FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) Oleh RIMA JAILANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rima Jailani Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Faktor-Faktor Penentu Harga Rumah Di Kota Bogor (Penerapan Metode Harga Hedonik) Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Ir. D.S. Priyarsono, M.S., Ph.D. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP Tanggal Kelulusan:

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2007 Rima Jailani H

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Rima Jailani lahir pada tanggal 14 Januari 1986 di Padang, Sumatera Barat. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Abd. Lamid dan Yunina. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 27 Sei. Sapih, kemudian melanjutkan melanjutkan ke SLTP Negeri 12 Padang dan lulus pada tahun pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 3 Padang dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi pembangunan Kota Padang tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi Hipotesa. Penulis juga penerima beasiswa BBM sejak tahun 2005.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Faktor-faktor Penentu Harga Rumah di Kota Bogor (Penerapan Metode Harga Hedonik). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ir. D.S. Priyarsono, M.S., Ph.D., sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoretis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Parulian Hutagaol, Ph.D., sebagai penguji utama sidang yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulisan skripsi agar menjadi lebih baik. 3. Muhammad Findi A, M.Si. selaku penguji komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. 4. Papa dan Mama atas doa, pengorbanan, kesabaran, kasih sayang, dukungan, perhatian, waktu untuk berbagi suka dan duka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semua yang telah Papa dan Mama berikan tiada taranya dan tidak dapat dinilai dengan apapun, hanya Allah SWT yang dapat membalasnya. Adik-adikku tercinta, Nia dan Fuji atas semangat dan dukungan yang telah diberikan selama ini. 5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Ricca, Reni (Jo), Anto, dan mbak Mahila yang telah memberi dukungan serta semangat dalam penyusunan skripsi ini. Dan temanku Evi, Uttie, Echa serta semua rekan-rekan IE angkatan 40.

7 6. Warga dan Ex warga Wisma Agung 2 yang telah memberi semangat dan warna-warni selama ini, mbak Nda, mbak Irma, mbak Galuh, Mair, Indah, Galuh, Ajeng, Arum, Chiewid, Uwee, Mega, Fitri, dan Rahel (Bule). 7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu per satu. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih banyak kekurangannya. Namun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2007 Rima Jailani H

8 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia. Sedangkan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah atau rumah-rumah untuk tempat tinggal. Perumahan tidak sekedar tempat berlindung tetapi juga adalah sebidang lahan tempat tinggal/residential dengan peralatan yang ada di lokasi tersebut (air bersih, listrik, tempat sampah dan lain-lain) dan kemudahan yang memungkinkan pelayanan di luar lokasi (pendidikan, pusat kesehatan dan sebagainya) tempat bekerja dan fasilitas lainnya. Di daerah perkotaan masalah perumahan biasanya dikaitkan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan membutuhkan standar pelayanan yang tinggi bagi lingkungan sekitarnya. Meningkatnya permintaan rumah khususnya di wilayah Bogor menyebabkan harga rumah menjadi meningkat. Meningkatnya permintaan rumah terjadi karena Bogor adalah wilayah hinterland dari Jakarta. Dengan meningkatnya harga rumah maka banyak dibangun rumah-rumah baru, sehingga harga rumah menjadi beragam karena banyaknya rumah-rumah baru dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Harga jual rumah dibentuk melalui suatu proses negosiasi antara penjual dan pembeli, penjual menentukan harga rumah berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu rumah misalnya harga tanah, harga bahan bangunan, dan harga komponen lain yang membentuk rumah tersebut. Sedangkan pembeli menentukan harga rumah yang akan dibeli berdasarkan kebutuhan

9 2 mereka akan suatu rumah, misalnya akses ke pusat kota (tempat kerja), fasilitas rumah, luas bangunan, dan lain sebagainya. Berdasarkan Metode Harga Hedonik dapat dilihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga rumah. Metode Harga Hedonik digunakan untuk mengevaluasi jasa/servis lingkungan, dimana kehadiran jasa lingkungan secara langsung mempengaruhi harga pasar tertentu. Harga rumah dipengaruhi oleh banyak faktor : jumlah kamar, luas bangunan rumah, akses, dan lain-lain. Metode Harga Hedonik secara umum dapat diaplikasikan untuk mengevaluasi biaya dari lingkungan, dimana data dari harga lingkungan tidak bisa terlihat secara langsung di pasar (Turner, Pearce, dan Batemen, 1994). Untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik, maka dilakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Penentu Harga Rumah Di Kota Bogor (Penerapan Metode Harga Hedonik) Perumusan Masalah Lokasi perumahan di wilayah Bogor memiliki kelebihan iklim dan topografi dibandingkan wilayah lain di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi. Udaranya sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi, sementara topografinya berbukit-bukit. Hal itulah yang memberikan nilai positif bagi wilayah Bogor. Kelebihan ini oleh pengembang kemudian dimanfaatkan dengan membangun perumahan yang bernuansa resort dengan segala fasilitas yang ditawarkan.

10 3 Jika dilihat berdasarkan segmentasi harga tipe rumah yang ditawarkan, maka di Kota Bogor lebih banyak ditawarkan perumahan untuk segmen menengah ke atas dengan harga rumah di atas Rp 200 juta, sedangkan untuk Kabupaten Bogor lebih banyak ditawarkan perumahan untuk kalangan menengah ke bawah. Lokasi yang bagus, lingkungan yang asri, akses yang cepat ke jalan tol Jagorawi, membuat areal perumahan di Kota Bogor menjadi semakin banyak peminatnya. (Republika, Maret 2005) Sesuai dengan teori permintaan, maka meningkatnya permintaan terhadap perumahan yang ada di Kota Bogor akan mendorong timbulnya perumahanperumahan baru. Kualitas perumahan yang ditawarkan oleh pengembang berbedabeda sesuai dengan kebutuhan konsumen mereka. Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan harga rumah yang ditawarkan oleh setiap pengembang. Faktor apa saja yang paling mempengaruhi pengembang dalam menentukan harga rumah di Kota Bogor? Faktor-faktor apa yang menentukan harga rumah berdasarkan Metode Harga Hedonik? Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik. 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penentu harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik. Jadi setelah penelitian akan diketahui faktor-faktor yang menjadi penentu harga

11 4 rumah di Kota Bogor. Sehingga bisa dijadikan acuan dalam membeli rumah, apakah harga rumah sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor penentu harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik serta dapat dijadikan sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Penulis dapat belajar manganalisis faktor-faktor yang menentukan harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik sebagai penerapan terhadap pemahaman teoritis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 3. Sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan perumahan baru di Kota Bogor.

12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teoretis Konsep Rumah dan Perumahan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia. Sedangkan perumahan adalah kumpulan beberapa buah rumah atau rumah-rumah untuk tempat tinggal. Perumahan terdiri atas banyak rumah yang ditempati oleh penduduk di mana rumah-rumah tersebut berada pada satu lokasi tertentu. Beberapa landasan yang tidak dapat diabaikan dalam membahas aspek kebijakan perumahan dan pemukiman di negara kita yakni Undang-Undang Pokok Agraria No.5/1960, Undang-Undang No. 4/1982 tentang lingkungan hidup, Undang-undang No.24/1992 tentang penataan ruang dan Undang-undang No. 4/1992 tentang perumahan dan pemukiman. Pengertian dasar pemukiman dalam Undang-Undang No.4/1992 dimaksudkan sebagai suatu kelompok yang memiliki fungsi lingkungan tempat hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Sarwono dalam Wahyuningsih (2003) memilah antara rumah dan perumahan. Rumah adalah suatu bangunan dimana manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Di samping itu rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Maka tidak mengherankan apabila masalah rumah menjadi sangat penting bagi setiap individu. Karena individu selalu akan tinggal

13 6 dalam suatu masyarakat, maka dalam setiap masyarakat akan terdapat rumahrumah yang menampung kebutuhan warganya. Perumahan merupakan daerah dimana terdapat sekelompok rumah. Setiap perumahan memiliki sistem nilai dan kebiasaan yang berlaku bagi setiap warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara suatu perumahan dengan perumahan lainnya. Batasan permukiman atau pemukiman (Koestoer, 1995) adalah sama yakni terkait erat dengan konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Pemukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan. Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk : 1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. 3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional. 4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidangbidang lain (Undang-Undang No.4/1992). Menurut Silas (2002), aspek yang paling dominan mempengaruhi perumahan masa kini adalah keberlanjutannya (sustainability). Aspek ini tampak sederhana namun adalah sebuah konsep yang rumit. Rumah yang berkelanjutan

14 7 harus memenuhi lima syarat dasar yang dinikmati oleh penghuni saat ini serta yang akan datang, yaitu: 1. Mendukung peningkatan mutu produktivitas kehidupan penghuni baik secara sosial, ekonomi dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinspirasi untuk melakukan tugasnya lebih baik. 2. Tidak menimbulkan gangguan lingkungan dalam bentuk apapun sejak pembangunan, pemanfaatan dan apabila harus dimusnahkan. Ukuran yang dipakai terhadap gangguan yang terjadi terhadap lingkungan adalah efektivitas konsumsi energi. 3. Mendukung peningkatan mobilitas kesejahteraan penghuninya secara fisik dan spiritual. Berarti penghuni mengalami terus peningkatan mutu kehidupan fisik dan non-fisik. 4. Menjaga keseimbangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas sosial-ekonomi penghuninya. Pada awalnya keadaan fisik rumah lebih tinggi dari keadaan non-fisik, namun ini berbalik setelah penghuni mapan di rumah tersebut. 5. Membuka peran penghuni/pemilik yang besar dalam pengambilan keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat ia berinteraksi dengan tetangga. Hadirnya rumah juga tergantung dengan status kedudukan sosial-ekonomi dari penghuninya. Konsumen baru merasa terdesak untuk memiliki rumah saat anak pertama lahir. Sebuah perkawinan tidak otomatis menimbulkan desakan dan tuntutan untuk memiliki rumah sendiri bagi hampir semua lapisan masyarakat

15 8 (pada dasarnya kelompok masyarakat terdiri dari 10% amat kaya; 20% kaya; 30% menengah dan 40% yang tergolong lapis bawah dengan penghasilan terbatas). Kaidah merancang perumahan dibagi menjadi kaidah yang terkait dengan lingkungan rumah (atau perumahan) dan kaidah yang berkait dengan rumah yang masih dilihat dari bentuk dan tatanan ruang serta tampilan detail yang dapat berupa simbol. Bagi kaidah perencanaan kawasan perumahan, yang harus diperhatikan dan pertimbangkan adalah: 1. Penggunaan lahan yang efektif-efisien dan terkait dengan kegiatan ekonomi dalam arti luas. 2. Orientasi bangunan/gedung perlu memperhatikan arah angin di samping posisi dan pergerakan matahari. Jalan dan lorong terutama disearahkan dengan arah aliran angin sebagai koridor angin yang menjaga kesejukan lingkungan. 3. Jalan mobil hanya disediakan sebatas kebutuhan nyata untuk keamanan dan keadaan darurat. Parkir mobil sebaiknya terpusat sehingga jalan/lorong dapat dijadikan sebagai taman komunal. 4. Tersedia fasilitas perumahan yang diadakan dan diselenggarakan secara komunal, termasuk ruang terbuka hijau serta rekreasi memakai akses utama melalui berjalan kaki dari perumahan yang ada. Sistem sarana dan prasarana harus terkait dengan sistem kota yang lebih besar. 5. Ada penghijauan dan badan air yang cukup serta menyebar untuk menjaga mutu dan keajegan micro climate yang baik. Ini perlu sebagai kompensasi

16 9 dari perumahan warga berpendapatan rendah yang cenderung berkepatan tinggi. Beberapa kaidah dasar dalam perancangan rumah yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Ada fleksibilitas penataan ruang, utamanya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Agar hemat rumah tidak mudah disekat dan terbuka peluang penggunaan ganda dan over-lapping. 2. Memilih bahan bangunan yang mudah diperoleh dan sudah akrab dipakai oleh warga dengan kesulitan konstruksi yang mudah diatasi oleh keahlian setempat. 3. Penataan ruang yang dilakukan fleksibel dan multiguna serta tidak terkotakkota kecil berguna untuk menjamin kedinamisan gerak dan berbagai aktivitas lain dari penghuni serta untuk memberi keleluasaan aliran udara dan cahaya yang tinggi. Selanjutnya pola penataan ruang yang terbuka ini juga akan memberi kesan luas sehingga tercapai rasa psikologis yang melegakan guna merangsang produktivitas kehidupan yang tinggi. 4. Tampilan bangunan harus serasi dengan tampilan bangunan yang lazim berlaku disekitarnya. Prinsip bangunan tropis dengan teritis yang lebar, teduh dan angin mudah lewat serta tidak tampias oleh terpaan hujan lebat merupakan dasar yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Perlu pula memberi muatan lokal yang diambil dari prinsip dan unsur arsitektur tradisional setempat (Silas, 2002). Menurut O Sullivan (2000) ada enam hal yang membedakan barang dalam bentuk rumah dengan barang yang lainnya :

17 10 1. Stock perumahan bersifat heterogen. Maksudnya masing-masing perumahan yang ditawarkan mempunyai keistimewaan yang berbeda-beda atau ikatan yang berbeda-beda dari servis perumahan yang lain. Perbedaan ini bisa mencakup ukuran rumah yang ditawarkan, lokasi, usia rumah, keistimewaan interior, fasilitas yang ditawarkan, serta manfaatnya. 2. Rumah adalah barang yang tidak bergerak (immobile). Hal ini praktis membuat rumah tidak bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. 3. Rumah biasanya tahan lama. Sehingga bisa digunakan selama beberapa periode, tanpa harus diganti dengan rumah yang baru. 4. Rumah adalah barang yang berharga mahal. Dalam pembelian satu rumah tidak jarang rumah tangga harus meminjam uang dalam jumlah besar. 5. Perpindahan biaya yang relatif tinggi. Maksudnya sebagai tambahan untuk mendapatkan bangunan yang lebih baik maka diperlukan tambahan biaya yang lebih besar. 6. Kebanyakan masyarakat peduli terhadap tetangga yang berlatar belakang ras dan suku bangsa yang berbeda, seperti diskriminasi ras Pemasaran Perumahan dan Diskriminasi Harga Menurut Arnott dalam Wahyuningsih (2003) dalam pemasaran perumahan terdapat beberapa ketidaksempurnaan :

18 11 1. Di dalam karakteristik ruang dan ongkos mobilitas rumah tangga dan unit perumahan jarang berada di kedua sisi pemasaran dan para penawar serta permintaan perumahan atau konsumen memiliki beberapa kekuatan pasar. 2. Bila suatu harga pemilikan pasar kompetitif segera menyesuaikan diri di dalam mengerahkan pasar, maka di dalam pasar perumahan ada hubungan negatif antara tingkat permintaan dan laju kekosongan. Keadaan ini mengimplikasikan harga pemilikan tidak segera dapat menyesuaikan diri dan mekanisme penyesuaian harus dilakukan. 3. Aturan yang mempengaruhi produksi unit perumahan, peredaran dan konsumsi dan keragaman serta kerumitan ikatan perjanjian perumahan, menyebabkan ketidaksimetrisan di dalam informasi dan eksternalitas menjadi signifikan. 4. Kekhasan paket lembaga pasar modal telah berkembang di beberapa negara di dalam menghadapi pembelian rumah, seperti sebagai barang hipotek dalam peminjaman uang. Beberapa ciri alat hipotek sebagai syarat bahwa rumah digunakan sebagai jaminan dan jatah kredit menunjukkan bukti yang kuat bahwa pasar modal perumahan sangat tidak sempurna di dalam pasar perumahan. Ketidaksempurnaan pasar modal tersebut berasal dari ketidaksimetrisan di dalam informasi dan biaya transaksi. Keadaan ini disebutkan oleh karena yang memberi pinjaman tidak mampu mengidentifikasikan resiko yang di beri pinjaman, sehingga muncul masalah pemilahan yang merugikan dan memberi pinjaman tidak mampu dengan

19 12 sendirinya memantau kegiatan yang diberi pinjaman sehingga mempengaruhi kemungkinan kelalaian hal ini juga menyangkut bencana moral. 5. Oleh karena ada ongkos pindah, ongkos cari, ongkos iklan, dan ongkos modifikasi maka hanya sedikit proporsi unit perumahan mungkin ada di pasar pada waktu tertentu. 6. Adanya campur tangan pemerintah di dalam pasar perumahan sangat berpengaruh, misalnya berupa peraturan-peraturan perpajakan dan subsidi bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah. Diskriminasi harga terjadi jika produsen menjual komoditi yang sama untuk jumlah komoditi yang berbeda pada harga yang berbeda dan bukan disebabkan oleh perbedaan biaya. Disamping itu diskriminasi harga adalah perbedaan harga yang disebabkan penilaian pembeli yang berbeda terhadap produk yang sama. Adanya diskriminasi harga dapat disebabkan oleh perbedaan pembeli yang bersedia membayar dengan harga yang berbeda untuk komoditi yang sama, atau seorang pembeli yang bersedia membayar dengan harga yang berbeda untuk unit yang berbeda untuk komoditi yang sama. Menurut Lipsey (1992), diskriminasi harga terbagi atas dua jenis : 1. Diskriminasi harga sistematis, biasanya dilakukan berdasarkan pengelompokan lokasi, pendapatan, industri, umur atau penggunaan yang diinginkan dari komoditi dan kemudian dikenakan harga yang berbeda untuk tiap kelompok pembeli yang berbeda. Diskriminasi harga ini juga dapat

20 13 dilakukan dalam bentuk lain, seperti menetapkan harga yang tertinggi untuk yang pertama dan lebih rendah untuk unit-unit berikutnya. 2. Diskriminasi harga tidak sistematis adalah diskriminasi harga yang diberikan secara tidak teratur, misalnya potongan harga. Potongan harga ini biasanya diberikan oleh perusahaan-perusahaan kepada pelanggan yang disenangi atau pembelian atau pelanggan baru. Berdasarkan uraian di atas pada harga rumah terjadi diskriminasi harga sistematis karena dikelompokkan berdasarkan lokasi, misalnya rumah-rumah yang terletak di sepanjang jalur utama dalam kompleks perumahan tentu memiliki harga berbeda dengan rumah-rumah yang letaknya bukan di jalur utama walaupun dengan tipe yang sama Metode Harga Hedonik Metode Harga Hedonik digunakan untuk mengevaluasi jasa/servis lingkungan, dimana kehadiran jasa lingkungan secara langsung mempengaruhi harga pasar tertentu. Di dalam penerapannya, bentuk aplikasi dari Metode Harga Hedonik adalah pasar properti. Harga rumah dipengaruhi oleh banyak faktor : jumlah kamar, luas bangunan rumah, akses, dan lain-lain. Satu faktor penting seperti akses akan menjadi penentu kualitas lingkungan lokal. Jika kita bisa mengontrol faktor-faktor di luar lingkungan, melihat rumah berdasarkan jumlah kamar yang sama, luas bangunan yang sama, akses yang sama, dan lain sebagainya., kemudian perbedaan sisanya di dalam harga rumah akan bisa menunjukkan hasil dari perbedaan lingkungan. Jadi Metode Harga Hedonik

21 14 menilai harga faktor yang tidak bisa langsung terlihat datanya di pasar, misalnya harga kualitas lingkungan, harga keindahan taman, juga harga lokasi/jarak ke pusat kota (Turner, Pearce, dan Batemen, 1994). Metode Harga Hedonik dikembangkan oleh Griliches ( 1971) dan Rosen (1974). Pada ekonomi lingkungan, metode ini digunakan untuk menentukan harga suatu barang konvensional yang bervariasi sebagai jawaban atas perubahan pada barang lingkungan yang saling berhubungan erat. Sebagai contoh, harga rumah dipengaruhi oleh mutu udara yang melingkupi lingkungan perumahan. Keputusan individu untuk membeli rumah merupakan suatu fungsi yang tergantung pada tingkat polusi pada lingkungan rumah. Polusi a tidak baik, dan individu akan membayar lebih untuk mendapatkan rumah. Itu dilakukan untuk meningkatkan mutu udara di lingkungan sekitar rumah. Metode Harga Hedonik memperbolehkan kita untuk mengukur nilai kesediaan untuk membayar (willingness to pay) terhadap lingkungan (Patunru, 2004). Sebagai contoh, berdasarkan penelitian dari National Account Australia (2001) diketahui bahwa harga notebook ditentukan oleh Hard disk dalam MB, RAM dalam MB, Kecepatan Prosesor dalam MHz, Dummy Cd-Rom, Dummy IBM, dan lain-lain. Metode Harga Hedonik ini bisa diterapkan dengan menggunakan analisis regresi (Ordinary Least Squares/OLS). Rumus umum dari Model Regresi Berganda adalah : K P = β 0 + β k X k k = 1 atau

22 15 Dalam hal ini harga P dibentuk oleh variabel-variabel bebas (X k ). Harga P notebook ditentukan oleh variabel bebas X k seperti hard disk, RAM, CD-ROM, Kecepatan Prosesor, dan lain-lain. Metode Harga Hedonik dapat digunakan untuk mengestimasi keuntungan ekonomi atau mengasosiasikan harga dengan : 1. Kualitas lingkungan, termasuk polusi udara, polusi air dan kebisingan. 2. Kenyamanan lingkungan, di antaranya nilai estetika atau dekat dengan tempat rekreasi. Menurut Malpezzi (2002), alasan dasar menggunakan Metode Harga Hedonik adalah harga faktor yang baik berhubungan dengan karakteristik atau jasa yang disediakan. Contohnya harga mobil menggambarkan karakteristik dari mobil tersebut (kelancaran dalam transportasi, nyaman, gaya, mewah, hemat bahan bakar, dan lain-lain). Oleh karena itu, kita dapat menilai karakteristik dari mobil atau yang lain dengan melihat harga dari kemampuan untuk membayar seseorang untuk dapat ditukar apabila karakteristik mobil juga berubah. Metode Harga Hedonik selalu selektif dalam menentukan harga rumah karena : 1. Dalam satu area harga rumah yang baru dikeluarkan berhubungan erat dengan harga tanah kosong dalam area tersebut. 2. Terdapatnya data dalam transaksi real estate dan area terbuka, membuat pengeluaran bisa ditekan dan kerumitan yang ada bisa berkurang.

23 16 Keuntungan dari Metode Harga Hedonik adalah : 1. Metode ini dititikberatkan untuk menduga nilai berdasarkan pilihan-pilihan yang aktual. 2. Pasar properti relatif efisien dalam merespon informasi sehingga dapat menjadi indikasi nilai yang baik. 3. Catatan properti mudah untuk disusun kembali. 4. Data penjualan properti dan karakteristik sudah terdapat seiring dengan banyaknya sumber yang ada, dan bisa berhubungan juga dengan sumber data sekunder lainnya untuk memperoleh variabel deskriptif untuk analisisnya. 5. Metode ini serbaguna dan bisa diadaptasi untuk mempertimbangkan beberapa interaksi yang mungkin antar barang-barang pasar dan kualitas lingkungan. (Malpezzi, 2002) Pendekatan Metode Harga Hedonik mempunyai beberapa kekurangan yaitu : 1. Penggunaan yang tidak bersahabat. Menduga hubungan antara harga rumah dan kualitas lingkungan membutuhkan kemampuan statistik yang tinggi untuk memisahkan pengaruh lain terhadap harga rumah seperti ukuran rumah, aksesibilitas, dan lain-lain. 2. Pasar properti. Metode yang berdasarkan asumsi bahwa orang mempunyai kesempatan untuk memilih kombinasi dari keistimewaan rumah (ukuran, aksesibilitas, kualitas lingkungan), dimana kebanyakan dari mereka lebih suka diberi batasan pada pendapatan mereka (Turner, et al.,1994).

24 Tinjauan Empirik Analisis Makro Properti dan Perumahan Nasional Tahun 2006 dan Prediksi Tahun 2007 Ekspansi bisnis properti selama tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun Sebagian besar pengembang mulai menurunkan ekspansi bisnisnya sambil melihat peluang pasar untuk tahun Sebagian besar pengembang sibuk menyelesaikan proyek yang sudah berjalan sejak tahun Walaupun demikian masih ada beberapa pengembang besar yang optimis melihat peluang pasar tahun 2007 dan terus melanjutkan proyeknya. Nilai kapitalisasi bisnis properti tahun 2006 mencapai Rp 79,51 tliliun dan tahun 2007 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 15,75 persen menjadi Rp 66,99 triliun. Secara umum puncak nilai kapitalisasi bisnis properti terjadi pada tahun 2005, yang mencapai Rp 92,06 triliun. Sejak tahun itu nilai kapitalisasi terus mengalami penurunan yang diprediksi bisa terjadi hingga tahun Tahun 2007 seluruh sektor properti mengalami penurunan ditinjau dari nilai kapitalisasi bisnis, kecuali sektor perumahan. Nilai kapitalisasi bisnis perumahan tahun 2005 mecapai Rp 16,19 triliun, nilai kapitalisasi penjualan rumah ini mengalami penurunan sebesar 3 persen menjadi Rp 16,07 triliun tahun Sementara tahun 2007 diprediksikan akan mengalami peningkatan secara signifikan sebesar 17 persen, seiring dengan turunnya tingkat suku bunga KPR yang diperkirakan akan mencapai Rp 20,79 triliun. Nilai transaksi penjualan rumah tahun 2006 dan prediksi tahun 2007 adalah sebagai berikut :

25 18 1. Penjualan rumah sederhana melalui KPR BTN bersubsidi tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 21,5 persen dari Rp 2,17 triliun tahun 2005 menjadi Rp 2,64 triliun. Pada tahun 2007 diperkirakan meningkat sebesar 39,8 persen menjadi Rp 3,69 triliun. 2. Penjualan rumah sederhana KPR non subsidi tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 4,5, persen menjadi Rp 1,78 triliun dari Rp 1,87 tahun Dan tahun 2007 diperkirakan akan meningkat sebesar 19 persen menjadi Rp 2,13 triliun. 3. Penjualan rumah menengah melalui KPR Swasta tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 5,2 persen menjadi Rp 5,14 triliun dari Rp 5,43 triliun tahun Dan tahun 2007 mengalami peningkatan 26 persen menjadi Rp 6,4 triliun. 4. Penjualan rumah menengah ke atas pada tahun 2006 mengalami penurunan 0,9 persen menjadi sebesar Rp 4,48 triliun dari Rp 4,52 triliun tahun Dan tahun 2007 diperkirakan mengalami penigkatan 29,5 persen menjadi sebesar Rp 5,81 triliun. 5. Penjualan rumah besar dan mewah tahun 2006 mengalami penurunan 8,1 persen menjadi sebesar Rp 2,02 triliun dari Rp 2,19 teriliun tahun Dan pada tahun 2007 diperkirakan akan mengalami peningkatan 32,7 persen menjadi sebesar Rp 2,67 triliun.

26 Analisis Harga Jual Rumah Tahun 2006 dan Prediksi 2007 di Bodetabek Menurut data dari PSPI (Pusat Studi Properti Indonesia) sepanjang tahun 2006 proyek perumahan di Jabodetabek kebanyakan mengarah pada konsep town house, hal ini disebabkan karena permintaan akan town house cukup tinggi di Jabodetabek disamping lahan yang mahal dan sukar dicari oleh para pengembang. Segmen harga town house berkisar antara Rp 600 juta hingga Rp 2,5 milliar. Konsep town house menarik bagi konsumen, karena para pengembang menawarkan sistem keamanan dan kenyamanan yang memadai bagi calon penghuni. Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 dapat dilihat kecenderungan harga jual rumah dari tahun 2002 hingga tahun 2006 dan prediksi harga jual rumah tahun 2007 : 1. Harga rumah sederhana melalui KPR RS-BTN Plus Tipe-28 di Kawasan Bodetabek pada tahun 2006, berkisar antara Rp 55,8 juta hingga Rp 61,6 juta per unit. Sedangkan tahun 2007 diperkirakan meningkat sebesar 12 persen menjadi Rp 55,1 juta hingga Rp 62,9 juta per unit. 2. Harga rumah sederhana KPR RS-BTN Plus Tipe-36 di kawasan Bodetabek pada tahun 2006 berkisar antara Rp 63,6 juta hingga Rp 71,6 juta per unit. Pada tahun 2007, diperkirakan meningkat sebesar 12,3 persen menjadi Rp 71,8 juta hingga Rp 79,7 juta per unit.

27 20 Gambar 2.1. Harga Jual Rata-Rata Rumah Tipe 28 dan 36 di Bodetabek P Tipe 28/72 Tipe 36/40 3. Harga rumah sederhana KPR RS-Bank Swasta Tipe-36 di kawasan Bodetabek, pada tahun 2006 berkisar antara Rp 114,4 juta hingga Rp 122,7 juta per unit. Sementara pada tahun 2007, diperkirakan meningkat sebesar 11,6 persen menjadi Rp 125,4 juta hingga Rp 139,2 juta per unit. 4. Harga rumah KPR Bank Swasta Tipe-45 di Bodetabek. Pada tahun 2006, berkisar antara Rp. 134,4 juta hingga Rp 153,4 juta per unit. Sementara pada tahun 2007, diperkirakan meningkat sebesar 11,4 persen menjadi Rp 152,2 hingga Rp 169,1 juta per unit. 5. Harga rumah menengah pada tahun 2006 berkisar antara Rp 319 juta per unit per tahun. Pada tahun 2007 diperkirakan harga rumah menengah berkisar pada harga Rp 357 per unit. 6. Harga rumah besar untuk tahun 2006 berada pada harga Rp 623 juta per unit, sedangkan untuk tahun 2007 harga rumah besar diperkirakan pada kisaran harga Rp 700 juta ke atas per unit.

28 21 Gambar 2.2. Harga Jual Rata-Rata Rumah Tipe 28 dan 36 di Bodetabek P Tipe 36/90 Tipe 45/105 Koreksi harga rumah tahun 2006 terjadi hampir di seluruh kawasan perumahan, hal ini disebabkan karena daya beli masyarakat yang menurun karna naiknya harga BBM pada akhir tahun Namun konsumen akan menunggu saat yang tepat untuk membeli rumah sambil mencari perumahan mana yang tepat untuk dibeli Penelitian Perumahan dan Data Cross Section Penelitian yang dilakukan oleh Verbeek (2000), menggunakan Metode Harga Hedonik dengan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) untuk menetukan faktor yang mempengaruhi harga rumah (housing price). Berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa yang mempengaruhi harga rumah adalah luas rumah, kamar tidur, kamar mandi, AC (air conditioning), ruang keluarga, basement, gas untuk air panas, garasi, area yang disukai, dan sejarah rumah. Wahyuningsih (2003), mengenai pola preferensi relatif konsumen dalam memilih lokasi rumah tinggal perkotaan di kompleks perumahan real estate dan

29 22 aspek kelembagaan yang mempengaruhinya (studi kasus di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) menunjukkan bahwa alasan seseorang memilih tinggal di kompleks perumahan real estate adalah karena lokasi yang dekat dengan tempat kerja, lingkungan hunian yang aman dan nyaman, fasilitas umum yang memadai, dekat dengan pusat pertumbuhan dan faktor selera untuk tinggal di kompleks perumahan bagus. Wiraswara (2005), menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan data cross section untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan penelitiannya di ketahui bahwa yang berpengaruh nyata terhadap kemiskinan adalah variabel melek huruf, listrik dan dummy jawa. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh yang nyata tehadap kemiskinan Kerangka Pemikiran Meningkatnya permintaan rumah di Kota Bogor, menyebabkan banyaknya dibangun rumah-rumah baru. Banyaknya pembangunan rumah-rumah baru ini akan menyebabkan harga rumah menjadi beragam. Ini terjadi karena setiap rumah mempunyai fasilitas yang berbeda-beda, sehingga harga yang ditawarkan oleh tiap pengembang perumahan juga berbeda-beda. Secara umum harga rumah ditentukan oleh luas rumah, fasilitas, kondisi rumah, luas tanah, akses ke pusat kota, lokasi dan kualitas bangunan. Pada penelitian ini akan digunakan metode yaitu Metode Harga Hedonik dalam menentukan faktor-faktor penentu harga rumah di Kota Bogor. Metode

30 23 Harga Hedonik menilai harga faktor yang tidak bisa langsung terlihat datanya di pasar seperti harga kualitas lingkungan atau harga lokasi. Maka dalam melihat harga rumah variabel yang digunakan seperti jarak ke pusat kota, luas bangunan (tipe rumah), jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, kapasitas garasi, dan luas ruang kelurga. Variabel jarak yang digunakan merupakan proksi dari lokasi, dimana nilai dari lokasi tidak bisa ditentukan, maka didekati dengan jarak yang dibakukan. Setelah dianalisis maka akan didapatkan faktor-faktor apa saja yang menentukan harga rumah di Kota Bogor. Dari hasil yang didapat bisa diberikan rekomendasi bagi perumahan di Kota Bogor. Secara konseptual faktor-faktor penentu harga rumah di Kota Bogor dapat dijelaskan pada kerangka pemikiran konseptual (Gambar 2.3).

31 24 Harga Rumah Beragam di Kota Bogor Harga Rumah Secara Umum dipengaruhi oleh : 1. Fasilitas 2. Luas bangunan 3. Akses ke pusat kota 4. Kualitas bangunan 5. Lokasi 6. Luas tanah 7. Dan lain-lain Metode Harga Hedonik : menilai harga faktor yang tidak bisa langsung terlihat datanya di pasar Faktor-Faktor Penentu Harga Rumah di Kota Bogor Rekomendasi Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

32 Hipotesis Hipotesis yang digunakan menurut teori dan literatur adalah sebagai berikut : a. Variabel jarak ke pusat kota, luas bangunan (tipe rumah), jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, kapasitas garasi, dan luas ruang kelurga berpengaruh nyata terhadap harga rumah. Hal ini berarti variabel-variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap harga rumah di Kota Bogor. b. Variabel luas bangunan (tipe rumah), jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, kapasitas garasi, dan luas ruang kelurga. Artinya, peningkatan pada variabel tersebut akan meningkatkan harga rumah di Kota Bogor. c. Variabel jarak ke pusat kota bernilai negatif terhadap harga rumah. Hal ini berarti semakin dekat jarak antara rumah dengan pusat kota maka harga rumah akan semakin mahal, sedangkan rumah yang semakin jauh dari pusat kota harganya akan semakin murah.

33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2007 sampai dengan April Data untuk mendukung penelitian ini dikumpulkan dari para pengembang perumahan yang ada di Kota Bogor yaitu perumahan Villa Bukit Golf, Taman Yasmin, Bukit Villa Cimanggu, Taman Sari Persada, Taman Citra 3, Bogor Lake Side, Mutiara Bogor Raya, dan Bogor Nirwana Residence. Data dan literatur dari Pusat Studi Properti Indonesia, perpustakaan IPB, perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan perpustakaan Fakultas Ekonomi UI Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini, data yang digunakan merupakan data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder yang diambil adalah data harga rumah, data jarak dari rumah ke pusat kota, data luas bangunan rumah, data jumlah kamar mandi, data jumlah kamar tidur, data kapasitas garasi, dan data luas ruang keluarga Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Untuk mengestimasi parameter digunakan teknik OLS (Ordinary Least Square). Analisis regresi adalah sebuah teknik statistik yang menyelidiki tentang model dan hubungan antara dua peubah

34 Ρ = β o + β 27 atau lebih dengan memperhatikan pengaruh suatu peubah terhadap peubah lainnya. Model yang akan digunakan untuk melihat faktor-faktor yang menentukan harga rumah di Kota Bogor yaitu Metode Harga Hedonik yang dirumuskan sebagai berikut : Y= β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X ε...(3.1) dimana : Y X 1 : harga rumah di Kota Bogor (Rp) : jarak tempuh dari pusat kota ke rumah (Km) X 2 : luas bangunan rumah di Kota Bogor (m 2 ) X 3 X 4 X 5 : jumlah kamar tidur pada rumah di Kota Bogor (unit) : jumlah kamar mandi rumah di Kota Bogor (unit) : kapasitas garasi pada rumah di Kota Bogor (unit) X 6 : luas ruang keluarga pada rumah di Kota Bogor (m 2 ) ε : Koefisien galat karena : Data yang digunakan diubah ke dalam bentuk Sebaran Normal Baku 1. Satuan variabel berbeda-beda. 2. Keragaman nilai satu variabel berbeda dengan keragaman nilai variabel lainnya. Bentuk Sebaran Normal Baku dapat dirumuskan sebagai berikut : Z = x-µ σ dimana :

35 Ρ = β o + β 28 Z = Peubah acak normal x = Peubah acak µ = Nilai tengah populasi σ = Simpangan baku populasi Dengan catatan nilai tengah populasi dapat didekati oleh rataan contoh (x), dan simpangan baku populasi (σ ) dapat didekati dengan simpangan baku contoh (s), dimana : _ s= (x-x) 2 n-1 Sehingga bentuk persamaan model Sebaran Normal Baku adalah sebagai berikut : Zy= β 0 + β 1 Z 1 + β 2 Z 2 + β 3 Z 3 + β 4 Z 4 + β 5 Z 5 + β 6 Z ε...(3.1) Untuk lebih mengukur validitas dari persamaan tersebut maka dilakukan pengujian orde I atau pengujian orde II. Pengujian orde I meliputi uji koefisien determinasi (R 2 ), uji t, uji F. Uji orde kedua adalah uji penyimpangan klasik yang meliputi uji mulikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan pada model ini karena data yang digunakan merupakan data cross section dimana tidak terlalu penting untuk melakukan uji tersebut. Adapun penjelasan mengenai pengujian tersebut adalah : A. Koefisien Determinasi (R 2 ) ( μ) Uji keragaman digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Uji ini juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam

36 29 model dapat menerangkan model. Dua sifat R 2 adalah merupakan besaran negatif dan batasnya antara nol sampai satu. Suatu R 2 sebesar 1 berarti kecocokan sempurna sedangkan (R 2 ) yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan. Rumus untuk menghitung (R 2 ) adalah : ( Yˆ Y ) ( Y Yˆ ) 2 2 R = 2 1 = JKT JKG JKT = jumlah kuadrat total JKG = jumlah kuadrat galat B. Uji t...(3.5) Uji t digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis yang telah disebutkan dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik bersifat signifikan atau tidak. Melalui uji ini apakah koefisien regresi satu persatu secara statistik signifikan atau tidak. t j ˆ β j =...(3.6) sˆ j 1 N k 2 ' dimana, sˆ = l ( X X ) 1 j i jj N K = jumlah observasi = jumlah variabel bebas Jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t label atau p-value lebih besar dari α tertentu maka hipotesis nol β j = 0 diterima. Namun, jika nilai t j lebih besar dari nilai t tabel atau p-value lebih kecil dari α yang telah ditentukan maka hipotesis nol ditolak.

37 30 C. Uji F Uji F digunakan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh koefisien regresi juga signifikan dalam menentukan nilai dari variabel tak bebas. Untuk uji F hipotesis diuji adalah : H0 = β 1 = β2 =... = βk = 0 Jika seluruh nilai sebenarnya dari parameter regresi sama dengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara variabel tak bebas dengan variabel-variabel bebas. Untuk mengujinya dapat digunakan F statistik dengan formula sebagai berikut : F = R 2 ( k 1) 2 ( 1 R ) N k...(3.7) Jika nilai F satistik lebih kecil dari nilai t tabel maka hipotesis diterima. Namun jika nilai F statistik lebih besar dari nilai F tabel berdasarkan suatu level of significance tertentu maka hipotesis ditolak. D. Multikolinier Multikolinier adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol. Jika korelasi di antara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai standar error setiap koefisien menjadi tidak terhingga. Hal-hal utama yang sering menyebabkan terjadinya multikoliniaritas pada model regresi, antara lain :

38 31 1. Kesalahan teoritis dalam pembentukan model fungsi regresi yang dipergunakan. 2. Terlampau kecilnya jumlah pengamatan yang akan dianalisis dengan model regresi. Untuk mendeteksi multikolinier dapat dilihat dengan menghitung koefisien korelasi parsial. Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana yang saling berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan sisa variabel eksogen yang lain dan menghitung nilai R 2 yang cocok. Dalam model regresi : Y = α X α1x 1 + α 2 X 2 + α 3 X 3+ α 4 4 μ...(3.8) Kita regresikan setiap X i atas X yang lain dan kemudian menghitung R 2 yang bersangkutan yang kita nyatakan dengan simbol R xi, kemudian kita tentukan nilai F masing-masing regresi tersebut dan dinyatakan dengan F xi. Formula hubungan antara F dan R 2 dinyatakan sebagai berikut : F X1 = R 2 x1, x2,... xi ( k 2)...(3.9) ( 1 R ) ( ) x1, x2,... xi N k + 1 N = jumlah observasi K = jumlah variabel bebas Jika F xi lebih besar dari nilai F tabel pada suatu level of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variabel bebas X k tertentu mempunyai variabel bebas yang lain. Jika F xi lebih kecil dari nilai F tabel pada suatu level of significance

39 32 tertentu, maka dapat diartikan bahwa variabel bebas X k tertentu tidak mempunyai korelasi dengan variabel bebas lain. E. Heteroskedastisitas Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh probability Obs*R-squared pada uji White Heteroskedastisicity. H H 0 1 = γ = 0 = γ 0 Kriteria uji : Probality Obs*R-squared < α, maka tolak H 0 Probability Obs*R-squared.> α,maka terima H 0 Heteroskadastisitas dapat juga dideteksi dengan menggunakan metode grafik yang memetakan hubungan antara variabel tak bebas dengan kuadrat residual. Jika terdapat pola yang sistematis antara dua variabel tersebut maka dapat dikatakan bahwa persamaan regresi mengandung heteroskedastisitas. Akibat yang ditimbulkan pada model regresi yang mengandung heteroskedastisitas pada faktor-faktor gangguannya yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Penaksir-penaksir OLS tidak akan bias (unbiased) Artinya, penaksir-penaksir OLS adalah tidak bias sekalipun dalam kondisi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena tidak menggunakan asumsi homoskedastisitas.

40 33 2. Varian yang diperoleh menjadi tidak efisien Artinya, cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varian yang terkecil. Kecenderungan semakin membesarnya varian tersebut akan mengakibatkan uji hipotesis yang dilakukan juga tidak akan memberikan hasil yang baik (tidak valid). Pada uji t terhadap koefisien regresi, t hitung diduga terlalu rendah. Kesimpulan tersebut akan semakin buruk jika sampel pengamatan semakin kecil jumlahnya. Dengan demikian, model diperbaiki dulu agar pengaruh dari heteroskedastisitasnya hilang Definisi Operasional Analisis faktor-faktor penentu harga rumah di Kota Bogor dengan penerapan Metode Harga Hedonik yang dianalisis dengan regresi linier berganda yang diestimasi dengan teknik OLS (Ordinary Least Square) dan dengan data cross section yang dapat dipermudah dengan menggunakan software program Microsoft Excel dan Eviews 4.1. Hasil tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi harga rumah di Kota Bogor.

41 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kota Bogor 21,56 km². Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 31 kelurahan dan 37 desa. Kota Bogor terletak di antara BT BT dan LS LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km² dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan dataran, yaitu: Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok. Topografi yang demikian menjadikan Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir alami. Kota Bogor berbatasan dengan kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Bogor sebagai berikut: 1. Sebelah utara: Kecamatan Sukaraja, Bojonggede, dan Kemang 2. Sebelah Timur: Kecamatan Sukaraja dan Ciawi 3. Sebelah Selatan: Kecamatan Cijeruk dan Caringin 4. Sebelah Barat: Kecamatan Kemang dan Dramaga

42 35 Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan Bogor Tengah terdiri atas 11 kelurahan, Kecamatan Bogor Utara ada 8 kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan ada 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat ada 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Timur ada 6 kelurahan dan Kecamatan Tanah Sareal ada 11 kelurahan. Ketinggian Kota Bogor dari permukaan laut adalah minimal 190 m dan maksimal 330 m. Disebut Kota Hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70 persen. Suhu terendah di Bogor adalah 21,8 C, yang paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara persen. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah lotosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan topografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibu kota negara, Jakarta, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik. Kedudukan Bogor di antara jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi.

43 36 Jumlah penduduk Kota Bogor sampai dengan tahun 2005 adalah jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan sisanya sebanyak perempuan. Kalau berdasarkan persentase maka jumlah kaum laki-laki adalah sebanyak 50,86 persen, dan kaum perempuan sebanyak 49,14 persen Perekonomian Kota Bogor Berdasarkan Perda Kota Bogor nomor 1 tahun 2000 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Bogor memiliki fungsi sebagai kota perdagangan, kota industri, kota pemukiman, kota wisata ilmiah dan kota pendidikan. Kota Bogor yang sedang giat-giatnya ingin mengantarkan masyarakatnya menuju kota internasional, memasukkan perdagangan ke dalam aspek keempat pembangunan, yaitu ekonomi. Aspek pembangunan tersebut adalah fisik dan lingkungan, sumber daya manusia, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Untuk mengarah sebagai kota internasional, pemerintah kota memberikan banyak peluang usaha dan pengembangan bisnis dengan nilai investasi mencapai ratusan milyar rupiah. Mulai dari pengembangan industri pengolahan makanan hingga pembangunan infrastruktur. Semua anggaran digunakan untuk mempersiapkan infrastruktur menuju kota internasional. Struktur perekonomian Kota Bogor didominasi oleh sektor perdagangan yang menyerap sekitar atau 18 persen penduduk usia kerja, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sebesar 29,93 persen terhadap PDRB Kota Bogor, disusul kemudian oleh sektor industri yang memberikan kontribusi sebesar 24,37 persen.

44 37 Kehadiran industri dalam skala besar yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja juga menjadi faktor yang menyebabkan aktivitas perekonomian tinggi. Kecamatan Bogor Selatan menjadi sentra industri kerajinan dengan bahan baku kulit dan kayu. Kecamatan Tanah Sareal menjadi lokasi industri besar seperti Unitex yang bergerak dalam bidang pertekstilan, Garmen Perkasa dalam bidang garmen, dan Goodyear dalam bidang industri ban. Meskipun secara langsung belum memberikan nilai berarti bagi pembangunan daerah, namun dengan tenaga kerja yang diserap telah memberikan andil kemajuan ekonomi. Laju pertumbuhan industri pengolahan memiliki dampak ganda, baik itu produksi terhadap bahan baku maupun perdagangan. Kebutuhan bahan baku industri makanan dan minuman seperti sayur-sayuran dan buah-buahan akan membuat petani semakin terpacu berproduksi. Dengan kata lain, Bogor akan mampu memberikan dampak secara ekonomis bagi daerah sekitarnya seperti Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kabupaten Sukabumi. Industri makanan yang masih dapat dikembangkan seperti industri keripik talas, es krim talas, dan dodol talas yang berlokasi di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal. Selain itu, peluang usaha untuk pengembangan industri sepatu dan tas masih terbuka di Kecamatan Bogor Selatan dan Timur. Sementara pembangunan infrastruktur yang masih menunggu investor antara lain pembangunan underpass dan flyover dengan total investasi sekitar Rp 30 milyar. Industri pengolahan dan perdagangan yang menjadi tumpuan perekonomian daerah memiliki perkembangan yang potensial. Industri ini akan semakin berkembang karena didukung oleh adanya wisatawan. Aktivitas

FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H

FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H FAKTOR-FAKTOR PENENTU HARGA RUMAH DI KOTA BOGOR (Penerapan Metode Harga Hedonik) OLEH RIMA JAILANI H14103033 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 FAKTOR-FAKTOR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H14102048 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2008 yang mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H14103045 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT OLEH ANDROS M P HASUGIAN H14101079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 73 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan Indonesia yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H14103002 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) OLEH RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H14104072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk seiring berjalannya waktu yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk seiring berjalannya waktu yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan penduduk seiring berjalannya waktu yang terus menerus mengalami pelonjakan mendorong peningkatan akan kebutuhan primer. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H 14094014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI LISTRIK DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Oleh SIGIT YUSDIYANTO H14104079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEM

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H14103018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H14052628 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci