BAB I PENDAHULUAN. pelajar dan banyak di antaranya tidak lagi bersekolah karena berbagai alasan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pelajar dan banyak di antaranya tidak lagi bersekolah karena berbagai alasan."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Fenomena sosial yang terjadi di jalanan memang menarik perhatian untuk dilihat dan dipelajari, seperti yang sering kali kita lihat dan jumpai hampir disetiap tempat di kota-kota besar Indonesia seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan juga Tangerang yang bersebelahan dengan kota metropolitan, Jakarta. Fenomena sosial yang ada di antaranya adalah pengemis, gelandangan, pemulung, anak-anak jalanan sebagai pedagang asongan atau musisijalanan yang biasa disebut oleh masyarakat sebagai pengamen jalanan.ironisnya ternyata para pengamen jalanan tersebut tidak hanya ditekuni oleh orang-orang dewasa saja tetapi juga oleh banyak anak-anak dan remaja baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai latar belakang. Beberapa di antara mereka masih berstatus pelajar dan banyak di antaranya tidak lagi bersekolah karena berbagai alasan. Pendidikan sekolah yang seharusnya masih harus mereka nikmati dibangku sekolah harus rela mereka tinggalkan karena alasan ekonomi sehingga mereka tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Amal (2002) dalam Pardede (2006) yang dikutip Yunda (2008) menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan tidak bersekolah lagi atau tidak melanjutkan pendidikannya. Namun masih ada juga yang masih sekolah meskipun tidak banyak jumlahnya. Para remaja laki-laki ini lebih memilih untuk terjun di jalanan sebagai pengamen untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup dan 1

2 2 keinginanya disamping mereka juga harus menanggung ekonomi keluarga karena mereka rata-rata memang berasal dari keluarga yang bisa dibilang miskin. Hasil penelitian Syahril (2000) yang dikutip Yunda (2008) merumuskan bahwa sebagian besar anak jalanan berjenis kelamin laki-laki. Anak jalanan tersebut pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dan termasuk anak yang kurang beruntung (disadvantage children). Yelon dalam Syahril (2000) yang dikutip Yunda (2008) membatasi definisi anak-anak kurang beruntung sebagai anak yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah, keluarga yang tidak mempunyai orientasi terhadap bahasa, keluarga yang terlalu sibuk untuk mempertahankan hidup secara ekonomi dan tidak menunjukkan minat terhadap pendidikan. Dalam media Banten.com, di Provinsi Banten sebanyak anak usia 7 sampai 18 tahun tidak sekolah. Angka anak tidak sekolah diketahui berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat StatistikRepublik Indonesia (BPSRI) yang dirilis pada Dari data itu diketahui bahwa anak tidak sekolah terdiri dari tiga kelompok, yakni kelompok usia 7-12 tahun sebanyak orang, usia tahun berjumlah orang, dan usia 16-18tahun sebanyak orang. Dengan begitu kemungkinan saat ini jumlah anak tidak sekolah usia 7-18 tahun masih bisa bertambah dari jumlah yang ada dalam rentang waktu 3 tahun sejak Terlihat begitu banyak permasalahan di jalanan tetapi banyak juga kepentingan di jalanan.jalanan adalah cerminan bagaimana persoalan anak dan

3 3 sosial bagi suatu daerah, banyaknya anak di jalanan menunjukkan banyaknya persoalan anak di daerah tersebut. Jumlah anak jalanan, pengemis, balita terlantar, dan wanita rawan sosial dari hari ke hari terus meningkat.dinas Sosial (DINSOS) Provinsi Banten mencatat, warga rawan sosial itu meliputi balita terlantar sebanyak 81 orang, 776 orang anak panti sosial, 87 orang remaja putus sekolah, 760 orang lansia potensial, orang lansia terlantar, 98 orang gelandangan, dan 136 orang pengemis ( TAPOS 2012). Sementara berdasarkan data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan, jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Tangerang Selatan saat ini mencapai orang.sedangkan jumlah pengangguran sekitar orang dan jumlah penduduk miskin sebanyak orang (detik Forum, 9 April 2012). Departemen Sosial (dalam Terloit 2001) yang dikutip Pardede (2008) membuat suatu definisi operasional dari anak jalanan, yaitu anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya. Mereka biasanya berusia 6-18 tahun, masih sekolah atau sudah putus sekolah, tinggal dengan orangtua maupun tidak, atau tinggal di jalanan sendiri maupun dengan teman- temannya, dan mempunyai aktivitas di jalanan, baik terus-menerus maupun tidak. Keberagaman yang ada pada komunitas jalanan sering kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang melihatnya karena di samping penampilan mereka yang tidak menarik bahkan cenderung kumal, sebagian dari pengamen

4 4 jalanan khususnya remaja laki-laki juga kerap melakukan perbuatan-perbuatan kriminal seperti meminta dengan sedikit memaksa, bahkan ada juga yang menjadi pencopet. Meskipun hal tersebuttidak dilakukan oleh semua remaja yang mengamen di jalanan tetapi hanya pada beberapa orangpengamen saja namun persepsi yang berkembang dimasyarakat bahwa anak-anak jalanan bukanlah orang baik-baik dan harus dihindari. Hal itu pulalah yang membuat masyarakat selalu berpersepsi negatif dengan keberadaan pengamen jalanan karena dianggap sebagai sampah masyarakat yang mengganggu ketentraman, ketenangan dan kenyamananmasyarakat khususnya penumpang bus kota dan kendaraan pribadi yang sedang berhenti dilampu merah. Hampir semua anak-anak jalanan laki-laki yang mengamen menggantungkan hidupnya menjadi pengamen dengan memainkan alat musik gitar, okulele dan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menghasilkan nada tertentu, ada juga yang berprofesi sebagai pedagang asongan maupun pengemis yang selalu mengharapkan belas kasihan dari pengujung yang datang di sekitar kawasan Tangerang. Di satu sisi mereka dapat mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan (income) yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarganya. Namun di sisi lain kadang mereka juga berbuat hal-hal yang merugikan orang lain, misalnya berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan, merusak bodi mobil dengan goresan dan lain-lain. Salah satu tempat dikota Tangerang yang marak dengan anak jalanan yaitu pertokoan, mall dan lampu merah, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari

5 5 karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah dengan cara mengamen. Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu fenomena jalanan yang menarik adalah fenomena hadirnya anak-anak punk di wilayah Kabupaten Tangerang, yang biasa mengamen sambil nongkrong.keberadaan mereka dianggap cukup meresahkan warga dan memperburuk citra sebuah daerah. Seperti yang ditunjukkan Murray (1994) yang dikutip Erickningrat dalam blognya adalah mitos kaum marjinal, yang dari sudut pandang orang luar menggambarkan orangorang ini sebagai massa marjinal yang melimpah ruah jumlahnya dengan budaya kemiskinan dan sebagai lingkungan liar, kejam dan kotor, sumber pelacuran, kejahatan dan ketidakamanan. Anak-anak punk yang selalu berdandan nyentrik ala punk dengan gaya pakaian yang kumal, celana jeans ketat dengan rantai besar melingkar dipinggang, badan bertato, memakai anting, sepatu boots, rambut dicat warna-warni dan anti kemapanan menambah suasana jadi lebih menakutkan.gaya mereka mungkin membuat warga di sekitar menjadi ketakutan, karena penampilan fisiknya yang

6 6 terlihat sangar.bagi pengguna jalan mungkin kehadiran anak punk jalanan sangat mengganggu ketertiban di jalan raya terutama saat di lampu merah. Dan bagi Satpol PP atau petugas kepolisian kehadiran anak punk jalanan mungkin mengganggu kamtibmas dan mengganggu keindahan kota, sehingga dengan alasan tersebut pemerintah daerah dan pemerintah kota Tangerang lebih tegas dan melarang anak punk jalanan dengan tidak diperbolehkan adanya anak punk jalanan berada di jalan, maka sering diadakan operasi untuk penertiban anak punk jalanan oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja. Anak punk merupakan kelompok atau bagian dari sub kebudayaan yang berlawanan dengan kebudayaan yang lebih besar. Sub kebudayaan tersebut lebih merupakan budaya tandingan Yinger (1992) dalam Siahaan (2009). Salah satu contoh subkebudayaan adalah sub kebudayaan punk yang memiliki anggota dengan karakteristik berupa gaya rambut jabrik dan diwarnai dengan berbagai warna yang mencolok, berpakaian hitam, dan serba belel, memiliki banyak tindikan di bagian tubuh, dan anti kemapanan Siahaan (2009). Lebih lanjut Cohen (1995) dalam Siahaan (2009) mengatakan bahwa subkebudayaan muncul pada masyarakat yang sangat majemuk dan kompleks yang di dalamnya terdapat banyak orang yang mempunyai masalah yang sama terhadap kebudayaan dominan. Kepala Bidang Operasi danpenindakan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang, Desi Herawati (Detik Forum, 9 April 2012) mengatakan: anak-anak punk yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang biasanya hidup berkelompok di titik-titik kepadatan masyarakat seperti di jalan Protokol, pasar Cikupa, di bawah Fly Over Balaraja dan gerbang pintu masuk Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Lebih lanjut desi mengatakan bahwa Rata-rata setiap

7 7 kelompok berjumlah 15 sampai 20 orang yang Rata-rata mereka berusia 15 sampai 18 tahun yang sedianya menuntut ilmu disekolah malah membuat ulah. Mereka mengamen dan kerap meminta dengan cara memaksa. Persoalan anak punk ini juga dialami di Kota Tangerang Selatan. Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan, Purnama Wijaya (Detik Forum 9 April 2012) mengatakan: selama belum ada tempat penampungan akan menjadi masalah bagi daerah yang memiliki banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Lebih lanjut Purnama mengatakan bahwa: tidak mudah dalam mengatasi PMKS ini. Karena itu kami sedang membangun rumah rehabilitasi dan rumah singgah buat mereka, Menurutnya dalam menangani masalah anak jalanan tidak cukup dengan pendekatan persuasif, tetapi keberadaan rumah singgah merupakan hal yang sangat mendesak untuk disediakan sebagai tempat pembinaan Fenomena punk jalanan sangat lekat dengan hal-hal yang negatif seperti kriminal, narkoba dan juga seks bebas. Seperti yang dikisahkan Mike, Mereka mencari uang dengan mengamen tapi hasil jerih payahnya itu hanya untuk membeli obat-obatan (drugs) dan minuman beralkohol, Mereka menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro (tablet obat batuk yang disalahgunakan untuk mabuk) ( Bagi mereka, punk sebatas tempat pelarian. Lari dari kesumpekan rumah. Lari dari tekanan hidup. Lari dari tanggungjawab. Lari dari kenyataan! Di kepala mereka, dengan berpenampilan diri seperti punker, mereka bisa bebas dari segala bentuk tekanan hidup, bebas nenggak minuman atau menelan puluhan tablet dextro, bebas mengekspresikan diri sebebas-bebasnya walau masyarakat di sekitarnya terganggu.

8 8 Di samping ketiga isu yang sangat lekat pada anak-anak jalanan, khususnya anak punk yaitu kriminal,narkoba dan seks bebas, yang selalu dipandang negatif oleh kebanyakan orang, masih banyak hal-hal positif yang bisa ditemui pada komunitas anak-anak punk jalanan dan bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak muda yang hidup di jalanan. Salah satu contoh adalah komunitas punk yang masih berpegang pada kearipan lokal adalah komunitas Punk Muslim, Komunitas Anak Jalanan Berideologi Islam, sebuah komunitas punk yang bermarkas di Jalan Swadaya, Pulogadung, Jakarta Timur. Komunitas punk muslim saat ini telah memiliki 50 anggota atau yang mereka sebut sebagai penghuni punk muslim. Lutfi salah satu penghuni punk muslim menjelaskan " Punk Muslim itu seperti komunitas punk lainnya. Kita tetap membawa counter-culture yang sama, yaitu mendobrak kebiasaan lama, anti maintream. Mungkin bedanya di sini adalah kita mengangkat ideologi Islam. Sederhananya seperti itu"(news.detik.com 2012) Sementara Mike mengungkapkan: Terus terang gua ngasih acungan jempol buat teman-teman yang hidup di jalan. Mereka punya kebanggaan, berpenampilan nge-punk mereka tetap bertahan walau orang-orang sekitar yang melihat menilainya macam-macam. Bagi gua itu sebuah bentuk perlawanan juga. Melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang beda, menyimpang, diluar kelaziman. Tapi yang lebih penting adalah nilainilai punk dalam prakteknya berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mereka bisa survive, menjalin kebersamaan, saling peduli satu sama lain dan tetap mengunggulkan rasa dan kebebasan ( Tidak banyak orang tahu jika setiap anak jalanan atau punk jalanan mempunyai mimpi dan ambisi lebih besar dari pada kita yang hidup boleh dikatakan berkecukupan walau kadang terasa kurang. Mimpi mereka adalah

9 9 seperti banyak orang lainnya yang ingin hidup tenang, layak, dan berkecukupan, tetapi mereka hanya bisa bersyukur dengan apa yang ada. Sebagian orang menganggap kehidupan mereka kelam, karena gaya hidup yang aneh dan tak punya norma, padahal mereka itu sebenarnya orang yang lebih menghormati jika di hormati. Suram hal yang kedua di benak setiap orang tentang kehidupan mereka, tetapi dibalik itu semua mereka mempunyai mimpi dan harapan yang cukup besar untuk hidup layak dan membaur dengan masyarakat lain di kehidupan sosial. Seperti apa yang dituturkan oleh Al, dengan berpakaian punk seperti teman-temanya diapun tidak pernah tinggal menetap di satu tempat saja. Dia selalu berpindah dari satu tempat ketempat lain, dari kota satu ke kota lain berharap bisa mendapatkan penghasilan lebih dari mengamen. Selain itu dia berpindah-pindah tempat untuk mencari teman-teman baru dan juga pengalaman baru selayaknya seperti anak-anak muda lainya. Dengan begitu dia merasa senang karena mendapat teman dan pengalaman baru. Dia mengatakan bahwa disatu tempat dengan tempat lain memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyambut orang baru. Dari beberapa tempat yang pernah dia singgahi di antaran Jakarta, Bandung, Lampung, Magelang, dia mendapatkan pengalaman yang berbeda. Ketika Al masuk ke wilayah Lampung misalnya, dia mengatakan bahwa teman-teman punk di lampung menyambutnya dengan baik, dengan penuh persaudaraan karena merasa senasib, karena kebanyakan dari anak-anak punk di Lampung juga adalah pendatang seperti dia. Berbeda dengan ketika dia masuk daerah Jawa Tengah, disana penyambutan teman-teman punk tidak sebaik seperti

10 10 yang di Lampung. Karena dia harus laporan dulu kepada anggota punk yang dituakan.bahkan dia bukan sekedar melapor tetapi juga harus melewati tradisi yang ada di Jawa Tengah, yaitu setiap anggota baru yang masuk dia harus membelikan minuman untuk anggota-anggota punk yang senior sebagai tanda perkenalan. Lain lagi di Bandung, walaupun teman-teman punk di sana welcome untuk menerima setiap anggota yang baru datang, tetapi dia merasa tidak betah tinggal bersama teman-teman di Bandung, karena banyak teman-teman punk yang seusianya ngelem atau memakai lem sebagai mengganti pil dixtro untuk mabuk. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa anak-anak punk jalanan sebagian besar masih berusia remaja. Usia remaja adalah masa perjalanan dari kanak-kanak kemasa dewasa ditandai oleh periode transisional panjang. Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia sepuluhan. Masa awal (sekitar usia 11 atau 12 samapai14 tahun), transisi keluar dari masa kanakkanak menawarkan peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial. Remaja atau adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget dalam Hurlock (1980) yang mengatakan, Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transportasi

11 11 yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan. Menurut Erikson (1968) Tugas utama dari masa remaja adalah memecahkan krisis dari identitas versus kebingungan identitas - identity versus identity confusion (atau identitas versus kebingungan peran identity versus role confusion) untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memilki peran yang bernilai dalam masyarakat. Remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain, sebagaimana yang dilakukan anak yang lebih muda, tetapi dengan memodivikasi dan menyintensis identifikasi lebih awal kedalam struktur psikologi baru yang lebih besar. Untuk membentuk identitas seorang remaja harus memastikan dan mengorganisir kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat mereka sehingga dapat diekspresikan dalam konteks sosial. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia tahun. Hal ini dikemukakan dalam sensus penduduk Menurut masyarakat Indonesia, batasan usia remaja adalah tahun dan belum menikah dengan berbagai pertimbangan, (1) Usia sebelas tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (criteria fisik) (2) di masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (criteria sosial) (3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya

12 12 identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (4) batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua. (Sarwono, 2005).Dengan demikian secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal usia tahun, dan remaja akhir yaitu awal usia 20-an tahun.usia remaja berada pada rentang usia tahun dimana dalam pencarian identitas dirinya untuk lebih mengenal siapa dirinya dan bagaimana konsep diri yang timbul dalam kehidupan sosialnya. Konsep diri sendiri bisa diartikan sebagai sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya, bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik. Orang kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut, apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau tidak senang dengan dirinya.konsep diri sendiri terbentuk melalui penilaian diri dan persepsi yang diberikan orang lain terhadapnya. Hal itu sejalan dengan apa yang diungkapkan Cooley (dalam Sunarto 1993) melalui analogi cermin, mengatakan bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilanya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakan sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Konsep diri bukanlah sesuatu yang dimiliki individu sejak lahir dengan secara instan. Tetapi konsep diri terbentuk melalui

13 13 proses panjang yaitu proses belajar sepanjang hidup manusia. Seperti yang dikatakan oleh Calhoun & Acocella (1995) konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan melainkan dengan proses belajar sepanjang kehidupanya. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan-harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu individu mulai bisa membedakan antara dirinya,orang lain,dan benda-benda disekitarnya dan pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan,serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Menurut Stuart & Sundeen dalam Keliat (1992), terdapat lima komponenkomponen konsep diri yang tak terpisahakan, yaitu gambaran diri, harga diri, ideal diri, identitas diri, dan peran diri. Beberapa alasan mengapa penulis memilih konsep diri, subyek remaja laki-laki dan bukan perempuan, Anak punk jalanan berprofesi sebagai pengamen dan bukan pengemis atau pedagang adalah: 1) Membangun konsep diri positif sangat perlu di lakukan oleh setiap orang. Karena hal itu sangat berpengaruh pada keberhasilan dan kesuksesan hidup yang mereka jalani. Banyak orang gagal bukan karena tidak memiliki kemampuan dan potensi, tetapi bisa diakibatkan karena kesalahan konsep diri yaitu bagaimana remaja memahami dan membangun konsep diri yang positif. 2) Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dimana Menurut Erikson (1968) Tugas utama dari masa remaja adalah memecahkan krisis dari identitas versus kebingungan peran (identity versus role confusion) dimana pada masa ini remaja mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh

14 14 orang lain didalam mengambil keputusan dan bertindak. 3) Anak Punk jalanan adalah sekumpulan anak remaja yang berbeda dari remaja-remaja lain pada umumnya, karena remaja punk memiliki ciri-ciri yang khas dengan pakaian serba hitam, jaket rompi, rambut mohawk dengan di cat warna-warni, sepatu boot, memakai anting, rantai besar, bertato yang menurutnya adalah jiwa seni sehingga memberikan kesan unik sebagai identitas diri. 4) Pengamen adalah seseorang yang bukan hanya sekedar bekerja mencari makan, tetapi memiliki kemampuan serta kreativitas bermusik yang tinggi, sehingga selain bermain musik dan menyanyikan lagu-lagu orang pengamen biasanya membuat lagu serta mengaransemen musik sendiri untuk menyuarakan perjuangan para pengamen itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Konsep Diri Remaja Akhir Laki-Laki Punk Jalanan yang berprofesi sebagai Pengamen. 1.2.Pokok Permasalahan dan Ruang Lingkup Masalah Agar maksud dan tujuan dari penelitian ini jelas dan dapat dimengerti oleh pihak lain, maka peneliti memberi ruang lingkup atas pokok permasalahan yang akan dibahas. Dalam penelitian skripsi ini penulis hanya melakukan pembahasan mengenai gambaran konsep diri remaja laki-laki punk jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, bagaimana proses pembentukan konsep diri, serta faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan konsep diripada remaja laki-laki punk jalanan yang berprofesi sebagai pengamen ini.

15 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumusan beberapa masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana gambaran konsep diri remaja laki-laki punk jalananyang berprofesi sebagai pengamen? 2) Bagaimana proses pembentukan konsep diri pada remaja laki-laki punk jalanan yang berprofesi sebagai pengamen? 3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pada remaja laki-laki punk jalanan yang berprofesi sebagai pengamen? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan gambaran dan proses terbentuknya konsep diri pada remaja laki-laki punk jalanan yang berprofesi sebagai pengamen. 2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja laki-laki punk dijalanan. 1.5.Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis atau keilmuan Membangun konsep diri positif sangat perlu di lakukan oleh setiap orang. Karena hal itu sangat berpengaruh pada keberhasilan dan kesuksesan hidup yang akan dijalani. Banyak orang gagal bukan karena tidak memiliki kemampuan dan potensi, tetapi bisa diakibatkan karena

16 16 kesalahan konsep diri yaitu bagaimana remaja memahami dan membangun konsep diri yang positif. 2) Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dimana Menurut Erikson (1968) Tugas utama dari masa remaja adalah memecahkan krisis dari identitas versus kebingungan peran (identity versus role confusion) dimana pada masa ini remaja mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain didalam mengambil keputusan dan bertindak.penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu psikologi perkembangan, serta dapat diaplikasikan kedalam berbagai teori yang telah dipelajari, sehingga selain berguna bagi pengembangan, pemahaman dan pengalaman peneliti, diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lain untuk melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan konsep diri anakpunk jalanan. 2) Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang konsep diri pada remaja laki-laki punk jalanan yang menjadi pengamen, dengan harapan mereka mampu memandang diri dan masa depan dengan lebih positif, dan juga bagi para praktisi dan pemerhati anak dan remaja untuk semakin peduli tentang dampak dari kehidupan jalanan bagi anak dan remaja, dan bisa memberikan pelatihan dan pembinaan bagi anak-anak jalanan, khususnya anak-anakpunk.

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan kemampuan seseorang memandang positif dalam segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hasil yang positif pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong dalam negara berkembang. Infrastruktur yang terus berkembang hingga sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa orang menyebut mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kemiskinan di daerah perkotaan adalah dampak dari urbanisasi dan kekeliruan dalam menangani ledakan jumlah penduduk. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Tetapi manusia dalam kehidupan pribadinya disebut sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama ini telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor ekonomi, namun selain itu tidak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumberdaya alamnya, namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyandang predikat sebagai Kota Layak Anak (KLA) merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Solo, sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Solo. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep-diri 1. Pengertian Konsep-Diri Menurut Hurlock (1999) konsep-diri merupakan pandangan individu mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua komponen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai, BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai, contohnya adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial dan kebudayaan yang mencolok berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran dan kehendak tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami permasalahan di bidang sosial, politik, ekonomi. Permasalahan yang paling umum dirasakan masyarakat adalah permasalahan ekonomi dan seiring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja. Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Remaja. Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Gelandangan dan pengemis (gepeng) dapat tumbuh subur, seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jambi dengan ibukota berkedudukan di Bangko. Daerah merangin terdiri dari beragam suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan anjal diabaikan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan anjal diabaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak jalanan (Anjal) adalah fenomena nyata bagian dari kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan anjal diabaikan dan tidak dianggap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena itu keberhasilan suatu pembangunan sedikit banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rejekinya dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rejekinya dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rejekinya dari hiruk pikuk jalanan, dan kebanyakan dari mereka sudah tidak mengenyam pendidikan lagi sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan musik di Indonesia sekarang ini menyediakan berbagai macam jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan kemiskinan, jadi masih terdapat kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak jalanan merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Semakin menjamurnya jumlah anak jalanan yang berkeliaran di jalan tak diragukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai wadah dari mahasiswa untuk menyalurkan bakat dibidang olahraga. Mahasiswa juga dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di perkotaan dilihat dari struktur masyarakatnya yang heterogen, yaitu dari segi mata pencaharian utama yang beragam, mayoritas masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 Angkutan umum memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Para ahli perkembangan mengelompokkan fase-fase

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Para ahli perkembangan mengelompokkan fase-fase 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu yang hidup akan tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Para ahli perkembangan mengelompokkan fase-fase perkembangan individu dari mulai fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan, baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan Negara yang tertuang dalam

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN, PENGEMIS, TUNA SUSILA DAN ANAK JALANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gelandangan merupakan bagian dari fenomena dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakatnya, bangsa atau negara dapat dikatakan maju dan berhasil apabila kesejahteraan masyarakatnya telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya. dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya. dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang baru, Indonesia mengalami beberapa kenaikan harga seperti harga BBM yang naik dua

Lebih terperinci