PENJELASAN TENTANG PENELITIAN. Pengaruh Family Psychoeducation Therapy terhadap Beban dan Kemampuan Keluarga
|
|
- Ivan Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran 1 PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Family Psychoeducation Therapy terhadap Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kabupaten Bireuen NAD Peneliti : Hasmila Sari No Telpon : Saya Hasmila Sari (Mahasiswa Program Magister Keperawatan Spesialis Keperawatan Jiwa Universitas Indonesia) bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Family Psychoeducation Therapy terhadap Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kabupaten Bireuen NAD. Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai masukan untuk program pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara : 1) Menjaga kerahasiaan data yang diperoleh,baik dalam proses pengumpulan data, pengolahan data, maupun penyajian hasil penelitian nantinya. 2) Menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Melalui penjelasan singkat ini, peneliti mengharapkan responden saudara. Terimakasih atas kesediaan dan partisipasinya.
2 Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini, saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jiwa di komunitas. Persetujuan yang saya tanda tangani menyatakan bahwa saya berpartisipasi dalam penelitian ini. Bireuen, Responden,... Nama Jelas
3 Lampiran 3 KUESIONER A Petunjuk Pengisian : 1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut ini! 2. Isilah jawaban pada tempat yang tersedia 3. Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup dijawab dengan memberikan tanda ( ) pada tempat yang tersedia Nomor responden :...(diisi peneliti) Tanggal :... Alamat :... A. DATA DIRI RESPONDEN 1. Usia :... tahun 2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Agama : ( ) Islam ( ) Hindu ( ) Kristen ( ) Budha 4. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA ( ) SD ( ) PT ( ) SMP 5. Pekerjaan : ( ) Tidak bekerja ( ) TNI/Polri ( ) Pegawai Negeri ( )... ( ) Swasta 6. Pendapatan per bulan : Rp Hubungan dengan klien : ( ) Orang tua ( ) Suami/istri ( ) Anak ( )... ( ) Saudara kandung
4 B. DATA DIRI KLIEN 1. Usia :... tahun 2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Lama menderita sakit :... tahun 4. Rutinitas berobat : ( ) Rutin ( ) Tidak rutin 5. Jumlah kekambuhan :... kali 6. Apakah klien pernah dipasung : ( ) Ya ( ) Tidak 7. Jika ya, sudah berapa lama dipasung :... bulan/tahun 8. Jika sudah dilepas, dengan alasan : ( ) Sudah sembuh ( ) Sudah mandiri ( ) Sudah ada perawat CMHN ( ) Keluarga sudah bisa merawat ( ) Lain-lain, sebutkan...
5 Lampiran 4 KUESIONER B BEBAN KELUARGA Petunjuk Pengisian : 1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda check list ( ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda : TAK = Tidak Ada Kesulitan, R = Tingkat Kesulitan Ringan, S = Tingkat Kesulitan Sedang, dan B = Tingkat Kesulitan Berat. 2. Setiap soal hanya berisi satu jawaban No Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar tingkat kesulitan yang anda rasakan dalam melakukan kegiatan berikut ini sehubungan dengan adanya anggota keluarga yang sakit : Pemahaman dan Komunikasi 1 Berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu selama 10 menit TAK R S B 2 Mengingat hal-hal yang penting 3 Menemukan jalan keluar untuk masalah sehari-hari 4 Mampu memulai dan menyelesaikan pembicaraan dengan orang lain Aktivitas Fisik 5 Berdiri untuk waktu yang lama (sekitar 30 menit) 6 Berjalan-jalan di sekitar rumah 7 Keluar rumah 8 Berjalan jauh (sekitar 1 km) Perawatan Diri 9 Mandi 10 Berpakaian 11 Makan Bergaul dengan Orang lain 12 Berhubungan dengan orang yang tidak dikenal 13 Menjalin persahabatan 14 Bergaul dengan orang terdekat 15 Aktivitas seksual
6 Aktivitas Sehari-hari 16 Bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga 17 Melakukan tugas rumah tangga dengan baik 18 Mengerjakan tugas rumah yang diinginkan 19 Melakukan pekerjaan dengan baik 20 Menyelesaikan pekerjaan sesegera mungkin Kegiatan Sosial 21 Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat (pengajian, kenduri, gotong royong) 22 Merasa percaya diri dalam bergaul dengan masyarakat 23 Mengatur sumber keuangan keluarga 24 Menyediakan waktu untuk berhubungan dengan tetangga 25 Menyediakan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang disukai
7 Lampiran 5 KUESIONER C KEMAMPUAN KELUARGA Petunjuk Pengisian : 1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda : STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, S= Setuju, dan SS = Sangat Setuju 2. Setiap soal hanya berisi satu jawaban a. KEMAMPUAN KOGNITIF No Pernyataan STS TS S SS 1 Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera 2 Ciri-ciri sehat jiwa adalah bersikap positif terhadap diri sendiri dan mampu menghadapi stress yang terjadi sepanjang hidup 3 Gangguan jiwa adalah perubahan fungsi fisik dan jiwa yang menyebabkan gangguan sehingga menimbulkan hambatan dalam melaksanakan peran sosial 4 Penyebab gangguan jiwa adalah pola asuh yang salah dalam keluarga 5 Tanda-tanda orang yang menarik diri adalah tidak mau bergaul dengan orang lain 6 Tanda-tanda orang yang kurang perawatan diri adalah menolak untuk mandi 7 Gejala orang yang mengalami gangguan jiwa adalah marah-marah tanpa ada penyebab 8 Gejala orang yang mengalami gangguan jiwa adalah sering mendengar suara-suara 9 Keluarga mengalami sulit tidur bila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 10 Cara merawat anggota keluarga yang senang menyendiri adalah tidak mengganggu anggota keluarga di kamar 11 Cara merawat anggota keluarga yang sering bicara sendiri adalah sering menyapa anggota keluarga
8 12 Cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa adalah sering dilibatkan dalam aktifitas di rumah 13 Cara merawat anggota keluarga yang sering merasa minder adalah memberikan pujian setelah melakukan suatu kegiatan 14 Cara merawat anggota keluarga yang tidak mau mandi adalah dengan memandikan 15 Keluarga harus memberikan obat kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sesuai dengan waktu pemberian 16 Keluarga harus memberikan obat kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sesuai dengan dosis obat 17 Anggota keluarga dengan gangguan jiwa mampu melakukan kegiatan rutin sehari-hari 18 Anggota keluarga dengan gangguan jiwa mampu bergaul dengan orang lain 19 Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan 20 Jika anggota keluarga dengan gangguan jiwa mengalami kekambuhan harus segera dibawa ke Puskesmas
9 Lampiran 6 b. KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK Petunjuk Pengisian : 1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda : TP = Tidak Pernah, KK = Kadang-kadang, SR = Sering, dan SL = Selalu. 2. Setiap soal hanya berisi satu jawaban No Kegiatan yang saya lakukan pada anggota keluarga saya yang mengalami gangguan jiwa : TP KK SR SL 1 Saya mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ngobrol dengan saya 2 Saya mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ngobrol dengan anggota keluarga yang lain 3 Saya mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ngobrol dengan orang lain 4 Saya mengingatkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa tentang jadwal kontrol ke Puskesmas 5 Saya melibatkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam kegiatan keluarga 6 Saya mengajarkan cara mandi pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 7 Saya mengajarkan cara berpakaian pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 8 Saya mengajarkan cara menyisir rambut pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 9 Saya mengajarkan cara menggosok gigi pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 10 Saya mengajarkan cara menyiapkan makan sebelum makan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 11 Saya mengajarkan cara mencuci piring setelah makan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 12 Saya melibatkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk merapikan rumah
10 13 Saya melibatkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk berbelanja ke warung 14 Saya membiarkan saja jika anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa menyendiri di kamar 15 Saya membiarkan saja jika anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa tidak mau mengerjakan pekerjaan sehari-hari di rumah 16 Saya mengajarkan anggota keluarga dengan gangguan jiwa untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari 17 Saya memberikan pujian bila anggota keluarga dengan gangguan jiwa melakukan sesuatu yang baik 18 Saya melakukan pekerjaan yang saya senangi untuk mengatasi stress dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 19 Saya melakukan tarik nafas dalam untuk mengatasi stress dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 20 Saya berbicara dengan orang lain untuk mengatasi stress dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
11 Lampiran 7 KISI-KISI SOAL BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA Beban Keluarga Materi Jumlah soal No Soal 1. Pemahaman dan Komunikasi 2. Aktivitas Fisik 3. Perawatan Diri 4. Bergaul dengan Orang Lain 5. Aktivitas Sehari-hari 6. Kegiatan Sosial Kemampuan Kognitif 1. Pengertian kesehatan jiwa 2. Ciri Sehat jiwa 3. Pengertian gangguan jiwa 4. Penyebab gangguan jiwa 5. Tanda-tanda gangguan jiwa 6. Dampak gangguan jiwa bagi keluarga 7. Cara merawat klien gangguan jiwa ,2,3,4 5,6,7,8 9,10,11 12,13,14,15 16,17,18,19,20 21,22,23,24, ,6,7,8 9 10,11,12,13,14,15, 16,17,18,19,20 Kemampuan psikomotor 1. Berinteraksi 2. Merawat kebersihan diri 3. Membantu pasien melakukan aktifitas 4. Memberikan pujian 5. Mengatasi stress dalam keluarga ,2,3,4,5 6,7,8,9 10,11,12,13,14,15, ,19,20
12 Lampiran 8 c. PEDOMAN OBSERVASI KEMAMPUAN PSIKOMOTOR KEGIATAN YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN Petunjuk Pengisian : 1. Penilaian berdasarkan prilaku yang ditampilkan oleh klien pada saat diobservasi. 2. Berilah tanda cheklist ( ) pada bagian tindakan/prilaku yang dilakukan oleh keluarga : Dilakukan (Ya) dan tidak dilakukan (Tidak). Keluarga : Tanggal : No Tindakan yang dilakukan oleh keluarga Ya Tidak 1 Mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk ngobrol dengan anggota keluarga yang lain 2 Mengajarkan cara mandi kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 3 Mengajarkan cara berpakaian kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 4 Mengajarkan cara menggosok gigi kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 5 Mengajarkan cara menyisir rambut kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 6 Mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa makan bersama 7 Mengajarkan cara mencuci piring kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 8 Mengajak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa membersihkan rumah bersamasama 9 Memberikan pujian bila anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa melakukan sesuatu yang baik 10 Mengingatkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk minum obat
13 Lampiran 10 PANDUAN WAWANCARA PELAYANAN CMHN Pertanyaan : 1. Selama ini sudah berapa kali perawat CMHN berkunjung ke rumah dalam 1 minggu :... kali 2. Selama ini sudah berapa kali Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) berkunjung ke rumah dalam 1 minggu :... kali 3. Selama ini sudah berapa kali perawat CMHN melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa di masyarakat :... kali 4. Apakah perawat CMHN mendiskusikan tentang masalah yang terjadi bersama keluarga? 5. Selama ini sudah berapa kali klien dibawa ke Puskesmas atau RS :... kali 6. Pada saat Bapak/Ibu membawa klien kontrol ke Puskesmas, apa yang Bapak?Ibu dapatkan : Apakah klien mendapatkan obat secara teratur waktu kontrol di Puskesmas? 8. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan penjelasan di Puskesmas tentang penyakit yang dialami klien? 9. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan penjelasan di Puskesmas tentang pentingnya minum obat secara teratur? 10. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan penjelasan di Puskesmas tentang akibat tidak minum obat?
14 Lampiran 11 MODUL PANDUAN FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY (TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA) Oleh : Hasmila Sari, S.Kep, Ns Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc Novi Helena CD, S.Kp, M.Sc Herni Susanti, S.Kp, M.N PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2009
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu merupakan bagian terkecil dari keluarga, kesehatan individu akan mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. Apabila ada salah satu individu dalam anggota keluarga yang sakit akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Kesehatan individu sendiri terdiri dari kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa sendiri adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Ini berarti kesehatan jiwa tidak hanya dapat dilihat dari satu unsur, tetapi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik secara emosi, psikologis maupun sosial. Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam meningkatkan kesehatan mental, karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarganya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal baik secara fisik maupun mental. Keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Pada keluarga tidak dapat dipisahkan oleh apapun karena dalam suatu keluarga ada suatu ikatan emosional yang tidak dapat diputuskan oleh seorangpun, walaupun terkadang secara fisik terpisah tetapi ikatan emosional tidak dapat dihilangkan. Kesehatan keluarga terdiri dari kesehatan fisik dan mental yang saling ketergantungan. Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. Kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental, begitu pula sebaliknya. Kesehatan mental keluarga, merupakan sebuah interaksi. Kesehatan keluarga menunjukkan kepada keadaan dimana terjadi proses internal atau dinamika, seperti hubungan interpersonal keluarga. Fokusnya terletak pada hubungan antara keluarga dan subsistem-subsistemnya, seperti subsistem orang tua atau keluarga dan para anggotanya (Friedman, 1998). 1
16 Masalah kesehatan mental pada awalnya kurang mendapat perhatian oleh karena tidak langsung terkait sebagai penyebab kematian. Perhatian terhadap masalah kesehatan mental meningkat setelah World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 melakukan penelitian tentang beban yang ditimbulkan akibat penyakit dengan mengukur banyaknya tahun suatu penyakit dapat menimbulkan ketidakmampuan penyesuaian diri hidup penderita (Disability Adjusted Life Years/DALYs). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata gangguan mental mengakibatkan beban cukup besar yaitu 8,1 persen dari global burden of disease (GDB) melebihi beban yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis dan kanker. Dari 8,1 persen GDB yang ditimbulkan oleh gangguan neuropsikiatris, gangguan depresi memberikan beban terbesar yaitu 17,3 persen, sedangkan gangguan psikosis memberikan beban 6,8 persen (Hartanto, 2003). Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita tidak dapat lagi produktif. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007). Gangguan jiwa ringan dan berat sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan produktivitas individual/keluarga karena akibat yang ditimbulkan menetap seumur hidup, bersifat kronik dengan tingkat kekambuhan yang dapat terjadi setiap saat sehingga pada akhirnya menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Sejalan dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah bagi penderita maupun keluarga yang harus merawat serta tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung keluarga maupun masyarakat. Penyelesaian masalah saat merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga. Menurut Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposing factor (faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, sistem nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi), enabling factor (faktor pemungkin 2
17 yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan) dan reenforcing factor (faktor penguat yang meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan pemerintah). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus diketahui dan dimiliki oleh keluarga sehingga dapat memberikan asuhan yang berkualitas kepada klien. Bekerjasama dengan anggota keluarga merupakan bagian penting dari proses perawatan klien gangguan jiwa (Stuart & Laraia, 2005). Kondisi di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan negara maju, karena dukungan keluarga (primary support groups) yang diperlukan dalam penggobatan gangguan jiwa berat lebih baik dibandingkan di negara maju. Stigma terhadap gangguan jiwa berat ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi negatif terhadap penderitanya tetapi juga bagi anggota keluarga, meliputi sikap-sikap penolakan, penyangkalan, disisihkan, dan diisolasi. Klien gangguan jiwa mempunyai risiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi manusia (Djatmiko, 2007). Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa. Padahal dengan cara itu, secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita, hingga menambah beban mental dan penderitaannya. Pemasungan klien gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap klien gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai, kakinya dimasukkan ke dalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005). Tindakan yang kejam dan tidak berperikemanusiaan ini sangat bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia bahkan untuk seorang klien gangguan jiwa yang notabene juga seorang manusia dengan segala hak dasar yang dimilikinya. 3
18 Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi di masyarakat perlu adanya kesadaran dari keluarga yang dapat diintervensi dengan melakukan terapi keluarga. Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi keluarga. Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota keluarga. Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan, sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya. Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang rendah sehingga dapat meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit dan mengajarkan keluarga tentang upaya membantu mereka melindungi keluarganya dengan mengetahui gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga (Stuart & Laraia, 2005). B. Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat mampu: 1. Melakukan psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota yang mengalami tindakan pemasungan 2. Melakukan evaluasi psikoedukasi keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota yang mengalami tindakan pemasungan 3. Melakukan pendokumentasian 4
19 BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN PSIKOEDUKASI KELUARGA (FAMILY PSYCHOEDUCATION) PADA KELUARGA DENGAN PASUNG A. Pengertian Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005 ). Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada penemuan klinik terhadap pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga keperawatan jiwa profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk anggota keluarga yang mengalami gangguan. Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada klien dengan schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya (Anderson, 1983 dalam Levine, 2002). Sedangkan menurut Carson (2000), psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala-gejala perilaku. Jadi pada prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan utama psikoedukasi keluarga adalah untuk berbagi informasi tentang perawatan kesehatan jiwa (Varcarolis, 2006). Sedangkan menurut Levine (2002), tujuan psikoedukasi keluarga adalah untuk mencegah kekambuhan klien gangguan jiwa, dan untuk mempermudah kembalinya klien ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi klien gangguan jiwa. Tujuan lain dari program ini adalah untuk memberi dukungan 5
20 terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk waktu yang lama. 2. Tujuan Khusus a) Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan pengobatan b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya menurunkan angka kekambuhan c) Mengurangi beban keluarga d) Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan keluarga e) Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain C. Indikasi Psioedukasi Keluarga Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek psikososial dan gangguan jiwa. Menurut Carson (2000), situasi yang tepat dari penerapan psikoedukasi keluarga adalah: 1. Informasi dan latihan tentang area khusus kehidupan keluarga, seperti latihan keterampilan komunikasi atau latihan menjadi orang tua yang efektif. 2. Informasi dan dukungan terhadap kelompok keluarga khusus stress dan krisis, seperti pada kelompok pendukung keluarga dengan penyakit Alzheimer 3. Pencegahan dan peningkatan seperti konseling pranikah untuk keluarga sebelum terjadinya krisis Terapi ini juga dapat diberikan kepada keluarga yang membutuhkan pembelajaran tentang mental, keluarga yang mempunyai anggota yang sakit mental/ mengalami masalah kesehatan dan keluarga yang ingin mempertahankan kesehatan mentalnya dengan training/ latihan ketrampilan. D. Diagnosa Keperawatan Yang Terkait Program terapi psikoedukasi keluarga (Family Psychoeducation) dirancang terutama untuk pendidikan dan pendukung dalam upaya preventif (pencegahan) timbulnya masalah kesehatan mental keluarga. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dimasukkan dalam family psychoeducation therapy adalah : proses perubahan keluarga dan koping keluarga tidak efektif. 6
21 E. Tempat Family psychoeduction dapat dilakukan di rumah sakit baik rumah sakit umum maupun rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan harus kondusif. Dapat juga dilakukan di rumah keluarga sendiri. Rumah dapat memberikan informasi kepada perawat tentang bagaimana gaya interaksi yang terjadi dalam keluarga, nilai nilai yang dianut dalam keluarga dan bagaimanan pemahaman keluarga tentang kesehatan. F. Kriteria Terapis 1. Minimal lulus S2 Keperawatan Jiwa 2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa G. Metode Terapi, Metode Family psychoeducation terapy dapat dilakukan dengan modifikasi beberapa metode antara lain dengan diskusi atau tanya jawab, dinamika kelompok atau demonstrasi tergantung kebutuhan terapi. H. Alat Terapi Alat terapi tergantung metode yang dipakai. Antara lain alat tulis dan kertas, leaflet, booklet, poster dan lain sebagainya. Namun alat yang paling utama adalah diri perawat sebagai terapis. Sebagai terapis, perawat harus bisa menjadi role model bagi keluarga. I. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan pada family psychoeducation therapy disesuaikan dengan tujuan setiap sesi. Hal yang diharapkan tersebut adalah: 1. Keluarga bersedia menyepakati kontrak, mengetahui tujuan, dapat mengungkapkan masalah pribadi dan masalah yang dirasakan dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung dan dapat menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program psikoedukasi keluarga. 2. Keluarga mengetahui informasi dan cara merawat gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga khususnya dengan pasung. 3. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen stres keluarga. 4. Keluarga mengetahui dan mampu melakukan manajemen beban keluarga. 5. Keluarga mampu mengatasi hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan dan tersedianya dukungan untuk pembentukan Self Help Group. 7
22 J. Proses Pelaksanaan Meski tidak ada satupun program bisa menjelaskan struktur umum yang dapat memodifikasi kebutuhan pertemuan individu keluarga, tetapi yang paling penting dari program Family Psyhcoeducation adalah bertemu keluarga berdasarkan pada kebutuhan, dan keluarga mendapat kesempatan untuk bertanya, bertukar pandangan dan bersosialisasi dengan anggota yang lain dan tenaga kesehatan jiwa profesional. Adapun proses kerja untuk melakukan psikoedukasi pada keluarga adalah : 1. Persiapan a) Identifikasi dan seleksi keluarga yang membutuhkan psikoedukasi sesuai indikasi dan kriteria yang telah ditetapkan b) Menjelaskan tujuan dilaksanakan psikoedukasi keluarga c) Membuat kontrak waktu, bahwa terapi akan dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan dan anggota keluarga yang mengikuti keseluruhan pertemuan adalah orang yang sama yang tinggal serumah dengan klien 2. Pelaksanaan Berdasarkan uraian tujuan khusus yang akan dicapai kelompok, pencapaian terapi Family Psyhcoeducation dapat dilakukan dalam 5 sesi : Sesi 1 : Pengkajian Masalah Keluarga Sesi 2 : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung) Sesi 3 : Manajemen Stres Keluarga Sesi 4 : Manajemen Beban Keluarga Sesi 5 : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga 8
23 BAB III PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI FAMILY PSYCHOEDUCATION SESI I : PENGKAJIAN MASALAH KELUARGA A. TUJUAN SESI I : 1. Peserta dapat menyepakati kontrak program psikoedukasi keluarga. 2. Peserta mengetahui tujuan program psikoedukasi keluarga. 3. Peserta mendapat kesempatan untuk menyampaikan pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung (masalah pribadi yang dihadapi oleh caregiver dan masalah dalam merawat). 4. Peserta dapat menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program psikoedukasi keluarga. B. SETTING Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman C. ALAT DAN BAHAN Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi) D. METODE Curah pendapat, ceramah, diskusi, dan tanya jawab. E. LANGKAH LANGKAH : 1. PERSIAPAN a. Mengingatkan keluarga 2 hari sebelum pelaksanaan terapi b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. PELAKSANAAN Fase Orientasi : a. Salam terapeutik : salam dari terapis. b. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis. c. Menanyakan nama dan panggilan peserta. d. Validasi : Menanyakan bagaimana perasaan peserta dalam mengikuti program psikoedukasi keluarga saat ini. 9
24 e. Kontrak : Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu untuk bekerjasama dan membantu keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya dengan pasung. f. Terapis mengingatkan langkah langkah setiap sesi sebagai berikut : 1) Menyepakati pelaksanaan terapi selama 5 sesi 2) Lama kegiatan menit 3) Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dengan anggota keluarga yang tidak berganti. Fase Kerja : a. Menanyakan tentang apa yang dirasakan keluarga selama ini terkait dengan gangguan jiwa yang dialami salah satu anggota keluarga. 1) Masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga sendiri. 2) Masalah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 3) Keluarga menuliskan masalahnya pada buku kerja keluarga. 4) Terapis menuliskan pada buku kerja sendiri. b. Menanyakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga dengan adanya salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. 1) Setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan perubahanperubahan yang dialami dalam keluarga. c. Menggali penyebab keluarga melakukan pasung terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. d. Menanyakan keinginan dan harapan keluarga selama mengikuti psikoedukasi keluarga. e. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan hasil diskusi yang sudah dilakukan. Fase Terminasi : a. Evaluasi : 1. Menyimpulkan hasil diskusi sesi I 2. Menanyakan perasaan keluarga setelah selesai sesi I 3. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan keluarga dalam menyampaikan apa yang dirasakan 10
25 b. Tindak Lanjut : 1. Menganjurkan keluarga untuk menyampaikan dan mendiskusikan pada anggota keluarga yang lain tentang masalah yang dihadapi keluarga dan perubahanperubahan yang terjadi pada keluarga dengan gangguan jiwa. c. Kontrak : 1. Menyepakati topik sesi 2 yaitu menyampaikan tentang gangguan jiwa khususnya terkait dengan gangguan yang dialami oleh klien pasung. 2. Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya. F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Proses Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Format Evaluasi Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga Kode keluarga : Tanggal : No Kegiatan 1 Hadir dalam terapi 2 Menyepakati kontrak kegiatan 3 Menyampaikan masalah yang dialami (masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga dan perubahan yang dialami dalam keluarga) 4 Menggali penyebab keluarga melakukan pasung terhadap klien gangguan jiwa di rumah 5 Aktif dalam diskusi Ya Keluarga Tidak Keterangan : Isilah Ya = jika keluarga melakukan, Tidak = jika keluarga tidak melakukan. 2. Dokumentasi Kemampuan Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh keluarga yaitu masalah pribadi yang dirasakan anggota keluarga dan masalah yang dialami selama merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa, perubahan perubahan yang terjadi dalam keluarga dan penyebab keluarga melakukan pasung pada anggota keluarga dengan gangguan jiwa. 11
26 Format Dokumentasi Sesi I Psikoedukasi Keluarga : Pengkajian Masalah Keluarga Kode keluarga : Tanggal : No 1. Nama Keluarga Pengalaman/ beban keluarga Perubahan yang terjadi pada keluarga Penyebab Pasung oleh keluarga SESI II : PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA (PASUNG) A. TUJUAN SESI II : 1. Keluarga mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialami oleh klien pasung. 2. Keluarga mengetahui tentang pengertian, gejala, etiologi, prognosis, intervensi dan terapi yang dapat diberikan kepada klien gangguan jiwa dengan pasung. 3. Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) di rumah 4. Keluarga mampu memperagakan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) di rumah B. SETTING Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman C. ALAT Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi) D. METODE Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab E. LANGKAH LANGKAH 1. PERSIAPAN a. Mengingatkan keluarga minimal 2 hari sebelumnya b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta 12
27 2. PELAKSANAAN Fase Orientasi a. Salam terapeutik : salam dari terapis. b. Evaluasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sebelumnya, misalnya tentang masalah yang dialami oleh anggota keluarga yang lain. c. Kontrak : menyepakati waktu dan lama sesi. Fase Kerja a. Mendiskusikan tentang gangguan jiwa yang dialami oleh salah satu anggota keluarga (khususnya klien pasung, misalnya : perilaku kekerasan, halusinasi). 1. Anggota keluarga menyampaikan pengalamannya selama ini 2. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi pendapat b. Menyampaikan tentang konsep gangguan jiwa meliputi pengertian, penyebab, tanda, prognosis, intervensi dan terapi. 1. Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka 2. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Mendiskusikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung) yang selama ini dilakukan oleh keluarga. d. Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung), misalnya klien dengan halusinasi atau perilaku kekerasan. 1. Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan kembali salah satu cara merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung), misalnya halusinasi. 2. Memberi masukan terhadap hal hal yang perlu ditingkatkan oleh keluarga. 3. Memberi kesempatan anggota keluarga lain untuk memperagakan cara merawat klien dengan gangguan jiwa di rumah. Fase Terminasi 1. Evaluasi a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi II selesai b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik 2. Tindak lanjut : menganjurkan keluarga untuk menyampaikan tentang materi gangguan jiwa yang telah dijelaskan kepada anggota keluarga yang lain 3. Kontrak : menyepakati topik sesi berikutnya, waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya. 13
28 F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan. Format Evaluasi Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung) No Kegiatan Keluarga Ya Tidak 1 Hadir dalam terapi 2 Menyebutkan pengertian gangguan jiwa 3 Menjelaskan gangguan jiwa yang dialami anggota keluarga Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara merawat klien dengan pasung 4 Aktif dalam diskusi 2. Dokumentasi Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh keluarga yaitu tentang gangguan jiwa yang dialami oleh anggota keluarga. Format Dokumentasi Sesi II Psikoedukasi Keluarga : Perawatan Klien Gangguan Jiwa (Pasung) No Nama Keluarga Menyebutkan pengertian gangguan jiwa Menjelaskan gangguan jiwa yang dialami anggota keluarga Menjelaskan cara merawat klien dengan pasung 14
29 SESI III : MANAJEMEN STRES KELUARGA A. TUJUAN SESI III : 1. Keluarga mampu berbagi pengalaman dengan anggota keluarga lain tentang stres yang dirasakan akibat salah satu anggota mengalami gangguan jiwa (pasung) dalam keluarga. 2. Keluarga mendapatkan informasi tentang cara mengatasi stres yang dialami akibat salah satu anggota mengalami gangguan jiwa (pasung) dalam keluarga. 3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengatasi stres. 4. Keluarga dapat mengatasi hambatan dalam mengurangi stres. B. SETTING Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman C. ALAT Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi) D. METODE Ceramah, diskusi, curah pendapat, Role play (bermain peran) dan tanya jawab E. LANGKAH LANGKAH 1. PERSIAPAN a. Mengingatkan keluarga minimal 2 hari sebelumnya b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta 2. PELAKSANAAN Fase Orientasi a. Salam terapeutik : salam dari terapis b. Validasi : menanyakan perasaan keluarga hari ini dan menanyakan apakah keluarga mempunyai pertanyaan dari pertemuan sebelumnya, yaitu tentang materi gangguan jiwa terkait dengan keadaan klien pasung di rumah. c. Kontrak : menyepakati lama waktu terapi (sesi) serta materi yang akan disampaikan. Fase Kerja a. Menanyakan pada keluarga terkait stres yang mereka alami dengan adanya klien gangguan jiwa (pasung). 15
30 1) Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka 2) Memberikan pujian/penghargaan atas kemampuan anggota keluarga menyampaikan pendapat/perasaannya. 3) Menjelaskan tentang stres yang dialami keluarga akibat salah satu anggota mengalami gangguan jiwa (pasung) dengan menggunakan leaflet. 4) Meminta anggota keluarga mengidentifikasi tanda dan gejala serta cara mengurangi stres sesuai dengan penjelasan terapis. 5) Mendemontrasikan cara mengurangi stres yang dialami oleh anggota keluarga 6) Meminta anggota keluarga untuk mendemontrasikan kembali cara mengurangi stres yang telah diajarkan. Fase Terminasi a. Evaluasi 1. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi III selesai 2. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik b. Tindak lanjut : menganjurkan keluarga untuk berlatih cara mengurangi stres. c. Kontrak : menyepakati topik sesi berikutnya, waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya. F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan. Format Evaluasi Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga No Kegiatan Keluarga Ya Tidak 1 Hadir dalam terapi 2 Menyebutkan tanda-tanda stres yang dialami keluarga 3 Menyebutkan cara mengatasi stress dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) 4 Memperagakan cara mengatasi stres yang telah diajarkan 5 Aktif dalam diskusi 16
31 2. Dokumentasi Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh keluarga, yaitu cara mengatasi stres dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa (pasung). Format Dokumentasi Sesi III Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Stres Keluarga No Nama Keluarga Menyebutkan tanda-tanda stres yang dialami keluarga Menyebutkan cara mengatasi stres keluarga SESI IV : MANAJEMEN BEBAN KELUARGA A. TUJUAN SESI IV : 1. Keluarga mengenal tanda-tanda beban yang dialami keluarga akibat adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung). 2. Keluarga mengetahui cara mengatasi beban yang dialami akibat adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung). 3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengatasi beban yang telah diajarkan oleh terapis. B. SETTING Peserta (keluarga) duduk berhadapan dengan terapis dalam posisi yang nyaman C. ALAT Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi) D. METODE Ceramah, diskusi, curah pendapat, Role play (bermain peran) dan tanya jawab E. LANGKAH LANGKAH 1. PERSIAPAN a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta 17
32 2. PELAKSANAAN Fase Orientasi a. Salam terapeutik : salam dari terapis. b. Evaluasi : menanyakan penerapan cara mengatasi stres yang sudah dilakukan keluarga di rumah sesuai dengan yang diajarkan pada sesi sebelumnya dan hasil yang dirasakan. c. Kontrak : menyepakati kontrak waktu dan topik yang akan disampaikan yaitu tentang beban keluarga. Fase Kerja a. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang tanda-tanda beban yang dialami keluarga akibat adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (pasung). 1) Anggota keluarga menyampaikan pengalaman mereka. 2) Memberikan kesempatan anggota keluarga lain untuk memberi tanggapan. 3) Memberikan pujian dan penghargaan atas kemampuan anggota keluarga menyampaikan pendapat/perasaannya. b. Menanyakan pendapat anggota keluarga tentang cara mengatasi beban yang sudah dilakukan dengan adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung). c. Menjelaskan tanda-tanda dan cara mengatasi beban yang dialami keluarga karena adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (pasung) dengan menggunakan leaflet. d. Meminta anggota keluarga untuk mengulangi menyebutkan tanda-tanda dan cara mengatasi beban yang dirasakan keluarga akibat adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (pasung) sesuai dengan penjelasan terapis. e. Terapis mendemonstrasikan satu cara untuk mengatasi beban yang dipilih oleh keluarga. f. Memberi kesempatan anggota keluarga untuk mendemonstrasikan ulang. g. Memberikan pujian atas partisipasi anggota keluarga selama pelaksanaan terapi. 18
33 Fase Terminasi 1. Evaluasi a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi IV selesai b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama keluarga 2. Tindak lanjut Menganjurkan keluarga untuk menerapkan cara mengatasi beban yang telah diajarkan. 3. Kontrak : menyepakati waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Proses Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan. Format Evaluasi Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga No Kegiatan Keluarga Ya Tidak 1 Hadir dalam terapi 2 Menyebutkan tanda-tanda dan cara mengatasi beban dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) 3 Memperagakan cara untuk mengatasi beban keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) 4 Aktif dalam diskusi 2. Dokumentasi Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh keluarga, yaitu cara mengatasi beban keluarga serta demonstrasi cara mengatasi beban keluarga. Format Dokumentasi Sesi IV Psikoedukasi Keluarga : Manajemen Beban Keluarga No Nama Keluarga Menyebutkan cara mengatasi beban Memperagakan cara mengatasi beban yang dipilih keluarga 19
34 SESI V : PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MEMBANTU KELUARGA A. TUJUAN SESI V : 1. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya pasung) di rumah. 2. Keluarga dapat mengungkapkan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan dan mengetahui cara mengatasi hambatan dalam berkolaborasi. 3. Keluarga dapat berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas tentang sistem rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan mencari dukungan untuk pembentukan Self Help Group. B. SETTING Peserta (keluarga), terapis dan tenaga kesehatan dari Puskesmas duduk berhadapan dengan posisi melingkar. C. ALAT Papan tulis, modul, dan buku kerja keluarga (format evaluasi dan dokumentasi) D. METODE Ceramah, diskusi, curah pendapat dan tanya jawab E. LANGKAH LANGKAH 1. PERSIAPAN a. Mengingatkan kembali 2 hari sebelumnya b. Mempersiapkan diri, tempat dan peserta 2. PELAKSANAAN Fase Orientasi a. Salam terapeutik : salam terapeutik dari terapis b. Evaluasi : mengevaluasi hasil keluarga dalam menerapkan cara untuk mengatasi beban pada keluarga dan melakukan latihan asertif c. Kontrak : menyampaikan topik pada sesi ini yaitu tentang pemberdayaan komunitas. 20
35 Fase Kerja a. Menanyakan hambatan yang dirasakan selama merawat klien gangguan jiwa (khususnya pasung) di rumah 1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat 2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi b. Menanyakan hambatan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan selama ini 1) Masing-masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat 2) Memberi kesempatan kepada keluarga lain untuk menanggapi c. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana seharusnya hubungan keluarga dengan tenaga kesehatan d. Menjelaskan kepada keluarga bagaimana cara mengatasi hambatan dalam berkolaborasi dengan tenaga kesehatan e. Memberi kesempatan keluarga untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas tentang sistem rujukan, advokasi hak-hak klien gangguan jiwa dan mencari dukungan untuk pembentukan Self Help Group. 1) Masing masing keluarga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat 2) Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 3) Memfasilitasi dialog antara keluarga dengan pihak Puskesmas 4) Menyimpulkan hasil diskusi Fase Terminasi 1. Evaluasi a. Menanyakan perasaan keluarga setelah sesi V selesai b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama peserta yang baik 2. Tindak lanjut a. Menganjurkan keluarga untuk tetap menerapkan apa yang telah dilakukan selama terapi yaitu merawat klien dengan gangguan jiwa (khususnya pasung) di rumah, menyarankan keluarga untuk memanfaatkan sistem rujukan yang telah ada, menjalankan kelompok swabantu yang akan difasilitasi oleh pihak puskesmas dan disepakati oleh keluarga 3. Terminasi akhir yaitu menyerahkan kelompok pada pihak puskesmas. 21
36 F. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Proses Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan keluarga, keterlibatan keluarga dan proses pelaksanaan secara keseluruhan Format Evaluasi Sesi V Psikoedukasi Keluarga : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga No Kegiatan Kode Peserta Hadir dalam terapi 2 Menyampaikan hambatan yang dialami dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) 3 Menyampaikan hambatan yang dialami dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan 4 Menyebutkan cara mengatasi hambatan dalam merawat klien gangguan jiwa (khususnya dengan pasung) dan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan 5 Mengetahui sistem rujukan 6 Menyepakati adanya kelompok swabantu yang akan difasilitasi oleh Puskesmas 7 Aktif dalam diskusi 2. Dokumentasi Pada dokumentasi dituliskan ungkapan secara singkat apa yang telah disampaikan oleh keluarga, yaitu hambatan yang dialami dalam merawat klien dan dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan, menyebutkan cara mengatasi hambatan dan kesepakatan keluarga untuk pembentukan Self Help Group yang akan difasilitasi oleh Puskesmas. Format Dokumentasi Sesi V Psikoedukasi Keluarga : Pemberdayaan Komunitas Membantu Keluarga Menyebutkan hambatan Kesepakatan dalam merawat klien & Menyebutkan cara keluarga untuk No Nama Keluarga dalam berhubungan mengatasi hambatan pembentukan dengan tenaga kesehatan SHG
37 PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM MANUSKRIP PENELITIAN Hasmila Sari NPM : UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PASCA SARJANA DEPOK JULI 2009
38 PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NAD Hasmila Sari 1, Budi Anna Keliat 2, Mustikasari 3, Novy Helena C.D 4 Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jakarta 10430, Indonesia s_a_r_y_99@yahoo.com Abstrak Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan. Bireuen menempati urutan pertama untuk kasus pasung terbanyak di Aceh. Keluarga dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali merasakan beban yang berkaitan dengan perawatan klien. Alasan keluarga melakukan pemasungan adalah mencegah prilaku kekerasan, mencegah risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan rumah dan ketidakmampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh FPE terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien pasung dan mengetahui tingkat kemandirian klien pasung dalam perawatan diri setelah mendapatkan asuhan keperawatan defisit perawatan diri. Desain penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan pre post test without control group. Penelitian dilakukan di 8 Puskesmas di Kabupaten Bireuen menggunakan total sampling yaitu 20 keluarga yang terdiri dari 11 keluarga dengan klien pasung dan 9 keluarga dengan klien lepas pasung. Family Psychoeducation (FPE) merupakan sebuah metode terapi keluarga yang dikembangkan oleh NAMI (National Alliance for Mentally Ill) untuk memberikan dukungan kepada keluarga. FPE dilakukan melalui 5 sesi dan asuhan keperawatan defisit perawatan diri sebanyak 4 sesi. Hasil uji statistik dependen t-test menunjukkan penurunan beban keluarga dan peningkatan kemampuan keluarga secara bermakna setelah mendapat FPE. Aspek kemandirian klien (aktivitas harian, aktivitas sosial, cara mengatasi masalah dan pengobatan) dalam perawatan diri meningkat secara bermakna setelah mendapat intervensi defisit perawatan diri. Diharapkan penerapan FPE pada keluarga dengan pasung dapat dilakukan di pelayanan kesehatan jiwa Puskesmas sehingga pada akhirnya dapat tercapai Aceh Bebas Pasung. Kata Kunci: beban keluarga, family psychoeducation, kemampuan keluarga, kemandirian Abstract The Effect of Family Psychoeducation Therapy to Burden and Family Ability in Taking Care of Pasung Client in Bireuen District Nanggroe Aceh Darussalam. Pasung represent an action which installing a log wood at hand or feet, bound or enchained is then detached at one particular separate place within doors and or in the forest. Bireuen has the most pasung cases number in Aceh. Usually a lot of problems, subjective or objective burden related to client treatment got by family. The reasons given for pasung were often
39 multiple, including violence, concern about the person wandering off or running away and coming to harm, concern about possibility of suicide, and the unavailability of a caregiver. Family Psychoeducation is a therapy method developed by NAMI (National Alliance for Mentally Ill) to give fully support to the family. The aim of this research is to find out the FPE influence towards burden and family ability in taking care of pasung client. Also expand the research about client independence after getting deficit self care treatment. This quasi experiment did with pre post test without control group. The samples was taken to 20 families (11 families of client pasung and 9 families of ex client pasung) spread in 8 Puskesmas of Bireuen District with total sampling method. FPE conduct in 5 sesion and 4 sesion for deficit self care treatment. The statistic result of dependent t-test showed that there was a significant effect in decreasing the family burden and increasing the family ability. The aspect of client independence (daily activity, social activity, solved the problems and medication) in self care also increased significantly after getting intervention of self care deficit. After all the research result, it s strongly recommended especially for Puskesmas should be a facilitating unit in implementing Family Psychoeducation to families which has pasung client to achieve better life Free Aceh From Pasung. Keywords : client independence, family abilities, family burdens, family psychoeducation LATAR BELAKANG Masalah kesehatan mental pada awalnya kurang mendapat perhatian oleh karena tidak langsung terkait sebagai penyebab kematian. Perhatian terhadap masalah kesehatan mental meningkat setelah World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 melakukan penelitian tentang beban yang ditimbulkan akibat penyakit dengan mengukur banyaknya tahun suatu penyakit dapat menimbulkan ketidakmampuan penyesuaian diri hidup penderita (Disability Adjusted Life Years/DALYs). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata gangguan mental mengakibatkan beban cukup besar yaitu 8,1 persen dari global burden of disease (GDB) melebihi beban yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis dan kanker. Dari 8,1 persen GDB yang ditimbulkan oleh gangguan neuropsikiatris, gangguan depresi memberikan beban terbesar yaitu 17,3 persen, sedangkan gangguan psikosis memberikan beban 6,8 persen (Hartanto, 2003). Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita tidak dapat lagi produktif. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan saat ini hanya tersedia sekitar tempat tidur di rumah sakit jiwa seluruh Indonesia padahal jumlah penderita gangguan jiwa berat di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta jiwa.
PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM
PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM TESIS Hasmila Sari NPM : 0706194690 UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
59 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab ini menguraikan tentang kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis penelitian yang dilakukan dan definisi operasional variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan
Lebih terperinciPENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM
PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TERHADAP BEBAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PASUNG DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM TESIS Hasmila Sari NPM : 0706194690 UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciTim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy Helena C.D.
Efektifitas Penerapan Model Community Mental Health Nursing (CMHN) terhadap Kemampuan Hidup Pasien Gangguan Jiwa dan Keluarganya di Wilayah DKI Jakarta Tim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RS JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RS JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA Tesis Oleh: Carolina NPM. 0606026686
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh family..., Hasmila Sari, FIK UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mental di Indonesia selama ini relatif terabaikan, padahal penurunan produktifitas akibat gangguan kesehatan jiwa terbukti berdampak nyata pada perekonomian
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
88 BAB 5 HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan secara lengkap hasil penelitian pengaruh family psychoeducation terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien pasung di Kabupaten Bireuen. Uraian
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT
BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA Sejak Tahun 2002, paradigma kesehatan Indonesia berfokus pada peningkatan dan pencegahan penyakit dengan memberdayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
Lebih terperinciPELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO
PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO 1 Nurul Mawaddah, 2 Dwi Helynarti S., 3 Aih Media Y., 4 Arief Fardiansyah
Lebih terperinci: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas
Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015 PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Ni Made Dian Sulistiowati, Kadek Eka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131
NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang berhubungan dengan kepuasaan individu terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk fungsi fisik, sosial, kesehatan jiwa
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL Dalam bab ini akan diuraikan tentang kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis, dan definisi operasional yang menjadi
Lebih terperinciPROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita
PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN SELF EVALUASI KEPALA RUANGAN Dalam melaksanakan MPKP Nama :... Ruangan :... Tanggal :... RS :... Petunjuk Jawab pertanyaan berikut sesuai dengan kegiatan MPKP yang telah saudaralakukan : 1. Sl
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciPERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep
PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
Lebih terperinciRENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI
PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI TAK Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
46 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG ANAKNYA DIRAWAT DI RUANG ICU RSUD DR PIRNGADI MEDAN PENELITI : MUHAMMAD ADIUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)
1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat
Lebih terperinciPRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG
PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG Topik Sesi ke Terapis Sasaran Tempat : TAK Orientasi Realita : I (Pengenalan Orang) : 5 orang mahasiswa Fak. Keperawatan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciPENELITI : Rika Damayanti, M.Kep.,Sp.Kep.J Andi Thahir, S.Pt.,S.Psi.,M.A Tin Amaliah, S.Sos.,M.Si
Pengaruh Family Psycoeducational Islamic Therapy terhadap beban dan pengetahuan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah PENELITI : Rika Damayanti, M.Kep.,Sp.Kep.J
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh dunia. Satu dari empat kematian yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh penyakit kanker (Nevid et
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Saya adalah mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dalam pikiran, prilaku dan suasana perasaan yang menimbulkan hambatan dalam melaksanakan fungsi psikologis. Orang yang mengalami
Lebih terperinciPENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI
PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Apakah saya sehat jiwa? Sehat Jiwa Bukan semata-mata tidak adanya penyakit/gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Studi Fenomenologi Pengalaman Keluarga sebagai Cargiver dalam Merawat Pasien Stroke di Rumah Peneliti : Nanda Masraini Daulay
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Jiwa Daerah Provsu Medan. Oleh. Sulastri Pasaribu
Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Pasien Isolasi Sosial di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
Lebih terperinciPERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN. Kepada YTH: Bapak / Ibu Pasien Klinik Kitamura Pontianak Di Tempat
Lampiran PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN DAN PARTISIPAN Kepada YTH: Bapak / Ibu Pasien Klinik Kitamura Pontianak Di Tempat Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gusti Jhoni Putra NIM : 20151050010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini banyak sekali masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan biasanya pasien yang telah mengalami gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan.
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran Perawat dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB MDR di RSUP.H. Adam Malik Medan
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian: Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy-Insomnia (CBT-I) terhadap Insomnia dan kadar gula darah pasien diabetes melitus. Peneliti : Nama : Atik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
Lebih terperinciPERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Saya yang bernama Tantri Mawarni
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIV/AIDS DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Petunjuk 1. Kuesioner terdiri dari
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Identitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi experiment atau eksperimen semu). Penelitian ekperimen adalah penelitian dimana ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciPsikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia
Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciPENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA
PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA (The Application of Nursing Interventions: Generalist Therapy to Against Hopelessness on Elderly) Ike Mardiati Agustin*,
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)
CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinci