KONFLIK BATIN TOKOH PADA NOVEL THE GIRLS OF RIYADH KARYA RAJAA AL SANEA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK BATIN TOKOH PADA NOVEL THE GIRLS OF RIYADH KARYA RAJAA AL SANEA SKRIPSI"

Transkripsi

1 KONFLIK BATIN TOKOH PADA NOVEL THE GIRLS OF RIYADH KARYA RAJAA AL SANEA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ANDIK BAWO INTAN SITI AISYAH NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

2 2

3 3

4 4

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt., berkat rahmat dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari pada saat penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari segala pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti perkuliahan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. 2. Drs. H. Nursal Hakim, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang telah memberikan izin dan rekomendasinya untuk mengikuti perkuliahan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta sebagai dosen yang membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan. i

6 3. Drs. Syafrial, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan menyetujui masalah yang penulis teliti untuk dijadikan skripsi. 4. Drs. Elmustian Rahman, M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Drs. Syafrial, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pentunjuk dan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Dra. Charlina, M.Hum., selaku Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam perkuliahan. 7. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan. 8. Teristimewa untuk Ibunda tersayang Hj. Siti Kamaria Tamin, Enah tercinta Dra. Hj. Siti Zahara Tamin dan Om M. Nasir, S.Pd., yang selalu memenuhi kebutuhan Ananda dan mendukung segala aktivitas Ananda. Atas dukungan dan doa beliau-beliaulah penulis mampu melewatinya sampai sekarang. 9. Maulud Mawardi dan Putri Fatimah, kedua adikku tersayang, yang selalu membantu setiap kali dibutuhkan. ii

7 10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2007, terutama MIND (Mia, Intan, Ningsih, dan Desi) Hafiz dan Arini, terima kasih sahabatku tercinta. Atas motivasi dan bantuan yang kalian berikan dari awal perkuliahan kita di FKIP sampai akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Demikian kiranya semoga skripsi yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Pekanbaru, Juli 2011 Penulis iii

8 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Waktu Penelitian Tabel 4.1 Data Konflik Batin Tokoh yang Berkenaan dengan Id, Ego, dan Superego Tabel 4.2 Jumlah Aspek-Aspek Psikologis Setiap Tokoh Berkenaan dengan Konflik Batin Tabel 4.3 Data Konflik Batin Tokoh yang Berkenaan dengan Id Tabel 4.4 Data Konflik Batin Tokoh yang Berkenaan dengan Ego Tabel 4.5 Data Konflik Batin Tokoh yang Berkenaan dengan Superego iv

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Operasional... 8 BAB II TINJAUAN TEORETIS Psikologi Sastra Id (Das Es) Ego (Das Ich) Superego (Das Ueber Ich) Konflik Batin Tokoh Utama Konflik Batin Penokohan Penelitian yang Relevan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Waktu Penelitian Metode Penelitian Subjek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Keabsahan BAB IV PEMBAHASAN Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel The Girls Of Riyadh Karya Rajaa v

10 Al Sanea Identifikasi Data Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls Of Riyadh Karya Rajaa Al Sanea Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls Of Riyadh Karya Rajaa Al Sanea yang Berkenaan dengan Aspek Psikologis Konflik Batin yang Berkenaan dengan Id Konflik Batin yang Berkenaan dengan Id pada Tokoh Qamrah Konflik Batin yang Berkenaan dengan Id pada Tokoh Rasyid Konflik Batin yang Berkenaan dengan Id pada Tokoh Shedim Konflik Batin yang Berkenaan dengan Id pada Tokoh Michelle Konflik Batin yang Berkenaan dengan Ego Konflik Batin yang Berkenaan dengan Ego pada Tokoh Qamrah Konflik Batin yang Berkenaan dengan Ego pada Tokoh Faishal Konflik Batin yang Berkenaan dengan Ego pada Tokoh Michelle Konflik Batin yang Berkenaan dengan Ego pada Tokoh Lumeis Konflik Batin yang Berkenaan dengan Superego Konflik Batin yang Berkenaan dengan Superego pada Tokoh Qamrah Konflik Batin yang Berkenaan dengan Superego pada Tokoh Lumeis Konflik Batin yang Berkenaan dengan Superego pada Tokoh Faishal Konflik Batin yang Berkenaan dengan Superego pada Tokoh Michelle BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA vi

11 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang : (1) latar belakang, (2) permasalahan, (3) pembatasan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah ekspresi jiwa sang pengarang. Melalui karyanya sang pengarang mampu menyuarakan isi hatinya mengenai persoalan yang dilihat, dirasakan dan dialaminya dalam sebuah bentuk karya sastra. Karya sastra mampu menjadi wadah yang menampung dan menyampaikan segala hal dari kacamata sang pengarang mengenai persoalan disekelilingnya, terutama tentang kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk yang penuh dengan permasalahan serta kemungkinan-kemungkinan yang dialami dalam hidupnya. Seorang pengarang akan berusaha melihat kemungkinan tersebut dengan memandang masalahmasalah manusia yang tampak dalam kehidupan dan kemudian dituliskan dalam karya sastra. Ketika menemukan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dan masalah-masalah serta pilihan-pilihan, seorang pengarang akan berimajinasi untuk memilih alternatif celah yang mungkin akan dihadapi manusia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Trisman, dkk. (dalam Junus, 1983:1) yang mengungkapkan bahwa setiap kali orang berhadapan dengan suatu realitas, maka realitas tersebut 1

12 akan mengundang orang untuk berimajinasi, dan orang tidak mungkin dapat berimajinasi tanpa memiliki pengetahuan tentang suatu realitas. Perceraian merupakan contoh yang sering terjadi dalam masyarakat sekarang dan banyak faktor yang menyebabkan suatu perceraian. Bila ada tetangga Anda yang bercerai, tentu Anda mulai berimajinasi apa penyebab terjadinya perceraian itu. Pilihan pertama Anda pasti jatuh pada orang ketiga yaitu adanya perselingkuhan, karena perselingkuhan memang sering menjadi penyebab utama perceraian. Gejala dan masalah yang diungkapkan oleh pengarang melalui karyanya tidak lepas dari masalah psikologis atau kejiwaan yang mengiringi kehidupannya. Masalah kejiwaan ini sering disamakan dengan ilmu kepribadian. Pribadi setiap orang dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam dan kekuatan dari luar. Kekuatan yang mempengaruhi kepribadian seseorang dari dalam adalah sesuatu yang dibawah sejak lahir baik jasmani maupun rohani salah satu contohnya adalah karakter atau perwatakan, sedangkan yang termasuk kekuatan dari luar adalah pengaruh lingkungan dan tempat tinggalnya. Namun, belum diketahui kekuatan mana yang paling berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Salah satu bentuk karya sastra yang menceritakan kehidupan secara keseluruhan adalah novel. Novel merupakan salah satu bacaan yang populer di masyarakat karena dalam novel kita akan menemukan percintaan, kehidupan rumah tangga, kekerasan, religi, dan lain-lain. Sebagian ahli sastra beranggapan novel dikatakan baik, apabila di dalamnya terdapat konflik. Konflik akan berhubungan erat dengan jalan hidup sang tokoh. Terciptanya sebuah konflik 2

13 ditimbulkan akibat adanya berbagai permasalahan yang sering hadir dalam kehidupan manusia. Konflik yang banyak menarik minat pembaca adalah konflik yang unik. Seolah-olah kejadian yang dialami sang tokoh bukan merupakan rekaan dari kenyataan, melainkan kenyataan itu sendiri. Konflik tidak harus berarti pertentangan dalam bentuk fisik, tapi juga konflik batin. Karena itu, dalam sebuah novel tidak harus selalu ada perkelahian, perang mulut, apalagi pembunuhan. Konflik dapat juga terjadi antara baik dan buruk, benar dan salah serta pantas tidak pantas. Menjalani kehidupan bukanlah sebuah perjuangan yang mudah, karena akan menghadapi berbagai banyak rintangan, ancaman, dan masalah. Masalah-masalah itulah yang kerap kali mengubah karakter dari seseorang. Untuk mendapat sesuatu yang diinginkan banyak manusia yang salah langkah. Untuk mengetahui itu semua kita perlu mengkaji psikologisnya. Semi (1989:48) dalam bukunya Kritik Sastra menyebutkan bahwa, Pengetahuan tentang psikologi mendorong kita untuk menyadari bahwa sebuah karya sastra yang baik sekurang-kurangnya mempunyai dua jenis makna: yang jelas dan yang terselubung. Hal ini menggambarkan bahwa nilai psikologis yang terkandung dalam sebuah karya sastra merupakan satu cara mengungkapkan sisi kehidupan tokoh dalam cerita baik yang sifatnya tersurat maupun tersirat. Sastra seharusnyalah memiliki nilai psikologis karena tanpa adanya nilai tersebut sastra akan terasa kaku, monoton, dan tidak bernilai. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan kajian konflik batin pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 3

14 Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea merupakan novel International Bestseller. Versi asli novel ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada tahun 2005 dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan. Keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur Tengah lainnya. Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara. Di Indonesia sendiri novel ini telah memasuki cetakan keenam pada tahun Kisah yang terdapat dalam novel ini umumnya kisah klasik yang ada di belahan dunia manapun. Tentang percintaan, seks bebas, pengkhianatan, orang tua yang ikut campur, pelanggaran norma, dan semua yang sudah biasa muncul di topik-topik cerita Barat. Kenapa yang ini heboh? Karena semua terjadi di Arab Saudi. Negara dengan hukum Islam yang dijalankan dengan ketat. Pada sampul belakang novel The Girls Of Riyadh, majalah Cosmopolitan menyebutkan, Isinya yang frontal membuat buku ini langsung dilarang beredar di sana. Laris di pasar gelap membuktikan mahalnya harga sebuah kebenaran. Pada sampul yang sama Kirkus Review menyebutkan, Boleh jadi inilah buku pertama yang menampilkan secara utuh dunia sebenarnya gadis-gadis Saudi Arabia masa kini. Koran Tempo juga menyebutkan, Si penulis surat setiap pekan hadir dengan berbagai perkembangan baru dan peristiwa aktual. Masyarakat luas menjadi demam Internet dan selalu menunggu-nunggu informasi terbaru. Akhirnya, pada setiap Sabtu pagi, kantor pemerintahan, rumah sakit, kampus, dan ruang sekolah menjadi arena diskusi tulisan tersebut. 4

15 Novel ini banyak membuka sesuatu yang dikatakan aib bagi masyarakat Arab. Bagi dunia Arab, cinta bukanlah sesuatu yang indah. Bahkan lebih layak di takuti, diawasi, dibatasi dan dibentengi. Tidak ada tempat untuk cinta. Gejala dan masalah yang diungkapkan oleh pengarang melalui karyanya tidak lepas dari masalah psikologis atau kejiwaan yang mengiringi kehidupannya dan wanita-wanita di Riyadh. Pembaca juga dapat mengetahui konflik yang terjadi pada diri seseorang yang tidak menutup kemungkinan konflik itu akan terjadi pada dirinya nanti. Masalah kejiwaan ini sering disamakan dengan ilmu kepribadian atau psikologi. Karakter atau perwatakan merupakan salah satu dari kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir. Karakter atau perwatakan hanya dapat diketahui melalui psikologi seseorang. Baik itu dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam sebuah karya sastra. Apalagi novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata yang dialami teman-teman si pengarang. Kisah mereka tergambar secara gamblang dalam novel ini. Cara pengarang mengungkapkan segala tingkah laku atau psikologis tokoh-tokoh dalam karangannya membuat daya tarik tersendiri pada novel The Girls of Riyadh sehingga, menjadikan novel The Girls of Riyadh sebagai International Bestseller. Untuk itu penulis tertarik meneliti Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut novel yang berjudul The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea, dan hal ini penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul penelitian: Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 5

16 1.2 Permasalahan Memahami sebuah karya sastra, pembaca harus menguasai beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, salah satunya adalah konflik. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia di mana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. Dalam menentukan tindakan dan peran tokoh dalam cerita, seorang sastrawan harus mempertimbangkan peran tokoh itu agar dapat diterima oleh masyarakat luar. Dalam hal ini peranan konflik batin (psikologis) yang melatarbelakangi perubahan karakter tokoh sangat menentukan. Analisis konflik batin (psikologis) dapat ditinjau dari sudut pandang pengarang atau pembacanya. Dari cabang psikologis, psikoanalisis inilah membagi teori adanya dorongan bawah sadar yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Pelopor psikoanalisis ini adalah Sigmund Freud. Teori tersebut berhubungan dengan seluk beluk manusia, yaitu The Id (Das Es), The Ego (Das Ich), The Superego (Das Ueber Ich). Id merupakan watak dasar yang ada pada setiap manusia sejak lahir (alam bawah sadar) terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif). Id merupakan dunia batin dan subjektif yang dibawah sejak lahir oleh individu tersebut. Ada aspek lain yang perlu menghubungkan pribadi tersebut dengan dunia objektif yaitu ego. Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id dan harus mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas (reality principle) artinya ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk 6

17 pemuasan lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan fisik maupun sosial. Dengan demikian ego adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Sedangkan superego merupakan kumpulan sistem nilai, norma, dan etika yang sejalan dengan tatanan masyarakat. Superego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Jadi superego itu cenderung untuk menentang baik id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti dalam novel Rajaa Al Sanea ini, yaitu: Bagaimanakah konflik batin tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea? 1.3 Pembatasan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini perlu dibatasi agar tidak terjadi kekacauan, serta lebih memfokuskan permasalahan. Berdasarkan uraian di atas, penulis membatasi serta memfokuskan masalah dalam penelitian ini yaitu membahas tentang konflik batin empat tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea yang dominan dengan id, ego, dan superego. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang bertitik tolak dari uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 7

18 a. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan id pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. b. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan ego pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. c. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan superego pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat baik secara praktis, didaktis maupun teoretis. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah psikologis dalam karya sastra. Secara didaktif, penelitian ini memberikan suatu sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi dunia pengetahuan, khususnya pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Begitu juga secara teoritis yaitu menerapkan dan memperdalam pengetahuan penulis pada metode penelitian. 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan. Konflik batin adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan kejiwaan tokoh dalam karya sastra karena dianggap sebagai hasil dari proses kejiwaan sehingga perlu diteliti bagaimana jiwa tokoh berproses dalam melahirkan 8

19 tindakan-tindakan id, ego, dan superego. Tokoh adalah sosok individu atau pelaku yang hadir, bertingkah laku, bersikap dan mengalami bentuk peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa, Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea yang dimaksud dalam penelitian ini adalah temuan yang diperoleh atas analisis masalah yang berkaitan dengan kejiwaan tokoh melalui tindakan-tindakan id, ego, dan superego dalam novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 9

20 BAB II TINJAUAN TEORETIS Bab ini menguraikan tentang : (1) psikologi sastra, (2) konflik batin tokoh, (3) penelitian yang relevan. 2.1 Psikologi Sastra Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Ahmadi, (2003:1) menjelaskan, Psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Novel merupakan cerita berbentuk prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita yang menonjolkan watak dan sifat pelaku. Karya sastra yang baik sudah sewajarnya memuat unsur psikologis, karena keduanya saling mempengaruhi. Psikologis yang terkandung dalam sebuah karya sastra semakin mempertinggi nilai estetik karya sastra. Psikologis dalam sastra merupakan cara mempelajari tingkah laku tokoh yang terdapat dalam karya satra. Dengan psikologis, pembaca dapat menelusuri keadaan jiwa tokoh yang ada dalam karya sastra itu. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatanperbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan. 10

21 Secara umum psikologis diartikan ilmu yang mempelajari tentang gejalagejala jiwa manusia karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbedabeda. Dalam artian singkat psikologis diartikan ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Rumusan di atas menegaskan bahwa psikologi merupakan studi ilmiah tentang dasar-dasar atau pokok-pokok perilaku. Banyak penulis yang berusaha memahami karya sastra dengan bantuan psikologis yang merujuk pada proses jiwa atau mental. Karena didorong oleh cara seperti itu muncullah pendekatan psikologis dalam telaah atau peneliti sastra. Beberapa tokoh psikologis terkemuka seperti Freud, Hilgard, Ruch memberikan inspirasi yang banyak tentang pemecahan misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologis. Tetapi, diantara mereka Freud yang secara langsung membicarakan tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang disublimasikan ke dalam bentuk penciptaan karya seni. Masalah penokohan adalah masalah bagaimana membangun dan mengembangkan watak-watak tokoh dalam sebuah karya sastra. Jalil dan Elmustian (2004:63) mengungkapkan bahwa, Perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokoh/pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam cerita. Manusia yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya baik segi fisik maupun mental. Dalam rangka pengkajian terhadap aspek psikologis atau konflik batin tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. Peneliti mengambil 11

22 pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian. Karena dalam teori ini Sigmund Freud ini banyak mengkaji tentang kepribadian yang terdiri dari tiga sistem yaitu, das es, das ich, dan ueber ich. Ajaran-ajaran Freud di atas, dalam dunia psikologi lazim disebut sebagai psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan selama tahun-tahun pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang dilakukan manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Menurut Freud (Suryabrata, 2003:124) struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: a. Das Es (the id) yaitu aspek biologis b. Das Ich (the ego) yaitu aspek psychologis c. Das Ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis Dari pendapat Freud di atas, perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan superego yang ketiganya selalu bekerjasama, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri walaupun fungsi serta peranannya masing-masing berbeda. Oleh sebab itu, apabila ketiga aspek ini tidak saling mengontrol satu sama lain atau tidak seimbang maka berakibat pada gangguan kejiwaan pada individu tersebut. Jadi dari ketiga aspek id, ego, dan superego akan menentukan siapa dan bagaimana individu tersebut. Pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian dapat diringkas dalam bentuk struktur kepribadian yaitu terdiri atas tiga aspek diantaranya: 12

23 2.1.1 Id (Das Es) Teori Sigmund Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama pada hakikatnya berada pada id, senantiasa muncul pada setiap perilaku. Id dikenal sebagai insting pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan insting pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Id merupakan dunia batin atau subjektif yang dibawa sejak lahir oleh individu. Dari aspek inilah kedua aspek yang lain muncul. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, termasuk insting-insting. Ciri-ciri watak primitif pada watak kepribadian ini adalah kasar, beringas, tidak mau diatur, tidak taat norma, dan hukum. Bertolak dari watak primitif yang demikian, wajar kalau id tidak terikat oleh larangan serta aturan yang berlaku dalam masyarakat. Id cenderung menghendaki penyaluran atau pelampiasan untuk setiap keinginan, yang jikalau tertahan atau tersumbat akan mengalami ketegangan. Oleh sebab itu, yang dikenal id adalah prinsip kesenangan (the pleasure principle) dan ia akan menyalurannya dengan cara impulsif, irasional serta narsistik dengan tanpa mempertimbangkan akibat atau konsekuensi. Das es atau aspek biologis dari kepribadian ini adalah aspek yang orisinal di dalam kepribadian. Dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindari diri dari ketidak enakan dan 13

24 mencapai kenikmatan. Pedoman ini disebut Freud prinsip kenikmatan atau prinsip keenakan (Suryabrata, 2003:125). Id mempunyai dua cara (alat proses) untuk menghilangkan ketidak enakan dan mencapai kenikmatan, yaitu yang pertama refleks atau reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya. Sedangkan yang kedua adalah proses primer, seperti orang lapar membayangkan makanan. Dan untuk mewujudkan kenikmatan itu maka ada aspek lain yang perlu menghubungkan pribadi tersebut dengan dunia nyata yaitu ego Ego (Das Ich) Berlainan dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip kenyataan adalah untuk menangguhkan peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah ditemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu bentuk kelakuan yang wajar. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional. Berdasarkan egonya manusia mencari kepuasan dan kenikmatan berdasarkan kenyataan. Bisa disebut ego adalah komponen kepribadian yang mewakili kenyataan dan berfungsi sebagai penghambat munculnya dorongan id secara bebas. Dengan demikian tugas ego adalah menyeimbangkan pertentangan yang terjadi antara id dan tuntutan sosial. 14

25 Ego merupakan perantara antara kebutuhan-kebutuhan dengan keadaan lingkungan sekaligus mengontrol kebutuhan-kebutuhan yang mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dengan demikian ego adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Tepatnya, ego adalah pengontrol id. Contoh nyata dari ego adalah peraturan. Semua peraturan yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol Super Ego (Das Ueber Ich) Superego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Jadi das ueber ich itu berisi dua hal, yaitu conscientia dan ich ideal. Conscientia prinsipnya menghukum orang dengan memberikan rasa dosa. Sedangkan ich ideal prinsipnya menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Adapun fungsi pokok daripada das ueber ich dapat kita lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek dari kepribadian itu: a. Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan-dorongan seksual dan agresif yang sangat ditentang oleh masyarakat. b. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang irealistis daripada realistis. c. Mengejar kesempurnaan. 15

26 Superego merintangi id terutama dalam masalah seksual agresif, perbuatan-perbuatan asusila lainnya yang melanggar norma-norma dalam masyarakat atau yang tidak sesuai dalam kehidupan masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan megejar kesempurnaan (Suryabrata, 2003: ). Berdasarkan pendapat Suryabrata dapat disimpulkan bahwa superego cenderung untuk menentang id maupun ego dan membuat konsepsi yang ideal. Kesimpulan uraian diatas adalah id, ego, dan superego merupakan aspek yang mutlak ada dalam setiap diri individu. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lain walaupun fungsi serta peranannya masing-masing berbeda, maka apabila ketiga aspek ini tidak saling mengontrol satu sama lain atau tidak seimbang maka berakibat pada gangguan kejiwaan pada individu tersebut. Jadi dari ketiga aspek ini id, ego, dan superego akan menentukan siapa dan bagaimana individu tersebut serta mencerminkan watak atau karakter individu tersebut. 2.2 Konflik Batin Tokoh Sebuah cerita, baik cerita pendek (cerpen) maupun panjang (novel) terdiri atas beberapa peristiwa. Peristiwa berhubungan dengan tempat kejadian dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut yang seringkali akan menciptakan sebuah konflik. Menurut Depdiknas (2007:587), Konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan. Konflik akan timbul apabila ada perbedaan antara keadaan satu dengan yang lain demi mencapai tujuan tertentu. 16

27 Keraf (2004:168) membagi konflik atas tiga macam, yaitu: 1. Konflik melawan alam, yaitu suatu pertarungan yang dilakukan oleh seorang tokoh atau manusia secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu sendiri, 2. Konflik antarmanusia (fisik), yaitu pertarungan seorang melawan manusia yang lain, seorang melawan kelompok lain yang berkuasa, suatu kelompok melawan kelompok lain, 3. Konflik batin, yaitu suatu pertarungan individual melawan diri sendiri, dalam konflik ini timbul kekuatan yang saling bertentangan dengan batin seseorang, keberanian melawan kedermawanan, dan sebagainya. Konflik batin juga dikenal dengan konflik internal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, konflik batiniah atau konflik psikologis. Penelitian penulis kali ini lebih menjurus kepada konflik batin yang dialami tokoh pada novel The Girls of Riyadh. Maka dari itu, penulis akan lebih fokus menjelaskan mengenai konflik batin tokoh Konflik Batin Sudah menjadi suratan takdir kalau kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh masalah. Masalah yang timbul silih berganti inilah yang menyebabkan adanya konflik. Konflik (masalah) merupakan suatu daya tarik dalam cerita karena adanya masalah-masalah yang muncul dalam cerita itu akan membangkitkan emosi pembaca serta menimbulkan rasa keingintahuan lebih jauh mengenai akhir cerita itu. Pada dasarnya suatu cerita dimulai dengan adanya perkenalan terhadap tokoh-tokoh yang lain melalui dialog-dialog, pertikaian, kemudian mencapai klimaks dan diakhiri dengan adanya penyelesaian dari peristiwa itu. 17

28 Daya tarik terhadap sebuah cerita berkaitan dengan konflik-konflik yang yang terdapat dalam cerita tersebut, terutama konflik sang tokoh utama dengan dirinya sendiri. Depdiknas (2007:587), Konflik batin adalah konflik yang di sebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Nurgiyantoro (2007:124) menyatakan konflik internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah-masalah lainnya. Setiap konflik yang terjadi merupakan kekuatan dari sebuah cerita. Dalam upaya menarik pembaca, konflik yang disajikan harus realitas dan logis, artinya konflik itu pernah terjadi di dalam masyarakat atau kemungkinan akan terjadi dan dapat diselesaikan dengan cara yang masuk akal. Konflik yang dialami tokoh pada novel The Girls of Riyadh ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan yang mereka alami. Konflik batin erat kaitannya dengan unsur psikologis tokoh yang terdapat dalam setiap cerita. Karya sastra yang baik sudah sewajarnya memuat unsur psikologis karena unsur tersebut akan mempertinggi nilai estetik sebuah karya sastra. Sastra akan terlihat seperti padang tandus bagi pembaca bila di dalamnya tidak dimuat unsur psikologis, karena pada sastra terdapat kehidupan manusia yang penuh dengan proses kejiwaan. 18

29 Konflik batin dalam sastra merupakan cara mempelajari tingkah laku tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Dengan psikologis, pembaca akan menelusuri keadaan jiwa tokoh yang ada dalam karya sastra itu. Tinjauan dari sudut konflik batin dalam sastra, kita dapat melihat keadaan pengarang di waktu menulis karya sastra dan keadaan jiwa tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang memahami kejiwaan, sikap, hidup dan cara berfikir sastrawan, akan memudahkan kita menemui makna yang tersembunyi dibalik tulisan-tulisan mereka Penokohan Berbicara mengenai konflik batin dalam karya sastra tidak akan lepas dari pembicaraan tokoh dalam karya tersebut. Pembaca dapat mengamati tingkah laku tokoh dalam sebuah novel dengan memanfaatkan pertolongan pengetahuan psikologis. Menurut Minderop (2005:95) perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam sebuah karya fiksi yang dapat mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan, tetapi juga penampilan. Untuk menampilkan perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan oleh pengarang dengan menampilkan pencerita atau narator. Perwatakan merupakan tingkah laku, perbuatan atau sifat sang tokoh cerita. Dalam sebuah cerita pelaku atau tokoh dalam cerita harus bisa berperan sesuai dengan ceritanya. Seorang pelaku atau tokoh cerita bisa membawakan lakon dengan baik akan membuat cerita hidup. Perwatakan merupakan bagian dari penokohan. Untuk mengetahui konflik batin karya sastra maka kita tidak boleh lepas dari pembicaraan tokoh-tokoh karya 19

30 sastra tersebut. Masalah penokohan adalah masalah bagaimana membangun dan mengembangkan watak tokoh tersebut dalam sebuah karya sastra. Selain itu menurut Hamidy, (1983:25) watak-watak pelaku dalam cerita fiksi dapat diamati melalui beberapa cara yaitu: a. Melalui uraian sang pengarang yang melukiskan keadaan tokohtokohnya dengan menyebutkan sifat-sifat jasmani dan rohaninya. b. Perwatakan pelaku dalam suatu cerita dapat pula diketahui melalui tindakan-tindakannya, terutama dalam hubungannya dengan tokoh lain atau dalam reaksinya terhadap sesuatu keadaan di sekitarnya. c. Jalan pikiran sang tokoh yang dilukiskan oleh pengarang juga dapat memberitahukan kepada kita bagaimana watak sang tokoh itu. d. Pengarang karya fiksi juga dapat melukiskan watak-watak pelaku dalam ceritanya dengan cara melukiskan keadaan tempat tinggal sang tokoh. e. Penilaian pelaku-pelaku lain terhadap seseorang tokoh dalam suatu cerita, juga memberi petunjuk kepada kita mengenai perwatakan seorang tokoh. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyajikan watak tokoh, ada beberapa cara ditempuh pengarang. Ada kalanya pengarang melalui penceritaan dan mengisahkan sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, dan perasaannya. Kadang-kadang memberikan komentar setuju atau tidak setuju akan sifat-sifat tokoh tersebut. Menurut Hamidy (dalam Jalil dan Elmustian, 2004:83) pembahasan sistematik hubungan antar tokoh merupakan pendekatan yang memperhatikan secara bulat cerita itu. Menekankan aspek kaitan antar tokoh dengan latar belakang watak dan peristiwa sebagai unsur yang menyebabkan adanya jalinan hubungan antar tokoh. Untuk melihat hubungan antar tokoh tersebut dalam suatu sistematik cerita, hendaklah menggunakan sejumlah tanda penghubung dan keadaan, di antaranya ialah: 20

31 a. Garis lurus ( ) = berkenalan, bertemu atau berhadapan. b. Garis panah timbal-balik ( ) = mereka saling mencinta. c. Dua garis lurus ( ) = kawin atau berkumpul kembali. d. Garis putus-putus ( ) = hubungan itu putus atau terganggu. e. Tanda panah ( ) = diganggu, ditarik atau ditekan oleh sesuatu. f. Tanda panah berlawanan ( ) = bercerai atau berpisah. g. Tanda ( X ) = meninggal. h. Dua panah ( ) = dibunuh oleh sesuatu. Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas sudah bahwa dalam sebuah cerita akan ditemui beberapa tokoh-tokoh yang menjadi tokoh utama dan tokoh sampingan. Menurut Depdiknas (2007:1203), Tokoh utama adalah peran utama di dalam cerita rekaan atau drama. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tokoh utama dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Tokoh utama juga disebut tokoh sentral yaitu tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral protagonis dan tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilainilai positif. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif. Adapun yang dimaksud dengan tokoh sampingan (tokoh bawahan) adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat menunjang atau mendukung tokoh utama. Menurut Panuti Sudjiman (dalam Jalil dan Elmustian, 2004:66) dalam melukiskan tokoh-tokoh rekaan yang dikenalnya, pengarang menggunakan metode penokohan yaitu 1) metode analisis, 2) metode dramatik, dan 3) metode kontekstual. Metode analisis memaparkan secara langsung sifat-sifat (fisik) dan 21

32 sifat batin (perasaan, hasrat, pikiran) tokoh cerita. Contohnya dapat di lihat dari petikan novel The Girls of Riyadh (Rajaa Al Sanea, 2008:98) berikut ini: Dengan kostum baru yang dikenakan sekarang, Shedim benar-benar tampil dengan dirinya seutuhnya. Badan ramping dan leher jenjang, rambut hitam bergelombang, dan muka yang nyaris sempurna; bibir tipis yang dipoles lipstik berwarna serasi dengan bajunya, alis mata yang semakin hitam dengan polesan pensil, dan mata jernih yang putih nan bening. Fisik Shedim memang perpaduan potensi alami anugerah Tuhan dan kemampuan merawat dan mempercantik diri. Metode dramatik adalah cara pelukisan watak dengan tidak langsung. Metode ini menyajikan watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Contohnya dapat di lihat dari petikan novel The Girls of Riyadh (Rajaa Al Sanea, 2008: ) berikut ini: Shut up! Qamrah mulai angkat bicara. You take my husband! Kamu perempuan tidak beradab telah merampas suami orang. Setelah menghancurkan semuanya, kini kamu datang kepadaku dengan ceramah memuakkan. Demi Allah, aku tidak akan ikhlas. Aku yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan! Qamrah mengungkapkan dalam bahasa Inggris yang terputus-putus. Metode kontekstual menggunakan bahasa mengacu kepada si tokoh untuk menggambarkan perwatakannya. Metode ini menyajikan watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang. Yang dimaksud gaya bahasa pengarang adalah cara pengarang menceritakan tokoh tersebut, jadi bukan gaya bahasa atau kata-kata yang dipakai oleh tokoh tersebut dalam bercerita. Contohnya dapat di lihat dari petikan novel The Girls of Riyadh (Rajaa Al Sanea, 2008:18) berikut ini: Sementara itu, Michelle berusaha menemukan respon kepuasan yang tertunda dari wajah kaum Adam. Dia benar-benar tidak memedulikan cibiran dan sorot mata kaum Hawa yang ingin membakarnya. Dia begitu larut dengan kelebihannya. 22

33 Sebagaimana dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa konflik batin yang terjadi pada tokoh dapat dilihat dari berbagai metode yang menonjolkan watak tokoh tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, penulis juga bisa menentukan aspek psikologis yang mempengaruhi terjadinya konflik batin tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. Tidak dapat dipungkiri bahwa psikologis seseorang dipengaruhi karena adanya konflik, khususnya konflik batin yang dialaminya dan hal tersebut juga dapat merubah watak seseorang. 2.3 Penelitian yang Relevan Kajian novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea ini, peneliti menitik beratkan pada konflik batin tokoh yang berkenaan dengan aspek psikologis dalam teks novel tersebut. Penelitian pada novel ini sepengetahuan penulis belum pernah diteliti, namun kalau konflik batin tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta sudah pernah di teliti Tresnawati (2007). Peneliti ini menitik beratkan pada konflik bebas dan konflik terikat yang dialami tokoh utama pada novel yang dibahas. Sedangkan, Siti Aisah (2009) meneliti teknik pemunculan konflik dalam kumpulan cerpen Dari Seberang Perbatasan Dan Cerita-Cerita Lainnya. Peneliti ini menitik beratkan pada teknik pemunculan konflik yang disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Persamaan dalam dua penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti konflik pada sebuah karya sastra berbentuk prosa. Adapun perbedaannya adalah peneliti lebih menjurus kepada konflik batin tokoh yang berkenaan dengan aspek psikologis pada sebuah novel. 23

34 Sepengetahuan penulis nilai-nilai psikologi pada kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet sudah pernah diteliti Helena Desnawita Prabawati (2009). Peneliti ini menitik beratkan penelitiannya pada semua tokoh yang ada pada novel yang dibahas. Hasil penelitian Helena Desnawita Prabawati menyatakan bahwa masing-masing tokoh berbeda hasil analisis psikologisnya, ada yang berat dan ada yang ringan, ada yang mampu menyelesaikan masalah sendiri dan ada yang tidak. Perasamaan dalam penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang psikologis para tokoh pada sebuah karya sastra berbentuk prosa. Adapun perbedaan dalam penelitian ini ialah penelitian sebelumnya membahas pada kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet yang merupakan prosa asli Indonesia sebagai objek penelitiannya, sedangkan peneliti saat ini objek penelitiannya menggunakan sebuah novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea yang merupakan novel International Bestseller yang berasal dari Arab Saudi. 24

35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan : (1) waktu penelitian, (2) metode penelitian, (3) subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data (6) keabsahan. 3.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai dengan mengajukan judul. Selanjutnya, setelah judul diterima, penulis melaksanakan penyusunan proposal. Untuk lebih jelasnya mengenai waktu penelitian ini, dapat dilihat pada tabel di bawah: TABEL 3.1 WAKTU PENELITIAN No Jenis Kegiatan Pengajuan judul Penyusunan proposal Revisi proposal Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Seminar hasil Revisi skripsi Ujian skripsi Waktu Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 25

36 3.2 Metode Penelitian Setiap melakukan penelitian, penulis perlu menetapkan suatu metode penelitian. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu. Metode yang dipakai harus sesuai dengan judul penelitian dan masalah yang dibahas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui studi pustaka. Metode deskriptif adalah suatu metode yang mendeskripsikan data atau menggambarkan isi novel. Yaitu dengan menggunakan pendekatan yang difokuskan pada pemahaman isi, pesan atau gagasan yang ditulis pengarang. Hasil penelitian ini ditulis dalam bentuk identifikasi data serta hasil penelitian diperoleh dari penelitian yang dijelaskan secara rinci, dan disampaikan sesuai kenyataan yang sebenarnya dengan cara pendeskripsian. 3.3 Subjek Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penulis menetapkan subjek penelitian yaitu konflik batin pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data ini adalah dokumentasi atau kepustakaan. Arikunto (2006:231) menyatakan, teknik dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Teknik ini dioperasionalkan dengan mengumpulkan data yang relevan dengan masalah penelitian. Semua yang 26

37 berkaitan dengan masalah pokok penelitian ini ditelaah secara cermat sehingga diperoleh data penelitian. Setiap data yang diperlukan disajikan dalam tulisan ini, sebagai bahan analisis untuk menjawab permasalahan penelitian. 3.5 Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data berdasarkan aspek psikologis yang berkenaan dengan id, ego, dan superego yang terdapat pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. b. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan id pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. c. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan ego pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. d. Mendeskripsikan konflik batin yang berkenaan dengan superego pada watak tokoh pada novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. e. Membuat simpulan dari data yang diperoleh. 3.6 Keabsahan Agar data yang diperoleh dalam penelitian tidak bersifat subjektif, maka teknik pemeriksaan keabsahan data sangat perlu dilakukan dalam sebuah penelitian kualitatif. Untuk menguji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (1998:178), Triangulasi adalah suatu teknik 27

38 pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau berbagai perbandingan terhadap data. Berdasarkan pendapat Maleong, penulis menggunakan triangulasi yang memanfaatkan beberapa teori yang bersumber dari buku-buku dan internet yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Selain itu, untuk menjaga keobjekvitasian penelitian, penulis juga menggunakan triangulasi kepada teman sejawat yang mengerti tentang konflik batin pada tokoh utama, khususnya dalam novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Al Sanea. 28

39 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang : (1) konflik batin tokoh pada novel The Girls Of Riyadh karya Rajaa Al Sanea, (2) identifikasi data konflik batin tokoh pada novel The Girls Of Riyadh karya Rajaa Al Sanea, (3) konflik batin tokoh pada novel The Girls Of Riyadh karya Rajaa Al Sanea yang berkenaan dengan aspek psikologis. 4.1 Konflik Batin Tokoh pada Novel The Girls Of Riyadh karya Rajaa Al Sanea Tokoh-tokoh dalam novel The Girls Of Riyadh ini memiliki masalah yang harus mereka hadapi akibat dari kultur yang ada dalam masyarakat mereka. Saudi bukanlah satu-satunya negara Islam di dunia. Mesir adalah negara Islam, tetapi Mesir memberikan kebebasan dalam berkehidupan beragama dan sosial kemasyarakatannya. Perbedaan itu dikarenakan Saudi adalah satu-satunya negara yang menerapkan hukum syariat ke dalam semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Novel ini membuka hal-hal yang tabu bagi wanita untuk dibicarakan, dipikirkan bahkan dilaksanakan. Gejala dan masalah yang diungkapkan oleh pengarang melalui karyanya tidak lepas dari masalah psikologis atau kejiwaan yang mengiringi kehidupannya dan wanita-wanita di Riyadh. Sebuah karya sastra tentunya memiliki alur atau jalinan peristiwa yang mengubah kehidupan para tokoh yang terdapat pada karya tersebut. Dari sekian 29

40 banyaknya alur yang terjadi, tentunya ada beberapa alur yang menjadi pedoman atau alur utama yang terdapat pada sebuah prosa. Berikut adalah empat sistematik alur yang berpengaruh dalam mengubah kehidupan para tokohnya: SISTEMATIK ALUR I Pola Konflik Batin Tokoh Qamrah pada Novel The Girls Of Riyadh Tahapan Konflik Batin Tokoh Pelukisan Latar dan Tokoh Pemunculan Konflik Peningkatan Konflik Klimaks Penyelesaian Qamrah Rasyid Karey Ket: ( ) = berkenalan atau bertemu ( ) = mereka saling mencintai ( ) = menikah atau berkumpul ( ) = hubungan terganggu ( ) = ditekan oleh sesuatu ( ) = berpisah atau bercerai ( X ) = meninggal Pada novel The Girls Of Riyadh terlihat Rajaa Al Sanea mempertemukan tokoh utama bernama Qamrah dengan tokoh pendamping bernama Rasyid pada tahap pelukisan latar dan tokoh. Pada tahap tersebut mereka bertemu untuk ditunangkan tanpa pernah bertemu dan berkenalan sebelumnya. Inilah tradisi yang 30

41 ada di Riyadh, dimana calon suami tidak boleh menemui calon istrinya sebelum peresmian pertunangan. Dua minggu setelah itu pesta pernikahan merekapun digelar. Peristiwa pertemuan dan pernikahan ini berlanjut kepada peristiwaperistiwa lain yang mendukung semakin dekatnya hubungan antartokoh tersebut. Pada tahap pemunculan konflik, Rajaa Al Sanea memunculkan peristiwa yang mengganggu hubungan suami istri tersebut. Qamrah dan suaminya tinggal di Chicago, di lingkungan baru tersebut Qamrah merasa sangat tidak nyaman dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing dan di penuhi rasa kekhawatiran. Selain itu, Rasyid yang selalu sibuk dengan penelitian disertasinya selalu tidak punya waktu untuk istrinya. Ketidakpedulian Rasyid kepada Qamrah membuat istrinya itu hanya bisa bersabar dalam menghadapi semua. Hal yang semakin membuat Qamrah sedih dan tertekan adalah suaminya tidak pernah menyentuhnya lagi sejak malam terakhir yang menjemukan di Roma saat mereka berbulan madu. Saat Qamrah mencoba untuk lebih agresif memanjakan suaminya, suaminya justru marah dan meninggalkan istrinya yang menangis memohon maaf atas kesalahan yang tidak diketahuinya. Pada tahap peningkatan konflik, Rajaa Al Sanea memperjelas penyebab sikap Rasyid yang tidak mempedulikan Qamrah dan memaksanya meminum pil anti hamil. Saat Qamrah sedang berusaha belajar komputer, secara tidak sengaja dia membuka folder dan menemukan foto suaminya dengan seorang wanita. Di dalam foto tersebut suaminya dan wanita itu terlihat sangat mesra. Berbagai prasangka buruk singgah di hati dan pikiran Qamrah. Lalu dia mencari-cari 31

42 informasi tentang wanita itu. Setelah menelepon wanita itu merekapun bertemu di suatu tempat. Pada bagian klimaks, semua emosi Qamrah yang tertahan semakin mencapai puncaknya saat wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu menekan Qamrah secara halus dengan menceramahi Qamrah untuk mempercantik diri luar dan dalam dan mempersembahkan yang terbaik untuk Rasyid. Mendengar perkataan wanita itu, Qamrah yang sedari tadi menahan emosi mulai angkat bicara dengan mencaci dan menghina wanita itu dalam bahasa Inggris yang terputus-putus. Wanita itu bukannya merasa malu, dia malah semakin menunjukkan keangkuhannya dengan menelepon Rasyid agar datang. Pertemuan mereka bertiga di tempat itu semakin membuat suasana menjadi panas. Rasyid marah kepada istrinya itu dan lebih membela Karey. Semakin suaminya membela wanita itu semakin tidak terbendung lagi emosi Qamrah. Qamrah mencaci perempuan jalang yang telah merebut suaminya itu dan sebuah tamparan mendarat di pipi Qamrah. Setelah menampar Qamrah, Rasyid menjelaskan siapa wanita itu dan bagaimana hubungan mereka selama ini. Qamrah yang mencoba mempertahankan pernikahan mereka dengan mengatakan bahwa sekarang dia tengah hamil malah mendapat tamparan kedua. Bukannya senang dengan berita itu, Rasyid malah marah dan meninggalkan Qamrah dan beralih kepelukan Karey. Pada tahap penyelesaian Rasyid memutuskan untuk menceraikan Qamrah, dia tidak peduli dengan anak yang tengah dikandung istrinya itu. Qamrah hanya bisa menangis dengan semua keputusan itu. Hatinya sangat sakit dengan 32

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan mengajar. Kesenangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang lahir dengan fungsi sosial dan fungsi estetik, novel sebagai hiburan dari kelelahan rutinitas kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebuah karya sastra tercipta karena adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil dari perenungan dan imajinasi, selain itu juga berdasarkan yang diketahui, dilihat, dan juga dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud 1 NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract The object of the research is the novel written by

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci