BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Isolasi Sosial Pengertian Isolasi sosial merupakan perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif yang mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman. Respon yang sering yang sering terjadi meliputi manipulasi, narkisme dan impulsif (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Carpenito (2006) isolasi sosial merupakan individu atau kelompok yang mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mempu membuat kontak. Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami masalah dalam kepercayaan yang mengganggu kemampuannya untuk membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya serta perasaan klien yang merasa bahwa ia telah mengecewakan keluarganya karena tidak dapat hidup secara mandiri atau berhasil dalam hidup (Videbeck, 2008).

2 2.1.2 Rentang respon sosial Rentang respon pada sosial menurut Videbeck (2008): Respon adaptif Respon Maladaptif Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulasif Bekerjasama Tergantung pada orang lain Membanggakan diri Saling tergantung Keterangan dari rentang respon sosial (Videbeck, 2008): 1. Solitut (Menyendiri) Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan langkahnya. 2. Otonomi Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. 3. Kebersamaan (Mutualisme) Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal. 4. Saling ketergantungan (Interdependent) Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. 5. Kesepian Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya.

3 6. Menarik diri Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkungannya. 7. Ketergantungan (Dependent) Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain. 8. Manipulasi Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain. 9. Impulsive Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan. 10. Narkisme Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya Penyebab Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, 1998). A. Faktor predisposisi Menurut Stuart & Sundeen (1998), ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial:

4 1. Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional. 2. Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 3. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).

5 4. Faktor Komunikasi dalam Keluarga Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Adanya sikap bermusuhan, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekan anak, selalu mengkritik, meyalahkan anak dan tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, tidak adanya pujian atas keberhasilan anak,kurang kehangatan dalam keluarga, ekspresi emosi yang tinggi (marah, berteriak dan penggunaan kekerasan fisik), dan double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan). B. Faktor Persipitasi Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain (Stuart & Sundeen, 1998): 1. Stressor Sosiokultural Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit. 2. Stressor Psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini

6 dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri). 3. Stressor Biokimia a. Teori Dopamin Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat mengakibatkan terjadinya skizofrenia. b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oxidase) Menurunnya MAO didalam darah dapat meningkatkan jumlah dopamin dalam otak, karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin. Maka menurunnya MAO dapat juga merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. c. Faktor Endokrin Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertyroidism, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laki psikotik. d. Viral Hipotesis Beberapa jenis virus dapt menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. 4. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara invidu, lingkungan, maupun biologis.

7 2.1.4 Tanda dan gejala Menurut Purba, dkk (2012), tanda dan gejala klien isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain, klien merasa tidak aman berada dekat dengan orang lain, klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat dalam menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna dan tidak yakin dapat melangsungkan hidup Mekanisme Koping Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stressinterpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart & Sundeen, 1998) Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan untuk (Purba, dkk. 2012) : 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2) klien dapat menyadari penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien dapat berinteksi dengan orang lain. Setelah mendapat terapi keperawatan diharapkan klien dapat meningkatkkan keterampilan dalam berinteraksi, berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan sosial, mengurangi rasa kesendirian dan menciptakan interaksi yang baik dalam keluarga. Tindakan keperawatan yang

8 diberikan kepada klien dilakukan secara komprehensif meliputi terapi individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. 2.2 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terapi aktifitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Keliat & Akemat, 2014). Sosialisasi yang dimaksud memfasilitasi psikoterapis untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi serta memantau penerimaan stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan Tujuan TAKS A. Tujuan umum Tujuan umum TAKS menurut Purwaningsih & Karlina (2009) adalah meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus emosi eksternal. B. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari TAKS menurut (Keliat & Akemat, 2014) adalah: klien mampu menyebutkan identitasnya, mampu menyebutkan identitas orang lain, berespon terhadap klien yang lain dan mengemukakan pendapat dan perasaannya Karakteristik Peserta TAKS Ada bebrapa karakteristik peserta TAKS menurut Purwaningsih & Karlina (2009), yaitu: 1) klien yang kurang berminat atau tidak inisiatif untuk

9 mengikuti kegiatan ruangan; 2) klien yang sering berada ditempat tidur; 3) klien yang menarik diri, kontak sosial kurang; 4) klien dengan harga diri rendah; 5) klien yang gelisah, curiga, takut dan cemas; 6) tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan; 7) sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi dan sehat fisik Sesi TAKS TAKS terdiri dari 7 sesi, yaitu: 1. Sesi 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri a. Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi. b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan uangan nyaman dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran atau stimulasi. e. Langkah-langkah Persiapan: memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial menarik diri, membuat kontrak dengan klien, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan salam terapeutik: salam dari terapis, evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini, kontrak (menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri,

10 menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola akan diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri; 2) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengun arah jarum jam; 3) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama pangilan, hobi dan asal dimulai terapis sebagai contoh; 4) tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai; 5) ulangi 2,3 dan 4 sampai semua anggota kelompok dapat giliran; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan. Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok); 2) Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari, memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien); 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan

11 berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menyepakati waktu dan tempat. Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang di nilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi I, Evaluasi kemempuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal; 2) Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti Sesi 1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat. 2. Sesi 2: Kemampuan Berkenalan a. Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi. b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran atau stimulasi. e.

12 f. Langkah-langkah Persiapan: mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok seperti yang telah disepakati pada terminasi sesi TAKS 1, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan salam terapeutik: salam dari terapis dan peserta serta terapis memakai papan nama; evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain; kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di scbelah kanan dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi, menanyakan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi lawan bicara, dimulai oleh terapis sebagai contoh; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran; 4) hidupkan bembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat tape (dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola

13 untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi dimulai dan tempis sebagai contoh; 5) ulangi 4 sampai semua anggota mendapat giliran; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok); 2) Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok latihan perkenalan diri, memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien); 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi, menyepakati waktu dan tempat). Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 2, evaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut; 2) Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, jika klien 7 untuk verbal dan 3 untuk nonverbal, catatan keperawatan adalah: klien mengikuti Sesi 2 TAKS, klien mampu berkenalan secara verbal dan non verbal, anjurkan klien berkenalan dengan klien lain, buat jadwal.

14 3. Sesi 3 : Kemampuan Bercakap-Cakap a. Tujuan: Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok (menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok, menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi. b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyarnan dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kernari (Titik puspa ), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi. e. Langkah Kegiatan Persiapan: mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 2 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan: 1) salam terapeutik: salam dari terapis dan peserta serta terapis memakai papan nama; 2) evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah mencoba berkenalan dengan orang lain; 3) kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi, menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai.

15 Tahap kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama panggilan, menanyakan kehidupan pribadi: keluarga, sekolah atau pekerjaan, dimulai oleh terapis sebagai contoh; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran; 4) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberikan tepuk tangan. Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok), 2) Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok bercakapcakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan seharihari, memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien), 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan tertentu, menyepakati waktu dan tempat). Evaluasi dan Dokumentasi: Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Scsi 3, dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan menjawab pada saat bercakap-cakap serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi. Dokumentasi: dokumentasi kemampuan yang

16 dimiliki klien ketika TAKS pada catatan proses keperawatan klien misalnya, nilai kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan non verbal 2, maka catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum mampu bercakapcakap secara verbal dan nonverbal dianjurkan latihan di ulang di ruangan (buat jadwal). 4. Sesi 4 : Kemampuan Bercakap-Cakap Topik Tertentu a. Tujuan: Kilen mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok (menyampaikan topik yang ingin di bicarakan, memilih topik yang ingin dibicarakan, memberi pendapat tentang topik yang dipilih). b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan ruangan nyaman dan tenang c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipehart/whiteboard dan spidol d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi e. Langkah Kegiatan Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 3 TAKS, mempersiapkan alat dani tempat pertemuan. Orientasi: Salam terapeutik (pada tahap ini terapis melakukan: memberi salam terapeutik, peserta dan terapis memakai papan nama.

17 Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah mencoba latihan bercakap-cakap dengan orang lain. Kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan memberi pendapat tentang topik percakapan., menjelaskan aturan main berikut: jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin di bicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh misalnya : cara bicara yang baik atau cara mencari teman; 3) tuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang di sampaikan secara berurutan; 4) ulangi 1, 2 dan 3 sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang ingin di bicarakan; 5) hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dan dafiar yang ada; 6)Ulangi 5 sampai semua anggota kelompok memilih topic; 7) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih; 8) hidupkan lagi kaset dan edarkan lagi bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih; 9) Ulangi 8 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat; 10) buat rangkuman pendapat dari anggota kelompok; 10)

18 beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan. Tahap Terminasi : 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan kilen setelah mengikuti TAKS, memberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakapcakap tentang topik tertentu dengan orang lain pada kehidupan seharihari, memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, menyepakati waktu dan tempat. Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 4, dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih dan memberi pendapat tentang topik percakapan serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi. 2) Dokumentasi: dokumentasi yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan klien misalnya, kemampuan verbal menyampaikan dan memilih topik percakapan 3, kemampuan memberi pendapat 2, dan kemampuan nonverbal 2. Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 4, klien mampu menyampaikan dan memilih topik percakapan, tetapi belum mampu memberi pendapat.

19 Secara non verbal juga belum mampu. Dianjurkan melatih klien bercakap-cakap dengan topik tertentu di ruangan. 5. Sesi 5 : Kemampuan Bercakap-Cakap Masalah Pribadi a. Tujuan: Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain: Menyampaikan masalah pribadi, memilih satu masalah untuk dibicarakan, memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih. b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipchart/whiteboard dan spidol. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi. e. Langkah Kegiatan Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 4 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis melakukan: salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama). Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang topik / hal tertentu dengan orang lain.

20 Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh misalnya : sulit bercerita atau tidak diperhatikan ayah/ibu/kakak/teman; 3) tuliskan pada flipehart/whiteboard masalah yang di sampaikan; 4) ulangi 1, 2 dan 3 sampai semua anggota kelompok menyampaikan masalah yang ingin dibicarakan; 5) hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan; 6) ulangi 5 sampai semua anggota kelompok memilih mamilih masalah yang ingin dibicarakan; 7) terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih; 8) hidupkan lagi kaset dan edarkan lagi bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilih; 9) ulangi 8 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat; 10) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

21 Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, emberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari, memasukan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada jadwal kegiatan jadwak klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam kelompok, menyepakati waktu dari tempat. Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal klien menyampaikan, memilih dan memberi mendapat tentang topik percakapan mengenai masalah pribadi, serta kemampuan nonverbalnya; 2) Dokumentasi: dokumentasi kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan klien misalnya, kemampuan verbal menyampaikan topik masalah pribadi yang akan di percakapkan 3 memilih dan memberi pendapat memberi pendapat 2, dan kemampuan non verbal 4. Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 5, klien mampu menyampaikan masalah pribadi yang ingin dibicarakan, belum mampu mernilih dan memberi pendapat, tetapi non verbalnya baik. Dianjurkan melatih klien bercakap-cakap dengan tentang masalah pribadi dengan perawat dan klien di ruangan.

22 6. Sesi 6: Kemampuan Bekerjasama a. Tujuan: Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok: bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhannya pada orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan b. Setting: klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, kartu kwartet. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi. e. Langkah Kegiatan Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 5 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis memberi salam terapeutik: salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama). Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta kartu yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu pada anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: Jika ada

23 peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap anggota kelompok Sisanya diletakkan di atas meja; 2) terapis meminta tiap anggota kelompok mcnyusun kartu sesuai dengan seri (satu seri mempunyai empat kartu); 3) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 4) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mcmulai permainan berikut: meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada anggota kelompok disebelah kanannya, jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan kepada anggota kelompok dengan membaca judul dari sub judul, jika kartu yang dipegang isinya tidak lengkap diperkenankan mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja, jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang meminta, ia herhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja, setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima kasih; 5) Ulangi 3 dan jika 4 (2) atau 4 (3) terjadi; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan. Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari,

24 memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam kelompok, menyepakati waktu dan tempat. Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien scsuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta, menjawab dan memberi serta kemampuan nonverbal; 2) Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK berlangsung, pada catatan proses keperawatan hari klien misalnya, kemampuan verbal kemampuan verbal bertanya, meminta, menjawab dan memberi 4, serta kemampuan non verbal 4. maka catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 6, klien mampu secara verbal dan non verbal daalam bertanya, meminta, menjawab dan memberi. Anjurkan klien melakukan di ruang rawat. 7. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi a. Tujuan: Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan. b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang. c. Alat: Tape recorder, kaset marilah kemari (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien. d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab

25 e. Langkah Kerja Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 6 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Orientasi: Salam terapeutik (salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain. Kontrak: Melaksanakan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat enam kali pertemuan TAKS, menjelaskan aturan main berikut: jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarun jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat kesernpatan untuk menyampaikan pendapat tentang manfaat dari enam kali pertemuan yang telah berlalu; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat; 4) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan. Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok, menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu; 2)

26 Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk enam kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun di rumah. melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk memberi dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati rencana evaluasi secara periodik. Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 7, dievaluasi kemampuan-kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi secaia verbal dan disertai kemampuan nonverbal. 2) Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika akhir TAKS, pada catatan proses keperawatan tiap klien. Disimpulkan kemampuan yang telah dapat diterapkan oleh klien sehari-hari. (melalui jadwal kegiatan harian), Jika klien belum mampu, klien dapat disertakan pada kelompok TAKS yang baru. 2.3 Evidence Based Aplikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Klien Isolasi Sosial Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami masalah dalam kepercayaan yang mengganggu kemampuannya untuk membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Tindakan keperawatan klien isolasi sosial terintegrasi dengan profesi kesehatan lain termasuk tindakan medis. Tindakan

27 medis yang diberikan yaitu pemberian terapi psikofarmaka, peran perawat dalam pemberian psikofarmaka adalah memberikan informasi kepada klien tentang pemberian terapi, dosis, obat, waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil terapi yang efektif, serta efek samping yang mungkin terjadi, dan diharapkan klien mampu melaporkan bila terjadi gejala-gejala efek samping dari obat antipsikotik (Shives, 2005). Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan untuk: 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2) klien dapat menyadari penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien dapat berinteksi dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2014). Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara komprehensif meliputi terapi individu, kelompok, keluarga maupun komunitas, baik berupa terapi generalis maupun terapi psikososial. Terapi generalis yang dapat dilakukan pada kelompok klien adalah terapi aktivitas kelompok. Menurut Keliat & Akemat (2005) terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan yang ditujukan untuk kelompok klien dengan masalah yang sama serta memfasilitasi pengalaman seseorang, meningkatkan respon sosial dan harga diri klien. Menurut Purwaningsih & Karlina (2009), penggunaan kelompok dalam praktek kesehatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihann kesehatan seseorang. Keuntungan yang dapat diperoleh klien melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dukungan, peningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga mengunakan uji realitas pada klien dengan gangguan orientasi realitas. Hal ini

28 sesuai dengan tujuan umum dilakukannya terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus emosi eksternal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Surtiningrum (2011), ada peningkatan kemampuan interaksi sosial setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien. Peningkatan kemampuan interaksi yang terjadi dinilai berdasarkan peningkatan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor. Terapi aktivitas kelompok yang dilakukan bertujuan untuk memberikan dukungan kepada klien sehingga klien mampu mengekspresikan perasaannya dan mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan cara membangun hubungan yang bersifat suportif dengan anggota kelompok. Dari hasil penelitian Surtiningrum (2011), terdapat peningkatan terhadap kemampuan aspek afektif pada klien sebesar 14,27% dengan peningkatan yang bermakna. Hal ini berarti ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang dilakukan terhadap peningkatan aspek afektif klien dalam bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Vindebeck (2008) yang menyimpulkan bahwa mengekspresikan perasaan dan memiliki perasaan yang positif dan sejahtera terhadap hubungan dengan orang lain akan meningkatkan kemampuan besosialisasi dengan orang lain yang dilakukan melalui kelompok yang telah dibentuk. Kemampuan kognitif klien dalam bersosialisasi juga mengalami peningkatan yang bermakna (Nyumirah, 2012). Pengetahuan/kognitif diperoleh dari proses pembelajaran, budaya, pendidikan dan pengalaman hidup lainnya

29 (Notoatmodjo, 2010). Pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial sangat bermanfaat pada peningkatan kemampuan kognitif klien karena klien dilatih untuk berbagi pengalaman dengan teman satu kelompok, belajar cara berkomunikasi menyampaikan pendapat melalui setiap sesi yang ada, membuat sebuah keputusan, mencari sistem pendukung yang dapat membantu mengatasi masalah klien dan pembelajaran lain yang didapatkan klien berdasarkan tujuan setiap sesi yang ada seperti yang tertulis dalam buku Keliat & Akemat (2014). Selain peningkatan pada aspek afektif dan kognitif, pemberian terapi aktivitas kelompok juga mampu meningkatkan kemampuan psikomotor klien dalam bersosialisasi dengan anggota kelompok (Surya, 2011). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surtiningrum (2011) yang mana terjadi peningkatan pada aspek psikomotor yang ditunjukkan oleh klien isolasi sosial yaitu adanya perilaku menarik diri, malas berbicara dengan orang lain, tidak menatap muka lawan bicara, malas melakukan kegiatan sehari-hari dan perilaku lainnya yang ditunjukkan klien isolasi sosial sesuai dengan pendapat Townsend (2009). Peningkatan kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi pada klien isolasi sosial terjadi karena pada terapi aktivitas kelompok klien dilatih mengekspresikan perasaan dan latihan perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Stuart & Laraia (2005) yang menyatakan bahwa keterampilan dalam bersosialisasi dapat dipelajari oleh orang yang tidak memilikinya. Peningkatan psikomotor dalam bersosialisasi pada kelompok juga menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan dirumah sakit seperti tindakan keperawatan generalis, terapi aktivitas

30 kelompok sosialisasi (TAKS) dan terapi medik saling melengkapi untuk terjadinya peningkatan kemampuan psikomotor klien isolasi sosial dalam bersosialisasi. Menurut Yanto (2013), terapi aktivitas kelompok sosial sangat berpengaruh terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial di rumah sakit jiwa. Selain peningkatan kemampuan bersosialisasi, TAKS juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi klien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa ada pengaruh terapi modalitas sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada pasien isolasi sosial di ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Terapi aktivitas kelompok juga mampu meningkatkan kemampuan kerjasama klien. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Masdelita, dkk (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap peningkatan kemampuan klien dalam berkomunikasi. Penelitian mengenai TAKS telah terbukti banyak memberikan manfaat dalam mengatasi berbagai masalah yang dialami oleh klien isolasi sosial seperti peningkatan kemampuan berinteraksi baik dari aspek afektif, kognitif, psikomotor, serta peningkatan pada kemampuan bersosialisasi, peningkatan kemampuan berkomunikasi dan peningkatan kemampuan kerjasama klien dalam kelompok.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Penggunaan kelompok dalam praktek kesehatan jiwa memberikan dampak posotif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihann kesehatan seseorang. Keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Isolasi Sosial: Menarik Diri 2.1.1. Pengertian Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian dialami oleh individu diterima sebagai ketentuan oleh orang lain sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI TAK Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Terapi Modalitas 1.1 Pengertian Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI Oleh Kelompok : 1 1. Joko Sutrisno (14.401.15.047) 2. Khoiru Oktavia W (14.401.15.048) 3. Ratih Lutvi G (14.401.15.067) 4. Ratna Agustin M (14.401.15.068)

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI A. Latar Belakang Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI Disusun Oleh : 1. ADE IRMA (14.401.14.001) 2. AGUNG PURNAMA PUTRA (14.401.14.002) 3. AHMAD SAIFULLOH (14.401.14.003) 4. ALFIAH NURIMAMAH (14.401.14.004) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Jiwa Daerah Provsu Medan. Oleh. Sulastri Pasaribu

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Jiwa Daerah Provsu Medan. Oleh. Sulastri Pasaribu Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Pasien Isolasi Sosial di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI DI SUSUN OLEH: 1. Angellita Monica Winarno (14.401.15.007) 2. Arles Gusti Sukma Aulia (14.401.15.012) 3. Bagus Adi Sucipto (14.401.15.015) 4. Cholbi Haswanda (14.401.15.019)

Lebih terperinci

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG Topik Sesi ke Terapis Sasaran Tempat : TAK Orientasi Realita : I (Pengenalan Orang) : 5 orang mahasiswa Fak. Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI Disusun oleh: Kelompok 4 1. Intan Cahya P (14.401.15.046) 2. Khusnul Hotimah (14.401.15.050) 3. Muhamad Gimnastyar (14.401.15.056) 4. Novia Panca A (14.401.15.059)

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI 1. Pengertian TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku. 2. Bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 Lampiran 1 MODUL PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI Diadopsi dari Dr. Budi Anna Keliat Oleh Dewi Rahmadani Lubis 071101027 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 1. TAKS: SESI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Khomail Teguh (14.401.15.049) 2. Lailatul Fitria (14.401.15.051) 3. Lutfia Irmayanti (14.401.15.053) 4. Melinda Fauzia Akbar (14.401.15.055)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Afnur Rafli (14.401.15.002) 2. Amelia Ferdina Widodo (14.401.15.004) 3. Angga Rofyanzah (14.401.15.008) 4. Arik Ismail Wahyudi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Oleh Kelompok : 2 1. Indra Kurniawan (14.401.15.044) 2. Indri Istiani (14.401.15.045) 3. Marfuah (14.401.15.054) 4. Putri Intan Sari (14.401.15.064) 5. Qonita

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Stimulasi Persepsi Halusinasi

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Stimulasi Persepsi Halusinasi TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Stimulasi Persepsi Halusinasi DI SUSUN OLEH: 1. Ana Setyani Hadi (14.401.15.005) 2. Anggi Setyawan (14.401.15.009) 3. Bayu Dahroni (14.401.15.015) 4. Dhidin Hartiningsih (14.401.15.028)

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI Disusun oleh : Kelompok 2 1. Andi Perdana S (14.401.15.006) 2. Aprillya Dyah Saputri (14.401.15.010) 3. Catur Oktaviani (14.401.15.018) 4. Dewi Fitri (14.401.15.026)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan 52 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Ledy Gresia Sihotang adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 1.1 Defenisi Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Isolasi Sosial 1.1 Pengertian Menurut Townsend (1998), isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN SELF EVALUASI KEPALA RUANGAN Dalam melaksanakan MPKP Nama :... Ruangan :... Tanggal :... RS :... Petunjuk Jawab pertanyaan berikut sesuai dengan kegiatan MPKP yang telah saudaralakukan : 1. Sl

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENYALURAN ENERGI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENYALURAN ENERGI TERAI AKTIVITAS KELOMOK (TAK) ENYALURAN ENERGI Disusun oleh : 1. Muhibatul munawaroh (14.401.15.057) 2. Munawaro (14.401.15.058) 3. Nur indana zulfa (14.401.15.061) 4. andu hadi (14.401.15.063) 5. Richa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENINGKATAN HARGA DIRI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENINGKATAN HARGA DIRI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PENINGKATAN HARGA DIRI Di Susun oleh : Kelompok 5 Kelas A S.4 Cahya Wulandari (14-401-15-017) Elya Nova Dianesti (14-401-15-034) Ernik Widyawati ( 14-401-15-035) Ida Bagus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia. mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang sebagai coping terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia. mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang sebagai coping terhadap 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia 1. Pengertian Perilaku Menarik Diri Menurut Adler (Alwisol, 2004), menarik diri merupakan sebuah bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lain dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya saja dalam hal ini perawat dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lain dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya saja dalam hal ini perawat dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran 2.1.1. Definisi peran Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya saja dalam hal ini perawat dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stuard & Sudeen (1998) mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah

Lebih terperinci

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial A. DEFINISI Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Perawat 2.1.1.1. Pengertian perawat Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi halusinasi Perubahan sensori halusinasi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang datang yang menimbulkan

Lebih terperinci