BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sel saraf tersebut mengalami kehilangan struktur atau fungsi sebenarnya secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sel saraf tersebut mengalami kehilangan struktur atau fungsi sebenarnya secara"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neurodegeneratif merupakan suatu kondisi patologis pada sel saraf dimana sel saraf tersebut mengalami kehilangan struktur atau fungsi sebenarnya secara progresif (Przedborski et al., 2003). Neurodegeneratif dapat terlihat dari adanya selsel saraf yang mengalami degeneratif, yaitu mengalami tahapan-tahapan menuju apoptosis. Akibat dari penyakit neurodegeneratif ini yang paling utama dapat terlihat dari kemampuan kognitif penderitanya yang mengalami gangguan dan tidak berfungsi dengan baik dimana salah satu diantaranya adalah penurunan fungsi kinerja memori. Sampai saat ini belum ada terapi yang betul-betul menyembuhkan penderitanya, hanya agen yang dapat memperlambat proses tersebut dengan menurunkan gejala neurodegeneratif yang timbul. Beberapa penyakit yang terkait dengan kondisi neurodegeneratif adalah penyakit Alzheimer, autis, dan Down syndrome. Pada penderita penyakit Alzheimer terdapat beta amyloid yang berlebih pada otaknya sehingga protein foldingnya menjadi terganggu dan membentuk plak (Hashimoto et al., 2003). Karakter utama dari penyakit Alzheimer adalah penurunan fungsi memori yang memburuk secara periodik dari waktu ke waktu. Menurut Kern et al. tahun 2013, penderita ASD (Autism Spectrum Disorder) mengalami kondisi neurodegeneratif berupa kehilangan sel-sel saraf secara progresif, juga mengalami ekspresi beta-amyloid yang berlebih disbanding normal (Sokol et al, 2006). Selain itu, penderita autisme 1

2 2 juga diketahui mengalami gangguan pada fungsi memorinya, termasuk memori kerjanya (Steele et al., 2006). Penderita Down Syndrome juga memiliki kecenderungan membentuk beta amyloid yang terkait abnormalitas perkembangan kognitifnya dan kondisi patologis yang menyerupai kondisi pada Alzheimer (De la Monte, 1999). Adanya kemampuan memori yang buruk juga ditemukan pada penderita Down Syndrome (Jarrold et al., 2009). Penyakit neurodegeneratif seringkali dikarakterisasi dengan penumpukan beta amyloid yang berlebih. Adapun upaya untuk menyingkirkan plak beta amyloid ini juga dapat diketahui meningkatkan kognitif pada pasien penderita neurodegeneratif. Beta amyloid juga dapat meningkatkan kematian sel-sel saraf yang dikarakterisasi oleh sel-sel saraf yang degeneratif. Oleh karena itu, beta amyloid sering dijadikan target untuk meningkatkan kognitif pasien yang mengalami neurodegeneratif. Beta amyloid ini bersifat neurotoksik dan menyebabkan kematian pada sel-sel saraf. Mekanisme yang terjadi adalah eksitotoksisitas termediasi ion kalsium dan induksi radikal oksidatif (Harkany et al., 2000). Mekanisme yang lain adalah adhesi pada plasma dan membrane intraselular dan menghasilkan molekul radikal oleh peroksidasi lipid yang menyebabkan lesi pada sel saraf (Rauk, 2008). Adapun angka penyakit neurodegeneratif di dunia sangat tinggi. Ada sekitar juta penduduk dunia yang terserang Alzheimer pada tahun 2010 dimana angka ini akan terus meningkat sampai empat kali lipatnya pada tahun Adapun dua pertiga penderita Alzheimer berasal dari negara miskin dan berkembang (Berg, 2008; Anonim, 2011). Di Amerika Serikat, Alzheimer

3 3 merupakan penyebab kematian tertinggi keenam diantara orang dewasa, dan juga ini penyebab kematian kelima tertinggi untuk kaum lansia berusia 65 tahun ke atas (Anonim, 2013). Pada penyakit Down Syndrome, diketahui ada satu yang terkena Down syndrome dari 691 bayi yang lahir pada tahun di Amerika Serikat (Parker et al., 2010). Sedangkan penderita autisme ada sekitar 17 anak tiap anak di dunia pada tahun 2000 (Elsabbagh et al., 2012). Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) merupakan bahan alam yang telah diteliti meningkatkan kognitif memori spasial secara in vivo pada tikus jantan (Nontamart et al., 2013). Mekanisme yang telah diketahui adalah manggis melindungi dari kerusakan oksidatif yang menyebabkan kematian pada sel saraf (Márquez-Valadez et al., 2009). Ini memberikan bukti bahwa ekstrak kulit manggis berpotensi memperlambat proses neurodegeneratif. Akan tetapi, ekstrak kulit manggis belum memiliki data mengenai kemampuannya meningkatkan kognitif memori pada kondisi neurodegeneratif terinduksi beta amyloid. Selain itu, ekstrak kulit manggis belum terdapat data yang membuktikan kemampuannya menurunkan kadar beta amyloid, serta mencegah adanya sel-sel degeneratif pada otak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kemampuan ekstrak kulit manggis meningkatkan kognitif pada mencit yang diinduksi kondisi neurodegeneratif dengan lansoprazol yang telah diketahui menginduksi pembentukan beta amyloid pada mencit (Badiola et al, 2013). Selain itu, penelitian ini juga melihat apakah ekstrak kulit manggis dapat menurunkan kadar beta amyloid. Dalam penelitian ini digunakan ekstrak etanolik kulit manggis yang terdapat dalam produk sediaan ekstrak kering.

4 4 Dalam penelitian ini akan dianalisis kemampuan kognitif memori spasial mencit dengan metode Morris Water Maze. Selain itu, akan dilihat ekspresi beta amyloid melalui pemeriksaan histopatologi dan dilakukan kuantifikasi. Hasil dari pemeriksaan jumlah beta amyloid diharapkan dapat menjelaskan kemampuan memori spasial dari Morris Water Maze. B. Rumusan Masalah 1. Apakah sediaan ekstrak etanolik kulit manggis dapat meningkatkan memori spasial mencit yang telah diinduksi pembentukan beta amyloid dengan lansoprazol? 2. Apakah sediaan ekstrak etanolik kulit manggis dapat mencegah pembentukan beta amyloid pada otak mencit yang diinduksi pembentukannya dengan lansoprazol? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas ekstrak etanolik kulit manggis sebagai bahan alam dalam kemampuannya memperlambat neurodegeneratif dilihat melalui aktivitas memori dan ekspresi beta amyloid mencit. D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi ilmiah mengenai aktivitas ekstrak etanolik kulit manggis sebagai dalam kondisi neurodegeneratif sebagai dasar pengembangan terapi neurodegeneratif berbasis bahan alam.

5 5 E. Tinjauan Pustaka 1. Neurodegeneratif Sel neurodegeneratif merupakan sel-sel saraf yang mengalami penurunan fungsi secara progresif dan menuju apoptosis (Przedborski et al, 2003). Akibat dari adanya gejala degeneratif dari sel saraf yang paling mudah terlihat adalah penurunan fungsi kognitif. Karakteristik dari sel-sel neurodegeneratif antara lain kerusakan membran, disfungsi mitokondria, kerusakan axon, serta apoptosis sel saraf yang berlebih. Keadaan neurodegeneratif ini dapat dipicu oleh banyak faktor, diantaranya adalah akumulasi beta amyloid, stress oksidatif, serta defisiensi vitamin B12. Adapun adanya akumulasi beta amyloid yang meningkat dan stress oksidatif dapat juga dipengaruhi oleh penuaan, dimana factor penuaan ini yang memperbesar kejadian adanya neurodegeneratif. Penuaan ini juga memperbesar terjadinya mutasi DNA mitokondrial (mtdna) yang memicu stress oksidatif (Lin dan Beal, 2006). Stress oksidatif merupakan kondisi dalam tubuh dimana radikal bebas jauh lebih banyak dibanding kemampuan tubuh untuk mendetoksifikasi senyawa tersebut. Salah satu mekanisme pertahanan tubuh adalah dengan memproduksi senyawa glutation (GSH) yang berfungsi sebagai antioksidatif (mencegah oksidasi) (Schafer dan Buettner, 2001). Senyawa radikal bebas ini dapat berasal dari berbagai sumber, yakni dari metabolit senyawa tubuh yang bersifat radikal, adanya paparan radiasi dari lingkungan, hasil dari proses oksidasi, serta pemejanan senyawa yang dapat menghasilkan radikal bebas di

6 6 tubuh. Akibat dari stress oksidatif ini pada system saraf adalah menimbulkan degeneratif dan kematian sel-sel saraf yang progresif. Beta amyloid merupakan suatu protein yang terdiri dari asam amino. Beta amyloid dihasilkan dari pemotongan Amyloid Precursor Protein (APP) oleh beta secretase (BACE1) dan gamma secretase (Gambar 1). Beta secretase dan gamma secretase itu sendiri merupakan protein transmembran tipe I dengan sisi aktif enzimnya berupa sepasang residu asam amino aspartat yang penting dalam proses katalis (Hong et al., 2000). Gambar 1. Pemotongan APP (Amyloid Precursor Protein) oleh beta secretase dan gamma secretase menjadi beta amyloid (Anonim, 2006) Efek beta amyloid terhadap sel-sel saraf merupakan efek neurotoksik yang menyebabkan apoptosis sel-sel saraf sehingga perkembangannya terganggu. Mekanisme yang terjadi adalah eksitotoksisitas termediasi ion kalsium dan induksi radikal oksidatif dan adhesi pada plasma dan membrane intraselular dan menghasilkan molekul radikal oleh peroksidasi lipid yang menyebabkan lesi pada sel saraf (Harkany et al., 2000; Rauk, 2008). Beta amyloid yang tadinya masih larut dalam cairan plasma bila diekspresikan

7 7 berlebih akan membentuk plak yang sukar larut dalam cairan plasma sehingga sukar dieliminasi dari tubuh (Teller et al, 1996). Beta amyloid dapat diidentifikasi dengan beberapa cara, yaitu pengecatan dengan Congo red, atau immunohistokimia dengan antibodi spesifik beta amyloid. Pengecatan dengan Congo red jauh lebih simpel, murah dan mudah dibanding immunohistokimia, namun, tingkat selektivitasnya masih kalah terhadap immunohistokimia. Congo red dapat berikatan dengan protein yang memiliki struktur sekunder antiparallel beta-sheet protein sehinga menimbulkan warna merah. Meskipun demikian, Congo red memberikan spesifitas dan selektivitas yang lebih baik ketimbang pewarna lain seperti Thioflavin, crystal violet atau toluidine blue (Wenk, 2010). Meski demikian, ada juga yang mengatakan Thioflavin lebih spesifik dibanding Congo red (LeVine, 1993), namun, Thioflavin harganya jauh lebih mahal ketimbang Congo red. Penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif terikait adanya kumulasi beta amyloid yang paling sering dijumpai. Beta amyloid pada penyakit Alzheimer diekspresikan berlebih dengan berbagai mekanisme. Diantaranya adalah overekspresi gen GSK-3 beta dan PSEN-1. PSEN-1 terbukti dapat meningkatkan ekspresi dari beta amyloid dengan meningkatkan aktivitas gamma secretase dalam memotong APP menjadi beta amyloid (Takasugi et al., 2003). Sedangkan GSK-3 beta merupakan mediator apoptosis yang dapat meningkatkan apoptosis sel-sel saraf (Hooper et al., 2008).

8 8 Selain itu modulasi dari enzim beta secretase dan gamma secretase juga berperan dalam peningkatan produksi beta amyloid. Gambar 2. Vitamin B12 Vitamin B12 merupakan vitamin yang memiliki kunci dalam fungsi system saraf dan pembentukan darah. Vitamin ini juga berfungsi dalam sintesis DNA dan sintesis asam lemak. Vitamin B12 telah diteliti dapat melindungi dari atropi otak terkait Alzheimer dan penurunan fungsi kognitif (Vogiatzoglou et al., 2008). Kekurangan dari vitamin ini dapat menyebabkan masalah terkait sistem saraf seperti depresi, psikosis, dan buruknya fungsi memori (Sethi et al., 2005). Kekurangan Vitamin B12 juga terkait dengan penyakit neurodegeneratif (Moore et al., 2012), serta penurunan viabilitas sel saraf pada otak tikus (Orozco-Barrios et al., 2009). 2. Memori Spasial Memori spasial adalah salah satu dari jenis memori, yakni memori yang berperan dalam kemampuan suatu individu menangkap informasi mengenai lingkungannya dan kemampuan orientasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Memori ini juga berguna untuk membuat suatu individu mengingat lokasi

9 9 tertentu, serta berperan dalam proses navigasi arah (Allen, 2003). Memori spasial dapat terdiri dari memori spasial jangka pendek, memori spasial jangka panjang, dan memori spasial kerja. Hippocampus merupakan lokasi pada organ otak yang berperan pada fungsi memori spasial. Bagian ini merupakan tempat suatu individu menyimpan informasi mengenai lokasi lingkungan tertentu, serta suatu ingatan peta tentang lingkungan yang pernah dikunjungi (O Keefe dan Dostrovsky, 1971). Kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan suatu individu menjadi sulit mengingat secara persis suatu lokasi yang pernah dikunjungi. Salah satu penyebab kerusakan ini adalah adanya akumulasi beta amyloid yang bersifat neurotoksik yang menyebabkan kerusakan memori spasial (Pearson-Leary dan McNay, 2012). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan memori spasial adalah Morris water maze. Metode ini menguji kemampuan memori dan kognitif hewan uji untuk mengenali lingkungan dan mencari escape platform (Wenk, 2004). Kemampuan hewan uji untuk mengingat lokasi platform tersembunyi ini dapat dijadikan parameter kemampuan memori spasial hewan uji tersebut. 3. Lansoprazol Gambar 3. Lansoprazol

10 10 Lansoprazol merupakan senyawa obat kelas PPI (Proton-Pump Inhibitor) yang berfungsi mencegah sekresi asam lambung. Lansoprazol bekerja dengan mekanisme inhibisi kanal H + /K + ATPase pada sel parietal lambung (Zajac et al., 2013). Inhibisi kanal ini menyebabkan sekresi ion H + menjadi terhambat dan keasaman lambung menjadi berkurang. Lansoprazol dalam kondisi netral berupa senyawa inaktif yang bersifat lipofilik dan dapat menembus membran sel yang memiliki lingkungan asam. Dalam kondisi asam, lansoprazol terprotonasi dan mengalami rearrangement menjadi bentuk aktifnya (Mutschler et al., 2001). Sifat lipofilik ini diduga membuat lansoprazol mudah menembus Blood-Brain Barrier (BBB) dan menimbulkan efek di sistem saraf pusat. Lansoprazol juga dilaporkan memiliki efek samping berupa pusing, insomnia dan penurunan fungsi memori dalam penggunaan jangka panjang. Lansoprazol memiliki efek mencegah absorbsi vitamin B12 sehingga memicu defisiensi vitamin tersebut (Hirschowitz, et al., 2008). Adanya defisiensi vitamin B12 terbukti terkait dengan pembentukan beta amyloid pada mencit (Zhuo dan Pratico, 2010). Hal ini dibuktikan pada penelitian Badiola, et al, 2013 yang meneliti adanya korelasi peningkatan plak beta amyloid dengan pemberian lansoprazol secara in vivo. Peningkatan plak beta amyloid ini disebabkan oleh adanya modulasi enzim beta secretase dan gamma secretase yang mengakibatkan pemotongan protein APP menjadi lebih banyak dan beta amyloid menjadi lebih banyak terbentuk.

11 11 4. Manggis (Garcinia mangostana) Klasifikasi: Gambar 4. Manggis (Anonim, 2009) Kingdom Subkingdom Superdivisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilleniidae : Theales : Clusiaceae Genus : Garcinia L. Spesies : Garcinia mangostana L. (Liogier, 1994) Manggis (Garcinia mangostana) merupakan tanaman tropis yang berdaun di semua musim. Manggis berasal dari daerah Sunda, dan dapat ditemukan di sepanjang Asia Tenggara, serta daerah Amerika Selatan. Pohonnya dapat tumbuh sampai 6-25 m (Morton, 1987). Buahnya manis, berair, memiliki kulit buah merah keunguan ketika masak (Mabberley, 1997).

12 12 Buah manggis terbukti mengandung berbagai macam metabolit sekunder seperti xanthone terpenilasi dan xanthone teroksigenasi. Kulitnya kaya akan xanthone dan antosianin. α, β, dan γ mangostin, adalah senyawa bioaktif utama turunan xanthon yang ditemukan dalam kulit buah manggis dimana senyawa bioaktif dengan kadar yang paling tinggi adalah alpha mangostin, diikuti oleh gamma, lalu beta mangostin (Chairungsrilerd et al., 1996). Selain itu, kulit manggis juga kaya akan kandungan antosianin dan juga senyawa-senyawa fenol. Antosianin yang banyak terkandung dalam kulit manggis adalah sianidin-3-sophorosida dan sianidin-3-glukosida (Du dan Francis, 1977). Senyawa-senyawa fenolik yang terdapat dalam kulit manggis adalah beragam, seperti turunan asam hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat (Zadernowski et al., 2009). Beberapa aktifitas xanthone yang diisolasi dari kulit manggis adalah antioksidan, antitumor, serta antiinflamasi (Akao et al., 2008). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkap radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh, salah satunya adalah kerusakan oksidatif. Efek dari antioksidan ini banyak manfaatnya, dan diantaranya ada beberapa yang terbukti bersifat neuroprotektif dalam berbagai mekanisme. Manggis telah diteliti dapat mencegah kerusakan oksidatif pada sel SK-N-SH yang diinduksi beta amyloid (Moongkarndi et al, 2010). Manggis juga diteliti melindungi efek neurotoksik doxorubicin melalui mekanisme pencegahan generasi radikal bebas doxorubicin yang mencegah ekspresi protein-protein apoptotik (Tangpong et al, 2011). Selain itu, manggis juga dapat meningkatkan kognitif secara in vivo

13 13 dengan uji Morris Water Maze pada hewan uji yang terinduksi kerusakan saraf (Phyu dan Tangpong, 2014), maupun tidak (Nontamart et al, 2013). Salah satu senyawa aktif manggis, yaitu α-mangostin, terbukti mencegah neurotoksisitas beta amyloid dengan mekanisme inhibisi agregasi amyloid secara in vitro (Wang et al, 2012). Belum ada bukti ilmiah mengenai aktifitas biologis dari antosianin dan asam fenolik dari kulit manggis. Akan tetapi, sudah ada bukti ilmiah mengenai aktivitas peningkatan kognitif dari efek antioksidatif senyawa turunan antosianin (Shih et al., 2010). Selain itu, turunan asam hidroksisinamat juga telah diteliti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (Bagchi et al., 2004). F. Landasan Teori Neurodegeneratif merupakan kondisi dimana sel-sel saraf mengalami kehilangan fungsi secara progresif dan menuju apoptosis. Neurodegeneratif dapat ditimbulkan oleh adanya plak beta amyloid berlebih, stress oksidatif dan defisiensi vitamin B12. Beta amyloid yang menyebabkan neurotoksisitas sel saraf dibentuk dari APP yang dikatalis oleh beta secretase dan gamma secretase. Beta amyloid ini juga memicu kematian sel-sel saraf dengan mekanisme stress oksidatif. Akibat dari kerusakan oksidatif ditimbulkan yang juga terjadi di sel saraf hippocampus, fungsi memori menjadi terganggu. Adapun beta amyloid ini dapat dipicu pembentukannya oleh lansoprazol dengan mekanisme modulasi aktivitas beta secretase dan gamma secretase. Lansoprazol juga terbukti menurunkan level vitamin B12. Oleh karena itu, lansoprazol digunakan dalam penelitian ini sebagai agen induktor kondisi

14 14 neurodegeneratif oleh adanya penumpukan beta amyloid dan penurunan level vitamin B12. Kulit manggis telah diketahui efek antioksidatifnya dalam mencegah kerusakan oksidatif sel-sel saraf. Efek ini didapat dari zat aktifnya berupa xanthone, dan juga diduga juga dari antosianin dan senyawa fenoliknya. Selain itu, manggis terbukti meningkatkan kognitif tikus secara in vivo. Salah satu derivat xanthone pada manggis, α-mangostin juga terbukti mencegah terbentuknya agregasi plak amyloid. Oleh karena itu, mekanisme antioksidatif dari kulit manggis berpotensi melindungi kerusakan oksidatif sel saraf mencit diinduksi lansoprazol yang dapat ditandai dengan penurunan beta amyloid, serta juga dengan mengurangi agregasi beta amyloid sehingga mudah dieliminasi dari tubuh dan kenaikan kemampuan memori spasial. G. Hipotesis Ekstrak etanolik kulit manggis dapat melindungi kerusakan oksidatif sel saraf mencit yang ditandai oleh peningkatan kognitif memori dan penurunan kadar beta amyloid dengan mekanisme antioksidatif dan mengganggu agregasi beta amyloid.

BAB I PENDAHULUAN. kronik yang terbanyak diderita penduduk di dunia (Alzheimer s Statistic, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kronik yang terbanyak diderita penduduk di dunia (Alzheimer s Statistic, 2015). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit Alzheimer merupakan gangguan neurodegeneratif progresif kronik yang terbanyak diderita penduduk di dunia (Alzheimer s Statistic, 2015). Berdasarkan

Lebih terperinci

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik MANFAAT KULIT MANGGIS OKTOBER 2013 Abdul Malik - 649226 Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis adalah buah musiman dengan kulitnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia kini semakin tertuju pada salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas hidup seseorang yaitu gangguan pendengaran. Berdasarkan data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE TENTANG MANFAAT BUAH KIWI UNTUK KESEHATAN TUBUH.

BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE TENTANG MANFAAT BUAH KIWI UNTUK KESEHATAN TUBUH. BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE TENTANG MANFAAT BUAH KIWI UNTUK KESEHATAN TUBUH. 2.1. Gizi Almatsier (2004) mengatakan bahwa gizi merupakan sari makanan yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al.,

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan suatu gangguan ansietas pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., 2013). Para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui udara yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, meskipun organ dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak plasma nuftah tanaman berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat terdapat di negara ini. Menurut Taslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasarngan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memaparkan kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan masyarakat (WHO,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam proses spermatogenesis dan pembentukan karakteristik seksual

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi di suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi oksidasi nitrat oksida (NO) atau reaksi reduksi senyawa

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly, I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Monosodium Glutamat (MSG) sudah lama digunakan diseluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino (Geha et al., 2000), dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif disebabkan oleh tubuh yang tidak dapat menstabilkan molekul radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, contoh penyakit degeneratif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sindrom metabolik saat ini banyak terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu sindrom metabolik adalah adanya peningkatan angka penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan selsel jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir menjadi kebutuhan primer setelah kebutuhan pangan, papan dan sandang. Handphone tidak hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat anatara lain terbentuknya radikal bebas. Asap kendaraan bermotor, asap rokok dan asap dari industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting untuk pertumbuhan maupun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat kimia yang dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. Penggunaan alkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah banyak pemanfaatan tanaman obat Indonesia untuk menanggulangi berbagai macam penyakit di Indonesia. Seiring dengan adanya slogan back to nature, obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui udara yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, meskipun organ dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu anak-anak, ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross & Pawlina, 2011). Machluf et al. (2003) menyatakan bahwa sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. faktor keturunan. Faktor-faktor tersebut dapat beraksi sendiri ataupun saling

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. faktor keturunan. Faktor-faktor tersebut dapat beraksi sendiri ataupun saling 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Proses patologis sering terjadi sebagai bentuk adaptasi tubuh akibat pengaruh lingkungan yang abnormal. Terdapat beberapa agen yang berbahaya bagi tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulcerative Colitis (UC) termasuk dalam golongan penyakit Inflammatory Bowel Disease (IBD). Keadaan ini sering berlangsung kronis sehingga dapat mengarah pada keganasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki iklim tropis dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi penyakit yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flufenazin dekanoat Fluphenazine adalah derivat fenotiazin dan termasuk ke dalam sub famili piperazine. Golongan piperazine adalah derivat fenotiazin yang paling kuat (efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah dan penggunaan karbohidrat yang tidak efektif karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya peningkatan glukosa darah di atas nilai normal (Balitbang. Kemenkes RI, 2013). Menurut International Diabetes Federation (IDF),

I. PENDAHULUAN. adanya peningkatan glukosa darah di atas nilai normal (Balitbang. Kemenkes RI, 2013). Menurut International Diabetes Federation (IDF), I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kadar glukosa darah merupakan suatu indikator dalam diagnosis diabetes melitus (DM). Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambir 2.1.1 Klasifikasi Gambir Kingdom Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae : Uncaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Millati Hanifah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Millati Hanifah, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-dua yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer. (Iskandar, 2002). Penyakit tersebut

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, tingkat kematian akibat penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, kencing manis dan lain-lain mengalami peningkatan cukup signifikan di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global. Prevalensi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci