Efektifitas Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum di Sekolah Dasar. Harsono. Universitas Madura, Pamekasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efektifitas Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum di Sekolah Dasar. Harsono. Universitas Madura, Pamekasan"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Efektifitas Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum di Sekolah Dasar Harsono Universitas Madura, Pamekasan ABSTRAKS Pembelajaran sastra sampai saat ini masih dirasakan sebagai pembelajaran sulit bagi guru bahasa. Kesulitan yang dirasakan terletak pada keberadaannya di sekolah yang menyatu dengan pembelajaran bahasa Indonesia, materi, bahan ajar penunjang, sampai metode serta cara penyampaiannya. Salah salah satu pembelajaran yang dianggap sulit adalah menulis puisi. Adanya anggapan yang bisa menulis puisi adalah orang yang berbakat terhadap puisi telah menjadikan pembelajaran menulis puisi sebagai kegiatan yang cenderung tidak disukai oleh peserta didik. Persoalan tersebut memerlukan paradigma baru untuk menerjemahkan pembelajaran menulis puisi berupa metode pembelajaran yang tepat. Metode yang dianggap tepat adalah metode Quantum. Metode Quantum merupakan antithesis terhadap metode konvensional yang dianggap tidak dapat menerjemahkan kemampuan terpendam peserta didik. Metode Quantum dianggap efektif baik dari segi proses maupun hasil karena bisa merangkum modalitas belajar peserta didik yang berbeda-beda serta menciptakan demokratisasi belajar yang menghargai keragaman. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil temuan 310 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

2 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini ini adalah : (1). Dari segi proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode quantum lebih efektif daripada metode konvensional. Efektvitas tersebut dapat diketahui dari respon siswa dalam keikutsertaan dan partisipasinya ketika proses pembelajaran berlangsung. (2). Dari segi hasil, efektifitas Metode Quantum dapat diketahui dari siswa yang mencapai KKM 90 % sedangkan yang tidak mencapai KKM 10 % dari 20 siswa. Keywords : pembelajaran, puisi, dan quantum PENDAHULUAN Pembelajaran sastra di Indonesia ternyata tidak pernah lepas dari berbagai persoalan, baik yang berkaitan dengan keberadaannya di sekolah yang menyatu dengan pembelajaran bahasa Indonesia, materi, bahan ajar penunjang, sampai metode serta cara penyampaiannya. Berbagai diskusi dan kajian telah diadakan untuk memecahkan masalah tersebut, tetapi masalah tidak pernah selesai. Di lembaga pendidikan formal, pengajaran sastra dari hari ke hari semakin sarat dengan berbagai persoalan. Tampaknya, pengajaran sastra memang pengajaran yang bermasalah sejak dahulu. Keluhan-keluhan para guru, subjek didik, dan sastrawan tentang rendahnya tingkat apresiasi sastra selama ini menjadi bukti konkret adanya sesuatu yang tidak beres dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal. Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 311

3 Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran sastra, secara umum akan menjadi sarana pendidikan moral. Karya sastra yang bernilai tinggi di dalamnya terkandung pesan-pesan moral yang tinggi. Sastra seperti ini dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang lebih tinggi. Melalui pembelajaran sastra, siswa diharapkan menjadi warga yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang luhur. Upaya untuk mewujudkan idealisme pembelajaran sastra itu antara lain diperlukan perubahan paradigma pembelajaran sastra, baik secara teoretis-konseptual maupun segi teknis implementasinya, seperti metode, strategi, materi, langkahlangkah penyajian, media pembelajaran, evaluasi, dan lebih penting lagi tentang perumusan tujuan pengajaran. Keseluruhan komponen teknis tersebut haruslah didesain sedemikian rupa sehingga pembelajaran sastra yang sejatinya dapat menjadi sarana peningkatan daya nalar dan kreativitas siswa dapat diwujudkan. Dalam kegiatan praksis pembelajaran puisi, seorang guru hendaknya melaksanakan tehnik implementasi yang tepat. Ketepatan yang dimaksud adalah kemampuan merangkum modalitas belajar siswa yang berbeda-beda dengan penggunaan yang tepat sehingga dapat menghargai keragaman belajar siswa dan tercapainya demokratisasi belajar serta terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang dianggap tepat adalah metode Quantum. Metode Quantum adalah salah satu solusi alternatif untuk mendekati praksis pendidikan dengan paradigma yang mampu menggambarkan hakekat belajar, pembelajaran secara komprehensif, proses demokratisasi belajar, dan menghargai keragaman 312 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

4 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDI Al Munawwarah Pamekasan. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran menulis puisi, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah semua hal yang terlibat dalam pembelajaran menulis puisi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk memeriksa kesahihan data adalah triangulasi data dan triangulasi metodologis. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Quantum Teaching memiliki karakteristik keaktifan yang tinggi, karena pembelajaran berlangsung secara nyaman dan santai dalam suasana orkestra. Siswa diberi kesempatan untuk melatih kemampuan menulis puisi, dapat saling memotivasi, dan meningkatkan kemampuan menulis puisi. Pengolahan pembelajaran dengan metode ini dapat menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar sehingga siswa tergerak niatnya untuk belajar. Pada akhirnya, siswa pun mengerahkan segenap kemampuannya dalam proses pembelajaran dengan kemauan sendiri. Penggunaan Metode Quantum pada pembelajaran menulis puisi akan menjadi piranti untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini diasumsikan karena Metode Quantum beroreintasi pada proses belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan di tengah-tengah proses pembelajaran. Gambaran tersebut didasarkan pada pendapat Suyatno bahwa Metode Quantum merupakan metode pendidikan yang dirancang dengan system induktif, moving action, Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 313

5 Prosiding Seminar Nasional multipendekatan, partisipatori, dan melibatkan diri secara sadar dan tidak sadar. Kemudian, tahapannya diatur melalui persepsi, identifikasi diri, aktualisasi diri, penguatan diri, pengukuhan diri, dan refleksi. Alam digunakan sebagai sarana dasar dalam mengenal diri. Kemudian, strategi penemuan konsep dilakukan (2004:30). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (DePorter, 2007:4). Quantum Teaching adalah system pengajaran yang menggairahkan dan bertumpu pada prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik Quantum Learning di ruang-ruang kelas di sekolah. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelasinteraksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter, 2007:3). Quantum teaching bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka. Inilah azaz utama dari Quantum Teaching, alasan di balik segala startegi, model, dan keyakinan Quantum Teaching, segala hal yanng dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching, setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional 314 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

6 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini dibangun atas prinsip konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka. (DePorter, 2007:6). Adapun maksud dari konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka. adalah mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar. Pertama, guru harus membagun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Karena sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan seseorang mengajar atau melatih hanya berarti bahwa orang tersebut memiliki wewenang untuk mengajar. Hal tersebut tidak berarti orang tersebut mempunyai hak mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih dan diberikan oleh siswa bukan oleh Departemen Pendidikan. Belajar dari segala defenisinya adalah kegitan full-contact. Dengan kata lain belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia, pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh. Disamping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru. Menurut DePorter (2007:7) pada dasarnya Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan Azaz Utama. bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka. Prinsipprinsip ini mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip-prinsip tersebut adalah berikut ini. segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari, maka layak pula Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 315

7 Prosiding Seminar Nasional dirayakan. Kerangka perancangan Quantum Teaching terdiri dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, dan Rayakan dan dapat diakronimkan dengan TANDUR. Unsur-unsur tersebut membentuk basis structural keseluruhan yang melandasi Quantum Teaching (DePorter, 2007: 88). Tumbuhkan adalah menyertakan anak didik, memikatnya, dan memuaskan AMBAK. Maksud dari tumbuhkan adalah,guru harus menumbuhkan minat siswa. Menumbuhkan minat menulis puisi,bisa juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh yang sudah sukses dalam bidang puisi,misalnya D. Zawawi Imron, dan tokoh tokoh yang lain. Dapat juga memberikan motivasi, bahwa menulis puisi dapat menambah kecakapan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, mempunyai kecerdasan emosional dan social, serta dapat menjadi orang kreatif dalam kehidupan. Alami adalah memberikan pengalaman belajar dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Pada tahap ini guru dapat menunjukkan sebuah bunga. Siswa ditugaskan merenungkan satu kalimat pendek tentang bunga mawar. Kemudian menuliskannya di papan tulis secara bergantian Namai adalah memberikan data disaat minat telah memuncak. Pada tahap ini setelah kalimat yang dituliskan siswa tentang mawar terkumpul, maka guru menyebutnya sebagai sebuah puisi tentang mawar. Kemudian guru menugaskan siswa untuk membuat defenisi puisi. Demontrasikan adalah memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka mengahayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Pada tahap ini, siswa diminta untuk membacakan puisinya di depan kelas. Siswa yang lain 316 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

8 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini memberikan pendapat (berupa saran, kritik, dan pujian). Setelah semua siswa tampil, mereka memilih pembaca terbaik terbaik dalam sepotong kertas dengan memilih, terbanyak layak mendapat bintang prestasi banyak pula. Pada tahap ini juga, siswa diberikan untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.kemampuan mereka mengenal bagianbagian puisi dan teknik penulisan yang baik dapat dijadikan bekal bagi mereka untuk membenahi puisinya. Setelah siswa membenahi,berilah kesempatan siswa untuk menunjukkan karyanya dan juga menunjukkan bahwa mereka tahu dan berhasil menulis puisi. Ulangi adalah merekatkan gambaran. Ulangi apa yang telah anda lakukan.dalam hal ini,guru menegaskan kembali secara singkat apa yang telah disampaikan kepada siswa,diantaranya tentang konsep puisi,bangun struktur puisi yang meliputi baris, bait, rima maupun pilihan kata serta teknik penulisan puisi yang baik. Upaya mengulang kembali ini diharapkan agar materi yang telah disampaikan guru benar-benar melekat di benak siswa Rayakan adalah merayakan hasil belajar sesuai dengan prinsip jika layak dipelajari maka layak dirayakan (TIM KPI, 2004:48). Perayaan merupakan salah satu prinsip dari Quantum Teaching. Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki. Perayaan akan membangun keinginan untuk sukses. Beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang bisa digunakan adalah : tepuk tangan, tiga kali hore, wuss, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi, kejutan, pengakuan kekuatan, dan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 317

9 Prosiding Seminar Nasional pernyataan afirmasi (DePorter, 2007:30-31). Penerjemahan guru terhadap konsep, azaz, prinsip, dan rancangan pembelajaran Quantum Teaching di atas akan memunculkan efektifitas menulis puisi ditinjau dari penilaian proses dan hasil. Efektifitas proses bisa dicapai apabila siswa aktif, responsive, kreatif, dan kemauan kuat untuk mengikuti pembelajaran tumbuh dan muncul dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat diketahui dengan hasil pengamatan efektifitas proses sebagai berikut berikut, 318 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

10 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini Hasil penialian proses di atas menggambarkan bahwa Metode Quantum dapat menjadikan siswa memiliki keaktifan, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kegiatan belajar, karena pembelajaran berlangsung secara nyaman dan santai dalam suasana osrkestra. Pembelajaran dengan Metode Quantum diibaratkan seperti mengubah energy menjadi cahaya dengan member keleluasaan dan kesempatan untuk menulis puisi. Motivasi prestasi siswa dioptimalkan dengan pengolahan pembelajaran yang dapat menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar sehingga siswa tergerak niatnya untuk belajar. Sedangkan efektifitas hasil dalam pembelajaran menulis dengan metode Quantum didasarkan pada pencapaian nilai siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari kompetensi menulis puisi seperti berikut, Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 319

11 Prosiding Seminar Nasional Berdasarkan identifikasi daftar nilai menulis puisi di atas yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal terdapat pada subjek 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20. Sedangkan yang tidak mencapai KKM terdapat pada subjek 4 dan 16. Jadi siswa yang mencapai nilai berdasarkan kriteria ketuntasan minimal ada 90 % sedangkan yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal ada 10 % dari 20 siswa. SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan metode Quantum Teaching dapat menumbuhkan daya tarik siswa untuk belajar. Di dalamnya terciptanya hubungan dan interaksi guru dan murid yang aktif sehingga tidak terkesan kaku lagi dan berlangsung secara searah. Hal ini disebabkan, karena pembelajaran menulis puisi berlangsung secara santai, nyaman, dan dikondisikan dalam suasana orkestra, sehingga metode ini efektif digunakan untuk semua umur. Meski demikian, sebaik apapun teori metode yang dikembangkan, tetapi penerjemahannya bergantung kepada guru yang mempraktikkannya. Oleh karena itu, khusus untuk penerapannya menuntut perubahan pola pikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, serta struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan maka pembelajaran apresiasi. 320 Forum Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Provinsi Jawa Timur

12 Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Dewasa Ini DAFTAR PUSTAKA DePorter, Bobbi. et. al Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Bandung : Kaifa. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa. Suyatno Teknik Pembelajaran Bahasa Dan Sastra.Surabaya ;SIC. Tim Bina Karya Guru Bina Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Tim Penulis KPI Kiat Mengajar Dengan Quantum Teaching. Surabaya : KPI PERTANYAAN 1. Menurutnya, pembelajaran puisi belum mengena dari teknik quantum teach yang dijelaskan. JAWABAN 1. Yang penting seorang anak bisa menulis puisi walaupun secara sederhana, atau hanya sebatas mereka. Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri 321

PENELITIAN BAHASA, SASTRA DAN PENGAJARANNYA DEWASA INI

PENELITIAN BAHASA, SASTRA DAN PENGAJARANNYA DEWASA INI FORUM BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA PROVINSI JAWA TIMUR PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN BAHASA, SASTRA DAN PENGAJARANNYA DEWASA INI Editor: Dr. Subardi Agan, M.Pd. Dr. Sujarwoko, M.Pd. DITERBITKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Terkadang orang yang pendidikannya rendah memiliki tingkat kehidupan yang rendah juga jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan salah satu segi terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa 101 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat dikaji pembahasan sebagai berikut: A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pendidikan menentukan kemajuan suatu bangsa. Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar para siswa di setiap jenjang pendidikan perlu diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat dan kebudayaan sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Nita Fuji Kosmasari, S.S. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KARANGSAMBUNG

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KARANGSAMBUNG PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KARANGSAMBUNG Oleh: Siti Rofingah 1, Wahyudi 2, H. Setyo Budi 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI TANDUR Sudaryo, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 2 Binangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai Model, pendekatan, strategi, pembelajaran dan media pembelajaran Bahasa Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1 MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG Linda Agustina 1 Abstrak: Sumber daya manusia akan berkualitas apabila didukung oleh sistem pendidikan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BENTUK PANGKAT DAN AKAR PADA SISWA KELAS X.6 SEMESTER I SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Penerapan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran Persamaan Kuadrat di Kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh

Penerapan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran Persamaan Kuadrat di Kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Volume 1, Nomor 1, Hal 98-110 Agustus 2016 Penerapan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran Persamaan Kuadrat di Kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh Khana Silva

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan, bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB 1 PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB Oleh: Desy Hanisa Putri Dosen P.Fisika PMIPA Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* Abstrak Kegiatan pembelajaran quantum teaching dapat mewujudkan pembelajaran yang bervariasi terpusat pada peserta didik dan dapat dimaksimalkan

Lebih terperinci

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Wiji Astutik SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Email: astutikwiji498@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Oleh: Teguh Priyambodo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadaiyah Purworejo

Oleh: Teguh Priyambodo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadaiyah Purworejo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE KUANTUM MELALUI MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Teguh Priyambodo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika yang lebih baik dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Hidayah Ansori, Rezqy Amalia Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA UNTUK SISWA KELAS III SD NEGERI PONCOWARNO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA UNTUK SISWA KELAS III SD NEGERI PONCOWARNO TAHUN AJARAN 2013/2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA UNTUK SISWA KELAS III SD NEGERI PONCOWARNO TAHUN AJARAN 2013/2014 Esti Mulyaningsih¹, Kartika Chrysti Suryandari 2, Tri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki akhlak yang mulia. Sedangkan inti dari pendidikan sendiri adalah belajar dan pembelajaran,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN Oleh: Afif Rifai 1, Suhartono 2, Ngatman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret e-mail: rifai_kbm@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian Tindakan (PTK) ini berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT (Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu perantara untuk memperoleh ilmu sehingga menjadi manusia berguna. Ilmu yang berguna tidak hanya bersifat teoritis atau hanya mengutamakan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang penting sebagai dasar untuk membentuk individu yang kuat dan cerdas dalam bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM TEACHING DI SD TIMBUSENG MAKASSAR IBM QUANTUM TEACHING ON TIMBUSENG ELEMENTARY TEACHERS MAKASSAR

PENERAPAN QUANTUM TEACHING DI SD TIMBUSENG MAKASSAR IBM QUANTUM TEACHING ON TIMBUSENG ELEMENTARY TEACHERS MAKASSAR PENERAPAN QUANTUM TEACHING DI SD TIMBUSENG MAKASSAR IBM QUANTUM TEACHING ON TIMBUSENG ELEMENTARY TEACHERS MAKASSAR Nur Abidah Idrus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar e-mail: nurabidah@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan

PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi suatu bangsa agar bangsa tersebut dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Dengan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menyiapkan program-program keahlian otomotif dan telah disesuaikan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 BILAH

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. a) Karakteristik Model Pembelajaran Quantum

BAB II PEMBAHASAN. a) Karakteristik Model Pembelajaran Quantum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengembangkan konsep Lozanov itu menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori mutakhir. Antara lain sugesti,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Model Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Model Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Model Quantum Teaching Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang meriah dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING. Siti Jaenatun SDN Dukuhjati Kidul 02 Kec. Pangkah Kab.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING. Siti Jaenatun SDN Dukuhjati Kidul 02 Kec. Pangkah Kab. Dinamika Vol. 5, No. 2, Oktober 2014 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING SDN Dukuhjati Kidul 02 Kec. Pangkah Kab. Tegal Abstrak Penelitian yang

Lebih terperinci

Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching

Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching Yuhasriati 1) Yulianti 2) 1,2) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah yuhasriati@unsyiah.ac.id ABSTTRAK Persamaan Linear Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN SINGOYUDAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN SINGOYUDAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN SINGOYUDAN Oleh: Joni Sasongko 1), Triyono 2), Imam Suyanto 3) PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang amat penting terutama pada era global sekarang ini. Ekonomi perlu dipahami dan dikuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu

Lebih terperinci

ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Nuraini Wulandari

ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Nuraini Wulandari UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOREJO LOR 02 KOTA SALATIGA ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA DARI TEKS CERITA YANG ADA DALAM MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN MODEL PEMBELAJARAN

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA DARI TEKS CERITA YANG ADA DALAM MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN MODEL PEMBELAJARAN PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA DARI TEKS CERITA YANG ADA DALAM MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS IV ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN Sri Winarti 08 21 0161 S.Wina39@yahoo.com STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penggunaan metode dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu dibutuhkan landasan dan konsep pendidikan yang kuat,

Lebih terperinci

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU DI KELAS VII-6 SMP NEGERI 3 BERASTAGI Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi Email : yoana_stphani@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sebagai proses yang dinamis dalam melahirkan kemampuan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. orang sebagai proses yang dinamis dalam melahirkan kemampuan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dan pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. langsung oleh siswa ataupun guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang

BAB II KAJIAN TEORI. langsung oleh siswa ataupun guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Suatu kegiatan yang sengaja melalui proses sehingga menghasilkan perubahan disebut belajar. Perubahan tersebut bisa langsung dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu usaha yang disengaja, teratur, dan terencana sebaik mungkin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mencapai tujuan Negara yaitu, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang telah tertuang pada Pembukaan UUD 1945. Dijelaskan

Lebih terperinci

Irdes Hidayana Siregar dan Rita Juliani Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Abstrak

Irdes Hidayana Siregar dan Rita Juliani Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Abstrak Vol., No., Mei 04 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.P 03/04 Irdes Hidayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek bahasa. Menurut Dasmiati (2012: 1) dalam penelitiannya, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek bahasa. Menurut Dasmiati (2012: 1) dalam penelitiannya, Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Menurut Dasmiati (2012: 1) dalam penelitiannya, Bahasa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama disegala aspek kehidupan. Pengetahuan diperoleh melalui proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang

Lebih terperinci

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2014 ISSN

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2014 ISSN Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2014 ISSN 2087-9016 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QT DENGAN KERANGKA TANDUR DALAM PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media untuk melakukan pecakapan kepada orang lain. Pada umumnya di

BAB I PENDAHULUAN. media untuk melakukan pecakapan kepada orang lain. Pada umumnya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa sebagai media untuk melakukan pecakapan kepada orang lain. Pada umumnya di Indonesia, orang-orang lebih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil belajar matematika yang baik merupakan salah satu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil belajar matematika yang baik merupakan salah satu tujuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil belajar matematika yang baik merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam B kegiatan pembelajaran. Untuk mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 146-155, Desember 2002, ISSN : 1410-8518 PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis ini tidak semua orang menyukai, apalagi menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis ini tidak semua orang menyukai, apalagi menguasai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sesungguhnya adalah ekspresi hati dan curahan jiwa kita yang terdalam. Menjadikan menulis sebagai proses untuk menjadi diri kita yang sebenarnya, sebuah

Lebih terperinci

KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF

KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF 1 KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF 1. Abstrak Oleh Imam Yuwono,M.Pd Dosen Prodi PLB FKIP Unlam Banjarmasin Pengembangan kerangka pembelajaran

Lebih terperinci

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME NOMOR, JULI 0 Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar H. Muchtar Ibrahim dan Andi Mifthahul Janna Murti (Lektor Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran sastra. Pada pembelajaran sastra bukan merupakan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO Oleh: Siti Amirotun 1, Wahyudi 2, Kartika Chrysti S. 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Hakikat IPA IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KEDAWUNG

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KEDAWUNG PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KEDAWUNG Erna Yuniasih 1, Tri Saptuti Susiani 2, Kartika Chrysti Suryandari 3 e-mail: erna_imnida@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

Lebih terperinci