EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JALAN GAMPONG SEBAGAI JALUR EVAKUASI BENCANA TSUNAMI KOTA BANDA ACEH(STUDI KASUS JEULINGKE, TIBANG, DEAH RAYA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JALAN GAMPONG SEBAGAI JALUR EVAKUASI BENCANA TSUNAMI KOTA BANDA ACEH(STUDI KASUS JEULINGKE, TIBANG, DEAH RAYA)"

Transkripsi

1 ISSN Pages pp EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JALAN GAMPONG SEBAGAI JALUR EVAKUASI BENCANA TSUNAMI KOTA BANDA ACEH(STUDI KASUS JEULINGKE, TIBANG, DEAH RAYA) Abrar Akbar 1, M. Isya 2, Eldina Fatimah 3 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2,3) Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia abrarakbarhs@gmail.com Abstract: Banda Aceh has a total area of km2 with an average height of 0.80 meters above sea level. The hillside location is quite far from the coast (± 13 Km), this poses a serious problem when where the earthquake and tsunami struck this town, which is when citizens tried to escape to the hills or other high plains. This study aims to determine the condition of the road Gampong Jeuligke, Tibang and Deah Raya used as evacuation routes, determine public perceptions of the effectiveness of evacuation paths available, and analysis of the effectiveness of the use of rural roads as evacuation routes in the event of a disester. This research was carried out by observing and measuring directly in the research sites, distributed questionnaires to determine the respondent's perception. Processing and data analysis using descriptive analysis. The results showed that the width and road conditions Jeuligke, Tibang and Deah Raya studied qualify as an evacuation route as required by SDC (Sea Defence Consultant) and research Slamet Sulaiman. Based on the analysis of the calculation of travel time to evacuate assuming a speed of 30 km/h, 35 km/h and 40 km/h for each village is still in the safe category which ranged from under 10 minutes. From the results of research conducted can be recommended, among others, should be held socialization of the importance of evacuation in the event of an earthquake and the introduction of the public about the village roads are effective for use as an evacuation route. Keywords : evacuation routes, earthquake and tsunami, descriptive qualitative Abstrak: Kota Banda Aceh mempunyai luas wilayah 61,36 Km 2 dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Lokasi bukit yang cukup jauh dari pinggir pantai (±13 Km), hal ini menimbulkan masalah yang serius bila mana bencana gempa bumi dan tsunami melanda kota ini, yaitu pada saat warga berusaha menyelamatkan diri ke bukit atau dataran tinggi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan Gampong Jeuligke, Tibang dan Deah Raya yang digunakan sebagai jalur evakuasi, mengetahui persepsi masyarakat terhadap efektivitas jalur evakuasi yang tersedia, dan analisis tingkat efektivitas penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi pada saat terjadibencana. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di lokasi penelitian, membagikan quesioner untuk mengetahui persepsi persepsi masyarakat Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya sebagai responden. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar dan kondisi jalan Gampong Jeuligke, Tibang dan Deah Raya yang diteliti memenuhi kriteria sebagai jalur evakuasi sebagaimana disyaratkan oleh SDC (Sea Defence Consultant) dan penelitian Slamet Sulaeman. Berdasarkan analisis perhitungan waktu tempuh untuk melakukan evakuasi dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam untuk masing-masing gampong masih dalam kategori aman yaitu berkisar dibawah 10 menit. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disarankan antara lain perlu diadakan sosialisasi mengenai pentingnya melakukan evakuasi pada saat terjadi gempa bumi dan pengenalan kepada masyarakat mengenai jalan gampong yang efektif untuk digunakan sebagai jalur evakuasi. Kata kunci : Jalur evakuasi, gempa bumi dan tsunami, deskriptif kualitatif. 1 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

2 PENDAHULUAN Kota Banda Aceh mempunyai luas wilayah 61,36 km 2 dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut.lokasi dataran tinggi yang cukup jauh dari pinggir pantai (+ 13 km), menimbulkan masalah yang serius jika tsunami melanda kota. Musibah tsunami merupakan bencana dengan efek kerusakan yang begitu besar, laju kekuatan hempasan air laut yang bergerak ke daratan nyaris menghancurkan apapun yang di lewatinya sehingga menimbulkan korban harta bahkan korban jiwa. Terjadinya gempa bumi dan tsunami di Aceh tidak terlepas dari letak Indonesia secara geologis yang merupakan daerah pertemuan tiga lempeng (Triple junction plate convergence) yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng Hindia Australia. Dampak dari pertemuan ketiga lempeng tersebut mengakibatkan wilayah di Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. (Diposatono, 2008:XV). Berdasarkan pengalaman bencana gempa dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, kenyataannya masyarakat sangat mengalami kesulitan pada saat melarikan diri dari gelombang tsunami karena terjadinya kemacetan pada setiap ruas jalan yang disebabkan oleh besarnya arus lalu lintas yang bergerak secara, sehingga banyak korban jiwa yang tidak bisa dihindari. Belum tersedianya qanun atau peraturan mengenai standarisasi dalam penggunaan jalur evakuasi mendasari latar belakang penulis untuk melakukan penelitian ini, dengan objek penelitian adalah jalan-jalan desa di Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi jalur evakuasi bencana di Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap efeksivitas jalur evakuasi yang tersedia serta bagaimana tingkat efektivitas penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi pada saat terjadinya bencana. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi kondisi jalur evakuasi bencana di Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya, untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap efeksivitas jalur evakuasi yang tersedia dan untuk menganalisis tingkat efektivitas penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi pada saat terjadinya bencana. Penelitian ini menggambarkan kondisi jalan yang digunakan sebagai jalur evakuasi bencana di Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya adalah baik dan mempunyai lebar yang bervariasi yaitu 5, 6 dan 8 meter. Gampong Jeulingke merupakan daerah yang relatif pada penduduk dibandingkan dengan Gampong Tibang dan Deah Raya sehingga mempengaruhi kelancaran terhadap evakuasi bencana tsunami. Volume 4, No. 1, Februari

3 KAJIAN PUSTAKA Bencana Tsunami Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macammacam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat. Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal. Bottle Neck Berdasarkan kajian Safrizal (2013) Bottle Neck merupakan suatu keadaan yang sangat serius dan panik ketika terjadi bencana di suatu wilayah dimana terjadi penyumbatan / kemacetan pada saat warga berusaha untuk menyelamatkan diri menuju daerah yang lebih aman. Terjadinya problem bottle neck yang disebabkan karena jalur evakuasi Tsunami yang belum begitu memadai dan belum layak untuk dijadikan sebagai sebuah jalur yang aman dan cepat dalam berevakuasi. Perencanaan Jalur Evakuasi Berdasarkan buku panduaan dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Pedoman Pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami (2007). Jalur evakuasi di rencanakan menjauhi garis pantai dan disarankan tidak melintas sungai dan jembatan, di daerah padat penduduk dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana pergerakan masa di setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari kemacetan. Bangunan/ gedung direkomendasikan aman sebagai tempat evakuasi sementara (evakuasi vertikal), dan setiap jalur evakuasi diperlukan rambu-rambu evakuasi untuk memandu pengungsi ke titik aman. Perencanaan peta jalur evakuasi bencana gempa dan tsunami adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang rute atau jalur evakuasi yang akan memandu masyarakat menuju tempat-tempat aman tepat pada waktunya (GTZ, 2010). Darwanto (2005) menyatakan jalur-jalur jalan untuk mitigasi perlu disesuaikan dengan struktur bangunan yang ada sehingga masyarakat dapat mengamankan diri menuju tempat-tempat penyelamatan sementara atau permanen dengan cepat. Coburn, dkk (1994) menyatakan pelebaran jalan-jalan di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan tinggi untuk memudahkan proses evakuasi. Hendrik (2010) menyatakan bahwa evakuasi pada prinsipnya memindahkan atau mengungsikan manusia dari tempat berbahaya ke tempat lain 3 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

4 yang lebih aman. SDC (Sea Defence Consultant) (2007) menyatakan untuk perencanaan lebar jalur evakuasi dapat digunakan beberapa jalan raya pada perkotaan yaitu : 1. Arteri Primer : lebar minimum 10 meter 2. Arteri Sekunder : lebar minimum 8 meter 3. Kolektor Sekunder : lebar minimum 8 meter. 4. Lokal Sekuder : lebar minimum jalan 4 meter. 5. Lingkungan : lebar minimum jalan 4 meter. Slamet Sulaeman, dkk (2008) menyatakan dalam hasil penelitian : 1. Jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran sungai; 2. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintang sungai atau jembatan. 3. Supaya tidak terjadi penumpukan massa, dibuat jalur evakuasi parallel. 4. Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa system blok, dimana pergerakan massa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari kemacetan. 5. Untuk daerah yang landai dimana tempat tinggi cukup jauh, dibuat sistem kawasan aman sebagai tempat evakuasi sementara. Karakteristik Arus Lalu Lintas Morlok (1985) berpendapat bahwa ada beberapa cara yang dipakai untuk mendefinisikan arus lalu lintas, tetapi ukuran dasar yang sering digunakan adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan mengandung pengertian jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam satu interval waktu tertentu. Konsentrasi dianggap sebagai jumlah kendaraan pada suatu panjang jalan tertentu, tetapi konsentrasi ini kadangkadang menunjukkan kerapatan (kepadatan). Volume Lalu Lintas Morlok (1985) menyatakan bahwa volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu dalam suatu ruas jalan tertentu dalam satu satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam satuan kend/jam. Jumlah pergerakan yang dihitung dapat meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pejalan kaki, mobil, bis, atau mobil barang, atau kelompok kelompok campuran moda. Periode periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang dipersyaratkan akan menentukan frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu. Kecepatan Lalu Lintas Morlok (1985) berpendapat bahwa kecepatan lalu lintas adalah jarak yang dapat ditempuh dalam satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam satuan km/jam. Pemakai jalan dapat menaikkan kecepatan untuk memperpendek waktu perjalanan, atau memperpanjang jarak perjalanan. Kecepatan didefinisikan sebagai suatu laju pergerakan, Volume 4, No. 1, Februari

5 seperti jarak per satuan waktu, umumnya dalam mil/jam atau kilometer/jam. Karena begitu beragamnya kecepatan individual dalam aliran lalu lintas, maka kita biasanya menggunakan kecepatan rata-rata. Sehingga jika waktu tempuh t1, t2, t3,...,tn diamati unuk n kendaraan yang melalui suatu raus jalan sepanjang l, maka kecepatan tempuh rataratanya adalah : v = l n ti i=1 n keterangan : v = = n l n i=1 ti (1) kecepatan tempuh rata-rata atau kecepatan rata-rata ruang (km/jam); l = panjang ruas jalan (km); ti = waktu tempuh dari kendaraan i untuk melalui pajang jalan l (jam); n = jumlah waktu tempuh yang diamati. Tabel 2.1 Panjang lintasan pengamatan yang dianjurkan Perkiraan Panjang Kecepatan rata-rata Lintasan (m) arus lalu lintas (km/jam) < < Sumber : Direktorat pembinaan jalan kota 1990 Kepadatan Lalu Lintas Sebuah pendapat lain dikemukakan oleh Morlok (1985) mengenai kepadatan lalu lintas (density) adalah jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer. Jika panjang ruas yang diamati adalah l, dan terdapat n kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung sebagai berikut: k = n l (2) keterangan : k = kepadatan; n = jumlah kendaraan pada l; l = panjang ruas jalan. Kepadatan sulit diukur secara langsung, sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan kecepatan, yang mempunyai hubungan sebagai berikut: k = q v (3) keterangan : k = kepadatan rata-rata (kend/km); q = volume lalu lintas (kend/jam); v = kecepatan rata-rata ruang (km/jam). Analisis Jaringan Kerja Jalan Suatu sistem transportasi ditunjukkan sebagai suatu jaringan kerja untuk menerangkan komponen- komponen tersendiri dari sistem transportasi tersebut, dan hubungan antar komponen tadi. Beberapa karakteristik utama dari sistem itu adalah waktu perjalanan dan biaya. Waktu perjalanan rata-rata dalam menit tercantum pada setiap jalur. Waktu perjalanan dari pusat 1 ke pusat 8, lewat jalur-jalur (1,10), (10,24), (24,23) dan (23,8) adalah = 50 menit. (Morlok, 1985). 5 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

6 Jalan utama Pertemuan / simpang Pusat-pusat daerah (country) Gambar 2.1 : Jaringan kerja jalan San Francisco Sumber : Morlok, 1985 Statistik Deskriptif Menurut Arikunto (2010), istilah deskriptif berasal dari bahasa inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lainlain. Dengan demikian penelitian deskriptif untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2005) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara (interview), kuesioner (angket), dan gabungan ketiganya. Teknik Sampling Menurut Noor (2012), ada 2 (dua) cara teknik pengambiln sampel yaitu : Sampel Probabilitas (Probability Sampling) dan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling). Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Populasi dan Sampel Menurut Noor (2012), populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen / anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Menurut Nazir (2011), sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Selain itu berdasarkan Roscoe tahun 1982 (dikutip dari Sugiono 2010) menyebutkan jumlah sampel minimal setiap kategori adalah 30 (tiga puluh) orang. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin (Noor,2012) : n = Dimana : N 1+(Nxe 2 ) (4) n = Jumlah elemen / anggota sampel; N = Jumlah elemen / anggota populasi; e = Error Level (tingkat kesalahan) Volume 4, No. 1, Februari

7 METODE PENELITIAN Data-data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan proses pengolahan dan analisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil analisis tersebut di bandingkan dengan teori-teori di Bab II. Sehingga terjawab efektifitas ketersediaan jalur evakuasi Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan konsep perumusan permasalahan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dari observasi, pengukuran dan penyebaran angket kepada responden. Data sekunder diperoleh dari instansiinstansi terkait, adapun data sekunder meliputi peta dan data jumlah penduduk. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin yaitu : n = x (0,1 2 )+1 = 98, Proporsi jumlah sampel menurut gampong adalah sebagai berikut : 1. Jumlah sampel pada Gampong Jeulingke : 99 n = x = 71, Jumlah sampel pada Gampong Tibang : 99 n = x = 16, Jumlah sampel pada Gampong Deah Raya : n = x 970 = 10,75 11 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi dan Inventarisasi Kondisi Jalur Evakuasi Bencana Lokasi penelitian dilakukan di tiga jalan utama Gampong Jeulingke Tibang dan Deah Raya. Dimana jalan tersebut merupakan jalur estafet yang menghubungkan ketiga gampong tersebut. Gampong Jeulingke Jalur evakuasi bencana di Gampong Jeulingke dilakukan pada jalan utama dengan titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Tgk. Syarif. Pada saat bencana, kepanikan melanda warga dan mereka spontan menuju ketempat aman secara bersamaan dan berkumpul di meunasah Gampong Jeulingke. Kemudian warga berlari melintasi jalan Tgk. Syarif menuju ke jalan T. Nyak Arif selanjutnya menuju ke jalan Prada sebagai daerah yang aman. Keseluruhan rute tersebut adalah jalan aspal yang bagus dengan lebar lingkungan yang memenuhi syarat sebagai jalur evakuasi yaitu diatas 4 meter. Gampong Tibang Jalur evakuasi bencana Gampong Tibang dilakukan pada jalan utama dengan titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Tgk. Meurah. Pergerakan warga dimulai dari mesjid Gampong Tibang menuju Gampong Jeulingke yaitu jalan Tgk. Syarif selanjutnya jalan T. Nyak Arif, kemudian menuju ke jalan Prada Utama yang merupakan daerah yang aman terhadap tsunami. Keseluruhan rute tersebut adalah jalan aspal dan kondisi jalan bagus 7 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

8 dengan lebar lingkungan yang memenuhi syarat diatas 4 meter. sebagai jalur evakuasi yaitu diatas 4 meter. B. Persepsi Masyarakat terhadap Efektifitas Gampong Deah Raya Jalur evakuasi bencana di Gampong Deah Raya dilakukan pada jalan utama dengan titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Mesjid. Pergerakan warga dimulai dari mesjid Gampong Deah Raya menuju ke jalan Syiah Kuala, Lorong Seukon, Jalan Teungoh, menuju Gampong Tibang yaitu Jalan Tgk. Meurah kemudian menuju Gampong Jeulingke yaitu jalan Tgk. Syarif selanjutnya jalan T. Nyak Arif, dilanjutkan ke jalan Prada Utama. Keseluruhan rute tersebut adalah jalan aspal dan kondisi jalan bagus dengan lebar lingkungan yang Jalur Evakuasi yang Tersedia Pembangunan jalur evakuasi bencana di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dilakukan untuk memudahkan akses masyarakat yang tinggal di pesisir pantai yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana tsunami untuk melakukan evakuasi ke daerah yang dianggap aman ketika bencana tsunami terjadi. Sebagai solusi awal penyediaan jalur evakuasi, jalan desa yang digunakan warga sebagai prasarana transportasi sehari-hari bisa digunakan sebagai jalur evakuasi pada saat terjadinya bencana. memenuhi syarat sebagai jalur evakuasi yaitu Persepsi Masyarakat Gampong Jeulingke Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Jeulingke Tentang Jalur Evakuasi. No. Pertanyaan Ya Jawaban Tidak org % org % 1 Perlu tidaknya evakuasi 47 65, , Melakukan evakuasi 69 95,8 3 4, Waktu yang lama untuk evakuasi 47 65, , Tersedia rambu evakuasi 52 72, , Hambatan dalam proses evakuasi 26 36, , Lebar jalan memadai untuk evakuasi 68 94,4 4 5, Jalan gampong untuk evakuasi berliku 63 87,5 9 12, Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua 65 90,3 7 9, Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat 55 76, , Transportasi kendaraan roda dua 62 86, , Transportasi kendaraan roda empat 34 47, , Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi 67 93,1 5 6,9 72 Jlh Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat Gampong Jeulingke melakukan upaya penyelamatan diri dengan melakukan evakuasi ketika terjadi bencana gempa 11 April 2012 yaitu sebanyak 95,8%, dan sebanyak 65,3% menyatakan butuh waktu Volume 4, No. 1, Februari

9 yang lama untuk melakukan evakuasi. Sebagian besar masyarakatnya menggunakan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi sehari-hari yaitu sebesar 86,0%. Persepsi Masyarakat Gampong Tibang Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Tibang Tentang Jalur Evakuasi. No Pertanyaan Ya Jawaban Tidak org % org % 1 Perlu tidaknya evakuasi 12 75,0 4 25, Melakukan evakuasi 14 87,5 2 12, Waktu yang lama untuk evakuasi 13 81,3 3 18, Tersedia rambu evakuasi 15 93,7 1 6, Hambatan dalam proses evakuasi 7 43,7 9 56, Lebar jalan memadai untuk evakuasi 15 93,7 1 6, Jalan gampong untuk evakuasi berliku 13 81,3 3 18, Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua 15 93,7 1 6, Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat 14 87,5 2 12, Transportasi kendaraan roda dua 14 87,5 2 12, Transportasi kendaraan roda empat 5 31, , Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi 15 93,7 1 6,3 16 Jlh Dari tabel diatas, terlihat bahwa 87,5% yang lama untuk melakukan evakuasi. Sebagian masyarakat Gampong Tibang melakukan upaya besar masyarakatnya menggunakan kendaraan penyelamatan diri dengan melakukan evakuasi roda dua sebagai sarana transportasi yaitu ketika terjadi bencana gempa 11 April 2012, sebesar 87,5%. dan sebanyak 81,3% menyatakan butuh waktu Persepsi Masyarakat Gampong Deah Raya Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Deah Raya Tentang Jalur Evakuasi. Jawaban No Pertanyaan Ya Tidak Jlh org % org % 1 Perlu tidaknya evakuasi 9 81,8 2 18, Melakukan evakuasi 9 81,8 2 18, Waktu yang lama untuk evakuasi 10 90,0 1 9, Tersedia rambu evakuasi 10 90,0 1 9, Hambatan dalam proses evakuasi 3 27,3 8 72, Lebar jalan memadai untuk evakuasi 9 81,8 2 18, Jalan gampong untuk evakuasi berliku 8 72,7 3 27, Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua 9 81,8 2 18, Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat 9 81,8 2 18, Transportasi kendaraan roda dua 10 90,0 1 9, Transportasi kendaraan roda empat 3 27,3 8 72, Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi 8 72,7 3 27, Volume 4, No. 1, Februari 2015

10 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat melakukan evakuasi ketika terjadi bencana gempa 11 April 2012 yaitu sebanyak 81,8% dan sebanyak 90,0% menyatakan butuh waktu yang lama untuk melakukan evakuasi. Secara dominan masyarakatnya menggunakan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi yaitu sebesar 90,0%. C. Analisis Tingkat Efektifitas Penggunaan Jalan Desa sebagai Jalur Evakuasi pada saat Terjadinya Bencana Analisa efektifitas penggunaan jalan gampong sebagai jalur evakuasi dihasilkan berdaasrkan jawaban 72 responden Gampong Jeulingke, 16 responden Gampong Tibang dan 11 responden Gampong Deah Raya. Hambatan pada saat evakuasi Masyarakat Jeulingke, Tibang dan Deah Raya beranggapan bahwa tidak ada hambatan yang berarti dalam proses evakuasi pada 26 Desember 2004 dan 11 April Hal ini tergambar pada persentase jawaban responden yaitu hanya 36,1% masyarakat Jeulingke, 43,7% masyarakat Tibang dan 27,3% masyarakat Deah Raya yang menyatakan terjadinya hambatan pada saat proses evakuasi. Lebar jalan yang memadai sebagai jalur evakuasi Umumnya responden beranggapan bahwa lebar jalan gampong cukup memadai digunakan sebagai jalur evakuasi., 94,4% masyarakat Jeulingke, 93,7% masyarakat Tibang dan 81,4% masyarakat Deah Raya menjawab bahwa lebar jalan gampong memadai digunakan sebagai jalur evakuasi. Kemudahan jalan gampong dilalui oleh kendaraan roda dua Sebanyak 90,3% masyarakat Gampong Jeulingke, 93,7% masyarakat Gampong Tibang dan 81,8% masyarakat Gampong Deah Raya menjawab kendaraan roda dua mudah untuk melalui jalan gampong pada saat jalur evakuasi. Kemudahan jalan gampong dilalui oleh kendaraan roda empat Sebanyak 76,4% masyarakat Jeulingke, 87,5% masyarakat Tibang dan 81,8% masyarakat Deah Raya menjawab bahwa kendaraan roda empat mudah untuk melalui jalan gampong pada saat jalur evakuasi. Kondisi fisik jalan gampong Mengenai kondisi fisik jalan gampong, 93,1% masyarakat Gampong Jeulingke, 93,7% masyarakat Tibang dan 72,7% masyarakat Deah Raya menjawab bahwa jalan gampong yang digunakan untuk jalur evakuasi dalam kondisi bagus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : Volume 4, No. 1, Februari

11 1. Jalan desa yang digunakan warga Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya sebagai jalur evakuasi bencana mempunyai lebar jalan yang bervariasi yaitu 5, 6 dan 8 meter. 2. Secara fisik, keseluruhan jalan desa yang digunakan sebagai jalur evakuasi bencana adalah perkerasan aspal dengan kondisi bagus. 3. Umumnya masyarakat Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya melakukan evakuasi pada saat terjadi gempa bumi dengan goncangan yang relatif besar derdasarkan pengalaman pada 26 Deseember Gampong Jeulingke merupakan daerah yang relatif padat penduduk sehingga mempengaruhi kelancaran terhadap evakuasi bencana tsunami. 5. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong Jeulingke dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah 1,75 menit, 1,5 menit dan 1,31 menit. 6. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong Tibang dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah 6,51 menit, 5,58 menit dan 4,89 menit. 7. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong Deah Raya dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah 9,26 menit, 7,94 menit dan 6,95 menit. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian dan pembahasan, yaitu : 1. Perlu dipertahankan kondisi perkerasan jalan desa yang tersedia sehingga tidak cepat rusak yang mengakibatkan terhambatnya proses evakuasi. 2. Perlu dibuat bangunan tinggi yang kokoh bagi masyarakat Gampong Deah Raya sebagai tempat untuk melakukan evakuasi sementara atau permanen, mengingat gampong tersebut terletak di bibir pantai. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan dalam hal menghindari kemacetan saat evakuasi dan upaya memaksimalkan proses evakuasi. 4. Perlu adanya sosialisasi mengenai pentingnya evakuasi pada saat gempa bumi terjadi dengan skala tertentu dan memilih rute yang efektif untuk menghindari banyaknya korban jiwa. DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2013, Banda Aceh dalam Angka 2013, Banda Aceh. Bappeda Kota Banda Acehk, 2013, Peta Kota Banda Aceh 2013, Banda Aceh. Fitra Rifwan 2012, Studi Evaluasi Efektivitas Penggunaan Jalur Evakuasi pada Zona Berpotensial Terkena Bencana Tsunami di Kota Padang, Jurnal, Universitas Andalas, Padang. GTZ-GITEWS, Panduan Perencanaan untuk Evakuasi Tsunami. Hendrik 20105, Evakuasi dan Penyelamatan Akibat Bencana Kebakaran, 2: Volume 4, No. 1, Februari 2015

12 Morlok, K, Edward, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. SDC-R (Sea Defence Consultant), Pedoman Perencanaan Pengungsian Tsunami. Sugiyono 2005, Metode Penelitian Administrasi, Edisi ke 12, Bandung. Syafrizal 2013, Tingkat Pengetahuan, Kesiapsiagaan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Jalur Evakuasi Tsunami di Kota Padang, Jurnal, Universitas Negeri Padang, Padang. Kompas, 2012, Gempa Bumi Kembar 11 April 2012, ( Wildan Seni 2013, Kajian Kajian Jalur Evakuasi Bencana Gempa Bumi Berpotensi Tsunami Berbasis Masyarakat, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Zainal Abidin 2013, Kajian Jalur Evakuasi dan Titik Evakuasi Bencana Gempa Bumi Berpotensi Tsunami, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Volume 4, No. 1, Februari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR di dasar laut Samudera Hindia (sebelah barat Aceh) telah 10 tahun berlalu. Bencana tsunami itu mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak alasan untuk dibangunnya prasarana jalan disuatu daerah salah satunya adalah untuk memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami Tsunami adalah sederetan gelombang laut yang menjalar dengan panjang gelombang sampai 100 km dengan ketinggian beberapa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh

Gambar 1.1 Denah lokasi jembatan yang berdampak tsunami di Aceh BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari banyak pulau yang dikenal dengan negara kepulauan. Letak negara yang diapit oleh 3 lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI Pengenalan Tsunami APAKAH TSUNAMI ITU? Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT)

STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS MASYARAKAT MENUJU BANGUNAN PENYELAMATAN (SHELTER) PADA DAERAH RAWAN TSUNAMI (STUDI KASUS: KOTA PAINAN, SUMATERA BARAT) Titi Kurniati *, Nicko Pratama *Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) Zufrimar 1, Junaidi 2 dan Astuti Masdar 3 1 Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN, KESIAPSIAGAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALUR EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA PADANG. Syafrizal 1

TINGKAT PENGETAHUAN, KESIAPSIAGAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALUR EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA PADANG. Syafrizal 1 TINGKAT PENGETAHUAN, KESIAPSIAGAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALUR EVAKUASI TSUNAMI DI KOTA PADANG Syafrizal 1 Program Studi Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta

Lebih terperinci

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam.

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam. Materi Ajar Mitigasi Bencana Tsunami Di Kawasan Pesisir Parangtritis ( K.D Mengenal Cara Cara Menghadapi Bencana Alam Kelas VI SD ) Oleh : Bhian Rangga J.R Prodi Geografi FKIP UNS Berikut kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Klasifikasi Fungsi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI TSUNAMI ADALAH... Ÿ Serangkaian gelombang laut yang sangat besar, akibat dari gempa bumi yang sangat kuat bersumber di laut. Ÿ Gempa bumi membuat perubahan mendadak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih

Lebih terperinci

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6061 HANKAM. Pencarian dan Pertolongan. Operasi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 113) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 141 BT merupakan zona pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tumbukan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Hindia-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Hindia- Australia bertumbukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya membentang diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang meyebabkannya demikian adalah pertama karena fungsinya Kota Padang memiliki pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO Febri Zukhruf Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Telp: +62-22-2502350

Lebih terperinci

AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT

AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT M. Isya 1), Irin Caisarina 1), Etty 2) 1) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruliani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruliani, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geologis berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik USU Abstrak: Analisis waktu tempuh angkutan perkotaan pada rule

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Persebaran Bangunan Evakuasi Bencana Tsunami menggunakan Network Analyst di SIG Ahmad Muhajir, Agung Budi Cahyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Ini merupakan dampak dari wilayah

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, karena letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di Samudra Hindia sebelah barat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

SIKAP MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG TENTANG MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

SIKAP MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG TENTANG MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI SIKAP MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG TENTANG MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI Rafika S *, Zulfa Eff Uli Ras **, Oktaviani *** Email: rafika.syah@yahoo.com ABSTRACT Faculty of Engineering

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 Lusi Dwi Putri, 2 Fitridawati Soehardi, 3 Alfian Saleh 1,2,3 Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru E-mail:lusidwiputri@unilak.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia

Lebih terperinci

TEORI TEKTONIK LEMPENG

TEORI TEKTONIK LEMPENG Pengenalan Gempabumi BUMI BENTUK DAN UKURAN Bumi berbentuk bulat seperti bola, namun rata di kutub-kutubnya. jari-jari Khatulistiwa = 6.378 km, jari-jari kutub=6.356 km. Lebih dari 70 % permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN Agus Wiyono Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta Abstrak Jalan Adisumarmo Kartasura km 0,00

Lebih terperinci

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang PENGARUH PERGERAKAN PEJALAN KAKI TERHADAP KINERJA RUAS JALAN YANG DISEBABKAN OLEH KURANG OPTIMALNYA PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN (KAJIAN WILAYAH : JALAN MERDEKA UTARA MALANG) Iin Irawati 1 dan Supoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) pada Nopember 2010 (seperti

Lebih terperinci

PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU. Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2)

PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU. Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2) PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2) Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, segmen jalan perkotaan/semi perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA BAB ll TINJAUAN PUSTAKA II.1 Fasilitas Penyeberangan Fasilitas penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki di jalan untuk mengkonsentrasikan pejalan kaki yang menyeberang jalan. Idealnya semua penyeberangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak di Pacific ring of fire atau cincin api Pasifik yang wilayahnya terbentang di khatulistiwa dan secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menurut letak geografisnya berada pada daerah khatulistiwa, diapit Benua Asia dan Australia dan juga terletak diantara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA Angga Marditama Sultan Sufanir Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN Supoyo Universitas Semarang,Jl. Soekarno Hatta Semarang Email: spy_supoyo@yahoo.com 1. Abstrak Pasar adalah tempat sarana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu 364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi (Prasetya dkk., 2006). Di antara semua bencana alam, gempa bumi biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci