BAB III METODA SIMULASI
|
|
- Devi Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2 BAB III METODA SIMULASI 3.1 Metoda Pengujian Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG Tujuan 1. Mengetahui cara menggunakan perangkat current injector. 2. Mengetahui cara setting rele MCGG Mengetahui cara merangkai rangkaian pengujian karakteristik rele MCGG 52 dengan menggunakan perangkat current injector. 4. Megatahui cara membuat kurva karakteristik waktu tunda rele inverse. 5. Mampu menghitung dengan menggunakan rumus karakteristik rele inverse. 6. Mampu menganalisa hasil pengujian yang dibandingkan dengan hasil perhitungan karakteristik rele inverse Daftar Peralatan 1. Power supply DC 11 V. 2. Modul Praktikum Rele MCGG Seperangkat Current Injector 1 phasa. 4. Tang Ampere. 5. Volt Meter. 6. Stop Watch. 7. Kabel penghubung (secukupnya).
2 Gambar 3.1 Flowchart Uji Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 21
3 Rangkaian Pengujian Gambar 3.2 Rangkaian Uji Karakteristik Rele MCGG 52 dengan Menggunakan Current Injector Langkah Kerja 1) Dilaksanakan langkah mengaktifkan power supply DC dan setel hingga sebesar 11 V. 2) Kemudian dilakukan langkah mentransfer power supply 11 VDC ke unit rele. 3) Setelah itu pengujian indikasi dilakukan dengan cara menekan tombol reset pada rele MCGG 52, jika semua lampu indikator kerja rele menyala maka rele dalam kondisi ON dan siap untuk diuji. 4) Saat unit rele dalam kondisi aktif sesuai dengan gambar, maka dirangkailah susunan rangkaian pengujian dengan menggunakan current injector 1 phasa. 5) Setting pengujian karakteristik kemudian dilakukan dengan nilai Is time delayed OCR/GFR sebesar 1 A. Berdasarkan petunjuk manual, perhitungan Iset adalah = In. Maka nilai set = Iset / In = 1 / 5 =,2
4 Gambar 3.3 Setting Is OCR (phasa R dan T) Kemudian penentuan kurva dilaksanakan, sebagai contoh pada posisi kurva Standard Inverse. Untuk memilih kurva yang diinginkan dilakukan dengan cara mengeset dial option yang berbentuk kode biner yang keterangannya dapat dilihat pada tabel. Tabel 3.1 Setting kurva karakteristik SI VI EI LTI D2 D4 D TRIP TEST : CURVA SI : Gambar 3.4 Setting kurva Standard Inverse dengan tunda waktu 1 1 1
5 24 6) Dikarenakan keterbatasan komponen pencatat waktu pada perangkat current injector untuk mencatat waktu pemutusan rele yang sangat cepat maka untuk alternatif, set TMS pada rele diperbesar hingga,6 sehingga waktu pemutusan rele masih dapat diamati.,25,5,5,1,2,2,4 Gambar 3.5 Setting TMS 7) I set kemudian di setting pada posisi, sehingga nilai = Gambar 3.6 Setting kurva I set Instant/Moment 8) Dilaksanakan langkah simulasi arus gangguan serta pengukuran secara bertahap dengan cara memutar tuas ulir pada bagian atas current injector sesuai nilai arus gangguan pada tabel hasil uji.
6 25 Semua tahapan pengerjaan dilakukan untuk masing - masing setting karakteristik kurva waktu tunda rele inverse, diantaranya : Standard Normal Inverse Very Inverse Etremely Inverse Long Time Inverse 9) Hasil uji kemudian disusun dalam bentuk tabel data hasil uji. 1) Lalu perhitungan waktu kerja dicari dengan rumus macam - macam karakteristik Relay Inverse yaitu dengan menggunakan rumus [ 2.1 ] hingga [ 2.4 ], yang diantaranya : Standard Normal Inverse,14 tms,2 I Very Inverse 13,5 tms I Etremely Inverse 8 tms I 2 Long Time Inverse 12 tms I 11) Hasil perhitungan kemudian dicatat dan disusun pada tabel hasil perhitungan untuk dibandingkan nilainya dengan hasil aktual pengujian. Setelah itu kurva perbandingan hasil uji dan hitung dianalisa perbandingan akurasinya berdasarkan kedua jenis data tersebut.
7 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Karakteristik Dari hasil pengujian dan perhitungan karakteristik rele MCGG 52 yang telah dilakukan, didapatkan data data sebagai berikut : Tabel 3.2 Data Uji Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 Menggunakan Perangkat Current Injector I input SI VI EI LTI I ( Is) (dtk) (dtk) (dtk) (dtk) 1, Dengan menerapkan persamaan [ 2.1 ] hingga [ 2.4 ], dilaksanakanlah perhitungan karakteristik waktu pemutusan untuk masing masing sifat inverse diantaranya : a. Persamaan [ 2.1 ] untuk Standard Inverse I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1,5 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 1,5 A,6 = 1,3 detik
8 27 I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 2 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 2A,6 = 6 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 3 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 3A,6 = 3,8 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 4 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 4A,6 = 2,9 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 5 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 5A,6 = 2,6 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 6 Ampere Time Multiply Setting :,6
9 28,14,2 6A,6 = 2,3 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 7 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 7A,6 = 2,1 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 8 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 8A,6 = 2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 9 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 9A,6 = 1,9 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1 Ampere Time Multiply Setting :,6,14,2 1A,6 = 1,8 detik
10 29 b. Persamaan [ 2.2 ] untuk Very Inverse (VI) I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1,5 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 1,5 A = 16,2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 2 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 2A = 8,1 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 3 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 3A = 4,5 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 4 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 4A = 2,7 detik
11 3 I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 5 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 5A = 2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 6 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 6A = 1,6 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 7 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 7A = 1,3 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 8 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 8A = 1,2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 9 Ampere Time Multiply Setting :,6
12 31 13,5,6 9A = 1 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1 Ampere Time Multiply Setting :,6 13,5,6 1A =,9 detik c. Persamaan [ 2.3 ] untuk Etremly Inverse (EI) I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1,5 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 1,5 A 2,6 = 38.4 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 2 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 2A 2,6 = 16 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 3 Ampere Time Multiply Setting :,6
13 32 8 3A 2,6 = 6 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 4 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 4A 2,6 = 3.2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 5 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 5A 2,6 = 2 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 6 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 6A 2,6 = 1,4 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 7 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 7A 2,6 = 1 detik
14 33 I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 8 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 8A 2,6 =,8 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 9 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 9A 2,6 =,6 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1 Ampere Time Multiply Setting :,6 8 1A 2,6 =,5 detik d. Persamaan [ 2.4 ] untuk Long Time Inverse (LTI) I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1,5 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 1,5 A = 144 detik
15 34 I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 2 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 2A = 72 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 3 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 3A = 36 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 4 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 4A = 24 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 5 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 5A = 18 detik
16 35 I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 6 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 6A = 14,4 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 7 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 7A = 12 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 8 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 8A = 1,3 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 9 Ampere Time Multiply Setting :,6 12,6 9A = 9 detik I input (dalam hal ini simulasi I hubung singkat) : 1 Ampere Time Multiply Setting :,6
17 36 12,6 1A = 8 detik Maka dengan pengumpulan hasil perhitungan disusunlah menjadi tabel data perhitungan berdasar standar sebagai berikut : Tabel 3.3 Data Perhitungan Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 I input SI VI EI LTI I ( Is) (dtk) (dtk) (dtk) (dtk) 1,
18 Metoda Pengujian Simulasi Kerja Rele MCGG 52 Pada Jaringan Distribusi Tujuan 1. Mengetahui simulasi kerja rele MCGG 52 pada jaringan distribusi tenaga listrik. 2. Mengetahui cara untuk menentukan setting rele. 3. Menganalisa performansi kerja rele terhadap setting pada simulasi kerja saat terjadi gangguan pada jaringan distribusi tenaga listrik Daftar Peralatan 1. Power supply DC 11 V. 2. Modul Praktikum Rele MCGG Modul Praktikum Trafo Arus (rasio 5/5). 4. Seperangkat Modul Praktikum Simulasi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. 5. Tang Ampere. 6. Volt Meter. 7. Stop Watch.
19 Gambar 3.7 Flowchart Uji Simulasi Gangguan Hubung Singkat Pada Jaringan Listrik 38
20 3.2.3 Rangkaian Pengujian 39
21 4
22 41
23 42
24 43
25 Langkah Kerja 1) Power supply DC diaktifkan. 2) Lalu power supply DC tersebut disetting pada nilai 11 Vdc. 3) Power supply DC kemudian dihubungkan ke terminal masukan sumber DC pada modul praktikum rele. 4) Setelah itu pengujian indikasi dilakukan dengan cara menekan tombol reset pada rele MCGG 52, jika semua lampu indikator kerja rele menyala maka rele dalam kondisi ON dan siap untuk diuji Matikan kembali sumber DC rele. 5) Kemudian dilakukan pengujian hubung singkat pada modul praktikum Simulasi Distribusi Tenaga Listrik (3 phasa, 2 phasa, 1 phasa ke tanah) sesuai dengan gambar rangkaian ujinya. 6) Setelah itu perangkat modul dirangkai sesuai dengan gambar uji gangguan hubung singkat : 3 phasa, 2 phasa, 2 phasa ke tanah, dan 1 phasa ke tanah. 7) Power supply AC kemudian di setting sebesar 2 V, lalu dihubungkan pada terminal tap primer simulasi trafo distribusi 38 V. 8) Nilai pengukuran arus gangguan hubung singkat kemudian dicatat dari 4 jenis pengujian hubung singkat yaitu hubung singkat 3 phasa, 2 phasa, 2 phasa ke tanah, dan 1 phasa ke tanah pada sisi beban. 9) Setelah didapat data hubung singkat, power supply AC ke modul praktikum simulasi distribusi dimatikan. Dari hasil pengujian dengan simulasi beban 3 buah lampu pijar 1 watt, didapatkan hasil sebagai berikut : a) Besar I nominal beban masing masing phasa saat kondisi normal adalah : Phasa R =,25 A Phasa S =,25 A Phasa T =,24 A b) Besar I hubung singkat setelah diuji adalah :
26 45 1. I hubung singkat 3 phasa yang dapat dicapai adalah sebesar : R = 1,8 A S = 9,9 A T = 9,9 A 2. I hubung singkat 2 phasa yang dapat dicapai adalah sebesar: R = 8,47 A S = 8,86 A 3. I hubung singkat 2 phasa ke tanah yang dapat dicapai adalah sebesar : R = 9,9 A S = 8,6 A 4. I hubung singkat 1 phasa ke tanah yang dapat dicapai adalah sebesar,62 A di phasa R. Setelah didapat data arus hubung singkat maka dilaksanakan langkah selanjutnya yaitu menentukan setting rele dengan cara sebagai berikut : 1. Untuk menentukan setting I s Time Delay OCR dipakai rumus [ 2.5 ] I set OCR = I ma. ( Ks/Kd ) ( Ks/Kd ) bernilai antara 1,5 1,1 pada rele jenis inverse. Sehingga : I set =,25. ( 1,1 ) I set =,275 A Jika menggunakan Iset o,275 maka akan didapat nilai sebesar,55 tetapi pada fasilitas penyetelan rele MCGG 52 tidak bisa dikondisikan sebesar,55, sehingga Iset dibulatkan menjadi,25 A. Setting arus OCR/GFR dengan tunda waktu I s I S I N = Besar setting arus rele hasil perhitungan = Nilai setting pada rele In = Arus nominal rele pada nameplate Dengan I set,25 maka = I s / In =,25 / 5 =,5
27 Gambar 3.13 Setting Is OCR (phasa R dan T) 2. Kemudian kurva karakteristik di setting pada posisi standard inverse. TRIP TEST : CURVA SI : Gambar 3.14 Setting Kurva Standard Inverse Langkah selanjutnya TMS dengan waktu tunda pemutusan,3 detik sesuai dengan ketentuan PLN untuk rele proteksi arus di sisi terdekat dengan unit trafo distribusi diset dengan persamaan [ 2.1 ] untuk karakteristik Standard Inverse :,2 Ihs3phasa / Iset,3 /,25,2 1,16 tms t k,15,14,14
28 47,25,5,5,1,2,2,4 Gambar 3.15 Setting TMS 4. Kemudian untuk I instant diset pada kondisi Gambar 3.16 Setting I instant/moment Rele 11) Setelah setting selesai, modul praktikum trafo arus dan modul praktikum rele MCGG 52 dirangkai pada simulasi jaringan distribusi untuk dilakukan uji simulasi kerja rele. 12) Simulasi gangguan hubung singkat terbesar di gangguan 3 phasa dilakukan sampai ada indikasi rele bekerja Hasil Pengujian Saat pengujian simulasi hubung singkat 3 fasa dalam sekejap rele langsung memutuskan PMT ditandai dengan lampu indikator kerja instant dan delay menyala.
29 48 Tetapi terdapat kendala untuk fungsi kerja GFR Berdasarkan standar yang juga tercantum pada persamaan [ 2.7 ], perhitungan I set (I s ) untuk GFR adalah : Iset GFR,8 Ihs 1Ø-G I fault 1 phasa ke tanah,8 I set =,62,8 I set =,496 Maka didapat =,496 / 5 =,992 dibulatkan menjadi,1 maka nilai TMS dihitung sebagai barikut : tms,2 Ihs1 phasa ground / Iset,3,62/,496,14,2,1 Sesuai dengan perhitungan TMS didapat sebesar,1, sehingga muncul kendala untuk menguji simulasi gangguan untuk fungsi GFR karena nilai setting minimum alat hanya bisa di setel pada posisi,25, sedangkan TMS hasil perhitungan didapat nilai yang lebih kecil, yaitu,1. Pengujian untuk GFR tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan alat dalam kapasitas penyetelan minimum TMS. t k,14
30 49
31 Filename: 5 BAB III Directory: D:\Laporan TA S1 Template: C:\Users\Client1\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Norma l.dotm Title: BAB I Subject: Author: trisna Keywords: Comments: Creation Date: 5/21/211 12:26: PM Change Number: 2 Last Saved On: 5/21/211 12:26: PM Last Saved By: trisna Total Editing Time: Minutes Last Printed On: 5/22/211 1:39: AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 3 Number of Words: 2,891 (appro.) Number of Characters: 16,481 (appro.)
BAB IV ANALISA. = 10,3 detik. Didapat data pengujian dengan t = 9,5 detik
49 BAB IV ANALISA 4.1. Perbandingan Data Uji dan Data Perhitungan Karateristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 Kita dapat menganalisa respon waktu pemutusan dari tiap karakteristik waktu tunda dari rele dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem distribusi tenaga listrik keberadaan perangkat proteksi merupakan hal yang penting untuk menunjang kehandalan sistem penyaluran tenaga listrik
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA DATA UJI KARAKTERISTIK DAN SETTING RELE PROTEKSI ARUS LEBIH TIPE MCGG 52
TUGAS AKHIR ANALISA DATA UJI KARAKTERISTIK DAN SETTING RELE PROTEKSI ARUS LEBIH TIPE MCGG 52 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama :
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. dengan adalah hasil penjualan modal. dengan adalah biaya pembelian modal.
LAMPIRAN 12 13 LAMPIRAN 1 Uraian Persamaan (2): Nilai Perusahaan Berdasarkan persamaan present value: 1 1 Nilai perusahaan ( ) adalah penjumlahan dari imbal hasil modal pada Periode-1 dan Periode- 2. Imbal
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI TIPE MCGG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat.
Lebih terperinciANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH
ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Lebih terperinciGround Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay
Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem proteksi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) sehingga dapat mencegah/membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, dan
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN berusaha memenuhi pemintaan daya yang meningkat dan memperbaiki Tingkat Mutu Pelayanan. Oleh karena
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM UJI KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH MCGG 53. Gilang Pramesti Rachmat
RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM UJI KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH MCGG 53 DESIGN OF OVER CURRENT RELAY MCGG 53 CHARACTERISTIC TEST MODULE Proyek Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB I PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Fungsi Relay Tegangan Lebih Tipe BE4-27/59 4.1.1 Tujuan 1. Melaksanakan praktikum pengujian fungsi relay tegangan lebih tipe BE4-27/59. 2. Mengetahui cara fungsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok mempunyai pengaruh terhadap peningkatan integritas siswa kelas XI SMA Yayasan Hidayatul
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka
Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI
BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama
Lebih terperinciAnalisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)
Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem proteksi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) sehingga dapat mencegah atau membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, dan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka kebutuhan proteksi listrik semakin di butuhkan. Begitu pula keandalan sistem tenaga listrik dari pembangkitan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAY TIPE MCGG 53.
RANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAY TIPE MCGG 53 DESIGN PROTECTION SIMULATOR OF SHORT-CIRCUIT CURRENT PHASE TO GROUND IN ELECTRICAL
Lebih terperinciAnalisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1,. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-81 Analisis Sympathetic Trip pada Ungasan dan Bali Resort, Bali Cakasana Alif Bathamantri, Rony Seto Wibowo, dan Ontoseno Penangsang Jurusan
Lebih terperinciSIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK
Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current
BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki
Lebih terperinciAnalisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma
Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 47 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN DISPENSASI
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai
Lebih terperinci14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif
Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 13 Studi Analisis Kapasitas Pengaman Kopel dalam Mensuplai Daya di Bandara Internasional Ngurah Rai Saat Hilangnya Suplai Daya Dari Gayatri atau Bandara
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)
27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciSTUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM Oleh: Andi Nur Arief Wibowo 2207 100 028 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Ir. Sjamsjul
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN
STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3
Lebih terperinciAnalisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1,. 1, (2012) 1-7 1 Analisis Sympathetic Trip pada Ungasan dan Bali Resort, Bali Cakasana Alif Bathamantri, Rony Seto Wibowo, dan Ontoseno Penangsang Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi kelistrikan yang menyentuh kehidupan sehari-hari maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan yang tak tergantikan untuk masa mendatang bagi manusia di seluruh dunia. Hal ini seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi kelistrikan
Lebih terperinciEVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU
1 EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAMPEKANBARU Hasrizal Rusymi, Dr. Ir.Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Teguh Yuwono. 2) Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Melalui pembelajaran membaca
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca di SD diselenggarakan dalam rangka pengembangan kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap warga negara agar dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak
BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom
Lebih terperinciKOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro
Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro Said Abubakar, Muhammad Kamal Hamid Staf Pengajar Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh Utara Abstrak Relay woodward tipe
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI
STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK. PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR) Disusun oleh: Kelompok 2C2 1. Apriliya Afitasari NIM 3.31.13.2.04 2. Ardyanto Suryo D NIM 3.31.13.2.05 3. Arighi
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE GANGGUAN FASA KE TANAH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER
RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE GANGGUAN FASA KE TANAH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER BUILD AND DESIGN TIME MEASUREMENT TOOL ON CHARACTERISTIC OF GROUND FAULT RELAY
Lebih terperinciPerhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X
Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh faktor internal siswa, seperti tingkat kecerdasan, kerajinan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan seorang siswa untuk dapat menguasai suatu materi pelajaran. Keberhasilan siswa selain ditentukan oleh
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando
Lebih terperinciPengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto
1 Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto Bagus Ibnu Pratama, Moch.Dhofir, dan Hery Purnomo Abstrak Proses produksi PT. Ajinomoto terhenti
Lebih terperinciAnalisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya
Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang
BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang 3.1.1. Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah
Lebih terperinciPENGUJIAN RELAI ARUS LEBIH / OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN RELAI GANGGUAN TANAH / GROUND FAULT RELAY (GFR) PADA SISTEM DISTRIBUSI 2O KV
Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN RELAI ARUS LEBIH / OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN RELAI GANGGUAN TANAH / GROUND FAULT RELAY (GFR) PADA SISTEM DISTRIBUSI 2O KV UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSMISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Integritas adalah salah satu kunci kesuksesan hidup siswa. Karena tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Integritas adalah salah satu kunci kesuksesan hidup siswa. Karena tanpa adanya integritas, siswa tidak akan sukses dalam berinteraksi dengan orang lain. Di samping
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PROTEKSI GANGGUAN ANTAR FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI SIEMENS 7SJ600
RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PROTEKSI GANGGUAN ANTAR FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI SIEMENS 7SJ600 DESIGN AND BUILD PROTECTION EXPERIMENT MODULE OF INTERPHASE FAULT ON DISTRIBUTION SYSTEM
Lebih terperinciPraktikum SISTEM PROTEKSI
Praktikum SISTEM PROTEKSI RELAY GANGGUAN TANAH Disusu Oleh : KELOMPK 6 1. Febrio Nugrah Alganiy 2. Priyanto Wicaksono 3. Selvia Kurniawanty Herlianto 4. Yopi Andesta POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2012 Relay
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir
29 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Untuk menyelesaikan Laporan akhir ini dibutuhkan data penunjang yang diperoleh dari : Tempat Penelitian : 1. PT. PLN (Persero) Gardu Induk (GI) Kraksaan 2. PT.
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR KERJA
BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Sampel 4.1.1. Pengumpulan Sampel Sampel yang digunakan berupa minuman serbuk dalam kemasan sachet yang beredar di pasar Bandung. Sampel yang digunakan diambil dari sebuah toko
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut nilai tegangan a.
Lebih terperinciSetting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota
JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah
Lebih terperinciPerencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya
Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak
Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1
Lebih terperincidalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam
6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
Lebih terperinciBAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk
BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik
Lebih terperinciA D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N. Nomor: 1048.a/BP2MPD-ULP/POKJA/VII/2013. Tanggal: 26 Juli untuk PENGADAAN ALAT KEMETROLOGIAN
A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor: 1048.a/BP2MPD-ULP/POKJA/VII/2013 Tanggal: 26 Juli 2013 untuk PENGADAAN ALAT KEMETROLOGIAN Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan: POKJA II ULP DINAS
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi koperasi menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 pasal 1 menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orangseorang atau badan hukum koperasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ii iii iv v vi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
Lebih terperinciDaftar Direktori dan Auto Submit Directory
2008 Daftar Direktori dan Auto Submit Directory Edisi Revisi 2, Luki Tantra Episods.Googlepages.com 8/10/2008 Daftar directory dan Auto submit Directory SEO (Search Engine Optimization) adalah permainan
Lebih terperinciEVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK
EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK Oleh : I Made Agus Mahardiananta Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Ir. R. Wahyudi Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan alat bantu pembersih burry(mesin burry tory) pada hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alat bantu pembersih burry(mesin burry tory) pada hasil casting merupakan hal yang biasa dilakukan di perusahan perusahan yang bergerak dalam casting almunium(al).pada
Lebih terperinciKata kunci : jaringan distribusi spindle; koordinasi proteksi; rele arus lebih
KOORDINASI PROTEKSI RELE ARUS LEBIH PADA PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE DI GI CIAWI TRAFO 1 BOGOR Femy Sanana Sanvia, Iwa Garniwa M.K. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, ABSTRAK Perubahan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal
4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi
Lebih terperinciANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN
E-Journal SPEKTRUM Vol. 4, No. 2 Desember 2017 ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN I Wayan Alit Wigunawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pada masa kini menuntut setiap orang menjadi sumber daya manusia yang lebih profesional. Salah satu upaya
Lebih terperinciKoordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv
Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 50 kv Anharul Azmi, Eddy Hamdani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 2,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam operasi produksi pada pabrik setingkat PT Semen Padang, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung singkat yang
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI TERHADAP GANGGUAN HUBUNG SINGKAT ANTAR FASA MENGGUNAKAN OCR TIPE SEPAM T20
RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI TERHADAP GANGGUAN HUBUNG SINGKAT ANTAR FASA MENGGUNAKAN OCR TIPE SEPAM T20 DESIGN PROTECTION PRACTICE MODULE OF ELECTRIC POWER DISTRIBUTION SYSTEM
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok
Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciAnalisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya
Presentasi Sidang Tugas Akhir (Genap 2010) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana
Lebih terperinciANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)
JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan penggunaan komponen
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan penggunaan komponen elektronika daya baik sebagai beban maupun sebagai alat kontrol yang mengakibatkan bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini
BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan
Lebih terperinciUji DMRT efek utama pengaruh perbandingan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan pati kentang alami terhadap kadar air bihun instan
Lampiran 1. Daftar sidik ragam kadar air, uji DMRT efek utama pengaruh perbandingan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan pati kentang alami terhadap kadar air bihun instan, uji DMRT efek utama pengaruh
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT
BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT Setelah perancangan sistem tahap selanjutnya adalah pengujian, pengujian dilakukan apakah sistem sudah berjalan sesuai dengan perencanan. Pengujian peralatan dilakukan
Lebih terperinciBERITA ACARA HASIL LELANG Nomor : 007/PPBJ/Ma /2012
PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA MAN MEJAYAN KAB. MADIUN Jl. H. Agus Salim 6B Tlpn (0351) 384 174 M A D I U N NAMA KEGIATAN SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN : 2012 BERITA ACARA HASIL LELANG Nomor : 007/PPBJ/Ma.13.19.68/2012
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6
EVALUASI KELAYAKAN KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PABRIK SEMEN DI JAWA BARAT Gisa Gumilang, Margo Pujiantara 1), dan R. Wahyudi 2). Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi dustri,
Lebih terperinciPresentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )
Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS STUDI KELAYAKAN KOORDINASI PROTEKSI SALURAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM KELISTRIKAN KERETA LISTRIK (KRL) DI
Lebih terperinciAnalisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga
Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga Fitrizawati 2, Siswanto Nurhadiyono 3 Muhammad Imron 1 1,2,3 Program Studi Teknik
Lebih terperinciLABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI Modul 4 MODUL IV ANALISA GANGGUAN
MODUL IV ANALISA GANGGUAN I. Tujuan Percobaan Mengetahui dan mengerti pengertian dan jenis-jenis gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Mengetahui dan mengerti cara penghitungan besarnya arus
Lebih terperinciBAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)
BAB V RELE ARUS LEBH (OVER CURRENT RELAY) 5.1 Pendahuluan Saluran dilindungi oleh relai arus lebih, relai jarak dan rele pilot, tergantung pada persyaratan. Relay arus lebih adalah sederhana, murah dan
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA
BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat ini terjadi sebagai akibat dari tembusnya bahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PADA PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA (PDAU)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era globalisasi ini Indonesia sedang terus melakukan perubahan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah pembangunan di sektor industri. Seiring
Lebih terperinci