VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan Alternatif yang Berpengaruh dalam Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Analisis identifikasi faktor, aktor, tujuan, dan alternatif yang berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diambil dari penjaringan pendapat dan wawancara pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang mengerti tentang keadaan balai. Wawancara dilaksanakan kepada Kepala Balai, Kepala Seksi Rancang Bangung, Kepala Seksi Pengujian dan Adaptasi, serta beberapa staf Seksi Pengujian dan Adaptasi. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, serta studi literatur diperoleh beberapa faktor, aktor serta tujuan yang berhubungan dengan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Terdapat empat faktor yang berpengaruh dalam model pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian. Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA dan Bengkel, serta petani. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pengamatan di lapangan diperoleh tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan sarana dan prasarana, adanya Perda pengujian alsintan, penempatan sumberdaya yang kompeten, peningkatan anggaran, pengembangan UPJA, pengembangan bengkel, peningkatan pemahaman petani tentang alsintan, dan inventarisasi kebutuhan petani. Alternatif strategi dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, peningkatan motivasi sumberdaya manusia, akreditasi laboratorium pengujian, penambahan ruang workshop, penambahan alat dan mesin, MES untuk para peserta pelatihan, pembangunan pabrik pupuk, pelatihan manajemen UPJA, pelatihan administrasi UPJA, pelatihan ORM (Operation, Maintenance, and Repair), pelatihan 57

2 manajemen bengkel, pelatihan produksi alsintan, pengadaan demplot alsintan, promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten, dan keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan alsintan. Alternatif strategi tersebut memiliki sub alternatif strategi yaitu pelatihan, outsourcing, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, motivasi training, dan pembentukan koperasi Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak terkait, dalam merumuskan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diporoleh empat hal yang menjadi faktor paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian. Keempat hal tersebut merupakan bagian dari misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 1) Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian Sumberdaya pertanian manusia pertanian merupakan salah satu bagian yang penting dalam pengembangan agribisnis di Jawa Barat. Kemampuan sumberdaya manusia yang baik akan membuat hasil pertanian dari sistem agribisnis tersebut semakin baik pula. Adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat terutama dalam bidang ORM (Operation, Repair and Maintenance) alat mesin pertanian. Keberadaan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan dan memberdayakan kemampuan SDM pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan ruang lingkup teknologi mekanisasi pertanian. 2) Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi Keberadaan alat dan mesin pertanian di Jawa Barat merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan hasil produksi dan produktivitas pertanian di Jawa Barat. Namun, alat mesin pertanian yang ada masih sangat terbatas dengan harga yang masih cukup tinggi. Berbagai jenis dan merek alat 58

3 mesin pertanian yang beredar di pasaran produksi dalam maupun luar negeri, tidak seluruhnya sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial ekonomi petani di Jawa Barat. Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga pengujian alat mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi di Jawa Barat. 3) Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat yang telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk memantapkan sistem agribisnis yang efektif dan efisien merupakan salah satu dari misi BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alat mesin pertanian, meningkatkan pengetahuan pembuatan, pemeliharaan, dan perbaikan alat mesin pertanian, juga menyediakan lapangan pekerjaan sehingga kesejahteraan masyarakat pertanian semakin baik. 4) Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian BPT Mekanisasi Pertanian memiliki wewenang dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga bertugas untuk mendesiminasikan teknologi pertanian kepada para petani di Jawa Barat. BPT mekanisasi pertanian memiliki misi untuk mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian yang selektif, tepat guna dan berwawasan lingkungan. Khususnya hasil rekayasa dan rancang bangun serta modifikasi bangsa sendiri melalui peningkatan sumberdaya manusia. Hal ini dalam rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan sumberdaya buatan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dengan semakin berkembangnya teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat maka diharapkan BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang dan sistem agribisnis di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA, bengkel, serta Petani. 59

4 1) Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat BPT Mektan Jabar berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dekat dengan salah satu lumbung padi di Kabupaten Cianjur dan beberapa balai Provinsi Jawa Barat lainnya dan memiliki luas lahan sebesar satu hektar. Balai ini memiliki beberapa bangunan yang terdiri dari ruang workshop, ruang Pengujian Economic Enginering Hortikultura, Pengujian Economic Enginering Padi, ruang seksi adaptasi dan pengujian alsintan, ruang kepala balai dan TU, perpustakaan, dan rumah dinas. Selain itu BPT Mektan Jabar juga memiliki kandang sapi, lapangan voli, dan lapangan tenis di dalam kompleks balai sebagai tempat olahraga untuk pegawai yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Lahan uji yang dimiliki oleh balai memiliki luas dua hektar. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki dua instalasi yaitu di daerah Rengasdengklok dan Plumbon. Sumberdaya manusia yang dimiliki BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebanyak tiga puluh enam orang yang terdiri dari dua puluh tiga orang pegawai negeri sipil dan tiga belas orang pegawai honorer dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA sampai magister. Jumlah tenaga kerja beserta pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 10. 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat BPT Mektan Jabar memiliki wewenang terhadap pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat dan bertanggung jawab terhadap Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat maka visi dan misi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan pendukung agar tercapainya visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki wewenang dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan juga memiliki wewenang dalam penentuan anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 60

5 3) Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Bengkel Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel adalah lembaga yang berhubungan langsung dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Bengkel dan UPJA bekerjasama dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat untuk pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian adalah suatu lembaga ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani atau Gapoktan. Sedangkan bengkel alat dan mesin pertanian adalah bengkel yang telah ditunjuk oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan telah diberikan pelatihan produksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. SPL PMI Gapoktan UP3HP Gambar 9. Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat 61

6 UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat dan mesin pertanian dan bengkel sebagai tempat pembuatan alat mesin pertanian yang dihasilkan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat keduanya merupakan tempat pemasaran dari produk alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai. Terdapat pula UPJA yang memiliki unit produksi bengkel sebagai produsen alat dan mesin pertanian. Saat ini Provinsi Jawa Barat memiliki 209 UPJA yang terdiri dari 171 UPJA SPL, 16 UPJA PMI, 8 UPJA Gapoktan, serta 14 UPJA UP3HP yang tersebar di seluruh kabupaten dan kotamadya di Jawa Barat. Peta penyebaran UPJA di Kabupaten dan Kotamadya Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 9. 4) Petani Konsumen utama pengguna alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah petani di Jawa Barat. Oleh karena itu alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus sesuai dengan kebutuhan petani sehingga alat mesin pertanian yang dihasilkan tepat sasaran Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 1) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organiasasi, sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya kualitas sumberdaya manusia yang kurang baik akan menghasilkan produk yang kurang baik pula. Oleh karena itu, peningkatan sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang memiliki luas lahan tiga hektar dengan rincian satu hektar lahan kantor dan dua hektar lahan uji coba memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Namun untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi balai seperti untuk menjadi lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih memerlukan 62

7 laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat juga masih memerlukan beberapa alat dan mesin untuk pembuatan alsintan seperti mesin CNC (Computer Numerically Controlled) yang dapat membuat berbagai bentuk sparepart dengan volume yang kecil. Selain itu dibutuhkan pula MES pelatihan untuk para petani, pegawai UPJA maupun bengkel ketika melaksanakan pelatihan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pembuatan pabrik pupuk organik sebagai demplot penggunaan APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 3) Perda Pengujian Alsintan Peraturan Daerah merupakan suatu dasar hukum yang berlaku di suatu daerah. Pada saat ini pengujian alat dan mesin pertanian (Alsintan) di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007. Belum adanya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang ketentuan pengujian alsintan di Jawa Barat mengakibatkan pengujian alsintan di Jawa Barat tidak banyak dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Selama ini pengujian Alsintan banyak dilaksanakan di badan pengujian lainnya seperti Balai Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian. Diharapkan dengan adanya peraturan tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa Barat di laksanakan di balai sehingga keadaan alsintan di Jawa Barat dapat lebih diketahui oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 4) Penempatan Sumberdaya yang Kompeten Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki empat orang sarjana S2 dan sepuluh orang sarjana S1 di bidang teknologi. Sumberdaya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian masih sangat dibutuhkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan terhadap teknologi pertanian di Jawa Barat ini. Diharapkan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dapat menambah pegawai yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian untuk ditempatkan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 63

8 5) Peningkatan Anggaran Anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989) diacu dalam Ray (2009) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara para manajer dan bawahannya. Lebih jelas lagi Munandar (1993) diacu dalam Ray (2009), mengungkapkan pengertian anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu : a) Rencana, merupakan suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. b) Meliputi, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. c) Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit rupiah. d) Jangka waktu tertentu yang akan dating, yaitu menunjukkkan bahwa anggaran berlaku untuk masa yang akan datang. Ini berarti Apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. BPT Mekanisasi Pertanian sebagai suatu lembaga yang melaksanakan kegiatan operasional dan berbagai macam kegiatan dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat membutuhkan anggaran dalam pelaksanaannya. Anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan mempermudah balai dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakannya. Saat ini anggaran yang ada masih dirasakan kurang 64

9 sehingga masih banyak mesin yang dibutuhkan tidak dimiliki BPT Mektan juga program yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPT Mektan Jabar. 6) Pengembangan UPJA Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai lembaga pelayanan alat mesin pertanian dengan konsep pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan merupakan subsistem pendukung dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan sebagai tempat peminjaman alat mesin pertanian bagi para petani yang tidak memiliki alsintan pribadi merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat. 7) Pengembangan Bengkel Bengkel alat mesin pertanian merupakan tempat diproduksinya alat dan mesin pertanian yang telah dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hanya bengkel yang telah ditunjuk oleh balai yang dapat memproduksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh balai. Sebelum bengkel tersebut memproduksi alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat terlebih dahulu bengkel tersebut dilatih oleh balai agar dapat memproduksi alsintan rancangan balai dengan baik. 8) Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan Pemahaman petani tentang pertanian sebagai suatu sistem agribisnis yang saling berhubungan satu sama lain antar subsistemnya masih sangat kurang. Begitu pula tentang pentingnya alat dan mesin pertanian sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya. Para petani juga memiliki informasi yang terbatas tentang teknologi pertanian yang ada dan cara penggunaannya. Selain itu para petani di daerah masih kurang mengetahui tentang adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang dapat memberikan pelayanan informasi teknologi mekanisasi pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alsintan pertanian, serta bantuan teknis rekayasa, rancang bangun, dan pengujian alat dan mesin pertanian. Hal ini terlihat dari petani pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian yang masih sedikit. 65

10 9) Inventarisasi Kebutuhan Petani. Petani merupakan aktor yang menjadi tujuan utama dari adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani Jawa Barat di lapangan. Oleh karena itu agar alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sesuai dengan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh petani pada saat itu diperlukan suatu inventarisasi kebutuhan petani sebelum dilakukannya perancangan alat dan mesin pertanian Alternatif dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Alternatif dari aktor sumberdaya balai, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan dan bengkel, serta petani adalah : 1) Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 2) Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 3) Akreditasi laboratorium pengujian 4) Penambahan alat dan mesin 5) MES untuk para peserta pelatihan 6) Pembangunan pabrik pupuk 7) Pelatihan manajemen UPJA 8) Pelatihan administrasi UPJA 9) Pelatihan ORM UPJA 10) Pelatihan manajemen bengkel 11) Pelatihan produksi alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 12) Pembuatan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian 13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 14) Penyuluhan alsintan dan ORM 15) Survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten 16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan 66

11 Sub Alternatif Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Sub alternatif dari aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai adalah: a) Pelatihan b) Outsourcing c) Pendidikan di Perguruan Tinggi d) Studi banding e) Motivasi training f) Pembentukan koperasi Struktur hirarki untuk pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian dapat dilihat pada Gambar 9. 67

12 Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Meningkatkan Kemampuan SDM Pertanian Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian Sumber Daya Balai DISPERTAN UPJA dan Bengkel Petani Peningkatan Kualitas SDM Balai Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Perda Pengujian Alsintan Penempatan SDM yang kompeten Peningkatan Anggaran Pengem bangan UPJA Pengem bangan Bengkel Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan Inventarisasi Kebutuhan Petani a d b e c f 6 Gambar 10. Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 68

13 6.2. Pengolahan Horizontal Pengolahan data secara horizontal memperlihatkan tingkat pengaruh antara satu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasanya. Pengolahan horizontal ini dibagi menjadi lima bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, dan tingkat enam. Analisis tingkat dua merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktoraktor yang terlibat, analisis tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin dicapai, analisis tingkat lima adalah analisis alternatif tindakan yang akan dipilih, dan tingkat enam adalah sub alternatif tindakan yang dapat dipilih Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan pada tingkat dua dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Berdasarkan pengolahan dengan PHA dengan menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekaniasi pertanian di Jawa Barat merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan prioritas sebesar (Tabel 11). Faktor-faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah meningkatkan sumberdaya manusia pertanian dengan bobot 0.304, lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan bobot dan menumbuhkembangkan lembaga pemberdayaan dengan bobot Tabel 11. Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Faktor Bobot Prioritas Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian (SDM) Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi (PAT) Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan (ELP) Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian (MTMP)

14 Mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian menjadi prioritas utama karena berdasarkan hasil studi pustaka hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Apabila alat dan mesin pertanian di Jawa Barat semakin berkembang dan pemahaman para petani akan pentingnya teknologi pertanian dalam usaha pertaniannya semakin baik, maka kebutuhan petani akan adanya BPT Mekanisasi Pertanian semakin tinggi. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian merupakan faktor yang menjadi prioritas kedua dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hal ini karena sumberdaya manusia merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengembangan suatu organisasi. Apabila sumberdaya manusia dalam suatu organisasi memiliki kemampuan yang baik dalam hal manajemen maupun kemampuan teknik sesuai dengan organisasi tersebut maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik. Begitu pula apabila kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat semakin baik maka kemampuan sumberdaya manusia pertanian dalam hal teknologi pertanian pun akan semakin baik. Hal tersebut akan mengakibatkan kebutuhan akan teknologi pertanian menjadi semakin tinggi dan kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab dalam hal teknologi pertanian di Jawa Barat menjadi semakin tinggi. Lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi menjadi faktor yang menjadi prioritas ketiga dari lima faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian yang menjadi salah satu laboratorium pengujian alsintan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 telah menjadi lembaga penguji alsintan di Jawa Barat. Namun laboratorium yang dimiliki oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih belum mendapatkan akreditasi dikarenakan masih adanya persyaratan akreditasi yang belum dapat dipenuhi oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Apabila balai telah memiliki akreditasi maka pengujian Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih dikembangkan dengan pelayanan dan kemampuan pengujian yang lebih baik. Alsintan yang diuji tidak hanya alsintan di wilayah Jawa Barat dan petani akan semakin mengetahui fungsi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 70

15 Faktor mengembangkan embrio lembaga pemberdayaan seperti UPJA dan bengkel juga menjadi salah satu faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang menjadi salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat dalam penyebaran alsintan ke petani. UPJA merupakan salah satu lembaga pemasaran alat yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan yang semakin berkembang akan membuat BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang pula Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Berdasarkan pengolahan data tingkat tiga diperoleh bobot dari setiap elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya pertanian adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar (Tabel 12). Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor yang memiliki tugas pokok dalam pengembangan, pelayanan dan pendidikan atau pelatihan teknologi pertanian di Jawa Barat. Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian juga memiliki fungsi dalam fasilitasi penggunaan alat dan mesin pertanian diuptd lingkup dinas dan para petani pengguna. Aktor kedua yang berpengaruh adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan dalam kebijakan pengembilan kabijakan tentang teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai ujung tombak pengembangan pertanian di Jawa Barat. Aktor ketiga yang berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian Jawa Barat adalah petani dengan bobot sebesar Petani merupakan pihak utama yang menjadi tujuan dalam peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian. Kemampuan petani tentang teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang berpengaruh adalah UPJA dan bengkel yang memiliki bobot Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan lembaga pemasaran alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat, adanya UPJA dan bengkel alat pertanian 71

16 yang bias diakses oleh para petani maka kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik. Tabel 12. Prioritas Elemen Aktor yang Berperan dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Aktor Elemen Sumberdaya Dispertan UPJA dan Faktor Petani Balai Jabar Bengkel SDM (1) (2) (4) (3) PAT (1) (2) (3) (4) ELP (2) (4) (1) (3) MTMP (1) (3) (2) (4) Ket: ( ) : Prioritas SDM : Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian PAT : Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi ELP : Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan MTMP : Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian menjadi prioritas utama dalam faktor lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan bobot sebesar Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan bahwa sumberdaya balai yang berhubungan secara langsung dengan pengujian alat dan laboratorium yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Untuk menjadi balai pengujian yang terakreditasi maka sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor utama yang paling penting dalam pencapaian BPT Mekanisasi Pertanian menjadi balai yang terakreditasi dan terstandardisasi, dengan perbaikan dan pengembangan sumberdaya balai maka BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menjadi lembaga yang terakreditasi dan terstandardisasi. Aktor yang memiliki prioritas kedua adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pengambil kebijakan dalam bidang pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai lembaga yang berwenang dalam pengalokasian anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 72

17 memiliki hubungan langsung dengan balai dan sangat berpengaruh dalam pengakreditasian BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. UPJA dan bengkel berada pada prioritas ketiga dengan bobot UPJA dan bengkel sebagai lembaga yang dapat memproduksi Alsintan rancangan BPT mekanisasi pertanian memerlukan uji laboratorium yang baik, sehingga UPJA dan bengkel menjadi aktor yang akan diuntungkan jika BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki akreditasi dari badan akreditasi nasional. Begitu pula dengan petani yang memiliki bobot 0.076, meskipun tidak memiliki bobot yang besar namun petani sebagai pengguna dari alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki jaminan yang lebih baik jika alat mesin pertanian yang digunakannya telah di uji oleh lembaga yang telah terakreditasi. Bengkel dan UPJA menjadi aktor dengan prioritas tertinggi dalam hal pengembangan embrio pemberdayaan masyarakat dengan bobot sebesar UPJA dan bengkel sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat berinteraksi secara langsung dengan petani. Hal tersebut membuat UPJA dan bengkel alat mesin pertanian menjadi aktor utama dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat. UPJA dan bengkel yang telah dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menyebarkan pengetahuan yang didapatkannya kepada para petani lainnya. Kemudian sumberdaya balai sebagai lembaga yang memberikan pelatihan kepada UPJA dan bengkel tentang alat mesin pertanian maupun manajemen dan organisasi memiliki bobot sebesar Aktor yang berada pada urutan ketiga adalah petani yang memiliki bobot sebesar Petani sebagai tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat merupakan pihak yang mendapatkan pengetahuan tentang ORM (operation, repair dan maintenance) alat mesin pertanian yang mereka gunakan dari pihak UPJA maupun bengkel. Selanjutnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki bobot sebesar Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan UPJA maupun bengkel, namun untuk pelaksanaan secara teknis telah diserahkan kepada BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok dalam bidang mekanisasi pertanian di Jawa Barat. 73

18 Sumberdaya balai menjadi penentu dalam pengembangan dan pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat seperti terlihat pada bobot yang diperolehnya yaitu sebesar Sebagai balai yang bergerak dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat sumberdaya balai merupakan motor penggerak dalam pengembangan dan pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian. Selanjutnya UPJA dan bengkel alat dan mesin pertanian berada di urutan kedua dengan bobot merupakan lembaga pemberdayaan dan lembaga produksi alat mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga memiliki akses langsung terhadap para petani yang menjadi pelanggannya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan alat dan mesin pertanian jawa Barat memiliki bobot sebesar Selanjutnya petani sebagai tujuan utama pengembangan dan pendiseminasian teknologi pertanian memiliki bobot sebesar Elemen Tujuan Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan horizontal pada tingkat empat menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen tujuan masing-masing terhadap masing-masing faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai Pada faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan aktor sumberdaya balai, tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar (Tabel 13), karena sumberdaya manusia balai merupakan salah satu sumberdaya manusia pertanian yang ahli dalam bidang teknologi pertanian yang selanjutnya akan menyalurkan pengetahuannya kepada petani yang mengikuti pelatihan dan selanjutnya akan disebarkan kepada para petani lain di daerahnya. Selanjutnya peningkatan sarana dan prasarana balai memiliki bobot sebesar 0.306, peningkatan sarana dan prasarana balai akan meningkatkan kenyamanan para petani yang memerlukan informasi dari balai sehingga peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan menjadi lebih baik. 74

19 Tabel 13. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Sumberdaya Balai Elemen Faktor KSDM Elemen Tujuan PSP SDM (1) (2) PAT (1) (2) ELP (1) (2) MTMP (1) (2) Keterangan : ( ) : Prioritas KSDM : Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Balai PSP : Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Pada elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi petanian di Jawa Barat elemen tujuan balai memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan dengan elemen tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai dengan bobot berturut-turut 0.656, 0.682, dan Hal ini karena peningkatan sumberdaya manusia lebih penting didahulukan dibandingkan dengan peningkatan sarana dan prasarana sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Jika sarana dan prasarana terlebih dahulu ditingkatkan namun kualitas sumberdaya manusia yang ada belum dapat menggunakan sarana dan prasarana tersebut maka akan terjadi ketimpangan sehingga sarana dan prasarana tersebut tidak akan berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, tujuan peraturan daerah (Perda) tentang pengujian alsintan merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar Hal ini karena pada saat ini Perda tentang pengujian alsintan di Jawa Barat oleh BPT Mekanisasi Pertanian masih belum ditetapkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian melaksanakan pengujian alsintan atas dasar Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 yang dikeluarkan 75

20 oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Diharapkan dengan adanya Perda dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa Barat akan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Setelah adanya Perda diharapkan keberadaan BPT Mektan Jabar dalam bidang Alsintan di Jawa Barat menjadi lebih kuat, memiliki kekuatan hukum akan posisinya dalam pemerintahan dan juga dengan Dispertan sebagai lembaga pemerintah yang berada di atasnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan peran BPT Mektan dalam pertanian di Jawa Barat sehingga keadaan alsintan di Jawa barat dapat dipantau dengan baik oleh BPT Mektan. Prioritas kedua adalah peningkatan anggaran dengan bobot sebesar Dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan pencapaian rencana di BPT Mekanisasi Pertanian diperlukan adanya anggaran yang sesuai dengan kebutuhan balai, dengan semakin meningkatnya anggaran maka semakin baik fasilitas balai sehingga pelaksanaan program balai untuk peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian pun akan semakin baik. Prioritas ketiga adalah penempatan sumberdaya yang kompeten dengan bobot sebesar Dengan penempatan sumberdaya yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian maka output yang dihasilkan dari balai pun akan semakin baik sehingga peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik pula. Tabel 14. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Elemen Faktor Elemen Tujuan PPA PSDM PA SDM (1) (3) (2) PAT (1) (2) (3) ELP (3) (1) (2) MTMP (3) (1) (2) Keterangan : ( ) : Prioritas PPA : Peraturan Daerah Pengujian Alsintan PSDM : Penempatan Sumberdaya Manusia yang Kompeten PA : Peningkatan Anggaran Elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi Perda pengujian alsintan merupakan elemen tujuan yang paling penting dengan bobot sebesar 0.506, hal ini karena dengan adanya Perda 76

21 pengujian alsintan di Jawa Barat yang dikhususkan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka pengakreditasian laboratorium balai menjadi sangat diperlukan agar pengujian alsintan dilaksanakan dengan lebih baik lagi. Prioritas kedua adalah penempatan sumberdaya manusia yang kompeten dengan bobot Penempatan sumberdaya manusia yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian sangat dibutuhkan agar alsintan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya secara maksimal. Sehingga elemen lembaga pengujian yang terakreditasi dan terstandardisasi dapat tercapai dengan baik. Tanpa sumberdaya manusia yang kompeten alat uji yang baik tidak akan berfungsi secara maksimal. Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat penempatan sumberdaya manusia yang kompeten penempatan sumberdaya manusia yang kompeten merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar dan Sumberdaya manusia BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang kompeten merupakan penggerak dalam pengembangan lembaga pemberdayaan dan teknologi pertanian, karena dengan semakin tingginya kemampuan dan pemahaman dari para pegawai balai maka pengetahuan yang diberikan kepada para peserta pelatihan seperti UPJA, bengel dan para petani pun akan semakin baik. Selanjutnya peningkatan anggaran dan Perda tentang pengujian alsintan merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar dan Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor UPJA dan bengkel adalah pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan dengan bobot sebesar 0.727, 0.608, dan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan lembaga pemberdayaan pertanian dalam bidang alat dan mesin pertanian. Jika petani menjadi anggota UPJA maka petani akan mendapatkan kemudahan dalam penggunaan alsintan dan juga akan mendapatkan 77

22 pengetahuan tentang cara penggunaan, perbaikan, dan perawatan alsintan sehingga kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin meningkat (Tabel 15). Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pengembangan bengkel dengan bobot sebesar 0.273, 0.392, 0.392, Bengkel merupakan tempat produksi alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, selain itu di bengkel juga petani dapat mengetahui cara penggunaan dan perawatan dari alsintan yang dimiliki petani sehingga kemampuan petani akan Alsintan menjadi semakin baik. Tabel 15. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor UPJA dan Bengkel Elemen Tujuan Elemen Faktor UPJA Bengkel SDM (1) (2) PAT (1) (2) ELP (1) (2) MTMP (1) (2) Keterangan: ( ) Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Petani Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor petani adalah peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dengan bobot sebesar 0.656, 0.632, 0.727, dan Apabila pengetahuan petani tentang pentingnya Alsintan bagi usaha pertaniannya semakin baik maka penggunaan alat mesin pertanian tepat guna akan semakin tinggi, dengan semakin tingginya permintaan akan adanya alsintan yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan petani maka kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan semakin tinggi, sehingga dibutuhkan pula laboratorium yang telah terakreditasi. Selain itu kebutuhan akan lembaga pemberdayaan masyarakat seperti UPJA dan bengkel akan semakin tinggi sehingga pengembangan juga pendiseminasian teknologi pertanian akan semakin baik. 78

23 Tujuan kedua yang berpengaruh adalah inventarisasi kebutuhan petani dengan bobot sebesar 0.344, 0.368, 0.273, dan Inventarisasi kebutuhan petani sangat dibutuhkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian yang akan dibuat dalam bentuk prototype oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, karena apabila alsintan yang dihasilkan oleh balai tidak sesuai dengan kebutuhan petani maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak akan diminati oleh petani sehingga tujuan utama pembuatan alsintan tersebut tidak tercapai. Tabel 16. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Petani. Elemen Faktor PPA Elemen Tujuan IKP SDM (1) (2) PAT (1) (2) ELP (1) (2) MTMP (1) (2) Keterangan: ( ) : Prioritas PPA : Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan IKP : Inventarisasi Kebutuhan Petani Elemen Alternatif Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan horizontal pada tingkat lima menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Balai Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, serta menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan alternatif peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai adalah peningkatan kompetensi dengan bobot sebesar 0.659, 0.632, dan Peningkatan kompetensi pegawai BPT Mekanisasi 79

24 Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas sumberdaya balai. Tujuan kedua yang berpengaruh adalah peningkatan motivasi dengan bobot sebesar 0.341, 0.368, dan Motivasi merupakan alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak sesuatu. Peningkatan motivasi pegawai dapat meningkatkan produktivitas kerja dari pegawai tersebut sehingga produktivitas balai pun akan semakin meningkat. Dari hasil studi pustaka diketahui bahwa peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia balai sehingga dapat meningkatkan faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian seperti peningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi dan penumbuhkembangan embrio lembaga pemberdayaan. Peningkatan kompetensi sumberdaya balai diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai balai tentang pertanian, dengan semakin baiknya sumberdaya manusia balai maka program maupun manajemen balai akan menjadi semakin baik dan keadaan balai menjadi lebih baik. Pegawai balai sebagai penyalur informasi kepada para petani akan menyalurkan pengetahuan alsintan yang lebih baik lagi sehingga pengetahuan petani tentang alsintan menjadi semakin baik, petani akan lebih tertarik terhadap alsintan dan menggunakan lebih banyak alsintan yang akhirnya akan meningkatkan kebutuhan petani akan BPT Mekanisasi Pertanian Jabar. Tabel 17. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Balai Elemen Sub Alternatif Elemen Faktor Peningkatan Kompetensi Peningkatan motivasi SDM (1) (2) Keterangan: ( ) Prioritas PAT (1) (2) ELP (1) (2) MTMP (1) (1) Elemen faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian elemen sub alternatif peningkatan kompetensi dan motivasi sumberdaya balai memiliki bobot yang sama sebesar Hal ini 80

25 mengindikasikan bahwa dalam faktor mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian kedua sub alternatif dibutuhkan secara seimbang karena dalam pengembangan dan pendiseminasian teknologi pertanian peningkatan kemampuan sumberdaya manusia diperlukan agar pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai tentang teknologi pertanian yang selanjutnya akan diberikan kepada para petani akan semakin banyak. Pengembangan motivasi pun diperlukan agar para pegawai tetap memiliki semangat dalam mendiseminasikan teknologi pertanian kepada para petani Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai adalah akreditasi laboratorium pengujian alsintan dengan bobot sebesar 0.353, 0.384, dan Akreditasi laboratorium pengujian alsintan n dari suatu lembaga akreditasi nasional merupakan suatu hal yang penting karena hal tersebut dapat menunjukan bahwa laboratorium pengujian di BPT Mekanisasi Pertanian memiliki kualitas yang baik dan telah disahkan oleh badan khusus. Apabila balai telah memiliki akreditasi maka sumberdaya manusia balai akan memiliki kemampuan yang lebih baik karena telah mendapatkan fasilitas yang lebih baik, begitu pula dengan faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi akan tercapai. Alternatif yang berada pada prioritas kedua adalah penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.251, 0.231, 0.365, dan Alat dan mesin yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian pada saat ini masih terbatas sehingga untuk pembuatan alat mesin pertanian tertentu diperlukan alat mesin yang tidak terdapat di balai sehingga pembuatan alat dilaksanakan di tempat lain. Alat yang sangat dibutuhkan pada saat ini adalah alat CNC, alat ini diperlukan agar dalam pembuatan sparepart tidak harus selalu dalam jumlah yang besar karena BPT Mekanisasi Pertanian hanya membuat beberapa alsintan hasil rancangannya sebagai model yang selanjutnya akan diproduksi oleh bengkel. Alternatif dengan prioritas ketiga adalah pembangunan pabrik pupuk dengan bobot sebesar 0.219, 81

26 0.196, 0.146, dan Pabrik pupuk merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan alsintan yang pada saat ini menjadi fokus di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), diharapkan dengan adanya pabrik pupuk ini para petani akan tertarik untuk menggunakan APPO dan menggunakan pupuk organik sebagai pupuk tanamannya. Selain itu dengan adanya pabrik pupuk yang berada di Cianjur dan Plumbon ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani di Jawa Barat, menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk impor dan meminimalisir kelangkaan pupuk. Tabel 18. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Elemen Faktor Akreditasi Lab Elemen Alternatif Penambahan Alat dan Mesin MES Pembangunan Pabrik Pupuk SDM (1) (2) (4) (3) PAT (1) (2) (4) (3) ELP (1) (2) (4) (3) MTMP (4) (2) (1) (3) Keterangan : ( ) Prioritas Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat pembangunan MES untuk peserta pelatihan berada pada prioritas pertama dengan bobot sebesar MES untuk para peserta pelatihan seperti UPJA, bengkel, dan petani sangat diperlukan karena pelatihan dilaksanakan lebih dari satu hari dan peserta pelatihan berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. Pada saat ini pihak balai harus meminjam tempat pada lembaga lain sebagai tempat penginapan bagi para peserta sehingga kegiatan pelatihan menjadi sedikit terkendala karena adanya jarak antara tempat pelatihan dan MES bagi para peserta. Alternatif yang menjadi prioritas selanjutnya adalah penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.267, pembangunan pabrik pupuk dengan bobot dan akreditasi laboratorium pengujian dengan bobot sebesar Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga 82

27 pemberdayaan dengan aktor UPJA dan bengkel serta tujuan pengembangan adalah pelatihan manajemen UPJA dengan bobot sebesar 0.397, 0.362, dan Pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UPJA sebagai lembaga ekonomi pedesaan agar lembaga tersebut bisa memanajemen lembaganya dengan baik sehingga mengembangkan usahanya. Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan pengembangan embrio lembaga pemberdayaan adalah pelatihan administrasi UPJA dengan bobot sebesar dan Pelatihan administrasi UPJA sangat dibutuhkan agar keadaan keuangan dan seluruh transaksi keuangan di UPJA dapat terdata dengan baik sehingga dapat dengan mudah diketahui apakah UPJA tersebut mengalami keuntungan ataupun kerugian. Selain itu dengan adanya pengadministrasian diharapkan UPJA dapat lebih mudah dalam mendata seluruh anggotanya dan mendata seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Alternatif ketiga yang elemen alternatif pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah pelatihan ORM (Operation, Repair and Maintenance), pelatihan ini diperlukan agar UPJA yang memiliki unit bisnis bengkel dapat memberikan jasa pelatihan cara pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan bagi para petani pengguna. Tabel 19. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA Elemen Alternatif Elemen Faktor Pelatihan Manajemen UPJA Pelatihan Administrasi UPJA Pelatihan ORM UPJA SDM (1) (2) (2) PAT (1) (1) (3) ELP (1) (2) (3) MTMP (2) (3) (1) Keterangan : ( ) Prioritas Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian pelatihan ORM UPJA berada pada prioritas pertama dengan bobot sebesar Pelatihan penggunaan, perbaikan dan perawatan sangat diperlukan sebagai salah satu cara pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian kepada para petani. Petani akan semakin mengerti kegunaan dari alat tersebut dan 83

V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT

V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT 5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Berdirinya Unit Pelayanan Daerah terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT. 140/1/2007

Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT. 140/1/2007 LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT. 140/1/2007 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/OT.140/1/2007 TANGGAL : 16 Januari 2007 DAFTAR

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DJT. ALSJNTAN TA. 2013 KAT A PEN GANT AR Untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2011 2014 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM Laporan Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 (Belanja Langsung) s/d Bulan Desember Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 424,049,000

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

IKU TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG INDIKATOR KINERJA TARGET

IKU TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG INDIKATOR KINERJA TARGET SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Tersedianya tenaga teknis perkantoran Jumlah tenaga kontrak SK Bupati 2 orang 2 Terwujudnya administrasi perkantoran

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK SKRIPSI ILVIA RESTU UTAMI H34061775 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Tekstil disebut BBT adalah unit Pelaksana

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Tekstil disebut BBT adalah unit Pelaksana BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Balai Besar Tekstil yang selanjutnya dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 778/MPP/Kep/11/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Tekstil

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG. 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung

BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG. 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung BAB II GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG 2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah salah satu lembaga teknis di lingkungan

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU. 2. TUGAS : melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan strategis, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU. 2. TUGAS : melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan strategis, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan . JABATAN : KEPALA BIDANG PERKEBUNAN INDIKATOR KINERJA INDIVIDU. TUGAS : melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan strategis, koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016

RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016 RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016 1. Sejak tiga tahun yang lalu, sejak Kabinet Presiden Joko Widodo, Menteri Pertanian memberikan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G SALINAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH LAUT BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN BHINNEKA TU NGGA L IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp. (024) 8316315,

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat BBT Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Balai Percobaan Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) bernayng

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

Lebih terperinci

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 85,281,211, BELANJA LANGSUNG 123,982,604,692.00

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 85,281,211, BELANJA LANGSUNG 123,982,604,692.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 2.01 URUSAN PILIHAN Pertanian 2.01.01 Dinas Pertanian Tanaman Pangan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,621,890,000.00 00 00 1 2 Retribusi

Lebih terperinci

1 of 14 7/31/17, 9:07 AM

1 of 14 7/31/17, 9:07 AM 1 of 14 7/31/17, 9:07 AM Laporan Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2017 (Belanja Langsung) s/d Juni DINAS PERTANIAN, PANGAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,597,601,775

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 208 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Ketahanan

Lebih terperinci

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA LOGAM PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA YOGYAKARTA W A L I

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA BARAT

GUBERNUR PAPUA BARAT GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan mekanisasi

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 199 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu

Lebih terperinci

BALAI PENGEMBANGAN MEKANISASI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BALAI PENGEMBANGAN MEKANISASI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TUGAS POKOK DAN FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUP DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN MEKANISASI TANAMAN PANGAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu program pembangunan yang mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah adalah pembangunan dalam bidang ekonomi. Pembangunan dalam bidang ekonomi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian LAPORAN KINERJA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PERTANIAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 69 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 69 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 69 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian kesediaan pangan yang cukup. Dalam pencapaian kondisi ketahanan pangan, ada tiga subsistem/aspek yang sangat berpengaruh, yaitu

Lebih terperinci

Tabel analisis beban kerja UPT Mekanisasi Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel analisis beban kerja UPT Mekanisasi Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tabel analisis beban kerja UPT Mekanisasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura N o 1 Jabatan Tugas Jabatan Uraian Tugas Hasil Kerja Kepala UPTD Mekanisasi Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Program

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT SARANA PRODUKSI TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT SARANA PRODUKSI TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT SARANA PRODUKSI TAHUN 2010 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT SARANA PRODUKSI JAKARTA, 2011 ...Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 23 TAHUN 2006 /Kpts.70 Huk /06/ 200 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 23 TAHUN 2006 /Kpts.70 Huk /06/ 200 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 23 TAHUN 2006 /Kpts.70 Huk /06/ 200 TENTANG PENYUSUNAN KEMBALI NASKAH PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG DINAS DAERAH KOTA BANJAR. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN TANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR i2- TAHUN 2014 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS Teknologi agribisnis merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan efektifitas, efisiensi, serta produktifitas yang tinggi dari usaha agribisnis. Penentuan jenis teknologi sangat

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri Laporan Tahunan SMK-PPNegeri Sembawa / 205 BAB. I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 7 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 02 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci