BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1.Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Tarmuji (dalam Pramawaty & Elis, 2012) bahwa pola asuh merupakan pola pengasuhan yang berlaku dalam keluarga, interaksi antara orang tua dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya (Aisyah, 2010). Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola asuh kepada anaknya yang berbeda-beda karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anaknya (Aisyah, 2010). 2. Tipe Pola Asuh Orang Tua Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch (dalam Aisyah 2010) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. 6

2 7 a. Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua menerapkan seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat dan sepihak, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa, menghendaki ketaatan mutlak. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti orang tua tanpa banyak alasan Anak harus tunduk dan patuh terhadap kemauan orang tua. Apapun yang dilakukan oleh anak ditentukan oleh orang tua. Menurut Adek (dalam Suharsono, 2009), pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan tingkah laku pasif dan cenderung menarik diri. Sikap orangtua yang keras akan menghambat inisiatif anak. Namun di sisi lain anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki kompetensi dan tanggungjawab seperti orang dewasa. Menurut Stewart dan Koch (dalam Aisyah, 2010) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintahperintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.

3 8 Sutari Imam Barnadib (dalam Aisyah 2010) mengatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya sehingga memunculkan perilaku agresi. Berdasarkan teori yang disampaikan terlihat bahwa semakin dihadang kebutuhan seseorang untuk mencapai tujuan akan menjadikan prakondisi agresi semakin tertekan dan mengakumulasi sehingga muncul perilaku agresi. Semakin otoriter didikan pada anak, semakin mendendam anak itu dan semakin besar kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak patuh secara sengaja. Perilaku menentang sangat besar perannya dalam memburuknya hubungan antara orang tua dan anak dengan bertambahnya usia anak. Namun, dalam keluarga cara mendisiplinkan otoriter yang lebih wajar pada anak dengan tetap dibatasi dalam tindakan mereka dan keputusan-keputusan diambil oleh orang tua. Namun keinginan mereka tidak seluruhnya diabaikan dan pembatasan yang kurang beralasan misalnya larangan melakukan apa yang dilakukan teman sebaya berkurang. Ada bukti-bukti bahwa bentuk otoriter yang kurang keras dapat menunjang sosialisasi anak karena mereka bersikap dengan cara yang disetujui sosial. Akibatnya mereka lebih diterima teman sebayanya dan orang dewasa daripada anak yang dibiarkan berbuat sesuka hatinya. b. Pola Asuh Demokratis Hanna Wijaya (dalam Aisyah, 2010) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. Pola asuhan ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini akan mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya

4 9 berkembang dengan baik karena orang tua selalu merangsang anaknya untuk mampu berinisiatif. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya serta belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Orangtua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan keluhan dan pendapat anak-anaknya. Pada pola asuh ini orangtua terlihat tegas tetapi hangat dan penuh pengertian dan anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengungkapkan hal-hal yang tidak disukainya maupun mengekspresikan hal-hal yang disukainya dalam interaksinya dengan masingmasing anggota keluarga. Hal ini tentu saja akan mempunyai pengaruh yang lebih baik dalam perkembangan jiwa anak. Dengan demikian, adalah logis bahwa pola asuh demokratis tidak memberi dampak terhadap munculnya perilaku agresi pada anak nantinya. Jenis pola asuh ini memiliki ciri-ciri orang tua dalam menentukan peraturan terlebih dahulu mempertimbangkan dan memperhatikan keadaan, perasaan, dan pendapat anak, musyawarah dalam mencari jalan keluar suatu permasalahan, hubungan antar keluarga saling menghormati, adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, adanya komunikasi dua arah, memberikan bimbingan dengan penuh pengertian (Pramawaty&Elis, 2012).

5 10 c. Pola Asuh Permisif Menurut Septriati (2012) dalam pola asuh permisif orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin turuti seluruh keiginan anak. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri. Sehingga dengan pola asuh permisif anak yang diberikan kesempatan sebebasbebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya akan menjadikan anak tersebut tidak terkendali, tidak patuh dan tingkah laku agresif di luar lingkungan keluarga. Anak akan terlihat lebih agresif karena pada manusia semakin direndahkan martabatnya dengan tidak menggubris seluruh perbuatannya maka ia akan mencari perhatian dengan cara menampilkan perbuatan yang negatif yang langsung dapat mencemarkan nama baik keluarganya. Setiap orangtua pasti bermaksud baik ada orangtua ketika anak berusia sembilan tahun masih mengikatkan tali sepatu anak, mengerjakan pekerjaan rumah, turun tangan saat ada permasalahan kecil dengan teman sebayanya karena beranggapan itu terlalu sulit baginya akan menjadi kebiasaan buruk. Ketika sekali terbiasa demikian akan sulit diubah. Saat dia berusia sebelas tahun dan berjuang mencari teman dekatnya yang sebelumnnya menarik diri, jadilah sahabat baiknya sehingga dia tidak perlu berjuang maka dia tidak akan pernah dewasa (Hermawan, 2013). Menurut John C. Friel (dalam Hermawan, 2013) mengatakan dalam bukunya emotional inteleligence Daniel Goleman tentang sifat penakut. Apabila orang tua yang melindungi anak-anak mereka dari pengalaman buruk menghasilkan anak-anak yang terus dihantui ketakutan sampai dewasa. Tetapi orangtua yang

6 11 secara perlahan-lahan dan konsisten mendorong anak-anak mereka menghadapi dunia, menghasilkan anak-anak yang tidak penakut kelak. Hasil ini membantah pemikiran orangtua masa kini yang percaya bahwa anak-anak harus dilindungi dari kesuitan hidup. Bila orang tua tunduk pada anaknya atau terlalu baik dalam sikap dan perlakuan terhadap anak, anak kurang menghargai orang tua. Mereka sebaliknya berbuat sesuka hati dan tidak memperdulikan hak-hak anggota keluarga yang lain. Hal ini menciptakan hubungan keluarga yang buruk dan suasana di rumah yang ditandai oleh perselihan yang tiada henti-hentinya. Permisivitas berlebihan membuat anak egois dan menuntut. Mereka menuntut perhatian, pelayanan orang lain dan perilaku yang menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk di rumah dan di luar rumah.sikap orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan akan menciptakan suatu rumah tangga yang berpusat pada anak. Jika sikap permisif ini tidak berlebihan dia akan mendorong anak menjadi cerdik, mandiri dan berpenyesuaian sosial yang baik dengan teman sebaya dan saudaranya. Sikap ini juga menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas dan sikap matang. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Menurut Yusuf (2013) pola asuh yang diberikan orang tua pada anak dapat berbeda-beda dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal yaitu : a. Faktor internal 1) Usia Orang tua Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mengenai perilaku yang sesuai untuk mendidik anak. Anak-anak dengan orang tua usia muda akan mendapatkan pengawasan yang lebih longgar karena dalam diri orang tua usia muda cenderung memiliki sifat toleransi

7 12 yang tinggi dan memaklumi terhadap anak. Usia ibu muda juga dapat mempengaruhi sumber daya yang tersedia untuk anak. 2) Jenis Kelamin Orang tua Perbedaan gender diantara orang tua akan ikut berpengaruh dalam cara mereka mengasuh anak, hal ini mungkin disebabkan karena realisasi perbedaan dalam bagaimana mereka berpikir dan berperilaku. Diantara ayah dan ibu, keduanya memiliki keinginan untuk melakukan apa yang menurut mereka benar untuk memaksimalkan potensi anak-anak mereka. Misalnya seorang ibu ingin putrinya menjadi lebih tegas dan mahir dalam bersosialisasi dan seorang ayah ingin anaknya menjadi lebih fleksibel, tumbuh dengan tegas dan berkepribadian kuat. 3) Pendidikan dan Wawasan Orang tua Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif terhdap orang lain dan masyarakat. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika ibu memiliki pengetahuan yang lebih tinggi terhadap perkembangan anak, mereka menunjukkan tingkat keterampilan pengasuhan yang lebih tinggi, anakanak mereka memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dan sedikit masalah perilaku.

8 13 b. Faktor eksternal 1) Kondisi Sosial Ekonomi Orang tua Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anak. Untuk anak-anak yang hidup dalam kemiskinan, watak yang terbentuk akan lebih keras karena faktor-faktor lain dalam lingkungan sosial anak di samping orang tua telah ditemukan memiliki dampak pada perkembangan anak. 2) Kondisi Psikologi Orang tua Psikologis orang tua juga mempengaruhi cara orang tua dalam mengasuh anak, orang tua yang rentan terhadap emosi negatif baik itu depresi, lekas marah, cenderung berperilaku kurang peka dan lebih keras dari orang tua lainnya. Karakteristik kepribadian orang tua juga berperan dalam mempengaruhi emosi yang mereka alami, kognitif dan atribusi yang berdampak pada perkembangan kepribadian anak. 3) Pengasuh Pendamping Orang tua, terutama ibu yang bekerja di luar rumah dan memiliki lebih banyak waktu di luar rumah seringkali mempercayakan pengasuhan anak kepada nenek, tante atau keluarga dekat lain. Bila tidak ada keluarga tersebut maka biasanya anak dipercayakan pada pembantu (babysitter). Dalam tipe keluarga seperti ini, anak memperoleh jenis pengasuhan yang kompleks sehingga pembentukan kepribadian anak tidak sepenuhnya berasal dari pola asuh orang tua. 4) Budaya Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengaharapkan kelak

9 14 anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh pada anaknya. 4. Cara Mendidik Anak a. Hal-hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak Menurut Hadisiswantoro (2012) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik anak adalah : 1) Berikan perhatian dan pujian Banyak orang tua yang lebih suka mengkritik anak daripada memuji tetapi alangkah lebih baik memerhatikan sikap yang baik yang ditunjukkan kepada anak dengan memberikan pujian kepadanya. Orang tua menjadi pendengar yang baik bagi anak sehingga anak-anak merasa diperhatikan dan dikasihi orang tuanya. 2) Jalinlah komunikasi yang baik Anak-anak perlu penjelasan mengenai perintah, aturan atau harapan orang tua untuk itu, perlu ada komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Jika anak diajak berdiskusi, dia akan lebih termotivasi dalam melaksanakan langkah-langkan pemecahan yang telah ditentukan. 3) Berhati-hatilah dengan harapan anda kepada anak Orang tua sering mengharapkan hal-hal yang tidak realistis kepada anak. Hal ini membuat anak stres karena tidak sangggup memenuhi harapan yang tidak realistis. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua harus tahu bahwa kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Dibalik kesalahan yang mereka lakukan ada makna positif yang diajarkan kepada anak sehingga anak akan belajar untuk berani berjuang menghadapi tantangan dan resiko.

10 15 4) Tingkatkan rasa percaya diri anak Kata-kata, sikap dan tindakan orang tua aka mempengaruhi perkembangan percaya diri anak. Oleh karena itu, pujian yang diberikan kepada anak jika dia berhasil melakukan sesuatu akan membuatnya bangga. Sebagai orang tua ketika mengucapkan sesuatu harus berpikir sebelum mengucapkannya karena dapat menyakiti perasaan anak. 5) Berikan waktu yang berkualitas Waktu yang diberikan tidak perlu berlebihan tetapi berkualitas. Orang tua dapat bangun lebih pagi agar dapat makan bersama dan menanyakan tentang kegiatan mereka di sekolah. Anak-anak yang kekurangan perhatian dari orang tuanya akan cenderung bersikap buruk karena menganggap perilaku mereka tidak diperhatikan oleh orang tuanya. 6) Yakinkan bahwa anda mengasihinya Anak-anak harus diyakinkan bahwa orang tuannya mengasihinya. Orang tua dapat menunjukkan dan mengungkapkannya dalam bentuk kata-kata dan tindakan misalnya pelukan. 7) Berikan aturan dengan konsisten Disiplin sangat diperlukan oleh anak agar dapat bertumbuh dengan perilaku yang baik serta memiliki pengendalian diri. Buat daftar aturan rumah tangga yang harus dipenuhi anak. Aturan tersebut dapat membantu anak memahami arti disiplin seperti aturan menonton TV setelah menyelesaikan pr sekolah atau aturan jam tidur. Jika anak melanggar aturan segera berikan konsukuensinya tetapi dilakukan dengan cara yang tenang, tegas, konsisten dan perlu diingat bahwa hukuman yang diberikan seharusnya bersifat membangun.

11 16 8) Jadilah teladan yang baik Anak akan belajar cara berperilaku dengan mengamati dan meniru perilaku orang tuanya. Semakin muda usia anak, semakin mudah dia akan meniru perilaku orang tuanya. Perkataan sering hanya dianggap informasi oleh anak. 9) Jadilah orang tua yang fleksibel Orang tua harus bersikap bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi. Hargailah pendapat dan keinginan anak misalnya ketika akan memilih jurusan akademik, memilih pekerjaan dan pasangan hidup, orang tua membimbing dan mengarahkan sehingga mereka bisa memilih dan mengambil keputusan yang tepat. b. Hal-hal yang dihindari orang tua dalam mendidik anak Menurut Hadisiswantoro (2012) terdapat beberapa hal cara orang tua yang salah saat menerapkan kedisplinan dalam keluarga adalah : 1) Bertengkar di depan anak Pertengkaran dan perdebatan kecil dalam keluarga adalah hal yang lumrah dan wajar. Namun, orang tua hendaknya memerhatikan situasi dan kondisi serta tempat ketika bertengkar. Terkadang orang tua tidak mampu menahan emosi dan akhirnya bertengkar di depan anak-anaknya. Hal ini akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Anak-anak akan menganggap bahwa pertengkaran merupakan hal biasa. Ketika dewasa dan berkeluarga, mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lihat dari orangtuanya. 2) Tidak kompak Orangtua seharusnya kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Orangtua hendaknya berkomunikasi dan berdiskusi terlebih dahulu dalam segala hal sehingga terlihat kompak dihadapan anak-anak. Jika membela anak ketika anak sedang didisiplinkan oleh salah satu

12 17 orangtua akan menunjukkan ketidakkompakan orangtua. sikap orangtua yang tidak kompak akan menghilangkan respek anak terhadap orangtuanya. 3) Menghajar anak tanpa nasihat dan peringatan Menghajar atau menghukum anak tanpa nasihat dan peringatan terlebih dahulu adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana. Orang tua yang langsung menghajar anak tanpa anak tahu kesalahannya akan berakibat fatal. Anak-anak akan menyimpan sakit hati dan mungkin dendam kepada orang tuanya. 4) Tidak bisa berkata tidak Ada orang tua yang lemah dan tidak tegas dihadapan anak sehingga tidak dapat berkata tidak kepada anaknya. Mereka tidak dapat menolak permintaan dan keinginan anak-anaknya. Hampir semua keinginan anak dipenuhi oleh orang tua. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demikian akan tumbuh menjadi anak yang memiliki kecenderungan mau menang sendiri, tidak mau mengalah dan egois. Semua orang harus mengikuti apa yang menjadi keinginan anak. Orang tua yang lemah bukan saja tidak berani berkata tidak kepada anak-anaknya, melainkan juga tidak berani menegur dan menghukum anaknya yang melakukan kesalahan. Orang tua harus berani memutuskan boleh dan tidak terhadap permintaan dan keinginanan anak-anak. Orang tua juga harus berani menegur apabila anaknya melakukan kesalahan. Orang tua harus memberi pemahaman yang benar kepada anak sehingga mereka tahu dan percaya bahwa ketika orang tuanya berkata tidak berarti orang tua memiliki alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

13 18 5) Membandingkan masa lalu orang tua dengan anak Orang tua sering tergoda membandingkan masa lalunya dengan anakanaknya pada masa kini. Orang tua merasa bahwa pada masa lalu, dia lebih taat, lebih nurut, lebih rajin, lebih pintar daripada anaknya. Orang tua boleh menceritakan masa lalunya seebagai contoh sehingga anak menjadi termotivasi dalam pencapaian hasil yang lebih maksimal. Anak-anak bertumbuh pada era atau zaman yang berbeda dengan orang tua. 6) Memaksakan kehendak kepada anak Sebagai orang tua memilik impian atau cita-cita untuk anak. Untuk memenuhi harapan tersebut terkadang orang tua memaksakan kehendaknya untuk dipenuhi oleh anak. Orang tua yang pintar dan bijakasan akan duduk bersama untuk berdiskusi dan berkomunikasi kepada anak-anaknya. B. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang menggangu kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru (Ambarwati & Wulandari, 2010). Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kehadiran adik bayi bagi anak pertama dapat memunculkan berbagai macam kecemburuan atau persaingan yang berbeda satu sama lainnya yang dikenal dengan istilah sibling rivalry (Soemardini, Rinik & Chika, 2011) Sibling rivalry merupakan suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung yang terjadi karena seseorang takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang

14 19 (Putri, Sri & Rulita, 2013). Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat, karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian terlalu banyak orang tua. Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12 tahun (Woolfson, 2004). 2. Sibling Rivalry pada Tahapan Perkembangan Anak Kepribadian seorang anak banyak berkembang selama 5 tahun pertama. Berbagai ketegangan dan tekanan dalam hubungan antarsaudara berubah di saat anak- anak tumbuh. Persaingan antarsaudara diungkapkan secara berbeda, tergantung pada usia dan tahapan perkembangan anak. Menurut Woolfson (2004) dalam bukunya persaingan saudara kandung mengatakan beberapa tahapan perkembangan anak berdasarkan umur (1-5 tahun) yaitu : a. Anak berumur 18 bulan Anak sangat egosentris dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Dia merasa sangat kuat dan ingin berkuasa. Biasanya pada tahapan ini persaingan cenderung kurang hebat karena anak yang lebih tua perhatiannya lebih terpusat pada dirinya sendiri. b. Anak berumur 2 tahun Pada tahap ini anak akan seepenuhnya menganggap dirinya penting. Dia ingin segala sesuatunya dilakukan menurut caranya. c. Anak berumur 3 tahun Anak menjadi lebih mandiri, anak bisa berbuat jauh lebih baik untuk dirinya sendiri. Penguasaan bahasanya telah menjadi baik sehingga dia mampu mengungkapkan pendapat dengan lebih jelas. d. Anak berumur 4 tahun Rasa percaya diri telah meningkat dan dia bergaul lebih baik dengan anak sebaya lainnya. Rasa humor pada anak mulai tampak.

15 20 e. Anak berumur 5 tahun Mulainya masa sekolah merupakan suatu transisi yang besar. Dia memiliki suatu pemahaman terhadap dirinya sendiri yang penting dan baru secara psikologis sebagai anak yang sudah besar. 3. Faktor-faktor Penyebab Sibling Rivalry Menurut Hurlock (dalam Sari 2012) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar saudara kandung adalah sebagai berikut: a. Sikap orang tua Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan atau permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik. Anak yang lahir pertama, sebagai akibat pendidikan awal dan asosiasi yang erat dengan orang tua daripada anak yang lahir kemudian. Jadi orang tua lebih sering menyukai anak yang pertama. Sebaliknya anak yang di tengah sering merasa tidak dihiraukan dibandingkan anak pertama dan terakhir. Mereka merasa bahwa orang tua piilih kasih dan mereka membenci saudara mereka. b. Urutan posisi Dalam semua keluarga kecuali keluarga satu anak, semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan kepadanya, semua berjalan dengan baik. Tetapi peran yang diberikan bukan peran yang dipilih sendiri maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali.

16 21 c. Jenis kelamin saudara kandung Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki atau perempuan. Misalnya dalam kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati daripada dalam kombinasi laki-laki perempuan atau laki-laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya daripada adik lelakinya. d. Perbedaan usia Perbedaan usia antar saudara kandung mempengaruhi cara mereka bereaksi satu terhadap yang lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jika anak berjenis kelamin sama maupun berlainan, hubungan mereka lebih ramah, koperatif dan kasih mengasihi terjalin daripada bila usia mereka berdekatan. e. Jumlah saudara Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Bila anak banyak saudara, disiplin cenderung otoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Hal ini biasanya tidak terjadi pada keluarga dengan sedikit anak. Pengawasan orang tua santai permisif terhadap perilaku anak, memungkinkan antagonisme dan permusuhan yang dinyatakan dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai perselisihan. f. Jenis disiplin Menurut Hurlock hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter yang lebih wajar pada anak dengan tetap dibatasi dalam tindakan mereka dan keputusan-keputusan diambil oleh orang tua, namun keinginan mereka tidak seluruhnya diabaikan dan pembatasan yang kurang beralasandibandingkan dengan keluargayang mengikuti pola permisif. Bila anak dibiarkan bertindak sesuka hati, hubungan

17 22 antar saudara kandung sering tidak terkendalikan lagi namun jika sikap permisif ini tidak berlebihan dia akan mendorong anak menjadi cerdik, mandiri dan berpenyesuaian sosial yang baik. Menurut Hurlock (dalam Sari 2012) disiplin yang demokratis dapat mengatasi sebagian kekacauan akibat disiplin permisif, tetapi dampaknya tidak sebesar disiplin otoriter. Tetapi secara keseluruhan disiplin demokratis menciptakan hubungan yang lebih menyenangkan dan sehat. Dengan sistem demokratis anak belajar memberi dan menerima atas dasar kerja sama sedangkan pada sistem otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci. g. Pengaruh orang luar Tiga cara orang luar mempengaruhi hubungan antar saudara yaitu kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluargadan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar. Hal ini mungkin sekali menimbulkan perselisihan baru atau memperhebat perselisihan antar saudara yang sudah ada. 4. Dampak Sibling Rivalry Menurut Hurlock (dalam Putri, Sri & Rulita, 2013) dampak sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada diri sendiri, pada saudara kandung dan pada orang lain. Dampak sibling rivalry pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku regresi, self effacacy rendah. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara. Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak dampak kepada saudara, sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan antara anak dan saudara kandungnya tidak baik maka sering terjadi pola hubungan yang tidak baik tersebut dibawa anak kepada pola hubungan sosial diluar rumah.

18 23 Pendapat yang sama juga diungkapkan Pieter dan Lubis (2010) penyesuaian diri yang buruk dan perilaku yang agresi dalam keluarga dibawa anak dalam hubungan sosial sehingga anak sering berantem dengan tetangga dan teman sebayanya. Anak-anak yang tumbuh dalam sebuah rumah yang penuh pertengkaran akan terus berkelahi dengan semua orang dan bukan hanya dengan saudara mereka saja. Saudara yang rukun cenderung mampu mengekspresikan simpati, rasa hormat dan kasih sayang (Christine, 2009) Menurut Boyle (dalam Putri, Sri & Rulita, 2013) sibling rivalry yang tidak diatasi pada masa awal anak-anak dapat menimbulkan delayed effect yaitu dimana pola perilaku tersimpan dibagian alam bawah sadar pada usia 12 tahun hingga 18 tahun dan dapat muncul kembali bertahun-tahun kemudian dalam berbagai bentuk dan perilaku psikologikal yang merusak. Rasa iri hati dan persaingan yang ada sejak masa kanak-kanak dibawa ke masa dewasa. 5. Reaksi Sibling Rivalry Anak- anak akan terus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan persaingan itu akan diperlihatkan oleh anak dengan berbagai cara. Pada anak biasanya yang paling menonjol adalah rasa marah, kemarahan ini dapat ditujukan pada orang yang dianggap saingannya atau pada orang yang ia dambakan kasih sayangnya. Kadangkala selain marah anak juga merengek, bersungut atau menarik simpati. Seorang anak yang iri terhadap saudaranya biasanya sering terjadi pada anak yang lebih tua terhadap adik bayinya. Seringkali anak menunjukkan perilaku agresi seperti ingin disuapi dan berak celana, rasa takut pada hal- hal yang tertentu yang sebelumnya tidak ada. Selain rasa iri ini juga sering diekspresikan dengan cara murung seakan sedih atau malah mulai berfantasi (Ambarwati & Wulandari, 2010). Woolfson (2004) mengungkapkan bentuk iri hati lainnya mungkin terjadi adu mulut yang ditunjukkan dengan saling berteriak bahkan menjerit satu sama lain. Kemungkinan terburuk, mereka akan saling mengayunkan tangan saat mencoba

19 24 saling memukul. Reaksi lain yang diungkapkan Putri, Sri dan Rulita (2013) adalah reaksi memukul, mencubit, melukai adiknya bahkan menendang, kemunduran seperti menompol, menangis yang meledak-ledak, manja, rewel, menangis tanpa sebab. 6. Penatalaksanaan Sibling Rivalry a. Peran Orang tua dalam mengatasi sibling rivalry Menurut Hadiswantoro (2012) ada beberapa peran orang tua dalam menciptakan kerukunan dan hidup saling mengasihi antar saudara yaitu : 1) Ciptakanlah rumah yang penuh kasih sayang Anak-anak membutuhkan kasih sayang. Tanpa kasih sayang, mereka tidak dapat bertumbuh dengan baik. Menurut Montagu seorang antropolog mengatakan bahwa hal yang paling dibutuhkan tubuh manusia untuk perkembangannya adalah nutrisi kasih obat mujarab untuk tetap sehat adalah merasakan kasih sayang khususnya selama enam tahun pertama kehidupan. Rencanakan waktu bersama keluarga secara teratur. Gunakan waktu dengan bijaksana bersama anak-anak. Jangan biarkan televisi merampas saat-saat berharga. 2) Bangunlah kebiasaan saling membantu Pada masa ini, anak-anak bertumbuh di tengah masyarakat yang hidup individualistis sehingga orang tua perlu menananmkan kebiasaan untuk saling membantu sesama dan saudara. Kebiasaan yang dibangun terusmenerus akan membentuk karakter anak. 3) Kembangkanlah sikap saling mengampuni Orang tua harus menanamkan prinsip-prinsip mengampuni untuk tidak membalas perlakuan-perlakuan yang tidak baik contohnya mencubit, memukul, menyakiti dan lain-lain. Dengan demikian, dia akan tumbuh sebagai anak yang mudah mengampuni dan tidak menyimpan dendam atau sakit hati terhadap saudaranya yang berbuat salah kepadanya.

20 25 4) Bersikaplah adil dan bijaksana terhadap semua anak Orang tua tidak boleh pilih kasih kepada anak-anaknya. Apabila prinsip ini dilanggar, akan timbul persaingan dan perasaan iri hati antara anak. b. Cara menyesuaikan diri dengan keluarga baru Menurut Bralzeton dan Sparrow (2009) ada beberapa cara membantu anak yang lebih tua menyesuaikan diri dengan adiknya yaitu : 1) Biarkan anak yang lebih tua tahu bentapa anda merindukannya. 2) Biarkan dia tahu bahwa bayi itu adalah anggota tambahan dalam keluarga dan bukan pengganti. 3) Peluklah anak dengan erat, dan ingatkan dia akan pengalaman yang anda berdua rasakan dan akan dirasakan lagi. 4) Pahami dan bersiaplah akan kembalinya anak pada kebiasaan lama yang anda pikir telah sanggup diatasinya. 5) Bila dia memaksa anda untuk mendisiplinkannya, ingatlah bahwa secara khusus c. Cara Mengatasi Sibling Rivalry Menurut Bralzeton dan Sparrow (2009) ada beberapa cara orang tua dalam mengatasi pertengkaran kakak beradik yaitu : 1) Hentikan ia dengan tegas tetapi tenang. Ketika terjadi pertengkaran sebagai orang tua harus menenangkan kedua anak dan tidak memukul salah satu di antaranya. 2) Beri waktu pada anak yang lebih tua untuk merenungkan jika dia sudah siap untuk patuh. 3) Pastikan anak yang lebih muda aman. Singkirkan mainan berbahaya dan pisahkan anak-anak jika perkelahian mereka sudah lepas kendali. 4) Alihkan perhatian anak yang lebih tua pada proyek atau teman yang menyenangkan untuk diajak bermain.

21 26 5) Bantulah anak yang lebih tua mengatasi kemarahan dengan berbicara dan membantunya memahami dengan membacakan cerita tentang kemarahan atau dengan menyalurkan rasa marah ke boneka sasaran tinju atau kegiatan lain yang dikenal. 6) Setelah menghentikan perkelahian yang hilang kendali, peluklah masingmasing anak dan tenangkan mereka. d. Mencegah Sibling Rivalry Menurut Woolfson (2004) dalam bukunya persaingan saudara kandung mengungkapkan beberapa cara efektif mencegah pertengkaran antara saudara yaitu: 1) Harapan yang realistis Suasana rumah sakit yang asing sering membuat seorang anak merasa gelisah, khususnya jika dia sangat muda. Dia pun mungkin tampak terpisah dan jauh dari kita. Kepribadiannya yang biasanya penuh gairah dapat berkurang pada saat seperti ini, di saat dia meneliti lingkungan yang aneh tersebut dengan sangat hati-hati. Jangan merasa bingung dengan hal ini. Dia hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Daripada menunggu dia untuk berbicara kepada kita, peluk dia dengan erat. 2) Perhatian Mulailah dengan menjadikan si kakak sebagai pusat perhatian. Dia masih punya banyak waktu untuk mengenal adik barunya. Bertanyalah tentang segala sesuatu yang dilakukannya sementara kita berada di rumah sakit. Kita akan merasa bahwa dia perlahan-lahan bersikap santai dan akan spontan melontarkan pertanyaan mengenai bayi yang baru lahir tersebut. 3) Pertukaran hadiah Katakan kepada si kakak bahwa bayi tersebut memiliki hadiah baru untuknya, yang berada di tempat tidur. Jelaskan bahwa bayi itu menganggap dia sebagai kakak yang hebat. Si kakak akan gembira sekali dengan hadiah

22 27 ini. Kemudian berikanlah kepadanya hadiah kecil yang bisa diberikannya kepada adik bayinya. Upacara praktis ini membangun suatu hubungan antara saudara yang positif. 4) Kontak fisik Selama kontak pertamanya, si kakak akhirnya akan menghampiri bayi tersebut. Rasa ingin tahu menguasainya, meskipun awalnya agak ditahan. Bersikaplah santai. Dia tidak akan membahayakan saudara kandungnya yang masih kecil hanya dengan menyentuh wajah atau jari kecil si bayi. Dia akan takjub melihat bahwa si bayi jauh lebih kecil daripada dirinya. Bersiaplah untuuk melihatnya mendorong-dorong bayi tersebut. 5) Jawablah pertanyaaan Anak yang berusia 3 atau 4 tahun memiliki kemampuan untuk melontarkan berbagai pertanyaan yang menurut kita sulit dijawab. Misalnya, Apakah noda buruk di mukanya itu akan hilang? atau Mengapa kepalanya berbentuk lucu? Berusahalah keras untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan setenang mungkin. Cobalah untuk memberikan ketegangan yang mungkin kita rasakan. C. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak berusia antara tiga sampai enam tahun yang sedang dalam masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan biologis, psikososial, kognitif dan spiritual yang begitu signifikan. Masa ini anak memiliki kebebasan untuk berekspresi tanpa adanya suatu aturan yang menghalangi dan membatasinya (Susanto, 2011).

23 28 Pertumbuhan dan perkembangan (tumbuh kembang) pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).perkembangan(development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkansebagai hasil dari proses pematangan. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh individu(riyadi&sukirman, 2009). Perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan) dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu, perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakansebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.perkembangan merupakan suatu perubahan dan perkembangan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambunganbaik menyangkut fisik/jasmaniah maupun psikis/rohaniah (Susanto, 2011). 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak sangat mudah diamati oleh orang tua karena hampir setiap orang tua dapat melihatnya(riyadi dan Sukirman,2009) yaitu : a. Usia 3 tahun Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga. Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, mnggosok gigi.

24 29 b. Usia 4 tahun Motorik kasar: Motorik halus: berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala. sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju. c. Usia 5 tahun Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian. Motorik halus : menulis dengan angka-angka, meulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama dan belajar mengikat tali sepatu. Sosial emosional : bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebayanya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain. Pertumbuhan fisik: berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6,75-7,5 cm/ tahun. 3. Perkembangan Biopsikologi Prasekolah Menurut Pieter dan Lubis (2010) ada beberapa perkembangan biopsikologi pada fase prasekolah yaitu : a. Pandangan Orang tua Pada masa ini banyak anggapan orang tua menganggap bahwa merupakan masa sulit. Pada periode ini, anak banyak mengalami kesulitan disebabkan perkembangan kepribadian dan selalu menuntut kebebasan meskipun kebebasan mereka masih gagal diperoleh. Anak akan berperilaku lebih bandel, keras kepala, melawan, tidak patuh. Pada periode juga anak sering bertengkar

25 30 dengan anggota keluarga lainnya, tetangga atau teman sebayanya. Apalagi ketika anak merasa suasana di rumah yang tidak menyenangkan, inkonsisten disiplin, lemah atau otoriter, maka anak selalu membuat suasana gaduh, ribut, onar dan bisa bahkan perkelahian antar kelompok. Selain itu anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya bermain dengan teman sekolompoknya. b. Pandangan ahli psikologi Usia prasekolah menurut pandangan psikologi merupakan periode yang mempelajari dasar-dasar perilaku sosial dan kelompok yang kelak digunakannya sebagai persiapan diri dalam kehidupan sosial dan berkelompok saat ini dan periode perkembangan selanjutnya. Sehingga dalam periode ini anak akan sering berinteraksi dengan lingkungan, dimana anak sering bertanya kepada orang-orang terdekatnya karena selalu ingin mengetahui lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana rasanya selain itu anak akan meniru pembicaraan dan perilaku orang tua, saudara dan tetangga. c. Perubahan Fisik Pertumbuhan fisik pada periode ini berlangsung sangat lambat jika dibandingkan dengan tingkat perumbuhan bayi. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang sangat seimbang. Perbandingan postur tubuh telah banyak berubah seperti dagu keliatan lebih jelas, leher semakin panjang, tinggi badan setiap tahun betambah. d. Perubahan Psikologis Anak akan menunjukkan sifat ataupun wataknya yang merupakan salah satu aspek yang diwarisi oleh orang tua. Berbagai macam sifat yang dimiliki manusia, diantaranya sifat sabar, pemarah, kikir, pemboros,boros, hemat. Adapun sifat pemarah akan tampak jelas ketika dia berusia 5 tahun atau setelah anak lancar berbicara. Secara umum penyebab timbulnya kemarahan anak adalah pertengkaran permainan, keinginan yang tidak tercapai, serangan dan

26 31 ancaman dari anak lain. Bentuk ungkapan emosi marah anak adalah menangis, menggerutu, menggertak, menendang, berguling, melompat-lompat dan berkelahi. Perubahan psikologi lainnya adalah anak akan cemburu ketika anak mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada adik baru atau orang lain, bentuk ungkapan kecemburuan anak dilakukan secara terbuka atau perilaku regresi, seperti mengompol, pura-pura sakit atau nakal. Tujuan perilaku regresi anak tidak lain yaitu untuk mendapatkan perhatian. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan apapun. Menurut Riyadi dan Sukirman (2009) di dalam bukunya asuhan keperawatan pada anak terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dimana ada sebagian anak yang tidak selamanya tahapan tumbuh kembangnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua yaitu : a. Faktor Hereditas Hereditas atau keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras. Misalnya, anak keturunan bangsa Eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk Indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.

27 32 b. Faktor lingkungan 1) Lingkungan Internal Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gitansisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan kreatinisme dan hormon gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks lakilaki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan ekstrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur, jika kekurangan hormon gonadotropin ini akan menyebabkan terhambatnya perkembangan seks. Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, sosialdan intelektual anak. Cara seseorang anak dengan berinteraksi dengan orang tua akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Pada umumnya anak yang tahap perkembangannya baik akan mempunyai inteligensi yang tinggi dibandingakan dengan anak yang tahap perkembangannya terhambat. 2) Lingkungan Eksternal Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhinya, diantaranya adalah kebudayaan; kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua mendidik anaknya. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonominya menengah keatas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merawat anak dengan baik. Status nutrisi juga

28 33 pengaruhnya sangat besar, orang tua dengan ekonomi lemah tidak mampu memberikan makanan tambahan buat anaknya, sehingga anak akan kekurangan asupan nutrisi yang akibatnya daya tahan tubuh anak akan menurun dan akhirnya anak akan jatuh sakit. Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktivitas fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga ditengarai juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi, baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan emosi dan juga sosial. c. Faktor Pelayanan Kesehatan Adanya pelayanan kesehatan yang memadai di sekitar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbuh kembang anak dapat dipantau.sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam perkembangannya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan. 5. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Sibling Rivalry Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Pola asuh orang tua juga merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadiaan anak, dimana keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Keadaan kehidupan keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan melalui sikap dari orang yang sangat dekat dan berarti baginya. Dengan kata lain pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku anaknya (Aisyah, 2010). Orang tua adalah kunci bagi munculnya sibling rivalry dan juga berperan memperkecil munculnya hal tersebut. Beberapa peran yang dapat dilakukan orang tua adalah: memberikan kasih sayang dan cinta yang adil bagi anak, mempersiapkan anak yang lebih tua menyambut kehadiran adik baru, memberikan

29 34 hukuman sesuai dengan kesalahan anak bukan karena adanya anak emas atau bukan, sharing antar orang tua dan anak, serta memperhatikan protes anak terhadap kesalahan orang tua. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk (Setiawan & Anita, 2007). Riset tentang sibling menemukan bila orang tua langsung mengintervensi konflik yang ada, biasanya orang tua melindungi anak yang lebih lemah (yang lebih muda) melawan anak yang lebih kuat, maka keadaan akan memuncak dan hal ini akan membuat anak yang kuat akan merasa kesal dan anak yang lebih lemah akan lebih berani mengadakan perlawanan karena merasa bahwa orang tua berpihak kepadanya. Psikolog menemukan bahwa semakin sedikit perbedaan usia antara seorang anak dan saudaranya, semakin ketat pula persaingan yang ada (Christine, 2009). Pada beberapa keadaan anak memukul adiknya sebagai reaksi dari kemarahan dan kekesalan kepada saudaranya. Dalam hal ini orang tua harus bijak dalam melerai pertengkaran anak karena dengan membiarkan anak saling memukul, maka anda mengajari mereka bahwa kekerasan adalah bentuk komunikasi yang bisa diterima. Lebih baik orang tua menggunakan kata-kata dan itu akan mengajari anak bagaimana menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan persoalan (Christine, 2009). Penelitian dilakukan Yulia (dalam Soemardini, Rinik &Chika, 2011) mengenai gambaran sibling rivalry pada anak prasekolah dan didapatkan hasil 73,91% sibling rivalry terjadi pada anak usia prasekolah dan 26,09 % terdapat pada anak usia sekolah. Hasil penelitian Soemardini, Rinik dan Chika (2011) menunjukkan sebagian besar peran ibu dengan kategori cukup, terjadi sibling rivalry 43,9% dan peran ibu kategori kurang terjadi sibling rivalry 21,1% sehingga dapat ditarik kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara peran ibu dengan tingkat sibling

30 35 rivalry pada anak prasekolah usia 3-5 tahun di Wilayah Kelurahan Ketawanggedeng Malang. Menurut Shochib (dalam Suharsono, 2009) mendidik anak pada hakekatnya merupakan usaha nyata dari pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri anak. Pola asuh orang tua sangat penting dalam menghadapi masalah pada anak yang sangat mengganggu yang disebabkan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Pola asuh orang tua pada kehidupan anak tidak hanya mempengaruhi kehidupan tiap individu anak tetapi juga hubungan antar saudara. E. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Lingkungan III Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun Pada kerangka konsep ini terdiri dari dua variabel yaitu:variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Independen Pola asuh orangtua Variabel Dependen Sibling rivalry pada anak prasekolah (3-5 tahun) F. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Lingkungan III Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan serta melindungi anak

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry pada remaja akhir 1. Pengertian sibling rivalry pada remaja akhir Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus Indonesia-Inggris (2009) disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan anak usia prasekolah 1. Definisi Anak prasekolah merupakan anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun, pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan biologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak BAB II TINJAUAN TEORI A. Ibu bekerja Ibu adalah wanita yang melahirkan anak (Purwadarminta, 2003). Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai peran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri Anda. 2. Isilah kolom kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X ) 3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I 99 KISI KISI ANGKET Judul Skripsi Devenisi Operasional : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini dalam Belajar di TK Al- Falah 1 Kota Jambi. : Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan anak usia dini, secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematang emosi, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci