4 (3) berlaku bagi entitas pe dan entitas akuntansi dalam pemda

6 17 tersebut. Untuk menjamin kelayakan penerapan PSAP 11, kebijakan pe, kebijakan periode, dan kebijakan akuntansi terpilih bagi entitas akuntansi pemda yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Pejabat Penatausahaan Daerah (PPKD), serta entitas pe pemda tersebut termasuk entitas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai satuan kerja berkebebasan khusus tertentu, haruslah tepat. Berbagai hal penting dalam Panduan Penyusunan Kebijakan tersebut sebagai berikut: a. Pengutipan SAP atau PSAP harus secara terpilih dan berazas guna bagi pengguna Perda Kebijakan, b. Menyalin sebagian besar SAP dan/atau PSAP tertentu sebagai bagian Perda Kebijakan sedapat mungkin dihindari. c. Landasan berfikir pemilihan suatu metode akuntansi paling tepat bagi suatu pemda tertentu yaitu berbagai buku teks akuntansi atau sumber lain berkualitas tinggi. Dalam kasus tersebut, Peraturan Menteri mengizinkan bahwa Perda Kebijakan dapat menggunakan rujukan lain selain PP No. 71 Tahun 2010, misalnya peraturan perundang-undangan dan pustaka terkait kebijakan akuntansi terpilih pemda tersebut. Sumber rujukan sebaiknya disebutkan dalam Perda Kebijakan.

7 18 d. Perda wajib mengatur pe dan kebijakan akuntansi untuk pos atau akun belum diatur secara eksplisit oleh SAP atau PSAP manapun de facto terdapat pada pemda tersebut e. Bentuk kasat mata Perda Kebijakan sebaiknya mengikuti contoh tersaji pada Butir C Lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Hoesda, 2014 melalui Selain itu disinyalir bahwa dengan adanya indikasi kewaspadaan resiko, perda kebijakan akuntansi menjadi terlampau sulit untuk diterapkan. Dalam proses penyusunan regulasipun instansi pemerintahan perlu mengetahui bahwa adanya pemilihan metode dalam pencatatan akuntansi, dan wajib mengatur pe serta kebijakan akuntansi. 2. Sistem dan Sarana Pendukung Penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi dan IT based system lebih rumit, hal tersebut dapat dilihat dari kompeksitas implementasi dalam akuntansi berbasis akrual. Sistem pengendalian intern memadai perlu dibangun untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan efektif dan efisien, keandalan pe keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundangundangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun 2004 menyatakan Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden

8 19 selaku Kepala mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. 3. Sumber Daya Manusia Kompeten keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir, selanjutnya selambatnya-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, keuangan telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pusat kepada DPR dan oleh Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan keuangan tersebut memerlukan SDM menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, terutama dalam penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. pusat dan juga daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan, termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM terkait dengan akuntansi pemerintahan, di samping itu peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM kompeten di bidang akuntansi pemerintahan. (Solehudi, 2012 melalui

9 Daerah Pengertian Daerah keuangan suatu bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi dimiliki oleh suatu entitas. keuangan diterbitkan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi berlaku agar keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan keuangan periode atau dibandingkan dengan keuangan entitas jelas (Fauzia, 2014). Menurut Peraturan No. 71 Tahun 2010, pengertian keuangan sebagai berikut: keuangan merupakan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi oleh suatu entitas pe Entitas pe unit pemerintahan terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan pertanggungjawaban, berupa keuangan bertujuan umum, terdiri dari: 1. pusat; 2. daerah; 3. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

10 21 4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan keuangan Tujuan Daerah Tujuan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2004), yaitu: a. Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship) keuangan digunakan dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada pengguna keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain telah ditetapkan. b. Akuntanbilitas dan Pe Retrospektif (Accountability and Retrospective Reporting) keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan telah ditetapkan, serta membandingkannya dengan kinerja organisasi lain sejenis jika ada. keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa diterima, dan memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya organisasi.

11 22 c. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information) keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa akan datang. keuangan digunakan untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana. d. Kelangsungan Organisasi (Viability) keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan dalam menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa akan datang, atau tidak dapat meneruskannya. e. Hubungan Masyarakat (Public Relation) keuangan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi telah dicapai kepada pemakai dipengaruhi, karyawan, dan masyarakat, selain itu keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak berkepentingan. f. Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures) keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

12 23 Menurut Peraturan No. 71 Tahun 2010 tentang menyatakan bahwa: Tujuan umum keuangan menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pe bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya Karakteristik Kualitatif Daerah keuangan perlu berupaya untuk membentuk dirinya agar lebih bermanfaat dan berdaya guna, agar dapat memenuhi keinginan dari para pemakai keuangan. Kriteria persyaratan keuangan dianggap dapat memenuhi keinginan tersebut, yaitu keinginan para pemakai keuangan (Harahap, 2008). Karakteristik kualitatif keuangan menurut Peraturan No. 71 Tahun 2010 tentang (SAP) sebagai berikut: Karakteristik kualitatif keuangan ukuran-ukuran normatif perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif diperlukan agar keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas dikehendaki: 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami

13 24 Penjelasan mengenai karakteristik kualitatif keuangan pemerintah daerah menurut PP No. 71 Tahun 2010 sebagai berikut: 1. Relevan keuangan dapat dikatakan relevan, apabila informasi tertera didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna keuangan dan membantu pengguna keuangan tersebut untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu ataupun masa kini, serta memprediksi masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Ciri-ciri dari infromasi relevan : a. Memiliki umpan balik (feedback value) Informasi dari keuangan tersebut memungkinkan pengguna untuk mengoreksi atau menegaskan ekspektasi para pengguna keuangan di masa lalu. b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dihasilkan dari keuangan, dapat membantu untuk memprediksi masa akan datang, berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian di masa kini. c. Tepat waktu Informasi pada keuangan disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

14 25 d. Lengkap Informasi disajikan dalam keuangan, disajikan selengkaplengkapnya yaitu mencakup semua informasi akuntansi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. 2. Andal Informasi didalam keuangan harus bebas dari pengertian menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta terjadi secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi dihasilkan oleh suatu keuangan mungkin relevan, tetapi apabila penyajiannya tidak dapat diandalkan maka dapat dikatakan bahwa keuangan dihasilkan tidak memiliki kualitas baik, atau dalam arti lainya informasi tertera dalam keuangan tersebut menyesatkan. Karakteristik dari informasi andal : a. Penyajian jujur Informasi digambarkan dengan jujur, transaksi serta peristiwa lainnya seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. b. Dapat diverifikasi Informasi disajikan dalam keuangan harus dapat diuji, dan apabila pengujian lebih dari sekali oleh pihak berbeda, harus menghasilkan kesimpulan tidak berbeda jauh.

15 26 c. Netral Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 3. Dapat dibandingkan Informasi dimuat dalam keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan keuangan periode (perbandingan internal) atau dibandingkan dengan keuangan entitas pe lain (perbandingan eksternal). 4. Dapat dipahami Informasi tertera dalam keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pe, serta adanya kemauan guna mempelajari informasi dimaksud Komponen Menurut PP No.71 Tahun 2010 Komponen keuangan menurut PP No.71 Tahun 2010 memiliki perbedaan dengan PP No.24 Tahun Berikut ini merupakan perbedaan antara PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No.71 Tahun 2010:

16 27 Tabel 2.1 Perbedaan Komponen Menurut PP No.24/2005 dengan PP No.71/2010 PP No.24 Tahun 2005 PP No.71 Tahun 2010 Komponen Pokok: 1. Neraca 2. Realisasi Anggaran 3. Arus Kas 4. Catatan Atas Komponen Pokok: A. Anggaran: 1. Realisasi Anggaran 2. Perubahan Saldo Anggaran Lebih bersifat optional: 3. Kinerja 4. Perubahan Ekuitas Sumber: PP No.71 Tahun 2010 B. Finansial 1. Neraca 2. Operasional 3. Arus Kas 4. Perubahan Ekuitas 5. Catatan Atas Berdasarkan Permendagri 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Berbasis Akrual, dihasilkan dalam SAP Berbasis Akrual Realisasi Anggaran, Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Operasional, Arus Kas, Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas. Ketujuh keuangan tersebut sesuai dengan komponen keuangan menurut PP No. 71 Tahun Berikut merupakan penjelasan mengenai komponen Menurut PP No.71 Tahun 2010 seperti tertera pada Tabel 2.1: A. Anggaran 1. Realisasi Anggaran (LRA). PP No 71. Tahun 2010 menetapkan basis pencatatan digunakan akrual, namun dalam penyusunan LRA tetap disajikan dengan menggunakan basis kas.

17 28 2. Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LSAL). Dalam PSAP Basis Akrual (BA) 01 paragraf 41 dijelaskan bahwa LSAL lebih menyajikan secara komparatif dengan periode untuk pospos berikut: a. Saldo anggaran lebih awal b. Penggunaan saldo anggaran lebih c. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun e. Lain-lain f. Saldo anggaran lebih akhir. B. Finansial 1. Neraca. Neraca merupakan komponen keuangan menggambarkan posisi keuangan entitas pe mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. 2. Operasional (LO). LO merupakan salah satu harus disusun oleh pemerintah daerah setelah dikeluarkan PP No.71 Tahun Manfaat disusunnya LO ialah tersedianya informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pe dan penyajianya disandingkan dengan periode. 3. Arus Kas (LAK). LAK merupakan bagian dari finansial menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

18 29 4. Perubahan Ekuitas (LPE). LPE menyajikan sekurangkurangnya pos-pos: a. Ekuitas awal b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan c. Koreksi-koreksi langsung menambah/mengurangi ekuitas d. Ekuitas akhir 5. Catatan Atas (CALK). PSAP BA 01 tentang penyajian keuangan paragraf 83 menjelaskan bahwa CALK meliputi penjelasan naratif/rincian dari angka tertera dalam LRA, LSAL, LO, LPE, neraca, dan LAK. Selain itu, CALK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi dipergunakan. CALK mengungkapkan/ menyajikan/ menyediakan hal-hal sebagai berikut: a. Mengungkapkan informasi umum mengenai entitas pe dan entitas akuntansi b. Menyediakan informasi mengenai kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro c. Menyediakan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pe berikut kendala dan hambatan dihadapi dalam pencapaian target d. Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya

19 30 e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos disajikan pada lembar muka keuangan f. Mengungkapkan informasi diharuskan oleh PSAP belum disajikan dalam lembar muka keuangan g. Menyediakan informasi lainnya diperlukan untuk penyajian wajar, tidak disajikan dalam lembar muka keuangan 2.2 Penelitian Terdahulu Pada tabel 2.1 merupakan beberapa ringkasan mengenai terdahulu berkaitan dengan oleh penulis, dengan judul Pengaruh Penerapan Berbasis Akrual Daerah No Peneliti Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu Judul Hasil Persamaan Perbedaan Penelitian 1. Purwaniati Nugrahaeni, Imam Subaweh (Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1 Vol 13, April 2008) Pengaruh Penerapan pada Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional Hasil nya menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan SAP di Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional. Variabel independen (X) Yang membedakan sedang dengan variabel dependen (Y) pada sedang oleh penulis

20 31 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 2. Nur Aita Solihat Fatmawati (2009) 3. Arif Ardi Kusumah (Jurnal, Pengaruh Penerapan Daerah pada Bagian Kota Bandung Pengaruh Penerapan Hasil nya menunjukan bahwa terdapat hubungan cukup kuat dan positif antara dan Daerah. Hubungan cukup kuat ini menunjukan bahwa Penerapan dilaksanakan oleh Daerah menunjang kualitas informasi keuangan Daerah tersebut. Hasil nya menunjukan bahwa terdapat Variabel independen (X), variabel dependen (Y), lokasi, yaitu Kota Bandung Variabel independen (X) Daerah, Indikator digunakan dalam variabel x, serta lokasi. Yang membedakan sedang dengan Peraturan digunakan. Pada menggunaka n PP No. 24 Tahun 2005, oleh penulis menggunaka n PP No. 71 Tahun 2010, dan Indikator digunakan dalam variabel x. Yang membedakan sedang

21 32 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 2012) Terhadap Studi pada SKPD/OPD Kota Tasikmalaya 4. Erma Purwita (2013) 5. Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Pengaruh Keungan Daerah pada BPKAD Kabupaten Kuningan Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan SAP, dan Sistem pengaruh signifikan antara penerapan standar akuntansi pemerintahan kualitas keuangan Hasil nya menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan dengan kualitas keuangan, dan menunjukan hubungan sangat kuat serta positif antar variabel. Hal tersebut terjadi karena untuk mencapai tujuan pemerintahan daerah, yaitu peningkatan kualitas informasi keuangan pemerintah daerah dengan prinsip good governance untuk mengelola keuangan daerah. Hasil nya menunjukan bahwa: 1. Kompetensi SDM, variabel dependen (Y) Variabel independen (X), variabel dependen (Y) Daerah Variabel independen (X) dengan Indikator digunakan dalam variabel x, dan lokasi. Yang membedakan sedang dengan Indikator digunakan dalam variabel x, dan lokasi. Yang membedakan sedang dengan

22 33 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan dan Ni Kadek Sinarwati (Jurnal, Vol 2 No. 1 Tahun 2014) Daerah berpengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan daerah, 2. Penerapan SAP berpengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan daerah, 3. Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan daerah, 4. Kompetensi SDM, penerapan SAP, dan sistem akuntansi keuangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan kualitas keuangan daerah., variabel dependen (Y) Daerah, didalam terdapat Variabel X lainnya yaitu Kompetensi SDM dan Sistem, serta indikator digunakan dalam variabel X.

23 34 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 6. Ni Luh Nyoman Ari Udiyanti, Anantawikr ama Tungga Atmadja, Nyoman Ari Surya Darmawan. (Jurnal Vol 2 No. 1 Tahun 2014) Pengaruh Penerapan, Sistem Pengendalian Intern, dan Kompetensi Staf Daerah pada SKPD Kabupaten Buleleng Hasil nya menunjukan bahwa: 1. SAP memiliki pengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan 2. SPI memiliki pengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan 3. Kompetensi staf akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan 4. SAP, SPI, dan kompetensi staf akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan kualitas keuangan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat penerapan SAP, SPI, dan kompetensi Variabel independen (X), variabel dependen (Y) Daerah. Yang membedakan sedang dengan Variabel independen lainnya yaitu Sistem Pengendalian Intern (X2) dan Kompetensi Staf (X3) pada

24 35 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 7. Lulu Pangesti (2014) Pengaruh Penerapan Daerah dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia sebagai Variabel Moderating pada Kota Bandung staf akuntansi maka akan semkain tinggi kualitas keuangan pemerintah daerah. Hasil nya menunjukan bahwa: 1. Penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh secara signifikan kualitas keuangan, 2. Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh secara signifikan kualitas keuangan, 3. Variabel moderasi interaksi berpengaruh secara signifikan variabel kualitas keuangan atau dengan kata lain variabel kompetensi Variabel independen (X), variabel dependen (Y) Daerah, dan lokasi yaitu Kota Bandung Yang membedakan sedang dengan didalam terdapat Variabel moderating yaitu Kompetensi Sumber Daya Manusia, serta Indikator digunakan dalam variabel x.

25 36 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 8. Sony Pradipta (2015) Pengaruh Penerapan dan Kompetensi Staf Daerah pada Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Provinsi Jawa Barat sumber daya manusia dapat memoderasi yaitu memperkuat hubungan variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan variabel kualitas keuangan. Hasil nya menunjukan bahwa dan Kompetensi Staf memiliki pengaruh signifikan dengan Daerah, dan menunjukan hubungan sangat kuat. Hal tersebut berarti bahwa jika telah diterapkan dengan baik dan staf akuntansi memiliki kopetensi baik, maka akan meningkatkan Variabel independen (X), variabel dependen (Y) Daerah, dan lokasi yaitu Kota Bandung. Yang membedakan sedang dengan didalam terdapat Variabel X2 yaitu Kompetensi Staf, Indikator digunakan dalam variabel x dan lokasi yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Provinsi

26 37 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Daerah. Jawa Barat 9. Verra Aprillia Nurussalam (2015) 10. Yoana rahayu Pratiwi, Nurhayati, Nunung Nurhayati (Jurnal, 2015) Pengaruh Penerapan Good Governance dan Daerah Studi survei pada Daerah Kabupaten Bandung arat, Daerah Kota Bandung, dan Daerah Provinsi Jawa Barat Pengaruh Penerapan pada Biro Sekertariat Daerah Provinsi Jawa Barat Hasil nya menunjukan bahwa penerapan good governance dan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh kualitas keuangan pemerintah daerah. Hasil nya menunjukan bahwa: 1. Penerapan SAP pada biro keuangan sekertariat daerah provinsi Jawa Barat secara umum sudah sangat baik. 2. Biro keuangan sekertariat daerah Variabel independen (X) Variabel dependen (Y) Daerah Variabel independen (X), variabel dependen (Y) Daerah. Yang membedakan sedang dengan terdapat variabel independen Good Governance pada, indikator digunakan dalam variabel Akunatansi Pemerinahan, dan lokasi. Yang membedakan sedang dengan PP digunakan dalam PP No. 24 Tahun

27 38 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan pemerintahan provinsi jawa barat memiliki keuangan sangat berkualitas 3. Penerapan SAP memiliki pengaruh sangat kuar dengan keuangan. Semakin baik penerapan SAP, maka kualitas keuangan semakin meningkat. 2005, sedangkan PP digunakan dalam akan PP No. 71 Tahun Kerangka Pemikiran Hubungan Berbasis Akrual dengan Daerah Menurut PP No. 71 Tahun 2010 dimaksud dengan yaitu prinsip-prinsip akuntansi diterapkan dalam menyusun dan menyajikan keuangan, maka dengan kata lain merupakan suatu syarat mempunyai kekuatan hukum didalam upaya untuk meningkatkan kualitas keuangan. Berdasarkan Permendagri 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Berbasis Akrual, dihasilkan dalam SAP Berbasis Akrual Realisasi Anggaran, Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,

28 39 Operasional, Arus Kas, Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas. Ketujuh keuangan tersebut sesuai dengan komponen keuangan menurut PP No. 71, dimana ketujuh keuangan tersebut dapat meningkatkan kualitas keuangan karena memenuhi karakteristik kualitatif keuangan. Noerdiawan (2009) mengatakan bahwa diterapkan di lingkup pemerintahan baik di pemerintah pusat dan departemendepartemennya, ataupun pemerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan diyakini akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas keuangan di pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh peneliti-peneliti, yaitu, Purwaniati Nugrahaeni dan Imam Subaweh (2008); Arif Ardi Kusumah (2012); Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati (2014); Ni Luh Nyoman Ari Udiyanti, Anantawikrama Tungga Atmadja, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014), dan Yoana Rahayu Pratiwi, Nurhayati, Nunung Nurhayati (2015). Hasil telah oleh peneliti mengatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan Daerah. Semakin baik penerapan, maka kualitas keuangan akan semakin meningkat.

29 40 Berdasarkan landasan teori, dan terdahulu maka kerangka pemikiran teoritis dapat penulis sampaikan pada gambar 2.1: Purwaniati Nugrahaeni dan Imam Subaweh (2008); Arif Kusumah (2012); Kadek Desiana Wati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati (2014); Ni Luh Nyoman Ari Udiyanti, Anantawikrama Tungga Atmadja, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014), dan Yoana Rahayu Pratiwi, Nurhayati, Nunung Nurhayati (2015) PP No. 71 Tahun 2010; Noerdiawan (2009) Berbasis Akrual (Peraturan No. 71 Tahun 2010) Daerah PP No. 71 Tahun 2010 Permendagri No. 64 Tahun 2013 Peraturan No. 71 Tahun 2010 Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Berikut ini gambar model hubungan Penerapan Berbasis Akrual Daerah: Berbasis Akrual (Peraturan No. 71 Tahun 2010) Daerah Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

30 Hipotesis Penelitian Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan diperkirakan secara logis diantara satu atau lebih variabel diungkapkan dalam bentuk pernyataan dapat diuji (Sekaran, 2011). Berdasarkan rumusan telah dikemukakan, maka hipotesis sementara diajukan dalam ini : Ho: Penerapan Berbasis Akrual tidak berpengaruh Daerah Ha: Penerapan Berbasis Akrual berpengaruh Daerah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sulistyo (2016) mengenai Evaluasi Implementasi Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban kegiatan Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari

Lebih terperinci

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB BAB 1 P E N D A H U L U A N Latar Belakang Maksud dan Tujuan Dasar Penyusunan Metode Penyusunan PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dihadapkan pada suatu keadaan dimana pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi 2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI A. TUJUAN Kebijakan Akuntansi merupakan pedoman penyusunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruksi, Variabel penelitian 2.1.1 Akuntabilitas Pemberlakuan undang-undang otonomi daerah harus dapat meningkatkan daya inovatif dari pemerintah daerah untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), dinyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi sektor publik, secara kelembagaan domain publiknya antara lain meliputi badan Pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG Sumber gambar span.depkeu.go.id I. PENDAHULUAN Reformasi keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket

Lebih terperinci

AKUNTANSI PEMERINTAH SEBAGAI SUATU SUMBER INFORMASI KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI

AKUNTANSI PEMERINTAH SEBAGAI SUATU SUMBER INFORMASI KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI AKUNTANSI PEMERINTAH SEBAGAI SUATU SUMBER INFORMASI KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI Andry Kurniawan Mulyono 1), Puput Waryanto 2), Rudy Antoni Panjaitan 3), Stephanus Manovan Setyanta

Lebih terperinci

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara,

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sektor Publik 2.1.1.1. Definisi Organisasi Sektor Publik Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kompetensi Menurut Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kompetensi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kompetensi Menurut Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kompetensi : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Kompetensi Menurut Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kompetensi : Kompetensi merupakan sebuah karakteristik dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN A. KERANGKA DASAR 1. Tujuan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta menarik kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta menarik kesimpulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.1.1 Kompetensi Kompetensi merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta menarik

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2014:3) adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2014:3) adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pengertian Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2014:3) adalah: Sistem akuntansi adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) JUNI 2017 PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Jl. Jendral Sudirman No. 5 Serang-Banten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Kapabilitas Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang... LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 46 TAHUN 20097 TAHUN 2007 TANGGAL : 11 NOVEMBER 20094 SEPTEMBER 2007 TENTANG : KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO. KERANGKA KONSEPTUAL A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Sesi 1 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. Arah dan cakupan Anggaran Sektor Publik Learning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggungjawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Laporan Pemerintah Daerah meliputi: Laporan Pemerintah Daerah menurut PP No. 71 Tahun 2010 1. Laporan pelaksanaan anggaran yang terdiri dari: a. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti ingin memilki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata kelola tersebut perlunya sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manfaat Judul pada penelitian menekankan pada manfaat, maksudnya adalah bagaimana variabel independen yaitu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dapat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO Mahasiswa Jurusan : Abdul Mukhlis Akuba : Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah. Pemerintah Indonesia telah menggulirkan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Dalam rangka otonomi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Laporan keuangan merupakan catatan informasi suatu entitas yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH I. KEBIJAKAN UMUM 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran paradigma terhadap pemerintahan saat ini, mendorong kita mewujudkan suatu sistem tata kepemerintahan yang baik (good governance), dengan jalan mewujudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH.  1 TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH http://www.ksap.org/ 1 I. PENDAHULUAN Berdasarkan undang-undang pemerintah daerah wajib menyusun Laporan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak hanya dibidang Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi ini dimulai

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Stewardship Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintah 2.1.1.1 Pengertian Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk penyempurnaan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI Komponen utama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS 1.1 TINJAUAN TEORETIS 1.1.1 Teori Entitas Menurut Paton (dalam Suwardjono, 2005) dalam teorinya, bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. proses pengumpulan, pengelolaan dan pengkomunikasian informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. proses pengumpulan, pengelolaan dan pengkomunikasian informasi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengelolaan dan pengkomunikasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pemerintah melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan infrastruktur sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangannya sendiri,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan BAB II Tinjauan Teori dan Studi Pustaka A. Reviu Penelitian Terdahulu Permana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA of PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal ayat () Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual 2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas. Akuntansi berbasis kas menurut Bastian (2001) adalah mengakui dan mencatat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi

Lebih terperinci

BAB II. TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II. TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II. TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak lepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh orang lain yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 menyatakan bahwa, SAP berbasis akrual adalah SAP yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Pengertian Kompetensi Menurut Spencer and Spencer yang dikutip Moeheriono (2014), mengartikan:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi di Indonesia, khususnya sektor publik berjalan sangat lambat. Sampai dengan tahun 2004 Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan single-entry.

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) merupakan suatu instrumen untuk mengoperasionalkan prinsi-prinsip akuntansi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan pencatatan tunggal (single entry), dengan menggunakan Cash basis. Sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good

Lebih terperinci