Akibat Hukum Tidak Dilakukannya Penyesuaian Anggaran Dasar PT Sumber Niaga yang Didirikan Pada Tahun 1983

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Akibat Hukum Tidak Dilakukannya Penyesuaian Anggaran Dasar PT Sumber Niaga yang Didirikan Pada Tahun 1983"

Transkripsi

1 Akibat Hukum Tidak Dilakukannya Penyesuaian Anggaran Dasar PT Sumber Niaga yang Didirikan Pada Tahun 1983 Nusaibah Al-Hima, Wenny Setiawati Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Abstrak Skripsi ini membahas mengenai pengaturan tentang penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan ditinjau Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1995, dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta akibat hukum terhadap perseroan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya, khususnya terhadap PT Sumber Niaga yang didirikan pada tahun Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan tentang penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan serta akibat hukum terhadap perseroan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 memberikan waktu 2 tahun bagi perseroan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya, namun tidak menetapkan sanksi apabila tidak dilakukan hal tersebut. Namun pada tahun 1998, dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa perseroan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya hingga tanggal 7 September 1998, maka namanya dapat dipakai oleh pihak lain. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 memberikan waktu 1 tahun untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan, dengan sanksi bagi perseroan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu 1 tahun, dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Pemerintah dalam hal ini tidak konsisten terhadap peraturan yang dikeluarkan tentang status badan hukum, pemakaian nama perseroan, serta pendaftaran perseroan seperti yang terjadi pada kasus PT Sumber Niaga, yang akan berakibat merugikan perseroan yang pada dasarnya telah memiliki status badan hukum, namun menjadi gugur statusnya dikarenakan tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar. Legal Consequences For Did Not Adjust The Article of Association of PT Sumber Niaga Which Established at 1983 Abstract This thesis mainly discusses about adjustment the article of association which regulated by Law Number 1 Year 1995 and Law Number 40 Year 2007 about Limited Liability Company and the legal consequences to the company for did not adjust the article of association, especially for PT Sumber Niaga which established at 1983.

2 By using the method of literature research, this thesis aims to determine the regulations about adjustment the article of association and the legal the legal consequences to the company for did not adjust the article of association. Law Number 1 Year 1995 regulated that company have 2 years to adjust the article of associations, but the law didn t rule about the consequences if the company didn t do that. But in 1998, the government issued Government Regulation Number 26 Year 1998 on the Use of Limited Liability Company Name stating that the company which did not adjust the article of associations until September 7 th 1998, the name of the company could used by another party. Law No. 40 of 2007 provide 1 year to make adjustments to the company's articles of association, with sanctions for not adjusting the company's articles of association within a period of 1 year, can be dissolved by the decision of the district court at the request of the prosecutor or interested parties. The government in this case is not consistent with the regulations issued on the status of a legal entity, the use of the company name, as well as the registration of the company as it did in the case of PT Sumber Niaga, which would be harm to the company that basically has had the status of a legal entity, but becomes void due to its status did not adjust the article of association. Keywords: Adjustment; Article of Association; Limited Liability Company Pendahuluan Perkembangan perekonomian menempatkan korporasi sebagai salah satu alat penggerak kemajuan dunia yang mengakibatkan berdirinya berbagai jenis usaha di Indonesia. Begitu banyaknya kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi oleh hasil produksi korporasi, baik skala besar, menengah hingga yang kecil, menyebabkan dunia usaha begitu diminati. 1 Dalam rangka menyokong dunia usaha untuk kemajuan perekonomian ini, pemerintah diharuskan menyediakan pengaturan hukum yang jelas mengenai badan usaha. Salah satu bentuk badan usaha yang berbadan hukum yaitu Perseroan Terbatas. Perseroan terbatas pada awalnya diatur dalam Buku I Bab III Bagian III pasal Kitab UU Hukum Dagang. Kemudian pada tahun 1995, muncullah UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang kemudian diperbaharui lagi dengan munculnya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2 Ketentuan peralihan dibutuhkan sebagai perantara antar peraturan. Ketentuan peralihan yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan harus melakukan penyesuaian anggaran dasarnya sesuai dengan peraturan yang baru. 3 Namun apakah semua perusahaan sudah melakukan penyesuaian terhadap anggaran dasar 1 Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan Direksi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Ed. 1, cet.3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal Sri Hariningsih, Ketentuan Peralihan Dalam Peraturan Perundang-undangan Diunduh pada tanggal 30 September 2013, pukul 9:47 WIB.

3 perseroannya? Bagaimana jika Direksi lalai dan tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh UU No. 1 tahun 1995 dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? Akibat hukum apakah yang akan diterima perusahaan apabila tidak menyesuaikan anggaran dasarnya? Apakah Direksi ikut bertanggung jawab akibat tidak dilakukannya penyesuaian anggaran dasar perseroan? Seperti halnya yang terjadi pada PT Sumber Niaga yang didirikan dengan akta pendirian pada tanggal tanggal 29 September 1983, sesuai dengan ketentuan perseroan terbatas yang terdapat dalam KUHD. Sejak berdiri tahun 1983 hingga tahun 2007, perusahaan ini telah banyak melakukan tindakan hukum. Namun setelah diselidiki, ternyata perusahaan ini belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan UU No. 1 Tahun Setelah keluarnya UU No. 40 Tahun 2007, barulah para direksi mengajukan penyesuaian anggaran dasar perseroan. Dengan didasari beberapa pertanyaan diatas dan kasus tentang PT Sumber Niaga ini, penulis hendak membahas mengenai akibat hukum terhadap perseroan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam tulisan yang berjudul Akibat Hukum Tidak Dilakukannya Penyesuaian Anggaran Dasar PT Sumber Niaga yang Didirikan Pada Tahun 1983 Metode Penelitian Bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian yuridis-normatif yakni suatu bentuk penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan 4. Tipologi penelitian ini adalah deskriptif analitis preskriptif yakni bentuk tipologi penelitian yang menggabungkan segi deskriptif analitis guna menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu atau menentukan frekuensi atas suatu gejala 5 serta segi preskriptif guna memberikan solusi terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini 6. Sebagai salah satu bentuk penelitian yuridis normatif, penelitian ini akan dilakukan berdasarkan studi kepustakaan dan 4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. 9., (Jakarta: Rajawali Press, 2006) hal Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indoensia, 2005), hal Bambang Waluyo, S.H., Penelitian Hukum dalam Praktek, Ed. 1., Cet. 3., (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 9.

4 wawancara 7. Sehingga, jenis data yang akan diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya 8. Pembahasan PT Sumber Niaga yang didirikan pada tahun 1983, dimana pada saat itu peraturan nasional yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Sehingga PT Sumber Niaga harus tunduk pada ketentuan yang tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), khusunya Pasal 36- Pasal 56. Dalam KUHD tidak dijelaskan secara spesifik tentang perubahan Anggaran Dasar, namun Pasal 36 KUHD menyatakan: Perseroan terbatas tak mempunyai sesuatu firma, dan tak memakai nama salah seorang atau lebih dari para perseronya, namun diambilnyalah nama perseroan itu dari tujuan perusahaannya semata-mata. Sebelum suatu perseroan terbatas bisa berdiri dengan sah, maka akta pendiriannya atau naskah dari akta tersebut harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri kehakiman, untuk mendapat pengesahannya. Untuk tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat pendiriannya, dan dalam hal perpanjangan waktu, harus diperoleh pengesahan yang sama. Jika merujuk pada Pasal 36 KUHD tersebut, maka perubahan Anggaran Dasar yang terkait dengan syarat-syarat pendirian perseroan serta terkait perpanjangan jangka waktu perseroan, harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Kehakiman, untuk mendapat pengesahannya. Namun tidak diatur secara rinci tentang tata cara pengajuan pengesahan perubahan anggaran dasar tersebut. Pasal 38 KUHD juga menyinggung terkait perubahan Anggaran Dasar, berbunyi sebagai berikut: Akta perseroan tersebut harus dibuat dalam bentuk akta otentik, atas ancaman kebatalannya. Para persero diwajibkan mendaftarkan akta itu seluruhnya beserta pengesahan yang diperolehnya dalam register umum yang disediakan untuk itu dikepaniteraan Pengadilan Negeri yang mana dalam daerah hukumnya perseroan itu memiliki tempat kedudukannya, sedangkan mereka diwajibkan pula mengumumkannya dalam Berita Negara. Segala sesuatu yang tersebut diatas berlaku juga terhadap segala perubahan dalam syarat-syarat pendiriannya, atau dalam hal waktu perseroan diperpanjangnya. Ketentuan Pasal 25 berlaku juga dalam hal ini. 7 Soerjono Seokanto dan Sri Mamudji, loc.cit. 8 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Depok: UI Press, 2010), hal. 51.

5 Berdasarkan Pasal 38 KUHD tersebut, maka perubahan Anggaran Dasar yang terkait dengan syarat-syarat pendirian perseroan serta terkait perpanjangan jangka waktu perseroan, juga harus didaftarkan dan diumumkan dalam Berita Negara. Namun kembali lagi, tidak ada ketentuan yang mengatur secara rinci mengenai pendaftaran dan dan pengumuman perubahan anggaran dasar tersebut. PT Sumber Niaga sejak tahun 1983 hingga dikeluarkannya UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, telah melakukan 3 (tiga) kali perubahan Anggaran Dasar, yaitu: Pada tanggal 21 September 1985, perubahan anggaran dasar terkait maksud dan tujuan, serta bidang usaha perseroan. Pada tanggal 24 Mei 1991, perubahan terkait masuk dan keluarnya pendiri perseroan, modal perseroan, struktur perseroan dan penyetoran modal perseroan. Pada tanggal 29 Januari 1992, kembali dibuat Akta Perubahan Anggaran Dasar PT Sumber Niaga. Namun dikarenakan penulis tidak mendapatkan salinan akta tersebut, tidak diketahui secara jelas perubahan yang dilakukan. Namun perubahan Anggaran Dasar tersebut tidak pernah diajukan pengesahan dan pendaftarannya. Sehingga data perusahaan yang sah dan valid hanyalah Akta Pendirian awal yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kota Pontianak. Dalam Akta Pernyataan tertanggal 8 Mei 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Sylvia Fransiska Tan, SH, pun dinyatakan bahwa Anggaran Dasar PT Sumber Niaga tidak pernah disesuaikan dengan UU Nomor 1 Tahun 1995 maupun UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada halaman 2 Akta Pernyataan tersebut juga dijelaskan bahwa PT Sumber Niaga hingga tanggal pembuatan akta tersebut belum mendapatkan pengesahan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Bahkan berdasarkan pengecekan pada Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum), Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, nama PT Sumber Niaga telah terdaftar sehingga pendiri tidak dapat mendaftarkan perseroan dengan nama tersebut. PT Sumber Niaga telah melewati dua perubahan peraturan tentang Perseroan Terbatas, yaitu UU No. 1 Tahun 1995 dan UU No. 40 Tahun UUPT 1995 tidak mengatur mekanisme sanksi apa yang akan diperoleh oleh perseroan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya setelah 2 (dua) tahun sejak UU tersebut berlaku. Namun peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama

6 Perseroan Terbatas, menyatakan dengan tegas bahwa nama perseroan yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 7 Maret 1998, dapat dipakai oleh pihak lain. Sehingga batas terakhir menyesuaikan anggaran dasar untuk perseroan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar adalah tanggal 7 September Konsekuensi dengan tidak dilakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan setelah tanggal 7 September 1998 adalah nama perseroannya dapat digunakan oleh pihak lain, yang berarti mengakibatkan status hukum perseroan tersebut secara otomatis gugur. 9 Namun apabila ternyata belum ada pihak lain yang mendaftarkan perseroannya dengan nama yang sama, maka perseroan tersebut tetap berstatus badan hukum. 10 Tetapi tetap saja harus dilakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dikarenakan untuk menjamin kepastian hukum perseroan tersebut. Bukan hanya kepastian hukum terkait perseroannya, tetapi ini juga menyangkut status dan kepastian hukum pihak lain, seperti direksi, pemegang saham, kreditor, serta pihak-pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan perseroan. Dikarenakan apabila ternyata tiba-tiba ada pihak lain yang mengajukan diri dengan nama perseroan yang sama, akan tetap disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Hal ini berarti bahwa perseroan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar sewaktu-waktu dapat saja gugur status hukumnya dikarenakan terdapat perseroan lain yang mengajukan diri dengan nama yang sama. Hal inilah yang terjadi pada PT Sumber Niaga, yaitu ketika ingin mengajukan penyesuaian anggaran dasar pada tahun 2007, permohonan penyesuaian anggaran dasarnya ditolak dikarenakan berdasarkan pengecekan pada Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum), Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, nama PT Sumber Niaga telah terdaftar sehingga pendiri tidak dapat mendaftarkan perseroan dengan nama tersebut. Padahal PT Sumber Niaga telah sah sebagai badan hukum pada tahun 1983 dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kota Pontianak. UUPT 2007 menyatakan dengan tegas dalam Pasal 157 ayat (4), bahwa perseroan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu 1 tahun, dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang 9 Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Zuraida Balweel, S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di Bekasi dalam wawancara yang dilaksanakan pada 4 Januari Ibid.

7 berkepentingan. Penyesuaian anggaran dasar ini bersifat imperatif, memaksa kepada seluruh perseroan yang dibentuk berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Dagang ataupun Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas untuk merubah seluruh anggaran dasarnya dan menyesuaikannya dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UUPT masih memberikan kesempatan kepada perseroan yang dibentuk berdasarkan KUHD untuk ikut menyesuaikan anggaran dasarnya hal ini juga dapat diartikan bahwa pada UUPT 1995 masih ada perseroan yang belum melakukan penyesuaian walaupun jangka waktu yang diberikan oleh UUPT 1995 cukup panjang untuk melakukan penyesuaian. Undang-undang memberikan tenggang waktu 1 (satu) tahun agar perseroan memiliki cukup waktu untuk mengadakan RUPS serta melakukan seluruh rangkaian proses penyesuaian hingga mendapatkan persetujuan Menteri. Untuk perseroan yang sudah melakukan penyesuaian terhadap anggaran dasarnya, perseroan dapat berjalan seperti biasa. Namun yang menjadi masalah adalah ternyata ketika PT Sumber Niaga ingin mengajukan penyesuaian Anggaran Dasarnya pada tahun 2007, telah ada perseroan lain yang mendaftarkan namanya dengan nama yang sama, yaitu PT Sumber Niaga yang berdiri pada 26 Oktober 2005, beralamat di Jalan Jend. Sudirman KAV. 36, Wisma Benhil lantai dasar C- 7, Jakarta. Hal ini terjadi dikarenakan PT Sumber Niaga tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan sebelum tanggal 7 September 1998, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PP No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Sehingga ketika ada perusahaan lain yang mendaftar dengan nama tersebut, maka perusahaan tersebut dapat sah namanya sebagai badan hukum dan terdaftar langsung dalam Daftar Perusahaan. Sangat disayangkan sekali, karena apabila PT Sumber Niaga melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya pada tahun 1995 sesuai dengan UUPT 1995, maka ia akan tetap berdiri dan sah sebagai badan hukum. Namun karena tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dan tidak memenuhi ketentuan PP No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas, maka otomatis status hukum PT Sumber Niaga gugur. Sehingga dapat dinyatakan bahwa anggaran dasar perseroannya sendiri menjadi tidak berlaku. Sehubungan dengan pengakuan eksistensi badan hukum perlu diperhatikan bahwa keberadaan badan hukum senantiasa dikaitkan dengan sistem tertutup, yang dimaksudkan bahwa badan hukum baru ada jika telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam UU atau jika eksistensinya ditetapkan demikian sebagai badan hukum oleh undang-undang Gunawan Widjaja, Op.cit., hal 3-4.

8 Dengan tidak berlakunya anggaran dasar PT yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan UUPT 1995 tersebut, maka status hukum PT yang telah berbadan hukum tadi menjadi bertentangan dengan UUPT Mengenai PP tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas ini sebenarnya sedikit menimbulkan perbedaan penafsiran hukum, dikarenakan pada dasarnya perseroan memperoleh status hukum adalah pada saat memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri, dan pendaftaran perseroan bersifat publisitas saja, maksudnya adalah agar diketahui oleh umum bahwa perseroan tersebut telah sah sebagai badan hukum. Namun sah atau tidaknya badan hukum tersebut terletak pada pengesahan yang dilakukan Menteri. Sehingga sangat membingungkan ketika akibat tidak dilakukannya pengesuaian anggaran dasar mengakibatkan dapat dipakainya nama perseroan tersebut oleh pihak lain, yang berarti menyebabkan badan hukum tersebut menjadi gugur. Jika kembali merujuk pada UUPT 1995, Pasal 114 UUPT 1995 yang mengatur tentang pembubaran perseroan menyatakan bahwa perseroan bubar dikarenakan alasan-alasan berikut: a. Keputusan RUPS; b. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir; c. Penetapan Pengadilan. Tidak ada aturan yang menyatakan secara jelas bahwa perseroan akan bubar atau gugur status hukumnya dikarenakan tidak melakukan penyesuaian anggaran dasarnya. Sehingga hal ini akan membuat kesalahan penafsiran, dikarenakan pengaturan tentang akibat tidak dilakukannya penyesuaian anggaran dasar dinyatakan dalam PP tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Dimana persoalan nama dan pendaftaran ulang perseroan pada dasarnya bukan merupakan titik penentuan bahwa perseroan tersebut telah sah sebagai badan hukum atau tidak. Sehingga bagaimana mungkin itu menjadi dasar bubarnya perseroan dikarenakan namanya dipakai oleh pihak lain. Hal ini tentu akan sangat merugikan perseroan yang telah berstatus badan hukum sebelumnya. Hal inilah yang harus diperhatikan dengan seksama oleh perseroan, dikarenakan peraturan di Indonesia terus berkembang dan terkadang perkembangan peraturan tersebut menimbulkan akibat hukum yang fatal, seperti kasus diatas. Dikarenakan tidak dapat dilakukannya penyesuaian anggaran dasar PT Sumber Niaga terkait telah terdapat perusahaan dengan nama yang sama dan telah terdaftar secara sah dalam daftar perusahaan, maka direksi dan pemegang saham memutuskan untuk memecah dan mengalihkan asset berupa sebidang

9 tanah yang terletak di Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara yang berdiri diatas Hak Guna Bangunan nomor 1434/Siantan Hulu, seluas !! (empat puluh ribu meter persegi) yang diuraikan dalam Gambar Situasi tertanggal 23 Maret 1990 nomor 696/1990, berdasarkan sertipikat Hak Guna Bangunan yang diterbitkan tanggal 2 Februari 1991, tercatat atas nama PT Sumber Niaga yang berkedudukan di Pontianak. Sehingga dibuatlah Akta Pernyataan pada tanggal 8 Mei 2008 untuk memecah dan mengalihkan Sertipikat Hak Guna Bangunan tesebut. Dituangkan dalam Akta Nomor 10 tahun 2008 oleh Notaris Sylvia Fransiska Tan, SH. Isi dari Akta Pernyataan tersebut antara lain: Menyatakan bahwa Anggaran Dasar PT Sumber Niaga tidak pernah disesuaikan dengan UU Nomor 1 Tahun 1995 dan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menyatakan bahwa tertanggal 8 Mei 2008, PT Sumber Niaga belum mendapatkan pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM RI. Menyatakan bahwa berdasarkan pengecekan pada Sisminbakum Departemen Hukum dan HAM RI, nama PT Sumber Niaga telah terdaftar sehingga para pendiri tidak dapat mendaftarkan perseroan dengan nama PT Sumber Niaga. Menyatakan bahwa PT Sumber Niaga memiliki asset berupa sebidang tanah yang terletak di Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara yang berdiri diatas Hak Guna Bangunan nomor 1434/Siantan Hulu, seluas !! (empat puluh ribu meter persegi) yang diuraikan dalam Gambar Situasi tertanggal 23 Maret 1990 nomor 696/1990, berdasarkan sertipikat Hak Guna Bangunan yang diterbitkan tanggal 2 Februari 1991, tercatat atas nama PT Sumber Niaga yang berkedudukan di Pontianak. Menyatakan bahwa para pihak setuju untuk memecah Sertipikat Hak Guna Bangunan tersebut pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Pontianak menjadi 2 bagian dan akan dialihkan masing-masing kepada Fedrik Ranti dan Sandrawati. Dalam hal ini pengurus perseroan menjadi bertanggung jawab atas bubarnya perseroan. Direksi perseroan dinyatakan bertanggung jawab karena kelalaiannya tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar berdasarkan aturan UUPT 1995 dan PP No. 26 tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas, karena tugas kepengurusan perseroan sehari-hari berada di tangan Direksi perseroan. Direksi menjadi bertanggung jawab penuh

10 secara pribadi jikalau penyesuaian tidak dilakukan akibat kelalaian Direksi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga tanggung jawab hukum terhadap para pihak yang berhubungan dengan PT Sumber Niaga menjadi tanggung jawab direksinya secara tanggung renteng meliputi pertanggungjawaban tidak terbatas. Kesimpulan 1. Pengaturan mengenai penyesuaian anggaran dasar yang terdapat dalam UUPT 1995 diatur dalam Pasal 125, yang terdiri atas 3 hal pokok, yaitu: a. Akta pendirian perseroan terbatas yang telah disahkan atau anggaran dasar yang perubahannya telah disetujui sebelum UUPT 1995 berlaku, maka akan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT b. Akta pendirian perseroan terbatas yang belum disahkan atau anggaran dasar yang perubahannya belum disetujui oleh Menteri Kehakiman pada saat berlakunya UUPT 1995, maka semuanya wajib disesuaikan dengan UUPT c. Jangka waktu yang diberikan untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar adalah 2 (dua) tahun terhitung sejak UUPT 1995 mulai berlaku. UUPT 1995 tidak mengatur mekanisme sanksi apa yang akan diperoleh oleh perseroan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya setelah 2 (dua) tahun sejak UU tersebut berlaku. Namun peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas, menyatakan dengan tegas bahwa nama perseroan yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 7 Maret 1998, dapat dipakai oleh pihak lain. Sehingga batas terakhir menyesuaikan anggaran dasar untuk perseroan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar adalah tanggal 7 September Konsekuensi dengan tidak dilakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan setelah tanggal 7 September 1998 adalah nama perseroannya dapat digunakan oleh pihak lain, yang berarti mengakibatkan status hukum perseroan tersebut secara otomatis gugur.

11 Sedangkan pengaturan tentang penyesuaian anggaran dasar dalam UUPT 2007 terdiri atas 4 hal pokok, yaitu: a. Eksistensi dan validitas perseroan yang telah memperoleh status badan hukum pada saat UUPT 2007 mulai berlaku. Anggaran dasar perseroan yang telah memperoleh status badan hukum dan perubahan anggaran dasar yang telah disetujui atau dilaporkan kepada Menteri dan didaftarkan dalam daftar perusahaan sebelum UUPT 2007 berlaku, tetap berlaku jika tidak bertentangan dengan UUPT b. Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum atau perubahan anggaran dasarnya belum disetujui atau belum dilaporkan kepada Menteri sampai saat UUPT mulai berlaku. Dalam hal perseroan mengalami salah satu dari kondisi diatas, maka Perseroan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan UUPT 2007 dan penyesuaian tersebut bersifat imperatif artinya hal tersebut wajib dilakukan oleh perseroan. c. Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum pada saat UUPT 2007 mulai berlaku, wajib melakukan penyesuaian. d. Perseroan yang tidak memenuhi Pasal 36 pada saat UUPT 2007 mulai berlaku, dalam jangka waktu 1 tahun harus menyesuaikan dengan ketentuan UUPT Sehingga kepemilikan saham oleh perseroan lain tersebut harus sudah dialihkan kepada pihak lain yang tidak terkena larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dalam jangka waktu 1 tahun sejak berlakunya UUPT Terkait penyesuaian anggaran dasar yang diatur dalam UUPT 2007, dinyatakan dengan tegas dalam Pasal 157 ayat (4), bahwa perseroan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu 1 tahun, dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. 2. Akibat hukum tidak dilakukannya penyesuaian anggaran dasar PT Sumber Niaga sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PP No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas adalah nama perseroannya dapat digunakan oleh pihak lain, yang berarti mengakibatkan status hukum perseroan tersebut secara otomatis gugur. Dalam hal ini pengurus perseroan menjadi bertanggung jawab atas bubarnya perseroan. Direksi perseroan dinyatakan bertanggung jawab karena kelalaiannya tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar berdasarkan aturan UUPT 1995 dan PP No.

12 26 tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas, karena tugas kepengurusan perseroan sehari-hari berada di tangan Direksi perseroan. Direksi menjadi bertanggung jawab penuh secara pribadi jikalau penyesuaian tidak dilakukan akibat kelalaian Direksi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga tanggung jawab hukum terhadap para pihak yang berhubungan dengan PT Sumber Niaga menjadi tanggung jawab direksinya secara tanggung renteng meliputi pertanggungjawaban tidak terbatas. Saran 1. Kasus yang terjadi pada PT Sumber Niaga dapat menjadi evaluasi dan pelajaran bagi Direksi perseroan untuk selalu memperhatikan peraturan yang berlaku, dikarenakan peraturan di Indonesia terus berkembang dan terkadang perkembangan peraturan tersebut menimbulkan akibat hukum yang fatal, seperti kasus diatas. Dalam hal Direksi perseroan lalai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, akan mengakibatkan tanggung jawab hukum terhadap para pihak yang berhubungan dengan perseroan menjadi tanggung jawab direksinya secara tanggung renteng meliputi pertanggungjawaban tidak terbatas. 2. Pemerintah seharusnya lebih tegas dan jelas dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakatnya. Ketidakkonsistenan peraturan yang dikeluarkan tentang status badan hukum, pemakaian nama perseroan, serta pendaftaran perseroan seperti yang terjadi pada kasus PT Sumber Niaga ini akan sangat merugikan bagi perseroan yang pada dasarnya telah memiliki status badan hukum, namun menjadi gugur statusnya dikarenakan tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar. Perseroan memperoleh status hukum adalah pada saat memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri, dan pendaftaran perseroan bersifat publisitas saja, maksudnya adalah agar diketahui oleh umum bahwa perseroan tersebut telah sah sebagai badan hukum. Namun sah atau tidaknya badan hukum tersebut terletak pada pengesahan yang dilakukan Menteri. Sehingga sangat membingungkan ketika akibat tidak dilakukannya pengesuaian anggaran dasar mengakibatkan dapat dipakainya nama perseroan tersebut oleh pihak lain, yang berarti menyebabkan badan hukum tersebut menjadi gugur. Merujuk pada UUPT 1995, Pasal 114 UUPT 1995 yang mengatur

13 tentang pembubaran perseroan menyatakan bahwa perseroan bubar dikarenakan alasan-alasan berikut: d. Keputusan RUPS; e. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir; f. Penetapan Pengadilan. Tidak ada aturan yang menyatakan secara jelas bahwa perseroan akan bubar atau gugur status hukumnya dikarenakan tidak melakukan penyesuaian anggaran dasarnya. Sehingga hal ini akan membuat kesalahan penafsiran, dikarenakan pengaturan tentang akibat tidak dilakukannya penyesuaian anggaran dasar dinyatakan dalam PP tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Dimana persoalan nama dan pendaftaran ulang perseroan pada dasarnya bukan merupakan titik penentuan bahwa perseroan tersebut telah sah sebagai badan hukum atau tidak. Sehingga bagaimana mungkin itu menjadi dasar bubarnya perseroan dikarenakan namanya dipakai oleh pihak lain. Hal ini tentu akan sangat merugikan perseroan yang telah berstatus badan hukum sebelumnya. Daftar Referensi Buku Harahap, Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Ed. 1. cet.3. Jakarta: Sinar Grafika, Haris, Freddy dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan Direksi. Bogor: Ghalia Indonesia, Mamudji, Sri. et. al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indoensia, Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Cet. 9. Jakarta: Rajawali Press, Soekanto, Soerjono. Metode Penelitian Hukum. Depok: UI Press, Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Inter Masa, 1987.

14 Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Undang-undang tentang Perubahan dan Penambahan Atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Staatsblad: 1847:23). Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971, LN. No. 20 Tahun 1971, TLN. No diterjemahkan oleh Prof R. Subekti dan R. Tjiptosudibio. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1989).. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang Nomor 1 Tahun LN. No. 13 Tahun Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang Nomor 40 Tahun LN. No. 106 Tahun TLN. No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan. PERMEN No. M- 01-HT 01-10/2007. Sumber Internet Hariningsih, Sri. Ketentuan Peralihan Dalam Peraturan Perundang-undangan. Diunduh pada tanggal 30 September 2013, pukul 9:47 WIB. Wawancara Wawancara dengan Ibu Zuraida Balweel, S.H., M.Kn., Notaris yang berkedudukan di Bekasi yang dilaksanakan pada 4 Januari 2014.

PROSEDUR HUKUM YANG HARUS DITEMPUH PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADINYA PENGURANGAN JUMLAH PENDIRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

PROSEDUR HUKUM YANG HARUS DITEMPUH PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADINYA PENGURANGAN JUMLAH PENDIRI DAN AKIBAT HUKUMNYA PROSEDUR HUKUM YANG HARUS DITEMPUH PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADINYA PENGURANGAN JUMLAH PENDIRI DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh Dely Bunga Sarasvita I Wayan Wiryawan I Dewa Gede Rudy Hukum Keperdataan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Defenisi Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) definisi dari Perseroan Terbatas (selanjutnya

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2 SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi syarat syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

Lebih terperinci

STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN

STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN Oleh: I Gusti Ngurah Agung Kiwerdiguna I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT A. Pengertian Perseroan Terbatas Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan berasal dari kata Sero", yang mempunyai arti Saham.

Lebih terperinci

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN Oleh Maya Diah Safitri Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The right to obtain legal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia yang ada di Indonesia. Bila kita liat pada KUHD perseroan terbatas tidak diatur secara terperinci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS 19 BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS A. Pengertian Perseroan Terbatas Kata Perseroan dalam pengertian umum adalah Perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan Perseroan Terbatas adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D

TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D 101 07 185 ABSTRAK Perkembangan Sistem Hukum di Indonesia yang berusaha menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM Abstrak Oleh : I Gede Tommy Guntara I Dewa Gede Palguna Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang

Lebih terperinci

KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KAITANNYA DENGAN PERMOHONAN PEROLEHAN STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN

KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KAITANNYA DENGAN PERMOHONAN PEROLEHAN STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KAITANNYA DENGAN PERMOHONAN PEROLEHAN STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN Oleh I Made Wiriasih Tjokorda Dalem Dahana, S.H, M.H. Bagian Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum orang beranggapan bahwa tanggung jawab pemegang saham perseroan terbatas hanya terbatas pada saham yang dimilikinya. Menurut asasnya, dengan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum Dewasa ini Perseroan Terbatas merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Dasar Hukum Perseroan Terbatas Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM

KEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM KEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM Oleh: Sang Made Satya Dita Permana I Wayan Wiryawan I Ketut Westra Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut sebagai perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV) 1, adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari Saham,

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA 23 BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Ketentuan-Ketentuan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dibanding Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Perseroan terbatas

Lebih terperinci

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR 2.1. Pembubaran dan Likuidasi Dalam Pasal 1 UU PT tidak dijelaskan mengenai definisi dari pembubaran tetapi apabila ditarik dari rumusan Pasal 142 ayat (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat diceritakan posisi kasusnya berawal dari PT. Prosam Plano yang dalam hal ini adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER DI DENPASAR

PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER DI DENPASAR PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER DI DENPASAR Oleh : I Gst. Ag.Tirta Sari Dewi I Wayan Wiryawan Dewa Gde Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This writing be given the title of establishment

Lebih terperinci

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA Oleh Ayu Cindy TS. Dwijayanti I Ketut Tjukup Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Tulisan yang berjudul Merger Perseroan

Lebih terperinci

Penyimpangan Hukum Dalam Pendirian Perseroan Terbatas. Rifka Annisa Apriana *, Jawade Hafidz **

Penyimpangan Hukum Dalam Pendirian Perseroan Terbatas. Rifka Annisa Apriana *, Jawade Hafidz ** Penyimpangan Hukum Dalam Pendirian Perseroan... (Rifka Annisa Apriana) Vol. 4 No. 4 Desember 2017 Penyimpangan Hukum Dalam Pendirian Perseroan Terbatas Rifka Annisa Apriana *, Jawade Hafidz ** * ** Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti halnya yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mengakibatkan adanya keterbatasan tanah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN AKTA PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS YANG DIBUAT OLEH NOTARIS NAMUN TIDAK MENDAPAT PERSETUJUAN MENTERI HUKUM DAN HAM

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN AKTA PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS YANG DIBUAT OLEH NOTARIS NAMUN TIDAK MENDAPAT PERSETUJUAN MENTERI HUKUM DAN HAM Binsar Wijaya 1 ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN AKTA PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS YANG DIBUAT OLEH NOTARIS NAMUN TIDAK MENDAPAT PERSETUJUAN MENTERI HUKUM DAN HAM BINSAR WIJAYA ABSTRACT Articles of Amendment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas ( UUPT ) adalah badan hukum persekutuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UU 28-2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melakukan pembahasan perkembangan perekonomian dewasa ini, tidak dapat dilepaskan dari suatu bentuk badan usaha yang selama ini paling banyak melakukan kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 7, 1982 (PERDAGANGAN. PERUSAHAAN.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. 26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Yayasan Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, definisi Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN SAHAM SUAMI DAN ISTRI DALAM SATU PERSEROAN TERBATAS. Wishnu Kurniawan 1. Yeni Tan 2 ABSTRACT

KEPEMILIKAN SAHAM SUAMI DAN ISTRI DALAM SATU PERSEROAN TERBATAS. Wishnu Kurniawan 1. Yeni Tan 2 ABSTRACT KEPEMILIKAN SAHAM SUAMI DAN ISTRI DALAM SATU PERSEROAN TERBATAS Wishnu Kurniawan 1 Yeni Tan 2 ABSTRACT The purpose of this study is to investigate and analyze the validity on the ownership of Limited Liability

Lebih terperinci

Analisis pemahaman..., Kristanto, FH UI, BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis pemahaman..., Kristanto, FH UI, BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang menganut sistem hukum Common Law dikenal sebuah doktrin yang digunakan dalam hukum perusahaan yaitu Doktrin Business Judgment Rule, doktrin tersebut

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TERHADAP AKTA YANG MENGANDUNG CACAT HUKUM

TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TERHADAP AKTA YANG MENGANDUNG CACAT HUKUM TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TERHADAP AKTA YANG MENGANDUNG CACAT HUKUM Oleh : I Putu Eka Damara A. A. Gede Oka Parwata Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh Made Gede Justam Widhyatma I Ketut Tjukup Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB II PERAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEROAN KOMANDITER MENJADI PERSEROAN TERBATAS

BAB II PERAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEROAN KOMANDITER MENJADI PERSEROAN TERBATAS BAB II PERAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEROAN KOMANDITER MENJADI PERSEROAN TERBATAS A. Persekutuan Komanditer (CV) Sebagai Badan Usaha 1. Pengertian Persekutuan Komanditer (CV) Persekutuan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 - Pada hari ini, Kamis, tanggal tiga puluh November tahun dua ribu sebelas (30-11-2011), pukul 10.00 WIB (sepuluh nol-nol Waktu Indonesia Barat);-----------------------------

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA YURIDIS MENGENAI SIKAP DIREKSI DAN PERANAN PENGADILAN DALAM PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Analisa Terhadap : Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.135/Pdt/P/2006/PN.JKT.PST.

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP AKTIVITAS PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP AKTIVITAS PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP AKTIVITAS PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM Oleh : A.A Istri Esa Septianingrum Semara Desak Putu Dewi Kasih Ni Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR... PENDAHULUAN: EKSISTENSI HUKUM PERSEROAN DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA. Terbatas... 1

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR... PENDAHULUAN: EKSISTENSI HUKUM PERSEROAN DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA. Terbatas... 1 DAFTAR lsi KATA PENGANTAR... v PENDAHULUAN: EKSISTENSI HUKUM PERSEROAN DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA A. Eksistensi Badan Usaha di Luar Badan Hukum Perseoran Terbatas... 1 1. Persekutuan... 2 a. Pengertian

Lebih terperinci

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM Oleh Candraditya Indrabajra Aziiz A.A Gede Ngurah Dirksen Ida Bagus Putra Atmadja

Lebih terperinci

KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA

KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA Oleh: I Kadek Indra Setiawan I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT In a limited liability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MELAKUKAN KEPENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MELAKUKAN KEPENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MELAKUKAN KEPENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS oleh Arthya Saor Husada Cok Dalem Dahana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend

Lebih terperinci

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh: Ida Ayu Putu Widya Indah Sari Ni Wayan Sukeni Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN Oleh : I Made Rika Gunadi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

ABSTRACT JURIDICAL REVIEW OF POSITION STATED OWNED ENTERPRISES AS A LEGAL INDEPENDENT ENTITY AND THE RESPONSIBILITIES IN THE MANAGEMENT OF STATED

ABSTRACT JURIDICAL REVIEW OF POSITION STATED OWNED ENTERPRISES AS A LEGAL INDEPENDENT ENTITY AND THE RESPONSIBILITIES IN THE MANAGEMENT OF STATED ABSTRACT JURIDICAL REVIEW OF POSITION STATED OWNED ENTERPRISES AS A LEGAL INDEPENDENT ENTITY AND THE RESPONSIBILITIES IN THE MANAGEMENT OF STATED OWNED ENTERPRISES ASSETS ASSOCIATED WITH LAW NUMBER 40

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 115, 2004 KESRA. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah.Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh: Ida Ayu Ima Purnama Sari I Made Budi Arsika Bagian

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN Oleh : I Dewa Ayu Maheswari Adiananda Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Peradilan,

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perseroan Terbatas (PT) sebelumnya diatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam 43 BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA 3.1 Batasan Pelaksanaan On Going Concern Dalam berbagai literatur ataupun dalam UU KPKPU-2004 sekalipun tidak ada

Lebih terperinci

JURNAL. ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

JURNAL. ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum JURNAL IMPLIKASI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 28/PUU-XI/2013 TERHADAP BADAN HUKUM KOPERASI YANG DIDIRIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 ARTIKEL ILMIAH Untuk

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian dan minat pelaku usaha atau pemilik modal menjalankan usahanya di Indonesia dengan memilih bentuk badan usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M-01-HT.01-10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS SEBAGAI ORGAN PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 1 Oleh : Olivia Triany Manurung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer I. Pengantar Dalam perekonomian Indonesia, badan usaha terbanyak adalah badan usaha berbentuk

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) Oleh: Ni Luh Ristha Ariani Made Suksma Prijandhini Devi Salain Bagian Hukum Keperdataan Fakultas

Lebih terperinci

6. Saham dengan hak suara khusus tidak ada, yang ada hanyalah saham dengan hak istimewa untuk menunjuk Direksi/Komisaris;

6. Saham dengan hak suara khusus tidak ada, yang ada hanyalah saham dengan hak istimewa untuk menunjuk Direksi/Komisaris; POKOK-POKOK PERBEDAAN ANTARA UU NO. 1 TAHUN 1995 DENGAN UU NO. 40 TAHUN 2007 1. Penyederhanaan anggaran dasar PT Pada prinsipnya, dalam anggaran dasar PT yang baru tidak menyalin apa yang sudah diatur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN Oleh: Ni Luh Putu Astriani I Nyoman Mudana Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT Scientific work is titled

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE Oleh : I Made Sanditya Edi Kurniawan Made Gde Subha Karma Resen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya Dalam tatanan hukum bisnis di Indonesia, ada 3 badan usaha yang ikut serta dalam kegiatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Limited Liability, Piercing the Corporate Veil, Pemegang saham, Perseroan Terbatas. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: Limited Liability, Piercing the Corporate Veil, Pemegang saham, Perseroan Terbatas. ABSTRACT HAPUSNYA TANGGUNG JAWAB TERBATAS PEMEGANG SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN PRINSIP PIERCING THE CORPORATE VEIL Oleh: Arod Fandy Nyoman Satyayudha Dananjaya Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum I. Pengantar Dalam perekonomian Indonesia, badan usaha terbanyak adalah badan usaha berbentuk Usaha Kecil

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Aspek Legalitas dalam Kegiatan Bisnis Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM Aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian Perusahaan Terbatas, hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 7 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian Perusahaan Terbatas, hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 7 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu Akta Otentik yang merupakan kewenangan Notaris adalah Akta Pendirian Perusahaan Terbatas, hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang

Lebih terperinci

HUKUM BISNIS (Perusahaan) Oleh : Asnedi, SH, MH

HUKUM BISNIS (Perusahaan) Oleh : Asnedi, SH, MH HUKUM BISNIS (Perusahaan) Oleh : Asnedi, SH, MH PENGERTIAN PERUSAHAAN : MENURUT HUKUM : PERUSAHAAN ADALAH MEREKA YG MELAKUKAN SESUATU UTK MENCARI KEUNTUNGAN DGN MENGGUNAKAN BANYAK MODAL (DLM ARTI LUAS),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. PERSEROAN. Pengesahan. Badan Hukum. Perubahan. Anggaran Dasar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

MAKNA KESEPAKATAN PARA PIHAK TERHADAP PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS

MAKNA KESEPAKATAN PARA PIHAK TERHADAP PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.7, No.2 Desember 2016, hlm. 257 267 E-mail:jurnalcakrawalahukum@unmer.ac.id Website: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch ISSN (Cetak): 2356-4962 ISSN (Online): 2598-6538

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA. Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA. Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Abstract

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) Oleh: Ayu Septiari Ni Gst. Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci