Laporan Tahunan Mengawali Restorasi Gambut Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Tahunan Mengawali Restorasi Gambut Indonesia"

Transkripsi

1 Laporan Tahunan 2016 Mengawali Restorasi Gambut Indonesia

2

3 Mengawali Restorasi Gambut Indonesia Badan Restorasi Gambut 2016

4

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Tahun 2015 menjadi tahun terburuk dalam sejarah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam 18 tahun terakhir. Pemerintah mencatat, seluas 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar sepanjang Juni hingga November 2015, memicu kabut asap pekat sehingga menimbulkan masalah nasional, di mana kerugian ekonomi akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai Rp 221 triliun. Sebagai akibat, 19 orang meninggal dunia dan penduduk menderita infeksi saluran pernafasan akut. Kabut asap akibat kebakaran tersebut juga memaksa penutupan sekolah selama 34 hari, sehingga siswa diliburkan. Sekitar 33 persen dari jumlah lahan yang terbakar merupakan lahan gambut, yang merupakan penyimpan karbon dalam jumlah yang amat besar. Dari hasil kebakaran lahan gambut selama kurang lebih tiga bulan, diperkirakan mengeluarkan emisi 800 mega hingga 1,6 giga metrik ton setara karbon dioksida. Dalam pidatonya di KTT Perubahan Iklim Paris, Presiden Joko Widodo menegaskan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam aksi global menurunkan emis gas rumah kaca (GRK) yang mencakup penurunan emisi sebesar 29% dengan scenario business as usual pada tahun 2030, atau 41% dengan bantuan internasional. Pada 6 Januari 2016, Presiden RI menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang pembentukan Badan Restorasi Gambut (BRG). Sebagai lembaga non-struktural yang bertanggungjawab kepada Presiden, di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BRG dimandatkan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi 2 juta hektar lahan gambut di tujuh provinsi prioritas, yakni Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Sumatera Selatan dan Papua hingga tahun Langkah BRG dalam perjalanannya sebagai lembaga yang baru didirikan di Indonesia tentulah sarat dengan aneka tantangan. Pada tahun pertamanya BRG mengembangkan struktur kelembagaan, menguatkan koordinasi antar pemeirntah pusat dan pemerintah daerah, serta menyelesaikan perencanaan program kerja. Laporan Tahunan BRG 2016 ini memaparkan kilas balik perjalanan BRG selama tahun pertamanya. Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan informasi terkait program kerja dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BRG, pencapaian kinerja BRG selama tahun 2016 beserta tantangan dan kendala yang dihadapi. Laporan ini mengisahkan bagaimana kelembagaan BRG dibangun beserta proses penataan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya. Kemudian diikuti dengan penjelasan atas proses pemetaan lahan gambut, i

6 persiapan masyarakat, dan kegiatan restorasi gambut selama tahun Selanjutnya, laporan ini juga memaparkan kerja sama yang telah dijalin BRG dalam bidang riset dan pendidikan dan bagaimana langkah BRG dalam membangung kepercayaan dunia. Kami berharap melalui publikasi laporan ini, kami juga dapat meningkatkan keterbukaan informasi dan pemahaman atas kegiatan BRG kepada berbagai pemangku kepentingan, serta meningkatkan kesadartahuan masyarakat tentang pentingnya upaya restorasi gambut. Segala capaian yang telah dicapai selama tahun 2016 tentunya tak lepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai kementerian dan lembaga Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Bappenas, mitra internasional, masyarakat setempat, berbagai lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, akhir kata kami ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggitingginya terhadap seluruh pihak yang telah mendukung aksi BRG hingga saat ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat ditingkatkan dan menjadi lebih baik. Mari bersama kita sukseskan restorasi gambut di Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Restorasi Gambut, Ir. Nazir Foead, M.Sc

7 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi I. Pendahuluan II. Membangun Lembaga dan Menata Kebijakan III. Memetakan Lahan Gambut IV. Menyiapkan Masyarakat V. Merestorasi Gambut VI. Kerja Sama Riset dan Pendidikan VII. Membangun Kepercayaan Dunia VIII. Penutup Lampiran Kegiatan Dalam Penyiapan Masyarakat i iii iii

8

9 I. PENDAHULUAN Tahun 2015 menjadi tahun terburuk dalam sejarah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam 18 tahun terakhir. Pemerintah mencatat, seluas 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar sepanjang Juni hingga November 2015, memicu kabut asap pekat sehingga menimbulkan masalah nasional. Tidak hanya menghancurkan kekayaan hayati, kebakaran ini juga mengganggu perekonomian, pendidikan, mengancam kesehatan puluhan ribu jiwa, bahkan menelan korban jiwa. Setidaknya 19 orang meninggal dunia dan penduduk menderita infeksi saluran pernafasan akut. Kabut asap akibat kebakaran ini juga memaksa penutupan sekolah selama 34 hari. Pada Oktober 2015 itu, sekolah ditutup dan siswa diliburkan. Kerugian ekonomi akibat kebakaran ini ditaksir mencapai Rp 221 triliun (mengutip studi Bank Dunia). Hal ini belum memperhitungkan dampak kerugian yang bersifat jangka panjang yang akan dialami bagi anakanak yang menghirup kabut asap akibat kebakaran. Padahal, beberapa penelitian menunjukkan, paparan jangka panjang terhadap polusi kabut asap berkorelasi dengan peningkatan penyakit gangguan jantung dan pernapasan kronis. Sebuah studi tentang efek dari krisis kabut asap Indonesia tahun 1998 terhadap kematian janin, bayi, dan anak batita menunjukkan bahwa polusi udara menyebabkan jumlah anak-anak yang mampu bertahan hidup menurun sebesar anak. Sekitar 33 persen dari jumlah lahan yang terbakar merupakan lahan gambut, yang menyebabkan kabut asap yang tercipta menjadi sangat berbahaya, tak hanya bagi masyarakat yang menghirupnya, namun juga bagi Bumi. Pulau Sumatera dan Kalimantan, yang memiliki sebagian besar lahan gambut di negeri ini, paling menderita akibat kebakaran ini. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, kebakaran hebat juga terjadi di Papua yang berkontribusi hingga 10 persen dari luas lahan yang terbakar secara nasional pada tahun itu. Perkembangan ini sangat memprihatinkan karena dibandingkan provinsi lain, lahan gambut di Papua masih utuh dan terjaga. Di sisi lain, hal ini menunjukkan adanya eskalasi kebakaran hutan dan lahan gambut nasional. Kebakaran hutan dan lahan yang berlangsung sekitar tiga bulan itu juga menempatkan Indonesia menjadi emitor gas rumah kaca yang signifikan. Dari hasil kebakaran lahan gambut selama kurang lebih tiga bulan, Indonesia menghasilkan 1,62 juta metrik ton setara karbon dioksida. Bahkan data Bank Dunia yang mengacu Basis Data Emisi Kebakaran Global versi 4 (Global Fire Emissions Database 1

10 Kebakaran hutan dan lahan ini sebenarnya warisan masalah dari pengelolaan gambut di masa lampau. Setidaknya, selama 18 tahun kebakaran rutin di negeri ini terjadi di musim kemarau. version 4, GFED4) mencatat, juta metrik ton setara karbon dioksida (MtCO2e) terhadap emisi global pada tahun Sebagai perbandingan, berdasarkan Komunikasi Nasional ke-2 dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change), Indonesia diperkirakan menghasilkan emisi secara nasional tahunan sebesar MtCO2e. Dengan besarnya emisi yang dihasilkan itu, komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen (atau 41 persen dengan dukungan keuangan internasional) dibandingkan dengan skenario seperti biasanya (business as usual) pada tahun 2030 sebagai bagian dari kontribusi untuk menjaga agar peningkatan suhu global tidak melebihi 2 derajat Celsius, menjadi semakin menantang. Kebakaran hutan dan lahan ini sebenarnya warisan masalah dari pengelolaan gambut di masa lampau. Setidaknya, selama 18 tahun kebakaran rutin di negeri ini terjadi di musim kemarau, bahkan dampaknya semakin menyengsarakan rakyat. Kebakaran terutama terjadi di lahan gambut yang telah terkonversi menjadi perkebunan skala luas yang telah mengantongi izin pembukaan lahan dari rezim sebelumnya. Praktik pengeringan lahan gambut dengan membuat kanal-kanal besar lazim dilakukan dalam menyiapkan tanaman perkebunan. Tahun 1997 dikenal sebagai kebakaran hutan terhebat yang paling buruk dalam sejarah nasional. Fenomena iklim global El Nino yang membawa kemarau panjang turut berkontribusi dalam memicu hebatnya kebakaran hutan dan lahan pada tahun itu. CIFOR mencatat dalam kurun , Pemerintah Indonesia memperkirakan jumlah lahan yang terbakar mencapai hektar. Kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan jumlah lahan yang terdampak akibat kebakaran mencapai 9,75 juta hektar. Terkait dampak ekonomi, jumlah estimasinya beragam. Economy and Environment Programme for Southeast Asia memprediksi Indonesia dirugikan sebesar US$5 miliar hingga US$6 miliar akibat kebakaran hutan dan lahan pada Lalu, studi Bappenas dan ADB mencatat kerugian mencapai US $4,861 miliar atau setara dengan Rp 711 triliun. 2

11 Kebakaran di tahun 2015 dianggap nyaris menyamai bencana kebakaran hutan dan lahan di tahun Sebagaimana terjadi di tahun 1997, kebakaran hutan dan lahan pada 2015 menghebat karena pada tahun itu kemarau panjang terjadi akibat super El Nino. Kondisi lahan yang terbakar, yang sebagian besar berupa gambut menyebabkan kebakaran menjadi sulit ditanggulangi. Presiden Joko Widodo dihadapkan pada tantangan berat di awal masa kepemimpinannya. Apalagi, kebakaran hutan dan lahan ini telah memanaskan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara tetangga, khususnya dengan Singapura dan Malaysia. Kedua negara ini mendapat kiriman asap pekat sehingga mengganggu kondisi ekonomi dan kesehatan warga mereka. Bahkan, secara global, Indonesia juga menjadi sorotan negara-negara lain akibat besarnya emisi gas rumah kaca yang tercipta dari kebakaran ini. Kondisi ini menyulitkan posisi Presiden Joko Widodo yang waktu itu hendak mengikuti Leader Event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris, pada 30 November Namun demikian, Presiden Joko Widodo menunjukkan kepemimpinannya dengan menyiapkan jalan keluar dan optimisme untuk mengatasi masalah laten yang dihadapi Indonesia ini. Dalam pidatonya di KTT Perubahan Iklim Paris, Presiden mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara pemilik hutan terbesar yang menjadi paru-paru dunia, memilih untuk menjadi bagian dari solusi. Presiden juga menegaskan, Indonesia akan membangun dengan memperhatikan lingkungan. Presiden mengakui, 60% penduduk Indonesia yang tinggal di 3

12 pesisir dan 80% bencana nasional terkait dengan perubahan iklim. Demikian halnya, kebakaran hutan pada tahun 2015 itu, dipicu oleh masalah El-Nino yang mempersulit upaya untuk memadamkan api di wilayah gambut. Sekalipun demikian, unsur kesengajaan dalam pembakaran juga ditemukan. Oleh karena itu, dipastikan adanya penegakan hukum kepada pihak-pihak yang selama ini menjadi penyebab kebakaran. Sedangkan untuk pencegahan ke depan, Presiden menyatakan akan merestorasi gambut dengan membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG). Presiden menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menghentikan komitmen untuk berkontribusi dalam aksi global menurunkan emisi. Termasuk menurunkan emisi sebesar 29% dengan scenario business as usual pada tahun 2030, atau 41% dengan bantuan internasional. Terkait dengan bidang tata kelola hutan dan sektor lahan juga akan menerapkan one map policy dan menetapkan moratorium serta kajian perizinan pemanfaatan lahan gambut, pengelolaan lahan dan hutan produksi lestari. Oleh karena itu Presiden berharap, Kesepakatan Paris harus mencerminkan keseimbangan, keadilan serta sesuai prioritas dan kemampuan nasional. Sekalipun bersifat mengikat, jangka panjang dan ambisius, namun hal itu tidak menghambat pembangunan negara berkembang. Dia juga meminta semua pihak juga berkontribusi lebih dalam aksi mitigasi dan adaptasi, terutama negara maju, yakni dengan cara memobilisasi pendanaan 100 miliar dollar AS hingga 2020 yang ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya serta diikuti dengan transfer teknologi ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas. Komitmen Pemerintah untuk merestorasi lahan gambut yang selama ini menjadi akar masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, telah menjadi pertaruhan wibawa bangsa ini di dunia internasional. Pada 6 Januari 2016, Presiden RI telah memenuhi janjinya di hadapan para bangsa dunia untuk mencari jalan keluar bagi penyelesaian persoalan kebakaran hutan dan lahan dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2016 tentang BRG. Sebagai lembaga non-struktural yang bertanggungjawab kepada Presiden RI, BRG dimandatkan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi gambut yang tersebar di tujuh provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua dalam periode lima tahun ( ). Pada tanggal 14 September 2016, BRG telah menyelesaikan peta indikatif restorasi gambut dengan menetapkan hektar areal terdegradasi yang perlu direstorasi. Sebanyak 30% dari 2,4 juta hektar lahan gambut ditargetkan mulai dilakukan pada tahun 2016, 20% prioritas restorasi lahan gambut masingmasing akan menjadi capaian target restorasi di tahun 2017, 2018, dan 2019, serta 10% di tahun Pada tahun ini pula disiapkan exit strategy dan kemudian dilanjutkan dengan program Percepatan Pengelolaan Tata Kelola Gambut Lestari di periode selanjutnya. Sebanyak 87% dari areal prioritas restorasi gambut terdapat di kawasan budidaya, selebihnya 13% di kawasan lindung. Pemanfaatan gambut di areal budidaya terbanyak dilakukan oleh pemegang izin/konsesi kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Tercatat 531 perusahaan kehutanan dan perkebunan sawit beroperasi di lahan gambut, yang meliputi 174 perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri, 30 Perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan 327 perusahaan kelapa sawit. Konsesi yang berada di kubah gambut sekitra 590 ribuan hektar. Di areal restorasi juga terdapat areal masyarakat baik yang dikuasai dengan klaim adat maupun bukan. Selain itu ada pula areal yang belum jelas status penguasaannya. Total luas areal ini mencapai 1,1 juta hektar 4

13 Grafik 1. Proyeksi Rencana Aksi Restorasi Gambut Sumber: Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2016 dan SK.05/BRG/Kpts/2016 dengan 200 ribuan hektar terdapat di kubah gambut. Pekerjaan rumah dalam lima tahun ke depan adalah: 1. Memetakan 438 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) 2. Melakukan zonasi dan rezonasi fungsi budidaya dan lindung 3. Melakukan pembasahan gambut, dengan antara lain membangun berbagai konstruksi sekat kanal, menimbun kanal atau membangun sumur bor untuk pencegahan kebakaran gambut 4. Penataan ulang pengelolaan areal gambut terbakar 5. Melakukan supervisi dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur restorasi gambut di lahan konsesi 6. Melakukan edukasi, sosialisasi dan menjalin kemitraan dengan para pihak Setahun setelah dibentuk, banyak hal yang telah dilakukan BRG. Sekalipun demikian, merestorasi gambut yang dibiarkan menyimpan bara api persoalan selama puluhan tahun memang tak semudah membalik tapak tangan. Ada persoalan perundangan, kepemilikan lahan, hingga sengkarut kepentingan ekonomi politik perusahaan dan jutaan jiwa masyarakat yang berimpit di sana. Laporan tahunan BRG ini diharapkan memberi perspektif tentang kemajuan yang telah dicapai, sekaligus juga memberi arah tentang pekerjaan lanjutan yang mesti diselesaikan ke depannya. 5

14

15 II. MEMBANGUN LEMBAGA DAN MENATA KEBIJAKAN Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2016, BRG mendapat mandat untuk menjalankan fungsi-fungsi pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi gambut, perencanaan pengendalian dan kerjasama penyelenggaraan restorasi gambut, pemetaan dan penetapan zonasi lindung dan fungsi budi daya, pelaksanaan konstruksi infrastruktur pembatasan gambut dan segala perlengkapannya, penataan ulang pengelolaan area gambut yang terbakar. Cakupan luas kawasan yang harus direstorasi kurang lebih hektar. Dengan mengkaji kondisi yang berlaku, BRG kemudian menemukan adanya hektar areal bergambut terdegradasi yang perlu direstorasi dalam kurun lima tahun. Untuk menjalankan tugas ini, Kepala BRG didampingi oleh Sekretariat Badan, Deputi Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan, Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan, dan Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan. Selain itu, menurut Perpres tersebut, BRG juga didukung oleh Tim Pengarah Teknis dan Kelompok Ahli. Tim Pengarah Teknis ini berasal dari kelembagaan dan kementerian terkait. Sedangkan Kelompok Ahli berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, profesional, dan unsur masyarakat. Setahun pertama setelah dibentuk, BRG lebih banyak melakukan perencanaan, sosialisasi, uji coba, memperkuat kelembagaan, hingga penguatan dan sinkronisasi kebijakan. Dua hal terakhir, yaitu memperkuat kelembagaan dan sinkronisasi kebijakan merupakan hal mendasar yang wajib dilakukan BRG sebagai lembaga baru yang memiliki masa tugas relatif pendek, dibandingkan besarnya tanggungjawab dan kompleksitas persoalan yang dihadapi. Tak lama setelah mendapat mandat dan mengisi struktur kelembagaan, Kepala BRG kemudian membentuk Tim Pengarah Teknis Restorasi Gambut yang melibatkan pejabat terkait lintas kementerian/ lembaga. Demikian pula dibentuk Kelompok Ahli Restorasi Gambut yang melibatkan para pakar. Dengan melibatkan para pihak ini, BRG berhasil menyusun Rencana Strategis 7

16 BRG di bulan Mei 2016 yang kemudian direvisi pada bulan November Berikutnya, BRG kemudian memperkuat kelembagaan ke daerah sasaran dengan membentuk Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) di enam provinsi, yakni Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Tim yang di dalamnya secara lengkap melibatkan unsur pemerintah daerah (pemda), akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal, pihak swasta, masyarakat hingga wartawan ini menjadi perkuatan kinerja restorasi gambut di daerah. Setelah memantapkan kelembagaan, BRG mulai menata langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam merestorasi lahan gambut. Perlu ditegaskan di sini, fungsi BRG tak semata-mata melakukan kegiatan restorasi fisik lahan gambut. Bersama dengan kementerian dan lembaga terkait, BRG juga berupaya menyingkronkan sejumlah kebijakan/ regulasi untuk memperkuat agenda restorasi ekosistem gambut. Di antaranya, BRG membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam revisi Peraturan Pemerintah no. 71/2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut, dengan dikeluarkannya PP no. 57/2016. BRG juga menyusun sejumlah Peraturan tentang Tata Cara Restorasi, Peraturan Verifikasi Peta Restorasi, dan Perencanaan Restorasi pada Badan Usaha. Sepanjang tahun 2016, BRG melakukan koordinasi dan kerjasama dengan beberapa kementerian dan/ atau lembaga terkait, pemegang izin, dan lembaga nonpemerintah untuk merancang dan melaksanakan tahap awal dari upaya restorasi gambut di tingkat nasional hingga tapak. Sedangkan terkait dengan konstruksi restorasi itu, BRG telah membuat panduan dan prosedur operasional standar (POS) pembangunan infrastruktur pembasahan gambut (sekat kanal/ canal blocking), pembuatan persemaian (seedling nursery), penanaman di lahan gambut, dan pemasangan sumur pipa bor (deep wells). Dengan panduan ini, para pihak yang akan melakukan konstruksi infrastruktur restorasi hidrologi gambut bisa memiliki standar operasi kerja yang sama. 8

17 III. MEMETAKAN LAHAN GAMBUT Setelah memantapkan kelembagaan dan menata kebijakan, berikutnya BRG melakukan pemetaan areal restorasi gambut. Pemetaan ini menjadi kunci penting untuk menentukan target restorasi gambut. Pemetaan areal restorasi bertumpu pada peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang dibuat oleh Kementerian LHK. KHG adalah ekosistem gambut yang terletak di antara dua sungai, di antara sungai dengan laut atau rawa-rawa. Dari hasil pemetaan, tercatat luas KHG di 7 provinsi prioritas restrorasi gambut mencapai 22,4 juta hektar. Luasan tersebut terdiri atas 15,9 juta hektar lahan gambut dan 6,5 juta hektar lahan mineral (non-gambut). Tidak semua areal dalam KHG bergambut. Luas lahan gambut dalam KHG di 7 provinsi prioritas restorasi gambut mencapai 12,9 juta hektar. Berdasarkan tipologinya, luasan lahan gambut itu dapat diklasifikasi ke dalam tiga kategori: (1) lahan gambut berdasarkan kondisi tutupan lahan; (2) lahan gambut berdasarkan tata ruang; dan (3) kriteria restorasi gambut. Tabel 1. Tipologi Luas Lahan Gambut di 7 Provinsi Prioritas 1. Kondisi Tutupan Lahan Gambut Hutan primer 12,9 JUTA HEKTAR Total Luas Lahan Gambut di 7 Provinsi 5,32 juta hektar 2. Status Tata Ruang 3. Kriteria Restorasi Gambut Kawasan Lindung 2,87 juta hektar Terbakar di tahun ribu hektar Hutan sekunder atau tanaman 6,10 juta hektar 10,05 juta hektar* Kawasan kubah gambut berkanal 2,8 juta hektar Terbuka 1,54 juta hektar Kawasan Budidaya *Sebanyak hektar berada dalam konsesi Kawasan kubah gambut masih belum terbuka Lahan gambut budidaya dengan kanal 6,2 juta hektar 3,1 juta hektar 9

18 Pemanfaatan Gambut di 7 Provinsi Prioritas 12,9 Hutan Primer Hutan Sekunder Terbuka 1. Kondisi Tutupan Lahan Gambut Kawasan Lindung 5,32 Juta Ha 6,10 Juta Ha 1,54 Kawasan Budidaya Juta Ha 2,87 Juta Ha 0,05 Juta Ha* *Sebanyak hektar berada dalam konsesi JUTA HEKTAR Total Luas Lahan Gambut di 7 Provinsi Terbakar di tahun Ribu Ha Kawasan kubah 2,8 gambut berkanal Juta Ha Kawasan kubah gambut masih 6,2 belum terbuka Lahan gambut budidaya dengan kanal Juta Ha 3,1 Juta Ha 3. Kriteria Restorasi Gambut 2. Status Tata Ruang Jika dilihat dari data di atas, hampir 50% luas gambut di 7 provinsi berada dalam bentuk tutupan tanaman, bukan hutan primer. Sedangkan luas gambut yang masih dominan dengan tutupan hutan sebesar 5,32 juta hektar (41,2% dari total luas gambut). Berdasarkan status tata ruang yang ada sekarang, sebanyak 5,7 juta hektar berada di kawasan budidaya, dimana hektar atau 57%- nya telah dibebani izin kehutanan dan perkebunan (IUPHHK Hutan Alam/Hak Pengusahaan Hutan, IUPHHK-Hutan Tanaman/Hutan Tanaman Industri dan Hak Guna Usaha untuk perkebunan). Meskipun terdapat banyak ancaman, Indonesia masih mempunyai ekosistem gambut yang utuh dan harus dipertahankan. Setidaknya ada 6,2 juta hektar kawasan gambut yang belum dibuka. Areal ini terdiri dari lahan gambut yang sudah dibebani hak/izin dan lahan gambut yang masuk dalam kawasan dengan fungsi budidaya namun belum sempat dibuka. Luasnya sekitar 1.7 juta hektar. Kemudian ada pula lahan gambut yang termasuk dalam kawasan penundaan pemberian izin baru (PIPIB Rev X) yang masih utuh sebesar 2.3 juta hektar. Selebihnya yaitu 2.2 juta hektar adalah 10

19 Kondisi Pemanfaatan Gambut lahan gambut di kawasan lindung yang masih utuh. Sebanyak hektar lahan gambut terbakar di tahun Angka ini berasal dari lahan gambut di kawasan budidaya yang terbakar sekitar 425 ribu hektar, areal gambut terbakar di kawasan lindung seluas 226 ribu hektar dan areal PIPIB Rev X yang terbakar seluas kira-kira 225 ribu hektar. Di luar itu, ada 2,8 juta hektar kawasan kubah gambut telah dibuat kanal, serta 3,1 juta hektar lahan gambut budidaya yang bukan kubah telah dibuka dengan kanal-kanal buatan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, berdasarkan data dan peta dari berbagai Kementerian dan Lembaga utamanya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pertanian, Kemterian PUPR, Bappenas, Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan LAPAN serta beberapa masukan dari LSM dan pihak swasta, BRG telah menyelesaikan penyusunan peta indikatif restorasi gambut. Peta itu disusun dengan mempertimbangkan empat klasifikasi. Pertama adalah areal gambut terbakar tahun Kedua adalah kubah gambut yang telah dibuka. Ketiga adalah gambut yang masih utuh/baik dan terakhir adalah areal bukan kubah yang sudah dibuka. 11

20 PEMERINTAH 1 JUTA HA PERUSAHAAN 1,4 JUTA HA LEMBAGA NON PEMERINTAH BRG membuat Peta Indikatif Restorasi Gambut di tujuh provinsi yang menjadi wilayah kerja BRG. Seluas ha KHG gambut telah ditetapkan dalam peta dengan skala 1: ini. Dalam peta ini ditemukan bahwa lokasi gambut di empat kabupaten tersebut sebanyak 77 persen di kawasan budi daya dan 23 persen di kawasan lindung dengan luas total hektar. Dalam peta ini pula ditemukan bahwa dari 2,49 juta ha, sebanyak 1,4 juta ha di antaranya berada di area konsesi perusahaan. Sebanyak ha lahan yang terbakar pada 2015 lalu terjadi di area konsesi perusahaan ini. Dalam area konsesi perusahaan ini terdapat ha kubah gambut dalam. Sebagian kubah gambut dalam ini sudah dibuka dan dalam proses pengeringan sehingga rentan terbakar di kemudian hari. Pemetaan berdasarkan kepemilikan dan tenurial ini memiliki fungsi penting dalam strategi restorasi, termasuk juga kebutuhan dananya. Dana pemerintah hanya bisa digunakan untuk merestorasi lahan gambut terdegradasi di luar konsesi perusahaan. Sebaliknya, lahan gambut kritis yang berada di wilayah konsensi perusahaan harus direstorasi oleh perusahaan tersebut dan BRG akan memberikan penugasan serta supervisi. Berdasarkan pemetaan 12

21 ini, pada tahun 2016 ditemukan 25 pemegang konsesi yang diwajibkan untuk melakukan restorasi gambut di 36 lokasi dengan total luas ha atau 26 % total target restorasi. Masalahnya, Peta Indikatif Restorasi Gambut ini memiliki skala relatif kecil (1: ) sehingga dibutuhkan verifikasi untuk pemetaan yang lebih detail. Ditemui juga sejumlah kasus tumpang tindih di lapangan, terutama tumpang tindih klaim perusahaan dan ruang kelola masyarakat. Misalnya, di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah terdapat ha lahan pangan berkelanjutan yang tumpang tindih dengan prioritas restorasi. 1 Terkait persoalan ini, BRG berprinsip tidak akan menyusahkan masyarakat tradisional dan adat yang menggunakan gambut sebagai kehidupan. Oleh karena itu, BRG terus mengkonsultasikan peta indikatif ini kepada 32 institusi, termasuk juga dengan masyarakat dan perusahaan. Masukan-masukan kemudian dianalisis lebih detail dengan dibantu tim teknis dalam rangka menghasilkan peta yang lebih rinci dan operasional. Peta dengan skala 1: hingga 1:2.500 di areal seluas ha di empat kabupaten prioritas itu dibuat dengan teknologi LiDAR dan diperkirakan dapat selesai bertahap di Januari, Maret dan April Pemetaan ini dilakukan secara 1 Tumpang tindih ini seperti dilaporkan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP). Lihat Kompas, SABTU, HAL

22 menyeluruh, bukan strapping atau sampling. Hasil pemetaan rinci menggunakan LiDAR ini selain menjadi dasar penyusunan teknik pembasahan gambut juga akan membantu membuat zonasi ekosistem gambut menjadi zona lindung atau budidaya. Bila kawasan konsesi atau aktivitas perkebunan berada di zona lindung, pemerintah akan menyiapkan instrumen transisi agar secara berangsur pengelola konsesi mengembalikan fungsinya seperti semula. Pada tahun 2016, sebanyak tiga pemegang konsesi sudah melakukan validasi dan verifikasi hasil pemetaan yang dilakukan BRG 14 dengan luasan sekitar ha. Validasi dan verifikasi areal konsesi ini akan dilakukan secara bertahap hingga 20 Juni Sambil menunggu verifikasi ini, BRG juga memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk menyampaikan pengaduan jika ada pengeringan atau pun pembakaran terhadap area gambut. Salah satu kasus yang kemudian ditindaklanjuti adalah kasus pengeringan lahan gambut di Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau. BRG kemudian melakukan sidak di lapangan dan menemukan indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu perusahaan (buat trivia).

23 IV. MENYIAPKAN MASYARAKAT Badan Restorasi Gambut (BRG) berprinsip bahwa merestorasi gambut berarti juga memulihkan harkat kemanusiaan masyarakat. Pemulihan gambut juga harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, BRG berupaya sedini mungkin menghindari dampak sosial yang tidak diinginkan, serta menyesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, disusun kebijakan kerangka pengaman sosial (social safeguard). Di dalamnya terdapat prosedur konsultasi untuk mendapatkan persetujuan masyarakat terhadap pembangunan konstruksi dan program aksi restorasi lain. Persetujuan tersebut diperoleh setelah memberikan informasi di awal yang jelas kepada masyarakat. Kajian yang dilakukan oleh BRG juga menemukan praktek lokal pertanian ramah lingkungan gambut yang telah dilakukan masyarakat. Misalnya, para petani di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi yang sukses membudidayakan kopi di lahan gambut seluas ha. Di Sungai Tohor, Kepulauan Riau, masyarakat juga sukses membudidayakan dan memproduksi tanaman sagu di lahan gambut. Sedangkan di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, masyarakat Desa Gohong sukses menanam buah naga di lahan gambut. Praktik-praktik lokal ini menunjukkan adanya peluang besar untuk mengintegrasikan upaya konservasi dan pemulihan lahan gambut, sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan menggandeng para ahli dari kampus-kampus setempat, BRG mempromosikan Pertanian Lahan Tanpa Bakar. Selain itu juga digagas model usaha lain yang lebih ramah lingkungan, misalnya pengembangan ternak di lahan gambut. Dengan prinsip tersebut di atas, BRG mulai melakukan penyiapan dan penggalangan partisipasi masyarakat desa melalui Program Desa Peduli Gambut (DPG). BRG mencatat ada kurang lebih

24 Status Perkembangan Desa-desa di Areal Indikatif Restorasi Gambut, 2016 Riau Sumatera Selatan Jambi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Desa Sangat Tertinggal Desa Tertinggal Desa Berkembang Desa Maju Kalimantan Selatan Papua desa yang berada di 2,49 juta hektar area restorasi. Dalam satu tahun pertama kerja, BRG mulai melakukan penyiapan masyarakat pada 105 desa yang meliputi luasan desa ha. Kegiatan pemetaan sosial telah dilakukan di 60 desa di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah dan 30 desa di Ogan Komering Ilir dan 14 desa di Kabupaten Musi Banyuasi, Sumatera Selatan. Selain itu dilakukan pula pelatihan-pelatihan untuk pertanian bijak adaptif di Pulang Pisau dan OKI, konsultasi pembangunan sumur bor dan sekat kanal, pelatihan pembentukan Badan Usaha Milik Desa di Pulang Pisau, serta pelatihan kerajinan purun untuk kelompok perempuan di Kalimantan Selatan (lihat Lampiran...) Program DPG adalah kerangka program untuk intervensi pembangunan pada desa-desa/ kelurahan di dalam dan sekitar Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), yang menjadi target restorasi gambut. Perlu dipahami, DPG bukan program yang berdiri sendiri, tetapi mengkoordinasi dan memfasilitasi program-program pembangunan di lokasi prioritas restorasi gambut. DPG adalah kerangka penyelaras program dan kegiatan yang sudah ada di desadesa gambut dan alat ukur bersama untuk menetapkan kontribusi program pada capaian kemajuan status desadesa gambut. Pendekatan DPG adalah pembangunan desa berbasis lanskap ekosistem gambut. DPG bekerja pada kawasan-kawasan perdesaan di dalam KHG. Desa-desa yang berdekatan akan dirajut kerja samanya dalam sebuah kawasan perdesaan gambut. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 81/2016 tentang Perhutanan Sosial yang juga akan mendukung pengelolaan wilayah gambut oleh masyarakat. Kementerian Desa, Pembangunan 16

25 Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyatakan bahwa dana desa dapat digunakan untuk mendukung restorasi gambut. Dana desa yang bisa digunakan untuk kegiatan restorasi gambut, misalnya untuk membangun sekat kanal, embung, sumur bor, atau juga membeli bibit tanaman. Sejumlah tanaman diketahui bisa dikembangkan di wilayah gambut, mulai dari nanas, kopi, buah naga, bahkan padi. Tahun 2016, alokasi anggaran yang disiapkan mencapai Rp 46 triliun. Alokasi itu meningkat pada 2017 menjadi Rp 60 triliun dan pada 2018 sebesar Rp 120 triliun. Masing-masing desa di area gambut diproyeksikan bisa mendapat dana Rp 1,8 triliun. 2 Dengan dukungan sejumlah pihak, pembentukan DPG pada tahuntahun mendatang diharapkan bisa lebih cepat. Ditargetkan 1000-an DPG akan terbentuk selama , dimana 300 desa dengan dana APBN dan 200 desa dengan dukungan donor 2 Kompas, 7 November Hal. 23. atau lembaga swadaya masyarakat. Sebanyak 500 desa lain kerja sama dengan swasta pemegang izin. Luas areal gambut yang dikelola desa berkisar antara hingga hektar per desa, sehingga total akan ada hingga hektar areal prioritas restorasi gambut yang dikelola desa atau 30% dari total areal restorasi gambut. Pembentukan DPG ini diharapkan bisa meningkatkan Indeks Desa Membangun. Saat ini ratarata desa-desa yang diintervensi berada pada kelas sangat tertinggal dan tertinggal. Diharapkan setelah intervensi terdapat peningkatan status menjadi desa berkembang, sehingga dapat berkontribusi pada target Pemerintah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5000 desa hingga tahun Dalam hal ini, kontribusi BRG diharapkan bisa mencapai 500 desa atau 10 persen. Beberapa fasilitas pemberdayaan 17

26 ekonomi dan ketangguhan desa yang disiapkan untuk mencapai target itu di antaranya dengan pembentukan 500 BUMDES/BUMA DESA, pembentukan 100 kelompok pembudidaya ikan rawa gambut, 10 pilot proyek pembangunan pengolahan palet biomassa, hingga penyiapan ekowisata desa gambut dan 100 wirausaha sosial gambut. Dengan merevitalisasi sosialekonomi masyarakat desa di areal gambut ini, diharapkan masyarakat dapat terlibat bersama pemerintah membuat sekat kanal dengan pembasahan kembali lahan gambut sepanjang km di tahun 2017, km di tahun 2018, panjang yang sama akan dilakukan pada tahun 2019, dan sepanjang km akan dibuatkan sekat kanal di tahun Selain itu upaya revegetasi akan dilakukan pada tahun 2017 seluas hektar, 2018 seluas hektar, dan luasan yang sama dengan tahun sebelumnya masing-masing di tahun 2019 dan Metode penelitian bersama untuk menemukan best practice restorasi gambut juga akan dilakukan bersama masyarakat, pemerintah, dan perguruan tinggi dengan membuat 50 demplot restorasi masing-masing dengan jumlah yang sama di tahun , 30 demplot restorasi di tahun 2019, dan 22 demplot restorasi di tahun

27 V. MERESTORASI GAMBUT Setelah kebakaran besar yang terjadi di 2015, BRG telah menyadari bahwa mengatasi lahan gambut yang telah terbakar membutuhkan upaya dan biaya sangat besar. Jadi strategi terbaik sebenarnya adalah melakukan pencegahan kebakaran. Hal ini berarti, gambut yang telah mengalami degradasi dan dikeringkan harus dikembalikan fungsi ekologis dan hidrologisnya. Setelah kebakaran besar yang terjadi di 2015, BRG telah menyadari bahwa mengatasi lahan gambut yang telah terbakar membutuhkan upaya dan biaya sangat besar. Jadi strategi terbaik sebenarnya adalah melakukan pencegahan kebakaran. Hal ini berarti, gambut yang telah mengalami degradasi dan dikeringkan harus dikembalikan fungsi ekologis dan hidrologisnya. Upaya untuk merestorasi gambut dalam hal ini meliputi tiga hal, yaitu pembasahan kembali, penanaman kembali, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Prinsip ini dikenal sebagai 3P. Untuk bisa melakukan ini, dibutuhkan peta detil kawasan dengan skala operasional, yaitu minimal 1: hingga 1:2500 yang saat ini masih terus dikerjakan. Seiring dengan pemetaan yang akan menjadi dasar bagi perlakuan pembasahan gambut, BRG mendesain perencanaan di daerah-daerah yang memiliki cukup data. Misalnya, perencanaan spesifik restorasi gambut yang akan dilakukan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, dengan luas ha juga sudah diselesaikan. Finalisasi telah dilakukan pada November dan disahkan oleh Bupati Pulang Pisau pada Desember Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, yang dipilih untuk direstorasi di fase awal ini memiliki hektar kubah gambut rusak. Lahan ini merupakan eks Proyek Lahan Gambut sejuta hektar di era Presiden Soeharto (1995). Proyek tersebut juga menyisakan berbagai kanal yang akan diperbaiki untuk menjaga lahan gambut tetap basah. Selain itu, perencanaan spesifik juga dilakukan di Kepulauan Meranti, Riau. Pertengahan April 2016, 19

28 Pada tingkat tapak, BRG bersama Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD), sejumlah lembaga nonpemerintah, dan masyarakat telah melakukan pengelolaan dan perlindungan ekosistem gambut dengan membuat 433 sumur bor, 50 sekat kanal, dan mengembangkan alternatif ekonomi ramah gambut basah. akhirnya mulai dilaksanakan aksi cepat merestorasi gambut bersama masyarakat. Langkah yang telah diambil adalah dengan membangun sekat kanal bersama masyarakat di Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau, dan Kabupaten Pulang Pisau. Selain itu, pemasangan sumur bor di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Riau, dan tiga desa di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, berpedoman pada panduan dan POS yang sudah dibuat. Terkait dengan konstruksi restorasi, BRG tengah merampungkan panduan dan prosedur operasional standar (POS) pembangunan infrastruktur pembasahan gambut (sekat kanal/ canal blocking), pembuatan persemaian (seedling nursery), penanaman di lahan gambut, dan pemasangan sumur pipa bor (deep wells). Dengan panduan ini, para pihak yang akan melakukan konstruksi infrastruktur restorasi hidrologi gambut bisa memiliki standar operasi kerja yang sama. Pada tingkat tapak, BRG bersama Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD), sejumlah lembaga nonpemerintah, dan masyarakat telah melakukan pengelolaan dan perlindungan ekosistem gambut dengan membuat 433 sumur bor, 50 sekat kanal, dan mengembangkan alternatif ekonomi ramah gambut basah. Sumur bor ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat agar bisa memadamkan kebakaran lahan dengan cepat. Selain dibangun BRG bersama masyarakat, pembangunan sumur bor terdapat juga perusahaan yang membuat sumur bor. Dalam hal ini, BRG memberi panduan teknisnya. Hingga akhir 2016, setidaknya ada sumur bor yang dibangun perusahaan di Kalimantan Tengah. 3 Laporan sejumlah media menunjukkan bahwa sumur bor ini terbukti efektif sebagai sarana jangka pendek untuk membantu pembasahan dan pemadaman api di areal gambut. Sumur bor menjadi solusi sementara mengatasi kesulitan memperoleh sumber air saat kemarau. Di bawah gambut terdapat sumber air tanah yang besar yang bisa dipakai sebagai sumber air di saat kanal-kanal kering karena penyekatan belum optimal. Pembuatan sumur bor juga relatif murah, Rp 2,5 juta per titik dengan waktu pembuatannya 1,5 jam dengan kedalaman sekitar 20 meter. Hasilnya, sumur bor ini bisa memancarkan air 4 liter per detik. Pengalaman di Rimbo 20

29 Panjang, Kampar, Riau, menunjukkan, titik panas gambut yang belum lama terbakar bisa dipadamkan selama 1,5 jam pengguyuran. Areal terbakar pun tak membesar karena api hanya merusak 20 x 20 meter persegi. Langkah itu jauh lebih efektif dibanding mengandalkan truk pemadam berkapasitas liter. Apalagi, saat musim kemarau, truk membutuhkan sumber air seperti sungai atau kanal yang umumnya telah kering. Kebutuhan waktu mengisi tangki dan transportasi membuat kebakaran di lokasi tak bisa dikendalikan. Pompa sumur bor itu dilengkapi selang 150 meter agar fleksibel menjangkau titik panas yang muncul. Pompa ini selain bisa untuk memadamkan, juga bisa untuk membasahi gambut kalau kirakira cuaca terlalu kering dan rawan dibakar. 4 Sekalipun terbukti efektif, namun pembangunan sumur bor maupun sekat kanal ini sebenarnya masih sangat kurang dibandingkan target sumur bor dan setidaknya 600 sekat kanal mengingat pada tahun pertama ini BRG lebih banyak melakukan perencanaan dan pemetaan, selain juga persoalan teknis tentang keterlambatan realisasi anggaran. Bagaimanapun, target ini harus dipenuhi karena syarat dasar untuk memulihkan gambut adalah dengan membasahinya kembali. Untuk itu, pada tahun 2017 pembuatan sumur bor dan sekat kanal ini akan kembali dilanjutkan. Sementara itu, desa-desa yang telah mendapat pelatihan pembibitan adalah di Pulang Pisau dan Kepulauan Meranti. Sedangkan untuk persemaian dan pembuatan bank benih telah dilakukan di Pulang Pisau. Untuk demo penanaman seluas 60 ha telah dilakukan di Pulang Pisau dan Kepulauan Meranti. Kegiatan penunjang lainnya yang didukung oleh lembaga nonpemerintah selama rencana aksi BRG di tahun 2016 adalah peningkatan kapasitas sejumlah agen-agen penting masyarakat sebanyak 40 orang dalam pelatihan pembuatan sekat kanal, dan 70 orang dalam introduksi pembuatan sumur bor di lahan gambut. Beberapa capaian BRG di tahun 2016 dalam butir 1-12 dapat dilihat pada tabel. Sebagaimana dimandatkan dalam Perpres, BRG wajib menyusun rencana dan pelaksanaan restorasi ekosistem gambut sebesar 30% dari total sekitar 2 juta hektar pada tahun 2016, yang kemudian diverifikasi oleh lembaga ini menjadi 2,4 juta ha lahan gambut terdegradasi yang harus direstorasi. 5 Perlu dipahami bahwa target capaian sebesar 30% di tahun 2016 itu bukan berarti selesainya restorasi, tetapi jangkauan intervensi yang dilakukan dalam rangka restorasi. Hingga akhir 2016, dari target ha restorasi lahan gambut untuk tahun tersebut, tercapai sekitar ha yang dikerjakan pemerintah, UNDP, donor, dan swasta. Kondisi ini terjadi karena sejak dibentuk, BRG lebih banyak melakukan perencanaan dan pemetaan, selain juga lebih banyak mendengar masukan dan aspirasi warga, selain penganggarannya yang belum besar untuk restorasi lahan. Namun, dengan telah selesainya perencanaan dan peta indikatif, untuk tahun 2017, BRG optimis bisa memenuhi target untuk merestorasi ha ditambah sisa target 2016 sekitar ha lahan atau total ha lahan restorasi di tujuh provinsi. Selain ketersediaan anggaran APBN 2017 sekitar 60 persen, perencanaan dan sistem penganggarannya saat ini juga sudah jauh lebih baik. 3 Pembangunan sumur bor oleh perusahaan ini bisa dilihat dalam artikel di berita/604700/langkah-awal-perjalanan-panjang-restorasi-gambut-indonesia. Diunduh pada 15 Januari Efektivitas pemadaman kebakaran lahan gambut menggunakan sumur bor ini diberitakan harian Kompas, 3 September Hal. 14. Laporan senada juga disampaikan Riau Pos pada 22 Juli Sebagaimana tertera dalam Pasal 4, ayat 1, butir a Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut. 21

30 Perjuangan Panjang Mengatasi Kebakaran Lahan Gambut di Rimbo Panjang Jumat, 9 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo datang ke Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Presiden didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, Menteri Kesehatan Nila F. Moeleok, dan sejumlah pejabat daerah. Saat itu, asap sisa kebakaran lahan gambut masih meyelimuti. Dalam kunjungan itu, Presiden memantau pembangunan sekat kanal dan embung kecil di desa itu yang diharapkan bisa mengatasi kebakaran lahan gambut yang telah menghentikan aktivitas ekonomi dan mengancam kesehatan warga. Kedatangan Presiden bersama rombongan ke desa di pinggir Kota Pekanbaru yang langganan terbakar ini menjadi salah satu titik penting yang menandai keseriusan pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Desa Rimbo Panjang memiliki luas area hektar dan sebagian besar merupakan lahan gambut yang telah berulangkali terbakar. Jarak Rimbo Panjang dengan Bandara Internasional Pekanabaru, Sultan Syarif Kasim II yang hanya 20 kilometer menyebabkan asap dari kebakaran lahan di desa ini berkontribusi dalam menghentikan aktivitas penerbangan di Riau. Melihat posisinya ini, upaya pencegahan kebakaran di Desa Rimbo Panjang menjadi sangat strategis. Masalahnya, upaya untuk mengatasi kebakaran di desa ini tidaklah sederhana. Kebakaran terparah di Rimbo Panjang terjadi pada tahun 2008 seiring pembukaan hutan lebat menjadi tanah kaveling dan kemudian dibeli oleh orang dari luar desa, bahkan dari provinsi lain. Sebagian pembeli itu kemudian menjadikan lahannya sebagai kebun dengan cara membakar, sebagian lagi mengubahnya menjadi perumahan, dan sisanya dibiarkan telantar. Sejak saat itu, kebakaran menjadi rutin di Rimbo Panjang. Sekretaris Desa Rimbo Panjang Heri mengatakan, lahan kaveling banyak yang tidak diurus dan dibiarkan mengering. Ini rawan kebakaran. Sebaiknya pengelolaannya diserahkan kepada warga desa agar bisa diolah menjadi kebun nanas atau palawija. Namun demikian, hingga kini masih belum ada kejelasan dalam mengatur tumpang tindih ruang dan lahan Rimbo Panjang ini. Kalau lahan dijadikan kebun nanas atau palawija berarti kan, dirawat dan dikelola dengan baik. Sehingga bisa terhindar kebakaran jika musim kemarau tiba. Bukan itu saja lahan si pemilik kan, dijaga, jelasnya. Desa Rimbo Panjang menjadi salah satu sasaran restorasi gambut di Riau. Begitu terbentuk kelembagaannya, BRG bergerak cepat guna memastikan Rimbo Panjang tidak kembali terbakar. Sosialiasi kerja BRG di Rimbo Panjang tidak saja menyertakan pengambil kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kampar, tetapi juga masyarakat secara langsung. BRG melatih MPA (Masyarakat Peduli Api) Rimbo Panjang yang telah terbentuk sejak 2008 untuk membangun sumur bor. Selain membuat sumur bor, MPA juga dilatih membuat sekat kanal. Kepala Pusat Pengendalian Kebakaran dan Rehabilitasi Hutan di Universitas Palangkaraya Aswin Yusuf diminta BRG melatih pembuatan sumur bor di Rimbo Panjang. Ia mengatakan, peran MPA sebelumnya tidak pernah dimaksimalkan. Padahal, mereka adalah garda terdepan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Sepanjang saya melakukan dampingan di Rimbo Panjang dan Pulang Pisau (Kalimantan Tengah), masyarakat justru sangat antusias dan merasa dihargai karena mereka ditempatkan sebagai aktor penting yang berjasa untuk wilayahnya, jelas Aswin. Syahrial (43 tahun) dan Heri (38 tahun), motor penggerak MPA Rimbo Panjang, menjelaskan, keberadaan sumur bor sebenarnya sangat efektif untuk memadamkan kebakaran. Begitu ada titik api, saat itu juga bisa dilakukan tindakan membuat sumur bor. Begitu sumur bor terpasang yang dibuat dalam waktu satu jam, segera dilakukan pemadaman. Api pun bisa tercegah meluas, mengingat gambut sangat cepat daya sambarnya. Apalagi jika gambutnya memang sudah rusak dan mengering di dalam. Syahrial mencontohkan, ketika ada titik api di dekat Jalan Madura, di Rimbo Panjang, mereka langsung bergerak dan bisa memadamkannya hanya dalam waktu empat jam dengan menggunakan sumur bor. Kebetulan sudah ada sumur bor yang kami pasang di sana. Posisinya sekitar 150 meter dari lokasi kejadian di Jalan Madura, ujarnya. Begitu ada laporan titik api mereka bisa bergegas memadamkan api dengan menggunakan sumur bor. Kami siram terus hingga terjadi proses pendinginan. Semuanya bisa dilakukan hanya memakan waktu empat jam saja, dan api langsung tuntas padam. Area yang terbakar hanya seluas 600 meter saja. Jika waktu itu tidak ada sumur bor, tambah Syahrial, kemungkinan api sudah memakan lahan hingga 6 hektar dalam waktu semalam. Karena jika mengandalkan Damkar yang jaraknya jauh, api dipastikan akan meluas. Syahrial juga menuturkan kapasitas sumur bor di lokasi tersebut bisa keluar 4 liter/detik, yang artinya dalam waktu satu jam sumur bor mampu mengeluarkan air liter /detik. Hal ini setara dengan kemampuan empat mobil Damkar yang berisi liter. Pada Agustus 2016, sumur bor baru terpasang di 60 titik. Sebanyak 50 sumur bor yang terpasang merupakan bantuan dari BRG dan 10 lainnya merupakan swadaya masyarakat Desa Rimbo Panjang. Ke-60 sumur bor ini tidak menjangkau enam titik api yang baru muncul tersebut. Masih dibutuhkan banyak sumur bor lagi untuk mengatasi kebakaran di Rimbo Panjang. 22

31 VI. KERJA SAMA RISET DAN PENDIDIKAN Pada sisi penelitian dan pengembangan, BRG bersama masyarakat telah mengembangkan 48 demplot restorasi untuk memperoleh pengalaman pembelajaran metode restorasi gambut berbasis pengetahuan lokal masyarakat. Dengan melibatkan perguruan tinggi, saat ini disusun model dan rencana tata usaha peternakan di lahan gambut. Sedangkan pertanian hortikultura akan dikembangkan di Pulang Pisau. Sepanjang 2016, BRG juga bekerjasama dengan 11 universitas. Sebanyak 54 mahasiswa, 43 di antaranya dari Universitas Riau, 4 dari Universitas Gadjah Mada, dan 4 mahasiswa Universitas Sebelas Maret selama 8 minggu (21 Juli 14 September 2016) melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kepulauan Meranti. Sedangkan 43 relawan ditempatkan di 21 desa. 23

32 Solusi untuk Pertanian Tanpa Membakar dan Alternatif Mata Pencaharian Prinsip penting dalam restorasi gambut adalah memulihkan gambut dengan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Maka, seiring dikeluarkannya dengan larangan membakar hutan dan lahan, BRG berupaya keras mencari solusi budidaya dilahan gambut tanpa membakar. BRG mengumpulkan inovasi dan praktik PLTB (Pengolahan Lahan Tanpa Bakar) sebanyak mungkin. Beberapa metode PLTB kemudian dilatihkan dan diujicobakan. Beberapa dicoba juga untuk dimitrakan dengan perusahaan. Salah satu contoh praktik PLTB sukses yang telah diidentifikasi adalah yang dilakukan Kelompok Tani Bumi Mekar Wangi di Desa Gohong, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Dengan dukunagn investor asal Bali, PT Borneo Mekar Wangi, para petani sukses memproduksi buah naga di lahan gambut bekas kebakaran tahun 1997 yang sebelumnya telah ditinggalkan. Untuk mengurangi kadar asam gambut, proses pembakaran dilakukan di luar lahan. Serasah dikumpulkan dalam drum besar dan dipanaskan sehingga menjadi abu. Abunya itulah yang kemudian ditebarkan di atas baluran tanah yang telah dibuat. Sejak dirintis tahun 2012 di lahan seluas 5 hektar, kebun buah naga itu telah menghasilkan 10 ton setiap kali panen. Mereka biasa menjual buah naga sekitar Rp kepada hotel-hotel di Bali. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga buah naga di pasaran. Rasa buah naga kami khas dan berbeda dengan yang lain. Lebih berair, dagingnya lebih berserat, dan rasa asam serta manisnya pas., jelas Anda B Gani (46 tahun), petani. Kesuksesan produksi buah naga di Desa Gohong ini kemudian disebarkan ke desa-desa lain oleh BRG. Demikian halnya, pengetahuan petani di Desa Bungai Jaya dan Desa Lunuk Ramba, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Kalteng yang sukses menanam nanas madu dan aneka palawija di gambut. Mereka juga mengolah tanpa membakar, dengan metode membalik-balikkan lahan gambut serta kapur untuk memastikan menghilangkan asamnya. Masih di Pulang Pisau, tepatnya di Desa Pantik, Kalteng, inisiasi menanam padi dengan metode PLTB juga mulai diujicobakan oleh PT Sinar Pangan Indonesia. Mereka menggunakan bakteri pengurai untuk mengurangi keasaman tanah gambut, di samping memakai pupuk kandang. Perusahaan ini bekerjasama dengan petani setempat untuk masa kerja lima tahun. Kerjasama itu berupa penggunaan lahan dengan sistem bagi hasil Selain itu, BRG juga mencari riset-riset untuk menjawab persoalan petani secara tepat. Salah satunya yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP) Kalteng. UMP secara konkret melakukan uji coba menanam padi rawa dan kangkung melalui demplot hidroponik apung di Desa Kalanis, Barito Timur, Kalteng. Desa ini seringkali banjir yang menenggelamkan tanaman mereka di ladang. Kami ingin menjawab persoalan itu. Selain hidroponik apung, kami juga mulai mengembangkan kolam ikan dengan menggunakan lahan PT Hutan Alami Lestari. Ini akan baik, menghindari kebakaran, karena lahan-lahan terbengkalai dikelola, jelas Siti Maiumunah, salah satu dekan UMP yang terjun langsung untuk proyek ini. Selain mengembangkan PLTB, BRG juga mulai mengkonkretkan uji coba revitaliasasi kehidupan masyarakat di sekitar gambut dengan mengembangkan peternakan sapi. Telah disiapkan 10 sapi jantan untuk penggemukan, 40 sapi betina untuk inseminasi buatan dan 2 sapi jantan untuk pembuahan alami. Diharapkan dalam waktu lima bulan masyarakat bisa merasakan hasilnya dengan menjual sapi yang diproyeksikan sebagai sapi penggemukan. 24

33 VII. MEMBANGUN KEPERCAYAAN DUNIA Badan Restorasi Gambut (BRG) dibentuk dengan ekspektasi publik yang tinggi. Pemerintahan baru diharapkan menjawab persoalan kebakaran hutan dan lahan yang telah terjadi puluhan tahun. Badan Restorasi Gambut (BRG) dibentuk dengan ekspektasi publik yang tinggi. Pemerintahan baru diharapkan menjawab persoalan kebakaran hutan dan lahan yang telah terjadi puluhan tahun. Selama puluhan tahun, kebakaran hutan dan lahan gambut terjadi di Indonesia setiap tahunnya, bahkan menunjukkan kondisi memburuk. Sebelumnya, tidak ada upaya serius yang dilakukan untuk mengatasi akar masalah kebakaran itu, hingga terbentuknya BRG pada awal tahun Maka, selain merestorasi gambut Indonesia, BRG juga mengemban amanat untuk memulihkan kepercayaan dan harapan masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kepentingan masyarakat Indonesia terhadap restorasi gambut terutama adalah agar tidak terjadi lagi kebakaran yang bisa memicu kabut asap dan berdampak buruk bagi kesehatan, sosial, ataupun ekonomi. Posisi yang sama diharapkan negara tetangga yang bisa terdampak kabut asap kiriman dari kebakaran lahan di Indonesia. Sedangkan kepentingan global terutama terkait dengan keberadaan gambut sebagai penyimpan karbon atau pendingin netto iklim bumi (CKPP, 2008). Kebakaran lahan gambut akan membuat fungsinya dari penyerap karbon (carbon sink), berubah menjadi pelepas karbon (carbon emitter). Ketika melepas karbon, lahan gambut menjadi kontributor besar dalam kenaikan suhu bumi (global warming). Tak bisa dielakkan, upaya merestorasi gambut artinya mengurangi emisi karbon yang sangat mempengaruhi upaya pengendalian 25

34 perubahan iklim. Apalagi, lahan gambut tropis di Indonesia juga menjadi ruang hidup berbagai jenis satwa langka, seperti Orang Utan, Harimau Sumatera, Badak Sumatera, hingga Buaya Senyulong. Habitat air hitam atau gambut tropis juga memiliki keanekaragaman hayati ikan dan satwa akuatik lain. Kebijakan politik sebelumnya menempatkan gambut sebagai lahan marjinal. Namun demikan, pemerintahan Joko Widodo memiliki komitmen untuk merestorasi gambut dan menunjukkannya kepada dunia. Maka, sejak awal terbentuk, BRG berupaya membangun relasi dengan lembaga-lembaga lain, baik swasta maupun pemerintah dalam skala nasional maupun global. Setahun setelah terbentuk, BRG telah berhasil menjalin Nota Kesepahaman dengan sejumlah lembaga nonpemerintah dalam mendukung restorasi gambut sepanjang tahun 2016, dan beberapa komitmen di antaranya telah terbangun secara periodikal hingga tahun Pada tahun 2016, sejumlah lembaga telah melakukan kontribusi restorasi gambut seperti Lestari (dukungan pemerintah AS) di Provinsi Kalimantan Tengah pada lingkup hektar lahan gambut, MCAI dengan dukungan restorasi untuk lingkup hektar lahan gambut di Provinsi Jambi, UKCCU Kedutaan Besar Norwegia ZSL dan Pemda Sumatera Selatan dalam Konsorsium Kelola Sendang telah melakukan upaya restorasi di hektar lahan gambut di Sumatera Selatan, dan terakhir Japan International Cooperation Agency (JICA) telah melakukan sejumlah aktivitas riset untuk penguatan rencana restorasi gambut di sejumlah wilayah prioritas restorasi di Indonesia. Selain itu, melalui sejumlah dukungan lembaga nonpemerintah, BRG telah melakukan pemetaan dan inventarisasi kondisi lahan restorasi gambut di 4 Kawasan Hidrologis Gambut seluas hektar, penetapan zonasi di 9 KHG. Total terhimpun kontribusi potensial sebesar EUR 6 juta dan USD 100 juta dari sejumlah lembaga nonpemerintah, Uni-Eropa dan Asean, GEF-IFAD, sejumlah negara sahabat seperti Norwegia, Jerman, Inggris, Kanada, Jepang, Korea, dan Australia. Kontribusi potensial tersebut akan mendukung realisasi 200 Desa Peduli Gambut selama tahun , memetakan hektar lahan gambut di 80 KHG pada tahun 2017, memetakan 118 KHG di tahun 2018, dan melakukan perencanaan restorasi hingga akhir periode. Namun demikian, dengan masih terdapatnya kendala finansial untuk penyelesaian restorasi pada target restorasi seluas hampir 2,5 juta hektar tersebut, maka pengembangan kerjasama pendanaan dan teknis akan terus dilaksanakan. Tak hanya dalam rangka mendapatkan tambahan dana untuk merestorasi gambut, namun hal ini dilakukan dalam rangka membangun kepercayaan dunia. Kerja sama dari mitra pembangunan ini diharapkan juga bisa digalang dalam kaitannya dengan upaya mitigasi dampak gas rumah kaca sebagaimana telah menjadi komitmen Pemerintah dalam Pengesahan Paris Agreement. 26

35 Tabel 1. Dukungan Pendanaan melalui Kerjasama Internasional 27

36

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016 LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016 01 SK PENETAPAN PETA INDIKATIF RESTORASI 1 SK.05/BRG/Kpts/2016 telah diterbitkan pada 14 September 2016.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 2012 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Minggu, 15 April 2018 12:16 WIB Dokumentasi - Bibit padi di lahan gambut (ANTARA News / Virna Puspa S) Sudah dua tahun lahan gambut di Desa Tanjung Putri, Kecamatan

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PP 57/2016

IMPLEMENTASI PP 57/2016 PAPARAN BRG TENTANG IMPLEMENTASI PP 57/2016 Jakarta, 25 April 2017 PEMBENTUKAN BADAN CLICK RESTORASI EDIT GAMBUT MASTER TITLE STYLE Dibentuk dalam rangka percepatan pemulihan kawasan dan pengembalian fungsi

Lebih terperinci

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 12 Juni 2014 RUANG LINGKUP 1. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA)

Lebih terperinci

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT Pendekatan MCA-Indonesia Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, dan lahan gambut menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi

Lebih terperinci

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace 24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Tahun 2015 menjadi tahun terburuk bagi masyarakat di Sumatera dan Kalimantan akibat semakin parahnya kebakaran lahan dan hutan. Kasus

Lebih terperinci

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 04 I 27 Juli 2016 USAID LESTARI PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP Penulis: Christopher Bennett Editor: Suhardi Suryadi PENGANTAR

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Penebangan hutan alam gambut oleh PT. Muara Sungai Landak mengancam ekosistem dan habitat Orangutan Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi LSM Lingkungan

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**)

Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**) Perkembangan Regulasi Terkait Dengan Lahan Gambut*) Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**) *) IPOS-Forum Sesi 3: Sustainability Bisnis Kelapa Sawit Terkait dengan Lahan Gambut, Medan 28 29 September 2017 **) Ketua

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir

Lebih terperinci

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (PAN-RAP Karbon) Nomor: SK. 494/Menhut-II/2013 Hutan Rawa Gambut Tropis Merang-Kepayang Sumatera Selatan, Indonesia Oleh: PT. GLOBAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.61/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2017 TENTANG PENUGASAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK KEGIATAN

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA Pendekatan MCA-Indonesia Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, dan lahan gambut menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi karbon negara

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sistem Informasi Restorasi Gambut

Sistem Informasi Restorasi Gambut Sistem Informasi Restorasi Gambut Haris Gunawan Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut PERATURAN CLICK TO EDIT PRESIDEN MASTER NO. TITLE 1 TAHUN STYLE2016 875,701 Riau Jambi Sumatera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI OPERATIONAL HTI Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA Disampaikan pada acara: FOCUS WORKING

Lebih terperinci

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN KERTAS KEBIJAKAN PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN Perhutanan Sosial yang menjadi salah satu agenda RPJMN diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan nasional yang juga terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut upaya sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi mencegah terjadinya

Lebih terperinci

Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah

Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Februari 2017 Artikel Review, Hal. 26-30 Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah Sari Marlina Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

GREEN PROSPERITY PROJECT PERTEMUAN MITRA JENDELA-2 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS MASYARAKAT

GREEN PROSPERITY PROJECT PERTEMUAN MITRA JENDELA-2 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS MASYARAKAT GREEN PROSPERITY PROJECT PERTEMUAN MITRA JENDELA-2 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS MASYARAKAT Bogor, 23-24 Januari 2018 PEMBELAJARAN RESTORASI LAHAN GAMBUT BERBASIS MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN 3R

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

International Symposium Menuju Aksi Restorasi Lahan Gambut Indonesia yang Terintegrasi secara Nasional Terms of Reference

International Symposium Menuju Aksi Restorasi Lahan Gambut Indonesia yang Terintegrasi secara Nasional Terms of Reference International Symposium Menuju Aksi Restorasi Lahan Gambut Indonesia yang Terintegrasi secara Nasional Terms of Reference BACKGROUND Degradasi lahan gambut semakin besar terjadi sejak tahun 1990 an. Penyebab

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan merupakan bukan hal baru terjadi disejumlah daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database yang seharusnya menjadi

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU MASYARAKAT PEDULI API (MPA) KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU Masyarakat Peduli Api MPA Kampung Rawa Mekar Jaya Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau

Lebih terperinci

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU MASYARAKAT PEDULI API (MPA) KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU Masyarakat Peduli Api MPA Kampung Rawa Mekar Jaya Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau

Lebih terperinci

Policy Brief. Anggaran Karhutla FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. FITRA Provinsi Riau

Policy Brief. Anggaran Karhutla FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. FITRA Provinsi Riau Policy Brief Anggaran Karhutla FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU FITRA Provinsi Riau 1 Anggaran Karhutla Policy Brief MENATA ULANG KEBIJAKAN ANGGARAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG TATA CARA PENANGANAN AREAL YANG TERBAKAR DALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA HUTAN

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP LPPM Universitas Riau

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP LPPM Universitas Riau Provinsi Riau memiliki berbagai potensi sumber daya alam dan sosial budaya yang beragam http://almasdi.staff.unri.ac.id PERMASALAHAN Kebakaran lahan merupakan masalah yang krusial dan perlu penanganan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystems Bali, 18 April 2017 Yang kami

Lebih terperinci

Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016

Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016 Rasionalisasi Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016 FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU A. Pengantar Isu strategis lingkungan

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase 1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah Nazla Mariza, MA Media Fellowship ICCTF Jakarta, 24 Mei 2016 Pusat Transformasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

Badan Restorasi Gambut PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA PEDULI GAMBUT

Badan Restorasi Gambut PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA PEDULI GAMBUT Badan Restorasi Gambut 2017-2020 PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA PEDULI GAMBUT ii PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA PEDULI GAMBUT PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA PEDULI GAMBUT NOMOR P.11/BRG-KB/2017 19

Lebih terperinci

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM Lampiran I Pengumuman Nomor : Tanggal : NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM Tugas dan Fungsi : Melakukan Penyiapan koordinasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 9PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.99/MENLHK/SETJEN/SET.1/12/2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017

Lebih terperinci

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I Percepatan Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Sebagai Pusat Industri Pertambangan Nasional Oleh, Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam S U L A W E S I T E

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) I. PENDAHULUAN - IAFCP didasarkan pada Kesepakatan Kerjasama ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia 13 Juni 2008, jangka waktu

Lebih terperinci