FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA MENGONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL GIASITIFANA POPPY PARAMITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA MENGONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL GIASITIFANA POPPY PARAMITA"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA MENGONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL GIASITIFANA POPPY PARAMITA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Giasitifana Poppy Paramita NIM H

4

5 ABSTRAK GIASITIFANA POPPY PATAMITA. Faktor Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan KHALIFAH MUHAMAD ALI. Produk kosmetik yang beredar di Indonesia sebesar 56% dari total produk yang berjumlah jenis. Kosmetik merupakan produk yang unik karena selain memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan, seringkali menjadi sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas diri di mata masyarakat. Mayoritas beragama Islam, sebagai penduduk Indonesia membutuhkan kosmetik berlabel halal. LPPOM MUI mengungkapkan bahan yang merupakan titik kritis kehalalan kosmetik, diantaranya, kolagen, elastin, ekstrak placenta, lemak dan turunannya, serta cairan amnion. Bahan tersebut ditemukan pada jenis produk kosmetik seperti lipstick, pelembab, sabun, lotion, dan krim pemutih. Penelitian ini menjelaskan pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal serta faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang mahasiswa perempuan yang beragama Islam di IPB. Sampel dipilih menggunakan metode non-probability sampling. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal. Metode analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa terhadap komposisi kosmetik berlabel halal masih kurang, serta faktor yang memengaruhinya adalah pengetahuan produk kosmetik halal, keterjangkauan harga, kepedulian informasi, dan kepatuhan terhadap label halal. Kata kunci: analisis regresi logistik, kosmetik halal, konsumsi kosmetik halal, label halal

6 ABSTRACT GIASITIFANA POPPY PARAMITA. Factors That Affecting Student to Consume Halal Label Cosmetics. Supervised by SRI MULATSIH and KHALIFAH MUHAMAD ALI. Cosmetic products distribution is 56% of the total products in Indonesia. Cosmetics is unique product because in addition to having the ability to meet the basic needs of female beauty, often as a means for consumers to clarify their indentity in society. Muslim majority, Indonesia s population in need of halal cosmetics. LPPOM MUI disclose material that is a critical point of halal cosmetics include collagen, elastin, placenta extract, fats and derivatives, as well as amniotic fluid. The material was found on the type of cosmetics products such us lipstick, moisturizers, soaps, lotions, and creams bleach. This study describes the student s the student s knowledge of the halal cosmetics and factors that affect student to consume halal cosmetics. Samples that being used were as many as 100 students moslem women in IPB. The sample was selected using non-probability sampling method. Descriptive analysis was used to identify the student s knowledge of the halal cosmetics. Logistic regression analysis is used to analyze the factors that affect students to consume halal cosmetics product. The result showed that the student s knowledge of the halal cosmetics as well as factors that the influence it is halal cosmetics product knowledge on the composition labeled halal cosmetics is still lacking, and the factors that affect students to consume halal cosmetics product is knowledge, an affordable price, care information, and compliance with the halal label. Keywords: logistic regression analysis, halal cosmetics, consume halal cosmetics, label halal.

7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA MENGONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL GIASITIFANA POPPY PARAMITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul Faktor- Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal. Shalawat serta salam selalu ercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umatnya. Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal dan mengidentifikasi faktor apasaja yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua, yaitu Ibu Syamsuarti ata kasih sayang, dukungan, dan doa yang senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr dan Bapak Khalifah Muhamad Ali, SHut MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi selaku dosen penguji utama dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis. 4. Teman-teman satu bimbingan Asti Nur Latifah, Siti Rifa atul Adawiyah, dan Adli Dzil Ikram. 5. Teman-teman Ajeng, Anggi, Arini, Dwiki, Lisna, Harshelly, Riezky, dan Riska yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam penulisan skripi 6. Teman-teman seperjuangan prodi Ekonomi Syariah 49 IPB yang telah memberikan masukan dan membantu dalam penulisan skripsi. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2016 Giasitifana Poppy Paramita

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Halal dan Produk Halal 6 Sertifikasi dan Labelisasi Halal 7 Produk Kosmetika Halal 8 Bahan Kosmetika 9 Penelitian Terdahulu 10 Kerangka Pemikiran 10 METODE 12 Lokasi dan Waktu Penelitian 12 Jenis dan Sumber Data 12 Metode Pengumpulan Data 12 Metode Pengambilan Sampel 12 Metode Pengolahan dan Analisis Data 13 Analisis Deskriptif 13 Analisis Regresi Logistik 13 Definisi Operasional 14 Skala Likert 16 HASIL DAN PEMBAHASAN 16 Karakteristik Responden 16 Distribusi Reponden dalam Konsumsi Kosmetik 18 Pengetahuan Mahasiswa terhadap Kosmetik Berlabel Halal 22

14 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa yang Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal 124 SIMPULAN DAN SARAN 266 Simpulan 266 Saran 266 DAFTAR PUSTAKA 277 LAMPIRAN 30 RIWAYAT HIDUP 39

15 DAFTAR TABEL 1 Jumlah persetujuan nomor izin edar kosmetik tahun Karakteristik responden 17 3 Distribusi responden berdasarkan usia dalam mengonsumsi kosmetik 18 4 Distribusi responden berdasarkan jurusan atau mayor dalam mengonsumsi kosmetik 19 5 Distribusi responden berdasarkan pemasukan perbulan dalam mengonsumsi kosmetik 19 6 Distribusi responden berdasarkan lama penggunaan dalam mengonsumsi kosmetik 20 7 Distribusi responden berdasarkan pengajian rutin dalam mengonsumsi kosmetik 20 8 Distribusi responden berdasarkan waktu pemakaian dalam mengonsumsi kosmetik 21 9 Faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal 25 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan populasi penduduk muslim di dunia 1 2 Pasar halal dunia 2 3 Jenis produk yang beredar di Indonesia tahun Kerangka pemikiran 11 5 Pengetahuan mahasswa terhadap keberadaan kosmetik berlabel halal 21 6 Pengetahuan mahasiswa terhadap komposisi yang membuat kosmetik menjadi tidak halal 22 7 Mencari informasi sebelum mengonsumsi kosmetik berlabel halal 23 8 Sumber informasi yang digunakan untuk mencari tahun kosmetik berlabel halal 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 30 2 Hasil olahan analisis regresi logistik 35 3 Daftar kosmetik berlabel halal di Indoneia tahun

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi muslim di dunia diperkirakan akan mencapai 2.2 miliar tahun Tahun 2010 penduduk muslim dunia telah mencapai 1.6 miliar dan tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 1.9 miliar (the Future of the Global Muslim Population 2011). Secara global, populasi muslim diperkirakan tumbuh sekitar dua kali tingkat populasi non muslim selama dua dekade berikutnya. Tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 1.5% untuk umat muslim, sedangkan 0.7% untuk non muslim. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. 10 Billion ,1 5,8 5,3 4,8 4,2 non-muslims Muslims 2 0 1,1 1,3 1,6 1,9 2, Tahun Sumber : The Future of the Global Muslim Population (2011). Gambar 1 Perkembangan Populasi Penduduk Muslim di Dunia Indonesia merupakan negara yang dengan jumlah penduduk muslim terbanyak, yaitu 205 miliar (Fleishman-Hillard Majlis 2012). Jumlah penduduk Indonesia mencapai juta jiwa (BPS 2010), dengan jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sebesar 87.18%. Mayoritas penduduk beragama Islam menjadikan Indonesia memiliki potensi nilai pangsa pasar halal yang besar dibandingkan dengan negara-negara lain (Annafianti 2015). Produk halal dibutuhkan karena produk yang halal lebih terjamin keamanan, lebih terpercaya, serta terhindar dari kandungan zat yang haram dan berbahaya. Hukum Islam sangat jelas dalam hal konsumsi, yakni barang yang dikonsumsi harus bebas dari hal-hal yang tergolong haram atau tidak halal (Sandi et al 2011). Umat Islam berkewajiban mengonsumsi produk halal, seperti yang terkandung dalam AlQuran pada surat Al- Baqarah ayat 168, sebagai berikut: ا أ ي ه ا الن اس ك ل وا م م ا ف ي األ ر ض ح ال ال ط ي با و ال ت ت ب ع وا خ ط و ات الش ي ط ان إ ن ه ل ك م ع د و م ب ين Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

18 2 syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu Halal dalam Bahasa Arab yang artinya diperbolehkan atau sesuai hukum Islam. Kehalalan produk tidak terlepas dari kata thoyyib. Halal mengacu pada hukum boleh atau tidaknya suatu produk dikonsumsi, dan thoyyib lebih menekankan pada aspek kualitas produk seperti kandungan gizi, kebersihan produk, keamanan produk, kesehatan, keterjangkauan harga, serta manfaat lainnya (Endah 2014). Produk halal tidak hanya yang masuk ke dalam perut, tetapi segala sesuatu yang digunakan melalui bagian luar tubuh seperti kulit, sehingga produk halal tidak boleh terkandung bahan dan zat haram serta terbebas dari najis. Memproduksi produk halal merupakan tanggung jawab produsen kepada konsumen muslim. Produk yang diproduksi dan beredar harus mempunyai sertifikat halal dan label halal yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), sebagai bukti bahwa produk tersebut telah halal. Adapun bentuk label halal tersebut berupa logo halal yang tercantum pada kemasan produk. Label halal pada produk pangan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena mempermudah konsumen untuk mengetahui produk tersebut telah halal dan dapat dilihat dari logo halal yang tercantum pada kemasan produk (Rambe dan Afifuddin 2012). Farmasi 26% Makanan 61% Kosmetik 11% Sumber : Fleishman-Hillard Majlis (2012). Gambar 2 Pasar halal dunia Lainnya 2% Muslim ingin mematuhi hukum Syariah dengan mengonsumsi yang halal. Produk halal yang dikonsumsi seperti makanan, obat-obatan dan vitamin (farmasi), dan termasuk kosmetik. Pasar halal global dinilai sekitar US $ 2.3 triliun dan salah satu konsumen global yang cepat berkembang. Pasar makanan merupakan pangsa pasar paling besar didunia, tetapi kosmetik telah mencapai 11% dalam pasar halal dunia. Hal tersebut dikarenakan masih banyak produk kosmetik yang beredar didunia dan produsen kosmetik tersebut tidak hanya produsen muslim. Kosmetik telah beredar di Indonesia, termasuk kosmetik halal. Sebelum kosmetik mendapatkan sertifikat halal dan label halal, produk kosmetik tersebut telah mendapat izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Semua

19 jenis produk termasuk kosmetik yang beredar harus melawati tahap evaluasi pre market, dalam rangka pemberian persetuan izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pengawasan pre market melakukan evaluasi terhadap kemasan, manfaat, mutu kosmetik, dan pemberian nomor izin edar. Banyaknya kosmetik yang beredar dapat dilihat dari jumlah persetujuan nomor izin edar kosmetik. Persetujuan nomor izin edar tersebut meningkat dari tahun 2012 hingga 2015 (BPOM 2016). Data tersebut dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Jumlah persetujuan nomor izin edar kosmetik tahun Produk Kosmetik Sumber : Laporan tahunan BPOM (2016). Produk kosmetik banyak beredar di Indonesia dibandingkan jenis produk makanan dan minuman. Berdasarkan data dari BPOM hingga periode bulan Agustus tahun 2016 total jenis produk yang beredar adalah jenis. Berikut adalah jenis produk yang telah mendapat izin edar dari BPOM. Jenis produk yang beredar dikategorikan dalam lima jenis produk diantaranya produk suplemen makanan, obat, obat tradisional, makanan dan minuman serta kosmetik. Kosmetik merupakan jenis produk terbanyak yang mendapat izin edar dari BPOM dengan presentase 56%. Makanan dan minuman mendapat izin edar sebesar 39%, obat dan obat tradisional masing-masing sebesar 2% dan untuk izin edar untuk suplemen makanan sebesar 1%. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 3 Obat 2% Obat Tradisional 2% Suplemen Makanan 1% Makanan dan Minuman 39% Kosmetika 56% Sumber : BPOM (2016). Gambar 3 Jenis produk yang beredar di Indonesia tahun 2016 Kosmetik dapat digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik, atau mengubah penampilan tanpa memengaruhi tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, kosmetik seolah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian kaum wanita. Kosmetik merupakan produk yang unik karena selain memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar wanita terhadap kecantikan, juga menjadi sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas diri di

20 4 mata masyarakat (Fabricant dan Gould 1993). Hal tersebut menjelaskan bahwa kosmetik dibutuhkan oleh semua manusia. Kosmetik sesungguhnya memiliki risiko pemakaian yang perlu diperhatikan, mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberi efek yang sama untuk setiap konsumen (Ferrinadewi 2005). Oleh sebab itu sebagai konsumen lebih memperhatikan kandungan pada kosmetik sebelum memilih untuk digunakan. Konsumen muslim membutuhkan kosmetik yang berlabel halal, tetapi belum semua jenis kosmetik yang telah berlabel halal. Adanya kandungan bahan atau zat pada kosmetik yang menjadikan kosmetik tidak halal. LPPOM MUI mengungkapkan bahwa bahan-bahan yang memiliki titik kritis kehalalan dalam kosmetik seperti kolagen, elastin, ekstrak placenta, lemak dan turunannya, serta cairan amnion. Bahan tersebut dapat ditemukan pada produk kosmetik untuk wajah seperti lipstick, pelembab, dan krim pemutih. Komposisi tersebut diharamkan jika berasal dari hewan yang diharamkan (seperti babi dan turunannya) dan organ manusia yang bertentangan dengan Syariat Islam. Konsumen muslim yang menggunakan kosmetik harus lebih berhati-hati, memperhatikan kehalalan, dan kandungan suatu produk kosmetik, karena tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti (Kusnandar et al 2015). Mahasiswa merupakan salah satu pengguna kosmetik. Perumusan Masalah Muslim diwajibkan untuk mengonsumsi produk halal. Produk halal tidak hanya yang masuk ke dalam tubuh manusia tetapi segala sesuatu yang dikonsumsi dan gunakan pada bagian luar tubuh manusia (kulit). Salah satunya adalah kosmetik. Produk kosmetik di Indonesia terus meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah persetujuan nomor izin edar kosmetik yang dikeluarkan oleh BPOM (2016) meningkat dari tahun 2012 hingga 2015 (Tabel 1). Kosmetik lebih banyak dibutuhkan oleh wanita, karena manfaat yang dimiliki kosmetik. Bagi konsumen muslim membutuhkan kosmetik yang berlabel halal. Adanya sertifikat halal dan label halal pada kosmetik menjamin keamanan dan manfaat kosmetik yang digunakan konsumen, serta aman dari kandungan zat berbahaya dan haram. Sertifikasi halal dimulai pada tahun 1994 dan dimulai dari produk pangan. Produk kosmetik sendiri mulai mendapatkan sertifikasi sejak tahun 2012, yaitu terdapat 26 produk kosmetik yang sudah berlabel halal dari 5 perusahaan. Tahun 2016 terdapat produk kosmetik yang sudah berlabel halal dari 87 perusahaan, sedangkan produk kosmetik yang mendapat izin edar oleh BPOM adalah sebanyak produk. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa tidak semua produk kosmetik sudah berlabel halal, sedangkan sebagai konsumen muslim membutuhkan kosmetik berlabel halal. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa produk kosmetik yang masih dalam proses sertifikasi halal, tetapi masih ada perusahaan yang tidak melakukan hal tersebut termasuk, perusahaan besar. Mahasiswa merupakan salah satu konsumen kosmetik. Jumlah mahasiswa lebih banyak dibandingkan dosen atau karyawan yang bekerja di universitas. Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun ajaran 2015/2016 memiliki jumlah mahasiswa sebanyak jiwa, diantaranya terdapat mahasiswa muslim sebanyak jiwa berjenis kelamin laki-laki dan jiwa berjenis kelamin perempuan. Mayoritas mahasiswa IPB adalah perempuan, sehingga produsen dapat melihat bahwa pangsa

21 pasar untuk mahasiswa lebih besar. Mahasiswa muslim membutuhkan produk kosmetik yang halal, sedangkan kosmetik yang beredar tidak semua yang berlabel halal. Kurangnya kosmetik berlabel halal yang beredar membuat mahasiswa menggunakan kosmetik yang tidak berlabel halal, sedangkan bagi mahasiswa kosmetik merupakan salah satu kebutuhan. Tidak semua mahasiswa mengetahui secara pasti mengenai kehalalan kosmetik tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. bagaimana pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal? 2. faktor-faktor apa saja yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal? 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal. 2. menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat dari penyelenggaraan program sertifikasi halal. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyusun kebijakan terkait regulasi pangan, obat-obatan, dan kosmetik, serta sertifikasi halal MUI. 2. bagi masyarakat, terutama muslim agar lebih teliti dalam mengonsumsi produk kosmetik, dan memperhatikan kehalalan, serta kandungan dalam produk kosmetik. 3. bagi produsen kosmetik, agar lebih memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dan kehalalan produk kosmetik dalam memproduksi. Adanya sertifikasi halal dan labelisasi halal pada setiap jenis produk dapat membantu produsen dalam dalam memasarkan produk. bagi penulis, agar menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusinya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal dan mengidentifikasi faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Ruang lingkup penelitian ini mencakup mahasiswa program sarjana IPB tahun ajaran 2015/2016. Responden tersebut berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, dan menggunakan kosmetik.

22 6 Kosmetik yang digunakan adalah jenis kosmetik untuk wajah seperti lip-stick, krim pemutih, dan pelembab. TINJAUAN PUSTAKA Halal dan Produk Halal Halal berasal dari bahasa Arab yang berarti melepaskan dan tidak terikat. Pengertian halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal, produk halal adalah produk yang tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Menurut UU RI Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH), produk adalah barang atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut Ernawati (2015) produk yang halal adalah produk yang diolah serta bahan bakunya memenuhi kriteria dalam syariat Islam dan tidak mengandung unsur yang diharamkan baik dalam bahan tambahan, bahan baku, atau bahan penolong lainnya. Produk halal diantaranya makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, serta produk lainnya yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh manusia sebagai konsumen. Produk Halal adalah produk yang telah dinyatakan sesuai dengan syariat Islam (UU RI Nomor 33 Tahun 2014). Produk halal yang menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah produk yang memenuhi syariat Islam diantaranya: 1. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi. 2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah kotor-kotoran, dan lain sebagainya. 3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam. 4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan, dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam. 5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar. Berdasarkan UU RI Nomor 33 Tahun 2014 tentang JPH, bahan yang digunakan dalam Proses Produk Halal (PPH) terdiri atas bahan baku, bahan olahan, bahan tambahan, dan bahan penolong. Bahan-bahan tersebut berasal dari hewan, tumbuhan, mikroba, atau bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetika. Allah SWT memerintahkan umatnya untuk mengonsumsi yang halal dan menginggalkan yang haram, seperti yang terkandung dalam Al-Qur an pada Surat Al-Baqarah ayat 173, sebagai berikut: إ ن م ا ح ر م ع ل ي ك م ال م ي ت ة و الد م و ل ح م ال خ ن ز ير و م ا أ ه ل ب ه ل غ ي ر للا ف م ن اض ط ر غي ر ب ا و ال ع ا ف ال إ ث م ع ل ي ه إ ن للا غ ف ور ر ح يم

23 7 Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sertifikasi dan Labelisasi Halal Produk yang beredar belum semua terjamin kehalalannya, sehingga dibutuhkannya sertifikat halal dan label halal pada produk. Sertifikat halal adalah pengakuan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh Badan Pengelolaan Jaminan Produk Halal (BPJPH) berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan MUI. Menurut LPPOM MUI sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai syariat Islam. Bagi perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI baik industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan (RPH), dan restoran atau katering atau dapur, harus melakukan pendaftaran sertifikasi halal dan memenuhi persyaratan sertifikasi halal. Berikut adalah tahapan yang dilewati perusahaan yang akan mendaftarkan proses sertifikasi halal: 1. Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti pelatihan Sistem Jaminan Halal (SJH). Adapun persyaratan tersebut tercantum dalam HAS Menerapkan SJH. Adanya penerapan SJH sebelum mendaftarkan sertifikasi halal produk, antara lain: penetapan kebijakan halal, penetapan tim manajeman halal, pembuatan manual SJH, pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH, pelaksanaan internal audit, dan kaji ulang manajemen. 3. Menyiapkan dokumen sertifikasi halal. Dokumen tersebut diantaranya: daftar produk, daftar bahan, daftar dokumen bahan, daftar penyembelihan (khusus RPH), matrik produk, manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal dan bukti audit internal. 4. Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (upload data). Pendaftaran dilakukan secara online di Cerol melalui website 5. Melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad sertifikasi. Monitoring pre audit dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit. Pembayaran akad dilakukan dengan mengunduh akad di Cerol, menandatangai akad, kemudian melakukan pembayaran di Cerol yang setujui oleh bendahara LPPOM MUI. 6. Pelaksanaan audit. Pelaksanaan audit dilakukan disemua fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi. 7. Melakukan monitoring pasca audit. Monitoring dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil audit dan jika ada agar dilakukan perbaikan. 8. Memperoleh sertifikat halal. Perusahaan dapat mengunduh sertifikat halal dalam bentuk softcopy di Cerol. Sertifikat asli dapat diambil di kantor LPPOM MUI Jakarta atau dapat dikirim ke alamat perusahaan. Sertifikat halal tersebut berlaku selama dua tahun.

24 8 Labelisasi halal secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada konsumen bahwa produk tersebut benar-benar halal dan nutrisi yang terdapat pada produk tidak mengandung unsur yang diharamkan secara syariah, sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi (Astogini et al 2011). Label Halal menurut UU RI Nomor 33 Tahun 2014 adalah tanda kehalalan suatu produk. Produk yang tidak mencantumkan label halal pada kemasannya berarti belum mendapat persetujuan dari lembaga yang berwenang untuk diklasifikasikan dalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalalnnya. Sertifikat halal merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Labelisasi halal di Indonesia dilakukan oleh LPPOM MUI. LPPOM MUI mengeluarkan sertifikat halal dan label halal sesuai dengan persyaratan dan prosedur yang diikuti produsen. Berbagai langkah dan kebijakan dari LPPOM MUI dibidang sertifikasi halal berguna untuk terus meningkatkan pelayanan masyarakat dalam memperoleh produk halal. Menurut Miru (2007) label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kadaluarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Produk Kosmetika Halal Pengertian kosmetik berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1175/MenKes/Per/VIII/2010 adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, serta melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetika berasal dari Bahasa Inggris cosmetics yang artinya alat kecantikan wanita. Kosmetik digunakan untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit menurut BPOM Departemen Kesehatan dalam LPPOM MUI Bali. Menurut Hussin et al (2013) halal dalam kosmetik mencakup aspek manufaktur proses, penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman yang harus memenuhi persyaratan syariat Islam. Hal ini berarti bahan yang digunakan harus berbahan halal dan suci serta diproduksi pada fasilitas produksi yang terbebas dari bahan haram dan najis. Bahan yang diperbolehkan adalah yang berasal dari tanaman, sepanjang dalam proses pembuatannya tidak mengunakan bahan aditif atau bahan penolong berupa berbahan haram. Konsumen muslim dapat menggunakan kosmetik apapun jika tidak mengandung unsur yang dilarang dalam Islam. Unsur tersebut adalah pertama, menggunakan kosmetik untuk menarik lawan jenis yang bukan mahramnya. Hal tersebut mengungkapkan konsumen menggunakan kosmetik untuk dapat dilihat oleh lawan jenis atau memakai secara berlebihan agar disukai lawan jenis. Kedua, kosmetik yang berasal dari bahan yang mudharat (tidak diperbolehkan). Bahan tersebut seperti bahan atau zat yang digunakan lebih dari ketentuan pemakaian, bahan-bahan berasal dari babi, anjing, atau hewan yang dilarang agama, dan zat yang membahayakan. Ketiga, kosmetik yang merubah secara permanen, seperti pemutih wajah yang terdapat pada krim pemutih dan kosmetik yang dapat merubah

25 bentuk wajah. Keempat, kosmetik yang digunakan secara berlebih-lebihan seperti menggunakan wewangian terlalu banyak bagi muslimah dan menggunakan perias wajah berlebihan hanya untuk keluar rumah. Lip-stick digunakan salah satu make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya (Tranggono dan Latifah 2007). Krim wajah berguna untuk menghilangkan sel-sel kuit mati serta menghilangkan flekflek hitam pada wajah. Efek samping positif yang dihasilkan oleh jenis kosmetik ini adalah untuk memutihkan kulit wajah. Pelembab digunakan terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering terutama saat konsumen yang menggunakan kosmetik dan telah lama berada di dalam lingkungan yang dapat mengeringkan kulit. (Tranggono dan Latifah 2007). 9 Bahan Kosmetika Kosmetika merupakan salah satu kebutuhan sehari-hari bagi manusia, baik bagi perempuan ataupun laki-laki, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Berbagai jenis kosmetik digunakan untuk membersihkan atau mempercantik diri. Kosmetik yang digunakan harus aman dan melindungi penggunanya. Menurut LPPOM MUI Bali (2011) ada beberapa titik kritis kehalalan pada produk kosmetik yang terdiri dari bahan kimia dan bahan yang diharamkan pada produk kosmetika. Menurut Fatwa MUI No.2/MunasVI/MUI/2000, penggunaan kosmetik yang mengandung atau berasal dari bagian tubuh manusia, hukumnya haram. Bahan atau produk kosmetik yang berasal dari hewan yang diharamkan (hewan buas, babi dan turunannya) sudah pasti haram. LPPOM MUI mengungkapkan bahan-bahan yang merupakan titik kritis kehalalan dalam kosmetik, sebagai berikut : a. Gliserin merupakan lemak dan turunannya yang berguna untuk melembabkan, melembutkan, serta menghaluskan kulit. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan pembuat lipstick, sabun, krim pemutih, pelembab, lotion, serta sabun mandi. b. Kolagen dan elastin merupakan protein jaringan ikat yang liat dan bening kekuning-kuningan, jika terkena panas menjadi kental seperti lem. Bahan ini berguna untuk menjaga kelenturan kulit dan mencegah keriput. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan pembuat pelembab dan lotion. c. Placenta adalah organ berbentuk vascular yang berkembang di dalam uterus selama kehamilan. Placenta berguna untuk menghilangkan kerutan, mencegah penuaan, melembutkan, serta menyegarkan kulit. Bahan ini digunakan pada jenis produk kosmetik seperti lotion dan krim pemutih. Placenta yang terdapat pada kosmetik berlabel halal adalah berasal dari hewan sapi atau yang tidak diharamkan agama. d. Cairan Amnion merupakan air ketuban. Cairan amnion berguna untuk melembabkan, melembutkan, serta menghaluskan kulit. Bahan ini dapat ditemukan pada jenis produk pelembab, lotion rambut, shampoo, dan perawatan kulit kepala.

26 10 Penelitian Terdahulu Penelitian Ramadhani (2015) yang berjudul Pengaruh Label Halal terhadap Brand Switching Produk Kosmetik dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi logistik, dan brand switching pattern matrix. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden beragama Islam tidak loyal terhadap kosmetik berlabel halal dibandingkan responden beragama selain Islam dan mutu merupakan faktor yang memengaruhi responden mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Penelitian Sukmawati (2006) yang berjudul Analisis Pengaruh Label Halal terhadap Brand Switching (Kasus Produk Kosmetik Wardah) menggunakan analisis khi-kuadrat dan brand switching pattern matrix dengan alat pengolah data SPSS versi 12.0 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal masih rendah serta kurangnya pangsa pasar Wardah membuat responden beralih ke produk lain dan kecocokan produk merupakan faktor terpenting dalam perpindahan produk. Penelitian Ernawati (2015) yang berjudul Pengaruh Label Halal dan Tingkat Harga terhadap Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik dengan studi kasus mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan mencari sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel label halal lebih berpengaruh terhadap keputusan mahasiswi UIN menggunakan kosmetik dibanding variabel tingkat harga. Penelitian Utami (2013) yang berjudul Pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Membeli melakukan penelitian dengan survei pada pembeli produk kosmetik Wardah di outlet Wardah Griya Muslim An-nisa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearon dan uji regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya label halal pada produk kosmetik pengaruh terhadap keputusan membeli pada konsumen, hal ini dibuktikan dengan pengaruh label halal terhadap kualitas, mutu, serta merek pada produk kosmetik yang membuat para konsumen ini membeli produk kosmetik. Kerangka Pemikiran Produk kosmetik sangat populer dimasyarakat, sehingga banyak yang menjadi konsumen kosmetik. Hal tersebut dibuktikan pada Gambar 1, yang menyatakan bahwa jenis produk kosmetik lebih banyak beredar dibandingkan jenis makanan dan minuman (BPOM 2016). Kosmetik tidak hanya digunakan oleh wanita dan orang dewasa, tetapi laki-laki, dan anak-anak hingga lanjut usia masih menggunakan kosmetik. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis produk kosmetik yang dikemas berbeda, sesuai jenis kelamin, dan manfaat yang berbeda terkandung pada kosmetik tersebut. Konsumen beragama Islam membutuhkan produk halal, karena mengonsumsi maupun menggunakan produk halal merupakan kewajiban umat muslim. Menurut Patton (2009) permintaan terhadap produk kosmetik halal terus meningkat. Hal tersebut tidak hanya didorong oleh data bahwa penduduk Indonesia

27 adalah penduduk mayoritas konsumen muslim, tetapi minat mereka pada produk yang berkualitas tinggi, halal, dan produk yang aman juga tinggi. Konsumen muslim membutuhkan keterangan bahwa produk tersebut halal untuk dikonsumsi. Keterangan halal pada produk berbentuk label halal yang disertifikasi oleh LPPOM MUI yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan (Depkes) dan Departemen Agama (Depag). Produk kosmetik tidak dimakan atau masuk ke dalam tubuh, tetapi digunakan pada bagian luar tubuh sehingga kosmetik dikaitkan dengan masalah suci dan najis (Sukmawati 2006). Kosmetik yang halal bebas dari bahan yang najis dan tidak suci seperti hewan yang diharamkan (babi, kolagen) dan bagian manusia (placenta). Adapun produk kosmetik untuk wajah yang berindikasi mengandung bahan haram tersebut, diantaranya lipstick, pelembab, dan krim prmutih. Konsumen muslim sebagai pengguna kosmetik harus mengetahui hal tersebut agar terhindar dari kosmetik tidak halal. Produk Kosmetik 11 Kosmetik Berlabel Halal Kosmetik Tidak Berlabel Halal Pengetahuan terhadap Kosmetik Berlabel Halal Pilihan Mahasiswa Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Mengonsumsi Kosmetik Berlabel Halal : - Pengetahuan kosmetik berlabel halal - Pengetahuan produk kosmetik halal - Keterjangkauan Harga - Promosi - Kepedulian informasi - Mutu - Bentuk - Citra merek produk - Kecocokan - Daya tahan produk - Kepatuhan Gambar 4 Kerangka pemikiran

28 12 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa belum ada penelitian sebelumnya serta adanya mahasiswa IPB yang menggunakan kosmetik berlabel halal. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2016 dengan melaukan survei langsung di lapangan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui metode survei dan melakukan wawancara langsung dengan mahasiswa yang menggunakan kosmetik. Data sekunder digunakan sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder didapat melalui buku, jurnal, skripsi, dan internet terkait penelitian. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang didapat peneliti melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Wawancara langsung kepada mahasiswa aktif IPB yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbanganpertimbangan tertentu dalam pengambilan samplenya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan dan Akdon 2005). Pertimbangan tersebut adalah responden yang merupakan mahasiswa strata satu IPB yang beragama Islam dan merupakan pengguna kosmetik. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Slovin (Riduwan dan Akdon 2005) dengan nilai kritis sebesar 10%. N n = 1+N.e 2...(1) Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Nilai kritis yang digunakan yaitu 10% Menurut Direktorat Administrasi Pendidikan (2016) jumlah mahasiswa program sarjana IPB tahun ajaran 2015/2016 adalah mahasiswa. Populasi

29 yang dijadikan responden adalah mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan dan beragama Islam yaitu berjumlah orang. N n = 1 + N. e 2 13 = (0,1) 2 = 6848 = Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Untuk pengolahan data menggunakan software Microsoft Office Excel dan software SPSS Versi 16 untuk analisis regresi logistik. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Sebelum diolah dan dianalisa, dilakukan beberapa prosedur dan penggolongan beberapa jawaban. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi identitas dan karakteristik konsumen serta menganalisis pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal. Analisis deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel untuk menjelaskan karakteristik konsumen dan dalam bentuk grafik untuk menjelaskan pengetahuan mahasiswa terhadap kosmetik berlabel halal. Analisis Regresi Logistik Analisis regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon (Firdaus et al 2011). Model ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal. Menurut Firdaus dan Afendi (2008) pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui tranformasi dari regresi linear ke logit. Formulasi transformasi logit : Logit (Pi) = log e ( Pi 1 Pi )...(2) Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan log e adalah logaritma dengan basis bilangan e (Firdaus dan Afendi 2008). Nilai odds rasio yang terdapat dalam analisis regresi adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 yaitu mahasiswa yang menggunakan kosmetik berlabel halal terhadap peluang terjadinya pilihan 0 yaitu mahasiswa yang tidak menggunakan kosmetik berlabel halal. Nilai odds semakin besar menandakan bahwa peluang konsumen melakukan perpindahan merek kosmetik semakin besar. Persamaan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal sebagai berikut:

30 14 Li = ln ( Pi 1 Pi ) = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + β 8 X 8 + β 9 X 9 + β 10 X 10 + β 11 X 11 Keterangan: Li : Peluang respon (Peluang mengonsumsi kosmetik berlabel halal) Pi : Mahasiswa menggunakan kosmetik berlabel halal (nilai= 1) 1-Pi : Mahasiswa tidak menggunakan kosmetik berlabel halal (nilai=0) β0 : Intersep βi : Parameter peubah X X1 : Pengetahuan kosmetik berlabel halal (rata-rata skor) (5=iya, 3=ragu-ragu, 1=tidak) X2 : Pengetahuan produk kosmetik halal (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju) X3 : Keterjangkauan harga (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju) X4 : Promosi (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju) X5 : Kepedulian informasi (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju) X6 : Mutu (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju X7 : Bentuk (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju X8 : Citra merek (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju X9 : Kecocokan produk (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju X10 : Daya tahan (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju X11 : Kepatuhan (rata-rata skor) (5=sangat setuju, 4=setuju, 3=ragu-ragu/netral, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak setuju) Definisi Operasional Penentuan besarnya nilai mengonsumsi kosmetik berlabel halal adalah bernilai 1 dan besar nilai responden yang tidak mengonsumsi kosmetik berlabel halal adalah bernilai 0. Pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi kosmetik berlabel halal memerlukan beberapa variabel yang dimasukkan kedalam model. Variabel-variabel tersebut diantaranya:

31 1. Pengetahuan kosmetik berlabel halal adalah pengetahuan konsumen terhadap kosmetik yang berlabel halal secara umum. Indikatornya adalah pengetahuan terhadap keberadaan kosmetik berlabel halal, pengetahuan mengenai komposisi, serta tingkat keingintahuan konsumen sebelum mengonsumsi kosmetik. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Pengetahuan produk kosmetik halal adalah pengetahuan atau pemahaman konsumen mengenai produk kosmetik halal yang digunakannya. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Harga adalah biaya yang ditetapkan produsen pada produk kosmetik berlabel halal untuk dipasarkan. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Promosi adalah kegiatan promo atau salah satu strategi pemasaran yang digunakan produsen dalam memasarkan produk, seperti pemberian bonus, discount, atau hadiah kepada konsumen. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Kepedulian informasi dilihat dari informasi yang didapat konsumen mengenai kosmetik berlabel halal, seperti kemasan, bahan-bahan, serta logo yang tercantum pada bagian luar produk kosmetik berlabel halal. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Mutu atau kualitas merupakan efek samping dari kosmetik berlabel halal, dapat berupa efek positif ataupun negatif yang didapat konsumen setelah menggunakannya. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Bentuk pada kosmetik berlabel halal digunakan produsen dalam bentuk yang unik, menarik, serta dapat dijadikan sebagai ciri khas pada kosmetik berlabel halal. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Citra merek kosmetik berlabel halal digunakan produsen untuk membantu dan mempermudah pemasaran kosmetik berlabel halal kepada konsumen. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Kecocokan produk kosmetik berlabel halal yang didapat oleh konsumen, manfaat yang diterima oleh konsumen setelah mengonsumsi produk tersebut. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Daya tahan kosmetik dapat dilihat dari ketahanan produk kosmetik tersebut terhadap wajah setelah digunakan atau tanggal expired yang tercantum pada kosmetik. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga Kepatuhan adalah kepedulian konsumen terhadap kehalalan atau label halal yang tercantum pada kosmetik. Hal ini terdapat pada diri konsumen dalam menghadapi kehalalan pada kosmetik. Penilaian diambil dari rata-rata skor pada pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan nilai skor rata-rata 1 hingga 5. 15

32 16 Skala Likert Pengukuran variabel yang telah dicantumkan dalam kuesioner diberi skor menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomenal sosial (Darmawan 2013). Informasi yang didapat dari skala likert merupakan skala pengukuran ordinal sehingga peneliti hanya dapat membagi responden kedalam ranking atas dasar persepsinya. Bobot yang diberikan bernilai 1 hingga 5, yaitu sangat setuju (5), setuju (4), kurang setuju/netral (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Riduwan dan Akdon 2008). Skala Likert digunakan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang memengaruhi mahasiswa mengonsumsi produk kosmetik berlabel halal. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa yang menggunakan kosmetik dan memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik responden yang dibahas pada penelitian ini meliputi usia, jurusan atau mayor, pemasukan (perbulan), lama penggunaan kosmetik, pengajian rutin yang diikuti responden perminggu serta waktu yang digunakan responden mengonsumsi kosmetik. Karakteristik responden berdasarkan kosmetik yang digunakan. Mayoritas responden telah menggunakan kosmetik berlabel halal. Hal tersebut dapat dilihat pada data, bahwa responden yang telah menggunakan kosmetik berlabel halal adalah sebesar 65%. Responden yang tidak menggunakan kosmetik berlabel halal adalah sebesar 35%. Karakteristik responden berdasarkan usia, yaitu pada rentang usia 19 hingga 22 tahun. Jumlah responden yang berusia 19 tahun adalah 11% dan responden yang berusia 20 tahun adalah 25%. Responden dengan jumlah terbanyak menggunakan kosmetik adalah pada usia 21 tahun dengan presentase 44%. Sisanya responden yang berusia 22 tahun adalah 20%. Berdasarkan wawancara terdapat responden dengan jurusan atau mayor yang berbeda-beda, sehingga karakteristik responden dikategorikan dalam dua kategori yaitu ekonomi syariah dan non ekonomi syariah. Mahasiswa yang menggunakan kosmetik dengan jurusan atau mayor ekonomi syariah adalah 20%. Mahasiswa lainnya yang menggunakan kosmetik dengan jurusan atau mayor non ekonomi syariah adalah sebesar 80%. Karakteristik responden berdasarkan pemasukan perbulan berada pada rentang Rp hingga Rp Data menunjukkan bahwa responden dengan jumlah terbanyak menggunakan kosmetik adalah 39% dengan pemasukan kurang dari sama dengan Rp perbulan. Responden dengan jumlah terkecil menggunakan kosmetik adalah 13% dengan pemasukan lebih dari Rp hingga Rp perbulan. Pemasukan responden yang lebih dari Rp hingga Rp perbulan adalah 28% dan pemasukan responden yang lebih dari Rp perbulan adalah 20%. Pemasukan yang diterima responden

33 berasal dari beasiswa, hasil usaha sendiri, ataupun uang saku dari orang tua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik responden Karakterisktik responden Klasifikasi Presentase (%) Pengguna produk kosmetik Berlabel halal 65 Tidak berlabel halal 35 Usia 19 tahun tahun tahun tahun 20 Jurusan atau mayor ekonomi syariah 20 non ekonomi syariah 80 Pemasukan (perbulan) Rp > Rp Rp > Rp Rp > Rp Lama penggunaan kosmetik 2 tahun 25 > 2 4 tahun 34 > 4 6 tahun 32 > 6 tahun 9 Pengajian rutin setiap Mengikuti 27 minggu Tidak mengikuti 73 Waktu pemakaian kosmetik Jarang 11 Selalu 66 Sering 23 Sumber : Data primer 2016 (diolah). Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan Tabel 2 adalah berdasarkan lama penggunaan kosmetik yaitu pada rentang waktu 6 bulan hingga 10 tahun. Data menunjukkan bahwa responden dengan jumlah terbanyak dalam menggunakan kosmetik adalah 34%, responden tersebut telah menggunakan kosmetik lebih dari 2 hingga 4 tahun. Responden dengan jumlah terkecil dalam menggunakan kosmetik adalah 9%, responden tersebut telah menggunakan kosmetik lebih dari 6 tahun. Responden yang telah menggunakan kosmetik kurang dari sama dengan 2 tahun adalah 25%. Responden yang telah menggunakan kosmetik lebih dari 4 hingga 6 tahun adalah 32%. Berdasarkan data menunjukkan bahwa responden telah mengunakan kosmetik sejak menduduki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Karakteristik responden berdasarkan tingkat keimanan yang dilihat dari rutinitas mengikuti pengajian setiap minggunya. Jumlah responden yang mengikuti pengajian rutin setiap minggu adalah 27%. Pengajian tersebut dilakukan setiap minggu di kampus atau di lingkungan kosan atau di rumah. Jumlah responden sebesar 73% lainnya tidak mengikuti pengajian rutin. Responden tersebut tidak melakukan atau mengikuti pengajian selama duduk dibangku diperkuliahan. Karakteristik responden berikutnya dilihat berdasarkan waktu pemakaian yang dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu jarang, selalu, dan sering menggunakan kosmetik. Responden yang menggunakan kosmetik dengan kategori 17

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Switching Dalam menghadapi persaingan yang kompetitif di dunia kecantikan, dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan keunggulan yang hampir sama, konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin berkembang ini banyak kita jumpai adanya bermacam-macam jenis kosmetik dari yang belum bersertifikat halal sampai yang sudah bersertifikat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H24102118 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk homo economicus, tidak akan lepas dari pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi pada tiap individu. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi. besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi. besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan mengonsumsi suatu barang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 menjadikan

Lebih terperinci

PENETAPAN PRODUK HALAL

PENETAPAN PRODUK HALAL 19 PENETAPAN PRODUK HALAL Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, dalam rapat Komisi bersama LP.POM MUI, pada hari Rabu dan Sabtu, tanggal 17 & 20 Ramadhan 1421 H/ 13 & 16 Desember 2000 M., setelah: Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan. ADAB ISLAMI : ADAB SEBELUM MAKAN Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung 69 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung yang mempunyai sertifikasi halal dan mencantumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat

Lebih terperinci

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar dengan menempati peringkat ke 1 di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2) Ditulis oleh slam Center FATWA-FATWA PLHAN (18) Hukum Menyembelih untuk selain Allah Pertanyaan: Apakah hukum menyembelih untuk selain Allah? Jawaban: Sudah kami jelaskan dalam kesempatan lain bahwa tauhid

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG DWI SUKRISTIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMBOROSAN MENGGUNAKAN METODE VALUE STREAM MAPPING DAN SIX SIGMA DENGAN MENGIMPLEMENTASI KONSEP LEAN MANUFACTURING TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PEMBOROSAN MENGGUNAKAN METODE VALUE STREAM MAPPING DAN SIX SIGMA DENGAN MENGIMPLEMENTASI KONSEP LEAN MANUFACTURING TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PEMBOROSAN MENGGUNAKAN METODE VALUE STREAM MAPPING DAN SIX SIGMA DENGAN MENGIMPLEMENTASI KONSEP LEAN MANUFACTURING (Studi Kasus di PT. CHIA JIANN INDONESIA FURNITURE) TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

PDF Create! 2 Trial.

PDF Create! 2 Trial. FATWA Nomor : 06 Tahun 2010 Tentang PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS BAGI JEMAAH HAJI ATAU UMRAH Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah: Menimbang : a. bahwa penyakit Meningitis masih menjadi ancaman

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING PRODUK KOSMETIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMEN MENGKONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL

PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING PRODUK KOSMETIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMEN MENGKONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING PRODUK KOSMETIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMEN MENGKONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL (Studi Kasus Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat. dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat. dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber bahan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.1.23.3516 TENTANG IZIN EDAR PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, SUPLEMEN MAKANAN DAN MAKANAN YANG BERSUMBER, MENGANDUNG, DARI BAHAN

Lebih terperinci

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING 15 FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Rabi ul Akhir 1421 H./25-29

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, rongga mulut antara lain untuk membersihkan,

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, BAB I LATAR BELAKANG rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL,CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL,CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL,CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi kasus pada kosmetik wardah dikota Surakarta) Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. merek, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian Air Minum

BAB V PEMBAHASAN. merek, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian Air Minum BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan mengenai pengaruh merek, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) UINSA Fresh di Pusat

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN FATWA KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG PENETAPAN PRODUK HALAL

KEPUTUSAN FATWA KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG PENETAPAN PRODUK HALAL KEPUTUSAN FATWA KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG PENETAPAN PRODUK HALAL بسم الله الرحمن الرحيم Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, dalam rapat Komisi bersama LP.POM MUI, pada hari Rabu, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share). Persaingan yang terjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga. Waktu penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, terlebih

Lebih terperinci

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI KOTA SEMARANG ABSTRAK PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK WARDAH DI KOTA SEMARANG Oleh Vivi Rahmawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK. Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik

BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK. Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK A. Analisis Motivasi Konsumen Memilih Produk Aqiqah Siap Saji Pada Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang, Indonesia menjadi pasar yang sangat memberikan peluang bagi dunia bisnis. Fenomena tersebut menggambarkan

Lebih terperinci

Ilmu Al-Qur an. -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad

Ilmu Al-Qur an. -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad Ilmu Al-Qur an -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad Heri Mustofa Kuliah Kerja Da wah Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah April 2007 Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan sandang, papan, pangan,

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin kompetitif. Hal ini terbukti semakin banyaknya jenis kosmetik diproduksi dalam negeri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah muslim terbesar didunia, lebih kurang 80% penduduknya menganut agama Islam. Dalam Islam, halal dan haram adalah bagian

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT (STUDI TINDAKAN DI KELAS V MI NURUL HUDA PEGUNDAN PETARUKAN PEMALANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

ISLAM IS THE BEST CHOICE

ISLAM IS THE BEST CHOICE KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AKHLAK SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AKHLAK SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AKHLAK SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS (MUI), setelah : Menimbang : 1. bahwa produk pangan ternak ada yang telah dikembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STUDI KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 4 CEPIRING KENDAL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya wanita. Untuk tampil menarik banyak cara yang ditempuh antara lain perawatan kecantikan, pengaturan

Lebih terperinci

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir www.muzir.wordpress.com shahmuzir@yahoo.com Diturunkan pada Lailatul-Qadr إ ن ا أ ن ز ل ن اه ف ي ل ي ل ة ال ق د ر Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun oleh : Endah Widyaningsih Rahayu

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun oleh : Endah Widyaningsih Rahayu i STUDI KORELASI KECERDASAAN EMOSI (EQ) DAN PRESTASI BELAJAR RANAH AFEKTIF MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi: Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi: ب أ ب ال ز ي آه ا إ ر ا ت ذ ا ت ن ث ذ ي إ ل أ ج ل ه س و ف بك ت ج ل ك ت ت ث ك ن ك بت ت ث بل

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha atau bisnis, informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada konsumen. Konsumen semakin

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari 237.641.326 penduduk Indonesia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP MOTIVASI KESEMBUHAN (Studi Kasus Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produsen berlombalomba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produsen berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

SMS BERHADIAH. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 9 Tahun 2008 Tentang SMS BERHADIAH

SMS BERHADIAH. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 9 Tahun 2008 Tentang SMS BERHADIAH 44 SMS BERHADIAH FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 9 Tahun 2008 Tentang SMS BERHADIAH Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah: MENIMBANG : a. bahwa akhir-akhir ini sangat marak praktek penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK 31 PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 2 Tahun 2003 Tentang PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK Majelis Ulama Indonesia, setelah

Lebih terperinci

PENGARUH REKRUTMEN DAN SELEKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN KONVEKSI CV. USAHA MANDIRI CABANG SUKOLILO. Oleh MOH SUGIYANTO PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PENGARUH REKRUTMEN DAN SELEKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN KONVEKSI CV. USAHA MANDIRI CABANG SUKOLILO. Oleh MOH SUGIYANTO PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGARUH REKRUTMEN DAN SELEKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN KONVEKSI CV. USAHA MANDIRI CABANG SUKOLILO Oleh MOH SUGIYANTO 201111188 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkara makan dan minum seperti yang tersebut dalam surat Al A Raf ayat

BAB I PENDAHULUAN. perkara makan dan minum seperti yang tersebut dalam surat Al A Raf ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Perlu dimengerti bahwa Allah SWT telah mengatur perkara makan dan minum

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG INTENSITAS BIMBINGAN MEMBACA AL-QUR AN OLEH GURU DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS IV MI GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia menjadikan kebutuhan akan makanan juga besar. Sumber dari pemenuhan akan pangan ini berasal dari sektor

Lebih terperinci

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun pada Chandra Departement Store yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk No. 1 Tanjungkarang Bandarlampung.

Lebih terperinci