KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 KESIMPULAN DAN SARAN 84 Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis RTRW Kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut: Dari aspek proses penyusunan, RTRW Kota Bandar Lampung relatif telah sesuai dan mengacu pada pedoman yang berlaku (79%). Dari aspek legalitas, RTRW Kota Bandar Lampung telah sah dan mendapat legalitas hukum melalui Perda 4 Tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandar Lampung. Dari aspek pemanfaatan ruang telah terjadi penyimpangan yang relatif besar terhadap rencana yang telah ditetapka n. Faktor eksternal (tidak terjadi perubahan kebijakan penataan ruang maupun bencana yang menyebabkan perubahan struktur tata ruang) relatif tetap. 2. Dalam proses penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung ditemukan hal-hal sebagai berikut: Penyusunan RTRW belum memperhatikan keserasian dan koordinasi dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context), yaitu Kabupaten Lampung Selatan, RTR kawasan fungsional maupun RTR pada hierarki yang lebih tinggi, yaitu RTRW Provinsi Lampung. Dari analisis model perkembangan wilayah menunjukkan bahwa aspek ketetanggaan sangat menentukan kinerja perkembangan suatu wilayah, karena aspek ketetanggaan (berbatasan langsung maupun dalam radius tertentu) sangat mendominasi dan berpengaruh dalam setiap model perkembangan wilayah. 3. Dari analisis permodelan perkembangan wilayah, ditemukan hal-hal berikut: Terdapat tiga model matematis perkembangan wilayah, yaitu model perkembangan aktivitas ekonomi dan transportasi, model perkembangan

2 85 fisik ruang wilayah dan model perkembangan aktivitas pe ndidikan wilayah. Variabel yang nyata dan elastis untuk setiap model perkembangan wilayah seluruhnya terkait dengan aspek wilayah sekitar, baik ketetanggaan maupun jarak centroid. Dalam penelitian ini dengan menggunakan unit analisis kelurahan sudah menunjukkan pentingnya kerjasama untuk meningkatkan perkembangan wilayah. Oleh sebab itu kerjasama perlu dikembangkan dalam skala yang lebih luas (kabupaten/kota), khususnya Kota Bandar Lampung, mengingat kota tersebut memiliki peran yang sanga t strategis skala nasional, regional maupun provinsi. 4. Studi menunjukkan bahwa terdapat konsistensi dalam penataan ruang di Kota Bandar Lampung, tetapi terjadi inkonsistensi dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Inkonsistensi tersebut menyebabkan berbagai permasalahan keruangan yang berakibat menurunnya kinerja perkembangan wilayah. Dari hasil studi perkembangan wilayah, terdapat faktor pendorong perkembangan wilayah, yaitu: a) Ketersediaan prasarana dasar (jalan kota/lokal, air bersih dan telepon). Konsekuensi logis dari kesimpulan tersebut terkait dengan mekanisme anggaran, bahwa ketiga aspek tersebut dapat dijadikan skala prioritas dalam percepatan pembangunan suatu kawasan dengan skenario dipercepat. Sebaliknya untuk kawasan dengan skenario diperlambat pembangunannya, maka ketiga sektor tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan pesatnya perkembangan wilayah. b) Kondisi fisik wilayah yang baik, yaitu dengan karakteristik landai dan air tanah produktifitas sedang. Hal ini cukup logis karena perkembangan wilayah memerlukan berbagai kemudahan termasuk kemudahan sistem pergerakan dan kemudahan ketersediaan air. Sedangkan faktor penghambat perkembangan wilayah adalah ketersediaan jalan nasional di tingkat lokal (kelurahan). Oleh karena itu dalam jangka panjang ke depan perlu diupayakan supaya pembangunan jalan nasional diarahkan di pinggiran kota (ring road).

3 Saran Berdasarkan Kepmen Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002, maka butir temuan kesimpulan pertama merekomendasikan bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu segera mengambil langkah-langkah sebagai berikut: Meningkatkan sosialisasi RTRW kepada seluruh stakeholder, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Menyusun dokumen pendamping RTRW untuk melengkapi aspek-aspek yang belum diatur secara jelas serta menyusun dokumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Bandar Lampung. RTRW perlu didetailkan dalam rencana yang lebih rinci, yaitu RDTR dan RTR dengan tetap memperhatikan efisiensi dalam pemanfataan ruang. RTRW harus menjadi dokumen yang memiliki kekuatan untuk mengikat secara eksternal (pedoman bagi masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota) dan internal (pengendali bagi setiap kebijakan program pembangunan). 2. Dari butir temuan 2 dan 3 memberikan konsekuensi pentingnya kerjasama antar daerah. Artinya untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pembangunan serta peningkatan kinerja perkembangan wilayah diperlukan kerjasama dan koordinasi dengan wilayah sekitarnya, baik yang bertetangga maupun yang berada dalam satu radius tertentu (jarak centroid ). Implikasi dari hal tersebut adalah: Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan perlu memperhatikan keterkaitan dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context). Pemerintah Provinsi Lampung perlu segera menyusun dan menetapkan Rencana Tata Ruang (RTR) kawasan fungsional yang bersifat lintas kabupaten/kota, khususnya antara Kota Bandar Lampung de ngan Kabupaten Lampung Selatan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui model empirik pentingnya kerjasama dalam wilayah yang lebih luas (Kota Bandar Lampung dengan kabupaten disekitarnya, atau Provinsi Lampung dengan provinsi di sekitarnya).

4 87 Perlu dilakukan pengkajian efektifitas cakupan kawasan kerjasama serta bidang-bidang yang perlu dikerjasamakan, khususnya dalam satu radius untuk menghasilkan model optimasi perkembangan wilayah. 3. Penataan ruang memiliki implikasi terhadap perkembangan wilayah, sehingga konsistensi dalam penataan ruang, baik dalam aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu upayanya adalah mengembangkan dan mensosialisasikan penggunaan sistem informasi spasial, baik dalam aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

5 DAFTAR PUSTAKA Anonim Undang-undang Penataan Ruang. Jakarta Pedoman Penyusunan Penataan Ruang Daerah. Jakarta. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Anwar, E Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Bogor. P4WPress. Aronoff, S Geografic Information System: Management Perspective. Ottawa, Canada. WDL Publications. Budiharjo, Eko Tata Ruang Perkotaan. Bandung. PT Alumni. Budiharjo, Eko Pendekatan Sistem dalam Tata Ruang dan Pembangunan Daerah untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional. Yogyakarta. Gajahmada University Press. Danisworo, M. Revitalisasi Kawasan Kota. Jakarta. Info URDI Vol 13. LeSage, James P (1999). The Theory and Practice of Spatial Econometrics. Marquez LO and Maheepala S An Object-Oriented Approach to the Integrated Planning of Urban Development and Utility Services. Environ. and Urban Systems Vol. 20 No 4/5:pp McGill, R Urban Management in Developing Countries. Cities Vol 13 No 6:pp Prahasta, E Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung. Informatika Bandung. Rustiadi, E dan Saefulhakim, S. & Panuju, D.R Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor. Saefulhakim, S Arah dan Isyu Strategis Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Dalam Perspektif Ekonomi Wilayah: Bogor. Fakultas Pertanian IPB. Saefulhakim, S Principal Components Analysis (PCA) dan Factor Analysis (FA): Bogor. Fakultas Pertanian IPB. Sastrowihardjo, M dan Napitupulu, H Kebijakan Pertanahan dan Pembangunan. Jakarta. Pusdiklat BPN. Supriatna, Y Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Konsepsi dan Pengukuran Kinerja. Jakarta. Bappenas.

6 Wahyuni, E Kajian Analisis Penghijauan Kota dalam Penanganan Degradasi Lingkungan. Semarang. UNDIP. Wegener, M New Spatial Plannin g Models. JAG Vol 3 issue 3. Media Massa Lampung Post, 8 Agustus Bapedalda Harus Bertindak Tegas. Pikiran Rakyat, 24 Desember Menanti Konsistensi Penataan Ruang Kota. Republika, 27 Juli Ratusan Warga Pesisir Teluk Lampung Demo. Trans Sumatera Post, 2 Agustus BLH Bandar Lampung Teliti Sampel Limbah PT Golden Sari. Tempo Interaktif, 6 Juni Buntut Proyek Reklamasi, Walikota Lampung Digugat.

7 Dokumen: UU 24/92 PP 47/97 ttg RTRWN Perda 5/2001 ttg RTRWP DIAGRAM PENYUSUNAN KOTA RTRW KOTA (Kepmen Kimpraswil No 327/KPTS/M/2002) Dokumen Pembangunan: Propeda/Renstra Provinsi Lampung Propeda/Renstra Kota Bandar Lampung Rencana sektoral Identifikasi Permasalahan Pembangunan Kota 1. Perkembangan sosial kependudukan* Tingkat pertumbuhan penduduk Ukuran keluarga* Budaya/aktivitas sosial penduduk* Pola pergerakan penduduk* 2. Prospek pertumbuhan ekonomi* Ketenagakerjaan PDRB Kegiatan usaha Perkembangan penggunaan tanah & produktivitasnya* 3. Daya dukung fisik dan lingkungan* Kondisi tata guna tanah Kondisi bentang alam kawasan Letak geografis Sumberdaya air Kondisi lingkungan (topografi & pola drainase) Sensitivitas terhadap lingkungan, bencana alam & kegempaan Status & nilai tanah Ijin lokasi 4. Daya dukung prasarana & fasilitas kota* Jenis infrastruktur perkotaan Jangkauan pelayanan Jumlah penduduk yang terlayani Kapasitas pelayanan INPUT Evaluasi kinerja RTRW Kota Bandar Lampung Analisis Teknis 1. Tinjauan terhadap batas wilayah perencanaan 2. Kebijakan pembangunan 3. Sektoral & perekonomian 4. Kependudukan 5. Daya dukung fisik & lingkungan 6. Daya dukung prasarana & fasilitas kota Formulasi Visi, Misi & Tujuan Pembangunan Kota TEKNIS Gambar Lampiran 1 Diagram Penyusunan RTRW Kota Rumusan kondisi yang akan datang 1. Perkiraan kebutuhan & peluang pengembangan Kota Bandar Lampung Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan* Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial & ekonomi perkotaan Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan (ekstensifikasi, intensifikasi & perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan) Perkiraan kebutuhan sarana & prasarana kota 2. Perkiraan hubungan fungsional kawasan kota Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW ) 1. Pengelolaan kawasan lindung 2. Pengelolaan kawasan budidaya* 3. Pengelolaan kawasan perkotaan & kawasan tertentu* 4. Rencana Pengelolaan TGT, TGA, TGU dan SDA lainnya* 5. Pengembangan sistem kegiatan pemban gunan & pusat -pusat pelayanan permukiman perkotaan * 6. Pentahapan & prioritas pengembangan untuk perwujudan struktur pemanfaatan ruang kota* Penetapan RTRW Kota Bandar Lampung(Perda) Penetapan substansi rencana Pedoman perijinan pemanfaatan ruang Pedoman pemberian kompensasi, serta pemberian insentive & pengenaan disinsentive. Pedoman pengawasan (pelaporan, pemantauan & evaluasi) & penertiban (termasuk pengenaan sanksi) pemanfaatan ruang. * Permasalahan dalam penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung

8 Tabel Lampiran 2 Hasil PCA Perkembangan Wilayah Eigenvalues (Perkembangan Wilayah.sta) Extraction: Principal components Eigenvalue % Total Cumulative Cumulative variance Eigenvalue % Plot of Eigenvalues Value Number of Eigenvalues

9 Communalities (Perkembangan Wilayah.sta) Factor Loadings (Varimax normalized) (Perkembangan Wilayah.sta) Extraction: Principal components Extraction: Principal components Rotation: Varimax normalized (Marked loadings are > ) From 1 From 2 From 3 From 4 Multiple Factor Factor Factor Factor Factor Factors Factors Factors R-Square St Kabud St Kabud St Terbangun St Terbangun St Kel Miskin St Kel Miskin St Penerimaan St Penerimaan St Industri St Industri St Pasar St Pasar St Supermarket St Supermarket St Warung St Warung St Restoran St Restoran St Bank St Bank St KUD St KUD St Hotel St Hotel St Penerima KS St Penerima KS St KKM St KKM St KKL St KKL St TK St TK St SD St SD St SLTP St SLTP St SLTA St SLTA St PT St PT St RS St RS St Puskes St Puskes St Poli St Poli St DokPrak St DokPrak St BidPrak St BidPrak St Masjid St Masjid St Surau St Surau St Gereja St Gereja St Pure St Pure St Vihara St Vihara St Bioskop St Bioskop St Diskotik St Diskotik St Alun² St Alun² St Penyewaan VC St Penyewaan VC St Rmh Bilyard St Rmh Bilyard St Pelabuhan St Pelabuhan St Stasiun St Stasiun St Terminal St Terminal Expl.Var Prp.Totl Bobot

10 Factor Score Coefficients (Perkembangan Wilayah.sta) Rotation: Varimax normalized Extraction: Principal components Factor Factor Factor Factor St Kabud St Terbangun St Kel Miskin St Penerimaan St Industri St Pasar St Supermarket St Warung St Restoran St Bank St KUD St Hotel St Penerima KS St KKM St KKL St TK St SD St SLTP St SLTA St PT St RS St Puskes St Poli St DokPrak St BidPrak St Masjid St Surau St Gereja St Pure St Vihara St Bioskop St Diskotik St Alun² St Penyewaan VCD St Rmh Bilyard St Pelabuhan St Stasiun St Terminal

11 r Scores (Perkembangan Wilayah.sta) on: Varimax normalized ction: Principal components 0.70 Factor Factor Factor Factor Kinerja Perkembangan Wilayah (Hasil PCA) IKE IKE2 IKE3 IKE4 IKET Desa/Kelurahan

12

13

14

15

16

17

18

19 F Series F F4-0.40

20 Factor Factor Factor F3-0.40

21 F3 F F Scatter Plot Cattel & Varimax 0.70

22 Scatter Plot Cattel & Varimax F Series F

23 Scatter Plot Cattel & Varimax F Series F Scatter Plot Cattel & Varimax F F2 Series1 Scatter Plot Cattel & Varimax F Series F3 Scatter Plot Cattel & Varimax

24 Scatter Plot Cattel & Varimax F F1 Series1

25 F F1 Series1 Scatter Plot Cattel & Varimax F Series F1 Scatter Plot Cattel & Varimax F4 0.6 Series F2

26 F1 & F2 Cattel & Varimax Loading Series F1 F2 & F3 Cattel & Varimax Loading Series F2 F3 & F4 Cattel & Varimax Loading Series F3

27 F1 & F3 Cattel & Varimax Loading Series F1

28 F1 & F3 Cattel & Varimax Loading Series F1 F1 & F4 Cattel & Varimax Loading Series F1 F2 & F4 Cattel & Varimax Loading Series F2 0

29

30

31 Tabel Lampiran 3 Data prasarana dasar kota Kecamatan Kelurahan Luas Wil (Ha) Σ Pddk (Jiwa) Σ RT Panjang Jalan (hm) Pelanggan PDAM (KK) Pel List Nas Prov Kota Lkl I II III IV V (KK) Pel Telp (KK) Telukbetung Barat Sukamaju 639 4, , , Keteguhan 364 8, , Kota Karang 56 14, , Perwata 23 3, Bakung 107 5, ,036 1, Kuripan 34 4, Negri Olok Gadin 109 4, ,015 3, Sukajaya 627 4, ,552 1, Telukbetung Selatan Gedung Pakuon 36 4, Talang 46 7, Pesawahan 63 11, , , Telukbetung 19 4, , Kangkung 30 12, Bumi Waras 73 17, , Pecohraya 83 5, , Sukaraja 79 10, ,030 1, Geruntang 110 6, Ketapang 124 4, , , Way Lunik 150 9, , Panjang Srengsem 456 7, , Panjang Selatan , , , Panjang Utara , , , Pidada , , Way Laga 433 6, ,024 1,911 1, Way Gubak 546 3, , Karang Maritim 105 8, , Tanjung Karang TimRawa Laut 51 5, , Kota Baru , ,078 3,556 1, Tanjung Agung 22 7, , Kebon Jeruk 23 5, Sawah Lama 12 5, Sawah Brebes 30 7, , Jaga Baya I 17 2, Kedamaian , , Tanjung Raya 54 5, , Tanjung Gading 105 2, , Campang Raya 960 8, ,830 2,698 1, Telukbetung Utara Kupang Kota 44 10, , Gunung Mas 104 3, , Kupang Teba 66 11, , Kupang Raya 17 3, , Pahoman 76 4, ,117 3, Sumur Batu 78 7, , Gulak Galik 72 7, , Pengajaran 116 5, , , Sumur Putri 92 4, , Batu Putu 93 4, , Tanjung Karang PusDurian Payung 98 9, , Gotong Royong 38 5, , Enggal 64 5, , Pelita 23 5,

32 Tabel Lampiran 3 Lanjutan Kecamatan (KK) Palapa 30 4, , Kaliawi 42 13, Kelapa Tiga 21 11, , Tanjung Karang 28 3, , Gunung Sari 21 2, Pasir Gintung 30 5, Penengahan 40 6, , Tanjung Karang Bar Susunan Baru 338 2, , Sukadana Ham 954 2, ,839 1, Suka Jawa 82 14, , Gedung Air , , Segala Mider , ,763 1, Gunung Terang 201 7, , Kemiling Sumber Agung 498 3, ,486 2, Kedaung 577 1, , Pinang Jaya 195 3, , Beringin Raya , ,033 4, Sumber Rejo , , ,381 1, Kemiling Permai , ,411 1, Langkapura 228 8, , , Kedaton Sukamenanti 38 6, , Sidodadi 86 11, , Surabaya 84 10, , Perumnas Way H 92 12, , , Kedaton , , ,140 2, Labuan Ratu , , ,113 1, Kampung Baru 155 7, , Sepang Jaya , , Rajabasa Rajabasa Raya 227 6, , ,554 1, Gedung Meneng 328 8, , ,240 2, Rajabasa , , ,621 2, Rajabasa Jaya 319 4, ,044 1, Tanjung Seneng Labuhan Dalam 227 6, , Tanjung Seneng , ,046 2, Way Kandis 307 5, ,546 2, Perumnas Way K 319 5, , Sukarame Sukarame , ,313 1, Way Halim Perm 120 8, ,030 1, Gunung Sulah 97 9, , Way Dadi , ,916 3, Harapan Jaya 376 7, ,677 13, Sukabumi Jagabaya II , ,854 1, Jagabaya III 103 8, ,854 2, Tanjung Baru 140 5, , Kalibalok Kencan 125 7, ,840 1, Sukabumi Indah 271 7, ,483 2,241 2, Sukabumi , ,566 1, Sumber : PODES 2005 Kelurahan Luas Wil (Ha) Σ Pddk (Jiwa) Σ RT Panjang Jalan (hm) Pelanggan PDAM (KK) Pel List Nas Prov Kota Lkl I II III IV V Pel Telp (KK)

33 Tabel Lampiran 5 Data fisik wilayah KECAMATAN KELURAHAN Luas A B C D E F a b c d e f g O >40 Telukbetung Barat Sukamaju Keteguhan Kota Karang Perwata Bakung Kuripan Negri Olok Gading Sukajaya Telukbetung Selatan Gedung Pakuon Talang Pesawahan Telukbetung Kangkung Bumi Waras Pecohraya Sukaraja Geruntang Ketapang Way Lunik Panjang Srengsem Panjang Selatan Panjang Utara Pidada Way Laga Way Gubak Karang Maritim Tanjung Karang Timur Rawa Laut Kota Baru Tanjung Agung Kebon Jeruk Sawah Lama Sawah Brebes Jaga Baya I Kedamaian Tanjung Raya Tanjung Gading Campang Raya Telukbetung Utara Kupang Kota Gunung Mas Kupang Teba Kupang Raya Pahoman Sumur Batu Gulak Galik Pengajaran Sumur Putri Batu Putu Tanjung Karang Pusat Durian Payung Gotong Royong Enggal Pelita

34 Tabel Lampiran 5 Lanjutan KECAMATAN KELURAHAN Luas A B C D E F a b c d e f g O >40 Palapa Kaliawi Kelapa Tiga Tanjung Karang Gunung Sari Pasir Gintung Penengahan Tanjung Karang Barat Susunan Baru Sukadana Ham Suka Jawa Gedung Air Segala Mider Gunung Terang Kemiling Sumber Agung Kedaung Pinang Jaya Beringin Raya Sumber Rejo Kemiling Permai Langkapura Kedaton Sukamenanti Sidodadi Surabaya Perumnas Way Hali Kedaton Labuan Ratu Kampung Baru Sepang Jaya Rajabasa Rajabasa Raya Gedung Meneng Rajabasa Rajabasa Jaya Tanjung Seneng Labuhan Dalam Tanjung Seneng Way Kandis Perumnas Way Kan Sukarame Sukarame Way Halim Permai Gunung Sulah Way Dadi Harapan Jaya Sukabumi Jagabaya II Jagabaya III Tanjung Baru Kalibalok Kencana Sukabumi Indah Sukabumi Sumber : PODES 2005

35 Tabel Lampiran 6 Keterangan geologi bagian wilayah Kota Bandar Lampung Satuan Umur Litologi Tebal Keterangan Aluvium Holosen Bongkah, Kerikil, Pasir, Lanau, Lumpur dan Lempung - Batuan Granit Tak Terpisahkan Endapan Gunung Api Muda Formasi Campang Plistosen & Holosen Paleosen- Oligosen Awal Lava andesit-basal, breksi dan tuf. Lava, kelabu kehitaman, afanitik dan porfiritik dgn fenokris plagioklas & augit dalam massadasar (komponen penyusun yang dominan) kaca gunung api &/felspar mikrolit. Terdapat sedikit olivine didalam basal. Breksi, kelabu kehitaman, terpilah buruk, kepingan menyudut batuan gunung api berukuran kerakal sampai bongkahan. Tuf, tuf batuan & tuf kacuk. Tuf batuan: kelabu kekuningan, kecoklatan, terutama terdiri dari lava, kaca gunung api dan bahan karbonan dalam massadasar tufan. Tuf kacuk: putih kusam sampai kelabu, terpilah buruk, kepingan lava menyudut membundar tanggung, oksida besi dan bahan karbonan dalam massadasar tuf pasiran. Perselingan batu lempung, serpih, kalkarenit, tuf dan breksi. Batu lempung, kelabu kehitaman, padat dan berlapis baik ebal 5-10 cm, perlapisan sejajar dan menggelombang. Serpih, hitam-kelabu kecoklatan, padat dan berlapis baik 5-10 cm, perlapisan internal. Kalkarenit, kelabu kecoklatan, berlapis baik dan terkekarkan, memperlihatkan struktur perlapisan menggelombang internal dan bersusun. Kalsilutit, kelabu kehitaman, berlapis baik tabal 2-15 cm, perlapisan sejajar. Tuf, kehijauan-putih kemerahan, berbutir halus, padat dan setempat terkersikan (terkelupas/tersilikonkan, banyak kuarsa/masam). Mencapai beberapa ratus meter Busur Gunung Api benua menghasilkan kerucut-kerucut yang mencolok dan kegiatan solfatara m Diendapkan dilingkungan turbidit (kekeruhan) di laut, ditepi pantai sampai daerah keg iatan gunung api. Terlipat kuat dengan sumbu barat laut-tenggara, kemiringan berkisar Ditafsirkan diendapkan bersamaan waktu dengan formasi tarahan dan termasuk satuan gunung api efusiva. Nama ini diusulkan oleh Andi Mangga drr (1988).

36 Tabel Lampiran 6 Lanjutan Formasi Lampung Satuan Umur Litologi Tebal Keterangan Formasi Tarahan Plio- Plistosen Paleosen- Oligosen Awal Breksi, kelabu kehitaman, polimik, terpilah buruk, berbutir kasar -ukuran bongkah terdiri dari batu gamping, sekis (batuan metamorfik) & van silika, menyudut-menyudut tanggung, karbonat mengisi kekarkekar. Breksi, hitam kehijauan, polimik kepingan-kepingan sekis menyudut-menyudut tanggung, rijang merah & hijau & batu camping di dalam massadasar pasiran, setempat terkersikan. Kepingan berukuran kerakal sampai bongkahan. Satuan ini berubah menjadi: Konglomerat, kelabu kehitaman, polimik, terpilah buruk, kepingan rijang merah dan hijau dengan basal berukuran kerakal-bongkah, membundar-membundar tanggung. Batu pasir, kelabu kehijauan, padat, terpilah buruk, batir-butir rijang merah, basal dan lain-lain, memperlihatkan struktur perlapisan bersusun. Batu lanau, kelabu kehijauan, padat. Tuf riolit-dasit & vulkanoklastika tufan. Tuf berbatu apung, kelabu kekuningan sampai putih kelabu, berbutir sedang-kasar, terpilah buruk, terutama terdiri dari batuapung & keratan batuan. Tuf, putih sampai putih kecoklatan, riolitan, setempat gunung api, nisbi keras terkekarkan. Batupasir tufan; putih kusam kekuningan, berbutir halus-sedang, terpilah buruk, membundar tanggung, sebagian berbatu apung, agak lunak. Sering memperlihatkan struktur silang-siur, umumnya bersusunan dasit Tuf dan breksi dikuasai oleh sisipan tufit. Tuf, ungu dan hijau muda, nisbi pejal tetapi terkekarkan & khas tarabak (bekas gesekan) mengandung struktur mata ikan. 200 m Diendapkan dilingkungan terestrial-fluviar, air payau. Nama lama tuf Lampung (Bemmelen, 1949). Menindih tak selaras satuan-satuan yang lebih tuan dan ditindih tak selaras oleh endapan kuarter, menjemari dengan formasi kasal, dari lajur busurbelakang dan setempat dengan formasi terbanggi. - Diendapkan dilingkungan benua (?), mungkin busur gunung api, magmatisma ada kaitannya dengan penunjaman, secara regional dapat dikorelasikan dengan formasi kikim.

37 Tabel Lampiran 6 Lanjutan Satuan Umur Litologi Tebal Keterangan Sekis Way Galih (Kompleks Gunung Kasih) Breksi, kelabu kekuningan kecoklatan, keras terpilah buruk, terdidi dari kepingan lava andesit menyudut, batu lempung dan batu lanau.setempat terkersikan. Tufit, putih, berbutir sangat halus, padat dan berlapis baik tebal 5-20 cm. Paleozoikum Runtuhan sedimen-malihan & batuan beku-malih. Sekis terdiri dari dua jenis: sekis kuarsa-mika grafit & sekis amfibol. Semua ditafsirkan sebagai sedimen malih & kemudian sebagai batuan gunung api malih. Warna tergantung pada minerologinya, sekis mika dikuasai oleh biotit serisit dengan pengubah grafit. Sekis basa, hijau sampai hijau kehitaman, dikuasai oleh amfibol & klorit. Kesekisan pemalihan, menembus kuat, tanpa sejarah pencenanggaan sekunder yang jelas. Kesekisan berarah tetapi setempat berubah menjadi , miring curam kearah timurlaut-barat daya atau utara. Tidak diketahui (>100 m) Ditafsirkan sebagai sisa busur gunungapi paleogen yang tersingkap. Keberadannya seringkalis disebutkan sebagai bukti penunjaman di sepanjang Parit Sunda yang terus berlangsung. Nama formasi ini diusulkan oleh Andi Mangga drr (1988). Satuan yang termalihkan secara regional. Dianggap sebagai bagian dari inti batuan malih sumatera. Metarmorfisma berkadar rendah sampai menengah fasies sekis hijau, mungkin meningkat ke fasies epidotamfibolit. Runtuhan ini ditemukan disentuhan tektonik, sungkup (?) dengan formasi menanga yang berumur kapur & jelas sekali diterobos oleh pluton sulan. Pluton berkaitan dengan penunjaman, berupa granitoid busur gunung api atau tepi benua. Hasil penyelidikan geokimia batuan pluton memastikan adanya penempatan busur gunung api. Hasil penyelidikan geokimia & geokronologi menunjukkan adanya tepi benua yang ada hubungannya dengan penunjaman lajur granitoid berumur kapur akhir diseluruh Sumatera bagian selatan. Busur plutonik ini terpusat disepanjang zona sistem sesar Sumatera. Catatan : Lembar Tanjung karang hampir seluruhnya (80%) terletak didalam lajur busur magma, disudut timur laut meluas ke lajur busur-belakang. Sumber : Pusat Penelitian dan Pemetaan Geologi (P3G) Bandung

38 Tabel Lampiran 7 Regresi perkembangan wilayah Perkembangan aktivitas ekonomi Regression Summary for Dependent Variable: Ln-F1PW (Olahan.sta) R= R²= Adjusted R²= F(12,85)= p< Std.Error of estimate: Koefisien Std.Err. t(85) Tingkat of B Kesalahan Intercept W1-F1PW W1-F1PD Ln-F2PW W2-F1PW W2-F1PD W2-F3FW W2-F2FW W1-F3FW Ln-F1FW Ln-F1PD Ln-F2FW W1-F1FW Yi = -3, ,678 W1F1PW -10,399 W2F1PW + 5,526 W2F1PD + 0,449 LnF1FW + 1,312 W2F2FW + 0,536 W1F3FW - 3,259 W2F3FW Perkembangan fisik ruang Regression Summary for Dependent Variable: Ln-F2PW (Olahan.sta) R= R²= Adjusted R²= F(13,84)= p< Std.Error of estimate: Koefisien Std.Err. t(85) Tingkat of B Kesalahan Intercept W1-F2PW Ln-F1PD Ln-F1PW Ln-F2PD W1-F1PW W2-F2PW W1-F1PD Ln-F1FW Ln-F3FW W2-F2FW Ln-F2FW W2-F1PD W2-F3FW Yi = 8, ,457 W1F1PW + 1,530 W1F2PW - 7,012 W2F2PW + 0,365 LnF1PD - 0,858 W1F1PD + 3,449 W2F1PD - 0,253 LnF1FW + 0,175 LnF2FW - 1,671 W2F2FW - 0,264 LnF3FW

39 Tabel Lampiran 7 Lanjutan Perkembangan aktivitas pendidikan Regression Summary for Dependent Variable: Ln-F3PW (Olahan.sta) R= R²= Adjusted R²= F(12,85)= p< Std.Error of estimate: Koefisien Std.Err. t(85) Tingkat of B Kesalahan Intercept W1-F3PW Ln-F2PD W2-F3PW W2-F3FW W2-F2PW W2-F1PD Ln-F2FW W1-F1PD W2-F2PD W2-F1FW Ln-F1FW Ln-F1PD Yi = 22, ,343 W1F3PW - 8,34 W2F3PW - 4,884 W2F1PD - 0,208 LnF2PD + 2,801 W2F1FW + 0,142 LnF2FW - 2,802 W2F3FW

40 Tabel Lampiran 8 Matriks analisis proses pe nyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kota Bandar Lampung Dasar Pedoman : Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan NO ASPEK/KOMPONEN PENJEL ASAN KOMPONEN EKSISTING RENCANA KETERANGAN PENILAIAN (%) 1 Penentuan arah pengembangan 78 Tinjauan terhadap batas wilayah perencanaan Tinjauan terhadap aspek: a. Ekonomi b. Sosial c. Budaya d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan e. Fungsi pertahanan keamanan Tinjauan terhadap faktor-faktor determinan: a. UU 24/92 b. RTRWN c. RTRWP d. Propeda Provinsi e. Propeda Kota f. Rencana Sektoral Wilayah perencanaan adalah batas administrative daerah kota. UU 24/92 Penataan ruang berdasarkan aspek administrative dan kawasan fungsional (inter regional context) RTRWN (PP47/97): Peran PKN Kawasan andalan nasional. SUBSTANSI PERDA Sesuai Batas administrative Kota Bandar Lampung 100 Diatur dlm Pasal 1 Kurang sesuai Kurang sesuai Kurang sesuai Syarat paripurna sebuah kajian hanya didasarkan pada 3 item (ekonomi, sosial, daya dukung & daya tampung lingkungan) dari syarat 5 item dalam pedoman. Penyusunan rencana tidak memperhatikan keserasian dengan wilayah sekitarnya (RTRW Lampung Selatan) (hanya 1 dari 2 syarat pedoman) Rencana berdasarkan PKN dan tidak kawasan andalan (1 dari 2 syarat pedoman) Hanya ttg PKN RTRWP (Perda 5/01): Kawasan Perkotaan Pusat Pelayanan Primer bagi wilayah sekitarnya Kurang sesuai Kebijakan keruangan RTRWP diadop dalam RTRWK, tetapi rencana RTRWK tidak mengacu pada RTRWP dalam alokasi penggunaan ruang 50 Tidak mjd dasar Perda 2 Identifikasi potensi dan masalah pembangunan Berdasarkan Renstra Prov Lampung Berdasarkan Renstra Kota Bandar Lampung Berdasarkan Rencana Sektoral Sesuai Sesuai Sesuai Renstra Provinsi & kota, rencana sektoral menjadi aspek tinjauan dalam penyusuna n RTRW Kota Bandar Lampung Perkembangan sosial kependudukan Σ & Tingkat pertumbuhan pddk Ukuran keluarga Budaya/aktivitas sosial penduduk Tidak sesuai Memenuhi 1 item (tingkat pertumbuhan penduduk) dari 4 syarat item yang ditetapkan. 25

41 Tabel Lampiran 8 Lanjutan NO ASPEK/KOMPONEN PENJELASAN KOMPONEN EKSISTING RENCANA KETERANGAN PENILAIAN (%) SUBSTANSI PERDA Prospek pertumbuhan ekonomi Daya dukung fisik & lingkungan Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan (tradisi) Pola pergerakan penduduk Ketenagakerjaan PDRB Kegiatan usaha Perkembangan penggunaan tanah dan produktivitasnya Kondisi tata guna tanah Kondisi bentang alam kawasan Letak geografis Sumberdaya air Kondisi lingkungan yang tergambarkan dari kondisi topografi dan pola drainase Sensitivitas kawasan terhadap lingkungan, bencana alam dan kegempaan. Status dan nilai tanah Ijin lokasi. Jenis infrastruktur perkotaan Jangkauan pelayanan. Jumlah penduduk yang terlayani Kapasitas pelayanan Sesuai Sesuai Tidak sesuai Memenuhi 3 item (ketenagakerjaan, PDRB, kegiatan usaha) dari 4 syarat item yang ditetapkan. Memenuhi 7 item dari 8 syarat item yang ditetapkan (kealfaan pada status dan nilai tanah). Syarat paripurna sebuah kajian hanya didasarkan pada 1 item (jenis infrastruktur) dari 4 syarat item yang ditetapkan Diatur 3 Perumusan RTRW Kota Bandar Lampung Perumusan visi, misi dan tujuan pembangunan kota Perkiraan kebutuhan pengembangan (dirinci sampai unit pelayanan/ tingkat kel urahan). Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan (jumlah, distribusi & kepadatan). Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan (regional, kota & lokal). Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan Sesuai Sesuai Kurang sesuai Sesuai Kota Berbudaya, Nyaman dan Berkelanjutan (BERNYALA) - Klasifikasi proyeksi tidak dirinci sampai unit pelayanan Diatur Diatur Diatur

1. Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, - Kelurahan/Desa Kedaton. - Kelurahan/Desa Perumnas Way Halim. - Kelurahan/Desa Labuhan Ratu

1. Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, - Kelurahan/Desa Kedaton. - Kelurahan/Desa Perumnas Way Halim. - Kelurahan/Desa Labuhan Ratu www.jasacleaningservice.id Jasa Sewa Toilet Portable sebagaimana kita ketahui Toilet Portable adalah peralatan praktis yang dapat di gunakan oleh sebagian orang khususnya yang menyelenggarakan acara besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai dengan 58 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kota Bandar Lampung Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan. hierarki wilayah terhadap jenis dan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia.

Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan. hierarki wilayah terhadap jenis dan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia. 5.3 Keragaan Relatif Tingkat Perkembangan Desa-desa Pesisir Dibanding Desa/kelurahan pada Umumnya di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Hasil Analisis Tipologi Wilayah 5.3.1 Hasil Tipologi Desa Menurut Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PERKEMBANGAN WILAYAH DAN KONSISTENSI PERENCANAAN INTER-REGIONAL CONTEXT DALAM TATA RUANG KOTA BANDAR LAMPUNG

ANALISIS MODEL PERKEMBANGAN WILAYAH DAN KONSISTENSI PERENCANAAN INTER-REGIONAL CONTEXT DALAM TATA RUANG KOTA BANDAR LAMPUNG 165 ANALISIS MODEL PERKEMBANGAN WILAYAH DAN KONSISTENSI PERENCANAAN INTER-REGIONAL CONTEXT DALAM TATA RUANG KOTA BANDAR LAMPUNG Endang Wahyuni Dosen Fakultas Teknik Universitas USBRJ ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi pembangunan sanitasi Kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan kondisi, isu permasalahan serta harapan yang diinginkan di masa mendatang.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup

METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup METODE PENELITIAN 27 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini ada dua aspek yang ruang lingkupnya perlu dispesifikasikan, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup materi Menurut UU

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandarlampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung dengan luas total

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandarlampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung dengan luas total BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Sejarah Singkat Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung dengan luas total 19,722 Ha yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Wilayah Kota Bandar Lampung pada zaman kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGKARANG-TELUKBETUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGKARANG-TELUKBETUNG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGKARANG-TELUKBETUNG Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat

I. PENDAHULUAN. Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat dikategorikan sebagai bencana yang paling banyak menimpa negara maju maupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T.A.2013 PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T.A.2013 PROVINSI LAMPUNG lampiran Sural Direklur Penalaan Bangunan dan Lingkungan No.. Perihal: Daftar Rincian lokasi dan Alokasi Dana Banluan langsung Masyarakal PNPM Mandiri Perkolaan TA 2013 DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Cekungan Kutai Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang menutupi daerah seluas ±60.000 km 2 dan mengandung endapan berumur Tersier dengan ketebalan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pembangunan daerah seyogyanya dilakukan melalui penataan ruang secara lebih terpadu dan terarah, agar sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional

Bab II Geologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Geologi Regional Kalimantan Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sandang demi kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. dan sandang demi kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk memerlukan peningkatan bahan pangan, papan, dan sandang demi kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan tersebut, dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Proses analisis komponen utama terhadap desa-desa di wilayah penelitian. yang didasarkan pada data Potensi Desa (PODES) tahun 2000 yang dikeluarkan

Proses analisis komponen utama terhadap desa-desa di wilayah penelitian. yang didasarkan pada data Potensi Desa (PODES) tahun 2000 yang dikeluarkan 5.3.2 Tipologi Desa Menurut Analisis Multivariabel Proses analisis komponen utama terhadap desa-desa di wilayah penelitian yang didasarkan pada data Potensi Desa (PODES) tahun 2000 yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan

I. PENDAHULUAN. Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan terjadi. Banyak masalah yang muncul akibat bencana alam yang biasanya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''- 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Penelitian Tempat penelitian secara administratif terletak di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menyajikan data suatu wilayah. Dengan salah satu fungsi peta tersebut sebagai

I. PENDAHULUAN. untuk menyajikan data suatu wilayah. Dengan salah satu fungsi peta tersebut sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peta merupakan gambaran penyederhanaan dari permukaan bumi yang dituangkan melalui bidang datar dengan skala tertentu serta dilengkapi dengan simbol-simbol atau keterangan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masyarakat di kelurahan yang berada di kota Bandar Lampung, dan untuk

III. METODE PENELITIAN. masyarakat di kelurahan yang berada di kota Bandar Lampung, dan untuk III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami strategi pemberdayaan masyarakat di kelurahan yang berada di kota Bandar Lampung, dan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. FISIOGRAFI Geologi regional P.Obi ditunjukkan oleh adanya dua lajur sesar besar yang membatasi Kep.Obi yaitu sesar Sorong-Sula di sebelah utara dan sesar Sorong Sula mengarah

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN. 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Profil Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan

BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN. 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Profil Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan ini didirikan pada 20 Oktober 1952 oleh Bapak Soedarpo Sastrosatomo dan Ibu Minarsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi semua manusia dan setiap mahluk hidup. Tanpa air, maka tidak akan ada suatu kehidupan di muka bumi ini. Selama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah IV. GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Kota Bandar Lampung 1. Geografi Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, pemukiman semakin lama membutuhkan lahan yang semakin luas. Terjadi persaingan yang kuat di pusat kota,

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi

I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Pelayanan publik sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter,

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kota Bandar Lampung) ENDANG WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bagian baratlaut. Fisiografi Jawa Tengah berdasarkan Bemmelen (1949) terbagi atas 6 zona (Gambar 2.1), yaitu: 1.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o o 37 BT. Letak tersebut

BAB IV GAMBARAN UMUM. terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o o 37 BT. Letak tersebut 49 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Bandar Lampung adalah ibu kota Propinsi Lampung dan secara geografis terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o 28-105o 37 BT. Letak tersebut berada di teluk lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian secara administratif terletak di 2 wilayah yaitu, Kota Bandar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian secara administratif terletak di 2 wilayah yaitu, Kota Bandar 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Letak Daerah Penelitian Daerah penelitian secara administratif terletak di 2 wilayah yaitu, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Gambar 1.Peta

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL A. Fisiografi yaitu: Jawa Bagian Barat terbagi menjadi 4 zona fisiografi menurut van Bemmelen (1949), 1. Zona Dataran Aluvial Utara Jawa 2. Zona Antiklinorium Bogor atau Zona Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Daerah Jawa Barat memiliki beberapa zona fisiografi akibat pengaruh dari aktifitas geologi. Tiap-tiap zona tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timur-barat ( van Bemmelen, 1949 ). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik Barat yang relatif bergerak ke arah baratlaut, dan Lempeng Hindia

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. bagaimana karaterisik dan faktor-faktor yang secara nyata menyebabkan. A. Karateristik Permukiman di Daerah Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. bagaimana karaterisik dan faktor-faktor yang secara nyata menyebabkan. A. Karateristik Permukiman di Daerah Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab hasil dan pembahasan ini, dapat diungkapkan kondisi kota Bandar Lampung secara makro, dimana dari 30 kelurahan yang diteliti terungkap bagaimana karaterisik dan faktor-faktor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur LAMPIRAN 63 64 Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur No. Kelas TWI Luas Area Ha % 1 1 1 0,007 2 2 20987 99,830 3 3 34 0,163 Luas Total 21022 100 Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona (Gambar 2.1), yaitu : 1. Zona Gunungapi Kuarter 2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Jawa barat dibagi atas beberapa zona fisiografi yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan aspek geologi dan struktur geologinya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Oleh : Kusdarto Maryun Supardan, Sukmawan dan Andi Sutandi S Kelompok Program Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Menurut van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografis. Pembagian zona tersebut dari Utara ke Selatan meliputi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci