PT PLN (Persero) PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAFTAR ISI
|
|
- Vera Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v Pendahuluan Gambaran Umum Definisi dan Fungsi Bagian Utama Diferensial Busbar Circulating Current Protection Breaker Failure Protection Short Zone Protection Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR) Relai Tegangan Nol Relai Frekuensi Kurang Discrepancy Control Switch Annunciator dan Alarm Selector Switch Meter Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) PEDOMAN PEMELIHARAAN In Service Inspection / Inspeksi Dalam Keadaan Operasi Inspeksi Harian Inspeksi Mingguan Inspeksi Bulanan In Service Measurement / Pengukuran Dalam Keadaan Operasi Shutdown Testing/Measurement / Pengujian Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Pengujian Relai Diferensial Busbar Pengujian relai Circulating Current (CCP) Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP) Pengujian Relai Arus Lebih/Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR) Pengujian Relai Tegangan Nol Pengujian Relai Frekuensi Kurang Kalibrasi Meter Shutdown Function Check / Pengujian Fungsi Pada Saat Sistem Tidak Bertegangan Function Test Relai Diferensial Busbar Function Test Relai Circulating Current (CCP) Pengujian Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP) Pengujian relai OCR/GFR Pengujian Relai Tegangan Nol Pengujian Relai Frekuensi Kurang Pemeriksaan/Pengujian Setelah Gangguan EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN Standar In service Inspection Standar In Service Measurement Listrik untuk kehidupan yang lebih baik i
2 3.3 Standar Shutdown Testing Standar Pengujian Fungsi Sistem Proteksi Pengujian Fungsi Trip PMT, Alarm, dan Annunciator Pengujian Fungsi Sistem Proteksi Untuk Mendapat Waktu Pemutusan Gangguan Sesuai Dengan Grid Code Rekomendasi Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Inspection Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Measurement Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Testing/Measurement Rekomendasi hasil pemeliharaan shutdown function check GLOSARRY Listrik untuk kehidupan yang lebih baik ii
3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Komponen Utama Relai Proteksi...2 Gambar 1.2 Daerah Proteksi Busbar...2 Gambar 1.3 Daerah Proteksi Busbar dan Diameter...3 Gambar 1.4 Prinsip Kerja Diferensial Busbar...4 Gambar 1.5 Relai Diferensial Busbar...5 Gambar 1.6 Prinsip Relai Circuit Current Protection...6 Gambar 1.7 Prinsip Relai Circuit Breaker Failure...8 Gambar 1.8 Diagram Logika Proteksi Circuit Breaker Failure...8 Gambar 1.9 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection...9 Gambar 1.10 Diagram Logika Proteksi Short Zone protection Gambar 1.11 Discrepancy Control Switch Listrik untuk kehidupan yang lebih baik iii
4 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Rekomendasi hasil Pemeliharaan In service Inspection Tabel 4.2 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Measurement Tabel 4.3. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown testing Tabel 4.4. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Function Check Listrik untuk kehidupan yang lebih baik iv
5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. FMEA Proteksi dan Kontrol Busbar Lampiran 2. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Tipe Tegangan Lampiran 3. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus Lampiran 4. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Lom Impedance Tipe Tegangan Lampiran 5. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Tegangan Lampiran 6. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Arus Lampiran 7. Blangko Pengujian Relai CBF/SZP Lampiran 8. Blangko Pengujian Relai Tegangan Nol Lampiran 9. Blangko Pengujian Relai Frekuensi Kurang Lampiran 10. Blangko In Service Inspection periode harian Lampiran 11. Blangko In Service Inspection periode mingguan Lampiran 12. Blangko In Service Inspection periode bulanan Lampiran 13.Bangko In Service Measurement Listrik untuk kehidupan yang lebih baik v
6 1. Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi sebagai tempat terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line maupun bay trafo. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi 2 busbar (double busbar), namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu busbar (single busbar). Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada beberapa level tegangan. Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan ekstra tinggi dan tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 500 kv dan 275 kv disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi), sedangkan gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 150 kv dan 70 kv disebut sebagai GI (Gardu Induk). GITET dibangun dengan konfigurasi sistem satu setengah PMT, sedangkan GI umumnya menggunakan konfigurasi 1 breaker (single breaker). Namun, pada beberapa GI yang tersambung langsung dengan pembangkit juga menggunakan konfigurasi sistem satu setengah PMT. Gardu Induk satu setengah PMT memiliki bagian utama yang disebut sebagai diameter yang berfungsi untuk menghubungkan 2 busbar pada sistem gardu induk satu setengah PMT tersebut. Diameter dilengkapi dengan 3 buah Pemutus Tenaga (PMT), di antaranya : PMT busbar A (PMT A), PMT busbar B (PMT B) dan PMT pengapit (PMT AB). Dalam pengoperasiannya, busbar dan diameter tidak terlepas dari kondisi abnormal yang disebut sebagai gangguan. Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter adalah gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan pada busbar atau diameter, maka kemungkinan terjadi kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat besar. Di samping itu, keandalan sistem dalam menyalurkan pasokan daya juga akan terganggu. Proteksi busbar/diameter adalah suatu sistem proteksi yang berperanan penting dalam mengamankan gangguan yang terjadi pada busbar atau diameter. Sistem proteksi ini harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan harus stabil untuk gangguan yang terjadi di luar daerah proteksian busbar atau diameter. Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi : trafo arus (CT) / trafo tegangan (PT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya dan rangkaian pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat pada gambar 1.1. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 1
7 Gambar 1.1 Komponen Utama Relai Proteksi Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang tersambung di busbar tersebut. Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda waktu (instantaneous) apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya (area warna hijau) seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2. Namun, untuk gangguan yang terjadi di luar zona proteksiannya (di luar area warna hijau), proteksi busbar tidak boleh bekerja (relai harus stabil). Gambar 1.2 Daerah Proteksi Busbar Proteksi diameter memiliki daerah kerja yang meliputi daerah di antara CT dalam satu diameter yang sama seperti diperlihatkan pada Gambar 1.3. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 2
8 Gambar 1.3 Daerah Proteksi Busbar dan Diameter 1.2 Definisi dan Fungsi Bagian Utama Bagian - bagian utama sistem proteksi busbar dan diameter di antaranya : Diferensial Busbar Prinsip kerja proteksi diferensial busbar menggunakan metode Merz-Price Circulating Current. Semua arus yang masuk dan keluar dari busbar dibandingkan satu sama lain. Pada kondisi sistem normal atau terjadi gangguan di luar zona proteksi busbar, tidak ada resultan arus yang mengalir ke relai diferensial busbar sehingga relai tidak bekerja. Namun sebaliknya apabila terjadi gangguan di dalam zona busbar, maka akan timbul resultan arus yang besar dan mengalir ke relai diferensial busbar sehingga relai bekerja. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 3
9 Gambar 1.4 Prinsip Kerja Diferensial Busbar Komponen yang menyusun suatu sistem proteksi diferensial busbar adalah : 1. Bus Zone Bus zone merupakan bagian dari diferensial busbar yang berfungsi untuk menentukan busbar yang terganggu. Apabila Gardu Induk mempunyai lebih dari satu busbar, maka sistem proteksi busbar di GI tersebut mempunyai beberapa zona proteksian tergantung dari jumlah busbar yang dimiliki (satu zona mengamankan satu busbar), seperti pada Gambar 1.4.,Bus zone 1 meliputi CT a, CT b, dan CT c, sedangkan untuk Bus zone 2 meliputi CT d, CT e dan CT f. 2. Check Zone Check zone berfungsi untuk memastikan bahwa relai proteksi busbar akan bekerja dengan benar pada saat terjadi gangguan internal dan tidak akan bekerja pada saat gangguan eksternal. Check zone bekerja dengan cara membandingkan semua arus pada bay yang tersambung dalam gardu induk tanpa membandingkan arus yang ada pada bus coupler,seperti Gambar 1.4.,Check Zone meliputi CT g, CT h, CT j, dan CT k. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 4
10 Buspro Busbar A Buspro Busbar B Check Zone Gambar 1.5 Relai Diferensial Busbar Berdasarkan jenisnya, relai proteksi busbar dibagi menjadi 2 yakni : 1. Relai Busbar Jenis High Impedance Relai busbar jenis high impedance dipasang dengan skema semua CT pada bay yang terhubung pada busbar yang sama dihubungkan secara paralel satu sama lain. Metode ini mempunyai keunggulan yaitu lebih mudah diterapkan dan lebih mudah dikembangkan apabila ada penambahan bay pada gardu induk, sangat sensitif terhadap gangguan fasa-tanah dan fasa-fasa serta sangat stabil terhadap gangguan eksternal. Namun, relai jenis ini juga memiliki kelemahan yakni : semua CT dalam satu zona busbar harus mempunyai rasio yang sama serta membutuhkan stabilizing resistor dan tahanan non linier. 2. Relai Busbar Jenis Low Impedance Relai busbar jenis low impedance menggunakan skema dimana masing-masing CT pada bay yang tersambung ke busbar dihubungkan ke relai secara langsung. Hal ini memungkinkan digunakannya CT dengan rasio yang berbeda. Namun kelemahan dari Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 5
11 relai ini adalah harus memiliki modul CT cadangan (spare) untuk keperluan penambahan bay pada busbar nantinya. Apabila modul cadangan ini tidak tersedia, maka penambahan bay baru pada busbar juga membutuhkan penambahan relai busbar baru Circulating Current Protection Circulating Current Protection (CCP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk mengamankan diameter. CCP umumnya diterapkan pada sistem Gardu Induk satu setengah breaker yang menggunakan CT line. Sistem proteksi CCP digunakan untuk mengamankan daerah di antara CT pada bay T/L dengan CT pada PMT pengapit diameter tersebut. Apabila terjadi gangguan di daerah kerja relai CCP, maka relai ini akan mentripkan 2 buah PMT diameter dan mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke GI lawan/depan. Gambar 1.6 Prinsip Relai Circuit Current Protection Komponen yang menyusun suatu sistem proteksi CCP adalah : 1. Relai Diferensial Relai diferensial pada proteksi CCP berfungsi sebagai proteksi utama apabila terjadi gangguan di dalam area proteksi CCP. Prinsip kerja relai diferensial pada proteksi CCP sama dengan prinsip kerja relai diferensial pada busbar. Relai diferensial CCP hanya menggunakan input dari 3 buah CT yaitu 1 buah CT bay dan 2 buah CT diameter. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 6
12 2. Fungsi Intertrip Fungsi intertrip pada relai CCP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke GI lawan/gi depan sehingga lokasi gangguan bisa dilokalisir Breaker Failure Protection Relai Circuit Breaker Failure (CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Pada sistem gardu induk 1 breaker, relai CBF akan mentripkan semua PMT yang terhubung ke busbar yang sama serta mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. Pada sistem gardu induk satu setengah PMT relai CBF akan mentripkan PMT berdasarkan PMT yang gagal trip yaitu : 1. Apabila PMT A yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan PMT A, PMT AB dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar A dan mengirimkan sinyal direct transfer trip. 2. Apabila PMT B yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan PMT B, PMT AB dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar B dan mengirimkan sinyal direct transfer trip. 3. Apabila PMT AB yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan pengapitnya (PMT A dan PMT B) serta mengirimkan sinyal direct transfer trip. Relai CBF merupakan proteksi cadangan karena kerjanya menunggu proteksi utama/proteksi cadangan bekerja terlebih dahulu. Relai CBF akan bekerja apabila beberapa persyaratannya terpenuhi di antaranya : 1. Arus gangguan dideteksi oleh relai CBF (menggunakan relai OCR). 2. Ada initiate dari proteksi utama atau proteksi cadangan atau dari relai lock out. 3. Pada batas waktu tertentu PMT masih dalam kondisi menutup (close). Komponen yang menyusun suatu sistem proteksi CBF adalah : 1. Relai Arus Lebih (OCR) Relai arus lebih pada CBF berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan pada sistem berdasarkan besar arus yang dideteksi relai. 2. Rangkaian Logika (Logic) Rangkaian logika pada relai CBF berfungsi untuk membentuk suatu persyaratan yang memungkinkan relai ini bekerja. 3. Rangkaian Intertrip Rangkaian intertrip pada relai CBF berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke GI lawan sehingga gangguan bisa dilokalisir. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 7
13 Gambar 1.7 Prinsip Relai Circuit Breaker Failure Gambar 1.8 Diagram Logika Proteksi Circuit Breaker Failure Short Zone Protection Relai Short Zone Protection (SZP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk mengamankan daerah antara CT dan PMT pada diameter saat PMT tersebut dalam Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 8
14 kondisi terbuka (open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut diamankan oleh relai CCP. Gambar 1.9 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection Adapun prinsip kerja relai SZP adalah sebagai berikut : 1. Apabila relai SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2 seperti yang terlihat pada gambar 1.9 di atas, maka relai SZP akan mentripkan semua PMT bay yang tersambung pada busbar B dan mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. 2. Jika gangguan terjadi pada daerah antara CT dan 7AB1, relai SZP akan mentripkan PMT 7B1 dan mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. Relai SZP akan bekerja apabila beberapa persyaratannya terpenuhi yakni : 1. Relai SZP mendeteksi adanya arus gangguan. 2. PMT dalam kondisi terbuka. Komponen yang menyusun suatu sistem proteksi SZP di antaranya : 1. Relai Arus Lebih (OCR) Relai arus lebih pada relai SZP berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan pada sistem berdasarkan besar arus yang dideteksi relai. 2. Rangkaian Intertrip Rangkaian intertrip pada relai SZP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer trip ke GI lawan agar gangguan bisa dilokalisir. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 9
15 Gambar 1.10 Diagram Logika Proteksi Short Zone protection Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR) Relai arus lebih dan relai gangguan tanah merupakan proteksi cadangan pada busbar. Proteksi ini bekerja dengan cara mendeteksi besaran arus pada daerah yang diamankan. Apabila besaran arus tersebut melampaui setting relai, relai akan bekerja membuka PMT setelah waktu tundanya tercapai. 1. Relai Arus Lebih (OCR) Relai arus lebih merupakan proteksi cadangan busbar untuk jenis gangguan fasa-fasa. 2. Relai Gangguan Tanah (GFR) Relai gangguan tanah merupakan proteksi cadangan busbar untuk gangguan fasatanah Relai Tegangan Nol Relai Tegangan Nol merupakan peralatan kontrol yang bekerja apabila terjadi hilang tegangan (blackout) pada suatu gardu induk. Peralatan ini berfungsi untuk membuka PMT jika tegangan busbar turun hingga 20% dari tegangan nominal (Vn) dengan tujuan memudahkan proses pemulihan pasca blackout Relai Frekuensi Kurang Relai frekuensi kurang merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi di sistem. Relai ini mendapat masukan dari tegangan sekunder PT untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi di sistem. Namun relai ini akan blok apabila tegangan masukan dari sekunder PT turun melebihi nilai tertentu. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 10
16 1.2.8 Discrepancy Control Switch Discrepancy control switch adalah peralatan/saklar yang berfungsi untuk merubah status PMT dan PMS dari posisi masuk (close) menjadi buka (open) ataupun dari posisi buka menjadi masuk. Pengoperasian switch ini dilakukan dengan cara memutar, menekan dan memutar ataupun memutar dan menekan. Switch ini dilengkapi dengan lampu indikator ketidaksesuaian yang menerangkan status peralatan terkait. Gambar 1.11 Discrepancy Control Switch Annunciator dan Alarm Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda peringatan kepada operator GI mengenai fungsi proteksi mana yang bekerja. Annunciator mengambil input dari masing-masing relai proteksi. Annunciator dapat direset setelah operator mencatat dan menekan tombol acknowledge dan reset. Annunciator dilengkapi dengan alarm. Alarm berupa peringatan sirene suara yang bekerja bersamaan dengan terjadinya gangguan. Alarm dapat dihentikan setelan operator menekan tombol acknowledge Selector Switch Selector switch adalah saklar pilih untuk fungsi fungsi tertentu seperti : selector switch ON/OFF, Local/Remote/Supervisory, dan lain sebagainya. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 11
17 Meter Meter merupakan alat yang dapat memonitoring pembebanan busbar dan tegangan yang terjadi. Beban busbar diukur dengan Amperemeter, sedangkan tegangan busbar diukur dengan Voltmeter Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Sistem proteksi busbar dan diameter yang sedang beroperasi memiliki potensi mengalami kegagalan, gangguan dan kerusakan. Banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kerusakan dan kegagalan sistem proteksi ini disebabkan oleh karena sistem proteksi busbar dan diameter terdiri dari beberapa komponen yang terpadu menjadi satu kesatuan. Setiap komponen tersebut memiliki potensi kerusakan/kegagalan fungsi yang akan mengarah kepada kerusakan/kegagalan dari seluruh sistem tersebut. Pola kerusakan pun memiliki banyak kemungkinan. Untuk mengetahui peluang kerusakan dari setiap komponen dan seperti apa jalur kerusakannya, digunakanlah metoda Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA ini disusun dengan cara mengelompokan setiap komponen sistem proteksi busbar dan diameter berdasarkan fungsinya. Tiap kelompok ini selanjutnya disebut sebagai Sub- Sistem. Adapun sub-sistem yang menyusun sistem proteksi bay busbar dan diameter di antaranya adalah : 1. Fungsi Diferensial Busbar 2. Fungsi Circulating Current 3. Fungsi Breaker Failure 4. Fungsi Short Zone 5. Fungsi OCR/GFR 6. Fungsi Tegangan Nol 7. Fungsi Frekuensi Kurang 8. Fungsi Control FMEA untuk pemeliharaan proteksi busbar dan diameter terlampir. 2. PEDOMAN PEMELIHARAAN 2.1 In Service Inspection / Inspeksi Dalam Keadaan Operasi Dalam In Service Inspection, dilakukan beberapa pemeriksaan dengan metoda : 1. Pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran), 2. Pengecekan dengan alat ukur sederhana (thermogun, termometer, higrometer, dll). Berdasarkan waktu pelaksanaannya, in service inspection pada sistem proteksi busbar dan diameter dibagi menjadi : 1. Inspeksi harian Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 12
18 2. Inspeksi mingguan 3. Inspeksi bulanan Inspeksi Harian Inspeksi Harian dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Inspeksi yang termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Kondisi relai proteksi Diferensial Busbar 2. Kondisi relai proteksi Circulating Current 3. Kondisi relai proteksi OCR/GFR 4. Kondisi relai trip circuit supervisi 1 5. Kondisi relai trip circuit supervisi Inspeksi Mingguan Inspeksi Mingguan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu minggu oleh petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Pemeriksaan yang dilakukan dalam inspeksi mingguan meliputi : 1. Suhu ruangan 2. Kelembaban ruangan 3. Kondisi masing-masing panel proteksi meliputi : a. Suara (Normal/Tidak Normal) b. Bau (Normal/Bangkai/Hangus) c. Grounding panel (Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Hilang) d. Terminasi wiring (Normal/Korosi/Panas) 4. Kondisi panas diukur menggunakan thermogun a. Kabel kontrol (Normal/Terkelupas) 5. Kondisi relai proteksi breaker failure/short zone 6. Kondisi relai tegangan nol 7. Kondisi relai frekuensi kurang 8. Kondisi panel kontrol bay kopel atau diameter Inspeksi Bulanan Inspeksi Bulanan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Inspeksi Bulanan meliputi : 1. Kondisi umum panel proteksi a. Kondisi panel (Normal/Kotor/Lembab) b. Lampu penerangan panel (Normal/Redup/Tidak berfungsi/hilang) c. Heater (Normal/Rusak/Hilang) d. Pintu Panel (Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci /Hilang) Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 13
19 e. Door Sealant (Normal/Tidak Elastis/Putus/Hilang) f. Lubang Kabel Kontrol (Normal/Tidak Rapat/Glen Kabel tidak ada) 2. Kondisi Amperemeter 3. Kondisi kv-meter (R, S, T) 4. Kondisi MW-Meter 5. Kondisi MVar-Meter 6. Kondisi kwh-meter a. kwh-meter IN b. kwh-meter OUT 7. Kondisi Annunciator 8. Kondisi Sirkit Voltage Selection 2.2 In Service Measurement / Pengukuran Dalam Keadaan Operasi In service measurement dilakukan dengan memeriksa besaran arus yang mengerjakan sistem proteksi dan meter sesaat sebelum dan sesudah dilakukan shutdown testing/measurement dan dilakukan oleh regu pemeliharaan proteksi. Hal ini dilakukan guna memastikan ada tidaknya permasalahan terhadap wiring/pengawatan rangkaian arus. a. Pemeriksaan besaran arus diferensial (Id) pada relai diferensial busbar dan circulating current jenis low impedance dan high impedance tipe arus. b. Pemeriksaan besaran tegangan diferensial (Vd) pada relai diferensial busbar dan circulating current jenis high impedance tipe tegangan. c. Pemeriksaan besaran arus pada relai breaker failure. d. Pemeriksaan besaran arus pada relai short zone. e. Pemeriksaan besaran arus pada OCR/GFR f. Pemeriksaan besaran tegangan pada relai tegangan nol. g. Pemeriksaan besaran tegangan pada relai frekuensi kurang. h. Pemeriksaan besaran arus dan tegangan pada meter. Pemeriksaan besaran analog ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai pengukuran pada display relai untuk relai relai jenis numerik, dan melakukan pengukuran dengan menggunakan tang ampere dan voltmeter untuk relai relai jenis statik dan elektromekanik. Hasil pengukuran ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan agar kondisi peralatan yang diidentifikasi tersebut (normal atau ada kelainan) dapat diketahui lebih dini. Bila ada kelainan, dapat ditindaklanjuti pada kondisi peralatan in service atau shutdown. Blangko uji terlampir. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 14
20 2.3 Shutdown Testing/Measurement / Pengujian Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Shutdown testing/measurement dilakukan pada saat busbar, diameter atau bay kopel dalam keadaan tidak bertegangan/padam. Pekerjaan ini dilakukan secara rutin di setiap pemeliharaan maupun pada saat investigasi ketidaknormalan proteksi (anomali) Pengujian Relai Diferensial Busbar Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai diferensial busbar dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai diferensial busbar. 1. Pengujian arus/tegangan kerja relai a. Relai diferensial busbar low impedance dan high impedance tipe arus Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai diferensial, dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap sampai didapatkan nilai arus yang membuat relai diferensial bekerja/trip. b. Relai diferensial busbar high impedance tipe tegangan Pengujian tegangan kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan tegangan pada relai diferensial, dimulai dari nilai tegangan yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap sampai didapatkan nilai tegangan yang membuat relai diferensial kerja/trip. 2. Pengujian slope Pengujian slope hanya dilakukan pada relai diferensial busbar low impedance. Pengujian slope dilakukan untuk mendapatkan beberapa nilai arus diff kerja pada beberapa nilai arus restrain dan menggambarkan karakteristik slope dari rele diferensial low impedance. 3. Pengukuran waktu kerja relai Mengukur waktu kerja relai diferensial mulai dari relai itu mendapat injeksi arus/tegangan sampai relai tersebut bekerja. Pengujian individu relai diferensial busbar dilakukan setiap : a. Secara rutin 6 tahun sekali. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul relai. c. Setiap penambahan bay. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 15
21 2.3.2 Pengujian relai Circulating Current (CCP) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai circulating current dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai circulating current. 1. Pengujian arus/tegangan kerja relai a. Relai CCP low impedance dan CCP high impedance tipe arus Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai CCP, dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap hingga didapatkan nilai arus yang membuat relai CCP bekerja/trip. b. Relai CCP high impedance tipe tegangan Pengujian tegangan kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan tegangan pada relai CCP, dimulai dari nilai tegangan yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap hingga didapatkan nilai tegangan yang membuat relai CCP kerja/trip. Pengujian individu relai circulating current dilakukan setiap : a. Secara rutin 6 tahun sekali. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di relai Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja dari relai breaker failure dan relai short zone dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus kerja juga dilakukan pengujian waktu kerja relai dibandingkan dengan setting waktunya. 1. Pengujian arus kerja relai Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus secara bertahap pada relai CBF dan SZP sehingga didapatkan nilai arus yang membuat relai bekerja/trip. 2. Pengukuran waktu kerja relai. Mengukur waktu kerja relai CBF dan SZP mulai dari relai itu mendapat injeksi arus/tegangan sampai relai tersebut bekerja. Pengujian individu relai circuit breaker failure dilakukan setiap : a. Secara rutin 6 tahun sekali. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 16
22 b. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di relai Pengujian Relai Arus Lebih/Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja, arus reset/kembali, waktu kerja dan karakteristik dari relai OCR/GFR dengan nilai settingnya. a. Arus kerja minimum (pick-up) dan arus kembali (drop-off) Pengujian ini dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai OCR/GFR di bawah nilai setting arusnya kemudian dinaikkan secara bertahap hingga didapatkan nilai arus kerja minimum yang membuat relai OCR/GFR pick-up/starting. Setelah itu, arus injeksi diturunkan secara bertahap hingga didapatkan besaran arus yang membuat relai OCR/GFR reset (drop-off). b. Karakteristik waktu kerja relai Pengujian karakteristik relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai OCR/GFR sebesar 2xIset, 3xIset dan 5xIset dan mengukur waktu kerja relai. Catat nilai arus uji dan waktu kerja relai OCR/GFR tersebut ke dalam blangko pengujian. Pengujian individu relai OCR/GFR dilakukan setiap : a. Secara rutin 2 tahun sekali untuk relai elektromekanik dan elektrostatik dan 6 tahun untuk relai numerik/digital. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di relai Pengujian Relai Tegangan Nol Pengujian relai tegangan nol dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai apabila semua input tegangan tidak mendapatkan supply. Pengujian relai tegangan nol dilakukan dengan cara menginjeksikan tegangan pengukuran ke terminal masukkan relai dari nilai tegangan pengenal, kemudian tegangan dihilangkan. Pengujian individu relai relai tegangan nol dilakukan setiap : a. Secara rutin 6 tahun sekali. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau rekonfigurasi tripping ke PMT Pengujian Relai Frekuensi Kurang Pengujian relai frekuensi kurang dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai pada saat terjadi penurunan frekuensi di sistem. Pengujian ini dilakukan dengan cara mencari nilai frekuensi kerja, frekuensi reset, setting df/dt serta nilai under voltage blocking. Pengujian individu relai frekuensi kurang dilakukan setiap : Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 17
23 a. Secara rutin 6 tahun sekali. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau rekonfigurasi tripping ke PMT Kalibrasi Meter Kalibrasi meter ini bertujuan untuk memastikan kelaikan penunjukan meter berdasarkan kelasnya. Kalibrasi meter ini meliputi kalibrasi meter tegangan dan arus. Pengujian ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan dan selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui lebih dini kondisi meter tersebut apakah masih dalam kondisi normal atau ada kelainan. 2.4 Shutdown Function Check / Pengujian Fungsi Pada Saat Sistem Tidak Bertegangan Shutdown function check dilakukan untuk mengetahui fungsi dari relai-relai proteksi busbar dan diameter maupun indikator yang ada pada bay tersebut. Item item yang harus diperiksa pada saat shutdown function test adalah sbb : Function Test Relai Diferensial Busbar Pengujian function relai diferensial busbar dilakukan untuk melihat skema tripping relai proteksi busbar. Untuk menguji skema relai proteksi busbar secara keseluruhan dilakukan dengan cara memadamkan semua bay pada GI/GITET atau dengan cara melakukan pemadaman secara bergantian pada setiap bay di GI/GITET tersebut. 1. Pengujian fungsi relai diferensial busbar dilakukan secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem tripping untuk setiap bay. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau setting relai Function Test Relai Circulating Current (CCP) Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan intertrip dari relai circulating current. Pengujian fungsi relai circulating current dilakukan setiap : 1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/pmt yang ditripkan oleh relai CCP. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT. 3. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus uji intertrip) Pengujian Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP) Pengujian function relai breaker failure dan relai short zone dilakukan untuk menguji skema tripping relai tersebut. Untuk menguji skema proteksi ini secara keseluruhan, dilakukan dengan cara memadamkan semua bay pada GI/GITET atau dengan cara melakukan pemadaman secara bergantian pada setiap bay di GI/GITET tersebut. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 18
24 Pengujian fungsi relai breaker failure dan relai short zone dilakukan : 1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem tripping ke PMT. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT. 3. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus test intertrip) Pengujian relai OCR/GFR Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai OCR/GFR. Pengujian fungsi relai OCR/GFR dilakukan : 1. Secara rutin setiap 2 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/pmt yang ditripkan oleh relai OCR/GFR. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT Pengujian Relai Tegangan Nol Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai tegangan nol. Pengujian fungsi relai tegangan nol dilakukan setiap : 1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/pmt yang ditripkan oleh relai tegangan nol. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT Pengujian Relai Frekuensi Kurang Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai frekuensi kurang. Pengujian fungsi relai frekuensi kurang dilakukan setiap : 1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/pmt yang ditripkan oleh relai frekuensi kurang. 2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT. 2.5 Pemeriksaan/Pengujian Setelah Gangguan Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi gangguan seperti waktu terjadinya gangguan, lokasi gangguan dan fasa apa yang terganggu. Setelah itu dilakukan investigasi peralatan proteksi mana saja yang harus bekerja untuk melokalisir gangguan tersebut. Dari data-data gangguan yang diperoleh, dapat dianalisa proteksi mana saja yang bekerja dengan benar dan proteksi mana yang salah bekerja. Proteksi utama busbar dan diameter harus bekerja paling awal saat terjadi gangguan pada busbar atau diameter. Apabila proteksi utama ini gagal, maka sistem proteksi Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 19
25 cadangan yang harus bekerja melokalisir gangguan tersebut. Adapun kegagalankegagalan yang biasa terjadi pada sistem proteksi di antaranya : 1. Tidak sensitif yaitu sistem proteksi tidak bekerja pada nilai settingnya (di bawah atau di atas nilai settingnya). 2. Tidak selektif yaitu bekerja pada saat terjadi gangguan di luar daerah proteksiannya. 3. Tidak cepat yaitu sistem proteksi bekerja lebih lambat dari setting waktunya. 4. Gagal bekerja yaitu relai proteksi tidak mendeteksi gangguan atau relai proteksi berhasil mendeteksi gangguan namun gagal membuka pemutus tenaga (PMT) pada saat terjadi gangguan dalam daerah proteksiannya. Hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi kegagalan kerja pada sistem proteksi busbar dan diameter adalah : 1. Tidak sensitif Hal-hal yang harus dilakukan yaitu : a. Uji individu untuk melihat karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja. b. Jika diperlukan dilakukan pengujian comtrade untuk melihat respon relai terhadap gangguan yang terjadi (khusus untuk relai jenis numerik). 2. Tidak selektif a. Periksa rangkaian pengawatan arus/tegangan dari CT/PT ke relai. b. Uji Comtrade (jika diperlukan). c. Pengujian kestabilan (stability test) terkait adanya malakerja relai diferensial busbar dan relai circulating current. d. Pengujian kestabilan terkait adanya penggantian relai diferensial busbar/circulating current ataupun penggantian CT bay/diameter. 3. Tidak Cepat a. Uji waktu kerja relai proteksi, relai-relai bantu dan relai lockout. b. Uji Comtrade (jika diperlukan). 4. Gagal bekerja a. Evaluasi nilai setting. b. Uji karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja, meliputi uji arus/tegangan kerja dan waktu kerja relai proteksi. c. Uji Comtrade (jika diperlukan). d. Uji individu relai lockout dan relai-relai bantu, meliputi tegangan dan waktu kerja. e. Periksa rangkaian pengawatan CT/PT, rangkaian logic, rangkaian trip dan rangkaian catu daya. f. Uji kestabilan (stability test). g. Periksa sinyal trip pada tripping coil PMT. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 20
26 In Service Inspection In Service Measurement Untuk memastikan semua rangkaian arus dan tegangan dalam kondisi normal sesudah dilakukan shutdown testing In Service Measurement Untuk memastikan semua rangkaian arus dan tegangan dalam kondisi normal sebelum dilakukan shutdown testing Instalasi di Operasikan Instalasi di Offkan Shutdown Function Uji Fungsi 1. Fungsi Trip 2. Fungsi Alarm 3. Annunsiator 4. Fault Clearing Time Shutdown Testing Uji Individual relai Relai Differensial Busbar/Relai Circulating Current 1. Uji arus/tegangan kerja minimum 2. Uji waktu kerja Relai CBF/Relai SZP/OCR/GFR 1. Uji arus kerja minimum 2. Uji arus drop-off 3. Uji waktu kerja Relai Tegangan Nol 1. Uji tegangan kerja minimum 2. Uji waktu kerja Relai Frekuensi Kurang 1. Uji frekuensi kerja minimum 2. Uji frekuensi drop off 3. Uji waktu kerja Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 21
27 3. EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN Hasil pemeliharaan perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti segera apabila ditemukan ketidaknormalan relai proteksi busbar dan diamater, sehingga penyaluran tenaga listrik tidak terhambat karena adanya ketidaknormalan relai proteksi. Evaluasi pemeliharaan tersebut harus mengacu pada standar yang ditentukan. 3.1 Standar In service Inspection Inservice inspection memiliki standar acuan normal menggunakan panca indera. Tabel 3.1 Standar acuan pemeliharaan In Service Inspection Item Inspeksi Standar I. Kondisi Lingkungan : Ruangan Proteksi dan Kontrol 1 Suhu Ruangan C 2 Kelembaban < 70 % II. Kondisi Umum Panel Proteksi dan Kontrol 1 Kondisi dalam Panel Bersih 2 Lampu Penerangan Terang 3 Heater Ada, baik 4 Pintu Panel Tidak korosi 5 Door Sealant Baik, elastis 6 Lubang Kabel Kontrol Tertutup rapat 7 Suara Tidak ada 8 Bau Tidak berbau 9 Grounding Panel Ada, terhubung baik 10 Terminasi Wiring 11 Kabel Kontrol 12 Sirkit Voltage Selection III. Kondisi Relai Proteksi di Panel Proteksi Kencang, karatan Tidak putus Tidak putus tidak cacat/tidak cacat/tidak 1 Relai Diferensial Busbar 2 Relai Circulating Current 3 Relai Circuit Breaker Failure Normal, LED in service nyala Normal, LED in service nyala Normal, LED in service nyala Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 22
28 III. Kondisi Relai Proteksi di Panel Proteksi 4 Relai Short Zone Protection 5 Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR) 6 Relai Tegangan Nol 7 Relai Frekuensi Kurang Normal, LED in service nyala Normal, LED in service nyala Normal, LED in service nyala Normal, LED in service nyala 8 Trip Circuit Supervision 1 LED/bendera muncul tidak 9 Trip Circuit Supervision 2 Normal, LED in service nyala IV. Kondisi Alat Ukur 1 Ampere Meter Normal, terbaca 2 KV Meter Fasa R,S,T Normal, terbaca Selector Switch Normal 3 MW Meter Normal, terbaca 4 Mvar Meter Normal, terbaca 5 kwh Meter a KWh IN Normal, terbaca b KWh OUT Normal, terbaca 6 Announciator Lampu Normal, menyala pada test lamp 3.2 Standar In Service Measurement In service measurement mengacu pada ada atau tidaknya arus dan tegangan sesuai fungsi relai proteksi. Tabel 3.2 Standar Acuan Pemeliharaan In Service Measurement Item Relai Relai Diferensial Busbar/Circulating Current Jenis High Impedance Acuan Tegangan diferensial (Vd) atau arus diferensial (Id) harus relatif nol ketika operasi normal minimal 10 % dari In CT. Relai Diferensial Busbar / Circulating Current Jenis Low Impedance Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi normal (dilakukan setiap fasa) minimal 10 % dari In CT terbesar. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 23
29 Item Relai Circuit Breaker Failure dan Short Zone Protection Relai Arus Lebih (OCR) Relai Gangguan Tanah (GFR) Relai Tegangan Nol Relai Frekuensi Kurang Acuan Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban. Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban. Arus yang masuk ke kumparan Ground Fault harus terukur relatif nol ketika kondisi operasi berbeban. Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus sesuai dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT) Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus sesuai dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT) 3.3 Standar Shutdown Testing Pengujian individual relai proteksi harus mengacu pada akurasi dari pabrikan, dan dapat dilihat dari manual buku pabrikan. Standar akurasi ini terdiri dari akurasi arus kerja dan akurasi waktu kerja. Kesalahannya harus lebih kecil atau sama dengan akurasi yang dinyatakan di buku manual pabrikan. Kesalahan (error) dinyatakan melalui : Error = Nilai setting Nilai hasil uji Nilai setting x 100% Di bawah ini beberapa akurasi untuk beberapa jenis relai proteksi. Elektromekanik : arus + 10%, waktu kerja + 5% Elektrostatik : arus + 5%, waktu kerja + 5% Numerik / Digital : arus + 5%, waktu kerja + 5% Untuk waktu kerja instantaneous : + 5% + 10 ms 3.4 Standar Pengujian Fungsi Sistem Proteksi Pengujian Fungsi Trip PMT, Alarm, dan Annunciator. Pengujian fungsi sistem proteksi hingga PMT dilakukan untuk memastikan bahwa sistem proteksi berfungsi dengan benar mulai dari peralatan primer hingga PMT, dan dilakukan melalui injeksi primer, dan memastikan gangguan yang terjadi akan menghasilkan alarm dan indikasi annunciator yang benar ke panel kontrol. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 24
30 3.4.2 Pengujian Fungsi Sistem Proteksi Untuk Mendapat Waktu Pemutusan Gangguan Sesuai Dengan Grid Code Pengujian ini harus mengacu kepada grid code untuk masing-masing level tegangan sistem. Waktu pemutusan gangguan (fault clearing time) di jaringan, mulai dari saat terjadi gangguan hingga padamnya busur listrik oleh terbukanya Pemutus Tenaga (PMT), harus kurang dari atau sama dengan : Sistem 500 kv Sistem 275 kv Sistem 150 kv Sistem 70 kv : 90 ms : 100 ms : 120 ms : 150 ms 4. Rekomendasi Rekomendasi yang dihasilkan harus mengacu kepada hasil pemeliharaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 25
31 4.1 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Inspection Tabel 4.1 Rekomendasi hasil Pemeliharaan In service Inspection No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi 1 Kondisi suhu ruang proteksi dan kontrol Panas atau Lembab Periksa lingkungan ruangan, 2 Kondisi panel proteksi dan kontrol Periksa dan perbaiki sistem AC pendingin - Kondisi dalam panel - Kotor - Berkarat - Lampu penerangan panel - Redup / tidak sesuai K3, Tidak berfungsi, hilang - Dibersihkan - Dicat - Diperiksa - Diganti - Kondisi heater - Tidak normal Rusak. - Periksa - Diganti - Kondisi pintu panel - Korosi - Tidak bisa ditutup - Dicat - Diperbaiki - Kondisi door sealant - Tidak Elestis, putus - Diganti - Kondisi Lubang kabel kontrol - Berlubang - Ditutup rapat - Suara - Tidak normal - Dicari tahu sumbernya, lalu di perbaiki. - Bau - Tidak normal - Dicari tahu sumbernya lalu di bersihkan. - Grounding Panel - Kendor - Korosi, Rantas, Hilang - Terminasi Wiring - Kendor - Panas, Korosi - Diperbaiki - Diganti - Diperbaiki - Diganti - Kabel Kontrol - Terkelupas - Diisolasi, diganti - Sirkit Voltage Selection - Terkelupas - Diisolasi, diganti 3 Kondisi relai proteksi Lampu supplai padam - Cek Supplai DC - Periksa card DC Supplai 4 Kondisi Relai TCS Bekerja - Cek Rangkaian tripping relai proteksi Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 26
32 No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi 5 Kondisi meter-meter - Analog Penunjukan tidak sesuai Periksa meter, kalibrasi, ganti meter. - Digital Displai padam Cek supplai DC, ganti meter 6 Kondisi annunciator Lampu padam Ganti lampu 4.2 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Measurement Tabel 4.2 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Measurement No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi 1 Relai diferensial dan circulating current jenis high impedance 2 Relai diferensial dan circulating current jenis low impedance 3 Breaker failure dan short zone protection Tegangan atau arus pada terminal relai terukur tidak sama dengan nol ( 0) ketika kondisi operasi normal - Arus diferensial terukur (relatif 0) pada kondisi operasi normal Arus masing masing fasa tidak terukur ataupun relative tidak sama besar ketika kondisi operasi normal. Arus yang masuk ke kumparan Ground Fault terukur (relatif 0) ketika kondisi operasi normal. 4 Relai arus lebih (OCR) Arus masing masing fasa tidak terukur ataupun relatif tidak sama besar ketika kondisi operasi normal. 5 Relai gangguan tanah (GFR) Arus yang masuk ke kumparan Ground Fault terukur (relatif 0) ketika kondisi operasi normal. 6 Relai tegangan nol Tegangan tidak terukur ataupun tidak sesuai dengan pengukuran voltmeter pada panel kontrol ketika kondisi operasi normal. 7 Relai Frekuensi Kurang Tegangan tidak terukur ataupun tidak sesuai dengan pengukuran voltmeter pada panel kontrol ketika kondisi operasi normal. Periksa rangkaian input sistem proteksi diferensial busbar dan circulating current Periksa rangkaian input sistem proteksi diferensial busbar dan circulating current Periksa rangkaian input sistem proteksi breaker failure dan short zone protection Periksa rangkaian input sistem proteksi OCR Periksa rangkaian input sistem proteksi GFR Periksa rangkaian input relai tegangan nol Periksa rangkaian input relai frekuensi kurang Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 27
33 4.3 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Testing/Measurement Tabel 4.3. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown testing No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi 1 Relai Diferensial Busbar dan CCP Low Impedanse Arus pick up > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi/tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Waktu kerja > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card 2 Relai Diferensial Busbar dan CCP High Impedanse Tegangan pick up > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Waktu kerja > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 28
34 3 Relai CBF / SZP Arus pick up > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Rasio DO/PU > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Waktu kerja > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card 4 Relai Tegangan Nol (bila ada) Tegangan pick up > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Rasio DO/PU > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Waktu kerja > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 29
35 5 Relai Frekuensi Kurang Frekuensi pick up > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Rasio DO/PU > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Frekuensi df/dt > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Waktu kerja > standar Relai elektromekanik : - Kalibrasi / tuning Relai elektrostatik / numerik : - Periksa card, - Ganti card Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 30
36 4.4 Rekomendasi hasil pemeliharaan shutdown function check. Tabel 4.4. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Function Check No Pemeriksaan Kondisi Rekomendasi 1 Uji fungsi sistem proteksi PMT tidak trip - Periksa sistem DC tripping - Periksa kontak output trip relai - Periksa lockout relai - Periksa tripping coil PMT - Periksa pengawatan tripping - Kordinasi dengan regu pemeliharaan PMT. Alarm dan announciator tidak bekerja - Periksa Lampu announciator - Periksa kontak output trip alarm. - Periksa pengawatan sistem alarm. - Periksa sistem DC alarm. 2 Uji fungsi waktu pemutusan. Waktu pemutusan melebihi standar acuan Periksa kecepatan masing masing komponen (relai, lock out relai, dan PMT) Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 31
37 Lampiran 1. FMEA Proteksi dan Kontrol Busbar Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 32
38 Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 33
39 Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 34
40 Lampiran 2. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Tipe Tegangan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 35
41 Lampiran 3. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 36
42 Lampiran 4. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Lom Impedance Tipe Tegangan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 37
43 Lampiran 5. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Tegangan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 38
44 Lampiran 6. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Arus Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 39
45 Lampiran 7. Blangko Pengujian Relai CBF/SZP Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 40
46 Lampiran 8. Blangko Pengujian Relai Tegangan Nol Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 41
47 Lampiran 9. Blangko Pengujian Relai Frekuensi Kurang Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 42
48 Lampiran 10. Blangko In Service Inspection periode harian Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 43
49 Lampiran 11. Blangko In Service Inspection periode mingguan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 44
50 Lampiran 12. Blangko In Service Inspection periode bulanan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 45
51 Lanjutan Blangko In Service Inspection periode bulanan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 46
52 Lampiran 13.Bangko In Service Measurement Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 47
53 GLOSARRY 1. Inservice Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. 2. Inservice Inspection Pemeriksaan Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan menggunakan panca indera. 3. Inservice Measurement Pengujian atau pengukuran peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan menggunakan alat bantu. 4. Shutdown Testing/Measurement Pengujian/pengukuran Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak bertegangan. 5. Shutdown Function Check Pengujian fungsi peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak bertegangan. 6. Pengujian /Pemeriksaan Setelah Gangguan Pengujian / Pemeriksaan yang dilakukan setelah terjadi gangguan pada peralatan penyaluran tenaga listrik. 7. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) Metode evaluasi peralatan untuk meningkatkan availability dengan cara mendeteksi kemungkinan kemungkinan kelemahan desain dan penyebab kerusakan dominan. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 48
R O T E K S I D A N K O N T R O L B U S B A R D : P D M / S G I
B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n D o k u m e n n o m o r : P D M / S G I / 1 7 : 2 0 1 4 P R O T E K S I D A N K O N T R O L B U S B A R P T P L N ( P E R S E R O ) J l T r u n o j o y o B
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR LAMPIRAN... vi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Gambaran Umum... 1 1.2 Pola Proteksi Transformator... 1 1.2.1 Pola Proteksi Transformator
Lebih terperinciSIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK
Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono
Lebih terperinciR O T E K S I D A N K O N T R O L T R A N S F O R M A T O R D : P D M / S G I
B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n D o k u m e n n o m o r : P D M / S G I / : 2 0 4 P R O T E K S I D A N K O N T R O L T R A N S F O R M A T O R P T P L N ( P E R S E R O ) J l T r u n o j
Lebih terperinciOCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.
DAERAH KERJA PROT.xls PROTEKSI KOPEL 150 KV BUS-I BUS-2 OCR/GFR AMP OCR/GFR AMP OCR/GFR AMP BUSPRO-1 BUSPRO-2 DIST DIST Pht-1 Pht-2 OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah. GI A I GI
Lebih terperinciPT PLN (Persero) PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR GAMBAR...iv. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN...vi... 7 1. PENDAHULUAN... 7 1.1 Gambaran Umum... 7 1.2 Pola Proteksi Penghantar... 8 1.2.1 Pola Proteksi Penghantar 150
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Pengembangan sistem proteksi dalam jaringan distribusi dan transmisi sangat diperlukan untuk mengamankan kerja sistem dan peralatan-peralatan pada sistem pembangkitan.
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)
27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga
Lebih terperinciBAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk
BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak
Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB
ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak
Lebih terperinciPENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 9 No. 2 Mei 2013 ; 74-79 PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI Hery Setijasa Jurusan Teknik Elektro Polines Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang abstrak Salah satu peralatan
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
Lebih terperinciBAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS
BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS 4.1 Gangguan Transmisi Suralaya Balaraja Pada Pembangkit PLTU Suralaya terhubung dengan sistem 500KV pernah mengalami gangguan CT (Current Transformer)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi
Lebih terperinciBAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA
41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
Lebih terperinciPENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK
STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando
Lebih terperinciBAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI
BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. pernah dilakukan sebagai rujukan penulis guna mendukung penyusunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut beberapa penelitian mengenai analisis proteksi serta setting rele diferensial pada Busbar di suatu Switchyard atau Gardu induk yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka
Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI
STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan
Lebih terperinciSTUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE
A. Muhammad Syafar, Studi Keandalan Distance Relay Jaringan 150 kv GI Tello GI Pare-Pare \ STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE A. Muhammad Syafar Dosen Program Studi
Lebih terperinciBAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI
BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI 4.1 Trafo Step Up 150 kv PT. PLN Durikosambi Gardu Induk Durikosambi berjenis gardu induk Switchyard, yakni gardu induk yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu
Lebih terperinciGambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung
Lebih terperinciDAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK BIDANG TRANSMISI SUB BIDANG INSPEKSI. : Komisioning Bay Reaktor... I.19-58
DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK BIDANG TRANSMISI SUB BIDANG INSPEKSI Kode Unit Judul Unit Kode Unit Judul Unit Kode Unit Judul Unit Kode Unit Judul Unit Kode Unit Judul Unit Kode Unit Judul
Lebih terperinciBAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI
BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI 4.1 Definisi dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan
Lebih terperinciGARDU INDUK TRANSFORMATOR
Bab 4 GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD
Lebih terperinciOleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta
Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil
Lebih terperinciGround Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay
Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI GROUND FAULT DETECTOR
BAB II LANDASAN TEORI GROUND FAULT DETECTOR 2.1.FUNGSI ALAT GROUND FAULT DETECTOR (GFD) Ground Fault Detector (GFD) adalah alat yang berfungsi untuk mendeteksi adanya arus lebih atau gangguan hubung singkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI.
13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control
Lebih terperinciBAB III METODA SIMULASI
2 BAB III METODA SIMULASI 3.1 Metoda Pengujian Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 3.1.1 Tujuan 1. Mengetahui cara menggunakan perangkat current injector. 2. Mengetahui cara setting rele MCGG 52. 3.
Lebih terperinci2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.
DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan
Lebih terperinciPRAKTIKUM 1: SISTEM PENTANAHAN /GROUNDING -PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN
PRAKTIKUM 1: SISTEM PENTANAHAN /GROUNDING -PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN I. TUJUAN 1. Mengetahui besarnya tahanan pentanahan pada suatu tempat 2. Mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan dari pengukuran
Lebih terperinciE R A L A T A N P E R E K A M D : P D M / S G I
B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n P E R A L A T A N P E R E K A M D o k u m e n n o m o r : P D M / S G I / 8 : 0 P T P L N ( P E R S E R O ) J l T r u n o j o y o B l o k M I / 5 J A K A R
Lebih terperinciSISTEM TENAGA LISTRIK
Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
Lebih terperinciBAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA
BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA
BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem
Lebih terperinciANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)
JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA
3 BAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA 2. PENGERTIAN SALURAN TRANSMISI Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan
Lebih terperinciStudi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas Sandi Agusta Jiwantoro, Margo Pujiantara, dan Dedet Candra Riawan Teknik
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500 kv KRIAN - GRESIK 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteksi saluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga kontinuitas dan kualitas supply
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA
BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 3.1 Sistem Proteksi Pada Transformator Daya 3.1.1 Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu
Lebih terperinciPEDOMAN OPERASI GARDU INDUK
PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK (STANDING OPERATION PROCEDURE) GARDU INDUK MITSUI I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan SOP ini merupakan pedoman dan petunjuk bagi Dispatcher dan Operator Gardu Induk untuk
Lebih terperinciBAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK
BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK 2.1. Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari empat unsur utama. Pertama, unsur sistem pembangkitan tenaga listrik. Kedua, suatu sistem
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah PT PLN APD Jatim membawahi 98 Gardu Induk yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Ditambah dengan jumlah pelanggan yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat
Lebih terperinciJARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI
1.2. Sistem Proteksi Jaringan 1.2.1. Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu induk dan jaringan) dan jaringan distribusi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya listrik. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciSistem Pengoperasian dan Pemeliharaan Pemisah (Disconnecting Switch) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv Gandul
Nama Sistem Pengoperasian dan Pemeliharaan Pemisah (Disconnecting Switch) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv Gandul : Tri Hardiyanto NPM : 16410946 Fakultas Jurusan Pembimbing : Teknologi Industri
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.
Lebih terperinciBAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang
BAB III RELAI JARAK 3.1. UMUM Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi
Lebih terperinciBAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI
BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian
Lebih terperinciABSTRAK Kata Kunci :
ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak
BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi
Lebih terperinciLANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk
II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan
Lebih terperinciEVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR
EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.
Lebih terperinciPENGOPERASIAN KUBIKEL 20 KV
PENGOPERASIAN KUBIKEL 20 KV PENGERTIAN Pengertian pengoperasian kubikel adalah merubah posisi keluar / masuk kontak hubung (LBS, PMT) dgardu induk, gardu distribusi dan gardu hubung untuk keperluan : Pengaturan
Lebih terperinciPertemuan ke :2 Bab. II
Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang
BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang 3.1.1. Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN OVER CURRENT RELAY (OCR) Abdurrahman Ghifari (L2F 009 120) Email: ghifari.abdurrahman@gmail.com Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak
Lebih terperinciJurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :
STUDI ANALISA PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN GROUND FAULT DETECTOR (GFD) PADA JARINGAN 20 KV PLN DISJAYA TANGERANG Badaruddin 1, Achmad Basofi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH
ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Lebih terperinciAnalisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) -6 Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500 PT PLN (PERSERO) di Kediri Muhammad Rafi, Margo Pujiantara ), dan R. Wahyudi ). Jurusan
Lebih terperinciSUB BIDANG INSPEKSI/KOMISIONING
LAMPIRAN IV : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG INSPEKSI/KOMISIONING DEPERTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTIK
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTIK SISTEM PROTEKSI GARDU INDUK DAN JARINGAN 150 kv MENGGUNAKAN PEMUTUS TENAGA (PMT) MEDIA GAS SF6 DI GARDU INDUK 150 kv KEBASEN PT. PLN (PERSERO) P3B JB UPT TEGAL Oleh : JOHAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK
TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dapat berfungsi melokalisir gangguan dan mengamankan peralatan instalasi terhadap gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan di suatu bagian
Lebih terperinci