BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentanglahan volkanik mempunyai potensi sumberdaya alam dan bencana. Potensi sumbedaya alam bentanglahan volkanik salah satunya tanah yang subur dan lebih produktif dibandingkan tanah-tanah yang lain (Sukarman, dkk., 2014). Tanah yang subur membuat bentanglahan volkanik mempunyai penutup lahan yang bervariasi. Jenispenutup mempengaruhi kandungan karbon di biomassa dan tanah. Monitoring dan perhitungan cadangan karbon pada biomassa dan tanah diperlukan untuk melakukan analisis perubahan iklim. Peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) akibat pelepasan karbon dari biomassa dan tanah dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Salah satu cara mengurangi emisi CO2 di udara dengan mempertahankan kandungan karbon di dalam biomassa dan tanah. Karbon (C) tersimpan dan diukur di daratan dalam 3 komponen pokok, yaitu: biomassa, nekromassa, dan bahan organik tanah (Hairiah, dkk., 2011). Penelitian menfokuskan pada pengukuran karbon organik yang tersimpan di dalam tanah. Distribusi spasial karbon organik tanah menunjukkan distribusi nilai cadangan karbon pada suatu daerah. Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi biomassa dan nekromassa dari vegetasi. Daerah yang mempunyai biomassa dan nekromassa yang banyak akan mempunyai nilai karbon organik tanah yang tinggi. Distribusi spasial karbon organik tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik dan aktivitas manusia. Faktor lingkungan pengontrol variabilitas spasial karbon organik tanah, yaitu: tipe tanah, penggunaan lahan, topografi (Hoffman, dkk., 2014), vegetasi dan iklim (Esteban, dkk., 2000). Proses eksogenik seperti erosi, aliran permukaan/erosi (Wicaksono, 2012), dan longsor juga mempengaruhi distribusi karbon organik tanah (Dewi, 2011). Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi sisa vegetasi yang sudah mati di tanah. Persebaran vegetasi menjadi faktor penting yang mempangaruhi variabilitas spasial karbon organik tanah. Aktivitas pengolahan lahan oleh manusia mempengaruhi kondisi penutup lahan, sehingga mempengaruhi biomassa, nekromassa, dan karbon organik tanah. Lahan yang sudah diolah manusia mempunyai cadangan biomassa, nekromassa, dan karbon organik tanah yang lebih rendah dibandingkan lahan yang belum diolah. 1

2 Faktor lingkungan pengontrol varibilitas spasial karbon organik tanah memiliki kemiripan dengan karakteristik bentuklahan. Bentuklahan menggambarkan karakteristik relief, bahan penutup permukaan, batuan dasar, dan intensitas proses geomorfologi yang mempengaruhi persebaran tanah dan vegetasi (Sartohadi, dkk., 2014). Penelitian bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan bentuklahan dan penutup lahan sebagai faktor lingkungan pengotrol variabilitas spasial karbon organik tanah di kompleks Gunungapi Ijen. Penelitian juga bertujuan untuk menghitung kandungan karbon organik total di DAS Bendo. Batas penelitian yang digunakan adalah DAS Bendo. Daerah aliran sungai Bendo berada di lereng tenggarakompleksgunungapi Ijen. Daerah aliran sungai berdasarkan karakteristik geomorfologi dan aspek biogeofisik dibagi menjadi wilayah hulu, tengah, dan hilir (Asdak, 2002 dan Charlton, 2008). Wilayah hulu, tengah, dan hilir mempunyai karakteristik bentuklahan dan penutup lahan yang berbeda-beda. Karakteristik geomorfologi dan aspek biogeofisik di DAS akan mempengaruhi distribusi spasial karbon organik tanah. 1.2.Rumusan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendo memiliki variasi bentuklahan dan penutup lahan. Hulu DAS Bendo merupakan kawasan CA/TMWA Kawah Ijen dan hutan lindung, sedangkan hilir DAS Bendo merupakan kawasan pertanian, permukiman, dan perkebunan. Persebaran penutup lahan di DAS Bendo dipengaruhi oleh karakteristik bentuklahan, sehingga mempengaruhi variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo. Daerah dengan nilai karbon organik tanah tinggi mengindikasikan kandungan karbon biomassa dan nekromassa yang tinggi pula. Daerah dengankandungan karbon tinggi harus dilestarikan agar tidak meningkatkan konsentrasi karbondioksida (CO2). Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka permasalahan penelitan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. apa karbon organik tanah berbebeda-beda pada setiap satuan bentuklahan DAS Bendo? 2. apa karbon organik tanah berbebeda-beda pada setiap penutup lahan di DAS Bendo? 2

3 3. berapa kandungankarbon organik tanah total di DAS Bendo? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. mendeskripsikan pengaruh perbedaan satuan bentuklahan terhadap variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo, 2. mendeskripsikan pengaruh perbedaan penutup lahan terhadap variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo, 3. menghitung kandungan karbon organik tanah total di DAS Bendo Manfaat Penelitian Manfaat utama penelitian untuk mengetahui variabilitas spasial karbon organik tanah di DAS Bendo. Secara teoritis penelitian akan menggambarkan variabiltas spasial karbon organik tanah yang dipengaruhi oleh bentuklahan dan penutup lahan di DAS Bendo. Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa karakteristik bentuklahan dan jenis penutup lahan mempengaruhi distribusi spasial karbon organik tanah.penelitian juga dapat menunjukkan jumlah karbon organik tanah yang tersimpan dan varibilitas spasialnya di DAS Bendo. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis terkait dengan pengelolaan DAS Bendo. Jumlah karbon yang tersimpan di dalam DAS Bendo perlu dihitung untuk monitoring emisi karbon. Manfaat lainnya dapat digunakan sebagai pertimbangan pemanfaatan lahan di DAS Bendo. Penutup lahan dengan simpanan karbon organik tanah tinggi perlu dilestarikan, sehingga mendukung pengurangan emisi karbondioksida (CO2) global. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan potensi serapan karbon dapat mengurangi penyimpanan karbon dan meningkatkan emisi CO2 global. 1.5.Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Siklus Karbon Siklus karbon terjadi di atmosfer, laut, dan daratan. Atmosfer, laut, dan daratan berfungsi sebagai reservoir karbon. Karbon (C) di udara terdapat dalam bentuk gas CO2. Siklus alami karbon terjadi karena C terlepas menjadi CO2, kemudian diuraikan oleh tumbuhan menjadi C dan O2. Proses pelepasan dan penguraian C terjadi secara terus menerus, sehingga disebut siklus karbon (Suprianto dan Solihat, 2012). 3

4 Reservoir karbon di atmosfer dipengaruhi oleh karbon yang terlepaskan dari laut dan daratan.tanah menyimpan 1500 dari 2000 Pg karbon yang terdapat di daratan (Bruce, dkk., 2007). Karbon di dalam tanah akan terlepaskan melalui pembakaran dan tersimpan menjadi karbon organik tanah Peran Fotosintesis dalam Siklus Karbon Tumbuhan berperan menyerap karbondioksida di udara melalui fotosintesis. Perubahan serta pergerakan utama CO2 dan O2 secara alami dipengaruhi oleh fotosintesis serta respirasi. Fotosintesis oleh tumbuhan menyerap CO2 di udara. Sementara itu respirasi oleh tumbuhan mengeluarkan O2. Proses penyerapan CO2 dan pelepasan O2 di atmosfer dalam skala global akan seimbang (Wahyono, 2011). Fotosintesis mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, protein, dan lemak. Karbondioksida mengalami proses penimbunan karbon (C) dalam biomassa tumbuhan. Biomassa didefinisikan sebagai massa pada bagian vegetasi yang masih hidup yaitu seperti tajuk pohon, tumbuhan bawah, ataupun gulma, (Nadapdap, dkk., 2013). Biomassa tumbuhan di alirkan ke organisme lain melalui rantai makanan. Karbon dalam biomassa tumbuhan dapat langsung kembali ke atmosfer melalui respirasi atau terdekompsosisi. Karbon yang terdekomposisi tersimpan di dalam tanah menjadi bahan organik tanah. Karbon hasil fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah (Sutanto, 2005).Bahan organik tanah merupakan sumber utama karbon organik tanah Tanah dan Bahan Organik Tanah Tanah hampir menutupi seluruh permukaan bumi. Tanah adalah tubuh alam gembur di permukaan bumi yang mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi yang khas dipengaruhi oleh proses pembentukannya (Sartohadi, dkk., 2012). Tanah tersusun dari pencampuran komponen penyusun tanah yang heterogen. Komposisi tanah yang ideal, yaitu: 20-30% udara, air 20-30%, mineral 45%, dan 5% organik (Sutanto, 2005). Bahan organik tanah berasal dari hasil proses dekomposisi sisa tanaman, hewan, dan manusia yang ada di permukaan. Sumber bahan organik terbesar berasal dari dekomposisi sisa vegetasi. Dekomposisi terjadi melalui proses pembakaran ataupun proses oksidasi. Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut: C4H + O2 CO2 +2H2O + Energi (Sartohadi, dkk., 2012). 4

5 Hasil dekomposisi kemudian menyatu dengan tanah. Bahan organik tanah adalah sumber karbon organik tanah. Bahan organik tanah mengandung % karbon (C) (Sutanto, 2005). Bahan organik dihitung berdasarkan kandungan karbon di dalam tanah. Tanah juga merupakan salah satu dari lima carbon pool. Carbon pool digunakan untuk menghitung kandungan karbon di biomassa, nekromassa, dan tanah. Carbon pool adalah reservoir atau subsistem yang mempunyai kemampuan menyimpan dan atau membebaskan karbon (Hairiah, dkk., 2011). Tanah merupakan carbon pool terbesar di reservoir daratan. Perhitungan karbon pada carbon pool dapat memberikan informasi pelepasan dan penyerapan karbondioksida di reservoir daratan Faktor Lingkungan Pengontrol Karbon Organik Tanah Kandungan karbon organik tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan pengontrol variabilitas spasial karbon organik tanah, yaitu: penggunaan lahan, topografi, bahan induk tanah, dan iklim (Queslati, dkk., 2013). Proses-proses eksogenik juga mengontrol distribusi spasial karbon organik tanah. a. Punutup Lahan dan Penggunaan Lahan Penutup lahan merupakan karakteristik dari tutupan lahan di permukaan bumi meliputi karakteristik fisik alami dan non alami. Berbeda dengan penggunaan lahan yang dilihat dari pemanfaatkan lahan oleh manusia untuk tujuan tertentu (Derek, dkk, 2013). Penggunaan lahan memiliki skala pemetaan yang lebih detail daripada penutup lahan. Penutup lahan menentukan kandungan karbon di dalam suatu wilayah. Perbedaan penutup lahan mempengaruhi kandungan karbon. Vegetasi merupakan sumber utama dari karbon organik tanah. Penutup lahan dengan vegetasi yang banyak akan mempunyai kandungan karbon biomassa, nekromassa, dan tanah yang tinggi. b. Vegetasi dan Karbon Organik Tanah Vegetasi mempengaruhidistribusi spasial kandungan karbon organik tanah. Vegetasi merupakan sumber utama karbon organik tanah. Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi sisa vegetasi. Jenis, umur, pertumbuhan, dan kerapatan vegetasi mempengaruhi proses dekomposisi. Tanah subur dan kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan vegetasi akan meningkatkan potensi simpanan karbon 5

6 organik tanah. Karbon organik tanah berasal dari dekomposisi serasah dan tumbuhan mati. c. Topografi dan Karbon Organik Tanah Topografi mempengaruhi distribusi spasial karbon organik tanah. Topografi digambarkan dari ketinggian dan lereng. Kemiringan lereng mengontrol proses eksogenik, seperti: erosi, aliran permukaan, dan longsor yang dapat mentransportasikan karbon organik tanah (Dewi, 2011 dan Wicaksono, 2012). Proses eksogenik mentransportasikan karbon organik tanah ke zona deposisi yang landai atau cekung. Transportasi karbon organik tanah oleh proses ekogenik membuat kandungan karbon organik tanah di daerah landau lebih besar dibandingkan daerah yang miring. Topografi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan pada suatu daerah. Ketinggian dan kemiringan lereng mempengaruhi kemampuan lahan yang berpengaruh terhadapa pola pemanfaatan lahan. Daerah dengan kemiringan lereng curam akan dimanfaatkan sebagai kawasan hutan penyangga. Daerah dengan kemiringan lereng landai akan dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman dan pertanian. Perbedaan karakteristik topografi mempengaruhi pola penutuplahan dan secara langsung juga akan mempengaruhi kandungan karbon. Suhu menurun seiring bertambahnya ketinggian pada daerah tropis. Setiap kenaikan 100 mdpal suhu akan menurun 1 derajat C. Suhu mengontrol dokomposisi. Dekomposisi semakin cepat terjadi pada daerah yang mempunyai suhu rendah. Reaksi dekomposisi akan meningkat dua kali lebih intensif setiap suhu turun 8-9 C dari rata-rata suhu tahunan (Bot dan Beneties, 2005) Tanah dan Bentuklahan Bentuklahan ditentukan oleh beberapa komponen yaitu: proses alam, topografi, sturktur geologi, material batuan, ruang, dan waktu (Verstappen, 1983). Bentuklahan dapat diklasifikasikan lagi menjadi satuan bentuklahan yang lebih detail. Satuan bentuklahan diklasifikasikan berdasarkan relief, bahan penutup permukaan, batuan dasar, dan intensitas proses geomorfologi (Sartohadi, dkk., 2014). Pembentukan tanah merupakan bagian intregal dari proses geomorfologi yang terdapat pada bentuklahan (Birkeland, 1984). Berdasarkan pemahaman 6

7 konsep bentuklahan dan tanah dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara bentuklahan dan tanah. Faktor pembentuk bentuklahan mempunyai kemiripan dengan faktor pembentuk tanah. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor ikilm, topografi, organisme, bahan induk, waktu, serta faktor lokal (Jenny, 1941.,dalam Sartohadi,, Jamulya, Dewi, 2012). Variabilitas spasial tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah. Persebaran satuan tanah dipengaruhi oleh relief dan bahan induk. Relief merupakan salah satu aspek utama dalam analisis bentuklahan. Reliefdigunakan untuk menganalisis persebaran spasial satuan tanah. Relief juga digunakan untuk mendeskripsikan variabilitas spasial karbon organik tanah di dalam satuan tanah. Horison tanah menggambarkan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Pembentukan tanah melibatkan empat proses, yaitu: penambahan, pengurangan, perpindahan, dan perubahan (Sartohadi, dkk., 2012). Perkembangan tanah ditandai dengan perubahan karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah yang dibedakan berdasarkan horison tanah. Proses penambahan material baru di dalam tanah dapat berupa penambahan material organik dalam profil tanah. Penambahan material organik ke dalam tanah menjadikan bahan organik sebagai salah satu faktor untuk identifikasi horison tanah. Horison O dan A merupakan horison tanah yang mengandung banyak bahan organik tanah. Horison O dan A terbentuk difase terakhir proses perkembangan horison. Horison O dicirikan dengan lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Horison A dicirikan dengan lapisan tanah yang sudah menunjukkan kehilangan sebagian atau keseluruhan sturktur asli batuan. Horison A merupakan lapisan tempat terjadinya akumulasi humifikasi bahan organik dan bercampur dengan bahan mineral (Sutanto, 2005). Akumulasi karbon organik tanah sebagian besar berada pada horison O dan A, sehingga horison O dan A mempunyai kandungan karbon organik tanah yang tinngi. Horison O dan A berada di lapisan tanah paling atas dalam profil tanah, sehingga perhitungan kandungan karbon organiktanah dilakukan pada lapisan paling atas dengan kedalaman tertentu. Karbon organik tanah akan semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah karena akumulasi bahan organik terkonsentrasi pada lapisan tanah paling atas. 7

8 Kandungan lempung di dalam tanah juga mempengaruhi kandungan karbon organik tanah. Material lempung dan bahan organik tanah mudah tererosi, kemudian terendapkan di lereng yang lebih landai. Lempung mudah tererosi, sehingga banyak terdapat pada lereng yang landai. Kandungan lempung akan terus meningkat dengan menurunnya kemiringan lereng (Birkeland, 1984). Lereng landai mempunyai kandungan lempung tinggi, karena merupakan tempat akumulasi material hasil erosi. Bahan organik tanah banyak terendapkan di lereng landai seperti halnya koloida lempung. Lempung juga mempunyai kemampuan mengikat karbon organik tanah Intrepetasi Citra Satelit Intrepetasi citra adalah kegiatan mengkaji foto udara atau citra satelit dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan arti penting dari obyek (Sutanto, 1992). Kegiatan intrepetasi dilakukan melalui: a. deteksi merupakan tindakan pengamatan terhadap suatu objek, b. identifikasi merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi melalui keterangan, c. analisis merupakan upaya pengumpulan keterangan lebih lanjut untuk identifikasi lebih lanjut atau validasi hasil intrepetasi. Intrepetasi citra dilakukan dengan memperhatikan tujuh kunci intrepetasi. Tujuh kunci intrepetasi citra menurut (Sutanto, 1992), yaitu: a. rona dan warna rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek citra, sedangkan warna adalah wujud yang tampak pada mata, b. bentuk bentuk adalah variabel kualitatif yang memberikan kerangka bentuk pada suatu obyek, c. ukuran ukuran adalah atribut obyek yang menjelaskan ukuran antara lain jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume obyek, 8

9 d. tekstur tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Frekuensi rona dapat berupa pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan, e. pola pola adalah susunan keruangan dari suatu obyek yang dapat mencirikan atau menjelaskan nama obyek, f. bayangan bayangan adalah kenampakan bayangan dari obyek yang dapat memberikan keterangan pada obyek, g. situs situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek yang lain di sekitar. 9

10 1.6. Penelitian Terdahulu Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sebelumnya. No Peneliti Tempat/tahun Judul penelitian Tujuan Metode Hasil 1 Hoffmann, U., Swiss, 2014 Assessing the Spatial Menghitung variabilitas Kuantitatif, Hoffmann, T., Variability of Soil Organic spasial karbon organik Pengukuran karbon Jurasinski., Glatzel, Carbon Stock in Alpine tanah berdasarkan faktor organik tanah S., and Kuhn, N.J. Setting (Grindelwald, pengontrol lingkungan, dengan metode Swiss Alps) yaitu: tipe tanah, iterpolasi inverse penggunaan lahan, dan distance, ordinary-, topografi mengunakan block-, dan teknik interpolasi kriging regression-kriging karbon organik tanah 2 Queslati, I., Itali, 2013 Vegetation and Mengetahui pengaruh Kuantitatif, Allamano, P., Topographic Control on vegetasi dan topografi Statistika korelasi Bonifacio, E., and Spatial Variability of Soil terhadap varibilitas spasial regresi Claps, P. Organic Carbon karbon organik tanah 3 Wicaksono, A.P. Indonesia, Distribusi Spasial Mengetahui pengaruh Pemodelan aliran 2012 Kehilangan Tanah dan aliran permukaan terhadap permukaan Karbon Organik Tanah distribusi spasial karbon oleh Aliran Permukaan di organik tanah DAS Oyo 4 Dewi, N. I. Indonesia, 2011 Redistribusi karbon Organik Tanah (C-organik) Melalui Mekanisme Longsorlahan di DAS Kayangan, Kulon Progo, DIY Mengetahui pengaruh longsorlahan terhadap distribusi karbon organik tanah Kuatitatif, inventarisasi data longsor dikaitkan dengan kandungan karbon organik tanah Hasilnya bahwa terdapat varibilitas karbon organik tanah yang jelas, menggunakan faktor pengontrol lingkungan sebagai unit analisis. Teknik interpolasi kriging merupakan teknik hybrid yang baik untuk mengetahui variabilitas Variabel vegetasi dan topografi berpengaruh terhadap distribusi spasial karbon organik tanah Aliran permukaan berperan dalam distribusi spasial karbon organik tanah Karbon organik tanah dapat dipindahkan melalui mekanisme longsorlahan 10

11 1.7. Kerangka Pemikiran Jumlah dan variabilitas spasial karbon organik tanah dikontrol oleh faktor lingkungan. Faktor pengontrol lingkungan paling mempengaruhi variabilitas spasial karbon organik tanah, yaitu: tipe tanah, penggunaan lahan, topografi (Hoffman, dkk., 2014), vegetasi, dan iklim (Esteban, dkk., 2000). Proses-proses eksogenik juga mengontrol distibusi spasial karbon organik tanah. Daerah aliran sungai berdasarkan karakteristik geomorfologi dan aspek biogeofisik dibagi menjadi wilayah hulu, tengah, dan hilir (Asdak, 2002 dan Charlton, 2008). Wilayah hulu, tengah, dan hilir mempunyai karakteristik bentuklahan dan penutup lahan yang berbeda-beda.berdasarkan karakteristik geomorfologi hulu DAS merupakan sumber material, tengah DAS merupakan zona transportasi, dan hilir DAS merupakan zona deposisi. Berdasarkan aspek biogeofisik hulu DAS merupakan daerah konservasi, tengah DAS merupakan daerah transisi, dan hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan. Karakteristik geomorfologi dan aspek biogeofisik di DAS mempengaruhi distribusi spasial karbon organik tanah. Bentuklahan menggambarkan karakteristik geomorfologi. Pembagian wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS dapat dilakukan analisis karakteristik bentuklahan. Bentuklahan diklasifikasikan menjadi satuan bentuklahan yang lebih detail. Satuan bentuklahan diklasifikasikan dari relief, bahan penutup permukaan, batuan dasar, dan intensitas proses geomorfologi (Sartohadi, dkk., 2014). Satuan bentuklahan mempengaruhi distribusi spasial tanah dan karbon organik oleh proses eksogenik. Proses eksogenik yang berpengaruh diantaranya erosi, aliran permukaan, dan longsor. Bentuklahan juga mempengaruhi pola penutup lahan pada suatu wilayah. Pola penutup lahan dapat menggambarkan kerapatan vegetasi. Distribusi spasial penutup lahan dinilai dapat menggambarkan variabilitas dan dinamika kandungan karbon biomassa serta karbon organik tanah (Houghton, 2013). Vegetasi merupakan sumber utama bahan organik tanah. Vegetasi yang sudah mati atau nekromassa dan seresah akan terdekomposisi dan menjadi karbon organik tanah. Faktor pembentuk bentuklahan mempunyai kemiripan dengan faktor pembentuk tanah. Faktor pembentuk bentuklahan, yaitu: proses alam, material 11

12 batuan, topografi, struktur geologi, ruang, dan waktu. Bentuklahan dapat menjadi batas yang bersifat umum untuk mengetahui distribusi satuan tanah. Karbon organik tanah banyak terdapat pada horison O dan A. Horison O dan A merupakan lapisan tempat akumulasi bahan organik. Bahan organik merupakan sumber utama karbon organik tanah. Topografi dan iklim menjadi faktor pengontrol distribusi karbon organik tanah melalui proses-proses eksogenik yang terjadi. Topografi serta iklim menentukan intensitas erosi, aliran permukaan, dan longsor. Kehilangan karbon organik tanah dari DAS pada dasarnya merupakan perpindahan materi dari dataran ke perairan atau pembakaran. Kebarakan lahan akan melepaskan karbon dari biomassa, nekromassa, dan karbon organik tanah. Topografi dapat digambarkan dari elevasi. Semakin tinggi elevasi dan semakin rendah suhu udara kandungan karbon organik tanah akan lebih tinggi (Rasel, 2013). Suhu udara yang rendah dan lembab lebih mempertahankan kandungan karbon di dalam tanah serta mempercepat dekomposisi. Proses erosi dan sedimentasi dipengaruhi oleh curah hujan, topografi, dan vegetasi. Erosi memindahkan karbon organik tanah ke daerah yang lebih landai dan rendah. Daerah landai dan rendah akan mempunyai kandungan karbon organik tanah yang lebih tinggi, karena terjadi penimbunan karbon akibat proses sedimentasi. Tekstur tanah lempung yang mudah tererosi juga mampu mengikat karbon organik tanah (Birkeland, 1984). Lempung akan tersedimentasi mengikat karbon organik tanah pada daerah landai dan cekung. Karakteristik fisik bentuklahan mempunyai kemiripan dengan faktor lingkungan pengontrol jumlah dan variabilitas spasial karbon organik tanah. Bentuklahan dapat menggambarkan faktor lingkungan dan proses eksogenik yang mengontrol variabilitas spasial karbon organik tanah. Hubungan spasial antara satuan bentuklahan dan penutup lahan dengan karbon organik tanah tergambarkan di kerangka pemikiran (Gambar 1.1). 12

13 Proses Geomorfologi Batuan dasar Topografi/relief Bahan permukaan Ruang dan waktu Bentuklahan Aspek biogeofisik Tengah Satuan Bentuklahan Penutup lahan Karakteristik wilayah DAS Hulu Tengah Hilir Proses eksogenik Penutuplahan Vegetasi Jenis Kerapatan Dekomposisi Karbon organik tanah Bahan organik tanah 1.8. Batasan Istilah Variabilitas spasial karbon organik tanah Gambar 1.1 Kerangka penelitian Bahan organik tanah adalah bahan organik yang berasal dari proses dekomposisi makhluk hidup atau dekomposisi dari bahan yang terdiri dari senyawa organik (Sutanto, 2005). Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografi yang khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologi pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis (Verstappen, 1983). 2011). Biomassa adalah total tanur kering vegetasi (Badan Standarisasi Nasional, Carbon pool adalah reservoir yang mempunyai kemampuan dan atau membebaskan karbon (Hairiah, dkk., 2011). 13

14 C-tanah adalah kandungan karbon organik tanah dalam satuan ton per hektar(badan Standarisasi Nasional, 2010). C-tanah total adalah total cadangan karbon dalam luasan tertentu dalam satuan (Badan Standarisasi Nasional, 2010). C-organik tanah adalah unsur karbon yang berasal dari bahan organik tanah (Hakim,dkk., 1986). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang mempuyai satu outlet sungai dan dibatasi oleh pungung-punggung gunung (Asdak, 2002). Dekomposisi adalah penguraian bahan mineral dan organik yang didalamnya terdapat proses biokimia, peruraian secara mekanis, dan peruraian secara mikroorganisme (Sutanto, 2004). Penutup lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2010). Karbon adalah unsur kimia bukan logam dengan simbol atom C yang banyak terdapat di dalam semua bahan organik tanah dan di dalam bahan anorganik tertentu. Nomor atom unsur karbon yaitu nomor atom 6 dan berat atom 12 g. (Agus, dkk., 2011). Karbon organik tanah adalah massa karbon untuk setiap satuan berat tanah (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Nekromassa adalah massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang belum terlapuk (Hairiah, dkk., 2011). Serasahadalah kumpulan bahan organik di lantai hutan yang belum terdekomposisi secara sempurna ditandai dengan bentuk jaringan yang masih utuh(badan Standarisasi Nasional, 2011). Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan posisinya (Undang-Undang No.4, 2011). Variabilitas adalah keadaan bervariasi ( 2014) 14

VARIABILITAS SPASIAL KARBON ORGANIK TANAH DI DAS BENDO KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR

VARIABILITAS SPASIAL KARBON ORGANIK TANAH DI DAS BENDO KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR VARIABILITAS SPASIAL KARBON ORGANIK TANAH DI DAS BENDO KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR Subarno subarno@mail.ugm.ac.id Junun Sartohadi junun@ugm.ac.id ABSTRACK Bendo watershed is located in southeast

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi

Lebih terperinci

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J. MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J. Tujuan Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan, meliputi proses-proses yang bekerja terhadap batuan induk dan perubahanperubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-

Lebih terperinci

II. PEMBENTUKAN TANAH

II. PEMBENTUKAN TANAH Company LOGO II. PEMBENTUKAN TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Isi A. Konsep pembentukan tanah B. Faktor pembentuk tanah C. Proses pembentukan tanah D. Perkembangan lapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi 16 TINJAUAN PUSTAKA Karbon Hutan Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Hutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Buletin PSL Universitas Surabaya 28 (2012): 3-5 Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Hery Purnobasuki Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Berdasarkan jumlah keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi tanah dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik dari geologi, geomorfologi, pertanian, peternakan, ataupun keteknikan. Tanah dari sudut pandang geomorfologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kita. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menginterpretasi bentuklahan, terutama berkaitan dengan proses-proses yang membentuk dan memodifikasi bentuklahan tersebut

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Iklim Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO 2 Tanah Tanah merupakan bagian dari sistem yang mengatur konsentrasi CO 2 atmosfer. Hampir 10% CO 2 dari tanah sampai ke atmosfer tiap tahunnya (Raich dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses erosi dan sedimentasi merupakan proses yang memiliki peranan penting dalam dinamika permukaan Bumi. Verstappen dan van Zuidam (1968) mengklasifikasikan bentukan

Lebih terperinci

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5 PETA SATUAN LAHAN Pembuatan Satuan Lahan Lereng Faktor lereng sangat mempengaruhi erosi yang terjadi. Pengaruh lereng pada proses terjadinya erosi yaitu mempengaruhi besarnya energi penyebab erosi. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan suatu asosiasi tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau vegetasi berkayu lainnya, yang menempati suatu areal yang cukup luas sehingga

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan batubara menjadi salah satu gangguan antropogenik terhadap ekosistem hutan tropis yang dapat berakibat terhadap degradasi dan kerusakan lahan secara drastis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Company LOGO ILMU TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Topik: Konsepsi Tanah Isi: 13 23 3 4 Pendahuluan Pengertian Tanah Susunan Tanah Fungsi Tanah 1. PENDAHULUAN Gambar 1 Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan merupakan sumber utama penyerap gas karbondioksida di atmosfer selain fitoplankton, ganggang, padang lamun, dan rumput laut di lautan. Peranan hutan sebagai penyerap karbondioksida

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan merupakan unsur terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi, karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hutan juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu penting dalam peradaban umat manusia saat ini. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai aktor dalam pengendali lingkungan telah melupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode 2011-2015 telah terjadi 850 kejadian bencana tanah longsor di Indonesia (BNPB, 2015).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv INTISARI... xv ABSTRAK...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dataran yang dibatasi oleh punggung bukit yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air hujan dan juga sebagai pengaliran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisme Tanah dan Bahan Organik Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan menjadi jenis hewan (fauna)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk permukaan bumi merupakan pencerminan interaksi proses alam dan proses antropogenik atau aktivitas manusia. Proses alam meliputi pelapukan, erosi, gerak massa,

Lebih terperinci

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah hasil stok karbon Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah Biomassa Mangrove di Zona Pasang Tertinggi 0% Batang Nekromassa 16% 0% Akar seresah Biomassa Mangrove di zona Pasang Terendah

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanasan Global Pemanasan global diartikan sebagai kenaikan temperatur muka bumi yang disebabkan oleh efek rumah kaca dan berakibat pada perubahan iklim. Perubahan iklim global

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan penduduk yang cukup tinggi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan pertanian semakin besar. Disamping itu, perkembangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman mengenai Pembentukan Tanah Entisol Yang disusun oleh: Agung Abdurahmansyah Anggita

Lebih terperinci

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas

Lebih terperinci

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

Identifikasi Daerah Rawan Longsor Identifikasi Daerah Rawan Longsor Oleh : Idung Risdiyanto Longsor dan erosi adalah proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan PETA SATUAN MEDAN TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan ALAT DAN BAHAN 1. Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000 2. Peta Geologi skala 1 : 100.000 3. Peta tanah semi detil 4. Alat tulis dan gambar 5. alat hitung

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... ix ABSTRACT...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdiri dari sekumpulan vegetasi berkayu yang didominasi oleh pepohonan. Hutan

I. PENDAHULUAN. terdiri dari sekumpulan vegetasi berkayu yang didominasi oleh pepohonan. Hutan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan dalam pengertiannya merupakan suatu kesatuan ekosistem yang terdiri dari sekumpulan vegetasi berkayu yang didominasi oleh pepohonan. Hutan yang ditumbuhi pepohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada

Lebih terperinci