Rani Armadiah, Fatchur Rohman, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rani Armadiah, Fatchur Rohman, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 KETERTARIKAN ARTHROPODA PREDATOR PADA TUMBUHAN GULMA DI LAHAN PERTANIAN BROKOLI (Brassica oleracea var. Botrytis L.) DESA SUMBER BRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Rani Armadiah, Fatchur Rohman, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian pada tahun 2014 tentang Ketertarikan Arthropoda Predator Pada Tumbuhan Gulma Di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica Oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dengan tujuan untuk mengetahui (1) jenis tumbuhan gulma yang ada, (2) tumbuhan gulma yang mendominasi, (3) frekuensi kunjungan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma, dan (4) distribusi temporal Arthropoda Predator. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif ekskploratif. Pengambilan tumbuhan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi, pengambilan Arthropoda Predator dengan menggunakan swingnet sebanyak 5 kali osilasi secara kontinyu pada tajuk tumbuhan gulma dan pengamatan uji ketertarikan Arthropoda Predator dengan menggunakan metode visual control selama 5 hari dengan 5 titik pengamatan dan jarak pengamat 1,5 m. Hasil penelitian menunjukkan (1) tumbuhan gulma yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli sebanyak 13 jenis tumbuhan gulma yang tergolong dalam 9 famili, (2) jenis tumbuhan gulma yang mendominasi di lahan Pertanian Brokoli yakni Amaranthus sp. dan Galinsoga parviflora Cav., (3) frekuensi kunjungan Arthropoda Predator yang terdapat pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dikunjungi oleh 11 genus Arthropoda Predator dan tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. dikunjungi oleh 10 genus Arthropoda Predator dan (4) kunjungan Arthropoda predator pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dan Galinsoga parviflora Cav. mengalami perubahan setiap waktu. Arthropoda predator banyak ditemukan pada pukul dan memiliki kecenderungan mengalami penurunan pukul sedangkan pukul jumlah Arthropoda predator yang ditemukan menurun drastis. Kata-kata kunci: ketertarikan, arthropoda predator, tumbuhan gulma, pertanian brokoli. PENDAHULUAN Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan pertanian. Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi manusia. Kawasan di kota Batu banyak terdapat lahan pertanian Hortikultur. Pertanian hortikultur merupakan hasil utama dari Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu yakni lahan pertanian brokoli. Brokoli merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah kebutuhan pangan asal sayuran, termasuk brokoli (Cahyono, 2001). Dengan demikian untuk pemenuhan kebutuhan brokoli perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan terjadinya penurunan produksi, salah satunya adalah usaha pengendalian tumbuhan gulma pada lingkungan tanamnya. Keberadaan tumbuhan gulma juga menjadi salah satu faktor yang bisa menurunkan hasil tanaman. Tumbuhan gulma ialah organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tidak dikehendaki keberadaannya. Banyak dari petani yang 1

2 mengganggap bahwa tumbuhan gulma sebagai sumber hama dan penyakit tanaman sehingga para petani membersihkan tumbuhan gulma tersebut. Untung (2006) menjelaskan bahwa banyak serangga predator yang untuk dapat hidup dan berkembang biak memerlukan persyaratan hidup yang tidak dapat ditemukan semuanya pada tanaman budidaya. Untuk memperoleh keperluan hidupnya pada periode tertentu serangga tersebut harus pindah ke tanaman inang pengganti atau habitat lainnya yang berada di sekitar tanaman budidaya seperti rerumputan, tumbuhan gulma, atau semak-semak sekitar lahan pertanian untuk mendapatkan makanan, tempat peletakan telur, dan sebagai tempat persembunyian yang sesuai. Hama merupakan hewan herbivora yang memakan tanaman yang dibudidayakan sehingga kehadirannya tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kerugian bagi manusia. Upaya pengendalian yang telah banyak dilakukan oleh para petani brokoli adalah dengan menggunakan insektisida kimia organik sintetik bahkan sebagian besar petani menganggap bahwa insektisida kimia organik sintetik adalah satu-satunya cara pengendalian yang paling cepat, efisien, praktis, mudah, dan ampuh. Pengendalian secara biologi juga dilakukan yaitu dengan memanfaatkan predator dan parasitoid, secara mekanik dengan melakukan penangkapan hama secara langsung maupun dengan menggunakan perangkap (Rahardjo, 2005). Di antara musuh alami yang berperan penting dalam menekan populasi hama adalah predator dari filum Arthropoda. Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa binatang lainnya. Sosromarsono dan Untung (2000) menyebutkan semua jenis laba-laba adalah predator, khususnya pemangsa arthropoda terutama serangga. Beberapa predator generalis seperti laba-laba (Araneae) dapat menunjukkan kekhususan habitat, oleh karena itu dapat dimanfaatkan dalam pengendalian populasi hama tanaman brokoli. Berkurangnya jumlah predator pada suatu ekosistem dapat dikarenakan hilangnya tempat berlindung dan berkembang biak predator tersebut. Tumbuhan gulma memiliki polen yang dapat dimanfaatkan untuk pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang biak sebelum inang atau mangsa utama ada di tanaman (Laba, 1998). Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul Ketertarikan Arthropoda Predator Pada Tumbuhan Gulma di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) jenis tumbuhan gulma yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli, (2) tumbuhan gulma yang mendominasi, (3) frekuensi kunjungan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma, dan (4) distribusi temporal Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah deskriptif eksploratif. Penelitian ini dilakukan di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan luas lahan 2500 m 2 (100mx25m), dan di Laboratorium Ekologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang pada bulan Februari-Maret Penentuan tumbuhan gulma uji dilakukan secara sistematik dengan metode analisis vegetasi. Tumbuhan gulma yang memiliki INP tertinggi dijadikan sebagai 2

3 tumbuhan uji ketertarikan. Penangkapan Arthropoda dilakukan dengan menggunakan swing net sebanyak 5 kali osilasi secara kontinyu pada tajuk tumbuhan gulma. Pengamatan Uji Ketertarikan Arthropoda Predator dengan menggunakan metode visual control selama 5 hari dengan 5 titik pengamatan dan jarak pengamat 1,5 m dari tumbuhan gulma yang telah ditentukan. Pengamatan yang dilakukan pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dan tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. dalam waktu yang bersamaan yaitu pukul , pukul dan pukul Analisis data yang digunakan yakni terkait dengan ketertarikan Arthropoda Predator beradasarkan frekuensi kunjungan terhadap tumbuhan gulma terpilih dihitung menggunakan persentase kemudian diintepretasikan secara deskriptif. Data yang terkait dengan distribusi temporal Arthropoda Predator dianalisis dengan analisis uji beda One-way ANOVA dan disajikan dalam bentuk diagram batang kemudian diintepretasikan secara deskriptif. Data yang terkait dengan tumbuhan gulma uji dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan INP yang meliputi perhitungan kerapatan dan frekuensi dari tumbuhan gulma. HASIL PENELITIAN 1. Jenis Tumbuhan Gulma yang terdapat di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Hasil pengambilan sampel tumbuhan gulma yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu, ditemukan 13 jenis tumbuhan gulma yang tergolong dalam 9 suku yakni Asteraceae, Caryophyllaceae, Poaceae, Brassicaceae, Amaranthaceae, Portulaceae, Rubiaceae, Onagraceae, dan Cyperaceae, data tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Jenis Tumbuhan Gulma yang terdapat di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) No. Suku Marga Jenis 1. Asteraceae Ageratum Ageratum conyzoides Ageratum houstonianum Bidens Bidens pilosa Galinsoga Galinsoga parviflora Spilanthes Spilanthes iabadicensis 2. Caryophyllaceae Drymaria Drymaria cordata 3. Poaceae Eleusine Eleusin indica L. 4. Brassicaceae Cardamine Cardamine hirsuta L. 5. Amaranthaceae Amaranthus Amaranthus sp. 6. Portulacaceae Portulaca Portulaca oleracea 7. Rubiaceae Richardia Richardia brasiliensis 8. Onagraceae Ludwigia Ludwigia hyssopifolia 9. Cyperaceae Cyperus Cyperus kyllingia 3

4 2. Jenis Tumbuhan Gulma yang Mendominasi di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jenis tumbuhan gulma yang mendominasi di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu berdasarkan INP yang terbesar yakni Amaranthus sp. sebesar 41,20% dan Galinsoga parviflora Cav. sebesar 40,48%, data tersebut disajikan pada Tabel 2. Oleh karena itu kedua tumbuhan gulma tersebut digunakan sebagai tumbuhan gulma uji ketertarikan. Tabel 2. Tumbuhan Gulma yang Mendominasi di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) No. Jenis Tumbuhan K KR (%) F FR INP (%) 1. Amaranthus sp. 0, ,05 0, ,15 41,20 2. Galinsoga parviflora Cav. 0, ,33 0, ,15 40,48 3. Eleusin indica L. 0,0571 5,71 0,0841 8,41 14,13 4. Bidens pilosa 0,0452 4,52 0,0841 8,41 12,94 5. Ageratum conyzoides 0,05 5 0,0748 7,48 12,48 6. Portulaca oleacea 0,0452 4,52 0,0748 7,48 12,00 7. Drymaria cordata 0,0405 4,05 0,0748 7,48 11,52 8. Cardamine hirsuta L. 0,0405 4,05 0,0654 6,54 10,59 9. Spilanthes iabadicensis 0,0357 3,57 0,0654 6,54 10, Ageratum houstonianum 0,0310 3,10 0,0654 6,54 9, Richardia brasiliensis 0,0310 3,10 0,0654 6,54 9, Ludwigia hyssopifolia 0,0214 2,14 0,0561 5,61 7, Cyperus kyllingia 0,0286 2,86 0,0467 4,67 7,53 Jumlah Ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator pada Tumbuhan Gulma Terpilih di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan frekuensi kunjungan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma terpilih di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu dapat dilihat pada Tabel 3 serta dilengkapi dengan Gambar 1. Tabel 3. Ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator pada Tumbuhan Gulma Terpilih di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Selama 5 hari (ulangan waktu selama 20 menit) No. Arthropoda Predator yang Amaranthus sp. Galinsoga parviflora Cav. berkunjung per menit 1. Dasysyrphus Sceliphron Trypoxylon Oecophylla Formica Tipula Philodromus

5 8. Steatoda Atypena Andrallus Menochilus Leptogaster 0 64 Jumlah Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa tumbuhan gulma Amaranthus sp. lebih sering dikunjungi oleh Arthropoda Predator dibandingkan dengan tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. Data pada Tabel 3 diubah menjadi diagram batang yang disajikan pada Gambar 1. (a) Gambar 1. (b) Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator pada Tumbuhan Gulma Terpilih (a) Amaranthus sp. dan (b) Galinsoga parviflora Cav. Tumbuhan gulma Amaranthus sp. dikunjungi oleh 11 genus Arthropoda Predator yaitu Dasysyrphus, Sceliphron, Trypoxylon, Oecophylla, Formica, Tipula, Philodromus, Steatoda, Atypena, Andrallus, dan Menochilus. Tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. dikunjungi oleh 10 genus Arthropoda Predator yaitu Dasysyrphus, Sceliphron, Trypoxylon, Oecophylla, Formica, Tipula, Steatoda, Atypena, Menochilus dan Leptogaster. 5

6 Data pada Tabel 3. kemudian diubah menjadi persentase untuk mengetahui ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan frekuensi kunjungan pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dan Galinsoga parviflora Cav. di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang di sajikan pada Gambar 2. a b Gambar 2. Persentase Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator (a) Amaranthus sp. dan (b) Galinsoga parviflora Cav. Berdasarkan Gambar 2. dapat dilihat bahwa pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. yang mempunyai persentase kunjungan tertinggi adalah Dasysyrphus sebesar 20,67% dan yang terendah adalah Philodromus dan Sceliphron sebesar 1,81%. Pada tumbuhan Galinsoga parviflora Cav. Arthropoda Predator yang mempunyai persentase kunjungan tertinggi adalah Oecophylla sebesar 19,01% dan terendah adalah Atypena sebesar 2,39%. 4. Distribusi Temporal Arthropoda Predator yang terdapat pada Tumbuhan Gulma Terpilih di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Frekuensi kunjungan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dan Galinsoga parviflora Cav. yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu mengalami perubahan setiap waktu. Tabel 4. Hasil Ringkasan Uji Beda Nyata Jumlah Kunjungan Arthropoda Predator pada pukul , dan di Tumbuhan Gulma Amaranthus sp. No. Genus Arthropoda Predator yang Pagi ( ) Siang ( ) Sore ( ) berkunjung per menit 1. Dasysyrphus 20,40 13,60 7,00 2. Sceliphron 2,40 0,80 0,40 3. Trypoxylon 8,00 4,40 1,40 4. Oecophylla 18,00 6,60 3,20 5. Formica 13, ,80 6. Tipula 0,00 0,00 0,00 7. Philodromus 2,00 1,60 0,00 8. Steatoda 2,80 1,80 0,60 9. Atypena 2,80 1,80 0, Andrallus 14,20 5,60 2,80 6

7 11. Menochilus 17,00 6,20 2, Leptogaster 0,00 0,00 0,00 Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa kunjungan genus Dasysyrphus dan Trypoxylon terhadap tumbuhan gulma Amaranthus sp. mempunyai perbedaan yang nyata antara pagi ( ), siang ( ) dan sore ( ). Genus Sceliphron, Oecophylla, Formica, Steatoda, Atypena, Andrallus dan Menochilus mempunyai perbedaan yang nyata ketika pagi ( ) dengan siang ( ) dan siang ( ) dengan sore ( ) tidak ada beda nyata. Data pada Tabel 4. kemudian diubah ke dalam diagram batang yang di sajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Hasil Ringkasan Uji beda nyata Jumlah kunjungan Arthropoda Predator pada pukul , dan di tumbuhan gulma Amaranthus sp. Berdasarkan Gambar 3. dapat dilihat bahwa kunjungan Arthropoda Predator terhadap tumbuhan gulma Amaranthus sp. mengalami penurunan kemudian menurun drastis ketika sore hari ( ). Tabel 5. Hasil Ringkasan Uji Beda Nyata Jumlah Kunjungan Arthropoda Predator pada pukul , dan di tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. No. Genus Arthropoda Predator yang berkunjung per menit Pagi ( ) Siang ( ) Sore ( ) 1. Dasysyrphus 13,40 4,20 1,60 2. Sceliphron 0,00 0,00 0,00 3. Trypoxylon 5,20 3,80 0,00 4. Oecophylla 18,60 6,80 1,60 5. Formica 13,20 5,40 2,20 6. Tipula 14,20 4,80 1,40 7. Philodromus 0,00 0,00 0,00 8. Steatoda 0,00 0,00 0,00 9. Atypena 3,40 0,00 0, Andrallus 0,00 0,00 0, Menochilus 10,60 2,80 0, Leptogaster 7,60 4,40 0,80 Berdasarkan Tabel 5. di atas dapat diketahui bahwa kunjungan genus Dasysyrphus, Oecophylla, Tipula dan Leptogaster terhadap tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. mempunyai perbedaan yang nyata antara pagi (

8 08.20), siang ( ) dan sore ( ). Genus Formica, Atypena, dan Menochilus mempunyai perbedaan yang nyata ketika pagi ( ) dengan siang ( ) dan siang ( ) dengan sore ( ) tidak ada beda nyata. Genus Trypoxylon tidak ada beda nyata ketika pagi ( ) dengan siang ( ) kemudian ada beda nyata ketika siang ( ) dengan sore ( ). Data pada Tabel 5. kemudian diubah ke dalam diagram batang yang di sajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Hasil Ringkasan Uji Beda Nyata Jumlah kunjungan Arthropoda Predator pada pukul , dan di tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. Berdasarkan Gambar 4. dapat dilihat bahwa kunjungan Arthropoda Predator terhadap tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. mengalami penurunan kemudian menurun drastis ketika sore hari ( ). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan gulma yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu ditemukan 13 jenis tumbuhan gulma yang tergolong dalam 9 suku yakni Asteraceae, Caryophyllaceae, Poaceae, Brassicaceae, Amaranthaceae, Portulaceae, Rubiaceae, Onagraceae, dan Cyperaceae. Menurut Meilin (2006), jenis tumbuhan gulma yang tumbuh dan mendominasi suatu areal tergantung dari lokasi, dan iklim setempat. Adanya tumbuhan gulma di lahan Pertanian Brokoli dianggap sangat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman Brokoli yang akhirnya dapat menurunkan hasil panen baik kualitas maupun kuantitas. Indeks nilai penting tumbuhan gulma tertinggi adalah Amaranthus sp. sebesar 41,20% dan Galinsoga parviflora Cav. sebesar 40,48%. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan gulma suku Amaranthaceae yakni Amaranthus sp. banyak mempunyai biji yang menyebar di areal lahan. Didukung dengan tanah yang basah karena pada saat penelitian terjadi musim hujan. Hal tersebut menyebabkan suku Amaranthaceae dapat menyebar ke seluruh areal. Hal ini didukung oleh pendapat Sastroutomo (1990), yang menyatakan bahwa suku Amaranthaceae mempunyai biji yang banyak, mudah menyebar, serta dapat tumbuh pada tanah yang basah dan dapat menyebar ke seluruh areal penanaman. Tumbuhan gulma suku Asteraceae yakni Galinsoga parviflora Cav. juga mendominasi di lahan Pertanian Brokoli karena suku Asteraceae ini dapat 8

9 berkembangbiak melalui biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat basah dan tahan terhadap naungan. Kebutuhan akan cahaya, temperatur, air dan ruang tumbuh terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tumbuhan gulma ini dapat berkembang cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Reader dan Buck (2000) dalam Darmadi, dkk (2011), yang menyatakan bahwa tumbuhan gulma dari suku Asteraceae ini banyak ditemukan karena dapat berkembangbiak melalui biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat basah dan tahan terhadap naungan. Ketertarikan Arthropoda Predator yang mengunjungi tumbuhan gulma Amaranthus sp. lebih tinggi daripada tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan gulma Amaranthus sp. lebih disukai Arthropoda Predator untuk mengunjungi tumbuhan gulma Amaranthus sp. karena memiliki respons yang lebih tinggi dalam menangkap senyawa volatil yang dikeluarkan tumbuhan gulma Amaranthus sp. Setiap genus memiliki kunjungan tertinggi yang berbeda-beda pada tumbuhan gulma yang berbeda pula. Hal ini dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Distribusi temporal tertinggi Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. terdapat pada pukul dan pada tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. distribusi temporal tertinggi Arthropoda Predator juga terdapat pada pukul Tingginya kunjungan Arthropoda Predator pada pukul diduga berkaitan dengan aktivitas masing-masing serangga baik dalam berkembang biak, mencari makan, maupun bereproduksi. Selain itu pada pukul suhunya mencapai 25,7 C yang mana pada suhu tersebut sangat mendekati suhu optimum bagi Arthropoda Predator. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) jenis tumbuhan gulma yang terdapat di lahan Pertanian Brokoli sebanyak 13 jenis tumbuhan gulma yang tergolong dalam 9 suku yakni Asteraceae, Caryophyllaceae, Poaceae,Brassicaceae, Amaranthuceae, Portulaceae, Rubiaceae, Onagraceae, dan Cyperaceae, (2) jenis tumbuhan gulma yang mendominasi di lahan Pertanian Brokoli yakni Amaranthus sp. dan Galinsoga parviflora Cav., (3) frekuensi kunjungan Arthropoda Predator yang terdapat pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dikunjungi oleh 11 genus Arthropoda Predator. Tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. dikunjungi oleh 10 genus Arthropoda Predator, dan (4) Pada tumbuhan gulma Amaranthus sp. dan tumbuhan gulma Galinsoga parviflora Cav. kunjungan tertinggi terjadi pada pukul Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan saran sebagai berikut: (1) bagi mahasiswa, penelitian ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau agar Arthropoda Predator yang ditemukan lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan pada musim penghujan Arthropoda Predator yang ditemukan lebih sedikit jenisnya dan (2) mahasiswa, penelitian ini hanya mengkaji tentang ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan frekuensi kunjungan, sebaiknya dilakukan penelitian lain yang mengkaji tentang interaksi predasi antar Arthropoda Predator. 9

10 DAFTAR RUJUKAN Cahyono, B Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta: Kanisius. Darmadi, Ketut. A. A, Joni, Martin dan Suryaningsih Inventarisasi Gulma Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak, Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis, 1(1): 1-8. Laba, I.W Aspek Biologi dan Potensi Beberapa Predator Hama Wereng Pada Tanaman Padi. Jurnal Litbang Pertanian 18 (2). Meilin, Araz Studi Dominansi Dan Teknik Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Karet (Studi Kasus Di Desa Tunas Baru, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi). (Online), ( &cad=rja&uact=8&ved=0ccuqfjaa&url=http%3a%2f%2fwww.digili b.litbang.deptan.go.id%2f~jambi%2fgetiptan.php%3fsrc%3d2008%2fp ros13.pdf%26format%3dapplication%2fpdf&ei=4rt4u6eqdsiqrafb7y HgAg&usg=AFQjCNGyf4hpduND5CWoF5foKIlPVrMLg&bvm=bv ,d.bmk), diakses 18 Mei Rahardjo, S Keberadaan Spodoptera litura (Febricus) Sebagai Hama utama Tanaman Tembakau Virginia Di Daerah Puyung. (Online), ( diakses 18 Mei Sastroutomo, Soetikno S Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sosromarsono S. dan Untung K Keanekaragaman hayati Artropoda predator dan parasitoid di Indonesia serta pemanfaatannya. dalam: Prosiding simposium keanekaragaman hayati Artropoda pada sistem produksi pertanian. Cipayung: PEIKEHATI. Untung, Kasumbogo Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 10

11 11

Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat

Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Vegetation analysis of weed in red dragon fruit (Hylocereus

Lebih terperinci

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis AGROTROP, 3(1): 99-103 (2013) ISSN: 2088-155X Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis KETUT AYU YULIADHI, TRISNA AGUNG PHABIOLA DAN MADE SRITAMIN Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 52 ekor yang berasal dari ordo

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) A. Pendahuluan Konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mulai diperkenalkan pada tahun 1959 yang bertujuan agar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak ditanam oleh para petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran adalah produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki beragam manfaat kesehatan bagi manusia.bagi kebanyakan orang, sayuran memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

(PSLK) 2016, DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

(PSLK) 2016, DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Arthropods Spatial Distribution on Wild Plants In Tomato Farm Of Karangwedoro Village,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan bagian penting dalam sektor pertanian, karena kebutuhan apel di Indonesia memiliki permintaan

Lebih terperinci

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif - eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Perlindungan Hutan KODE MATA KULIAH : 3566123 WAKTU PERTEMUAN : 100 menit PERTEMUAN KE : 1 A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU Khairijon, Mayta NovaIiza Isda, Huryatul Islam. Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam masalah yang ada di dunia dan isinya, serta terdapat berbagai petunjuk ilmu pengetahuan modern di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN. Ariance Yeane Kastanja

ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN. Ariance Yeane Kastanja ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN Ariance Yeane Kastanja Politeknik Perdamaian Halmahera Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi gulma dominan pada lahan tanaman sayuran

Lebih terperinci

Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Sri Utami Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA Undip

Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Sri Utami Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA Undip BIOMA, Desember 2004 ISSN: 1410-8801 Vol. 6, No. 2, Hal. 54-58 Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik Sri Utami Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. Siregar (2009), menyebutkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) OVERVIEW : PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Univ. Brawijaya Apakah PHT itu itu?? Hakekat PHT PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada

Lebih terperinci

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T. EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN Oleh : Amalia, S.T., M.T. DEFINISI EKOLOGI EKOLOGI (Yunani) Oikos = lingkungan tempat tinggal Logos = Pengetahuan / ilmu yang dipelajari EKOLOGI yaitu hubungan antara organisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas (Biodiversity) Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah berbagai macam bentuk kehidupan, peranan ekologi yang dimilikinya dan keanekaragaman plasma nutfah

Lebih terperinci

Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA PREDATOR PADA LAHAN PERTANIAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. Italica) MONOKULTUR DAN POLIKULTUR DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Novika Wahyu

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan populasi yang berlimpah, terdiri dari 16 sub famili, 296 genus dan 15.000 spesies yang telah teridentifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2015-2016 Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan Asisten Koordinator : Rusnia J Robo Disusun Oleh: Nama : Santy Pristya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS.

INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS. INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS Oleh: Keren Selia Amy Assa 1, Pemmy Tumewu 2, A. Grace Tulungen 2 1). Mahasiswa

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

ABSTRACT. PENDAHULUAN Apel merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi secara ekonomi dan. Jurnal Biotropika Vol. 1 No.

ABSTRACT. PENDAHULUAN Apel merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi secara ekonomi dan. Jurnal Biotropika Vol. 1 No. Efek Blok Refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina diffusa) Terhadap Pola Kunjungan Arthropoda di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo, Malang Fevilia Suksma Wardani, Amin Setyo Leksono,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tanaman Jagung Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ii ABSTRACT.... iii ABSTRAK..... iv RINGKASAN. v HALAMAN PERSETUJUAN viii TIM PENGUJI. ix RIWAYAT HIDUP. x KATA PENGANTAR. xi DAFTAR ISI

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang

Lebih terperinci

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017 ANALISIS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR PADA TANAMAN PADI DI AREAL PERSAWAHAN KELURAHAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR ANALYSIS OF BIODIVERSITYOF PREDATOR INSECT IN PADDY FIELD AT TAMALANREA OF MAKASSAR CITY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN HERBA DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI TAHURA POCUT MEURAH INTAN Yusra 1), Muslich Hidayat 2) dan Eriawati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Bawah Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan pada lantai dasar tanah. Jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah ada yang bersifat annual, biannual atau perennial dengan

Lebih terperinci

Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota

Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota Vegetation Analysis of Weeds in Corn (Zea mays L.) Plantation in Maximal Prepared

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN 1.1 Arti Penting Pengganggu Tanaman Kehidupan manusia boleh dikatakan sangat tergantung kepada tumbuhan. Ketergantungan tersebut disebabkan karena banyaknya kebutuhan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masak. Tanaman ini banyak di budidaya secara komersial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Korespondensi: 2)

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Korespondensi: 2) Ketertarikan Arthropoda Terhadap Blok Refugia (Ageratum Conyzoides l., Capsicum Frutescens l., dan Tagetes Erecta l.) Dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

BAB V PEMBAHASAN. diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan 90 BAB V PEMBAHASAN A. Persebaran Serangga Pada Lahan Padi Jenis - jenis serangga yang ditemukan pada setiap wilayah sampling telah diidentifikasi dengan cara membandingkan ciri-ciri dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma Oleh : JANSEN TOCHIGI LINGGA 05111007130 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2014 I. PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Waktu tumbuh gulma. dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Waktu tumbuh gulma. dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Waktu tumbuh gulma Berdasarkan hasil sidik ragam kondisi lahan dan kedalaman tanah tidak memberikanpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh gulma.hal ini diduga kondisi

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN P R O S I D I N G 30 PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA Husni Thamrin Sebayang 1) dan Wiwit Prihatin 1) 1) Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong dalam kelompok rumput-rumputan (famili Poaceae). Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai pangan pokok dan sumber karbohidrat, jagung juga

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT) Disusun oleh Fuad Nurdiansyah, S.P., M.PlaHBio Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2011 I. BEBERAPA PENGERTIAN DAN BATASAN A.

Lebih terperinci

Alamat korespondensi * :

Alamat korespondensi * : Efek Refugia Tanaman Jagung (Zea mays) dan Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola Kunjungan Serangga di Sawah Padi (Oryza sativa) Dusun Balong, Karanglo, Malang Yuris Setyadin 1), Sakinah

Lebih terperinci

Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia

Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia Delvi Violita Ekowati Abstrak Tanaman merupakan sumber daya hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Pemanfaatan sumber daya tersebut

Lebih terperinci

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha mempertahankan hasil pertanian di sawah khususnya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada gangguan akibat beragam aktivitas manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang

Lebih terperinci