Temu mangga (Curcuma mango)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Temu mangga (Curcuma mango)"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN UMUM Pada manusia, kolesterol umumnya dikaitkan dengan aterosklerosis yang dapat meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Menurut Bush et al. (1987), faktor risiko dapat meningkatkan keadaan konsentrasi kolesterol plasma dan kolesterol-ldl yang disertai menurunnya kolesterol-hdl, sehingga terjadi aterosklerosis yang mengarah ke PJK. Clarkson et al. (1996) dan Antony et al. (1997) melaporkan penelitian adanya kejadian aterosklerosis arteri koronaria pada monyet ekor panjang yang diberi pakan aterogenik yang mengandung kolestrol tinggi (35%). Aterosklerosis merupakan kelainan degeneratif pada pembuluh darah besar dan sedang, yang dicirikan oleh adanya penebalan dinding pembuluh darah yang berisi sel busa. Sel busa merupakan sel makrofag yang berisi kolesterol maupun kolesterol ester. Hal ini disebabkan makrofag secara berlebihan mengambil LDL teroksidasi. Penyebab utama aterosklerosis adalah meningkatnya lipoprotein yang beredar di dalam darah. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya aterosklerosis, dan lesi awal ditandai dengan terbentuknya garit lemak (Fuller and Jialal 1994). Menurut Kaplan & Aviram (2001), selain kolesterol pada lesi atereosklerosis, terdapat juga protein, karbohidrat, komponen seluler termasuk sel otot polos, makrofag, dan limfosit. Hansson (2009) menyatakan bahwa aterosklerosis merupakan penyakit inflamasi, dan aterosklerosis dimulai saat LDL terakumulasi di intima sehingga akan mengaktifkan endotel, meningkatkan pengambilan monosit dan limfosit T. Monosit berdiferensiasi membentuk makrofag yang dapat menangkap LDL terakumulasi, yang pada akhirnya membentuk sel busa. Sedangkan sel limfosit T pada lesi akan mengenali antigen lokal yang selanjutnya berkontribusi pada pembentukan plak aterosklerosis. Perkembangan pengetahuan tentang alternatif pengobatan dan kemajuan teknologi membawa nuansa baru untuk lebih memahami pentingnya arti kesehatan. Obat-obat tradisional saat ini semakin banyak dikembangkan, dan sampai kini belum dilaporkan bahwa produk obat tradisional memiliki efek 123

2 sampingan yang membahayakan. Produk-produk antioksidan sudah banyak dijual di pasaran dan harganya cukup mahal. Pemahaman akan antioksidan perlu dipaparkan lebih luas kepada masyarakat. Antioksidan terdapat di alam dengan jumlah yang cukup berlimpah. Antioksidan banyak terkandung di dalam buahbuahan, sayur-sayuran, jenis kacang-kacangan maupun berbagai rimpang temutemuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan kurkuminoid ekstrak temu mangga dalam menghambat oksidasi lipid ditingkat seluler. Parameter-parameter yang diamati adalah tingkat penghambatan oksidasi LDL, penghambatan pembentukan sel-sel busa, serta ekpresi molekul adhesi seperti VCAM-1 dan ICAM-1. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat banyaknya kejadian aterosklerosis yang berujung pada PJK dan kematian. Temu mangga (Curcuma mango) Temu mangga (Curcuma mangga) merupakan salah satu jenis kunyit atau kurkuma yang merupakan kerabat temu-temuan. Sejak dahulu, kunyit telah digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional. Akan tetapi mekanisme kerjanya sebagai obat sampai saat ini masih belum jelas diketahui. Senyawa aktif yang terkandung dalam kunyit adalah diferuloil-metana atau lebih lazim dikenal dengan kurkumin. Kurkumin merupakan derivat (turunan) kurkuminoid dan mempunyai kemampuan biologis yang cukup luas seperti antiradang, antikarsinogenik (Moon et al. 2005, Tonnesen et al. 1987), antirematik (Deodhar et al. 1980), antihepatoksik, antioksidan (Kiso et al. 1983, Rao 1995, Shetty 1997), dan anti hiperkolesterolemia (Nurfina et al. 1995; Pendurthi et al. 1997, Quiles et al. 2002). Sebagai senyawa antioksidan, kurkumin mampu melindungi LDL dari proses oksidasi sehingga pengambilan LDL teroksidasi oleh makrofag dapat dicegah (Quiles et al. 2002, Ruby & Lokesh 1995, Sreejayan et al. 1997). Kurkumin dapat juga mengeliminasi radikal hidroksi, radikal superosida, nitrogen dioksi, dan nitrogen monooksida, serta mencegah turunan dari radikal superoksid (Rao 1995; Ruby & Lokesh 1995; Sreejayan et al. 1997). Kurkuminoid ekstrak temu mangga dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengektraksi rimpang temu mangga dengan menggunakan metode maserasi 124

3 dengan pelarut air dan etanol. Untuk memisahkan fraksinasi kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) seperti yang dilakukan oleh Quiles et al. (2002). Hasil ekstraksi kurkuminoid dari temu mangga diperoleh rendemen sebanyak 1,84%. Fraksinasi terhadap kurkuminoid diperoleh tiga terunan kurkuminoid yang terdiri atas 6,2% kurkumin sebanyak, 2,3% demetoksi-kurkumin, dan 3,0% bisdemetoksi kurkumin. Quiles et al. (2002) dan Nurfina et al. (1995) menyatakan bahwa kurkuminoid hasil isolasi dari jenis temu-temuan, seperti temu lawak (curcuma longa), terdiri atas kurkumin, demetoksi-kurkumin, dan bis-demetoksikurkumin. Struktur kurkuminoid memiliki gugus fenolik yang cukup esensial sebagai scavenger (penangkap) superoksid (radikal bebas), dan gugus orto metoksi yang ada pada gugus fenolik mampu meningkatkan aktivitas kurkumin. Gugus fenolik juga diduga berfungsi sebagai antibakteri. Sedangkan Vareed et al. (2008) menyatakan bahwa, substansi fenolik yang terdapat pada tanaman obat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antiradang, antikanker, maupun antimutagenik. Dalam percobaan ini kurkuminoid ekstrak temu mangga mampu menghambat oksidasi LDL yang dilkukan oleh sel makrofag mencit dan beruk. Kurkuminoid yang diisolasi dari curcuma longa mampu menghambat oksidasi LDL secara invitro (Quiles et al. 2002). Kurkumin turunan dari kurkuminoid yang diisolasi dari tanaman temu lawak mampu menghambat oksidasi LDL (Sreejayan & Rao 1997; Rao 1995). Selain itu, kurkuminoid juga mereduksi respon ekspresi molekul ICAM-1 pada permukaan sel endotel yang diinduksi dengan LDL. Kurkuminoid yang berasal dari temu lawak mempunyai efek terhadap metabolime kolesterol (Velena 1995). Nurfina et al. (1995) menyatakan bahwa kurkumin mempunyai kemampuan menghambat aktivitas enzim lipoksigenase berperan dalam proses peroksidasi lipid. Posisi dan jumlah gugus subtitusi metoksi dan subtitusi hidroksi yang ada pada kurkumin memegang peranan penting dalam menentukan aktivitas lipoksigenase. Menurut Vareed et al. (2008), kurkumin dapat menghambat terekspresinya mrna dari enzim 125

4 siklooksigenase, lipooksigenase, metaloproteinase, dan sintase nitrit oksid pada proinflamasi yang merupakan awal terbentuknya lesi aterosklerosis. Respon Sel Makrofag terhadap Reaksi oksidasi Ion Cu 2+, LDL dan LDL Teroksidasi Proses oksidasi lipoprotein merupakan suatu mekanisme abnormal dalam seluler, yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya stres oksidatif pada sel dan jaringan. Oksidasi lipid akan menghasilkan berbagai senyawa, seperti malonaldehida (MDA). Malonaldehida merupakan dialdehida tiga karbon sebagai hasil samping dari peroksidasi asam lemak tak jenuh (Janero 1990), dan sintesis prostaglandin (Marnette 1999). MDA dapat bereaksi dengan asam tiobarbiturat membentuk senyawa berwarna merah dan dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 523 nm. Selain spesies reaktif radikal bebas, molekul LDL juga dapat dioksidasi oleh ion logam transisi, lipoksigenase maupun mieloperoksidase. Ion logam Cu 2+ memegang peranan penting dalam pembentukan oksidan yang dapat menginisiasi peroksidasi. Dalam percobaan ini, sel makrofag mencit dan makrofag beruk diinkubasikan dengan ion Cu 2+, LDL, dan LDL teroksidasi, selama 4 jam dan 6 jam. Untuk perlakuan dengan ekstrak temu mangga, masing-masing kelompok dipra-inkubasikan dengan kurkuminoid ekstrak temu mangga selama 48 jam. Adapun tujuan pemberian kurkuminoid ekstrak temu mangga, supaya sel makrofag dapat menggunakan kurkuminoid sebagai antioksidan yang menghambat reaksi oksidasi lipid yang dilakukan oleh sel. Makrofag mencit lebih responsif terhadap kurkuminoid temu mangga dibandingkan dengan makrofag beruk. Dalam percobaan ini, kolesterol (LDL) yang digunakan berasal dari kolesterol monyet ekor panjang (MEP). Kondisi ini membuat makrofag beruk kurang berpengaruh terhadap reaksi oksidasi LDL. Disamping itu, metode yang digunakan untuk mengisolasi makrofag mencit berbeda dengan beruk. Pada isolasi makrofag mencit, mencit dipaksakan untuk memproduksi sebanyak mungkin makrofag, melalui injeksi secara peritoneal yang menggunakan asam tioglikolat. Makrofag beruk diperoleh dari sel darah putih yang dipisahkan dari sel darah merah dengan menggunakan Lymphocite 126

5 Separation Medium (LSM). Berdasarkan pengamatan dari hasil perecobaan, makrofag beruk diinkubasi dengan LDL yang berasal dari MEP hanya memberikan oksidasi lipid yang minimal jika dibandingkan dengan makrofag mencit. Dalam percobaan ini, LDL yang diinkubasi dengan ion Cu 2+ dapat terjadi oksidasi LDL. Produk oksidasi LDL dan lipid berbentuk MDA. Laju oksidasi LDL ditunjukkan dengan cara mengukur konsentrasi MDA menggunakan metode TBAR. Demikian juga oksidasi lipid yang terbentuk setelah sel makrofag diinkubasi dengan ion Cu 2+ diukur MDA-nya dengan metode yang sama. Sel makrofag yang diinkubasi dengan ion Cu 2+ dapat menghasilkan MDA juga. Hal ini menyebabkan sel makrofag melepaskan radikal bebas yang kemudian merangsang makrofag untuk mengoksidasi LDL, dan pada akhirnya akan terjadi akumulasi LDL teroksidasi di dalam makrofag sehingga membentuk sel busa. Namun demikian, peningkatan oksidasi lipid dan oksidasi LDL dapat dihambat dengan pemberian kurkuminoid ekstrak temu mangga sebesar 8 ppm (P<0,01). Peningkatan konsentrasi MDA terhadap makrofag mencit dan makrofag beruk yang diinkubasikan dengan LDL teroksidasi cukup tinggi. Akan tetapi peningkatan konsentrasi MDA ini dapat diturunkan dengan pemberian ekstrak kurkuminoid 2 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm (P<0,01). Efek kurkuminoid terhadap panghambatan proses oksidasi LDL di dalam makrofag mencit sebesar 13,07% dan pada beruk sebesar 24,28%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurkuminoid ekstrak temu mangga memberikan efek yang dapat menghambat reaksi oksidasi LDL. Kurkumin mempunyai kemampuan dalam mencegah perluasan penyakit seperti, menurunkan kerentanan LDL terhadap oksidasi, mencegah proliferasi selsel otot polos pembuluh darah, mempunyai efek antitrombik, efek hipotensif sementara, dan mencegah agregasi platelet secara in vivo. Kurkuminoid mampu menghambat oksidasi LDL manusia, mencegah peroksidasi lipid plasmatik, serta menghambat peroksidasi lipid pada hemogenat hati dan otak tikus yang mengalami udema. (Srejevan et al. 1997; Quiles et al. (2002). Penghambatan kecepatan proses oksidasi lipid dan LDL di dalam sel makrofag mencit yang diinkubasi dengan kurkuminoid pada konsentrasi 8 ppm 127

6 sebesar 13,07% (p<0,01), dengan lama masa inkubasi 4 jam. Sedangkan pada masa inkubasi 6 jam, penghambatan oksidasi lebih rendah yaitu 4,19%. Nilai ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan sel makrofag yang tidak diberi kurkuminoid ekstrak yang penghambatan oksidasinya hanya sebesar 3,73%. Lama waktu inkubasi 4 jam jika dibandingkan dengan 6 jam tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P>0,05). Pola yang sama juga terjadi pada sel makrofag beruk. Kurkuminoid ekstrak temu mangga 8 ppm dapat menghambat oksidasi lipid di dalam sel makrofag (P<0,01). Hal ini ditandai dengan adanya penghambatan oksidasi lipid, baik pada inkubasi 4 jam maupun 6 jam. Penghambatan oksidasi lipid oleh kurkuminoid ekstrak temu mangga sebesar 24,28%. Sedangkan untuk kontrol (makrofag + LDL oksidasi tanpa ekstrak kurkuminoid), diperoleh hasil yang lebih rendah, yakni sebesar 8,93%. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa kurkuminoid ekstrak temu mangga dapat menghambat oksidasi LDL pada makrofag mencit dan beruk. Dapat dikatakan juga bahwa, peningkatan hambatan oksidasi LDL terjadi seiring dengan pemberian dosis kurkuminoid ekstrak temu mangga yang meningkat. Jayaprakasa dkk (2005) menyatakan bahwa gugus hidroksil dan metoksil pada cicin fenil dan subtituen 1,3 diketon memiliki peran penting yang sangat signifikan dalam kemampuan kurkumin sebagai antioksidan. Secara in-vivo, kurkumin yang berasal dari Curcuma longa diberikan sebanyak 500 mg/hari secara oral selama 7 hari, mampu menghambat peroksidasi lipid yang diukur pada plasma manusia (Srejevan et al. 1997). Kurkuminoid Curcuma longa yang diteliti oleh Quiles et al. (2002) mampu menghambat peroksidasi lipid secara in-vitro pada makrofag dengan dosis 4-9,6 mg/l, sedangkan secara in-vivo dosis kurkuminoid sebanyak 1,33 mg/kg bb juga dapat menghambat peroksidasi lipid pada kelinci. Penggunaan 500 mg kapsul kurkumin 98% murni yang diberikan pada manusia selama 7 hari tidak memperlihatkan efek toksisitas (Soni & Kuttan 1992). Menurut Rao (1995), kurkumin dapat menghambat peroksidasi lipid pada hemogenat hati dan otak tikus yang mengalami udema. Kurkumin mempunyai kemampuan untuk mencegah perluasan penyakit seperti menurunkan kerentanan LDL terhadap oksidasi, mencegah proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah, mempunyai efek antitrombik, efek 128

7 hipotensif sementara dan mencegah agregasi platelet in vivo. Fuhman et al. (2000) menyatakan modifikasi oksidatif dari LDL memegang peranan penting di dalam pathogenesis atherosclerosis, kondisi ini dapat dihindarkan dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan fenolik. Selanjutnya dikatakan bahwa, 76% antioksidan fenolik yang berasal dari jahe dapat menurunkan biosintesa kolesterol seluler pada makrofag peritoneal mencit. Respon Ekspresi Molekul Adhesi pada Permukaan Sel Endotel terhadap Reaksi Oksidasi LDL. Molekul adhesi seperti VCAM-1 dan ICAM-1 adalah molekul protein yang dapat terekpresikan ke permukaan sel endotel apabila terjadi disfungsi endotel. Gangguan dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti: hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, hipertensi toksin, dan senyawa kimia lainnya yang dihasilkan oleh sel itu sendiri. Faktor risiko dapat memicu pembentukan lesi awal aterosklerosis yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner (Libby 2000; Packard & Libby 2008). Faktor risiko juga menyebabkan perubahan struktur permukaan sel endotel, sehingga sel akan menghasilkan berbagai poduk yang dapat diekspresikan ke permukaan sel, seperti VCAM-1 dan ICAM-1. Produk-produk yang dihasilkan ini dapat digunakan untuk medeteksi terjadinya proses radang. Hasil percobaan terhadap ekspresi molekul VCAM-1 dengan berbagai pelakuan pada kultur sel endotel, menunjukkan hasil yang negatif, meskipun telah dilakukan pewarnaan imunohistokimia yang direaksikan dengan antibodi antivcam-1 dan divisualisasikan dengan 3,3-diaminobenzidin tetrahydro chloride (DAB). Sedangkan kultur sel endotel yang diwarnai dengan antibodi anti ICAM-1 menunjukkan molekul ICAM-1 terekspresikan pada permukaan sel setelah divisualisasikan dengan DAB. Sebelum kultur sel endotel inkubasi dengan Cu 2+, LDL, atau LDL teroksidasi, pada kelompok perlakuan telah diprainkubasikan terlebih dahulu dengan kurkuminoid 2 ppm dan 8 ppm selama 48 jam. Kurkuminoid ekstrak temu mangga yang diinkubasikan ke dalam kultur diharapkan mampu mencegah/menghambat reaksi oksidasi yang dilakukan oleh sel. 129

8 Pengaturan ekspresi molekul VCAM-1 dan ICAM-1 dapat dirangsang oleh ion Cu 2+ maupun LDL teroksidasi (Packard & Libby 2008). Ion Cu 2+ yang diinkubasikan ke dalam kultur sel endotel, merangsang pembentukan radikal bebas yang akan dikeluarkan ke dalam medium pertumbuhan. Hal yang sama juga terjadi pada kultur sel endotel yang diinkubasikan dengan LDL maupun LDL teroksidasi. Radikal bebas yang terbentuk, memicu terekspresinya molekul adhesi maupun sel-sel radang sebagai penyebab awal terjadinya aterosklerosis. Libby (2002); Packard & Libby (2008) menyatakan bahwa, aterosklerosis dapat dipicu oleh radikal bebas, akibatnya sel akan memproduksi sitokina yang digunakan untuk mengekpresikan molekul adhesi sebagai respon pembentukan radang. Telah diuraikan sebelumnya bahwa, aterosklerosis merupakan suatu proses peradangan yang dapat membentuk plak aterosklerosis. Secara spesifik adanya radikal bebas seperti ROS akan mengaktifkan sel endotel sehingga memproduksi sitokina yang selanjutnya akan menginduksi terbentuknya molekul adhesi (Libby dan Ridker 2006). Molekul adhesi ICAM-1 dilaporkan dapat terekspresi secara berlebihan melalui induksi pakan aterogenik pada hewan coba (Li 1993). Molekul LDL yang teroksidasi dapat meningkatkan ekspresi molekul adhesi pada sel endotel (Libby & Ridker 2006). Radang berperan penting pada penyakit arteri koronoria dan manifestasi lain dari aterosklerosis. Secara normal sel endotel resisten terhadap molekul adhesi leukosit. Rangsangan awal pada peradangan, seperti diet tinggi asam lemak jenuh, hiperkolsterolemia, obesitas, resisten insulin, hipertensi, dan merokok, akan mentriger molekul adhesi seperti P-selektin, VCAM-1 dan ICAM-1, sehingga monosit dan limfosit yang ada di peredaran darah dapat menempel pada permukaan endotel (Packard & Libby, 2008). Menurut Hansson (2009) dan McGill (1968), peningkatan permebialitas sel endotel merupakan kelainan pertama akibat terjadi jejas arteri. Hal ini merupakan suatu respon non spesifik yang dapat disebabkan oleh virus, toksin, kompleks imun, produk-produk yang dilepaskan sel-sel darah putih, platelet-platelet teraktivasi, spesies radikal bebas (ROS), maupun stres fisik yang tidak lazim. Keadaan ini memicu sel-sel otot polos dan monosit akan masuk ke dalam sel endotel kemudian berproliferasi dan 130

9 akhirnya akan menumpuk dan menjadi sel busa sehingga terbentuk plak, akibatnya sel endotel menjadi kehilangan fungsi (disfungsi endotel). Disfungsi endotel menyebabkan adhesi leukosit pada dinding sel endotel merupakan mekanisme utama yang merespon pembentukan radikal bebas dari spesies oksigen reaktif. Adhesi leukosit akhirnya akan menghasilkan oksidan sitotoksik dan mediator peradangan yang mengaktifkan sistem komplemen. Karakteristik proses aterosklerosis dimulai adanya gangguan fungsi endotel memunculkan molekul adhesi VCAM-1, ICAM-1 pada permukaan sel endotel dan merupakan tahap awal kejadian aterosklerosis (Packard & Libby, 2008). Adam et al (1997) menyatakan bahwa, Nitrit oksid merupakan inhibitor terhadap molekul adhesi monosit pada sel endotel kelinci. Hasil yang sama terjadi juga pada monolayer sel endotel dari aorta babi yang dilakukan secara in vitro. Dalam percobaan ini, ekspresi molekul adhesi diinduksi dengan kolesterol sehingga terbentuk lesi aterosklerosis. Pada kelompok perlakuan yang tidak diberi NO, molekul adhesi ICAM-1, E selektin terekspresikan sedangkan molekul VCAM-1 tidak terekspresikan. Terkspresinya molekul adhesi ini menyebabkan aktivitas permukaan sel meningkat. Jadi jelas apabila ada gangguan pada permukaan sel, maka akan merangsang munculnya molekul adhesi yang merupakan panyebab awal terjadinya aterosklerosis. Peningkatan aktivitas permukaan sel tidak hanya dipengaruhi oleh LDL teroksidasi, tetapi dapat juga disebabkan oleh molekul adhesi menempel pada permukaan sel memproduksi sitokina maupun radikal bebas. Pada Gambar 25-28, molekul ICAM-1 dapat diekspresikan setelah preparat diinkubasi dengan antibodi primer. Sel endotel yang diinduksi dengan LDL teroksidasi mampu mengekspresikan ELAM-1, ICAM-1 dan VCAM-1 sehingga akan meningkatkan perlekatan monosit. Dalam penelitian ini, molekul ICAM-1 dapat terekpresikan setelah dilakukan pewarnaan imunohistokimia dan divisualisasikan dengan DAB. Ekspresi ICAM-1 ditandai dengan munculnya warna kuning kecoklatan pada permukaan sel. Hal ini menunjukkan reaksi antigen antibodi terhadap sel yang dikultur dan ekspresi ICAM-1 diinduksi dengan ion Cu 2+, LDL maupun LDL 131

10 teroksidasi. Intensitas ekspresi ICAM-1 berwarna kuning kecoklatan terbentuk cukup tajam dibandingkan dengan preparat yang tanpa diberi antibodi primer. Efek ion Cu 2+ yang diinkubasi dalam kultur sel berupa radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada komponen penyusun membran sel, seperti asam lemak tak jenuh yang merupakan bagian dari fosfolipid. Radikal bebas yang terbentuk pada sel endotel yang dikultur dapat merangsang pembentukan ICAM- 1. Membran merupakan barier penting agar sel dapat berfungsi normal, demikian juga dengan sistem membran sel imun terhadap serangan berbagai benda asing (antigen). Dalam penelitian ini, molekul ICAM-1 dapat diekspresi ke permukaan sel sebagai akibat perlakuan ion Cu 2+. Ion Cu 2+ dapat menimbulkan stres oksidatif terhadap sel, sehingga sel memproduksi radikal bebas yang dapat merespon pembentukan radang. Kecuali itu, sel juga akan melepaskan sitokina yang akan memicu terekspresinya ICAM-1 sebagai penyebab awal terjadinya aterosklerosis. Dalam pecobaan ini juga, pada kelompok sel endotel yang diinkubasikan dengan LDL teroksidasi (LDL 200 μg + ion Cu 2+ 5µM) selain terbentuk ICAM-1 juga terbentuk sel busa. Molekul LDL merupakan lipoprotein yang dapat mengalami oksidasi di dalam sel. Selama berlangsungnya proses oksidasi di dalam sel, maka aktivitas sel menjadi terganggu sehingga akan meningkatkan pembentukan radikal bebas. Pewarnaan imunohistokimia, memperkuat hasil penelitan yang didapat. Terjadinya reaksi antigen-antibodi (ag-ab 1 ) pada pewarnaan ini, menunjukan sel endotel yang dikultur dan diinduksi dengan LDL dapat mengekspresikan ICAM- 1. Adanya biotinylated horse anti-mouse Ig G sebagai antibodi sekunder memperkuat ikatan antigen antibodi secara enzimatis. Ikatan antigen antibodi menyebabkan molekul ICAM-1 tervisualisasikan setelah diberi substrat avidin biotin kompleks horseradish peroksidase sebagai dan diwarnai dengan DAB. Sedangkan pada kontrol reagen, molekul VCAM-1 tidak tervisualisasikan meskipun telah diberi substrat avidin biotin kompleks horseradish peroksidase dan diwarnai dengan DAB (Danskey et al. 2002, Ramos 2005). Ion Cu 2+, LDL dan LDL teroksidasi yang diinkubasi pada kultur sel, merupakan senyawa kimia yang dapat mengoksidasi sel sehingga dapat merusak permukaan membran sel (Catarina et al. 2005; Liby & Ridker 2006). Selain 132

11 merusak permukaan sel, molekul tersebut dapat merangsang pembentukan radikal bebas. Bila dilihat dari hasil percobaan, kurkuminoid ekstrak temu mangga dengan dosis 2 ppm tidak cukup kuat untuk menahan laju oksidasi yang terjadi pada kultur sel endotel. Sedangkan kurkuminoid ekstrak temu mangga 8 ppm, mampu menurunkan reaksi oksidasi LDL terhadap sehingga terjadi reduksi ekspresi ICAM-1 (Gambar 26 & Gambar 27). Kerusakan permukaan sel akan mengakibatkan perubahan struktur sel dan aktivitas sel menjadi terganggu. Kondisi sel yang demikian merangsang monosit yang beredar pada aliran darah menempel pada permukaan endotel dan berinfiltrasi ke dalam endotel. Monosit di dalam endotel akan berubah menjadi makarofag, dan pada waktu bersamaan limfosit sel T akan muncul kepermukaan endotel dan masuk ke dalam endotel (Pakard & Libby 2008, Hansson, 2009). Makrofag melalui reseptor svavenger akan mengambil LDL yang terakumulasi di dalam endotel dan akhirnya membentuk kumpulan sel - sel busa. Partikel LDL teroksidasi sebagai akibat dari reaksi oksidasi maupun reaksi enzimatis oleh pembuluh darah yang melepaskan fosfolipid yang dapat mengaktifkan sel-sel endotel dalam mengekspresikan molekul adhesi. Catarina et al. (2005) menyatakan bahwa molekul adhesi ICAM-1 secara normal dijumpai pada permukaan sel endotel, namun dapat terekspresi apabila terjadi peningkatan aktivatas yang diakibat oleh lipoprotein. Lipoprotein dapat menstimuli sitokina atau endotoksin dapat muncul ke permukaan endotel. Dalam penelitian ini, molekul ICAM-1 dan kumpulan sel-sel busa terlihat sangat jelas. Semua ini terjadi setelah preparat sel endotel (sel line CPAE) direaksikan dengan antibodi anti ICAM-1, sehingga terbentuklah ikatan antigen antibodi. Reaksi antigen antibodi merupakan tanda awal ada gangguan pada permukaan sel yang dikultur. Antibodi primer (kit, anti-icam-1 antibody) yang digunakan berasal dari manusia bersifat monoklonal. Antara antigen dengan antibodi primer terjadi ikatan yang spesifik, ini karena epitop dari antibodi primer sesuai dengan paratop dari ICAM-1 antigen. Antibodi sekunder digunakan dalam pewarnaan imunohistokimia memperkuat ikatan antigen - antibodi secara enzimatis. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ramos (2005), bahwa biotinylated horse anti-mouse Ig G merupakan antibodi sekunder yang akan 133

12 memperkuat ikatan antigen antibodi secara enzimatis. Selanjunya dikatakan bahwa, reaksi pewarnaan ini semakin jelas setelah diberi substrat avidin biotin kompleks horseradish peroxidase dan diwarnai dengan DAB. Mekanisme dan rangkaian antioksidan yang bekerja dalam menangkap radikal bebas sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun salah satu peran penting dari antioksidan yaitu menghambat reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan membran sel akan menyebabkan perubahan tekanan osmosis, dan sel menjadi menggelembung sehingga akhirnya sel menjadi mati. Radikal bebas juga merupakan mediator dari berbagai radang yang berkontribusi pada respon peradangan dan kerusakan jaringan. Untuk mencegah kejadian ini, maka antioksidan sangat diperlukan (Seikemeir et al, 2007, van Hoorn et al. 2003). Lipid yang teroksidasi dapat sebagai antigen dalam merangsang sel imun untuk mengekspresikan limfosit sel T sehingga terbentuk radang (Robertson & Libby, 2008). Sel Radang akan meningkatkan pengambilan LDL teroksidasi, sehingga monosit di dalam intima berubah menjadi marofag, sementara itu limfosit sel T masuk ke intima dan bergabung dengan makrofag. Makrofag yang berinteraksi dengan limfosit sel T dapat menyesuaikan diri dan mensekresikan berbagai produk seperti sitokina, oksigen reaktif dan spesies nitrogen, mengekspresikan faktor jaringan, mengambil LDL teroksidasi untuk pembentukan sel busa, mensekresikan protease dan kemonkina untuk migrasinya sel-sel (Hansson, 2009; Robertson & Libby, 2008) Respon Sel Otot Polos terhadap Pelepasan Proteoglikan Proteoglikan mempunyai berbagai fungsi yang sangat luas, seperti membentuk matriks ekstraseluler untuk menghubungkan dan komunikasi antar sel-sel, mengikat masuknya beberapa virus ke dalam sel, termasuk virus herpes simplek. Proteoglikan dapat disekresikan oleh sel-sel otot polos dan dapat berproliferasi di dalam bagian intima pembuluh arteri, sehingga memiliki afinitas yang tinggi terhadap apo B 100. Interaksi LDL-PG tersebut meningkatkan kemampuan LDL teroksidasi dengan cara menginduksi modifikasi struktur (terutama apo B-100) dan meningkatkan waktu tinggalnya di dalam dinding arteri. 134

13 Keadaan ini mengakibatkan terjadinya modifikasi hidrolitik dan oksidatif lebih lanjut. Proses penahanan dan oksidasi LDL ini akan meningkatkan pengambilan LDL oleh makrofag karena interaksi LDL teroksidasi-gag meningkatkan afinitas lipoprotein dengan membran sel. Hal ini menyebabkan terjadinya pembentukan sel-sel busa pada makrofag (Kaplan & Aviram 2001). Hasil respon sel otot polos terhadap pelepasan proteoglikan dalam penelitian ini tidak dapat ditampilkan, karena konsentrasi asam heksarunat yang dikonversikan sebagai proteoglikan tidak terdeteksi oleh KCKT. Kondisi ini kemungkinan disebabkan sel otot polos yang dikultur dalam medium pertumbuhan tidak memproduksi proteoglikan, sehingga tidak dilepaskan ke dalam medium. Kemungkinan lain, konsentrasi proteoglikan yang dihasilkan sangat kecil. Hal ini telah kami lakukan sesuai dengan prosedur penelitian terhadap proteoglikan. Proliferasi sel otot polos merupakan salah satu tanda adanya gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan terbentuknya aterosklerosis. Sel otot polos mempunyai sifat mitogenik dan proliferatif. Secara normal maupun keadaan abnormal sel otot polos dapat menghasilkan proteoglikan. Proteoglikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kejadian aterosklerosis.. Proteoglikan dapat diproduksi, namun bergantung pada seberapa besar gangguan atau hambatan yang ada. 135

Kenaikan konsentrasi kolesterol dalam darah merupakan salah satu dari banyak faktor risiko terjadinya PJK. Faktor risiko atau atherogenic factor

Kenaikan konsentrasi kolesterol dalam darah merupakan salah satu dari banyak faktor risiko terjadinya PJK. Faktor risiko atau atherogenic factor PENDAHULUAN Penyakit jantung sampai saat ini masih merupakan penyakit yang banyak diderita manusia dan menyebabkan kematian di dunia yang cukup tinggi, termasuk di Indonesia. Salah satu penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap tahun, dimana

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Key words: Endothelial cells, VCAM-1, ICAM-1, LDL, curcuminoids

Abstrak. Abstract. Key words: Endothelial cells, VCAM-1, ICAM-1, LDL, curcuminoids RESPON EKSPRESI MOLEKUL ADHESI PADA PERMUKAAN SEL ENDOTEL OLEH KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA (Response of Adhesion Molecule Expression on Surface of Endothelial Cells by Curcuminoid of Temu Mango Extract)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan BAB 6 PEMBAHASAN Pare (Momordica charantia) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan kadar glukosa, sebagai anti inflamasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian ke-11. Pada 1986 kondisi naik menjadi peringkat

Lebih terperinci

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan 95 RINGKASAN Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang dan melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan berbagai tipe sel yang saling berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

Asbtract. Key words: Currcuminoid, Oxidation LDL, Macrophage

Asbtract. Key words: Currcuminoid, Oxidation LDL, Macrophage KEMAMPUAN CURCUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA DALAM MENGHAMBAT PROSES OKSIDASI LIPOPROTEIN DENSITAS RENDAH (LDL) OLEH SEL MAKROFAG (The Ability of Curcuminoid Temu Mango Extract to Inhibit the Oxidation Process

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aterosklerosis adalah suatu respon akibat peradangan pada pembuluh darah yang bersifat progresif dan ditandai dengan deposit masa kolagen, lemak, kolesterol, dan disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada masyarakat modern dewasa ini, penyakit jantung koroner merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang paling banyak mendapat perhatian serius. Hal ini dikarenakan penyakit

Lebih terperinci

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini menyebabkan masyarakat harus bergerak cepat khususnya di daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem yang tumbuh di daerah Asia, dan Afrika bagian timur, Pasific. Di Indonesia sendiri, Buah pinang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Senyawa sulfida merupakan senyawa yang banyak jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai

Lebih terperinci

MEKANISME PENGHAMBATAN INISIASI ATEROSKLEROSIS DI TINGKAT SELULER OLEH KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA (Curcuma mangga) TRINI SUSMIATI

MEKANISME PENGHAMBATAN INISIASI ATEROSKLEROSIS DI TINGKAT SELULER OLEH KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA (Curcuma mangga) TRINI SUSMIATI MEKANISME PENGHAMBATAN INISIASI ATEROSKLEROSIS DI TINGKAT SELULER OLEH KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA (Curcuma mangga) TRINI SUSMIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi kolesterol Konsentrasi kolesterol plasma masing-masing kelompok (KP 1, KP II, KP 111 dan KP IV) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Perilaku Tikus terhadap Aroma Minyak Atsiri Jahe Dari hasil pengamatan perilaku dalam waktu 4 jam pengamatan, tikus mendatangi sumber air minum dan bahkan sengaja mendatangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan.kebutuhan

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit degeneratif yang menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit kardiovaskuler seperti penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi lemak. Lemak memang dibutuhkan bagi tubuh karena mempunyai berbagai fungsi, namun konsumsi lemak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak termasuk salah satu jenis tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Temu mangga (Curcuma mangga)

TINJAUAN PUSTAKA. Temu mangga (Curcuma mangga) TINJAUAN PUSTAKA Temu mangga (Curcuma mangga) Saat ini banyak dikembangkan produk obat herbal, yang secara alami banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Makanan mengandung banyak lemak dan kolesterol tinggi yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan zat-zat tersebut dalam tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat mengalami perubahan pola hidup termasuk diantaranya pola makan. Dalam hal pola makan, masyarakat cenderung

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol dalam darah memainkan peranan penting terjadi aterosklerosis.

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol dalam darah memainkan peranan penting terjadi aterosklerosis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat ke arah pola hidup modern menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. suatu gejala yang sebagian besar dipicu oleh adanya Coronary Heart. arteri koroner yang merupakan produk dari coronary artery disease

I. Pendahuluan. suatu gejala yang sebagian besar dipicu oleh adanya Coronary Heart. arteri koroner yang merupakan produk dari coronary artery disease 1 I. Pendahuluan a. Latar Belakang Angina pectoris adalah rasa nyeri di bagian dada dan merupakan suatu gejala yang sebagian besar dipicu oleh adanya Coronary Heart Disease (CHD). Coronary heart disease

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih arteri koroner dan atau cabang-cabangnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem peredaran darah. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

PENGARUH DIET ATEROGENIK, ENDOTOKSIN LIPOPOLISAKARIDA DAN VITAMIN E TERHADAP KEJADIAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

PENGARUH DIET ATEROGENIK, ENDOTOKSIN LIPOPOLISAKARIDA DAN VITAMIN E TERHADAP KEJADIAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS PENGARUH DIET ATEROGENIK, ENDOTOKSIN LIPOPOLISAKARIDA DAN VITAMIN E TERHADAP KEJADIAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS Sprague Dawley: Kajian Ekspresi dan Aktivasi Endothelial Nitric Oxide Synthase, dan Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungtivitis merupakan salah satu jenis inflamasi yang dapat terjadi pada mata. Konjungtivitis dapat terjadi karena berbagai macam faktor diantara lain: alergi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci