PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengelolaan Lingkungan Pasca-AMDAL, UKL/UPL atau ISO pada Industri Kimia di Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir dari tesis ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Bogor, Januari 2009 Agus Dwi Wahyono (P )

3 ii ABSTRACT Agus Dwi Wahyono, The Environmental Management of Post AMDAL, UKL/UPL or ISO for Chemical Industry in Bogor Regency. Under direction of Imam Santosa and Surjono H.Sutjahjo. Chemical industrial existence in Bogor Regency can support economic activities and region original income it self. On the other hand these activities can also make some problems to the environment especially for nature and environment resources degradation. The government has been made some instruments to prevent and handle the environmental impact there are mandatory rule names AMDAL (environmental impact assessment) or UKL/UPL (environmental management and monitoring effort) and voluntary rule names environmental management system (ISO 14001). The environmental management and monitoring implementation that had been reported routinely by the industries is still low (6 % from total industry). This research is aimed to know the environmental management performance, regulation compliance fidelity and formulating the environmental management strategic after implementation of AMDAL, UKL/UPL or ISO rules. The methods of the research are: 1) trend analysis 2) descriptive analysis and 3) analytical hierarchy process. Result of the research indicated that the environmental performance for 50% sampling industries includes in blue- criteria, 37.5% includes in red+ criteria and 12.5% includes in blue+ criteria which is ISO certified industry. Based on the environmental compliance criteria by Proper, generally the uncertified chemical industries have been followed the environmental management but not all of environmental aspect complied with the regulation of environmental standard. The periodically environmental monitoring indicated that the industries have been fulfilled the environmental compliance, but some environmental parameter still exceed the standard such as BOD, COD, TSS, fenol, total particulate and noise. The implementation report still not fulfilled the technical guidance that mentioned on the Decree of Regional Planning and Environmental Office Head of Bogor Regency number 03C year The result of analytical hierarchy process show that the highest priority strategy of environmental management is environmental management follow up with score, the implementation mechanism of environmental management reporting with score and increasing communication forum on environmental management with score. Key words : environmental performance, environmental degradation, environmental management system, environmental monitoring program, chemical industry.

4 iii RINGKASAN Agus Dwi Wahyono, Pengelolaan Lingkungan Pasca-AMDAL, UKL/UPL atau ISO pada Industri Kimia di Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Imam Santosa dan Surjono Hadi Sutjahjo. Keberadaan industri kimia di Kabupaten Bogor dapat menunjang kegiatan perekonomian dan pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten. Namun di lain pihak kegiatan tersebut juga menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan hidup yaitu degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang dimaksud adalah degradasi sumberdaya alam dan lingkungan seperti pencemaran air, polusi udara, degradasi lahan, dan keterbatasan sumberdaya alam serta masalah sosial. Dokumen yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan ini adalah AMDAL/UKL-UPL yang sifatnya wajib (mandatory) dan sertifikasi SML ISO yang sifatnya sukarela (voluntary). Meskipun telah disusun kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup, namun hingga saat ini masih terdapat permasalahan lingkungan yang muncul. Kondisi tersebut disebabkan oleh karena masih belum optimalnya kegiatan implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait baik dari segi pelaku industri, instansi pengawas kegiatan pasca-amdal, UKL/UPL maupun instansi lainnya serta masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2007), tercatat bahwa kuantitas implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilaporkan secara rutin dari industri masih sangat kecil (6%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja lingkungan industri kimia terhadap pengelolaan lingkungan hidup terutama pasca-amdal, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001, mengetahui tingkat ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang tertera pada dokumen AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO dan merumuskan strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup pasca-amdal, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO pada sektor industri kimia. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Desember Metode pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder, data primer berupa hasil wawancara dengan responden karyawan perusahaan, masyarakat di sekitar industri penelitian dan pihak pemangku kepentingan (stakeholder). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1) analisis kecenderungan menggunakan software SPSS versi 15 dan dilanjutkan dengan penilaian skoring berdasarkan modifikasi kriteria proper (KLH, 2008), 2) analisis ketataan menggunakan analisis deskriptif terhadap baku mutu lingkungan dan 3) analisis kebijakan menggunakan analisis hirarki proses dengan software expert choice versi Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan lingkungan industri secara umum (50%) termasuk dalam kriteria biru- ; 37,5% perusahaan termasuk merah+ dan 12,5% perusahaan yang telah bersertifikat ISO termasuk dalam kriteria biru+. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan

5 bahwa perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi beberapa upaya belum mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan kriteria ketaatan lingkungan dari Proper, maka sebagian besar perusahaan penelitian yang belum bersertifikat ISO telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi beberapa upaya belum mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan. Hasil pemantauan lingkungan kualitas air secara berkala mengindikasikan bahwa sebagian industri telah memenuhi persyaratan ketaatan lingkungan, namun masih ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu sesuai SK Gubernur Jawa Barat No. 6 tahun 1999 yaitu parameter BOD, COD, TSS dan fenol. Pemantauan kualitas udara ambien menunjukkan bahwa parameter debu masih ada yang melebihi baku mutu PP 41 tahun 1999 dan kebisingan masih ada yang melebihi baku tingat kebisingan yang tertuang dalam Kep 48/MENLH/II/1996. Dilihat dari sistematika pelaporan masih belum memenuhi petunjuk teknis sesuai SK Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (DTRLH) Kabupaten Bogor No. 03C tahun Hasil analisis hirarki proses menunjukkan bahwa sebagai aktor yang lebih berperan di dalam penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan adalah instansi pembina dalam hal ini DTRLH Kabupaten Bogor (0.542), dibandingkan dengan kedua aktor lainnya yaitu industri kimia (0.238) dan masyarakat (0.219). Sedangkan prioritas tertinggi strategi kebijakan pengelolaan lingkungan adalah tindak lanjut pengelolaan lingkungan dengan skor 0.496, penyempurnaan mekanisme pelaporan implementasi pengelolaan lingkungan dengan skor 0,289 dan peningkatan peranan forum komunikasi dalam pengelolaan lingkungan dengan skor 0,215. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perusahaan penelitian yang belum bersertifikat ISO telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi beberapa upaya belum mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kinerja yang belum tercapai dengan baik adalah dokumentasi lingkungan dan masalah sosial terutama terkait dengan keterlibatan tenaga kerja dan pemberdayaan masyarakat. Aktor yang lebih berperan di dalam penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan adalah DTRLH Kabupaten Bogor, sedangkan strategi kebijakan yang menjadi prioritas utama adalah tindak lanjut pengelolaan lingkungan. Saran dalam penerapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup adalah 1) perlu perhatian lebih dari industri terhadap masyarakat sekitarnya untuk dapat terlibat di dalam kegiatan operasional perusahaan dan melaksanakan program sosial yang lebih bermanfaat seperti pemberdayaan masyarakat, 2) perlu dilakukan sosialisasi lanjut tentang petunjuk teknis sesuai SK Kepala DTRLH Kabupaten Bogor No. 03C tahun 2007, 3) upaya tindak lanjut berupa sanksi (punishment) dan penghargaan (reward) bagi perusahaan perlu mulai diterapkan oleh DTRLH Kabupaten Bogor untuk lebih meningkatkan tercapainya pembangunan yang berwawasan lingkungan 4) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama bagi sektor kegiatan lainnya di luar industri kimia yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. iv

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipam hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 vi PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Agus Dwi Wahyono (P ) Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains Pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

8 Penguji Luar Ujian Tesis : Dr. Ir. Etty Riani, MS vii

9 viii Judul Tesis Nama : Pengelolaan Lingkungan Pasca AMDAL, UKL/UPL atau ISO pada Industri Kimia di Kabupaten Bogor : Agus Dwi Wahyono NRP : P Program Studi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Disetujui : Komisi Pembimbing Dr.Ir. Imam Santosa, MS Ketua Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS Anggota Diketahui : Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Dekan Pascasarjana Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS Prof.Dr.Ir. Khairil A.Notodiputro, MS Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

10 ix KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, atas dielesaikannya tesis ini yang berjudul Pengelolaan Lingkungan Pasca AMDAL, UKL/UPL atau ISO pada Industri Kimia di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.Ir. Imam Santosa MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian di lapangan dan penyusunan tesis ini, semoga amal ibadahnya mendapat ridho dari Allah swt. Bogor, Januari 2009 Agus Dwi Wahyono

11 x RIWAYAT HIDUP Agus Dwi Wahyono. Penulis lahir di Banjarnegara - Jawa Tengah pada tanggal 04 Agustus Penulis mengenyam pendidikan dasar di SD Taman Maluku Semarang diselesaikan pada tahun 1976, kemudian dilanjutkan di SMPN 2 Semarang dan selesai pada tahun 1979 serta lulus dari SMAN 1 Semarang pada tahun Gelar sarjana diperoleh pada tahun 1987 dari Institut Pertanian Bogor, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan pada tahun 2007 mengikuti pendidikan Magister (S2) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Penulis juga telah mengikuti pendidikan informal antara lain : Kursus Dasar- Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (tipe A) yang dilaksanakan di PSL UNILA Lampung pada tahun 1988, Kursus Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bidang PU di Jakarta pada tahun 1991, Kursus Pemodelan / Simulasi Hydrodinamika yang dilaksanakan di ITB Bandung pada tahun 1993, Kursus Penyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (tipe B) yang dilaksanakan di PPLH-LP IPB Bogor pada tahun 1994, Pelatihan Pengenalan ISO yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dan Pelatihan Audit Internal Sistem Manajemen Mutu 9001 : 2000 yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun Riwayat pekerjaan penulis yaitu sebagai Kepala Pabrik PT Umas Jaya Farm di Lampung dari tahun 1987 sampai Sejak tahun 1990 sampai saat ini penulis bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultansi PT Wiratman & Associates di Jakarta, dan saat ini menjabat sebagai Kepala Divisi Teknik Lingkungan. Bogor, Januari 2009 Agus Dwi Wahyono

12 xi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN...xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kerangka Pemikiran Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...8 II. TINJAUAN PUSTAKA Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Sistem Manajemen Lingkungan ISO Studi Lingkungan Hasil Penelitian Terdahulu...16 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Geografis Kabupaten Bogor Perkembangan Kondisi Industri di Kabupaten Bogor Industri Nonfasilitas Industri dengan Fasilitas Permasalahan Industri di Kabupaten Bogor Deskripsi Singkat Perusahaan Penelitian...24

13 xii Halaman IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Lingkup Penelitian Industri yang Diteliti Wilayah Studi Obyek Penelitian Populasi Sampel Rancangan Penelitian Studi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Studi Tingkat Ketaatan Pengelolaan Lingkungan Perumusan Strategi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan...44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Pengelolaan Lingkungan Industri Kimia Dokumentasi Lingkungan Kinerja Pengendalian Limbah Cair Kinerja Pengendalian Kualitas Udara Kinerja Pengendalian Limbah Padat B Masalah Sosial Rangkuman Penilaian Kinerja Lingkungan Perusahaan Ketaatan Lingkungan Organisasi Pengendalian Limbah Cair Pengendalian Kualitas Udara Sistematika Pelaporan Implementasi Strategi Kebijakan Implementasi Pengelolaan Lingkungan Hasil Analisis Kebijakan Tindak Lanjut Pengelolaan Lingkungan Penyempurnaan Mekanisme Pelaporan Implementasi Pengelolaan Lingkungan Peningkatan Peranan Forum Komunikasi dalam Pengelolaan Lingkungan...100

14 xiii Halaman VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAAN...107

15 xiv DAFTAR TABEL Tabel Teks Halaman 1. Penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kinerja lingkungan dan implementasi AMDAL/UKL-UPL dan ISO Frekuensi pelaporan dokumen pasca-amdal atau UKL/UPL Distribusi responden masyarakat di sekitar industri Kategori penilaian kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan Responden stakeholder Penilaian kriteria berdasarkan skala perbandingan Saaty (1993) Hasil penilaian kinerja berdasarkan dokumentasi lingkungan Kecenderungan konsentrasi ph Kecenderungan konsentrasi TSS Kecenderungan konsentrasi BOD Kecenderungan konsentrasi COD Kecenderungan konsumsi energi listrik dan air Hasil penilaian kinerja berdasarkan pengelolaan limbah cair Kecenderungan konsentrasi CO Kecenderungan konsentrasi NO Kecenderungan konsentrasi SO Kecenderungan konsentrasi debu Kecenderungan tingkat kebisingan Hasil penilaian kinerja berdasarkan pengelolaan polusi udara Hasil penilaian kinerja berdasarkan pengelolaan limbah B3 dan masalah sosial Hasil penilaian kinerja lingkungan perusahaan...84

16 xv DAFTAR GAMBAR Gambar Teks Halaman 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian Diagram alir perumusan masalah Perkembangan jumlah industri kimia di Kabupaten Bogor Kondisi kualitas BOD Sungai Cileungsi ( ) Kondisi kualitas COD Sungai Cileungsi ( ) Peta lokasi penelitian Kecenderungan konsentrasi ph pada outlet IPAL (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi ph pada outlet IPAL (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi TSS pada outlet IPAL (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi TSS pada outlet IPAL (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi BOD pada outlet IPAL (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi BOD pada outlet IPAL (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi COD pada outlet IPAL (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi COD pada outlet IPAL (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan pemakaian listrik (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan pemakaian listrik (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan pemakaian air (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan pemakaian air (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi CO (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi CO (nonsertifikat ISO 14001)...68

17 xvi Gambar Teks Halaman 21. Kecenderungan konsentrasi NO 2 (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi NO 2 (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi SO 2 (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi SO 2 (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi debu (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan konsentrasi debu (nonsertifikat ISO 14001) Kecenderungan tingkat kebisingan (sertifikat ISO 14001) Kecenderungan tingkat kebisingan (nonsertifikat ISO 14001) Distribusi bantuan sosial kepada masyarakat Jenis dampak yang dirasakan masyarakat sekitar Persentase penilaian kinerja pengelolaan lingkungan (ISO14001) Persentase penilaian kinerja pengelolaan lingkungan (noniso14001) Strategi kebijakan implementasi pengelolaan lingkungan industri kimia...94

18 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Teks Halaman 1. Daftar industri kimia yang melakukan implementasi pengelolaan lingkungan Panduan penilaian kinerja lingkungan industri kimia di Kabupaten Bogor Hasil penilaian kinerja perusahaan Data hasil pemantauan air limbah periode PT SU Hasil analisis regressi pemantauan kualitas air PT SU Hasil pemantauan kualitas air PT DW Hasil analisis regressi pemantauan kualitas air PT DW Hasil pemantauan kualitas air PT IND Hasil analisis regressi pemantauan kualitas air PT IND Hasil Pemantauan kualitas air PT AG Hasil analisis regressi pemantauan kualitas air PT AG Hasil pemantauan kualitas air PT M Hasil analisis regressi pemantauan kualitas air PT M Penilaian pengetahuan karyawan tentang lingkungan (sertifikat ISO 14001)) Penilaian pengetahuan karyawan tentang lingkungan (nonsertifikat ISO 14001) Hasil pemantauan kualitas udara (sertifikat ISO 14001) Hasil pemantauan kualitas udara (nonsertifikat ISO 14001) Hasil analisis regresi kualitas udara (sertifikat ISO 14001) Hasil analisis regresi kualitas udara (nonsertifikat ISO 14001) Hasil analisis AHP kinerja pengelolaan lingkungan Kuesioner kinerja dan ketaatan lingkungan Daftar isian karyawan Kuesioner masyarakat sekitar industri Panduan pelaksanaan AHP...179

19 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam beserta lingkungan merupakan suatu kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem sumberdaya alam ini manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses produksi dan pendayagunaan sumberdaya alam. Seiring dengan peningkatan perkembangan penduduk secara langsung maupun tidak langsung akan diiringi dengan peningkatan kegiatan pembangunan. Pembangunan pada hakekatnya adalah gangguan terhadap keseimbangan lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang baik ke keseimbangan baru pada tingkat kualitas yang dianggap lebih tinggi. Di sisi lain, pembangunan juga akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga dapat berpengaruh terhadap sumberdaya lainnya. Kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kualitas hidup disertai peningkatan konsumsi sumberdaya alam serta degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Sebagian kalangan bisnis masih melihat bahwa lingkungan sebagai sesuatu yang tidak terbatas, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa degradasi lingkungan dapat disebabkan karena pola pendekatan yang tidak ramah lingkungan. Dalam tatanan sosial sekarang, kerusakan lingkungan dan degradasi mutu lingkungan terjadi antara lain karena adanya pelanggaran implementasi hukum lingkungan oleh kalangan bisnis, walupun tidak semuanya harus dilimpahkan ke pihak industri karena individu, masyarakat bahkan negara juga punya andil dalam kerusakan lingkungan. Meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup juga disebabkan adanya egosentris daerah dalam pemanfaatan sumber daya alam. Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan juga telah terjadi di wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bogor (2007), disebutkan bahwa isu utama degradasi sumberdaya alam dan lingkungan adalah rendahnya mutu air sungai, pencemaran air limbah, penurunan kualitas udara, kerusakan lahan akibat penambangan dan tingginya perusahaan yang

20 2 belum mengelola limbah B3nya dengan baik. Salah satu kontribusi terbesar yang mempengaruhi terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan tersebut adalah meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah industri di Kabupaten Bogor. Untuk mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan lingkungan diperlukan instrumen untuk pencegahan dan penanggulangan yang didukung oleh mekanisme berupa perangkat peraturan perundang-undangan. Untuk mencegah dan mengurangi pengaruh negatif dan resiko yang mungkin terjadi perlu dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang telah diatur di dalam Undang-Undang No. 4 tahun Peraturan tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah No. 29 tahun Kedua peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua rencana kegiatan yang diprakirakan akan berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib disertai dengan studi AMDAL. Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Pemerintah No 29 tahun 1986 disebutkan bahwa bagi rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). Peraturan tersebut kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah No 27 tahun AMDAL atau UKL & UPL merupakan suatu kebijakan pemerintah yang sifatnya wajib (mandatory) dalam upaya pencegahan dampak lingkungan dan sekaligus merupakan bagian dari dokumen perijinan mendirikan bangunan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup pada perusahaan dapat dilakukan dengan penerapan sistem manajemen lingkungan (SML). Standar sistem manajemen lingkungan merupakan standar yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh berbagai perusahaan, diantaranya adalah standar ISO seri (SML ISO 14001). Sebagaimana telah dipahami bersama oleh segenap pemangku kepentingan (stakeholder), perolehan sertifikat ISO tentunya bukan merupakan tujuan akhir dari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, namun merupakan langkah awal yang baik untuk senantiasa meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan prinsip continual improvement oleh suatu perusahaan. SML ISO merupakan suatu perangkat pengelolaan

21 3 lingkungan hidup yang sifatnya sukarela (voluntary) yang bertujuan untuk mencapai perbaikan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang mengutamakan ketaatan terhadap peraturan (Hadiwiardjo, 1997). Kedudukan RKL dan RPL dalam proses AMDAL atau UKL/UPL sangat penting, terutama pada saat operasional. Dari sudut hukum, RKL dan RPL merupakan sarana pengelolaan, pemantauan dan pengawasan atas ditaatinya ketentuan perundang-undangan yang bertalian dengan baku mutu lingkungan dan prosedur administratif untuk kepentingan inspeksi (inspection procedure) oleh instansi yang bertanggung jawab setelah ijin dikeluarkan. Apabila suatu industri telah menerapkan hasil studi AMDAL terutama yang tertuang dalam dokumen RKL dan RPL atau UKL & UPL dan telah mendapatkan sertifikat SML ISO 14001, mengindikasikan bahwa kinerja manajemen lingkungan industri tersebut dapat dikatakan baik. Berbagai perusahaan telah mempunyai dokumen AMDAL atau UKL & UPL, bahkan sudah ada yang mendapatkan sertifikat SML ISO 14001, namun dalam kenyataan di lapangan seringkali masih terjadi masalah lingkungan diantaranya berupa penurunan kualitas air sungai, pencemaran air limbah, penurunan kualitas udara, dan kerusakan lahan seperti yang tejadi di Kabupaten Bogor. Meskipun beberapa perusahaan di Kabupaten Bogor telah memiliki sertifikat SML ISO dan telah melaksanakan implementasi pengelolaan lingkungan, namun sampai saat ini belum ada suatu informasi dan data mengenai kinerja pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan pada industri kimia. Agar program konservasi sumberdaya alam dan pencegahan terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan dapat terlaksana dengan baik, maka perlu dilakukan evaluasi tentang kinerja pengelolaan lingkungan hidup pasca-amdal, UKL/UPL dan sertifikasi ISO 14001, sehingga diharapkan akan diperoleh informasi tentang kinerja pengelolaan lingkungan hidup industri kimia terutama di wilayah Kabupaten Bogor Kerangka Pemikiran Keberadaan industri kimia di Kabupaten Bogor merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan perekonomian dan pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten. Namun di lain pihak kegiatan tersebut juga menimbulkan

22 4 permasalahan terhadap lingkungan hidup setempat seperti pencemaran air, polusi udara, degradasi lahan, dan keterbatasan sumberdaya alam serta masalah sosial. Dokumen operasional yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan ini adalah RKL dan RPL atau UKL-UPL yang sifatnya wajib (mandatory) dan sertifikasi SML ISO yang sifatnya sukarela (voluntary). Dengan demikian implementasi RKL dan RPL atau UKL-UPL dan SML ISO merupakan instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang bijaksana untuk dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang ada sehingga dapat dicapai sinergitas lingkungan antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Prosedur pengelolaan lingkungan hidup melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan baik mulai dari pihak manajemen puncak (top management), pelaksana di lapangan serta instansi yang berwenang sebagai pengawas pelaksanaan di lapangan. Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup telah dicanangkan sejak disyahkannya Undang-Undang No 4 Tahun 1982 hingga Undang-Undang No 23 Tahun 1997 dan implementasinya ditunjang oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Pemerintah Kabupaten Bogor telah melengkapi kebijakan tersebut melalui Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor No. 03.C Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Meskipun telah disusun kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup, namun hingga saat ini masih terdapat permasalahan lingkungan yang muncul. Kondisi tersebut disebabkan oleh karena masih belum optimalnya kegiatan implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait baik dari segi pelaku industri kimia, instansi pengawas kegiatan pasca-amdal, UKL/UPL maupun instansi lainnya serta masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis kinerja pengelolaan lingkungan hidup terutama pasca-amdal, UKL/UPL dan penerapan SML ISO dalam upaya penataan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

23 5 pengendalian lingkungan hidup. Hasil studi ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana kinerja pengelolaan dilakukan dan bagaimana merumuskan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang efektif sehingga tercapai sistem pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan secara terus menerus (continual improvement). Diagram kerangka pemikiran penelitian ini secara sistematis seperti tertera pada Gambar 1 berikut. Kegiatan Industri Kimia Proses Produksi Permasalahan Lingkungan Pencemaran Air Polusi Udara Degradasi Lahan Keterbatasan Sumberdaya Alam Masalah Sosial Pengelolaan Lingkungan Hidup Kebutuhan Stakeholder AMDAL/ UKL UPL SML ISO Implementasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengawasan Review Dokumen Implementasi Review Kebijakan Analisis Kinerja Lingkungan Rumusan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Industri Kimia Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian

24 Perumusan Masalah Implementasi RKL & RPL atau UKL & UPL dan SML ISO di beberapa industri merupakan dokumen operasional dalam pengelolaaan lingkungan hidup. Implementasi tersebut dapat melihat sejauh mana dampak lingkungan terjadi, bagaimana pengelolaan yang telah dilakukan dan sejauh mana pemantauan dampak lingkungan hidup telah dilakukan. Sehingga dengan implementasi diharapkan akan dapat mengendalikan dan mencegah dampak negatif yang akan terjadi selanjutnya. Dalam pelaksanaannya kedua instrumen pengelolaan lingkungan hidup tersebut juga menimbulkan permasalahan di tingkat manajemen perusahaan yaitu bagaimana mengukur kinerja pengelolaan lingkungan hidup setelah penerapan RKL dan RPL atau UKL/UPL dan SML ISO dalam menjamin tercapainya peningkatan efektivitas pengelolaan lingkungan hidup secara berkesinambungan. Kinerja pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan melakukan review terhadap kebijakan dan dokumen implementasi pengelolaan lingkungan hidup. Review kebijakan dilakukan terhadap produk yang dihasilkan oleh pemerintah yang telah ada baik pada tingkat nasional maupun regional seperti tentang baku mutu lingkungan hidup, pelaksanaan/penerapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Sedangkan review dokumen implementasi merupakan telaah terhadap pelaporan yang telah dibuat oleh industri kimia dalam rangka mengukur dampak yang terjadi, pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan selama operasional. Dengan melakukan review terhadap dokumen implementasi maka dapat diukur kinerja pengelolaan yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan/industri kimia. Dengan mengetahui kinerja perusahaan/industri kimia dan kebutuhan stakeholder akan pengelolaan lingkungan hidup yang berprinsip pada perbaikan secara terus menerus (continual improvement), maka rumusan kebijakan lingkungan pasca AMDAL/UKL-UPL dan sertifikasi ISO dapat diformulasikan sesuai dengan kondisi yang ada.

25 7 Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah sebagai berikut : a) Sejauh mana kinerja pengelolaan lingkungan hidup pada industri kimia terutama pasca-amdal, UKL/UPL dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001? b) Bagaimana tingkat ketaatan industri kimia terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang tertera dalam dokumen RKL/RPL, UKL/UPL dan/atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001? c) Bagaimana strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup pada sektor industri khususnya industri kimia pasca-amdal, UKL/UPL dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001? Kegiatan Industri Kimia Implementasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengawasan Review Kebijakan Review Dokumen Implementasi Analisis Kinerja Lingkungan Rumusan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Industri Kimia Gambar 2. Diagram alir perumusan masalah

26 Tujuan Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengkaji kinerja pengelolaan lingkungan hidup setelah implementasi AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO dikaitkan dengan kebijakan pengelolaan lingkungan pada suatu industri kimia. Adapun tujuan khusus penelitian yang akan dicapai adalah : a) Mengetahui kinerja lingkungan industri kimia terhadap pengelolaan lingkungan hidup terutama pasca-amdal, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO b) Mengetahui tingkat ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang tertera pada dokumen AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO c) Merumuskan strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup pasca- AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO pada sektor industri kimia.

27 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (UU No. 23 Tahun 1997). Lingkungan hidup sebagai suatu sistem yang terdiri atas lingkungan alam (ecosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan sosial (sociosystem), dimana ketiga sub sistem ini saling berinteraksi dan membentuk suatu sistem yang dinamis. Ketahanan masing masing sub sistem akan memberikan jaminan berkelanjutan yang tentunya akan memberikan peningkatan kualitas hidup setiap mahluk hidup didalamnya (Hendartomo, 2001). Masalah lingkungan hidup pada dasarnya muncul karena dinamika penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang kurang bijaksana serta kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Dampak negatif yang sering muncul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif dan memberikan manfaat yang besar terhadap manusia sering kali terjadi sebaliknya, manusia menjadi korban akibat dampak yang ditimbulkan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup merupakan dua permasalahan yang paling banyak timbul, sebagai dampak dari kegiatan ekonomi dan pembangunan. Berdasarkan implementasi UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang mendefinisikan tiga konsep dalam pembangunan berkelanjutan yaitu : kondisi sumberdaya alam, kualitas lingkungan dan faktor demografi. Agar upaya pelestarian lingkungan dapat berjalan dengan baik secara efektif dan efisien serta berkelanjutan dibutuhkan kebijakan untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam skenario politik ekonomi yang rumit saat ini, amatlah penting untuk menetapkan kebijakan lingkungan dan sosial yang kuat pada seluruh tingkatan. Demikian juga penegakan hukum harus berjalan dengan secara efektif agar pelestarian keanekaragaman hayati dapat berjalan dengan baik.

28 10 Menurut Marcus and Willig (1997), manajemen lingkungan berdasarkan orientasi kebijakannya secara umum dapat dibagi 2 yaitu manajemen berorientasi pemenuhan (regulation compliance) dan orientasi setelah pemenuhan (beyond compliance): a). Orientasi pada pemenuhan (regulation compliance). Kebijakan ini merupakan awal pemikiran manajemen lingkungan di perusahaan. Berangkat dari pemikiran akan akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas perusahaan yang dapat merugikan keberlangsungan bisnis perusahaan maka ketaatan terhadap peraturan pemerintah perlu diterapkan semaksimal mungkin untuk menghindari penalti atau denda lingkungan, klaim dari masyarakat sekitar, dan lain lain. Kebijakan yang dimaksud adalah penerapan metoda reaktif, ad-hoc, dan pendekatan end-of-pipe dalam pengelolaan lingkungan seperti menanggulangi masalah polusi udara dengan peralatan penyaring udara (bag filter) dan limbah cair teknologi pengolah air limbah. b). Orientasi setelah pemenuhan (beyond compliance). Berangkat dari pemikiran bahwa cara tradisional menangani isu lingkungan dalam cara reaktif, adhoc, pendekatan end-of-pipe telah terbukti tidak efisien. Seiring kompetisi yang semakin meningkat dalam pasar global yang semakin berkembang, hukum lingkungan dan peraturan menerapkan standar baru bagi sektor bisnis di seluruh bagian dunia. Terdapat pendapat bahwa kinerja lingkungan yang baik tidak hanya masalah hukum dan moral. Pengurangan polusi berarti juga peningkatan efisiensi sumberdaya dan peningkatan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja sehingga tenaga kerja dapat lebih produktif. Sesuai dengan perkembangan pemahaman manajemen lingkungan, orientasi setelah pemenuhan juga bermacam tahapnya, namun umumnya bermuara pada tahap pencapaian kondisi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) sekaligus integrasi bisnis lingkungan dalam konsep 'triple bottom line', sesuai prinsip yang dinyatakan dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro, Orientasi kebijakan lingkungan tersebut saat ini telah diteliti oleh beberapa ahli diantaranya adalah oleh Kwon, et al. (2000) dari Korea. Penelitian tersebut

29 11 menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadikan motivasi dari suatu perusahaan untuk mengimplementasikan sistem manajemen lingkungan, yaitu tekanan internasional, peraturan perundang-undangan nasional, dan tekanan pasar bebas. Namun orientasi kebijakan ini harus dilihat secara menyeluruh, dan tidak pada pendekatan isu lingkungan tunggal. Akan terdapat pendekatan yang berbeda karena satu perusahaan dapat bersikap reaktif, antisipatif, atau proaktif pada isuisu lingkungan yang berbeda tergantung pada sentralitasnya pada bisnis, masyarakat, minat penegak hukum, dan lain-lain. Kebijakan adalah peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan baik besaran maupun arahnya yang melingkupi kehidupan masyarakat umum. Kebijakan dapat dikatakan efektif apabila penerapan kebijakan dan instrumennya dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sanim (2003), menyebutkan bahwa tahapan kebijakan terdiri dari fase formulasi kebijakan dan fase implementasi kebijakan, sedangkan analisis kebijakan aktivitas menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan Sistem Manajemen Lingkungan ISO Manajemen lingkungan saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai sejak awal 1990an. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama sejak munculnya ISO di tahun Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota perusahaan dan proses penggunaan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry & Franklin (1999), manajemen diartikan sebagai proses tertentu yang terdiri atas kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu di sekitar subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam istilah manajemen adalah

30 12 upaya terpadu yang dilakukan oleh manusia dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup (Satriago, 1996). Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (SML). Menurut ISO (Kuhre, 1996), SML adalah 'that part of the overall management system which includes organizational structure planning, activities, responsibilities, practices, procedures, processes, and resources for developing, implementing, achieving, reviewing, and maintaining the environmental policy'. Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, SML adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga SML memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang lebih luas. Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2 macam yaitu: - Lingkungan internal, yaitu di dalam lingkungan pabrik/lokasi fasilitas produksi termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, alat perlindungan diri (APD), asuransi pegawai, dll. - Lingkungan eksternal, yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik/fasilitas produksi meliputi segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan di sekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (pemerintah, pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll. SML merupakan bagian integral dari sistem manjemen perusahaan secara menyeluruh yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis

31 13 yang meliputi struktur perusahaan, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Pada dasarnya ISO adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya sukarela tetapi konsumen menuntut produsen untuk melaksanakan program tersebut. Pelaksanaan program sertifikasi ISO dapat dikatakan sebagai tindakan proaktif dari perusahaan yang dapat mengangkat citra dan memperoleh kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian, maka pelaksanaan SML berdasarkan standar ISO seri bukan merupakan beban tetapi seharusnya merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre, 1996). Praktek manajemen lingkungan perusahaan ditujukan agar menyatu dengan praktek manajemen bisnis umum, seperti telah dinyatakan oleh ISO Praktek manajemen lingkungan perusahaan sendiri perkembangannya banyak diinspirasikan oleh evaluasi implementasi ISO Seperti saat ini banyak bermunculan unit-unit belajar di perguruan tinggi seluruh dunia yang khusus mempelajari corporate environmental management, seperti di MIT, Harvard University, Lund University, dan berbagai kampus ternama lainnya. Alasan manajemen lingkungan banyak dipelajari adalah karena perkembangan keilmuan manajemen lingkungan yang dianggap banyak kalangan akademisi ternyata sangat penting dalam ikut menentukan perkembangan bisnis dunia dimasa mendatang. Aspek manajemen lingkungan yang berfokus fisik seperti definisi lingkungan secara tradisional, ternyata berpengaruh pula secara non-fisik dalam hal moralitas dan aspek modal spiritual manusia pelakunya. Praktek manajemen lingkungan selama ini berfokus pada perlindungan lingkungan dan berakar dari sasaran fisik lingkungan tersebut. Namun pada prakteknya, pada perusahaan yang telah mengimplementasikan ISO 14001, bila melakukannya dengan baik, akan ditanggapi karyawan dengan lebih banyak menyebutkan dampak intangiblenya yaitu peningkatan motivasi kerja (karena keamanan dan keselamatan kerja diperhatikan perusahaan), peningkatan kepercayaan karyawan terhadap kebijakan yang ditempuh manajemen, peningkatan citra perusahaan di kalangan karyawan, dan seterusnya (Purwanto, 2002). Aspek-aspek peningkatan citra dan kepastian kelangsungan bisnis inilah

32 14 yang juga menjadi sebab utama banyak perusahaan mencari sertifikasi ISO 14001, dan memang terbukti berpengaruh demikian. Jadi praktek manajemen lingkungan yang baik akan selalu terkait dengan aspek intangible misalnya citra perusahaan dan kepercayaan karyawan. Dalam hal lain justru inilah yang diperlukan bila perusahaan dituntut untuk menjadi sistem perusahaan belajar (learning organization) yang diperlukan sistem perusahaan era informasi masa depan. Pengelolaan lingkungan hidup dalam sertifikasi ISO hanya merupakan satu langkah kecil, namun demikian proses ini akan berkembang dan meningkat sejalan dengan bertambahnya pengalaman, penciptaan, pencatatan, dan pemeliharaan dari sistem yang diperlukan untuk sertifikasi yang diharapkan dapat membantu menjaga kondisi lingkungan. Besarnya manfaat yang diperoleh perusahaan setelah penerapan SML ISO tergantung dari standar ISO tersebut. Sertifikasi diberikan bila lembaga sertifikasi setelah melalui rangkaian penelitian dan audit terhadap proses serta dokumentasi terhadap perusahaan tersebut dapat dipastikan sesuai terhadap pemenuhan persyaratan standar ISO dan menerapkan dalam kegiatan sehari-hari yang menyangkut aspek teknis maupun non teknis. Berdasarkan hasil survei penerapan standar ISO di Indonesia yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup Kementrian Lingkungan Hidup (2003), menunjukkan bahwa pelaksanaan SML dianggap masih belum efektif. Hal ini disebabkan oleh : - Implementasi SML pada beberapa perusahaan belum sesuai dengan teori yang telah dikembangkan di Indonesia. - Kondisi lingkungan di beberapa perusahaan yang menerapkan SML belum terlihat peningkatan perbaikan kondisi lingkungannya. - Belum optimalnya pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan oleh beberapa perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO Keuntungan dari penerapan ISO menurut Fredericks dan McCallum (1995) adalah adanya peningkatan pentaatan pada peraturan perundangundangan, pengurangan biaya yang berkaitan dengan audit konsumen, kemampuan menawarkan kontrak kerja, kekuatan pasar, pengembalian nilai

33 15 ekonomi dan adanya efisiensi sumberdaya dan kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan yang terjadi. Kwon, et al. (2000) dari Korea menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadikan motivasi dari suatu perusahaan untuk mengimplementasikan sistem manajemen lingkungan, yaitu tekanan internasional, peraturan perundang-undangan nasional, dan tekanan pasar bebas. Disamping itu dijelaskan bahwa ISO merupakan SML yang unik karena sistem tersebut dapat mengidentifikasi dampak, menilai penting atau tidaknya dampak, terdapat penetapan tujuan dan sasaran, dan dari sisi manajemen mempunyai fungsi mengadaptasikan sistem agar terjadi kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan Studi Lingkungan Analisis mengenai dampak lingkungan yang sering disebut dengan AMDAL lahir dengan diberlakukannya Undang Undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat pada tahun Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa semua usulan legislasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan harus disertai dengan laporan Environmental Impact Assessment (Analisis dampak lingkungan) tentang usulan tersebut (Soemarwoto, 2001). Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Indonesia telah diatur dalam Undang Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam undang undang ini, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin timbul oleh suatu kegiatan yang sedang direncanakan (Soemarwoto, 2001). Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Jika suatu kegiatan tidak termasuk dalam daftar wajib AMDAL yang tecantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006, maka perlu dilengkapi dengan studi UKL & UPL.

34 16 Dokumen AMDAL/UKL-UPL memuat studi mengenai dampak lingkungan yang mungkin timbul dari suatu kegiatan yang direncanakan, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pascakonstruksi. Dokumen ini harus mendapat persetujuan dari otoritas pemerintah sebagai salah satu persyaratan ijin bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya. Persyaratan-persyaratan yang dituangkan dalam dokumen merupakan suatu ikatan hukum bagi perusahaan terkait sehingga AMDAL/UKL-UPL harus menjadi bagian dari sistem manajemen lingkungan perusahaan (Hariadi, 2003). Tujuan penerapan AMDAL/UKL-UPL adalah untuk menjamin tetap terpeliharanya kemampuan lingkungan hidup guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan (Supardi, 2003). Dengan demikian AMDAL/UKL-UPL merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang bijaksana terutama dokumen RKL/RPL dan UKL/UPL yang merupakan dokumen yang bersifat operasional dan dapat diimplementasikan untuk memantau kondisi lingkungan. Hadi (2007) mengemukakan bahwa sampai saat pengelolaaan lingkungan hidup masih dipandang sebagai beban oleh beberapa pihak. Terdapat ciri-ciri lingkungan yang menyebabkan para pengambil keputusan dan kalangna bisnis tidak begitu mudah terdorong untuk menginternalisasikan aspek lingkungan dalam kebijakkannya. Ciri-ciri tersebut meliputi 1) bahwa lingkungan itu bersifat intangible artinya sulit untuk dikuantifikasi dalam nilai moneter; 2) dampak lingkungan terjadi dalam jangka panjang; 3) dampak lingkungan bersifat eksternalitas negatif dan 4) bahwa lingkungan sebagai ruang dan sumberdaya alam dianggap sebagai milik publik Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan berhubungan dengan masalah kinerja lingkungan dan implementasi AMDAL/UKL-UPL dan ISO adalah seperti tertera pada Tabel 1.

35 17 Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kinerja lingkungan dan implementasi AMDAL/UKL-UPL dan ISO No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Musafir Kumar (1999) 2 Rustiawan Anis (2000) 3 Romatio Wulandari (2002) 4 Joehar B. Simanjuntak (2004) Kinerja Lingkungan Perusahaan yang Telah dan Belum Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil di Jawa Barat) Evaluasi Perkembangan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO (Studi Kasus : Tiga Industri di Jabotabek) Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan ISO Pusat Metalurgi Mentok PT Tambang Timah - Bangka Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Fisik Kimia Pasca-AMDAL pada Lapangan Minyak Lepas Pantai - Kinerja perusahaan yang telah bersertifikat ISO14001 lebih baik dibandingkan dengan yang belum bersertifikat. - Faktor utama yang dominan dalam pengelolaan adalah Kebijakan Lingkungan Perusahaan - Penerapan SML ISO telah berkembang lebih baik dari persyaratan minimum standar SML ISO Pola kinerja perusahaan belum menunjukkan kecenderungan membaik - Penerapan SML ISO belum dapat sepenuhnya menjamin tingkat ketaatan yang lebih baik terhadap peraturan yang berlaku. - Manfaat nyata adalah dari segi kebersihan dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan. - Penerapan dan pemeliharaan SML ISO masih belum menjadi bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan. - Efektivitas pengelolaan kualitas air semakin membaik dari waktu ke waktu. - Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan meningkat nyata setelah perusahaan menerapkan SML ISO 14001

36 18 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Geografis Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten terbagi dalam tiga wilayah pembangunan yaitu Wilayah Bogor Barat, Tengah dan Timur yang masing-masing memiliki struktur wilayah serta arah, strategi dan potensi pembangunan yang berbeda. Secara geografis wilayah Kabupaten Bogor terletak antara lintang selatan dan bujur timur. Secara administratif Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan, 15 kelurahan dan 428 desa. Wilayah kabupaten Bogor berbatasan langsung dengan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Lebak. Dengan mempertimbangkan perkembangan penduduk beserta peningkatan beban kegiatan pembangunan di Kabupaten Bogor yang semakin tinggi, diperlukan keseimbangan pembangunan di seluruh wilayah dengan mempertimbangkan aspek ekologis wilayah untuk mengendalikan perubahan lingkungan yang terjadi. Pembangunan perekonomian Kabupaten Bogor juga tidak bisa lepas dari perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan. Sampai dengan tahun 2007, tercatat adanya peningkatan jumlah unit usaha industri kecil dan menengah menjadi unit usaha yang menyerap tenaga kerja sebanyak orang Perkembangan Kondisi Industri di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten terluas di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan seluas sekitar Ha yang berbatasan langsung sebelah timur dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang, sebelah utara dengan Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kotamadya Depok, dan Provinsi Banten (Kabupaten Tangerang), sebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi, serta sebelah barat dengan Provinsi Banten (Kabupaten Lebak). Sedangkan Kotamadya Bogor berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Dengan wilayah seluas Ha tersebut, tidak heran jika Kabupaten Bogor mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar jiwa

37 19 (Bappeda Kabupaten Bogor, 2007). Dengan kombinasi luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut, maka Kabupaten Bogor merupakan provinsi yang cukup besar, terutama di bidang industri dan perdagangan. Industri kecil adalah salah satu potensi strategis yang mampu memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia sehingga pengembangan sektor ini perlu ditempuh melalui pengembangan sentra industri. Kabupaten Bogor cukup kaya akan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia terutama pada sektor industri kecil dan kerajinan. Kelompok industri kecil mempunyai peran strategis dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha serta membantu mengatasi kemiskinan. Pembangunan industri juga telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Disamping terdapat industri kecil yang tersebar di seluruh kabupaten, terdapat sebagian industri menengah dan industri besar. Oleh karena itu Dinas Perindrustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor mempunyai tanggung jawab serta ruang lingkup pekerjaan yang sangat besar berkaitan dengan sektor industri dan perdagangan ini. Sesuai dengan Keputusan Bupati Bogor Nomor 42 tahun 2004 Wilayah Kabupaten Bogor telah dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Teknik Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Wilayah Cibinong, Ciawi dan Leuwiliang yang memiliki strategi dan potensi pembangunan yang berbeda. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan perkembangan penduduk beserta peningkatan beban kegiatan pembangunan di Kabupaten Bogor yang semakin tinggi, diperlukan keseimbangan pembangunan di seluruh wilayah dengan mempertimbangkan aspek ekologis wilayah untuk mengendalikan perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan tersebut selalu tergambarkan demi kelangsungan hidup manusia karena pada hakekatnya manusia tidak akan lepas dari lingkungan. Berdasarkan kemudahan dan perijinannya, industri di Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu industri yang memperoleh fasilitas dari pemerintah dalam hal perijinan (industri dengan fasilitas) dan industri yang tidak mendapatkan kemudahan tersebut (industri nonfasilitas). Total jumlah industri di Kabupaten Bogor baik yang mendapatkan fasilitas maupun tidak adalah sebesar

38 industri. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang cukup besar yaitu sekitar 51,11% bila dibandingkan dengan jumlah industri di seluruh Provinsi Jawa Barat yang mencapai industri Industri Nonfasilitas Kondisi industri nonfasilitas di Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2007 terdiri dari dua sektor, yaitu a) sektor industri kecil dan b) sektor industri menengah dan besar. Sektor industri kecil berjumlah 1291 unit usaha dan menyerap tenaga kerja orang, sedangkan sektor industri menengah dan besar sebanyak 578 unit usaha yang menyerap tenaga kerja orang Industri dengan Fasilitas Catatan dari Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa total industri dengan fasilitas pemanaman modal dalam negeri (PMDN) berjumlah 187 perusahaan dan penanaman modal asing (PMA) berjumlah 388 perusahaan. Kecenderungan perkembangan industri di Kabupaten Bogor berdasarkan jenis industrinya seperti terlihat pada Gambar 3. Industri nonfasilitas yang termasuk dalam klasifikasi industri kimia dan sampai saat ini masih beroperasi di Kabupaten Bogor berjumlah 117 industri (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2008). Lokasi industri tersebut sebagian besar tersebar di wilayah UPTD Cibinong yaitu Kecamatan Citeureup, Gunung Putri dan Cileungsi Jumlah industri (unit) Tahun Gambar 3. Perkembangan jumlah industri kimia di Kabupaten Bogor

39 Permasalahan Industri di Kabupaten Bogor Permasalahan lingkungan sangat terkait dengan keberadaan industri di dalam suatu wilayah, demikian pula yang terjadi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup atau State of the Environmental Report (SoER)(2007), disebutkan bahwa isu utama lingkungan hidup di Kabupaten Bogor diantaranya adalah rendahnya mutu air sungai, penurunan muka air bawah tanah dan zona rawan air bawah tanah, angka kejadian penyakit bawaan air (diare) tinggi dan kasus pencemaran air limbah dan tanah. Pemantauan Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor pada tahun telah dilakukan pada beberapa lokasi di Sungai Ciliwung, Sungai Cikeas, Sungai Cileungsi, Sungai Cisadane dan Sungai Cikaniki. Secara umum kondisi sungai di sekitar wilayah penelitian (Sungai Cikeas dan Cileungsi) yang merupakan badan air terakhir penerima limbah cair yang dihasilkan oleh perusahaan penelitian menunjukkan bahwa perairan tersebut telah melampaui nilai ambang batas sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 Kelas II. Parameter yang telah melebihi ambang batas pada Sungai Cikeas adalah BOD sebesar 15,62 mg/l (BM = 3 mg/l), COD sebesar 34,58 mg/l (BM = 25 mg/l), DO hanya sebesar 2,4 mg/l (BM > 4 mg/l), amonia sebesar 1,438 mg/l (BM = 0,5 mg/l), nitrit sebesar 0,412 mg/l (BM = 0,06 mg/l), besi sebesar 5,37 mg/l (BM = 0,3 mg/l) dan seng sebesar 0,127 mg/l (BM = 0,05 mg/l). Sedangkan parameter kualitas air Sungai Cileungsi yang telah melampaui ambang batas adalah BOD sebesar 32,32 mg/l (BM = 3 mg/l), COD sebesar 64,15 mg/l (BM = 25 mg/l), DO hanya sebesar 2,9 mg/l (BM > 4 mg/l), total fosfat sebesar 0,439 mg/l (BM = 0,2 mg/l), nitrit sebesar 0,199 mg/l (BM = 0,06 mg/l), klorin bebas 4,4 mg/l (BM = 0,03 mg/l), seng sebesar 0,561 mg/l (BM = 0,05 mg/l), minyak dan lemak pernah tercatat 8 mg/l (BM = 1 mg/l). Secara grafis konsentrasi BOD dan COD pada Sungai Cileungsi tersebut seperti tertera pada Gambar 4 dan Gambar 5. Hasil pemantauan tersebut menunjukkan bahwa kondisi sungai-sungai di Kabupaten Bogor berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan dan memerlukan perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh dan terpadu baik dari pemerintah daerah, masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan yang terlibat dalam kegiatan dan usaha di Kabupaten Bogor. Perlu diketahui bahwa

40 22 sungai-sungai tersebut merupakan badan air penerima air limbah kegiatan industri baik secara langsung maupun tidak langsung melalui anak-anak sungainya Konsentrasi (mg/l) BM BOD = 3 mg/l 0 Agst 05 Des 05 Juli 06 Nov 06 Nov 07 Periode pengukuran Tajur Gn Putri Bj Kulur Gambar 4. Kondisi kualitas BOD Sungai Cileungsi ( ) Konsentrasi (mg/l) BM COD = 25 mg/l Agst 05 Des 05 Juli 06 Nov 06 Nov 07 Periode pengukuran Tajur Gn Putri Bj Kulur Gambar 5. Kondisi kualitas COD Sungai Cileungsi ( )

41 23 Laporan Tahunan Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Bogor (2007) disebutkan bahwa jumlah kegiatan industri di Kabupaten Bogor yang wajib dilengkapi dengan studi lingkungan adalah sebanyak 678 perusahaan (Tabel 2). Diantaranya sejumlah 61 perusahaan wajib AMDAL dan 617 perusahaan wajib UKL & UPL. Perusahaan yang wajib UKL dan UPL tersebut diantaranya adalah merupakan industri kecil dan menengah yang termasuk kategori industri kimia. Dari jumlah perusahan tersebut yang masih konsisten melaksanakan pelaporan implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti yang tertuang dalam dokumen UKL dan UPL hanya 284 perusahaan (41,89% dari total perusahaan yang wajib). Implementasi tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan, dalam hal ini tercatat bahwa secara total hanya 5,90% atau sekitar 40 perusahaan yang secara kontinyu dan konsisten melaksanakan implementasi sejak disyahkan/disetujui dokumen UKL & UPL oleh instansi yang berwenang. Tabel 2. Frekuensi pelaporan dokumen pasca-amdal atau UKL/UPL No Status Kepemilikan Dokumen Jumlah % 1. Perusahaan wajib AMDAL / UKL-UPL Dokumen AMDAL Dokumen UKL-UPL Perusahaan yang melapor Implementasi RKL-RPL Implementasi UKL-UPL Pelaporan >80% Dokumen AMDAL Dokumen UKL-UPL Total Sumber : Laporan Tahunan (2007), DTRLH Kabupaten Bogor. Dari total industri yang tercatat di Kabupaten Bogor (678 industri), yang termasuk dalam jenis industri kimia adalah sebesar 91 industri. Dari jumlah industri kimia tersebut yang pernah melakukan pelaporan implementasi 26 industri atau sekitar 28,57% dari total industri kimia yang ada (Lampiran 1). Sebanyak 24 industri diantaranya memiliki dokumen UKL/UPL dan hanya dua industri kimia yang memiliki dokumen AMDAL dan melaporkan implementasi RKL/RPL.

42 Deskripsi Singkat Perusahaan Penelitian Deskripsi singkat tentang beberapa perusahaan di Kabupaten Bogor yang tergolong dalam industri kimia dan dijadikan sebagai industri sampel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut : a. PT Sigma Utama PT Sigma Utama terletak di Kelurahan Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut telah berdiri sejak tahun 1932 dan telah dinasionalisasikan sebagai Pabrik Cat Indestins Corp pada tahun Pada tahun 1980, PT Sigma Utama telah menjalin kerjasama lisensi untuk produk protective & marine dengan Sigma Coating BV (Holland). Perusahaan ini telah terdaftar di Departemen Kehakiman RI Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merk pada tahun Pada saat ini perusahaan tersebut berada dibawah Holding PT PUSRI, sehingga pada saat ini PT Sigma Utama merupakan satusatunya industri cat milik negara di Indonesia. Izin usaha industri telah diperoleh sejak tahun 1989 dengan Nomor 58/DJAI/IUT-D IV/NON PMA-PMDN/II/1989 dengan status penanaman modal nonfasilitas PMA-PMDN. Perusahaan tersebut beroperasi di atas lahan seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas m 2 (42,24%) merupakan lahan tertutup bangunan dan m 2 (58,50%) merupakan lahan terbuka. Kapasitas produksi berdasarkan izin yang diperoleh adalah berupa decorative paint adalah sebesar ton/tahun, marine & protective paint sebesar ton/tahun dan thinner sebesar 600 ton/tahun. Sebagai bahan penolong dalam proses produksi adalah berupa resin (binder), pigment, extender atau filler, solvent dan additive. Jumlah karyawan keseluruhan adalah 89 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. PT Sigma Utama senantiasa terus menerus mengembangkan riset pada produk yang lebih sesuai dengan perlindungan untuk daerah tropis dan aplikasi di Indonesia serta lebih mengarah kepada produk yang ramah lingkungan. Perusahaan ini telah memiliki sertifikat ISO 9001 : 2000 sejak tahun 1997 dan sertifikasi ISO pada tahun Disamping itu perusahaan ini telah memiliki dokumen UKL/UPL yang telah disyahkan dan mendapatkan

43 25 rekomendasi dari Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Nomor 660/236/PDL-DTRLH tanggal 06 Maret Sesuai dengan data yang tersimpan di Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Sigma Utama adalah sebesar 1 m 3 dan volume limbah bulanan 26 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 130 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 44/Olim/Kpts-KL/DTRLH/05 tanggal 22 Maret Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran tertutup menuju Sungai Kali Gudang. b. PT Djasula Wangi PT Djasula Wangi terletak di Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri minyak atsiri dan telah berdiri sejak tahun Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri minyak atsiri tersebut sesuai dengan Perda Kabupaten Bogor No. 8 tahun 1995 diarahkan untuk konsentrasi industri dengan status penanaman modal PMDN. Perusahaan tersebut beroperasi di atas lahan seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas m 2 (42,11%) merupakan lahan tertutup bangunan dan m 2 (57,99%) merupakan lahan terbuka. Kapasitas produksi berdasarkan izin yang diperoleh adalah berupa eugenol sebesar 500 ton/tahun, iso eugenol sebesar 83 ton/tahun dan CLO redist sebesar 69 ton/tahun. Jumlah karyawan keseluruhan adalah 40 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. Sebagai bahan penolong dalam proses produksi adalah berupa minyak daun cengkeh dengan kapasitas kg/tahun dalam bentuk cair, asam sitrat 483 kg/tahun dalam bentuk kristal dan bentonit kg/tahun dalam bentuk bubuk. PT Djasula Wangi senantiasa terus menerus mengembangkan riset pada produk yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Perusahaan ini belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL yang telah disyahkan dan mendapatkan rekomendasi dari Kepala

44 26 Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Nomor 359/Jabar.03/IKAH/LI.00.03/V/2000 tanggal 02 Mei Sesuai dengan data yang tersimpan di Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Djasula Wangi adalah sebesar 6 m 3 dan volume limbah bulanan 180 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 300 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 536/51/Kpts-PPL/ DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 51/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 26 Juli Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran terbuka menuju Sungai Cileungsi. c. PT Indesso Aroma PT Indesso Aroma terletak di Desa Cileungsi, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri minyak atsiri dan operasional dimulai sejak tahun Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri minyak atsiri tersebut sesuai dengan Perda Kabupaten Bogor No. 8 tahun 1995 diarahkan untuk konsentrasi industri dengan status penanaman modal Nonfasilitas PMA-PMDN. Perusahaan tersebut beroperasi di atas lahan seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas ,75 m 2 (23,10%) merupakan lahan tertutup bangunan dan ,25 m 2 (76,90%) merupakan lahan terbuka. Kapasitas produksi berdasarkan izin yang diperoleh adalah berupa eugenol sebesar 540 ton/tahun (riil 450 ton/tahun), caryophyllene sebesar 160 ton/tahun (riil 100 ton/tahun). Jumlah karyawan keseluruhan adalah 100 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. Sebagai bahan baku dalam proses produksi adalah berupa crude eugenol dengan kapasitas 470 ton/tahun dalam bentuk cair, ethyl alkohol sebanyak kg/tahun dalam bentuk cair dan propylene glical sebanyak kg/tahun dalam bentuk cair. PT Indesso Aroma senantiasa terus menerus mengembangkan riset pada produk yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Perusahaan ini belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen

45 27 UKL/UPL yang telah disyahkan dan mendapatkan rekomendasi dari Kapuslitbang Sumberdaya, Wilayah Industri dan Lingkungan Hidup Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI No.1148/UKPL/ SDW-3/III/1999 tanggal 01 Maret Sesuai dengan data yang terscatat di Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Indesso Aroma adalah sebesar 30 m 3 dan volume limbah bulanan 750 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 750 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 533/31/Kpts-PPL/ DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 31/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 24 April Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran tertutup menuju Sungai Cileungsi. d. PT Agricon PT Agricon terletak di Kampung Parung Dengdek, Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri formulasi pestisida dan telah berdiri sejak bulan Desember tahun 1993 dengan Ijin Usaha Industri No. 061/M/SK/ILMK/V/1997. Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri formulasi pestisida tersebut adalah seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas m 2 (40%) merupakan lahan tertutup bangunan dan m 2 (60%) merupakan lahan terbuka. Jarak lokasi kegiatan dengan industri lain adalah sekitar 500 m, sedangkan dengan Sungai Cileungsi berjarak sekitar 2 km. Produksi yang dihasilkan adalah insektisida (water base), insektisida (solvent base), fungisida, rodentisida, dan herbisida. Jumlah karyawan keseluruhan adalah 40 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. PT Agricon senantiasa terus menerus mengembangkan riset pada produk yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Perusahaan ini belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL yang telah disyahkan dan mendapatkan rekomendasi dari Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Nomor 660/542.1/PDL-DTRLH tanggal 31 Juli 2002.

46 28 Sesuai dengan data yang tersimpan di Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Agricon adalah sebesar 2 m 3 dan volume limbah bulanan 60 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 5 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 536/35/Kpts-PPL/DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 45/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 10 Juli Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran terbuka menuju Sungai Cileungsi. e. PT Millenium Massa Manunggal PT Millenium Massa Manunggal terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri cairan pembersih dan pewangi ruangan dan telah berdiri sejak bulan Desember tahun 1996 dengan Ijin Usaha Industri No. 105/M/SK/ILMK/011/1996. Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri cairan pembersih dan pewangi ruangan tersebut adalah seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas m 2 (68.83%) merupakan lahan tertutup bangunan dan m 2 (31,17%) merupakan lahan terbuka. Kapasitas produksi berupa cairan pembersih adalah sekitar ton/tahun dan berupa cream sebesar ton/tahun. Jenis produksi yang dihasilkan adalah carbol wangi (230 ton/minggu), pelembut pakaian (60 ton/minggu), pelicin pakaian (45 ton/minggu), sabun cuci piring (60 ton/minggu) dan sabun cream (150 ton/minggu). Jumlah karyawan keseluruhan adalah 741 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. PT Millenium Massa Manunggal senantiasa terus menerus mengembangkan riset pada produk yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Perusahaan ini belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL yang telah disyahkan dan mendapatkan rekomendasi dari Kepala Bidang Rencana dan program Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat Nomor 158/Kanwil.10/Prog/Li.00.02/III/2001 tanggal 01 Maret 2001.

47 29 Sesuai dengan data dari Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Millenium Massa Manungal adalah sebesar 2 m 3 dan volume limbah bulanan 60 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 5 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 533/21/Kpts-PPL/ DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 29/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 16 April Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran tertutup menuju Sungai Cileungsi. f. PT Lemindo Abadi Jaya PT Lemindo Abadi Jaya terletak di Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri lem (perekat) yang terletak tepat di tepi Sungai Cileungsi. Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri tersebut telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut sekitar 60% merupakan lahan tertutup bangunan dan 40% merupakan lahan terbuka. Jumlah karyawan keseluruhan adalah sekitar 200 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. PT Lemindo Abadi Jaya belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL. Sesuai dengan data dari Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Lemindo Abadi Jaya adalah sebesar 6 m 3 dan volume limbah bulanan 160 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 20 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 536/10/Kpts-PPL/ DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 54/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 13 Agustus Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran terbuka menuju Sungai Cileungsi. g. PT Murni Cahaya Pratama PT Murni Cahaya Pratama terletak di Desa Sanja, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut merupakan industri cat besi, thinner, dempul dan pengecatan kendaraan dan telah berdiri sejak bulan Desember tahun 2002, sedangkan diperluas tahun 2004 dengan Ijin Usaha Industri No. 31/04/IUI-

48 30 KIMIA/B/IX/2005. Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri tersebut adalah seluas m 2 yang telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut seluas ,50 m 2 (55.96%) merupakan lahan tertutup bangunan dan ,50 m 2 (44,04%) merupakan lahan terbuka dan penghijauan. Sesuai dengan ijin, kapasitas produksi berupa cat besi sekitar ton/tahun dan berupa cream sebesar ton/tahun, dempul 300 ton/tahun, thinner ton/tahun, dan pengecatan komponen kendaraan sebesar set/tahun. Jumlah karyawan keseluruhan adalah sekitar 280 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu. PT Murni Cahaya Pratama belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun dalam perluasannya telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL yang telah disyahkan sesuai persetujuan No.660/2870/BA-DTRLH pada tanggal 02 Januari Sesuai dengan data dari Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Murni Cahaya Pratama adalah sebesar 3,3 m 3 dan volume limbah bulanan 99 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 5 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 533/69/Kpts-PPL/DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 74/Olim/Kpts-KL/DTRLH/07 tanggal 30 Oktober Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran terbuka menuju Sungai Cileungsi. h. PT Sika Indonesia PT Sika Indonesia terletak di Desa Limusnungal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Status permodalan perusahaan tersebut adalah penanaman modal asing (PMA) dan merupakan industri kimia untuk bahan bangunan. Lahan yang digunakan untuk kegiatan industri tersebut telah diperuntukkan sebagai lahan industri. Sebagian besar lahan tersebut sekitar 60% merupakan lahan tertutup bangunan dan 40% merupakan lahan terbuka. Jumlah karyawan keseluruhan adalah sekitar 200 orang terdiri dari manager, staf dan karyawan yang bekerja dalam satu shift selama lima hari kerja dalam seminggu.

49 31 PT Sika Indonesia belum memiliki sertifikat ISO 14001, namun telah dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL. Sesuai dengan data dari Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor tercatat bahwa volume limbah harian yang dihasilkan oleh PT Sika Indonesia adalah sebesar 18,4 m 3 dan volume limbah bulanan 460 m 3. Perusahaan tersebut telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 500 m 3 dan telah dilengkapi dengan Surat Ijin Pembuangan Air Limbah No. 533/25/Kpts-PPL/DTRLH/04 dan telah diperpanjang dengan surat No. 31/Olim/Kpts-KL/DTRLH/06 tanggal 15 Agustus Pembuangan limbah dilakukan setiap hari melalui saluran terbuka menuju Rawahingkik dan Sungai Cileungsi.

50 32 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan September 2008 sampai dengan Desember Lokasi penelitian adalah pada beberapa instansi dan industri sampling yang terletak di Kecamatan Citeureup, Gunung Putri dan Cileungsi - Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan review kebijakan AMDAL/UKL-UPL, analisis kualitas dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan atau SML, serta analisis kinerja lingkungan kegiatan industri kimia dilakukan di Kabupaten Bogor Lingkup Penelitian Industri yang Diteliti Berdasarkan tujuan penelitian keragaman populasi target, dan pertimbangan praktis penelitian (aksesibilitas/izin, waktu dan biaya), maka lingkup penelitian hanya pada industri tertentu. Sampel badan usaha ini didasarkan pada tujuan tertentu (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa perusahaan yang diteliti memiliki dokumen yang menjadi sasaran penelitian (Arikunto, 2006). Jenis industri ditentukan berdasarkan lokasinya dan kelengkapan dokumen implementasi pengelolaan lingkungan, sehingga terbatas pada perusahaan industri kimia tertentu yang terletak di dalam wilayah UPTD Cibinong dan telah memiliki dan mengimplementasikan dokumen studi lingkungan atau telah memiliki sertifikat ISO selama 3 (tiga) tahun. Data Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa industri kimia yang wajib UKL/UPL adalah sebesar 91 industri. Dari jumlah industri kimia tersebut yang pernah melakukan pelaporan implementasi RKL/RPL atau UKL/UPL sebanyak 26 industri. Jumlah sampel industri kimia ditentukan dengan ketentuan 10-20%, sehingga dengan jumlah 8 perusahaan masih mewakili industri kimia yang ada di Kabupaten Bogor. Kriteria lainnya adalah implementasi dokumen studi lingkungan serta sertifikat ISO selama 3 (tiga) tahun adalah merupakan waktu yang cukup untuk melihat sejauh mana evaluasi dapat dilakukan, sehingga jenis industri yang menjadi obyek penelitian dipilih dengan pertimbangan :

51 33 a) mewakili industri kimia yang telah memiliki dokumen lingkungan dan melaksanakan kegiatan implementasi pengelolaan lingkungan namun tidak memiliki sertifikat SML ISO adalah PT Djasula Wangi (PT DW), PT Indesso Aroma (PT IND), PT Agricon (PT AG) dan PT Millenium Massa Manunggal (PT M3), PT Lemindo Abadi Jaya (PT LA), PT Murni Cahaya Pratama (PT MC) dan PT Sika Indonesia (PT SI). b) mewakili industri kimia yang telah memiliki dokumen lingkungan dan melaksanakan kegiatan implementasi pengelolaan lingkungan serta menerapkan SML ISO adalah PT Sigma Utama (PT SU) Wilayah Studi Pemilihan wilayah studi di UPTD Cibinong terutama di Kecamatan Citeureup, Gunung Putri dan Cileungsi karena wilayah tersebut merupakan sentra industri, dimana lebih dari 50% industri yang ada di Kabupaten Bogor terdapat di wilayah ini (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2007). Disamping itu wilayah kajian ini dikaitkan dengan kondisi hidrologi diantara Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi, sehingga wilayah studi yang menjadi kajian adalah : a) Desa Sanja dan Kelurahan Karang Asem Barat (Kecamatan Citeureup) b) Desa Wanaherang (Kecamatan Gunung Putri) c) Desa Limusnunggal dan Desa Cileungsi (Kecamatan Cileungsi) Lokasi penelitian pada ketiga kecamatan tersebut seperti tertera pada Gambar Obyek Penelitian Obyek penelitian ditekankan pada aspek kualitas udara (CO, SO 2, NO 2 dan debu), kualitas air (ph, TSS, BOD dan COD) dan limbah padat serta masalah sosial sesuai dengan isu dampak yang ditimbulkan oleh industri kimia yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) yang telah disusun sebelumnya. Parameter tersebut di atas merupakan parameter yang dipantau oleh seluruh perusahaan yang diteliti, sehingga dapat dibandingkan kinerja antar perushaan dengan menggunakan indikator yang sama.

52 34 Kab. Bogor Gambar 6. Peta lokasi penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO PENGELOLAAN LINGKUNGAN PASCA-AMDAL, UKL/UPL ATAU ISO 14001 PADA INDUSTRI KIMIA DI KABUPATEN BOGOR AGUS DWI WAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam beserta lingkungan merupakan suatu kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 32 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan September 2008 sampai dengan Desember 2008. Lokasi penelitian adalah pada beberapa

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dilingkungan hidup adalah merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL 1. Pengertian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara Amdal dan Andal, maka kita dapat merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 8/2015 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa kelestarian fungsi Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 33 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ANALISIS PENAATAN DOKUMEN UKL UPL OLEH PEMRAKARSA PENAMBANGAN MINYAK BUMI PADA SUMUR TUA DESA BANGOWAN KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA Wahyu Yuwono 1 *, P. Purwanto 2 dan Dwi P Sasongko 3 1 Magister Ilmu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) IR. ANDI SARRAFAH, M. Si KABID PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN ` BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang turut aktif dalam menandatangani kesepakatan internasional tahun 1972 di Stockholm Swedia, terkait dengan penerapan konsep

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA IRWAN A

STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA IRWAN A STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA IRWAN A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat dan kenaikan harga minyak yang melonjak pesat dari tahun ke tahun mengakibatkan minyak sangatlah berharga, sehingga sumur-sumur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN 2 Desember 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 1 Seri E

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang agroindustri adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI

DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Setiyono* Abstrak Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS Disusun oleh: Desiana simbolon (201212328) Kumsianah (201212334) Selfi (201212343) Welly Hanin Hardiyanto (201212335) Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKAA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional yang merupakan daerah tujuan pariwisata Indonesia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali konsisten menempatkan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of Idaho, USA, 19

Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of Idaho, USA, 19 PENGERTIAN, PROSES & MANFAAT AMDAL Oleh : Baharuddin Nurkin -Dawn- Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI Antung Deddy Radiansyah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii RINGKASAN H. Antung Deddy R. Analisis Keberlanjutan Usaha

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga Tujuan Produksi Bersih Mengurangi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi & bahan baku, serta meminimalisasi terbentuknya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Definisi AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi lingkungan hidup sudah mulai memprihatinkan serta kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Lingkungan Hidup merupakan hal yang sangat penting akhir-akhir ini ini, terutama dalam hal pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengelolaan limbah dari industri masih

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.46,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. Izin,lingkungan. BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRACT TATI MURNIWATI. Willingness to Pay Analysis

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup: Kerusakan Lingkungan: Perubahan Langsung dan atau Tidak Langsung terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan atau Hayati Lingkungan Hidup yang Melampaui Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan. Perusakan lingkungan hidup:

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA

SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA IZIN LINGKUNGAN Semua izin lingkungan diterbitkan sebagai persyaratan bagi usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27 BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27 PERATURAN WALI KOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH WALI KOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa air merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LINGKUNGAN KAWASAN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LINGKUNGAN KAWASAN KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LINGKUNGAN KAWASAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP) KABUPATEN BOGOR HASTUTI

STRATEGI PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP) KABUPATEN BOGOR HASTUTI STRATEGI PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP) KABUPATEN BOGOR HASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 34 PERNYATAAN MENGENAI KAJIAN DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana cara melestarikan lingkungan di sekitar. Hal itu diakibatkan karena semakin

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07 Menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan perusahaan Menerapkan proses tersebut Memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, MENIMBANG : 1. bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang

Lebih terperinci

Seminar Nasional. Basri. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAK

Seminar Nasional. Basri. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN PEMILIK USAHA DAN ATAU KEGIATAN DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU. JURUSAN SOSIOLOGI, UNIVERSITAS RIAU. Basri Jurusan Sosiologi Fakultas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa beberapa

Lebih terperinci