STUDI DESKRIPTIF PREVALENSI FUNGSI PARU POLISI LALU LINTAS DI DENPASAR BALI. R. Prawira Bayu Putra Dewa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI DESKRIPTIF PREVALENSI FUNGSI PARU POLISI LALU LINTAS DI DENPASAR BALI. R. Prawira Bayu Putra Dewa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana"

Transkripsi

1 STUDI DESKRIPTIF PREVALENSI FUNGSI PARU POLISI LALU LINTAS DI DENPASAR BALI R. Prawira Bayu Putra Dewa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Penyakit respirasi adalah penyakit yang terdapat pada Negara maju dan Negara berkembang. Penyakit paru secara umum dibagi menjadi obstruktif dan restriktif, di mana polusi udara adalah penyebab utamanya. Alat diagnosis sederhana untuk obstruksi dan restriktif adalah spirometer. Salah satu profesi utama yang sering terpapar gas kendaraan bermotor saat bertugas adalah polisi lalu lintas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi polisi lalu lintas yang memiliki fungsi paru normal, restriktif, obstruktif, gabungan restriktif dan obstruktif di kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian adalah 45 polisi lalu lintas yang berjaga di pos polisi sekitar kota Denpasar. Data spirogram dari 45 polisi di analisis untuk mendapatkan prevalensi fungsi paru normal, restriktif, obstruktif, gabungan restriktif dan obstruktif. Dari 45 orang polisi lalu lintas 29 orang mengalami kelainan restriktif, 0 orang mengalami kelainan obstruktif, dan 16 orang memiliki nilai fungsi paru normal. Simpulan penelitian ini adalah dari seluruh subjek 35,56% memiliki fungsi paru normal, 64,44% restriktif, 0% obstruktif, 0% gabungan restriktif dan obstuktif. Saran kepada pihak kepolisian di bagian lalu lintas sebaiknya dilakukan pengecekan fungsi paru secara berkala. Kata Kunci: Spirometer, Restriktif, Obstruktif ABSTRACT Respiratory disease is a disease that is found in developed countries and developing countries. Pulmonary diseases are generally divided into obstructive and restrictive, where air pollution is the main cause. Simple diagnostic tool for obstructive and restrictive is the spirometer. One of the main professions are often exposed to the gas when the motor vehicle is a traffic police on duty. The purpose of this study to determine the prevalence of traffic police who had normal lung function, restrictive, obstructive, restrictive and obstructive combined in Denpasar. This study used a descriptive method. Subjects were 45 traffic policemen on guard at police stations around the city of Denpasar. Data spirogram of 45 policemen in the analysis to obtain the prevalence of lung function is normal, restrictive, obstructive, restrictive and obstructive combined. Of the 45 traffic police 29 people have restrictive disorders, 0 people have obstructive disorders, and 16 had normal lung function values. The conclusions of this study is % of all subjects had normal lung function, % restrictive, obstructive 0 %, 0 % combined restrictive and obstuktif. Advice to the police at the traffic pulmonary function should be checked periodically.. Keywords : spirometer, Restrictive, obstructive 1

2 Latar Belakang Saat ini penyakit paru dan saluran pernafasan adalah masalah yang tidak hanya dialami oleh Negara maju saja, Negara berkembang dan Negara miskin pun mengalaminya. 1,2 Di Negara berkembang seperti Indonesia terjadi peningkatan insiden yang signifikan pada penyakit paru. 1,2 Peningkatan ini memiliki banyak penyebab, yang paling sering adalah asap rokok dan polusi lingkungan yang berasal dari asap kendaraan, asap pabrik, dan debu jalanan. 1,2 Dari seluruh kematian di dunia, penyakit paru merupakan penyebab dari 1/5 kasus. 1,2 Dimana penyakit paru yang sering menyebabkan kematian adalah penyakit paru seperti pneumonia dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 1,2. Penyakit pernafasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit paru obstruktif dan restriktif. 1,2 Penyakit paru restriktif adalah penyakit paru dimana terjadi ketidakmampuan atau penurunan dari kemampuan untuk menginhalasi udara kedalam paru dan menjaga volume dari paru tetap normal. 1,2 Umumnya pada pemeriksaan fungsi paru akan terjadi penurunan angka volume paru tanpa penurunan dari aliran udara. 1,2 Sedangkan penyakit paru obstruktif adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan kemampuan untuk mengelurkan udara melalui jalan nafas. 1,2 Hal ini umumnya disebabkan akibat penyempitan dari diameter jalan nafas sehingga udara akan lebih susah untuk dikeluarkan. 1,2 Salah satu penyebab utama dari penyakit paru obstruktif dan restriktif adalah paparan debu dan polusi udara 1,2. Paparan polusi udara luar seperti debu dan gas buangan sangat berkaitan dengan penyakit paru. 3,4 Ketika partikel polusi ini masuk ke dalam saluran nafas, benda ini akan membentuk suatu endapan pada mucociliary dimana endapan ini akan menyebabkan tubuh memproduksi mukus, produksi mucus yang berlebihan akan menyebabkan mucus mengendap dan menyebabkan terjadinya obstruksi pada saluran pernafasan dan memicu terjadinya inflamasi yang menyebabkan restriktif paru. 3,4 Penyakit obstruksi dan restriktif pada fase awal dan lanjut dapat dideteksi dengan menggunakan alat sederhana seperti spirometer. 3,4 Spirometri merupakan baku emas (gold standard) untuk menengakkan diagnosis penyakit obstruksi dan restriktif pada paru. 3,4 Dengan pemeriksaan menggunakan spirometer dapat diketahui nilai FVC (forced vital capacity) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah menghirup nafas sampai 2

3 maksimal dan FEV1 (forced expiratory volume in one second) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama 3,4. Dari nilai tersebut dapat ditentukan nilai fungsi paru. 3,4 Peningkatan polusi udara pada kota-kota besar juga berhubungan dengan semakin meningkat tingkat perekonomian dan industi otomotif pada daerah tersebut, hal ini akan meningkatkan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. 5,6,7 Sisa gas pembuangan dari kendaraaan bermotor merupakan 70-80% polutan dan 20-30% sisanya berasal dari industri. 5 Berdasarkan data yang tersedia di Badan Pusat Statistik Indonesia tercatat peningkatan angka kendaraan bermotor di Provinsi Bali yaitu dari tahun 2007 dengan jumlah kendaraan, tahun kendaraan dan tahun kendaraan. 7 Peningkatan jumlah kendaraan dengan tidak diimbangi peningkatan lebar jalan akan memberi dampak peningkatan kepadatan lalu lintas dan polusi udara di provinsi Bali, khususnya pada daerah ibukotanya yaitu Denpasar. 5,6,7 Dimana pusat pembangunan dan peningkatan jumlah kendaraan tertinggi pada provinsi Bali. 5,6,7 Pekerjaan dengan eksposur polusi udara merupakan resiko yang tinggi terkena penyakit paru. 5 Polisi lalu lintas merupakan salah satu contoh pekerjaan dengan paparan polusi udara yang sangat tinggi. 5 Gangguan fungsi paru yang sering dialami oleh polisi lalu lintas akibat sisa pembuangan gas kendaraan dan partikel debu lingkungan. 5 Daerah kerja dari polisi lalu lintas sering terpapar polusi yang dihasilkan oleh kendaraan. 5,8 Dalam keadaan lalu lintas yang padat polisi diwajibkan untuk menjaga arus lalu lintas, dan semakin padat arus lalu lintas maka paparan polusi udara semakit tinggi. 5,8 Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti ingin mengetahui prevalensi kelainan fungsi paru pada polisi lalu lintas di kota Denpasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui angka prevalensi polisi lalu lintas yang memiliki fungsi paru normal, restriktif, obstruktif, serta gabungan restriktif dan obstruktif di kota Denpasar. Materi dan Metode Subjek diperoleh dengan teknik consecutive sampling dari polisi lalu lintas yang berjaga di pos polisi jalanan di kota Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Polisi lalu lintas yang dalam masa aktif di bidang lalu lintas dan polisi lalu lintas yang bersedia melakukan pemeriksaan spirometer. Subjek penelitian dieksklusi bila Polisi lalu lintas memiliki riwayat penyakit paru sejak lahir 3

4 dan polisi lalu lintas yang tidak bersedia melakukan pemeriksaan spirometer. Subjek dalam penelitian ini merupakan polisi lalu lintas yang bertugas di Kota Denpasar. Besar sampel minimal yang diteliti ditentukan berdasarkan formula Stanley Lemeshow adalah 43 orang dan pada penelitian ini menggunakan 45 orang sampel. Tinggi Badan responden ditentukan dengan mengukur langsung menggunakan alat pengukur merk Essen 7,5M buatan China atau melalui wawancara. Berat badan ditentukan dengan mengukur langsung dengan timbangan elektri tipe hd A2 buatan China dengan ketelitian 0,01 atau melalui wawancara. Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan menghitung hasil dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan hasil dari tinggi dalam meter dikuadratkan. Usia, lama kerja, status merokok, jumlah rokok, dan lama merokok ditentukan dengan melakukan wawancara langsung kepada responden. Untuk mendapatkan status restriktif, obstruktif, gabungan, dan normal dilakukan dengan meminta responden menggunakan alat spirometer tipe AS 500 buatan Jepang. Dari hasil akan didapatkan angka FEV1, FVC, %FEV1, %FVC, dan diagnosis responden. Penelitian ini dilaksanakan pada Pos Polisi Jalan di sekitar kota Denpasar selama 2 minggu dari tanggal 18 November 29 November Analisi data dilakukan secara deskriptif. Hasil dan Diskusi Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 45 subjek polisi lalu lintas di kota Denpasar 29 orang mengalami restriksi,0 orang mengalami obstruksi, 16 orang memiliki fungsi paru normal, serta 0 orang mengalami restriktif dan obstruktif. Dari hasil dilakukan analisis untuk mengetahui jumlah prevalensi restrictive adalah 64,44%, obstructive 0%, gabungan restrictive dan obstrukctive 0%, serta normal 35,56% pada subjek polisi lalu lintas di kota Denpasar Pada variable umur berdasarkan dari hasil pengitungan didapatkan data rata- rata umur polisi yang diperiksa adalah 41,1556 dengan umur paling tua adalah 56 tahun dan umur paling muda adalah 22 tahun. Dengan standar deviasi 8, Dari 29 orang subjek yang mengalami restriksi pernafasan 0 orang berusia tahun, 4 orang berusia tahun, 10 orang berusia tahun dan 15 orang berusia tahun. Dimana pada kelompok usia tahun merupakan kelompok usia yang paling tinggi 4

5 frekuensinya seperti yang tercantum pada tabel 1. Dari 16 orang yang memiliki nilai fungsi paru normal 1 orang berusia tahun, 8 orang berusia tahun, 5 orang berusia tahun, dan 2 orang berusia tahun. Dimana pada kelompok usia tahun merupakan kelompok usia yang paling tinggi frekuensi subjek yang memiliki nilai normal pada fungsi paru. Tabel 1 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan variabel umur Variabel Restriktif Obstruktif Usia tahun 0 0% 0 0% tahun 4 13,8% 0 0% tahun 10 34,5% 0 0% tahun 15 51,7% 0 0% Jumlah Total % 0 0% Dari hasil penelitian ini menunjukkan semakin tua usia subjek maka semakin meningkat frekuensi angka kejadian penurunan fungsi pernafasan, dan semakin muda umur subjek maka semakin menurun frekuensi angka kejadian penurunan fungsi pernafasan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan Nurbiantara pada tahun 2010 di Surakarta. Pada penelitian yang dilakukan pada polisi lalu lintas didapatkan hasil dari 41 subjek polisi lalu lintas di Surakarta, 23 orang mengalami penurunan fungsi pernafasan berupa %FVC < 80% dan dari 23 orang yang mengalami penurunan fungsi semua subjek termasuk dalam kelompok umur diatas 37 tahun. Dan dari 18 subjek yang memiliki nilai fungsi paru normal 13 subjek termasuk kelompok umur muda yaitu dibawah 37 tahun, sedangkan 5 sisanya termasuk kelompok umur di atas 37 tahun 8. Hal ini sesuai dengan data yang tercantum pada jurnal yang ditulis oleh Janssens tahun Pada jurnal itu ia menyatakan bahwa dengan semakin bertambahnya umur manusia maka terjadi 3 perubahan fisiologis pada sistem pernafasan, yaitu perubahan progresif dari pemenuhan udara pada dinding dada, penurunan elastisitas dari paru, dan penurunan kekuatan dari otot pernafasan. Pada penelitian yang ia cantumkan dari 50 orang sehat dengan rentang umur tahun, penuaan berhubungan secara signifikan pada penurunan kempauan pemenuhan udara pada dinding dada. Pada penurunan elastisitas paru terjadi secara fisiologis akibat dari penuaan, dimana karena bertambahnya umur maka semakin lama paparan dari polutan lingkungan yang berupa debu, asap rokok, gas sisa pembuangan kendaraan dan pabrik. Semua polutan yang berada di lingkungan secara 5

6 signifikan mampu menyebabkan penurunan fungsi paru dan memicu terjadinya penyakit paru pada usia tua. Selain itu pula penurunan fungsi paru yang menurun terjadi akibat proses degenerasi dari sel tubuh. Penurunan fungsi paru yang menurun terjadi bersamaan dengan modifikasi dari tulang rusuk akibat pada proses penuaan, mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan pmenuhan paru dan meningkatkan kapasitas residu fungsional yang merupakan hasil dari penurunan elastisitas dari paru. Maka semakin tua usia seseorang akan semakin menurunkan kemampuan dari paru untuk melakukan fungsi pernafasan 9,10. Pada variabel indeks masa tubuh dari responden polisi lalu lintas didapatkan hasil pengitungan data rata- rata indeks masa tubuh polisi yang diperiksa 26,5729 dengan indeks masa tubuh tertinggi adalah 31,7 kg/m 2 dan indeks masa tubuh terendah adalah 22,49 kg/m 2. Dengan standar deviasi 2, Pada variabel indeks masa tubuh didapatkan data dari 29 subjek yang mengalami restriksi pernafasan 0 orang subjek termasuk kategori berat badan kurang, 4 orang subjek termasuk kategori berat badan normal, 1 orang termasuk kelompok dengan kelebihan berat badan, dan 24 orang termasuk kelompok dengan obesitas I dan Obesitas II seperti pada tabel 2. Tabel 2 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan indeks masa tubuh Variabel Restriktif Obstruktif Indeks Masa Tubuh Berat badan 0 0% 0 0% kurang (<18,5) Normal (18,5 4 13,8% 0 0% 22,9) Kelebihan 1 3,45% 0 0% Berat Badan (23 24,9) Obesitas I ( ,8% 0 0% 29,9) dan Obesitas II (30 atau lebih) Jumlah Total % 0 0% Pada kelompok dengan obesitas I dan Obesitas II merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek restriktif. Dari 16 orang yang memiliki fungsi paru normal 0 orang subjek termasuk kategori berat badan kurang, 4 orang subjek termasuk kategori berat badan normal, 2 orang termasuk kelompok dengan kelebihan berat badan, dan 10 orang termasuk kelompok dengan obesitas I dan Obesitas II. Pada kelompok dengan Obesitas I dan Obesitas II 6

7 merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek normal. Dari variable indeks masa tubuh didapatkan bahwa pada subjek yang obesitas memiliki jumlah terbanyak yang mengalami penurunan fungsi paru berupa penurunan nilai FVC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shashi Mahajan, Anterpreet Kaur Arora dan Pankaj Gupta yang melakukan penelitian fungsi paru pada orang dewasa di Punjabi. Dari hasil penelitiannya menunjukkan pada kelompok dewasa yang mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok dewasa yang tidak mengalami obesitas terjadi penurunan fungsi paru berupa penurunan dari nilai FVC FEV1, dan MVV yang signifikan. Tetapi pada penelitian ini menujukkan peningkatan nilai perbandingan nilai FEV1 dan FVC dari kelompok yang mengalami obesitas jika dibandingkan pada kelompok dewasa yang tidak mengalami obesitas, tetapi peningkatan ini tidak signifikan 11. Dari penelitian yang dilakukan Shashi Mahajan menyatakan pada orang yang obesitas terjadi penurunan nilai spirometer. Penurunan ini karena pada orang yang mengalami obesitas akan terdapat jaringan adipose yang menumpuk pada sekitar tulang rusuknya, selain itu terjadi penumpukan jaringan adipose juga pada visceral cavity dan bagian abdomen yang mengganggu fungsi paru dalam pernafasan dan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru. Pada orang yang mengalami obesitas terjadi peningkatan konsumsi oksigen sekitar 25% dari pada orang yang tidak mengalami obesitas, peningkatan konsumsi oksigen ini akan meningkatkan pula produksi dari karbondioksida yang menyebabkan semakin berat fungsi dari paru pada pasien obesitas. Sehingga pada orang obesitas yang parah akan sering mengalami hypoxemia akibat peningkatan konsumsi oksigen dan ketidakmampuan dari paru untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan. Penumpukan dari jaringan adiposa di sekitar dada akan menyebabkan peningkatan resistensi sistem pernafasan berupa penurunan kemampuan dari dada untuk melakukan distensi sehingga menurunkan volume dari ventilasi 11. Pada variabel lama kerja dari responden polisi lalu lintas didapatkan hasil pengitungan data rata- rata lama kerja polisi yang diperiksa 11,6778 dengan lama kerja terpanjang adalah 31 tahun dan lama kerja terpendek adalah 0,8 tahun (1 bulan). Dengan standar deviasi 9,

8 Tabel 3 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan lama kerja Variabel Restriktif Obstruktif Lama Kerja < 5 tahun 5 17,2% 0 0% 5 10 tahun 8 22,6% 0 0% 11 tahun atau 16 55,2% 0 0% lebih Jumlah Total % 0 0% Pada variable lama kerja didapatkan data dari 29 subjek yang mengalami restriksi pernafasan 5 orang subjek termasuk kelompok lama kerja < 5 tahun, 8 orang subjek termasuk kelompok lama kerja 5-10 tahun, dan 16 orang termasuk kelompok lama kerja 11 tahun atau lebih. Pada kelompok dengan lama kerja 11 tahun atau lebih merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek restriktif seperti pada tabel 3. Dari 16 orang yang memiliki fungsi paru normal 7 orang subjek termasuk kelompok lama kerja < 5 tahun, 7 orang subjek termasuk kelompok lama kerja 5-10 tahun, dan 2 orang termasuk kelompok lama kerja 11 tahun atau lebih. Pada kelompok dengan lama kerja < 5 tahun dan 5 10 thaun merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek normal. Dari penelitian ini didapatkan pada kelompok polisi yang memiliki masa kerja 11 tahun atau lebih merupakan jumlah yang paling banyak mengalami penurunan fungsi paru. Hal ini menyerupai pada penelitian yang dilakukan oleh Eli J.K. dan kawan kawan pada polisi departemen emergensi di New York. Dari penelitiannya pada polisi yang memiliki durasi kerja > 2000 jam akan terjadi penurunan FVC sebesar 340 ml setelah 5 tahun follow up. Sedangkan pada kelompok yang memiliki durasi kerja 1000 sampai 2000 jam hanya terjadi penurunan sebesar 270 ml setelah 5 tahun. Begitu juga pada kelompok yang memiliki durasi kerja lebih rendah lagi, pada kelompok dengan durasi kerja <1000 jam terjadi penurunan sebesar 160 ml setelah 5 tahun. Semakin lama durasi kerja maka akan semakin meningkatkan durasi dari paparan debu dan polutan udara yang menyebabkan terjadinya penurunan dari fungsi paru pada polisi 12. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan Nurbiantara pada tahun 2010 di Surakarta menyatakan bahwa semakin lama polisi bekerja pada lingkungan yang dapat menurunkan fungsi paru maka semakin meningkatkan pula kemungkinan penurunan fungsi fisiologis dari paru terutama pada lingkungan kerja dimana paparan debu dan polutan tinggi. Dalam penelitiannya Ia menyatakan bahwa terdapat hubungan antara polutan debu yang akan 8

9 mempengaruhi fungsi paru untuk jangka pendek maupun jangka panjang 8. Pada variabel status rokok dari responden polisi lalu lintas didapatkan hasil 23 responden adalah perokok aktif dan 22 reponden bukanlah perokok aktif. Pada variable status merokok didapatkan data dari 29 subjek yang mengalami restriksi pernafasan 15 orang subjek termasuk kelompok merokok aktif, dan 14 orang subjek termasuk kelompok merokok tidak aktif seperti pada tabel 4. Pada kelompok dengan merokok aktif merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek restriktif. Dari 16 orang yang memiliki fungsi paru normal 8 orang subjek termasuk kelompok merokok aktif, dan 8 orang subjek termasuk kelompok dengan merokok tidak aktif. Pada kedua kelompok memiliki jumlah yang sama subjek dengan fungsi paru normal. Tabel 4 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan Statur Merokok Variabel Restriktif Obstruktif Status Rokok Merokok 15 52% 0 0% Tidak Merokok 14 48% 0 0% Jumlah Total % 0 0% Pada variable status rokok berdasarkan perbandingan antara variabel dengan jumlah total polisi yang restriktif menunjukkan bahwa pada kelompok dengan status merokok aktif merupakan jumlah yang paling banyak subjek mengalami penurunan fungsi paru. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Eli J.K. dan kawan kawan pada polisi departemen emergensi di New York. Dimana pada penelitiannya terjadi penurunan angka FVC pada polisi yang merokok sebesar 250 ml setelah 1 tahun follow up dan 450 ml setelah 5 tahun follow up. Dan pada kelompok polisi yang tidak merokok terjadi penurunan angka FVC sebesar 160 ml setelah 1 tahun follow up dan 280 ml setelah 5 tahun follow up. Pada polisi yang merokok maka akan semakin meningkatkan penurunan fungsi paru. Dari penelitian yang dilakukan oleh Hani A.N. dan kawan-kawan dengan membandikan nilai fungsi paru pada perokok dan non perokok didapatkan data bahwa dari 213 perokok dan 98 non perokok yang dianalisis terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada nilai rata-rata FVC, FEV1, dan PEFR. Dimana pada kelompok perokok nilainya lebih rendah dibandingkan pada kelompok yang tidak merokok. Hal ini dikarenakan rokok merupakan salah satu faktor predisposisi yang penting pada penyakit jantung dan pernafasan 12,13. 9

10 Tabel 5 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan Jumlah Rokok Variabel Restriktif Obstruktif Jumlah Rokok 1 11 batang 6 40% 0 0% 12 batang atau 9 60% 0 0% lebih Jumlah Total % 0 0% Pada variabel jumlah rokok dari responden polisi lalu lintas yang berada dalam status rokok aktif didapatkan hasil pengitungan data rata- rata jumlah rokok sehari yang diperiksa 5,9111 dengan jumlah rokok sehari terbanyak adalah 24 batang dan jumlah rokok paling sedikit adalah 2 batang. Dengan standar deviasi 7, Pada variable jumlah rokok didapatkan data dari 15 subjek yang mengalami restriksi pernafasan 6 orang subjek termasuk kelompok jumlah rokok 1 11 batang per hari, dan 9 orang subjek termasuk kelompok jumlah rokok 12 batang atau lebih per hari seperti pada tabel 5. Pada kelompok dengan jumlah rokok 12 batang atau lebih per hari merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek restriktif. Dari kelompok merokok aktif 8 orang memiliki fungsi paru normal 5 orang subjek termasuk kelompok dengan jumlah rokok 1 11 batang per hari, dan 3 orang subjek termasuk kelompok dengan jumlah rokok 12 batang atau lebih per hari. Pada kelompok dengan jumlah rokok 1 11 batang per hari merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek normal. Pada variabel lama merokok dari responden polisi lalu lintas yang termasuk kategori perokok aktif didapatkan hasil pengitungan data rata- rata lama merokok polisi yang diperiksa 10,7111 dengan lama rokok terpanjang adalah 38 tahun dan lama merokok terpendek adalah 1 tahun. Dengan standar deviasi 12, Tabel 6 Prevalensi Obstruktive dan Restrikstive berdasarkan Lama merokok Variabel Restriktif Obstruktif Lama Merokok < 10 tahun 4 26,7% 0 0% 10 tahun atau 11 73,3% 0 0% lebih Jumlah Total % 0 0% Pada variable lama merokok didapatkan data dari 15 subjek yang mengalami restriksi pernafasan 4 orang subjek termasuk kelompok lama merokok < 10 tahun, dan 11 orang subjek termasuk kelompok lama merokok > 10 tahun seperti pada tabel 6. Pada kelompok dengan lama merokok > 10 tahun merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek restriktif. Dari 10

11 kelompok merokok aktif 8 orang memiliki fungsi paru normal 3 orang subjek termasuk kelompok dengan lama merokok < 10 tahun, dan 5 orang subjek termasuk kelompok dengan lama merokok > 10 tahun. Pada kelompok dengan lama merokok > 10 tahun merupakan kelompok dengan paling tinggi jumlah subjek normal. Pada variabel durasi merokok dan jumlah rokok didapatkan bahwa pada kelompok dengan merokok lebih dari 10 tahun dan jumlah rokok 12 batang atau lebih dalam sehari menunjukkan jumlah subjek terbanyak penurunan fungsi paru. Hal ini menyerupai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubeena Bano dan kawankawan, dimana dari penelitiannya ia menyatakan terdapat pustaka yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah dan durasi rokok pada penurunan fungsi pernafasan. Begitu juga penelitian yang dilakukan Mohammad H.B. dan kawan kawan pada penelitiannya ia menyatakan terdapat hubungan yang signifikan pada durasi merokok dengan penurunan fungsi paru tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan pada jumlah rokok dengan penurunan fungsi paru. Dari penelitiannya didapat durasi dari merokok memiliki efek yang lebih buruk untuk pernafasan dari pada jumlah rokok per hari 14,15. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik Simpulan dari seluruh subjek 35,56% memiliki fungsi paru normal, 64,44% restriktif, 0% obstruktif, 0% gabungan restriktif dan obstuktif. Saran yang diberikan peneliti adalah kepada pihak kepolisian di bagian lalu lintas sebaiknya dilakukan pengecekan fungsi paru secara berkala. Daftar Pustaka 1. Zielonka T. M. Respiratory. Respiratory Health in The World. Ukrainian Pulmonological Magazine. 2005; No 3 pp: Peter J.I., Levine S.M., Introduction to Pulmonary Function Testing. Sectio 3 Respiratory Disease; pp: Tanggal Akses: 23 November Dapat diakses pada: nloads/products/ x/ X_chap027.pdf 3. Karkhanis V.S., Josh J.M. Spirometry in Chronic Obstructive Lung Disease (COPD). 11

12 SUPPLEMENT TO JAPI Februari; vol 60 pp: Lasmana P.D. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Polisi Satlantas Dengan Polisi Bagian Administrasi. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pp: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia pp: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menteri Kesehatan Republik Indonesia November; pp: Badan Pusat Statistik Indonesia. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Pariwisata dan Transportasi Agustus; pp: Nurbiantara S. Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru Pada Polisi Lalu Lintas di Surakarta. Perpustakaan UNS. 2010; pp: Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Bab 37 Ventilasi Paru. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008; Edisi 11 pp: Janssens J.P., Aging of the Respiratory System: Impact on Pulmonary Function Tests and Adaptation to Exertion. Clin Chest Med. 2005; 26 pp: MahajanS., Arora A.K., Gupta P. Correlation of Obesity and Pulmonary Functions in Punjabi Adults. Pak J Physiol. 2012; 8(2) pp: Kleinman E.J., Cucco R.A., Martinez C., Romanelli J., Berkowitz I., Lanes N., Lichtenstein D., Frazer S., Moran W., Pulmonary Function in a Cohort of New York City Police Departement Emergency Responders Since the 2001 World Trade Center Disaster. JOEM. 2011; vol 53 (6) pp: Nawafleh H.A., Zead S.A.A., Al- Maghaireh D.A., Pulmonary Function Test; Te value among smokers and nonsmokers. Health Science Journal. 2012; vol 6 (4) pp:

13 14. Bano R., Mahagaonkar A.M., Kulkami N.B., Ahmad N., Nihgute S., Study of Pulmonary Function Test Among Smokers and Non- Smokers in a Rural Area. Pravara Med Rev. 2009; 4(1) pp: Boskabady M.H., Dehghani H., Esmaeilzadeh M., Pulmonary Function Test and Their Reversibility in Smoker. Tanaffos. 2003; 2(8) pp:

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter Uji Fungsi Paru-paru (lung function test) Peak flow meter Spirometer 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Spirometri 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Peak flow meter PEF = Peak Expiratory

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5 %. Prevalensi asma

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI Akbar Pratama 1, Luh Putu Ratna Sundari 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, 2 Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI I Putu Fajar Sukmajaya 1, I Made Muliarta 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

GAMBARAN HASIL SPIROMETRI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PARU DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

GAMBARAN HASIL SPIROMETRI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PARU DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO GAMBARAN HASIL SPIROMETRI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PARU DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO Damiputra V. E. Lasut 1 Elfrida Marpaung 2 Lidwina S. Sengkey 2 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU SKRIPSI INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh: ARI WIBAWA J 110 040 014

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG Vironica Dwi Permatasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU AKIBAT PAPARAN ASAP PADA PEDAGANG SATE DI DENPASAR

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU AKIBAT PAPARAN ASAP PADA PEDAGANG SATE DI DENPASAR PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU AKIBAT PAPARAN ASAP PADA PEDAGANG SATE DI DENPASAR Pande Made Indra Premana 1, I Putu Adiartha Griadhi 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: LISTYA TRIANDARI J 100050010 DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi udara sangat berhubungan dengan keaadaan paru, terutama pada fungsi paru. Sesorang yang terkena polusi udara secara terus menerus, maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING PENGARUH PURSED LIPS BREATHING (PLB) TERHADAP NILAI FORCED EXPIRATORY VOLUME IN ONE SECOND (FEV1) PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DI RS PARU DR ARIO WIRAWAN SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Indikasi Pemeriksaan

Indikasi Pemeriksaan Definisi Suatu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan alat spirometer yang bertujuan untuk mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan volume dinamik paru. Indikasi Pemeriksaan Menilai status

Lebih terperinci

: CINDY AUDINA PRADIBTA

: CINDY AUDINA PRADIBTA HUBUNGAN ANTARA LAMA BEKERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA SATU DETIK (VEP 1 ) PADA SUPIR ANGKUTAN UMUM DI TERMINAL AMPLAS MEDAN Oleh : CINDY AUDINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Sarjana Fisioterapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang: Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa anak anak karena masa perkembangan dan maturasi fungsi paru dimulai sebelum lahir. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria di Gedung Rektorat Universitas Lampung

Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria di Gedung Rektorat Universitas Lampung Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria di Gedung Rektorat Universitas Lampung Khairun Nisa 1, Liana Sidharti 2, Muhammad Farid Adityo 3 1 Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) telah berkembang menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia yang makin penting. PPOK menjadi penyakit berbahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelompok pengrajin batik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok umumnya terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

Lebih terperinci

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) Felicia S., 2010, Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP. Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, saat ini telah menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu alasan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena ketidakseragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnis, umur, dan jenis kelamin. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok

Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok Perbandingan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Perokok dan Bukan Perokok Slamet Santosa*, Joko Purwito**, Jahja Teguh Widjaja*** * Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha **

Lebih terperinci

LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA Suhardi ¹, M Mudatsyir S ², Setiawan ³ Kementerian Kesehatan Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FORCE VITAL CAPACITY (FVC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR, BALI

PERBANDINGAN FORCE VITAL CAPACITY (FVC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR, BALI PERBANDINGAN FORCE VITAL CAPACITY (FVC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR, BALI I Nyoman Kreshna Raditya 1, I Made Muliarta 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit dengan preventif dan terapi yang umum, penyakit ini dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan dimana penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD)merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah yang ditimbulkan rokok belum bisa tertangani secara optimal hingga saat ini. Jumlah perokok di seluruh dunia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Puncak Ekspirasi Arus puncak ekspirasi adalah aliran maksimum yang dicapai selama ekspirasi dengan kekuatan maksimal mulai dari tingkat inflasi paru maksimal. Nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek ekstraparu yang signifikan dan berpengaruh terhadap keparahan penderita. Menurut GOLD (Global

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. ( ) ( ) ( )

BAB III METODE PENELITIAN. obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. ( ) ( ) ( ) 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan desain penelitian obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE FITRI DAMAYANTI

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE FITRI DAMAYANTI SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE FITRI DAMAYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 ABSTRAK Reza Eka Putra, Dwita Anastasia Deo, Dyah Gita Rambu Kareri Bekerja di industry

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pasien yang dipilih adalah berjenis kelamin pria. Jenis kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan supaya sampel homogen. Secara

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU Putri Ratriviandhani, 2016. Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP Pembimbing II : Jo Suherman, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab mortalitas terbesar kelima di dunia dan menunjukkan peningkatan jumlah kasus di negara maju dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA Andre Dwijaya Saputra, 2011, Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno dr., Drs., AIF. Pembimbing II : Endang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyakit paru obstruktif kronik telah di bahas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/ SK/XI/2008 tentang pedoman

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG Zamahsyari Sahli 1) Raisa Lia Pratiwi 1) 1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK Nabila Rinjani, 2016 Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes., AIFO Pembimbing II : Daniel

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FAAL PARU

PEMERIKSAAN FAAL PARU PEMERIKSAAN FAAL PARU (AUTO)SPIROMETRY TEST dr.afan Fatkhur A,Sp.P FAAL PARU RESPIRASI Ventilasi FAAL VENTILASI FAAL PARU FAAL DIFUSI Difusi FAAL PERFUSI Perfusi FAAL PARU RESPIRASI FAAL VENTILASI: PERTUKARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang beriklim tropis sehingga memiliki tanah yang subur dan cocok untuk berbagai macam jenis tanaman. Produktivitas dan mutu hasil pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan ruang paru-paru yang terisi udara), transport gas respirasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG Departemen Keperawatan Medikal Bedah STIKES Karya Husada Semarang Yunani.sururi@yahoo.com

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Bahaya Merokok dengan Tingkat Keparahan PPOK pada Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan RS Al- Ihsan Periode Mei-Juli 2016 The relationship

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sebagai bagian dari kehidupan manusia, secara langsung maupun tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

Keterampilan Klinis UJI FAAL PARU (SPIROMETRI)

Keterampilan Klinis UJI FAAL PARU (SPIROMETRI) PEGANGAN MAHASISWA Keterampilan Klinis UJI FAAL PARU (SPIROMETRI) Diberikan pada mahasiswa Semester III Penyusun: Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, SpP(K) Dr. dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Dr. dr.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK 1 Melkior T. Makawekes 2 Sonny J. R. Kalangi 2 Taufiq F. Pasiak 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perokok Pasif Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke

Lebih terperinci

Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha

Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha Albertus Nangoi, 2010. Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III : Hana Ratnawati,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapasitas paru merupakan volume udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah inspirasi maksimal (costanzo, 2012). Kapasitas vital paru rata rata pada usia

Lebih terperinci

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA

PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA EFFECT OF POOR AIR QUALITY ON LUNG FUNCTION AND RESPIRATORY COMPLAINTS AMONG TRAFFIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci