BAB IV PEMBAHASAN. akan dibahas tentang efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi untuk meningkatkan
|
|
- Yandi Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yang dikemukakan, pada BAB IV ini akan dibahas tentang efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. IV.1. Analisis Data Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, Kota Surabaya mempunyai kewenangan yang sesuai dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 29 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 29 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 29 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai upaya perwujudan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya pendapatan yang bersumber dari retribusi daerah perlu ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan pemerintahan di daerah dapat terwujud dengan baik. Untuk menyediakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya memadai, upaya yang di lakukan untuk peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber
2 tersebut antara lain dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya yang berasal dari retribusi daerah. Di Kota Surabaya, Retribusi Terminal Penumpang merupakan salah satu sumber retribusi daerah yang potensial dan perlu dikembangkan untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Di Kota Surabaya memiliki terminal utama, yaitu : 1. Terminal Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), MPU, Purabaya di Jalan Letjen Soetoyo KM 13, Surabaya (Komplek Terminal Bungurasih) Waru, Sidoarjo Terminal Bus AKAP, AKDP, Osowilangun 3. Terminal MPU, Angkutan perkotaan lainnya, Joyoboyo 4. Terminal MPU, Angkutan perkotaan lainnya, Bratang Kinerja dari keberhasilan dalam pemungutan retribusi terminal penumpang di Kota Surabaya dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain : 1. Tingkat kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya yang dapat dihitung dengan membandingkan antara penerimaan retribusi terminal penumpang dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah. 2. Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal penumpang Kota Surabaya yang dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan retribusi terminal penumpang dengan
3 kemampuan masyarakat Kota Surabaya yang menggunakan PDRB atas dasar harga konstan sebagai tolak ukurnya. 3. Tingkat efektivitas dari pemungutan retribusi terminal penumpang yang di hitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi terminal dan target retribusi terminal yang telah ditetapkan. 4. Tingkat efisiensi dari pemungutan retribusi terminal, yang dapat diketahui dengan membandingkan besarnya biaya retribusi terminal dengan realisasi penerimaan retribusi terminal IV.1.1. Sejarah Terminal Purabaya Terminal Purabaya merupakan pengembangan dari Terminal Joyoboyo yang kapasitasnya sudah tidak memadai serta berada dipusat kota yang tidak memungkinkan dilakukan pengembangan. Pembangunan terminal Type A Purabaya sudah direncanakan sejak tahun 1982 berdasarkan surat Persetujuan Gubernur Jawa Timur namun baru dapat dilaksanakan pembangunan pada 1989 serta diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan RI pada tahun Lokasi pembangunan Terminal Purabaya berada di desa Bungurasih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dengan luas ± 12 Ha. Dipilihnya lokasi tersebut karena mempunyai akses yang sangat baik dan strategis sebagai pintu masuk ke kota Surabaya serta berada pada jalur keluar kota Surabaya arah timur selatan dan barat. Walaupun lokasi Terminal Purabaya berada di Kabupaten Sidoarjo namun pengelolaan terminal dilakukan oleh
4 Pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut berdasarkan perjanjian kerjasama (MOU) antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan Pemerintah Kota Surabaya. Sebagai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dengan dibangunnya terminal baru Purabaya adalah : 1. Dalam rangka mengisi konsep Gerbang Kertosusilo 2. Menempatkan pusat pemberhentian dan pemberangkatan bus antar kota dipinggiran/diluar kota, sehingga meningkatkan efisiensi pemakaian jalan dan meningkatkan kelancaran arus lalu lintas didalam kota. 3. Disamping hal tersebut diharapkan juga mengurangi timbulnya gangguan dan kerusakan prasarana lalu lintas dan lingkungan didalam kota, hal tersebut telah banyak dilakukan pada kota kota metropolitan di negara maju dan berhasil baik. Dasar hukum Peraturan walikota surabaya No.77 tahun 28 tentang Organisasi UPTD Terminal Visi, Misi, Motto dan Kebijakan Mutu Visi Menuju terminal Purabaya dengan pelayanan berkualitas dan handal Misi
5 1. Meningkatkan mutu pelayanan meliputi kebersihan, kenyamanan, keindahan, ketertiban, dan keamanan 2. Memberikan layanan informasi yang tepat dan dapt dipercaya 3. Meningkatkan kompetisi SDM guna mendukung terciptanya pelayanan yang berkualitas 4. Meinggkatkan PAD dari retribusi terminal 5. Meningkatkan Koordinasi dengan pihak terkait 6. Melakukan control dan evaluasi secara terus menerus untuk peningkatkan kinerja pelayanan terminal Kebijakan Mutu. UPTD Terminal Purabaya kota surabaya berkomitmen meningkatkan pelayanan berkualitas dan handal dengan mengedepankan perbaikan berkelanjutan (Contiinual Improvement) yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan selalu berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui : 1. Peningkatan kualitas pelayanan terminal yang jelas dan mempunyai kepastian layanan. 2. Peningkatan pendapatan jasa terminal untuk mendukung PAD. 3. Peningkatan keamanan, Ketertiban dan kebersihan untuk mendukung kenyamanan lingkungan terminal. 4. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia Tugas dan fungsi. Tugas.
6 UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang terminal khususnya operasional pengelolaan terminal. Fungsi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, UPTD mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan pengelolaan terminal; b. Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan terminal dan pangkalan c. Pelaksanaan pemungutan retribusi dan pendapatan daerah yang sah yang berkaitan dengan pengelolaan terminal dan pangkalan d. Pelaksanaan penertiban dan pengamanan di dalam terminal dan pangkalan ; e. Pelaksanaan ketatausahaan UPTD f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas ; g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. IV.1.2. Struktur Organisasi Terminal Purabaya U P T D SUB BAGIAN TATA USAHA SUB UNIT PENDAPATA N SUB UNIT TATA TERMINAL SUB UNIT KEAMANAN DAN KETERTIBAN
7 Sumber Daya Manusia No. Jabatan PNS Honda H.Lokal T.Kontrak Jumlah 1 Ka. UPTD Ka.Sub Bag. TU 1 1 Ka. Sub. Unit 3 3 Koordinat Unit Staff TU Staff Unit Pendapatan Staff Unit Tata Terminal Staff Unit Kamtib Lain lain / PP J U M L A H Potensi Angkutan Umum di Purabaya
8 N o Jenis Ken d Th n Kendaraan Penumpang Datan g Berang kat Datang Berangka t 1 Bus Mala m Cepa t Bus Kota Bus Anta r Kota Jumlah
9 IV.1.3. Tarif Retribusi Terminal Purabaya IV.1.4. Sarana dan Prasarana Terminal Purabaya 1. Parkir Elektrik Adalah aplikasi manajemen parkir yang terkomputerisasi secara terpusat. Fungsi modul parkir elektrik adalah mencatat semua data transaksi parkir mulai dari nomor polisi kendaraan yang masuk, jam masuk,jam keluar, sampai tarif retribusi juga progresif. Tujuan adanya parkir elektrik adalah mewujudkan transparansi, serta mendokumentasi semua data kendaraan juga menambah kontribusi PAD dalam rangka meminimalisir kebocoran anggaran di sektor perparkiran. Area yang di terapkan aplikasi oparkir elektrik antara lain parkir mobil pribadi, angguna, MPU dan taksi serta parkir bus kota.
10 2. Aplikasi Pintu Kendali (Barcode) Aplikasi pintu kendali adalah aplikasi system manajemen parkir bus AKAP / AKDP yang memuat retribusi jalur panjang,retribusi bermalam dan retribusi bus antar kota / cepat yang terkomputerisasi.fungsi aplikasi barcode adalah mencatat semua data transaksi parkir bus AKAP /AKDP (tarif retribusi, jam keberangkatan, jam kedatangan jumlah penumpang dan rit bus). Lokasi yang di terapkan Barcode adalah jalur kedatangan dan keberangkatan bus kota.
11 3. CCTV Terminal Purabaya memiliki 15 CCTV dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) pemerintah Kota Surabaya, dan 3 CCTV dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) Departemen Perhubungan. CCTV terminal Purabaya berfungsi untuk memonitor situasi dan kondisi terminal Purabaya. Dari CCTV tersebut pemantauan area terminal jadi sangat mudah dan efisien. No Nama CCTV / Lokasi 1 Ruang Tunggu Penumpang 2 Salasar Kedatangan AKAP/AKDP 3 Kedatangan Bus Kota 4 Keberangkatan Bus Kota 5 Parkir Bus Kota 6 Parkir Bus Patas 7 Jalur Pemberangkatan AKAP & AKDP 8 Tempat Parkir Bus Malam 9 Keberangkatan depan posko
12 1 Pintu Masuk Terminal 11 Pintu Keluar Terminal 12 Tempat Parkir MAT 13 Jalur kedatangan Bus DAMRI Juanda 14 Penginapan 15 Peron 4. Smartcard Smartcard adalah sebuah system manajemen bus yang menggunakan RFID (Radio Frequency Identification). Smartcard juga merupakan system komunikasi online trasportasi bus antar terminal. Smartcard berfungsi mengetahui jumlah penumpang dan rute bus AKAP (Surabaya-solo-jogja dan Surabaya- semarang). Lokasi penerapan : di Kedatangan bus antar kota dan keberangkatan bus antar kota. IV.1.5. Pengelolaan Tata Terminal dan Retribusi
13 Jadwal keberangkatan harian bus AKAP dan AKDP sudah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan dan LLAJ Propinsi dan Dijendad. Petugas tata terminal melakukan kegiatan pengawasan sirkulasi kendaraan dan penumpang dilakukan selama 24 jam dengan pembagian 3 shift, yaitu : 1. Shift pagi dimulai pukul 6. s/d 14. WIB 2. Shift siang dimulai pukul 14. s/d 21. WIB 3. Shift malam dimulai pukul 21. s/d 6. WIB Pengelolaan tata terminal meliputi pengendali sirkulasi : 1. Jalur Bus AKDP (Angkutan Kota Dalam propinsi) dan AKAP (Angkutan Kota Antar Kota) 2. Jalur Bus Kota 3. Jalur MPU (Mobil Penumpang Umum( 4. Jalur Taxi 5. Jalur Kendaraan Pribadi 6. Sirkulasi Penumpang Pengelolaan Retribusi 1. Penerimaan retribusi dilakukan pada loket atau pos pada jalur sirkulasi kendaraaan dan penumpang 2. Untuk retribusi penumpang (JRT) dikenakan bagi penumpang yang akan menuju kota dalam propinsi maupun antar propinsi 3. Untuk retribusi kendaraan umum adan kendaraan pribadi (TPR) dibayarkan di pos kendaraan keluar Pelayanan Aneka Usaha
14 1. Lama masa berlaku surat ijin pengelolaan sarana prasarana pada kurun waktu 2 (dua) tahun per tanggal perjanjian disepakati 2. Ijin pengelolaan sarana prasarana meliputi pengelolaan kios,wartel,kantor,ponten dan parkir 3. Untuk perpanjangan perijinan sarana prasarana draft perijinan yang disampaikan ke Dinas Perhubungan dilampiri hasil survey dan pembayaran retribusi bulan terakhir Pengelolaan Keamanan dan Terminal 1. Penanganan pengamanan digunakan sebagai dasar pemenuhan terhadap penciptakan situasi kondusif dan terbebas dari faktor kehilangan asset maupun barang milik pengguna jasa terminal 2. Pada setiap shift selalu dilakukan patroil bersama yaitu patrol yang dilakukan secara bersama-sama melibatkan sub unit lain (Sub unit pendapatan dan Sub unit Tata Terminal) dan instansi terkait (Polri dan atau TNI) 3. Penjaga keamanan dan ketertiban dilakukan selama 24 jam dengan pembagian 3 shift, yaitu : a. Shift pagi dimulai pukul 6. s/d 14. WIB b. Shift siang dimulai pukul 14. s/d 21. WIB c. Shift malam dimulai pukul 21. s/d 6. WIB IV.2. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Retribusi Terminal Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Perusahaan Milik Daerah, dan Pendapatan Asli Daerah yang sah merupakan komponen yang sangat penting dalam peningkatan keuangan daerah.
15 Berikut Data tentang Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Retribusi dapat dilihat dalam tabel 4.1 Berikut: Tabel 4.1 Realisasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Retribusi Jenis Retribusi Retribusi Parkir Retribusi Terminal Retribusi Pelayanan Pasar Sumber : BPS Kota Surabaya Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya tiga tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup berarti. Perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Retribusi Terminal Purabaya Kota Surabaya dapat dilihat dari persentase pertumbuhan penerimaan tiap tahunnya. Perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah dan realisasi Retribusi Terminal Kota Surabaya serta target penerimaan PAD dan retribusi terminal dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:
16 Tabel 4.2 PAD dan Retribusi Terminal Purabaya Kota Surabaya Tahun Anggaran Tahun Anggaran Realisasi PAD (Ribu Rp) Pertumbuhan (%) Realisasi Retribusi Terminal Pertumbuhan (%) (Ribu Rp) % % % % % % Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya- Tata Usaha Terminal Purabaya Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa PAD Kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun-ketahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 211 yaitu sebesar % Untuk kenaikan PAD terkecil terjadi pada tahun 212 yaitu sebesar 57.7% Sedangkan untuk perkembangan penerimaan retribusi terminal di Kota Surabaya cenderung mengalami peningkatan dari tahun 21 hingga 212 dikarenakan Terminal Purabaya sudah menerapkan beberapa sistem pelayanan yang menunjang, memang kenaikan retribusi terminal tidak terlalu signifikan, karena jumlah pengguna kendaraan umum semakin
17 menurun, yang disebabkan oleh menurunnya kualitas armada bus, MPU yang ada dan kenaikan Tarif retribusi yang tidak sebanding dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya IV.3. Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD Retribusi terminal penumpang adalah salah satu komponen Retribusi Daerah yang memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi Pendapatan Asli Daerah. Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi umum untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan penumpang antar sarana transportasi umum serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraaan umum. Untuk mengetahui seberapa besar peranan retribusi terminal penumpang terhadap PAD, menggunakan rasio antara realisasi penerimaan retribusi terminal penumpang, dengan PAD dikalikan 1 %. Semakin besar kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah, semakin dinilai baik. Besar kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap PAD di Kota Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut:
18 Tabel 4.3 Kontribusi Retribusi Terminal Purabaya Terhadap PAD Kota Surabaya Tahun Anggaran Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Realisasi PAD (Ribu Rp) Kontribusi (%) % % % Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya- Tata Usaha Terminal Purabaya Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya terus mengalami penurunan dari tahun 21 hingga 212 dengan rata-rata tiap tahunnya sebesar.35%. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar.53% dan kontribusi terkecil pada tahun 212 yatu sebesar.2%. Kecilnya tingkat kontribusi retribusi terminal Purabaya terhadap Pendapatan Asli Daerah ini disebabkan karena, PAD Kota Surabaya meningkat secara pesat dan signifikan,
19 sementara kenaikan Retribusi Terminal hanya sebatas pada pencapaian target semata, seharusnya Dinas Perhubungan dan Walikota Surabaya memberikan solusi terbaik agar kenaikan Retribusi Terminal juga dapat meningkat secara pesat, agar paling tidak kontribusi yang diberikan Retribusi terminal bisa mencapai angka sekitar 3 %- 5%. IV.4. Upaya Pemungutan Retribusi Terminal Penumpang Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal penumpang perlu diketahui untuk mengukur besar upaya yang telah dilakukan dalam pemungutan retribusi terminal itu sendiri. Upaya pemungutan retribusi terminal penumpang dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah penerimaan retribusi terminal penumpang dengan kemampuan bayar (ability to pay) retribusi terminal oleh masyarakat Kota Surabaya yang ditunjukan dengan besarnya PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kota Surabaya. Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal Kota Surabaya dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:
20 Tabel 4.4 Upaya Pemungutan Retribusi Terminal Purabaya Terhadap PDRB Kota Surabaya Tahun Anggaran Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Terminal PDRB Atas Dasar Harga Konstan Upaya Pungutan Retribusi (Ribu Rp) % % % Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya- Tata Usaha Terminal Purabaya Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kota Surabaya cenderung mengalami penurunan pada periode Adanya penurunan tingkat upaya pemungutan retribusi di Kota Surabaya ini menunjukan bahwa kenaikan tingkat daya beli masyarakat tidak sebanding dengan kenaikan retribusi terminal, disebabkan karena pemerintah Kota Surabaya tidak menaikkan tarif retribusi terminal Kota Surabaya. Seiring meningkatnya kenaikan daya beli masyarakat Kota Surabaya, seharusnya Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Perhubungan menaikan tariff retribusi, sehingga terjadi keseimbangan antara
21 daya beli masyarakat yang meningkat dengan tariff retribusi, dan yang terpenting dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Retribusi Terminal. IV.5. Efektifitas Retribusi Terminal Tingkat efektifitas retribusi terminal Kota Surabaya dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi terminal dengan target retribusi terminal yang telah di tetapkan. Apabila hasil perhitungan efektifitas retribusi terminal mendekati 1% maka kinerja pemungutan retribusi di terminal Kota Surabaya semakin baik. Efektifitas Retribusi Terminal Kota Surabaya dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Efektifitas Retribusi Terminal Purabaya Periode Tahun Anggaran Target Retribusi Terminal Realisasi Retribusi Terminal Efektifitas Retribusi Terminal (Ribu Rp) (Ribu Rp) (%) % % %
22 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya- Tata Usaha Terminal Purabaya Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat efektifitas Retribusi terminal di Kota Surabaya pada tahun anggaran tahun cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan rata-rata tingkat efektifitas Retribusi terminal Kota Surabaya sebesar 95.33%. Hal ini menunjukan bahwa kinerja dalam pemungutan Retribusi Terminal di Kota Surabaya sudah sangat baik, hal ini harus tetap dipertahankan bahkan perlu ditingkatkan lagi, namun tetap memperhatikan tingkat efisiensi, karena dalam hal pemungutan memang sudah sangat efektif namun belum tentu efisien, dalam hal ini pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Perhubungan harus dapat memberikan solusi terbaik agar pemungutan retribusi tidak hanya berjalan secara efektif namun juga efisien, sehingga dapat menghemat Sumber daya yang ada. IV.6. Efisiensi Retribusi Terminal Efisiensi retribusi terminal penumpang dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya pemungutan retribusi dengan realisasi penerimaanya. Apabila hasil perhitungan semakin kecil maka semakin efisien pemungutan retribusi tersebut. Dengan semakin efisien pemungutan retribusi terminal penumpang, maka kinerja pemungutannya akan semakin baik. Besarnya biaya pemungutan retribusi terminal penumpang di Kota Surabaya adalah sebesar 1% dari target penerimaan retribusi terminal penumpang yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan biaya pemungutan yang tidak bisa dihitung secara rinci, karena
23 banyaknya biaya yang tidak dapat dinominalkan sehingga ketidaksesuaian biaya yang telah ditetapkan dengan biaya sesungguhnya diabaikan. Tingkat efisiensi retribusi terminal penumpang Kota Surabaya dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Efisiensi Retribusi Terminal Purabaya Tahun Tahun Anggaran Biaya Pemungutan Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Efisiensi Retribusi Terminal (%) % % % Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya- Tata Usaha Terminal Purabaya Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi Retribusi Terminal dari tahun menurun tiap tahunnya, penurunan tingkat efisiensi tersebut dikarenakan dampak kenaikan BBM, sehingga transportasi umum terutama bus AKDP, mengurangi jumlah armadanya yang beroperasi. Dan juga sekarang masyarakat lebih memilih transportasi udara, dibanding dengan menggunakan bus AKAP, dikarenakan harga maskapai penerbangan sudah sangat murah, sehingga masyarakat lebih nyaman
24 menggunakan maskapai penerbangan. Selain itu, penurunan efisiensi juga disebabkan karena target Retribusi Terminal pada tahun terjadi penurunan yang cukup signifikan, hal tersebut menyebabkan biaya pemungutan yang ikut menurun, sehingga berdampak pada efisiensi retribusi terminal.
BAB III METODE PENELITIAN. Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah:
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Definisi Operasional Variabel III.1.1. Efektifitas pemungutan retribusi terminal Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah: Kemampuan untuk mengefektifkan pemungutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Lebih terperinciPAJAK & RETRIBUSI PARKIR
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PAJAK & RETRIBUSI PARKIR PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Jl. Pemuda 148 Telp. (024)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang sedang dilaksanakan dewasa ini merupakan salah satu fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan
Lebih terperinciTERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI
TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki
17 BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng
TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,
Lebih terperinciPerda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.
Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola pemerintah semakin besar jumlahnya. Semakin besar
Lebih terperinciTAHUN : 2006 NOMOR : 04
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 402 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SUB UNIT PENGELOLAAN TERMINAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) TERMINAL DINAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan Daerah dimanfaatkan untuk mendukung kelancaran pembangunan daerah. Pemerintah Daerah diberi
Lebih terperinciDALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG
S A L I N A N Nomor : 02/C, 2005 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciNOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang
40 VI. GAMBARAN UMUM A. Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Sejarah Kota Bandar Lampung terbagi atas 2 (dua) zaman, yaitu pada saat pra kemerdekaan dan saat kemerdakaan. Wilayah Kota Bandar
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
46 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Dinas Perhubungan 1. Sejarah Dinas Perhubungan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,
Lebih terperinci8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
1 WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung pada konsep-konsep
Lebih terperinciDr. Nindyo Cahyo Kresnanto
Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 92 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 92 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik/cara untuk melawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika atau biasa. disebut Dishubkominfo di Kota Surakarta adalah salah satu dari
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah berdirinya DISHUBKOMINFO Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika atau biasa disebut Dishubkominfo di Kota Surakarta adalah salah satu dari
Lebih terperinciKabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di
10 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2.1 Struktur dan Karakteristik Fisik Dasar 2.2.1 Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Propinsi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu: a) Data primer Data primer atau data pokok ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang muncul akibat permintaan atas komoditas lain. Permintaan untuk bekerja, bersekolah, berbelanja atau
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Pada masa Orde Baru atau sebelum munculnya reformasi, urusan perhubungan diatur oleh Pemerintah Pusat di bawah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. SEJARAH SINGKAT KOTA PADANG SIDEMPUAN. ini terdiri dari Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kecamatan Padang
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. SEJARAH SINGKAT KOTA PADANG SIDEMPUAN Padang Sidempuan merupakan kota administratif yang berasal dari sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan. Dimana Kabupaten Tapanuli
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,
Lebih terperinciLAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA
LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 IKHTISAR EKSEKUTIF... 3 BAB I PENDAHULUAN... 6 A. Latar Belakang... 6 B.
Lebih terperinciMasing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Angkutan.
Bidang Angkutan 1. Kepala Bidang Angkutan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perumusan kebijakan teknis di bidang angkutan, perencanaan dan penyelenggaraan pelayanan angkutan dalam trayek, angkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang transportasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu bangsa sehingga kelancaran arus transportasi antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pertumbuhan suatu wilayah. Wilayah yang mampu menata sarana dan prasarana dengan baik maka daerah
Lebih terperinciBAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PAD (Pendapatan Asli Daerah)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah memiliki kemampuan sendiri untuk mengatur keuangan, di dalam perhitungan pendapatan setiap daerah mampu menentukan kebijakan yang akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar negara, telah banyak memberi manfaat. Beberapa pengeluaran pemerintah menggunakan dana pajak di antaranya
Lebih terperinciAnalisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun SKRIPSI
Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali 2001 2007 SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir Guna memperoleh gelar
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 94 TAHUN 2016
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS ANGKUTAN UMUM MASSAL PADA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah maupun perkembangan sosial ekonomi, maka sarana dan prasarana transportasi secara keseluruhan
Lebih terperinciBADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)
FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) 10 TERMINAL DI WILAYAH
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG
. BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN
Lebih terperinciEvaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK
Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke Agus Nur Hayanto NIM : F.3400005 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I GAMBARAN UMUM OBYEK A. Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah
BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokuman pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Transportasi massal yang tertib, lancar, aman, dan nyaman merupakan pilihan yang ditetapkan dalam mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Pengembangan transportasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Tugas Pokok Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TERMINAL MANGGAR PADA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identitas, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
Lebih terperinciEVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA
165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciAnalisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015
PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 SURABAYA, SEPTEMBER 2014 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi, sosial dan pendidikan biasanya terjadi begitu pesat di kota-kota besar. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan yang terjadi,
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN
SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pemenuhan kebutuhan hidup harus melaksanakan aktivitas yang tidak hanya dalam suatu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung
65 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemberlakuan kebijakan Otonomi Daerah mendorong Pemerintah Daerah untuk mandiri dalam segala hal
Lebih terperinciRETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,
SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 1. VISI DAN MISI Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Lamandau dalam bidang Perhubungan komunikasi dan Informatika dituntut adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini Salatiga banyak mengalami kemajuan pembanguan secara fisik.hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pusat-pusat pembelanjaan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO KEDUDUKAN KEUANGAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SAWAHLUNTO
PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciBAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2014 APBD Kabupaten Berau menganut anggaran surplus / defisit. Realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Berau dapat terlihat dalam tabel berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG UMUM (MIKROLET), TARIF ANGKUTAN BUS KOTA (ANGKUTAN PERBATASAN) DAN TARIF ANGKUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 1.904,569 Km 2. Dengan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA. a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta Sejarah berdirinya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Organisasi LLAJR sudah ada sejak jaman penjajahan
Lebih terperinciKAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )
KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciTENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang Mengingat : a. bahwa terminal transportasi jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah diperlukan penerimaan keuangan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan
Lebih terperinci