BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan teori corporate governance di
|
|
- Suhendra Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Teori Corporate Governance Peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan teori corporate governance di dalam penelitian ini. Ada beberapa orang yang mendefinisikan corporate governance, salah satunya adalah Monks dan Minow (2011) yang menyatakan corporate governance sebagai suatu hubungan diantara bermacam pihak (CEO, manajemen, pemegang saham, karyawan) untuk menentukan arah dan kinerja sebuah perusahaan. Lebih lanjut, Monks dalam tulisan lainnya yaitu Corporate governance : Past, Present and future menjelaskan bagaimana dasar dari pemikirannya mengenai corporate governance. Dalam artikelnya, ia berangkat dari kondisi 3 dekade lalu di Inggris dimana ada kegagalan yang dialami sektor swasta dalam memanfaatkan keterlibatan pemerintah dalam dunia bisnis yang mengakibatkan banyak pihak yang menginginkan peran terbatas pemerintah di dalam sebuah perusahaan. Kegagalan ini pada masanya dianggap sebagai aib kepemimpinan perusahaan. Dalam kurun waktu selanjutnya, perusahaan membagi tanggung jawab perusahaan kedalam dua bentuk pemilikan. Pemilikan aktif bertanggung jawab untuk berkontribusi secara langsung dengan kegiatan operasional perusahaan sementara itu pemilikan pasif bertugas untuk mengawasi pemilik aktif dalam menjalankan perannya. Masing-masing bagian ini kemudian harus berfungsi secara harmonis dengan kepentingan-kepentingan publik. Banyak pendapat mengenai apa itu corporate governance dan hal-hal apa saja yang harus dipenuhi agar sebuah perusahaan berpredikat memiliki good corporate 9
2 10 governance. Menurut prinsip corporate governance oleh OECD (2004) yang banyak diadopsi negara-negara di dunia, ada lima aspek yang harus dipenuhi perusahaan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Aspek-aspek tersebut meliputi: Fairness (Keadilan), Transparency (Transparansi), Accountability (Akuntabilitas), Responsibility (Tanggung Jawab), dan Independency (Independensi). Pilar-pilar inilah yang melandasi prinsip-prinsip corporate governance menurut OECD yaitu hak-hak pemegang saham, perlakuan yang adil kepada pemegang saham, peranan stakeholders dalam corporate governance serta tanggung jawab dewan direksi. Kinerja keuangan dalam teori corporate governance tidak dapat diukur berdasarkan pencapaian finansial atau pertumbuhan saham (Jarboui, S. Et al, 2015). Namun ada indikator non finansial yang memberikan efek langsung dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Lau, 2011). Ojulari (2012) juga menyatakan bahwa tingkat transparansi perusahaan dapat merangsang pertumbuhan investasi yang kemudian akan meningkatkan penerimaan dana perusahaan untuk mendorong aktivitas bisnis demi pencapaian kinerja perusahaan. Teori corporate governance dari Monks and Minow (2011) menyatakan kinerja sebuah perusahaan dipengaruhi oleh hubungan investasi yang dianalisis dari sudut pandang akuntabilitas direksi (Turnbull, S. 1997). Dengan demikian, kinerja sebuah perusahaan direfleksikan dari bagaimana elemen-elemen organisasi yang membentuk sebuah struktur saling berhubungan. Teori ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai fungsi corporate governance dalam menentukan kinerja keuangan sebuah perusahaan. Dari hasil survey yang diselenggarakan ACGA (2012), corporate governance dan kinerja keuangan memiliki hubungan yang berbanding lurus. Perusahaan yang hanya memiliki kinerja
3 11 keuangan yang baik jika tidak didukung dengan tata kelola perusahaan yang baik maka dapat terlihat kurang baik. Oleh karena itu, penting bagi sebuah perusahaan untuk memperhatikan tata kelola perusahaannya dari berbagai aspek. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Bukan hanya untuk penilaian kinerja keuangan secara langsung, namun corporate governance sebuah perusahaan juga menyediakan penilaian mengenai efektifitas yang dapat mendorong aktivitas bisnis sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. B. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan gambaran seberapa efektif dan efisien sebuah perusahaan dalam upayanya mencapai tujuan finansialnya (Bidhari, 2013). Arah tujuan finansial yang dimaksud diyakini oleh beberapa peneliti turut dipengaruhi oleh kinerja non finansial perusahaan. Wang dan Hyunh (2013) berpendapat bahwa banyak investor dan kreditor yang tertarik untuk mengetahui kinerja non finansial perusahaan sebelum mereka menilai kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Meskipun ada banyak ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan, penilaian terhadap kinerja non finansial perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Haniffa dan Hudaib (2006) menemukan bahwa kinerja sebuah perusahaan juga dapat tercermin dari bagaimana manajemen mengelola perusahaannya. Pengelolaan yang baik akan meningkatkan reputasi perusahaan baik dimata pemangku kepentingan juga di mata publik. Reputasi yang baik tersebut secara positif memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, investasi dan harga saham (Bear et al, 2010).
4 12 Menurut Tsoutsora (2004) penilaian kinerja keuangan dewasa ini lebih sederhana juga spesifik. Beberapa peneliti menggunakan ukuran pasar dan peneliti lainnya menggunakan ukuran akuntansi. Perbedaan perspektif akan hal ini didasari oleh implikasi teoritikal yang berbeda pula (Hilman dan Keim, 2001). Ada banyak ukuran rasio yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan diantaranya adalah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini menggunakan rasio ROA dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. ROA merupakan indikasi dari kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya. Dalam hal ini, ukuran ROA sangat tepat apabila kinerja keuangan dikaitkan dengan corporate governance. Hal ini karena corporate governance merupakan cerminan dari pengelolaan sebuah perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Haniffa dan Hudaib (2006) yang menjelaskan bahwa tingkat ROA sebuah perusahaan mengindikasikan penggunaan aset yang efektif sebagai salah satu bentuk dukungan kepentingan ekonomi pemegang saham. Selain itu, Horne dan Wachowicz (2005) mengungkapkan bahwa ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Berdasarkan uraian mengenai ROA diatas, ROA dianggap layak untuk menjadi ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Selain itu, ROA juga lebih mudah dipahami oleh para pemakai laporan keuangan dan sifatnya yang sensitif
5 13 terhadap perubahan kondisi keuangan perusahaan membuat ROA menjadi alat pengukur prestasi manajemen yang efektif. C. Pengungkapan lingkungan Keharmonisan yang perlu dibangun antara pemilik aktif dan pemilik pasif dapat diwujudkan dari transparansi perusahaan kepada para pemangku kepentingannya. Transparansi tersebut direalisasikan melalui pengungkapan-pengungkapan baik wajib maupun sukarela yang ditujukan agar stakeholders memperoleh pertimbangan lebih banyak sebelum mengambil keputusannya. Meski pengungkapan terkait aktivitas ekonomi perusahaan menjadi perhatian utama stakeholders, pengungkapan terkait aktivitas pelestarian lingkungan juga tidak dapat dipungkiri menjadi hal wajib yang menjadi pertimbangan stakeholders dalam pengambilan keputusan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang menyadari bahwa pelestarian lingkungan merupakan salah satu nilai tambah bagi keberadaan sebuah perusahaan. Pengungkapan lingkungan merupakan salah satu komponen dalam pengungkapan tanggung jawab sosial secara keseluruhan. Pengungkapan lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh perhatian, dukungan, maupun kepercayaan dari masyarakat agar perusahaan dapat tetap eksis (Brown dan Deegan, 1998). Pengukuran tingkat pengungkapan lingkungan pada penelitian ini mencoba menggunakan model giudelines Global Reporting Initiative versi 3.1 yang memuat 30 komponen penilaian terkait dengan indikator lingkungan. Model yang digagas oleh PBB melalui Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dan UNEP pada 1997 ini
6 14 menjadi pedoman umum bagi banyak negara dalam implementasi pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan. Dalam Lu (2014) pengungkapan lingkungan diibaratkan sebagai alat dialog antara perusahaan dan stakeholders yang menaruh perhatian terhadap aktivitas lingkungan. Aktivitas lingkungan yang dimaksud adalah kegiatan yang terkait dengan kegiatan alam, perlindungan lingkungan, dan pemakaian sumber daya alam (Jenkins, 2006). Mengingat begitu pentingnya perhatian perusahaan terhadap lingkungan dewasa ini, Azorin et al (2009) memandang perlu diadakannya suatu manajemen lingkungan. Diungkapkan dalam penelitiannya manajemen lingkungan ini berfungsi untuk mengendalikan biaya terkait lingkungan dan konsumsi energi. D. Pengungkapan Sosial Selain pengungkapan lingkungan, salah satu aspek yang juga sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan adalah aspek sosial. Banyaknya isu yang berkembang di masyarakat mengenai perilaku perusahaan terhadap lingkungan sosial di sekitarnya perlu menjadi perhatian khusus. Masyarakat yang semakin sadar akan kontribusi perusahaan perlu untuk mengetahui apakah keberadaan perusahaan memberikan keuntungan atau tidak dalam lingkungannya. Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan pengungkapan informasi sosial dengan tujuan untuk membangun citra pada perusahaan dan mendapatkan pandangan yang baik dari masyarakat (Belkaoui dan Karpik, 1989). Pengungkapan sosial merupakan sebuah cara untuk menunjukkan hal-hal yang dilakukan perusahaan terkait lingkungan sosialnya (Patten,1991). Lebih lanjut
7 15 dijelaskan bahwa pengungkapan sosial lebih besar dipengaruhi oleh tekanan publik dibanding ukuran profitabilitas. Tekanan publik tersebut merupakan penilaian kumulatif publik terhadap sebuah perusahaan. Opini publik yang terbentuk selanjutnya akan menentukan seberapa baiknya reputasi sebuah perusahaan (Fombrun dan Shaley, 1990). Dalam penelitian mereka dijelaskan pula beberapa faktor lain yang turut berkontribusi terhadap reputasi perusahaan melalui pengungkapan sosial. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah nilai pasar, sorotan media, pemegang saham institusional, dan ukuran perusahaan. Sejumlah pendapat lain pun muncul berkaitan dengan hal ini. Bontis et al (2007) berpandangan kepuasan pelanggan juga menjadi faktor penentu reputasi perusahaan. Sementara itu Gardberg dan Fombrun (2006) berpendapat program sosial perusahaan termasuk kedalam faktor-faktor tersebut. Dalam mengukur pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan, penelitian ini juga menggunakan model guidelines GRI versi 3.1 yang memuat 40 komponen penilaian. Komponen tersebut terdiri atas 3 sub komponen yaitu praktik tenaga kerja yang layak, Hak Asasi Manusia (HAM), dan masyarakat/sosial. Meski GRI telah merilis versi G4 pada 2013 lalu, penelitian ini tetap menggunakan GRI versi 3.1 yang rilis tahun 2011 karena penelitian ini menggunakan data longitudinal yang diperoleh sejak tahun 2011 hingga E. Komisaris Independen Dewan komisaris merupakan orang-orang yang ditunjuk oleh para pemegang saham dan berkewajiban hukum (Legal duty) untuk mewakili para pemegang saham dan melindungi kepentingan mereka (Hunger dan Wheelen, 2000). Dalam perspektif
8 16 corporate governance, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993). Dewan komisaris dapat terdiri dari dua bagian yaitu komisaris non indepeden dan komisaris independen. Komisaris independen di Indonesia, sesuai dengan Pedoman Umum GCG Indonesia tahun 2006 adalah seseorang yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Lebih lanjut, jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Prinsip ini juga selaras dengan pedoman GCG di negara Malaysia dan Thailand yang mengharuskan adanya proporsi yang tepat pada dewan komisaris perusahaan publiknya. Keempat negara ini memiliki peraturan yang sama dalam menentukan proporsi komisaris independen, yakni sepertiga dari jumlah dewan direksi yang ada. F. Komite Audit Independen Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keadaan dimana badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan (Siegel, 1996). Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal. Serupa dengan dewan komisaris, komite audit juga memiliki beberapa anggota yang bersifat independen. Keberadaan komite audit independen dianggap dapat memfasilitasi pengawasan terhadap manajemen secara objektif dan tanpa terlalu banyak negosiasi (Wang dan Huynh, 2013).
9 17 Terkait proporsi komite audit independen dalam jajaran komite audit, setiap negara memiliki peraturan berbeda dalam hal menentukannya. Namun, Klein (2002) menyatakan apabila komite audit independen mendominasi, kemungkinan besar komite audit tersebut sangatlah independen. Keuntungan lain dari dominasi ini menurutnya dapat dirasakan dari biaya agensi yang terminimalisasi. G. Pengembangan Hipotesis 1. Perbedaan kinerja keuangan perusahaan perhotelan Indonesia, Malaysia dan Thailand Hingga saat ini belum ada penelitian yang menghasilkan perbandingan kinerja keuangan perusahaan perhotelan untuk negara Indonesia, Malaysia dan Thailand. Namun perbandingan tersebut dapat dilihat dari hasil statistik yang ditunjukkan oleh masing-masing negara. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Hortwath HTL pada tahun 2015 mengenai kinerja perusahaan perhotelan di Thailand ditemukan ada penurunan laba kotor sebanyak 4 % pada tahun Kondisi sebaliknya terjadi di Malaysia, statistik oleh JLL menunjukkan ada peningkatan kinerja sebesar 9,7% untuk industri perhotelan pada tahun Pada lembaga survey yang sama, Indonesia mencatat adanya penurunan kinerja keuangan pada perusahaan perhotelannya sebesar kurang lebih 9%. Berdasarkan hasil statistik tersebut, maka hipotesis dapat disusun sebagai berikut:
10 18 H1. Ada perbedaan tingkat kinerja keuangan pada perusahaan perhotelan di negara Indonesia, Malaysia dan Thailand. 2. Pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan Pengungkapan (disclosure) merupakan salah satu bentuk transparansi perusahaan kepada para stakeholders. Jika perusahaan melakukan pengungkapan lebih luas kepada stakeholders, kepercayaan investor akan semakin tinggi terhadap pengelolaan dana yang diinvestasikannya sehingga arus kas masuk dari kegiatan pendanaan juga akan semakin tinggi. Berdasarkan rumus penghitungan ROA, ketika total aset semakin banyak, maka nilai ROA akan semakin baik. Penelitian mengenai hubungan pengungkapan lingkungan dan kinerja keungan telah banyak dilakukan sebelumnya. Azorin, et al (2009) yang meneliti pengaruh kegiatan berbasis lingkungan terhadap kinerja keuangan hotel di Spanyol menemukan ada hasil positif signifikan di dalam hubungan kedua variabel tersebut. Dijelaskan kemudian bahwa hotel-hotel yang proaktif terhadap kegiatan berbasis lingkungan di Spanyol mendapatkan respon yang lebih baik dari para pemangku kepentingan. Komitmen perusahaan yang mengedepankan kepentingan lingkungan diklaim oleh beberapa hotel di Spanyol telah meningkatkan rata-rata penerimaan per kamar. Begitu pula penelitian dari Moreno, et al (2007) yang melakukan penelitian pada negara yang sama menghasilkan temuan bahwa hotel dengan manajemen lingkungan yang rendah cenderung memiliki kinerja yang rendah dimana penilaian ini salah satunya muncul dari keunggulan kompetitif. Perusahaan yang melakukan
11 19 manajemen lingkungan cenderung lebih unggul dalam persaingan di pasar. Berdasarkan kedua penelitian terdahulu mengenai hubungan antara pengungkapan lingkungan dan kinerja keuangan, maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: H2. Ada pengaruh positif pengungkapan lingkungan terhadap kinerja keuangan 3. Pengaruh pengungkapan sosial terhadap kinerja keuangan Lingkungan sosial merupakan salah satu aspek penting dalam keberlangsungan sebuah perusahaan. Salah satu hal yang biasanya perusahaan laporkan terkait lingkungan sosialnya adalah pengelolaan sumber daya manusia. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya bergantung pada kepiawaian manajer, tetapi juga pada kinerja karyawan. Oleh karenanya penting bagi sebuah perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan lingkungan sosial dimana perusahaan berdiri. Saat ini penelitian mengenai hubungan pengungkapan sosial dan kinerja keuangan pada perusahaan perhotelan masih sulit ditemui. Salah satu peneliti yang telah mencoba meneliti mengenai hubungan diantara dua variabel ini adalah Lee dan Park (2009). Dalam penelitian mereka ditemukan adanya pengaruh positif pengungkapan sosial terhadap kinerja keuangan bagi perusahaan perhotelan. Hal ini karena hotel cenderung lebih dikenal masyarakat karena partisipasi mereka dalam kegiatan CSR. Berdasarkan penelitian tersebut, maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: H3. Ada pengaruh positif pengungkapan sosial terhadap kinerja keuangan
12 20 4. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap kinerja keuangan Komisaris independen adalah salah satu elemen penting di dalam perusahaan. Meski berfungsi sebagai pengawas kegiatan perusahaan, komisaris independen tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hubungan antara proporsi komisaris independen dan kinerja keuangan sebelumnya pernah dilakukan oleh Fama dan Jensen (1983). Dalam penelitian tersebut mereka menemukan bahwa proporsi komisaris independen berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini didasari pada persepsi bahwa pengawasan terhadap manajemen akan semakin baik apabila proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris ditingkatkan. Pengawasan ini menurut mereka dapat mengendalikan perilaku manajemen dalam mengelola perusahaan agar kinerjanya meningkat. Zahra dan Pearce (1989) secara umum juga meneliti hubungan antara komposisi dewan komisaris dan kinerja keuangan. Dengan model pendekatan legalistic disebutkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara langsung. Logika yang disusun peneliti berdasar pada peran seorang komisaris untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen, dimana dewan komisaris tersebut tidak berperan terlalu aktif dalam penyusunan strategi dan pengembangan kebijakan dalam memenuhi target kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: H4. Ada pengaruh positif proporsi komisaris independen terhadap kinerja keuangan
13 21 5. Pengaruh proporsi Komite Audit terhadap kinerja keuangan Perusahaan publik, khususnya di Indonesia wajib mengedepankan aspek independensi. Salah satunya adalah dengan membentuk komite audit dalam struktur perusahaan. Semakin besar proporsi komite audit dalam sebuah perusahaan, semakin baik kinerja yang dikerjakannya. Hal ini karena penilaian auditor independen memberikan cukup kepercayaan kepada stakeholders perihal aktivitas perusahaan. Penelitian mengenai hubungan komite audit independen dan kinerja keuangan yang pernah dilakukan adalah milik Wang dan Huynh (2013) yang menemukan bahwa komite audit independen berhubungan positif dengan kinerja keuangan. Keberadaan komite audit independen tersebut dianggap dapat mengurangi biaya agensi perusahaan sehingga kinerja keuangan dapat meningkat. Temuan lain mengenai hubungan antara komite audit independen dan kinerja keuangan terdapat pada penelitian dari Chang dan Li (2008). Dalam penelitian mereka ditemukan adanya hubungan positif signifikan antara komite audit independen dan kinerja keuangan. Hal ini berhubungan dengan istilah rangkap jabatan yang mungkin ada di beberapa perusahaan. Mereka berpendapat semakin banyak komite audit independen maka semakin baik kinerja perusahaan karena rangkap jabatan dapat terminimalisasi. Namun, Ali et al (2012) memiliki temuan berbeda dalam pengujian pengaruh komite audit independen dengan kinerja keuangan. Penelitiannya menemukan bahwa komite audit independen secara negatif mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Mereka berpendapat bahwa mereka
14 22 komite audit independen dianggap belum tentu dapat menjalankan peran yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan penelitian tersebut maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: H5. Ada pengaruh positif proporsi anggota Komite Audit terhadap kinerja keuangan H. SKEMA KONSEPTUAL Berdasarkan uraian dan tinjauan literatur yang telah dikemukakan diatas, maka variabel-variabel yang terkait dengan penelitian ini dapat dirumuskan dalam skema konseptual sebagai berikut: Step 1. Uji ANOVA Kinerja keuangan di Indonesia Kinerja keuangan di Malaysia Kinerja keuangan di Thailand
15 23 Step 2. Uji Regresi Corporate governance Kinerja Keuangan TRANSPARANSI Pengungkapan lingkungan Pengungkapan sosial INDEPENDENSI Proporsi komisaris independen Proporsi komite audit independen H2 H3 H4 H5 Return On Assets (ROA)
BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa skandal perusahaan yang berskala besar telah menarik perhatian publik ke isu-isu tentang bagaimana seharusnya perusahaan dikelola. Skandal perusahaan seperti
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
54 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan terbebas dari permasalahan keuangan (financial distress). Financial distress terjadi bermula ketika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif yang harus di dukung dengan penyajian laporan keuangan yang rapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. uji perbandingan dan uji pengaruh. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN Ada dua bentuk pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu uji perbandingan dan uji pengaruh. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk melakukan perbaikan tata kelola guna meningkatkan kepercayaan investor baik domestik maupun asing yang disebut dengan Good Corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, kinerja keuangan serta ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan (Corporate Governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan (Corporate Governance) telah meningkat akhir-akhir ini. Pelaksanaan Corporate Governance sering dikaitkan dengan kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan. Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi dari sumber internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang semakin berkembang dewasa ini seiring dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Hal ini tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan. Menurut Penman dan Cohen (2003) dalam Wibowo (2009) diungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil
Lebih terperincipemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan
Lebih terperinciBAB V SARAN DAN KESIMPULAN
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN 1.1 Rangkuman Penelitian Laporan keuangan mengandung informasi penting yang dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan bisnis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai
1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui
Lebih terperinci09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen laba terjadi karena ada campur tangan manajemen di dalam proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia usaha semakin dinamis. Perkembangan kemampuan perusahaan menjadi suatu hal yang sangat penting agar dapat bertahan di pasar global, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social Responsibility (CSR) ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memberikan peluang bisnis yang dapat mendorong para pelaku bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan tantangan dan hambatan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan kinerja optimal diperlukan suasana kerja dan hubungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mendapatkan kinerja optimal diperlukan suasana kerja dan hubungan antar pihak dalam organisasi yang selaras dan serasi. Hubungan ini dapat tergambar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dari berbagai organisasi menjadikan Corporate Social
Lebih terperinciPENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
0 PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA (Studi Kasus Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Menurut Fuad dkk. (2000:22)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan komite audit menjadi perhatian penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dapat bertindak sebagai penghubung antara manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif karena harus dapat mengelola fungsi fungsi perusahaan secara efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Ada beberapa teori yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian ini yaitu agency theory, stakeholder theory, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia bisnis selalu terdapat risiko yang timbul dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko perusahaan adalah suatu kondisi dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Isu mengenai sustainability report (laporan berkelanjutan) semakin berkembang pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang menerbitkan sustainability report.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara itu terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan zaman yang kaya akan teknologi informasi memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat menyajikan informasi secara lebih baik lagi. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak eksternal (pemegang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan.bermanfaat sebagai suatu perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini dunia disibukkan dengan berita mengenai perdagangan bebas, begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula
Lebih terperinci