PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO"

Transkripsi

1 14 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO Oleh: Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang andiahmadsyahroni@gmail.com; yoto.1718@yahoo.com; solichin.ft@um.ac.id Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) persiapan sekolah dan industri, (2) pelaksanaan, (3) faktor pendukung dan penghambat, dan (4) evaluasi penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dihimpun menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah: (1) persiapan penyusunan kurikulum yaitu pelaksanaan perjanjian kesepakatan dan menyiapkan kurikulum oleh sekolah dan industri; (2) pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif melibatkan penetapan Dasar Kompetensi Kejuruan, rasio praktik, dan peralatan diarahkan pada industri; (3) faktor pendukung meliputi stakeholder aktif, standarisasi peralatan, dan kemampuan awal siswa. Faktor penghambat meliputi sarana dan prasarana belum tercukupi, buku pendukung belum beragam, kemampuan siswa heterogen, dan sertifikasi siswa belum terpenuhi. Solusi permasalahan yaitu melengkapi sarana dan prasarana, pelatihan kompetensi guru, pembentukan Tempat Uji Kompetensi, dan bimbingan siswa; dan (4) evaluasi kurikulum dilaksanakan setahun sekali dan melibatkan pihak sekolah dan industri serta hasilnya dijadikan perbaikan tahun selanjutnya. Kata kunci: kurikulum implementatif, sekolah menengah kejuruan, pihak industri. Kurikulum merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2006:8) mendeskripsikan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kwartolo (2002:107) mengungkapkan bahwa diperlukan landasan dan dasar yang kuat dalam melakukan penyusunan kurikulum yaitu: (1) landasan filsafat, (2) landasan sosiologis, dan (3) landasan psikologis. Kurikulum implementatif merupakan kurikulum yang disusun oleh sekolah dan industri guna menerapkan sistem pendidikan ganda dalam pendidikan kejuruan. Iriani dan Soeharto (2015:288) mengungkapkan bahwa kurikulum implementatif sebagai kurikulum sinkronisasi yang disusun oleh pihak DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri) dan pihak sekolah benar-benar telah sesuai dan diterapkan pada kegiatan prakerin siswa sehingga pelaksanaan prakerin berjalan lancar, efisien dan efektif. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan tenaga kerja menengah dan berkualitas. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

2 Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin, Penyusunan Kurikulum Implementatif Pasal 25 ayat 4 memaparkan bahwa secara implisit, lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi lulusan yang diharapkan serta mencerminkan kemampuan lulusan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Namun, Subijanto (2012:164) mengungkapkan bahwa fakta empirik menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan para pemangku kepentingan (stakeholders). Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas dari lulusan SMK belum sesuai dengan yang diharapkan, baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pembenahan dan sinkronisasi kurikulum SMK dengan industri melalui penyusunan kurikulum implementatif. Tujuannya agar lulusasn yang dihasilkan oleh SMK sejalan dengan kebutuhan industri. Diharapkan nantinya SMK dapat mencapai dan memenuhi perannya sebagai penghasil tenaga kerja menengah dan berkualitas. Serta meningkatkan daya serap lulusan SMK di industri. SMK Negeri 2 Kraksaan merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang telah menerapkan sinkronisasi kurikulum dengan pihak industri. Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya program kelas kerja sama antara sekolah dan industri yakni pada program keahlian Teknik Sepeda Motor (TSM) Honda yang bekerja sama dengan pihak PT. AHM dan telah berlangsung pada tahun Selain itu, SMK Negeri 2 Kraksaan juga telah melaksanakan kerja sama dalam program keahlian Teknik Instrumentasi Pembangkitan PJB dan baru diresmikan tahun Program kerja sama antara SMK Negeri 2 Kraksaan dengan pihak PT.AHM meliputi penyelarasan Kurikulum TSM Honda, dukungan fasilitas pengajaran/praktik, dukungan pelatihan guru dan siswa, penyerapan tenaga kerja, kunjungan industri, dan praktik kerja industri. Oleh karena itu, SMK Negeri 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo dipilih sebagai tempat penelitian guna mengetahui proses penyusunan kurikulum implementatif dan sinkronisasi kurikulum khususnya pada program keahlian Teknik Sepeda Motor Honda. Kerja sama yang dilakukan oleh SMK Negeri 2 Kraksaan dengan PT. AHM yakni melalui perantara PT. MPM (Mitra Pinasthika Mulia) distributor honda untuk wilayah Jawa Timur. Dikutip dari laman MPM distributor, menjelaskan bahwa MPM distributor atau disebut dengan nama PT. Mitra Pinasthika Mulia merupakan distributor tunggal dan terpercaya, penyedia pelayanan purna jual dan suku cadang sepeda motor honda untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Pengajuan kerja sama yang diterima oleh MPM distributor honda di Jawa Timur kemudian dilanjutkan kepada pihak PT. AHM pusat yang ada di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan hal-hal berikut: (1) Persiapan sekolah dan industri dalam penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, (2) Pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, dan (4) Evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo.

3 16 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dasar pemilihan pendekatan kualitatif yaitu karena penelitian ini mengungkapkan fenomena secara alamiah yaitu penggalian data dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo dengan menggunakan metode yang ada. Teknik dan pengumpulan data merupakan gabungan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai instrumen utama. Moleong (2014:5) juga berpendapat bahwa definisi penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka guna menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Kehadiran peneliti di lokasi target penelitian menjadi hal yang wajib. Hal itu dikarenakan peneliti dapat ikut berperan serta dalam aktivitas objek penelitian yang ingin diteliti (Moleong, 2014:164). Peran serta peneliti juga dapat membantu peneliti menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan subjek penelitian. Obyek penelitian adalah SMK Negeri 2 Kraksaan. Pemilihan tempat ini berdasarkan pelaksanaan kelas kerja sama program TSM Honda dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kraksaan bekerja sama dengan PT. AHM. Informan untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini adalah manusia sebagai subjek, dan dibantu dengan adanya dokumen-dokumen tambahan yang melengkapi seperti video, foto, catatan rapat, atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan fokus penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dalam Rohmatika, 2015:31). Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat, ketua program keahlian TSM Honda, dan unit produksi dan jasa (UPJ) TSM Honda. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Persiapan penyusunan kurikulum implementatif diawali dengan perjanjian kesepakatan/mou (Memorandum of Understanding) antara pihak sekolah dan industri mengenai beberapa kesepakatan antara kedua belah pihak. Selanjutnya dipilih kurikulum oleh sekolah yang akan digunakan pada proses sinkronisasi kurikulum program keahlian TSM Honda yakni Kurikulum 2006/KTSP. Kurikulum hasil sinkronisasi dinamakan KTSM (Kurikulum Teknik Sepeda Motor) SMKN 2 Kraksaan. Persiapan penyusunan kurikulum implementatif oleh industri yaitu telah dilakukan kesepakatan bersama antara sekolah dan pihak industri melalui MoU (Memorandum of Understanding). Selanjutnya pihak industri akan menyiapkan kurikulum yang akan diterapkan nantinya. Kurikulum dari industri yang telah disediakan adalah Kurikulum Berbasis Honda/ Kurikulum Honda.

4 Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin, Penyusunan Kurikulum Implementatif Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Pihak-pihak yang berperan dalam melakukan penyusunan kurikulum implemetatif yaitu: (1) kepala sekolah, (2) komite, (3) wakil kepala sekolah bidang kurikulum, (4) kepala program studi/ketua program keahlian, dan (5) PT. MPM (PT. Mitra Pinasthika Mulia) Honda sebagai main dealer dari pihak industri. Waktu dalam proses penyusunan kurikulum implementatif telah dijadwalkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan diserentakkan dengan jurusan-jurusan yang lain di sekolah. Sistem penyusunan kurikulum implementatif diawali dengan menetapkan DKK (Dasar Kompetensi Kejuruan) ataupun Kompetensi Kejuruan (KK) sejumlah 18 DKK ataupun KK yang ditempuh oleh siswa, mulai dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Setiap DKK ataupun KK yang telah dipilih, akan ditetapkan penggunaan KTSP, campuran/semi (KTSP dan Kurikulum Honda), atau murni Kurikulum Honda. Rasio perangkat praktik yakni 1:3 (1 kelas menjadi 3 kelompok). Setiap kelompok berisi 10 orang dan mendapat 1 pit, dimana setiap pit dilengkapi dengan 1 unit sepeda motor. Terkhusus seperti peralatan, lebih terarah pada Honda serta prasarat wajib dari pihak Honda akan diajarkan pula. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Faktor pendukung dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1) stakeholder (komite sekolah dan pihak DU/DI) yang berperan aktif, (2) mesin/peralatan (sumber belajar) yang telah terstandarisasi industri (Honda), dan (3) input siswa yang telah memiliki kompetensi dan kemampuan awal. Faktor penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1) sarana dan prasarana yang belum tercukupi, (2) buku pendukung dalam pembelajaran yang belum beragam, (3) kemampuan dari siswa yang heterogen mempersulit dalam menentukan komponen kurikulum, dan (4) pengakuan keahlian peserta didik (sertifikat tingkat nasional) yang belum terpenuhi. Cara mengatasi faktor penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1) melengkapi sarana dan prasarana, (2) pemberian pelatihan kompetensi guru, (3) pembentukan TUK (Tempat Uji Kompetensi), dan (4) pemberian bombingan kepada murid serta melibatkan orang tua. Evaluasi dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Penentuan waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum implementatif dicanangkan dan ditetapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum implementatif yaitu setiap tahun sekali dan telah diagendakan pada program kerja tahunan sekolah. Pelaksanaan evaluasi kurikulum implementatif yang telah dicanangkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dibahas beberapa poin-poin yakni: (1) sarana dan prasarana, (2) guru (pendidik), (3) buku pendukung, dan (4) siswa (peserta didik). Teknik evaluasi yang dilakukan dengan mengundang komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kuri-

5 18 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 kulum, ketua program keahlian, dan pihak industri. Hasil dari evaluasi kurikulum, akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu. Hasil evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikutnya. Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Proses persiapan diawali dengan melaksanakan perjanjian kesepakatan/ MoU (Memorandum of Understanding) antara pihak sekolah dan DU/DI. Proses berikutnya dalam persiapan penyusunan kurikulum implementatif yang dilakukan sekolah dan industri yakni menyiapkan kurikulum yang akan menjadi bahan sinkronisasi kurikulum. SMKN 2 Kraksaan memilih KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai kurikulum yang nantinya akan melalui proses sinkronisasi kurikulum. Sedangkan pihak DU/DI dalam hal ini adalah pihak PT. AHM sudah mempersiapkan kurikulum industri yakni Kurikulum Honda. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, pasal 2 menyebutkan bahwa kurikulum ditingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional dan kurikulum Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Persiapan penyusunan kurikulum implementatif yang terdiri dari mempersiapkan kurikulum sekolah dan kurikulum industri yang akan dilakukan sinkronisasi kurikulum nantinya, dilanjutkan dengan pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif. Waktu dalam proses penyusunan kurikulum implementatif telah dijadwalkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan diserentakkan serta disamakan dengan jurusan yang lain. Hal ini juga mempermudah dalam hal sinkronisasi kurikulum. Pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan kurikulum implementatif yaitu perwakilan dari sekolah dan DU/DI. Pihakpihak yang berperan dalam penyusunan kurikulum implementatif pada program keahlian TSM (Teknik Sepeda Motor) Honda yaitu kepala sekolah, komite, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kepala program studi/ketua program keahlian, dan PT. MPM Honda sebagai main dealer dari pihak industri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Reksoatmodjo (dalam Suherman & Sulasminten, 2016:4) menyatakan bahwa pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses perencanaan kurikulum meliputi: (1) personil spesialis; (2) kelompok representatif yang terdiri dari personil spesialis dan guru-guru; (3) keseluruhan kelompok profesional; dan (4) semua pakar dan masayarakat yang peduli pendidikan. Hal tersebut juga didukung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Republik Indonesia pasal 8 menyebutkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu melibatkan masyarakat industri/pihak industri. Sistem dalam pelaksanaan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan sesuai dengan standar proses dalam Permendikbud

6 Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin, Penyusunan Kurikulum Implementatif Nomor 65 Tahun 2013 bahwa penggunaan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Sistem penyusunan kurikulum implementatif yang dilakukan telah sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan KTSP oleh BNSP (2006:5) yaitu: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Hal tersebut juga didukung dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menyebutkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Faktor pendukung dalam pelaksanaan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, stakeholder yang mencakup komite sekolah dan pihak DU/DI yang berperan aktif. Kedua pihak tersebut merupakan pihak yang terlibat dalam proses penyusunan implementatif. Komite merupakan salah satu perwakilan dari sekolah dan pihak DU/DI adalah pihak yang bekerja sama dengan sekolah dalam penyelenggaraan kurikulum implementatif. Kedua, mesin/ peralatan (sumber belajar) yang telah terstandarisasi dari industri (Honda). Sumber belajar yang sudah standar, akan memudahkan dalam proses penyusunan kurikulum implementatif, khususnya pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, siswa (peserta didik) yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan awal sebelumnya. Siswa yang memiliki kemampuan awal sebelumnya akan memudahkan dalam proses penyusunan, khususnya penyampaian materi pembelajaran. Kendala dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, sarana dan prasarana yang belum terpenuhi. Hal yang sangat mendukung dan menjadi faktor utama penghambat proses pembelajaran, utamanya ketersediaan jumlah pit yang jumlahnya belum sesuai standar TUK (Tempat Uji Kompetensi). Dimana dalam hal ini membuat 1 pit yang seharusnya dipakai oleh 5 orang menjadi 10 orang. Permasalahan tersebut berhubungan dengan masih belum adanya kelas XII dalam program keahlian. Mengingat program keahlian TSM Honda masih tersedia sampai kelas XI. Oleh karena itu, sistem TUK (Tempat Uji Kompetensi) masih dalam proses pembentukan dan berusaha dipenuhi. Kedua, buku pendukung dalam pembelajaran yang belum beragam. Belum ada yang buku-buku yang mempermudah dalam proses pembelajaran, seperti modul, dan sebagainya. Ketiga, kemampuan dari siswa selama proses pembelajaran yang heterogen. Kemampuan pemahaman dan menerima materi pembelajaran berpengaruh pada pemilihan metode pembelajaran. Rabiman (dalam Suherman & Sulasminten, 2016:4) mengungkapkan bah-

7 20 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 wa beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah menengah kejuruan antara lain adalah ceramah, hafalan, tanya jawab, demonstrasi, pembelajaran langsung, diskusi, pembelajaran kooperatif, problem solving, dan problem based learning. Keempat, pengakuan keahlian peserta didik (sertifikat tingkat nasional) yang belum terpenuhi. Hal itu dikarenakan belum dihasilkan lulusan dari program keahlian TSM Honda mengingat saat ini masih memasuki tahun kedua yakni masih kelas XI. Beberapa kendala tersebut, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suherman (2001:3) yaitu beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Solusi untuk mengatasi kendala di SMKN 2 Kraksaan yakni melengkapi sarana dan prasarana, khususnya penerapan TUK. Peneliti berasumsi bahwa jika nantinya telah ada kelas XII, maka sistem TUK TUK akan diterapkan mengingat dibutuhkannya oleh siswa tahun terakhir. Melalui penerapan TUK, sarana dan prasarana akan dilengkapi sesuai standar. Sehingga, permasalahan sarana dan prasarana dapat diminimalisir. Solusi selanjutnya yakni pemberian pelatihan kompetensi guru, untuk guru yang belum memiliki kompetensi sesuai dengan proses pembelajaran yang diinginkan. Pembentukan TUK juga merupakan bagian dari pemenuhan sarana dan prasarana. Sedangkan solusi berikutnya yakni pemberian bimbingan kepada murid serta melibatkan orang tua. Bimbingan kepada murid berkaitan dengan ketercapaian hasil peserta didik yang diharapkan sebagai output dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guna menghasilkan luaran dalam program keahlian TSM (Teknik Sepeda Motor) Honda sesuai yang diharapkan. Evaluasi dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Pelaksanaan evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap tahun sekali dalam program kerja tahunan sekolah dengan melibatkan komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, ketua program keahlian, dan pihak industri. Bahan evaluasi kurikulum meliputi sebagai berikut. Pertama, sarana dan prasarana. Hal yang penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, khususnya dalam penyusunan kurikulum. Peneliti beragumen hendaknya sarana dan prasarana dilakukan penambahan dan perbaikan setiap tahunnya. Kedua, guru (pendidik). Evaluasi mengenai efektifitas pendidik selama proses pembelajaran. Pendidik juga mendapatkan penambahan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi profesi guna meningkatkan kualitas pendidik. Ketiga, buku pendukung. Memenuhi buku pendukung dan beberapa alternatif buku pendukung. Peneliti menemukan buku pendukung yang ada masih sebatas buku pedoman saja. Keempat, peserta didik. Hasil pelaksanaan kurikulum implementatif khususnya dalam proses pembelajaran yang tujuannya pada peserta didik dievaluasi tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikutnya.

8 Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin, Penyusunan Kurikulum Implementatif Gambar 1. Model Penyusunan Kurikulum Implementatif pada SMKN 2 Kraksaan

9 22 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENUTUP Kesimpulan Persiapan penyusunan kurikulum implementatif diawali dengan pelaksanaan perjanjian kesepakatan bersama antara sekolah dan industri kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan kurikulum oleh sekolah yaitu KTSP dan kurikulum dari industri yaitu Kurikulum Honda yang nantinya akan dikolaborasikan. Pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif dijadwalkan oleh bidang kurikulum dan melibatkan kepala sekolah, komite, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kepala program studi/ketua program keahlian, dan PT. MPM Honda. Beberapa topik penyusunan melibatkan penetapan DKK (Dasar Kompetensi Kejuruan), penentuan setiap DKK menggunakan murni KTSP, campuran, dan murni Kurikulum Honda, rasio perangkat praktik 1:3 (1 kelas terbagi 3 kelompok), dan peralatan diarahkan pada Honda serta materi dari industri akan diajarkan pula. Faktor pendukung penyusunan kurikulum implementatif meliputi stakeholder (komite sekolah dan pihak DU/DI) berperan aktif, mesin/ peralatan (sumber belajar) yang telah terstandarisasi dari industri (Honda), serta siswa yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan awal sebelumnya. Faktor penghambat penyusunan kurikulum implementatif yaitu sarana dan prasarana belum tercukupi, buku pendukung dalam pembelajaran belum beragam, kemampuan dari siswa (selama proses pembelajaran) yang heterogen, dan pengakuan keahlian peserta didik (sertifikat tingkat nasional) belum terpenuhi. Solusi yang dilakukan yakni melengkapi sarana dan prasarana, pemberian pelatihan kompetensi guru, pembentukan TUK (Tempat Uji Kompetensi), dan pemberian bimbingan kepada murid serta melibatkan orang tua. Pelaksanaan evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap tahun sekali dalam program kerja tahunan sekolah dengan melibatkan komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, ketua program keahlian, dan pihak industri. Bahan evaluasi kurikulum meliputi sarana dan prasarana, guru (pendidik), buku pendukung, dan siswa (peserta didik). Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikutnya. Saran Berdasarkan simpulan di atas, berikut saran yang dapat penulis sampaikan. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini rujukan untuk penelitian sejenis serta melakukan pengkajian penelitian yang sejenis di tempat lain. Kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten hendaknya dapat menggalakkan dan menerapkan sistem kelas kerja sama untuk sekolah menengah kejuruan guna memaksimalkan dan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri. Serta memberikan dukungan dan menyetujui penerapan dan pelaksanaan kurikulum implementatif. Kepada kepala sekolah agar dapat meningkatkan intensitas kunjungan industri dan menjaga etika baik dengan industri serta menjalin kerja sama dalam hal pengembangan dan penyesuaian kurikulum disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Tidak lupa melakukan dan menjalin hubungan baik dengan pihak industri dalam hal kemajuan dan perbaikan kurikulum. Kepada

10 Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin, Penyusunan Kurikulum Implementatif pihak industri dapat membantu sekolah terutama dalam melakukan pengembangan kurikulum. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk membantu pembinaan dan pelatihan kepada peserta didik di SMK. Turut serta dalam melakukan penyusunan kurikulum implementatif bersama pihak sekolah. Berperan aktif dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif. Serta mengikuti perkembangan teknologi yang nantinya akan menjadi masukan untuk pengembangan kurikulum implementatif. DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Iriani, D. S. & Soeharto, S Evaluasi Pelaksanaan Praktik Kerja Industri Siswa Kompetensi Keahlian Jasa Boga SMK N 3 Purworejo. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22 (3): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud No 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kwartolo, Yuli Catatan Kritis Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Penabur, 1 (1): Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), ( sdm.data.kemdikbud.go.id), diakses 28 November Rohmatika, A. N Penyelenggaraan Pembelajaran Keterampilan Otomotif di MAN 2 Kota Kediri (Studi Tentang Muatan Lokal Keterampilan Otomotif). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Subijanto Analisis Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 18 (2): Suherman & Sulasminten Perencanaan Kurikulum Pendidikan Kejuruan Jurusan Teknik Kendaraan Ringan dalam Rangka Menyiapkan Calon Tenaga Kerja Siap Pakai (Studi Kasus di SMK Negeri 5 Surabaya). Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(2): 1-6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Informasi Pendidikan dan Dunia Kerja Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (Online), ( diakses 29 November 2016.

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG 156 Daru Eko Wicaksono, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Kurikulum Kelas Industri... IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG Oleh: Daru

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL 2017 59 IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP Oleh: Mujiono, Yoto, dan Solichin Jurusan Teknk Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 15,

Lebih terperinci

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bagian dari pendidikan formal yang dirancang untuk dapat menghasilkan lulusan pada jenjang menengah yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka Implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan administrasi dan organisasi Prakerin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini ingin mengetahui kreativitas siswa dalam memahami bangun datar kelas VII MTs Al Ghozali Panjerejo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) Kesimpulan, 2) Implikasi, dan 3) Saran. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell, yang dikutip Rulam Ahmadi, penelitian kualitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah merupakan sebuah konsep teoritik yang membahas mengenai beberapa metode yang digunakan dalam penelitian. Beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran DUDI terhadap implementasi pendidikan sistem ganda di SMKN 1 Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan tergolong penelitian kualitatif. Menurut Moleong, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah memberikan perhatian yang lebih kepada bidang pendidikan kejuruan yang diwujudkan dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono yang dikutip Imam

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang menjadi tujuan nasional. Tujuan Nasional ini tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FASILITAS ALAT PRAKTIK UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI SISWA SMK

OPTIMALISASI FASILITAS ALAT PRAKTIK UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI SISWA SMK 263 OPTIMALISASI FASILITAS ALAT PRAKTIK UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI SISWA SMK Siti R. Tazkiah 1, Amay Suherman 2, Yayat 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pola dan Jenis Penelitian 1. Pola penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI

KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI 199 KETERLAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK UNTUK MENJADI PEKERJA TEKNISI OTOMOTIF BERDASARKAN TUNTUTAN SKKNI Fatra J. Purnama 1, Inu H. Kusuma 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi,

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi, BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif, maksudnya yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan metode penelitian agar penelitian berjalan sesuai rencana, dapat dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang berjudul Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru di SMP Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini merupakan jenis

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL

MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL Yuli Ernawati e-mail: yuli.ernawati@gmail.com Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145 Abstract: This study aimed to obtain a clear description of the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, sebab itu pendekatan yang dilakukan adalah melalui deskriptif kualitatif. Yaitu pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Palangka Raya yaitu tanggal 4 Januari sampai tanggal 4 Maret 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Palangka Raya yaitu tanggal 4 Januari sampai tanggal 4 Maret 2016. 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam menggali data di lapangan adalah 2 (dua) bulan terhitung dari keluarnya surat rekomendasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif, karena penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif, karena penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif, karena penelitian ini menggunakan dua variable. Berbagai macam definisi tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi.

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya meningkatkan kompetensi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Sedangkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis

Lebih terperinci

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i KATA PENGANTAR Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini salah satu tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia adalah menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi disetiap bidang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan menganalisis data yang diperlukan guna menjawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk

Lebih terperinci

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF ISBN 978 603 8613 08 8 LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN SECARA KOMPREHENSIF: PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM PENYIAPAN TENAGA KERJA PUSAT PENELITIAN, KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengujian hipotesis, serta bagaimana interpretasi untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengujian hipotesis, serta bagaimana interpretasi untuk BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian hipotesis, serta bagaimana interpretasi untuk menentukan hubungan antar variabel analisis hasil pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini, menunjukkan bahwa penulis menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam kondisi terkendali dan dimanipulasi.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam kondisi terkendali dan dimanipulasi. 80 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tersebut dapat dirasakan dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tersebut dapat dirasakan dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kesadaran yang kurang baik mengenai peran pendidikan bagi kemajuan kehidupan mereka. Sesungguhnya pendidikan merupakan investasi

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia yang terdiri

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Implementasi Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem pendidikan di Indonesia, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VII F SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN ALAT PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI

ANALISIS KETERSEDIAAN ALAT PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI 113 ANALISIS KETERSEDIAAN ALAT PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI Nessy Solihati 1, Amay Suherman 2, Kamin Sumardi 3 Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

TRANSKIP WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 24 Maret 2014 : Bapak Drs. Syaefudin, M.Pd : Kepala Madrasah

TRANSKIP WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 24 Maret 2014 : Bapak Drs. Syaefudin, M.Pd : Kepala Madrasah LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 TRANSKIP WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 24 Maret 2014 Informan : Bapak Drs. Syaefudin, M.Pd Jabatan : Kepala Madrasah Lokasi : MAN Kendal Waktu : 09.00 WIB Topik : Peran Kepala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan dalam pendidikan nasional (pendidikan menengah) yang mempersiapkan peserta didik terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualititatif. Data wawancara diperoleh oleh peneliti pada saat melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2)

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2) BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2) implikasi, dan 3) saran. 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN 73 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN Hasim Bisri 1, Dedi Supriawan 2, Tatang Permana 3 Departemen

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Apabila ditinjau dari data-datanya, maka pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono: menyebutkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena dalam penelitian ini peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG)

MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG) MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG) ISSN 2354-6948 Ludfi Arya Wardana Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo ludfi_hoki@upm.ac.id

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 83 EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Indra Kustiawan 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BUKU GURU SEBAGAI ACUAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI BUKU GURU SEBAGAI ACUAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN IMPLEMENTASI BUKU GURU SEBAGAI ACUAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 Kelas VIII di SMP Negeri 3 Colomadu Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA Citra Veronika, Djoko Adi Susilo, Tri Candra Wulandari Universitas Kanjuruhan Malang veronikacitra11@gmail.com

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN LAPORAN PROGRAM PENUGASAN DOSEN KE SEKOLAH TAHUN 2009 PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Logo

Lebih terperinci

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 25 STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Astrada 1, Amay Suherman 2, Yayat 3 DepartemenPendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 astradadedek@rocketmail.com

Lebih terperinci

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono 1. MASIH BANYAK YANG BELUM MELIHAT PENTINGNYA REVITALISASI SMK DALAM PENINGKATAN SEKTOR EKONOMI. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan 85 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah belum optimalnya penguasaan kompetensi guru, sehingga kompetensi guru tersebut harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. akhlakul karimah peserta didik di SMP IT Ar Raihan. Untuk mencapai tujuan,

III. METODE PENELITIAN. akhlakul karimah peserta didik di SMP IT Ar Raihan. Untuk mencapai tujuan, 49 III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peran Guru IPS dalam membina akhlakul karimah peserta didik di SMP IT Ar Raihan. Untuk mencapai tujuan,

Lebih terperinci

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini bangsa Indonesia diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dikarenakan persaingan di dunia kerja semakin ketat. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya kehidupan. Perkembangan pendidikan yang seharusnya terjadi tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. budaya kehidupan. Perkembangan pendidikan yang seharusnya terjadi tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung,

BAB III METODE PENELITIAN. dimana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung, BAB III METODE PENELITIAN A. Pola Penelitian Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan (field reseach). Penelitian lapangan adalah untuk mencari dimana

Lebih terperinci

Husnul Chotimah SMKN 13 Malang

Husnul Chotimah SMKN 13 Malang STUDI AWAL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PAKET KEAHLIAN KEPERAWATAN MELALUI MODUL BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Husnul Chotimah SMKN 13 Malang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini dipandang dari karakteristik masalah berdasarkan kategori fungsionalnya adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (00: ) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat digolongkan sebagai berikut:. Penelitian deskriptif Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung bekerja sesuai dengan minat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Evaluasi Program education expo SMA Karangturi Semarang tahun 2014 ini merupakan penelitian evaluatif CIPP dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian mengandung prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan dan menjawab masalah penelitian. Dengan kata lain metode penelitian akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa yang tinggal di Ma had al-jami

Lebih terperinci