IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rancangan Mekanisme Sistem Kendali Rancangan mekanisme sistem kendali terbagi atas dua bagian yaitu mekanisme untuk mengendalikan roda kemudi sebagai kendali belok dan mekanisme untuk mengendalikan tuas akselerator sebagai pengatur besar kecilnya putaran mesin yang diinginkan. Pada penelitian ini kendali roda kemudi diatur oleh putaran motor DC 38 Watt dengan mekanisme T-Belt. Pemilihan mekanisme ini didasarkan pada perbandingan tenaga yang ditransmisikan dari sumber penggerak dengan komponen yang akan digerakkan besarnya sama, karena transmisi T-Belt tidak terjadi slip saat berputar jika di bandingkan dengan transmisi V-Belt. Putaran motor yang dihasilkan untuk memutar roda kemudi ke kanan dan ke kiri adalah rata rata sebesar 11 rpm. Adapun hasil perancangan kendali roda kemudi di tunjukkan pada Gambar 16. Gambar 16. Mekanisme kendali roda kemudi Rancangan mekanisme pengendalian pada tuas akselerasi menggunakan mekanisme batang hubung yang ditarik menggunakan tali, mekanisme ini dipilih sesuai dengan dengan torsi motor DC yang di hasilkan. Ketika menggunakan meknisme batang hubung hubung tanpa menggunakan tali pada Gambar 17(a), motor tidak kuat untuk memutar mekanisme. Kemudian dicoba menggunakan mekanisme lain yaitu menggunakan tali yang ditarik motor Gambar 17(b). (a) (b) Gambar 17. Mekanisme pengatur akselerasi 20

2 Penentuan kebutuhan tenaga untuk menggerakkan pengatur akselerasi digunakan perhitungan berikut: Poros putar tuas akselerasi F2 α F1 l Gambar 18. Analisis gaya pada tuas akselerasi Motor DC F1 = N α = 24 o F2 = F1 sin 24 F2 = sin 24 T = F2 T = T = 1.36 N F2 = 7.98 N Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui untuk menggerakkan tuas aklserasi harus digunakan motor yang memiliki torsi lebih dari 1.36 N. 4.2 Rancangan Rangkaian Elektronika Sistem Kendali Rancangan Perangkat Lunak Sistem Kendali Perancangan perangkat lunak terdiri atas pemilihan bahasa pemrograman, pembuatan algoritma program, penulisan program, kompilasi program dan proses mendownloadkan program ke chip mikrokontroler. Dalam pembuatan program digunakan bahasa C, karena bahasa C merupakan bahasa pemrograman level tinggi yang umum digunakan pada bidangmikrokontroler. Kode program dalam bahasa C ditulis dalam software CodeVision AVR V Standard, pada software CodeVisionAVR sudah terdapat library Mikrokontroler yang digunakan. Dalam hal ini digunakan mikrokontroler jenis AVR Atmega 128 L. Kode yang telah dibuat kemudian dikompilasi dan didownloadkan ke chip mikrokontroler. Program yang dibangun meliputi beberapa bagian yaitu program untuk mengukur jarak dengan ultrasonik, membaca besar sudut belok, membaca besar putaran motor, menyimpan dan mengirim data, dan mengaktifkan buzzer. Pembuatan program secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.Tampilan penulisan program dalam CodeVision AVR dapat dilihat pada Gambar 19. Setelah program dibuat, kemudian dilakukan kompilasi untuk mengubah bahasa C menjadi bahasa mesin (.HEX) agar instruksi yang ada dapat dibaca oleh modul elektronik untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Proses kompilasi program seperti yang ditunjukkan Gambar

3 Gambar 19. Tampilan Lembar Kerja Software Code Vision AVR V Standard Gambar 20. Tampilan Proses Kompilasi Program 22

4 Gambar 21. Proses download program ke chip mikrokontroler Pada Gambar 21 menunjukkan proses pengunduhan program yang telah dikompilasi ke dalam chip mikrokontroler. Program yang telah diunduhkan akan disimpan oleh mikrokontroler dalam Flash Pembuatan simulasi kinerja sistem Sebelum melakukan perancangan prototipe dilapangan, pembuatan simulasi perlu dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidak sistem yang dirancang. Simulasi rangkaian menggunakan software ISIS Proteus 7.10SP0. Intelligent Schematic Input System Proteus (ISIS) merupakan sebuah program untuk mendesain dan melakukan simulasi rangkaian elektronika (rangkaian analog dan digital) secara interaktif berdasarkan hubungan dari seluruh komponen yang ada dalam rangkaian tersebut (Rangkuti, 2011). ISIS dapat melakukan simulasi kinerja mikroposesor dan mikrokontroler, termasuk mikrokontroler jenis AVR. Selain itu, pada program ISIS dilengkapi program compiler, sehingga dapat melakukan kompilasi program dari file kode sumber yang di tulis menggunakan CodeVision AVR. Tahapan dalam pembuatan simulasi kinerja sistem adalah: 1) Membuat rangkaian elektronika pada lembar kerja Sofware ISIS Proteus 7.10SP0 sesuai dengan komponen yang akan digunakan. Komponen dan rangkaian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. 2) Setelah rangkaian semua telah terhubung, tahap selanjutnya memasukkan file program.hex yang telah dibuat pada CodeVision ke dalam chip mikrokontroler. Yaitu dengan double klik pada chip mikrokontroler yang akan dimasukkan program, sampai keluar kotak dialog seperti dibawah ini. 23

5 Gambar 22. Kotak dialog mengedit properties ATmega 128 3) Pada kotak dialog seperti diatas, di klik tombol open yang terdapat pada Program File. Lalu di pilih file simulasi yang berekstensi.coff, untuk memasukkan file tersebut pada skematik rangkaian. Gambar 23. Kotak dialog memasukkan file program ke chip mikrokontroler. 4) Setelah file.coff dimuat, lalu di klik tombol PLAY yang terdapat pada kontrol panel animasi. Gambar 24. Tombol kontrol panel animasi 24

6 Apabila simulasi telah berjalan lancar selanjutnya melakukan pembuatan prototipe rangkaian sistem. Gambar 25. Tampilan simulasi rangkaian dengan Software ISIS Proteus 7.10SP0 4.3 Pembuatan Rangkaian Sistem Kendali Rangkaian Power Supply Power supply berfungsi sebagai sumber tegangan untuk seluruh rangkaian. Rangkaian power supply yang dibuat terdiri dua keluaran yaitu 12 volt dan 5 volt. Output 12 volt digunakan untuk menggerakkan motor dan output 5 volt untuk mensupply tegangan ke sensor-sensor. Rangkaian power supply yang telah dibuat seperti Gambar 26. Gambar 26. Rangkain Power Supply Sumber tegangan power supply berasal dari Accu Traktor 12 Volt. Dalam rangkaian digunakan beberapa komponen elektronika seperti IC 7805 yang berfungsi regulator tegangan, agar tegangan keluaran tetap 5 Volt meskipun tegangan yang masuk berkurang. Kapasitor 10mF berfungsi untuk meratakan arus yang masuk ke rangkaian, Resistor 330 ohm sebagai regulator penyalaan LED dan LED sebagai indikator bahwa rangkaian dalam keadaan berfungsi baik. 25

7 4.3.2 Rangkaian Transmitter dan Receiver Rangkaian utama kontrol kendali secara nirkabel terdiri tiga bagian yaitu rangkaian transmitter untuk mengirim perintah, rangkaian receiver untuk menerima dan mengolah perintah, dan rangkaian EMS H Bridge untuk menggerakkan motor berdasarkan perintah dari receiver. Modul transmitter merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk mengirimkan perintah perintah ke modul receiver, perintah tersebut dalam bentuk logika high maupun low yang dikirim melalui wireless dengan frekuensi kerja 433 Mhz. Untuk mengirimkan perintah, modul transmitter dihubungkan dengan Gamepad (Joystick) yang dapat diset mode operasinya sesuai dengan keinginan. Gambar 27. Modul Transmiter SPC Wireless Gamepad Interface. Keterangan tombol: 1. Tombol arah digital 2. Joystick analog kiri 3. Joystick analog kanan 4. Tombol aksi ( ) 5. Tombol Left (L1 dan L2) 6. Tombol Right (R1 dan R2) 7. Tombol select analog Gambar 28. Bagian-bagian Gamepad Gambar 29. Rangkaian Modul Transmitter secara lengkap. 26

8 Perubahan mode operasi dapat dilakukan dalam waktu maksimum 10 detik pertama setelah koneksi pertama kali berhasil dilakukan yang ditandai dengan menyalanya LED koneksi. Perubahan dapat dilakukan dengan menekan kombinasi tombol secara bersamaan. Kombinasi masing masing mode operasi dijelaskan pada tabel berikut ini. Apabila perubahan mode operasi berhasil dilakukan maka LED indikator mode analog atau digital pada gamepad akan berkedip 1 kali. Berikut ini deskripsi pilihan mode yang dapat dipilih dan kombinasi tombol untuk mengaktifkannya: Tabel 3. Pilihan Mode Operasi pada Gamepad Steering Axis Control Mode Kombinasi Tombol Pengendali Output Pengendali Output 0 L1 + L2 + + Digital PWM A Analog Kanan PWM B 1 L1 + L2 + + Digital PWM B Analog Kanan PWM A 2 L1 + L2 + X + Analog Kiri PWM A Analog Kanan PWM B 3 L1 + L2 + X + Analog Kiri PWM B Analog Kanan PWM A 4 L1 + L2 + X + Analog Kanan PWM A Analog Kiri PWM B 5 L1 + L2 + + Analog Kanan PWM B Analog Kiri PWM A 6 L1 + L Analog Kanan PWM A Digital PWM B 7 L1 + L X Analog Kanan PWM B Digital PWM A Sumber: Innovative Electronics,2012. Pada penelitian ini mode operasi yang digunakan adalah mode 6, cara pengaturan mode operasi 6 ditunjukkan pada Gambar 30. Mode 6 memiliki keluaran PWMA pada analog kanan dan PWM B pada digital.pwm B dipakai untuk kendali belok dan kendali tuas akselerasi, maka tombol digital digunakan sebagai tombol kendali. Arah kanan kiri untuk kendali belok dan arah atas bawah untuk kendali tuas akselerasi (Gambar 31). = ditekan bersamaan Gambar 30. Cara pengaturan mode operasi Tombol Digital Akselerasi Belok Gambar 31. Tombol untuk tuas kendali 27

9 Modul receiver berfungsi sebagai penerima logika yang dikirim oleh modul transmitter, lalu mengolahnya menjadi set output dalam bentuk sinyal PWM (Pulse Width Modulation) yang terdiri dari PWM A dan PWM B. Penekanan tombol akan menghasilkan sinyal PWM100%. PWM tersebut berfungsi sebagai penggerak dan menentukan arah putaran motor. Dalam mengendalikan putaran motor diperlukan modul EMS 30A H Bridge. Gambar 32. Modul Receiver SPC Wireless Gamepad Interface Gambar 33. Rangkaian Modul Receiver Embedded Module Series (EMS)30 A H-Bridge merupakan H-Bridge berbasis IC VNH3SP30 yang didesain untuk menghasilkan drive 2 arah dengan arus kontinu sampai dengan 30 A pada tegangan 5.5 Volt sampai 16 Volt. Modul jenis ini dipilih karena sesuai untuk menggerakkan motor DC 12 Volt, modul ini hanya mampu menggerakkan 1 buah motor. Maka untuk mengendalikan 2 buah motor diperlukan 2 buah modul EMS 30A H Bridge. Pada penelitian ini digunakan 2 buah modul EMS yaitu modul 1 untuk menggerakkan motor pada roda kemudi dan modul 2 untuk menggerakkan motor pada tuas akselerasi. Modul Receiver sendiri dapat dihubungkan dengan 4 buah modul EMS 30A H Bridge, sehingga dapat mengendalikan 4 buah motor sekaligus. 28

10 Hubungan Pin pada Modul Receiver dengan EMS 30 A H-Bridge disajikan pada Tabel di bawah ini: Modul Receiver (J9) Pin Nama 1 M3DIR1 2 M3DIR2 3 M3PWM 4 VCC Tabel 4. Hubungan modul receiver dan EMS 30 A H Bridge 5 GND 8 atau 10 PGND 10 VCC 7 atau 9 Sumber: Innovative Electronics, Rangkaian Mikrokontroler dan Sensor sensor Rangkaian mikrokontroler dan sensor sensor berfungsi sebagai bagian sistem pembacaan, pengolahan dan penyimpanan data. Komponen komponen yang digunakan terdiri dari Mikrokontroler DT AVR ATmega 128L, Potensiometer, Sensor Ultrasonik, Modul LCD 16 x 2, Rangkaian Alarm (LED dan Buzzer) dan EMS Data Flash Memory. Adapun hubungan tiap komponen atau konfigurasi pin-pin ditunjukkan Lampiran 3. a. Rangkaian Mikrokontroler Gambar 34. Modul EMS 30 A H-Bridge EMS 30 A H Bridge ke -1 (J1) Modul Receiver (J9) Pin Nama Pin Nama Pin 1 MIN1 6 GND 8 atau 10 EMS 30 A H Bridge ke -2 (J1) Nama PGND 2 MIN2 7 M4DIR1 1 MIN1 6 MPWM 8 M4DIR2 2 MIN2 7 atau 9 VCC 9 M4PWM 6 MPWM DT AVR ATmega 128 L merupakan unit mikrokontroler AVR yang berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem, untuk menerima data-data input dari hasil pengukuran sensor ultrasonik, sensor suhu, dan potensiometer lalu mengolah data tersebut dan ditampilkan ke LCD Display, Buzzer dan EMS Data Flash memory. VCC 29

11 Gambar 35. Skematik hubungan pin-pin Mikrokontroler ATmega 128L Pada gambar rangkaian Mikrokontroler di atas, PA.0 berfungsi sebagai output untuk membunyikan buzzer, PA.1- PA.5 dihubungkan ke EMS Data Flash Memory, PB.2 PB.3 dan PC.2 PC.3 digunakan sebagai input dari sensor ultrasonik, PD.0 PD.7 dipakai sebagai output ke tampilan LCD, serta PF.0 merupakan input pembacaan sensor suhu LM 35, sedangkan PF.1 dan PF.2 sebagai input dari Potensiometer. b. Rangkaian Sensor Ultrasonik Sensor yang digunakan pada rangkaian ini adalah sensor DT Sense Ultrasonic and Infrared Ranger (USIRR). Yang merupakan modul pengukur jarak non kontak dengan pemancaran gelombang ultrasonik. Spesifikasi dari USIRR adalah: Terdiri dari sebuah Ultrasonik Ranger dan dapat dihubungkann dengan 2 buah sensor Infrared Ranger GP2D12 (opsional). Memiliki 2 buah antarmuka yang dapat aktif bersama yaitu: Pulse Width / Lebar Pulsa (10 µs/mm) I2C-buss Dapat di-cascade hingga 8 modul dengan hanya 2 pin I/O (menggunakan antarmuka I2C-bus). Single supply 5 VDC. Supply Current (tanpa sensor infrared ranger): Aktif: 17 ma typ. Reducedd Operation: 13 ma typ. Power Down: 7 ma typ. Power Down + Reduced Operation: 2 ma typ. Pembacaan dapat dilakukan tiap 25 ms (40 Hz rate). Spesifikasi Ultrasonic Ranger: Jangkauan: 2 cm hingga 3 m Objek 0 2 cm diukur berjarak 2 cm. 30

12 DT Sense Ultrasonic and Infrared Ranger (USIRR) memiliki 4 buah pin. Pin 1 berfungsi sebagai titik referensi Ground, pin 2 sebagai input tegangan 5 Volt, pin 3 (SIG) sebagai pin pulsa dan pin 4 (Busy/ready) sebagai pin output. Untuk memicu dan membaca data pengukuran diperlukan 1 buah pin mikrokontroler yang terhubung ke pin 3 (SIG) pada USIRR. Pin pin sensor ultrasonik 1 dihubungkan ke Port B Mikrokontroler yaitu pin 3 (Port B.2) dan pin 4 (Port B.4), sedangkan ultrasonik 2 ke Port C Mikrokontroler. Yang dibaca pada sistem pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik adalah PWM. Rangkaian hubungan sensor ultrasonik dengan mikrokontroler dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 36. DT Sense Ultrasonic and Infrared Ranger (USIRR) Pada penelitian ini digunakan 2 buah sensor ultrasonik sebagai pendeteksi adanya rintangan di depan traktor, sensor ultrasonik 1 dipasang pada bagian atas depan chassis traktor dan sensor ultrasonik 2 dipasang pada bagian bawah dari rangka traktor. c. Rangkaian Buzzer Buzzer dalam rangkaian sistem kendali ini berfungsi sebagai output adanya halangan di depan traktor dari hasil pengukuran sensor ultrasonik yang telah diolah oleh mikrokontroler dimana ketika mendeteksi objek 1500 mm, buzzer akan aktif dan sebaliknya. Rangkaian Buzzer dihubungkan dengan PA.0 pada mikrokontroler. Gambar 37. Rangkaian alarm (Buzzer) 31

13 d. Rangkaian Sensor posisi (Potensiometer) Potensiometer digunakan sebagai pengatur posisi sudut, karena potensiometer ini mempunyai sudut putar 360 0, tetapi dengan desain khusus sudut putarnya bisa melebihi Potensiometer yang digunakan adalah potensiometer linear 10k karena potensiometer jenis ini perubahan tahanannya sangat halus dengan jumlah putaran sebanyak 10 kali. Potensiometer linier memiliki 3 pin yaitu pin VCC, pin GND dan pin Output. Pin VCC dan GND dihubungkan dengan catu daya 5 volt, sedangkan pin Output dihubungkan ke pin ADC (Analog to Digital Converter) pada mikrokontroler untuk dibaca keluaran dari potensiometer dan diubah menjadi data digital. Potensiometer 1 berfungsi untuk membaca putaran motor dalam menggerakkan tuas akselerasi, dimana pin output potensiometer 1 ini dihubungkan ke pin ADC1 (Port F.1). Sedangkan potensiometer 2 berfungsi sebagai sensor posisi putaran sudut roda depan, pin output potensiometer 2 dihubungkan ke pin ADC2 (Port F.2). Gambar 38. Rangkaian hubungan Potensiometer dengan mikrokontroler. e. Rangkaian modul LCD (Liquid Crystal Display) LCD 16 x 2 merupakan modul LCD untuk menampilkan karakter dengan ukuran 16 karakter x 2 baris. Dalam penelitian ini modul LCD digunakan untuk menampilkan data data hasil pengukuran oleh sensor dan mengetahui kinerja dari sensor dalam melakukan pengukuran. Untuk mengaktifkan LCD 16 x 2, modul ini dikonfigurasikan dengan pin-pin pada mikrokontroler. dalam hal ini pin yang digunakan adalah pin pada Port.D (PD.0 PD.7). konfigurasi dari pin-pin tersebut disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Konfigurasi Pin LCD dengan Pin Mikrokontroler Pin Mikrokontroler PD.0 PD.1 PD.2 PD.3 PD.4 PD.5 PD.6 PD.7 Pin LCD RS RW E - D4 D5 D6 D7 Keterangan Data/Instruction code Read/Write Chip enable signal - Data bit 4 Data bit 5 Data bit 6 Data bit 7 Gambar 39. Rangkaian konfigurasi pin LCD dengan Mikrokontroler 32

14 Gambar 40. Modul LCD 16 x 2 Pada Gambar 37 menunjukkan data hasil pengukuran oleh sensor sensor. U1 dan U2 adalah hasil pengukuran jarak dalam satuan mm oleh sensor ultrasonik dan T adalah data pengukuran suhu oleh sensor Suhu LM 35. Data suhu tersebut digunakan dalam kalibrasi pengukuran jarak. Sebelum dilakukan pemasangan rangkaian pada traktor, dilakukan pembuatan prototipe untuk mengetahui kinerja dari seluruh rangkaian. Dalam membangun prototipe kemudi traktor digunakan mobil-mobilan yang telah di bongkar, hanya dimanfaatkan bodi mobil-mobilan, sumber tenaga dan gear boxnya. Mobil-mobilan disini sebagai pengganti traktor. Rangkaian yang telah disambung sesuai konfigurasi pin-pin kemudian dipasang pada mobil-mobilan seperti gambar di bawah ini: Gambar 41. Prototipe Sistem Kendali Kemudi 4.4 Perakitan Rangkaian Pada Traktor Prototipe yang telah dirancang dan dilakukan pengujian kemudian dipasang pada traktor. Tahapan dalam perakitan rangkaian adalah meliputi pemasangan box kontrol sistem kendali, sensor ultrasonik sebagai deteksi halangan, potensiometer sebagai sensor putaran, mekanisme kontrol roda kemudi dan mekanisme kontrol akselerasi. Letak penempatan rangkaian pada traktor dapat di lihat seperti gambar berikut: 33

15 Sensor Ultrasonik Potensiometer dan Motor DC Potensiometer Receiver SPC Wireless Parabolik EMS H Bridge 30A Box kontrol Motor DC dan Timing Mikrokontroler AVR 128L EMS Data Flash Memory LCD 16 x 2 Sensor Suhu LM 35 Buzzer Gambar 42. Skematik Perakitan Rangkaian Pada Traktor Box kontrol merupakan tempat peletakan rangkaian komponen-komponen elektronika meliputi modul ReceiverSPC Wireless Gamepad Interface, Mikrokontroler, Rangkaian LCD 16 x 2, Catu Daya, dan rangkaian penyimpanan data. Box kontrol diletakkan pada chasing dari mesin traktor agar tidak mengganggu sistem kerja traktor. Untuk mengurangi adanya getaran yang dapat menyebabkan terganggunya rangkaian elektronika, pada dasar box kontrol diberikan alas dengan busa. (a) (b) Gambar 43. (a) Pemasangan box kontrol dan (b) rangkaian di dalam box kontrol Sensor ultrasonik berfungsi sebagai pendeteksi adanya halangan di depan traktor dengan sistem pengukuran jarak halangan. Sensor ultrasonik dipasang pada bagian depan traktor yaitu bagian bawah dan bagian atas. Pemasangan sensor ultrasonik bagian bawah dan bagian atas diletakkan sejajar. Sensor ultrasonik bagian bawah berfungsi untuk mendeteksi halangan yang relatif rendah seperti batu besar, sedangkan bagian atas berfungsi sebagai sensor tambahan agar deteksi objek lebih akurat. 34

16 Gambar 44. Pemasangan Sensor Ultrasonik Potensiometer sebagai sensor sudut belok dipasang pada roda depan traktor bagian sebeleh kanan, tepatnya satu poros dengan poros belok roda depan traktor. Seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini. Gambar 45. Letak pemasangan potensiometer sebagai sensor sudut belok Sedangkan untuk mengetahui besar putaran tuas akselerasi juga dipasang potensiometer sebagai sensornya. Pemasangan potensiometer satu poros dengan poros motor kendali tuas akselerasi. Gambar 46. Potensiometer sebagai sensor putaran tuas akselerasi 35

17 Dalam pengendalian roda kemudi traktor digunakan mekanisme hubungan sabuk dan puli bergerigi sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Annas (2012). Puli besar dihubungkan dengan poros roda kemudi dan puli kecil terhubung dengan poros motor DC. Pemasangan mekanisme tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 47. Pemasangan mekanisme kontrol roda kemudi 4.5 Hasil Rancangan Sistem Kendali Kemudi dengan SPC Wireless Gamepad Interface Gambar 48. Hasil perancangan sistem kendali nirkabel pada pengemudian traktor mini Prinsip kerja dari sistem kendali kemudi dengan SPC Wireless Gamepad Interface adalah pada modul transmitter dikirim logika high atau low melalui media wireless pada pita frekuensi 433 MHz lalu logika tersebut akan diterima oleh modul receiver dan mengubah dalam set output PWM (Pulse Width Modulation). Pengiriman logika dapat diatur menggunakan mode operasi yang ada pada Gamepad, dimana dalam hal ini digunakan mode digital yaitu arah atas-bawah untuk kendali akselerasi dan arah kanan-kiri untuk kendali belok. PWM dari modul receiver digunakan untuk memutar motor melalui driver motor (EMS 30 A H-Bridge ). Motor tersebut akan memutar roda 36

18 kemudi sebagai kendali belok traktor melalui transmisi timing belt dan juga tuas akselerasi sebagai kendali kecepatan putar mesin melalui mekanisme batang hubung. Penekanan tombol arah akan menghasilkan sinyal PWM100%. Pada traktor dilengkapi sensor-sensor yaitu sensor ultrasonik yang dipasang di depan sebagai pendeteksi objek rintangan terhadap maju traktor, apabila objek mendeteksi halangan atau jarak bahaya maka akan membunyikan alarm (buzzer). Sensor lain yang digunakan adalah potensiometer sebagai sensor posisi putaran. Sistem kerja dari sensor sensor dikendalikan oleh mikrokontroler ATmega 128L, mulai dari inisialisasi program, pembacaan, pengolahan dan penyimpanan data. Data hasil pengukuran akan disimpan dalam EMS DataFlash Memory dan ditampilkan pada layar LCD. Kemudian data tersebut dapat ditransfer ke computer setelah proses pengambilan data telah selesai. 4.6 Analisis Sistem Transmitter - Receiver Modul transmitter merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk mengirimkan perintah perintah ke modul receiver, perintah tersebut dalam bentuk logika high maupun low yang dikirim melalui wireless dengan frekuensi kerja 433 Mhz. Untuk mengirimkan perintah, modul transmitter dihubungkan dengan Gamepad (Joystick) yang dapat diset mode operasinya. Mode operasi menentukan pengendali yang digunakan pada gamepad (tombol arah digital sebelah kiri, joystick analog kiri atau joystick analog kanan) yang terhubung ke output PWM (PWM A atau PWM B), serta menentukan mode kerja dari masing masing set output PWM (Steering atau Axis Control).Dalam penelitian ini mode operasi yang digunakan adalah mode digital, dimana tombol arah digital yang digunakan untuk mengontrol sebuah sistem. Tombol arah atas dan bawah berfungsi untuk mengatur besar kecilnya akselerasi yang dihasilkan, pengaturan ini diatur melalui putaran motor DC. Apabila tombol arah atas ditekan secara terus menerus maka kecepatan putar mesin akan semakin meningkat dan apabila tombol arah bawah ditekan maka kecepatan putar mesin akan menurun. Seperti yang disajikan pada Gambar 52. Akselerasi naik Akselerasi turun Gambar 49. Penekanan tombol untuk kendali tuas akselerasi Sedangkan tombol arah kanan dan kiri berfungsi untuk mengatur belok traktor baik belok kanan maupun belok kiri.putaran motor diatur oleh sebuah driver motor EMS H Bridge dari output PWM yang dihasilkan pada Modul Receiver. Setiap penekanan tombol akan menghasilkan PWM 100%. Cara penekanan tombol pada gamepad untuk kendali belok dapat dilihat pada Gambar

19 Belok kanan Belok kiri Gambar 50. Penekanan tombol untuk kendali belok Modul Transmitter dan Receiver terhubung melalui wireless, jarak jangkauan dengan media wireless terbatas sesuai denganbandwidthantenanya.bandwidth merupakan range frekuensi kerja antena dimana antena masih dapat bekerja secara efektif. Berdasarkan datasheet yang ada pada modul SPC Wireless Gamepad Interface, jarak jangkauan maksimum antara transmitter dan receiver adalah 100 meter dengan tanpa halangan. Jarak jangkauan dipengaruhi oleh besar kecilnyapenerimaaan sinyal oleh Receiver. Pada jarak dekat penerimaan sinyal oleh Receiver akan kuat tetapi semakin jauh dari Transmitter, penerimaan sinyal akan semakin melemah bahkan bahkan akan hilang jika sudah terlalu jauh dari jangkauan transmitter. transmitter. Untuk meningkatkan jarak jangkauan dari penerimaan sinyal wireless, salah satunyadilakukan dengan menggunakan tambahan parabolikdiantenareceiver. 4.7 Analisis Penguatan Sinyal dengan Silinder Parabolik Pada penelitian ini silinder silinder parabolik digunakan sebagai reflektor untuk meningkatkan penangkapan sinyal dari transmitteryang akan diarahkan ke titik fokus antena pada receiver.setiap parabolik memiliki titik fokus yang berbeda-beda berdasarkandiameter reflektor dan kedalaman reflektor.berdasarkan persamaan polar untuk parabola dapat dihitung besar diameter silinder parabolik yang akan dirancang agar terjadi penangkapan sinyal yang efektif. efektif. Persamaan polar yang dapat digunakan dalam perancangan silinder parabolik adalah = 1 cos dimana d=2 p (p=direktriks) dan e = 1 (untuk parabola) (p=2) (p=3) (p=4) Gambar 51. Penampang silinder parabolik dengan beberapa diameter 38

20 Gambar 54 diatas menunjukkan beberapa alternatif rancangan silinder parabolik dengan berbagai perubahan diameter. Besarnya diameter parabolik akan berpengaruh terhadap letak titik fokus. Semakin besar diameter dari suatu parabolik maka akan semakin besar pula letak titik fokus tersebut. Dalam perancangan silinder parabolik sebagai reflektor penangkapan sinyal digunakan parabolik dengan diameter 10 cm, kedalaman 3 cm dan titik fokus terletak pada jarak 2.08 cm (seperti Gambar 54 kiri). Gambar 52. Silinder parabolik yang di pasang pada antena receiver Pada silinder parabolik yang telah dirancang menggunakan bahan kertas aluminium, karena aluminium mempunyai reflektansi yang baik jika dibandingkan dengan reflektansi bahan yang lain. Dengan adanya reflektansi yang baik diharapkan akan meningkatkan penangkapan sinyal ke titik fokus pada antena Receiver.Pengujian jarak jangkauan antara transmitter dengan receiver dilakukan pada ruang terbuka tanpa adanya halangan antara transmitter dan receiver. Untuk jarak jangkauan dimulai dari jarak 10 meter, kemudian dilakukan penambahan perpindahan setiap 10 meter dan di amati respon antara transmitter dan receiver.hasil pengujian jarak tersebut disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Hasil pengukuran jarak jangkauan transmitter dan receiver Jarak Responpada Receiver (meter) Tanpa Parabolik Dengan Parabolik 10 Ada Ada 20 Ada Ada 30 Ada Ada 40 Ada Ada 50 Ada Ada 60 Ada Ada 70 Ada Ada 80 Ada Ada 90 Tidak ada Ada 100 Tidak ada Ada 110 Tidak ada Ada 120 Tidak ada Ada 130 Tidak ada Tidak ada 39

21 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pemasangan parabolik pada receiver, pada jarak 80 meter masih ada respon pengiriman data antara transmitter dan receiver, tetapi pada jarak 90 meter antara transmitter dan receiver sudah tidak terjadi koneksi lagi. Dari hasil pengukuran dilapangan jarak jangkauan maksimum antara transmitter dan reciever tanpa adanya parabolik adalah 87 meter. Setelah dilakukan pemasangan parabolik pada antena receiver terjadi penambahan jarak jangkauan antara transmitter dan receiver menjadi 125 meter. Disini terlihat adanya pengaruh dari pemasangan parabolik pada antena receiver, yaitu terjadi penambahan jarak jangkauan yangn meningkat sekitar 1.5 kali dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena penangkapan sinyal antena receiver menjadi lebih besar. Penguatan antena parabolik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah diameter reflektor antena, semakin besar diameter reflektor maka penangkapan sinyal oleh permukaan reflektor akan semakin besar pula. Bahan reflektor yang digunakan juga akan mempengaruhi, untuk memperbesar penangkapan sinyal harus dipilih bahan yang memiliki nilai reflektansi yang baik agar sinyal yang terperangkap semuanya direfleksikan ke titik fokus antena, dan frekuensi atau panjang gelombang sinyal yang dikirim maupun diterima. 4.8 Analisis Sensor Ultrasonik Sensor yang digunakan adalah sensor DT Sense Ultrasonic and Infrared Ranger (USIRR). USIRR merupakan modul pengukur jarak non-kontak yang bekerja dengan cara memancarkan pulsa ultrasonik dan menghasilkan pulsa yang menyatakan jarak yang ditempuh oleh sinyal tersebut sebelum menyentuh sebuah objek dan memantulkannya kembali. Sinyal tersebut dikirim setiap 20 mikrosecond pada frekuensi 40 KHz, sehingga siklus pengukuran dapat dilakukan secara cepat. Jangkauan dari sensor ini adalah 2 cm sampai dengan 300 cm, dengan catatan objek yang berada pada jarak 0 2 cm diukur berjarak 2 cm. Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan kecepatan suara di udara, padahal kecepatan udara dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan udara. Pada temperatur tinggi kecepatan suara di udara akan semakin kecil karena udara mengalami perenggangan, sedangkan pada suhu rendah kecepatan suara di udara akan cepat karena udara mengalami pemampatan. Jadi agar pengukuran jarak yang dihasilkan lebih akurat, perlu adanya kalibrasi sensor dahulu sebelum digunakan. Kalibrasi dilakukan pada saat pembuatan prototipe yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal dari sensor yang digunakan. Hasil pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik pada saat pembuatan prototipe disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.Kalibrasi pengukuran jarak dengan DT Sense Ultrasonik and Infrared Ranger Jarak sebenarnya Jarak terukur (mm) (mm)

22 Jarak sebenarnya (mm) Jarak terukur (mm) Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil pengukuran jarak terjadi perbedaan antara jarak sebenarnya dan jarak terukur, jarak sebenarnya merupakan jarak yang diukur menggunakan penggaris dan jarak terukur merupakan jarak yang diukur menggunakan sensor ultrasonik. Perbedaan hasil pengukuran jarak tersebut kemudian dibuat grafik regresi linier untuk mengetahui persamaan regresi linier. Persamaan garis tersebut digunakan sebagai dasar dalam penulisan bahasa pemrograman untuk validasi data pengukuran jarak. Grafik regresi linier dan persamaan kalibrasi ditunjukkan pada Gambar 56 (a). Jarak terukur (mm) y = 1.814x R² = Jarak terukur (mm) y = 1.007x R² = Jarak sebenarnya (mm) Jarak sebenarnya (mm) (a) (b) Gambar 53. Hasil (a) kalibrasi dan (b) validasi pengukuran jarak dengan DT Sense Ultrasonic and Infrared Ranger Berdasarkan hasil validasi pengukuran jarak dapat diketahui bahwa sensor ultrasonik telah mampu melakukan pengukuran jarak dengan hasil pengukuran mendekati atau sama dengan jarak sebenarnya. Hal ini ditunjukkan dari grafik pada Gambar 56 (b), dimana nilai R 2 yang lebih tinggi dari R 2 sebelumnya yaitu Semakin besar nilai R 2 (mendekati 1) maka variabel x dan y memiliki korelasi linier yang tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keakuratan hasil pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik, dilakukan pengujian pengukuran pada beberapa kondisi yaitu ada getaran dari luar, dan pada 27 o C, 30 o C, 33 o C. Berikut grafik pengukuran jarak sensor ultrasonik pada berbagai kondisi: 41

23 Jarak Terukur (mm) y = 0.988x R² = Jarak (ada getaran) Linear (Jarak (ada getaran)) Jarak Sebenarnya (mm) Gambar 54. Grafik kalibrasi pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik pada pengaruh getaran 3500 Jarak terukur (mm) y = 0.994x R² = 1 jarak (pada suhu 27 oc) Linear (jarak (pada suhu 27 oc)) Jarak sebenarnya (mm) Gambar 55. Grafik kalibrasi pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik pada suhu 27 o C 42

24 Jarak terukur (mm) y = 0.995x R² = Jarak (pada suhu 30 oc) Linear (Jarak (pada suhu 30 oc)) Jarak sebenarnya (mm) Gambar 56. Grafik kalibrasi pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik pada suhu 30 o C 3500 Jarak terukur (mm) y = 0.991x R² = Jarak (pada suhu 33 oc) Linear (Jarak (pada suhu 33 oc)) Jarak sebenarnya (mm) Gambar 57. Grafik kalibrasi pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik pada suhu 33 o C Dari Gambar di atas dapat diketahui bahwa besarnya perubahan suhu mempengaruhi hasil pengukuran jarak dengan sensor ultrasonik, meskipun dari grafik di atas pengaruh suhu sangat kecil. Pada pengukuran jarak ultrasonik di lapangan, pengaruh hasil pembacaan sensor yang besar adalah getaran, karena dengan adanya getaran kondisi pengiriman sinyal dan penerimaan sinyal menjadi tidak stabil, artinya ketika sinyal dikirim oleh transmitter kemudian mengenai objek dan dipantulkan kembali, sinyal tersebut tidak tepat mengenai receiver sensor (pemantulan tidak sempurna). Untuk mengurangi kesalahan hasil, pada sensor ultrasonik di gunakan alas dengan bahan spons agar terjadi peredaman getaran oleh spons. Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada tabel (Lampiran 4), nilai error hasil pengukuran jarak pada beberapa kondisi memiliki nilai yang bervariasi antara -2 % sampai dengan 16.8 %, sedangkan nilai error yang masih diperbolehkan adalah ± 5%. Pada pengukuran di bawah 80 43

25 cm memiliki error di atas 5%, dimana nilai error terbesar 16.8 % terjadi pada kondisi pengukuran adanya getaran. Ini menunjukkan getaran sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Untuk memperkecil error hasil pengukuran jarak di bawah 80 cm perlu adanya sensor tambahan yaitu GP2D12, yaitu sensor pengukur jarak dengan infra red. Karena sensor ultrasonik yang digunakan kompatibel dengan sensor GP2D12. Sensor ultrasonik di dalam penelitian ini digunakan sebagai sensor pendeteksi adanya rintangan yang ada di depan traktor berdasarkan hasil pengukuran jarak. Pemilihan sensor ultrasonik sebagai deteksi rintangan karena tergolong murah dan mudah dalam penggunaannya jika dibandingkan dengan menggunakan sensor yang berbasis visual. Sensor ultrasonik ini dipasang pada bagian traktor, jika sensor mendeteksi adanya halangan 1500 mm (1.5 m), maka akan memberikan logika high yang dikirim ke mikrokontroler dan mikrokontroler mengaktifkan buzzer dan menghasilkan bunyi. Prinsip kerja dari buzzer adalah apabila sensor ultrasonik mendeteksi jarak 1500 mm, PA.0 pada mikrokontroler akan menghasilkan logika 1 (5 volt) dan akan menyebabkan transistor dalam keadaan aktif, dimana kolektor pada transistor akan terhubung ke emittor. Karena emittor terhubung ke ground akan menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, sehingga adanya keadaan ini akan mengaktifkan buzzer. Dan sebaliknya apabila sensor ultrasonik mendeteksi jarak 1500 mm, PA.0 akan menghasilkan logika 0 yang akan memberikan sinyal off pada transistor dan buzzer tidak aktif karena tidak ada beda potensial pada buzzer. Pada penelitian ini output dari deteksi rintangan hanya membunyikan alarm (buzzer) belum ada umpan balik terhadap sistem kendali. Apabila rintangan berada pada jarak 150cm dari traktor, maka buzzer akan berbunyi terus-menerus dan akan mati ketika rintangan telah melebihi jarak 150 cm. Penggunaan sensor ultrasonik sebagai pendeteksi rintangan memiliki beberapa kelemahan seperti jarak jangkau terbatas antara cm, keakuratan pengukuran di pengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan objek. Apabila permukaan objek tersebut rata (halus), maka gelombang ultrasonik yang dipancarkan akan di pantulkan kembali secara sempurna dan hasil pengukuran akurat. Tetapi jika permukaan objek tidak rata, maka gelombang ultrasonik yang dipancarkan belum tentu akan diterima kembali hasil pantulannya karena pada permukaan yang tidak rata akan terjadi pemantulan yang acak. 4.9 Analisis Sensor Posisi (Potensiometer) Sensor posisi digunakan untuk mengetahui posisi roda depan traktor dan mengetahui besar putaran motor pada tuas akselerasi. Sensor posisi yang digunakan adalah potensiometer linier yang mampu berputar sampai dengan sepuluh putaran dengan perubahan tahanan yang dihasilkan sangat halus. Keluaran dari potensiometer ini dalam bentuk analog, sehingga harus dihubungkan ke ADC(Analog to Digital converter) agar dapat dibaca oleh mikrokontroler. Adapun hasil pengujian potensiometer sebagai sensor posisi di sajikan pada Gambar 61. ADC YKanan = x R² = YKiri = 0.282x R² = Belok Kiri Belok Kanan Sudut Belok ( ) Gambar 58. Grafik hubungan sudut belok dengan keluaran ADC (Analog to Digital Converter) 44

26 Dari grafik di atas menunjukkan perbandingan antara besar sudut belok terhadap keluaran ADC yang dihasilkan, ketika roda depan dalam keadaan lurus nilai ADC yang dihasilkan adalah 886, nilai ini akan semakin naik ketika roda depan diputar ke kiri dan akan semakin menurun ketika roda depan diputar ke kanan. Perubahan ADC di amati setiap perubahan 10 o, simpangan roda ke kanan maupun ke kiri maksimum adalah 45 o dari posisi lurus roda depan. Nilai linieritas pada saat roda depan diputar ke kanan lebih besar daripada pada saat diputar ke kiri, hal ini disebabkan oleh jarak roda kanan ke poros tengah traktor tidak sama, kondisi roda agak geser ke kanan. Selain itu juga di pengaruhi oleh kondisi roda kemudi yang sudah tidak sesuai dengan kondisi aslinya karena traktor telah melebihi umur teknis, ketika memutar roda depan ke kanan lebih berat daripada memutar roda depan ke kiri. Pada pengujian selanjutnya potensiometer digunakan untuk mengetahui besaran nilai keluaran ADC terhadap kecepatan putar motor yang dihasilkan dari mekanisme putaran tuas akselerasi. Untuk menggerakkan tuas akselerasi tersebut digunakan motor DC yang dipasang potensiometer pada porosnya. Tabel 6. Hasil Pengujian Keluaran ADC dan kecepatan putar motor Persentase Akselerasi (%) Keluaran ADC Kecepatan Putar Motor (RPM) Pada tabel di atas menunjukkan keluaran ADC pada beberapa kondisi akselerasi, nilai ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD. Antara persentase akselerasi dengan ADC memiliki hubungan linier, semakin besar persentase akselerasi, semakin kecil nilai ADC yang dihasilkan, nilai ADC yang semakin kecil ini disebabkan karena dalam pemasangan potensiometer dalam keadaan terbalik. Beberapa kondisi persentase akselerasi akan menghasilkan peningkatan kecepatan putar pada motor, pada kondisi akselerasi minimum besar kecepatan putar motor adalah 1490 dan pada kondisi maksimum dihasilkan kecepatan putar motor sebesar Pengukuran besar kecepatan putar dilakukan secara manual pada saat traktor sedang diam tetapi mesin dalam keadaan menyala, karena panel penunjuk besar kecepatan putar sudah tidak ada sehingga tidak dapat dilakukan pembacaan secara otomatis. Penggunaan potensiometer sebagai sensor posisi memiliki kelemahan diantaranya adalah diperlukan proteksi apabila jangkauan ukur melebihi rating dari potensiometer tersebut, rentan rusak apabila terjadi gesekan yang berlebihan akibat putaran yang akan menyebabkan error dalam pembacaan, dan resolusi potensiometer tergolong sangat terbatas yaitu sekitar %. 45

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

Wireless Gamepad Interface

Wireless Gamepad Interface Smart Peripheral Controller Wireless Gamepad Interface Trademarks & Copyright PlayStation and DUALSHOCK are registered trademarks of Sony Computer Entertainment Inc. AT, IBM, and PC are trademarks of International

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

Gamepad Interface. Smart Peripheral Controller

Gamepad Interface. Smart Peripheral Controller Smart Peripheral Controller Gamepad Interface Trademarks & Copyright PlayStation and DUALSHOCK are registered trademarks of Sony Computer Entertainment Inc. Daftar Isi 1 Pendahuluan... 3 1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAKSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... xv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memuat hasil pengamatan dan analisis untuk mengetahui kinerja dari rangkaian. Dari rangkaian tersebut kemudian dilakukan analisis - analisis untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR)

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR) DT-SENSE UltraSonic Ranger (USR) Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. MCS-51 is a registered

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan alat simulasi Sistem pengendali lampu jarak

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Alfa Anindita. [1], Sudjadi [2], Darjat [2] Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK. Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK. Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi 68 BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1. Gambaran Umum Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi perangkat elektronik. Perancangan rangkaian elektronika terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam perancangan alat pendeteksi pelanggaran garis putih pada Traffict Light ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahanpermasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOCK DIAGRAM Dalam bab ini akan dibahas perancangan perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem kendali kecepatan robot troli menggunakan fuzzy logic. Serta latar belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : Studi literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa referensi yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan dan pemodelan serta realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk alat pengukur kecepatan dengan sensor infra

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT III.1. Analisa Permasalahan Masalah yang dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan. Karena kemampuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pintu gerbang otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini sensor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Dalam bab ini akan dibahas masalah-masalah yang muncul dalam perancangan alat dan aplikasi program, serta pemecahan-pemecahan dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan disajikan dalam mekanisme perancangan alat, baik perangkat keras (hardware) ataupun perangkat lunak (software). Tahapan perancangan dimulai dari perancangan blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Waktu dan Tempat Penelitian III TINJAUAN PUSTAKA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 November 2012 di laboratorium lapangan Siswadi Supardjo, Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Daftar Isi. Lampiran Skema... 7

Daftar Isi. Lampiran Skema... 7 EMS 30 A H-Bridge Daftar Isi 1. Pendahuluan... 3 2. Spesifikasi... 3 3. Tata Letak Komponen... 3 4. Keterangan Antarmuka... 4 5. Contoh Koneksi... 5 6. Tabel Kebenaran... 5 7. Prosedur Testing... 6 7.1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Pengukuran tinggi badan menggunakan ARDUINO adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang dengan cara digital. Alat ini menggunakan sebuah IC yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini dibahas tentang pembuatan dan pengujian komponenkomponen sensor pada konveyor berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Pembahasan meliputi pembuatan sistem mekanik, pembuatan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Alat Pendeteksi Uang Palsu Beserta Nilainya Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT. 1. Alat yang dibuat berupa pengedali motor DC berupa miniatur konveyor.

BAB III PEMBUATAN ALAT. 1. Alat yang dibuat berupa pengedali motor DC berupa miniatur konveyor. BAB III PEMBUATAN ALAT 3.1 Spesifikasi Alat 1. Alat yang dibuat berupa pengedali motor DC berupa miniatur konveyor. 2. karena berupa miniatur maka motor DC yand dipakai hanya menggunakan motor DC dengan

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot yang mampu membantu manusia dalam mendeteksi kebocoran gas. Robot ini berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 TROLI PENGIKUT OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR Albertus Vendy Adhitya, Lanny Agustine*, Antonius Wibowo Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi adalah suatu sistim yang di ciptakan dan dikembangkan untuk membantu atau mempermudah pekerjaan secara langsung atau pun secara tidak langsung baik kantor,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Alat Adapun urutan pengujian alat meliputi : - Pengujian sistem elektronik - Pengujian program dan mekanik 4.1.1 Pengujian Sistem Elektronik Pengujian sistem

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dibuat memiliki fungsi untuk menampilkan kondisi volume air pada tempat penampungan air secara real-time. Sistem ini menggunakan sensor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan robot pengantar makanan berbasis mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

Daftar Isi. Lampiran Skema... 7

Daftar Isi. Lampiran Skema... 7 EMS 5 A H-Bridge Daftar Isi 1. Pendahuluan... 3 2. Spesifikasi... 3 3. Tata Letak Komponen... 3 4. Keterangan Antarmuka... 4 5. Contoh Koneksi... 5 6. Tabel Kebenaran... 5 7. Prosedur Testing... 6 7.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control 4.1 Garis Besar Perancangan Sistem BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Perlu diketahui bahwa system yang penulis buat ini menggunakan komponen elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan argo becak motor berbasis arduino dan GPS ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut

Lebih terperinci