BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pajak (Tax Planning). Keduanya sama-sama menggunakan cara legal. untuk mengurangi atau memperkecil beban pajak.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak bagi perusahaan merupakan suatu beban yang harus dibayar, besar kecilnya beban pajak ditetapkan berdasarkan tarif pajak. Perusahaan berusaha untuk memaksimalkan laba melalui berbagai macam efisiensi beban, termasuk beban pajak. Dalam upaya efisiensi beban pajak banyak perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Penghindaran pajak sering dikaitkan dengan perencanaan pajak (Tax Planning). Keduanya sama-sama menggunakan cara legal untuk mengurangi atau memperkecil beban pajak. Penghindaran pajak merupakan rekayasa urusan pajak (tax affairs) yang masih tetap berada dalam ketentuan perpajakan (Suandy, 2011:7). Rekayasa pada penghindaran pajak dilakukan dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan dijadikan sebagai celah untuk melakukan tindakan kecurangan atau memanipulasi data dengan tujuan untuk memperkecil laba sehingga tarif pajak menjadi lebih rendah. Menurut laporan Global Financial Integrity (GFI) tahun 2012 mencatat aliran dana haram yang dihasilkan dari penghindaran pajak dan aktivitas illegal di Indonesia yang dikirim ke luar negeri mencapai US$ 6,6 triliun sepanjang satu dekade. GFI menyebutkan Indonesia menduduki peringkat tujuh terbesar sebagai negara asal dana haram (penghindaran pajak) di seluruh dunia (bisnis.com). Dari kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa praktik penghindaran pajak yang 1

2 2 dilakukan di Indonesia sangat besar. Penghindaran pajak berdampak pada lemahnya sistem perpajakan di Indonesia yang akan mengakibatkan ketidakadilan dan berkurangnya efisiensi dari sistem perpajakan, sehingga penerimaan pajak menjadi tak capai target. Derivatif keuangan merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk mentransaksikan suatu asset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di masa depan (Brigham & Houston, 2011 : 347). Tingkat penggunaan derivatif keuangan di Indonesia telah berkembang pesat sejak pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 55 (1999) diimplementasikan oleh Murwaningsari (2011) dalam Oktavia dan Dwi (2013). Penelitian Murwaningsari (2011) dalam Oktavia dan Dwi (2013) menunjukkan bahwa volume transaksi derivatif keuangan mengalami peningkatan pesat pada tahun tersebut. Menurut Donohoe (2012), penggunaan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran pajak didorong oleh ketidakjelasan dalam peraturan perpajakan atas transaksi derivatif. Ketidakjelasan inilah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai celah untuk melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan transaksi derivatif. Dalam hal pemeriksaan pajak, aparat pajak menganggap kerugian dari derivatif spekulatif sebagai deductible expense, padahal tidak ada aturan pajak yang jelas mengenai hal tersebut. Deductible expense yaitu manipulasi laporan keuangan atas pembebanan biaya yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya (Darussalam dan Septriadi,2009 dalam Oktavia dan Dwi,2013).

3 3 Salah satu fakta mengenai transaksi derivatif ini terjadi pada kasus Asian Agri group. PT Asian Agri group telah merugikan negara sebesar Rp 1,35 T. Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen pajak ditemukan bahwa PT Asian Agri telah melanggar undang-undang ketetuan umum perpajakan karena telah menyampaikan data palsu dalam surat pemberitahuan tahunan. PT Asian Agri terbukti telah memanipulasi biaya operasional perusahaan dengan membuat kerugian derivatif saat melakukan lindung nilai ( Hedging) dengan tujuan untuk mengurangi pendapatan kena pajak. Mantan Financial controller Asian Agri grup, Vincentius Amin mengungkapkan perusahaannnya memang telah melakukan perencanaan (task meeting planning) dengan tujuan untuk memperkecil beban pajak. (Ortax.org & tempo.com, 2011). Board Of Director atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai dewan direktur merupakan pimpinan tertinggi yang mempunyai hak atas pengambilan keputusan dengan tujuan untuk keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Dyreng, et al (2010) mengatakan bahwa sulit untuk dipercaya jika seorang eksekutif puncak memilih strategi penghindaran pajak karena eksekutif biasanya bukanlah seorang ahli pajak dan tidak mungkin memahami strategi penghindaran pajak. Oleh karena itu, eksekutif tidak berwenang dalam menetapakan kegiatan pajak perusahaan seperti melakukan penekanan dalam operasional treasury, pajak dan sumber daya yang dialokasikan untuk menyewa penasihat dari luar perusahaan serta mengatur insetif kompensasi pada direktur pajak yang terlibat langsung untuk keputusan pajak perusahaan. Seorang eksekutif seharusnya lebih fokus pada sifat kompetitif dalam industrinya dan berpotensi untuk menghasilkan operasional

4 4 dalam sisi ekonomi, sehingga bisa mempengaruhi operasional perusahaan dan strategi keuangan perusahaan dengan baik. (Dyreng, et al, 2010). Budiman dan Setiyono (2012) mengatakan bahwa penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak badan (perusahaan) seringkali dilakukan melalui kebijakan yang diambil oleh para pemimpin perusahaan. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya fakta yang telah terjadi pada kasus PT GMW yang merupakan pabrik kasur di Bandung. Pelaku dalam kasus ini merupakan petinggi PT GMW sendiri yang berinisial AS sebagai pemilik dan WD sebagai direktur perusahaan. AS dan WD telah ditahan oleh kejaksaan tinggi Jawa Barat. Telah ditemukan dua hasil dari penyelidikan, yang pertama AS dan WD menyampaikan surat pemberitahuan pajak yang dimanipulasi. Akumulasi pajak yang digelapkan mencapai Rp 32 miliar. Kedua AS tidak memisahkan keuangan perusahaan dengan keuangan pribadinya. AS menggunakan rekening pribadinya untuk menampung sebagian uang pembayaran pelanggan secara sengaja supaya tidak perlu melaporkannya ke kantor pajak. (Ortax.org, 2011) Menurut Sudana (2011:22) Return On Asset (ROA) menunjukkan suatu kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Menurut Kurniasih dan Sari (2013) ROA adalah suatu indikator yang dapat mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA, maka akan semakin bagus performa perusahaan tersebut. Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan penghindaran pajak karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya sendiri. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang berarti suatu

5 5 ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2013:27), return on assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas dan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya untuk kegiatan operasi dalam menghasilkan keuntungan. Adapun fakta mengenai return on asset (ROA) yang dapat mempengaruhi pengenaan pajak terjadi dalam kasus penghindaran pajak oleh perusahaan properti Indonesia. Ditjen pajak menemukan adanya modus yang digunakan oleh perusahaan,diantaranya yang terkait dengan ROA adalah penggunaan harga dibawah harga jual sebenarnya dalam menghitung dasar pengenaan pajak (DPP), serta tidak melaporkan seluruh hasil penjualannya, seperti penjualan tanah dan bangunan. Perusahaan hanya melapor penjualan tanahnya saja. (Medanbisnis.com, 2013). Pemeriksaan pajak bertujuan untuk melaksanakan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Pasal 1 ayat 25 Undang- Undang no. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pemeriksaan itu sendiri adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

6 6 perpajakan. Tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU KUP, 2015). Di Indonesia sistem pemungutan pajaknya yaitu self assessment system. Resmi (2014 : 11) Self assesement system merupakan suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak terutangnya sendiri secara teratur sebagaimana telah telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, namun pencapaian penerimaan pajaknya masih belum optimal. Pernyataan ini dibuktikan dengan adanya laporan penerimaan pajak negara dari tahun yang belum pernah mencapai target. Pencapaian target pajak yang paling rendah terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp triliun atau hanya sebesar 91,7 % dari target triliun (Okezone.com). Dengan demikian hal ini menimbulkan keingintahuan masyarakat dan juga peneliti untuk mencari jawaban atas pokok permasalahan tersebut. Fakta mengenai pemeriksaan pajak terjadi pada kasus PT Mutiara Virgo yang bergerak di bidang pengeboran minyak dan menyewakan alat pengeboran. Dalam kasus PT Mutiara Virgo, Johny selaku direktur PT Mutiara Virgo telah melakukan suap pada Herly mantan petugas kantor pelayanan pajak palmerah dengan tujuan untuk mengurangkan beban pajaknya. Hakim anggota Sofialdi mengatakan Johny meminta Hendro untuk melobi tim pemeriksa pajak salah

7 7 satunya adalah Herly. Kemudian Herly dan Hendro sepakat mengurangi pajak PT Mutiara Virgo asal Johny bersedia membayar uang sebesar Rp 20,828 M, uang itu termasuk pembayaran pajak dan imbalan buat Herly (Merdeka.com, 2013). Dalam kasus tersebut petugas pajak telah melanggar tanggungjawabnya sebagai pemeriksa pajak karena telah bersedia untuk mengurangi beban pajak PT Mutiara Virgo dengan menerima uang suap. Akibat perbuatannya tersebut penerimaan pajak negara menjadi berkurang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu 1. Peneliti menggunakan beberapa variabel penelitian dari : 1) Oktavia & Dwi Martani (2013), Variabel yang digunakan adalah penggunaan derivatif keuangan (X1), 2) Dyreng, at all (2010), variabel yang digunakan adalah Executive (X2), namun peneliti mengubahnya menjadi board of director sesuai dengan alat ukur pada variabel ini yang dilambangkan dengan BOD (board of director). 3) Kurniasih & Maria (2013), variabel yang digunakan adalah return on assets (X3), dan 4) Wahyudi (2013), variabel yang digunakan adalah pemeriksaan pajak (X4). 2. Adanya hasil yang tidak konsisten dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2013). Dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun berdasarkan fenomena yang penulis dapat melalui sebuah sumber,

8 8 pemeriksaan pajak bisa menjadi celah bagi wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak tentunya dengan adanya campur tangan dari fiskus (petugas pajak). 3. Peneliti mengambil studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode Hal yang menarik untuk diteliti adalah karena masih sedikit penelitian tentang penggunaan derivatif keuangan, board of director, return on assets dan pemeriksaan pajak terhadap penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Derivatif Keuangan, Board Of Director, Return on Assets, dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan (Studi Empiris pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode ). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam penelitian ini, Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan). Dari sisi perusahaan pajak merupakan beban bagi perusahaan. Banyak perusahaan melakukan perencanaan pajak berupa

9 9 penghindaran pajak untuk memperkecil beban pajak bahkan ada yang sampai melakukan perencanaan pajak yang tidak masuk akal seperti memanipulasi data, sehingga berujung pada sengketa pajak. Berdasarkan dari pembahasan diatas peneliti ingin merumuskan masalah yang terkait dengan judul penelitian yaitu : 1. Apakah penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan? 2. Apakah board of director berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan? 3. Apakah return on assets (ROA) berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan? 4. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap penghindaran pajak perusahaan 2. Untuk mengetahui pengaruh board of director terhadap penghindaran pajak perusahaan 3. Untuk mengetahui pengaruh return on assets (ROA) terhadap penghindaran pajak perusahaan 4. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penghindaran pajak perusahaan

10 10 D. Kontribusi Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kontribusi Praktik atau Kebijakan 1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penambah informasi atau masukan bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berwenang mengenai penghindaran pajak serta pentingnya membayar pajak sehingga menjadikan perpajakan di Indonesia lebih optimal dalam upaya pencapaiannya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai penghindaran pajak secara legal maupun ilegal oleh perusahaan di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga berguna untuk membandingkan penelitian terdahulu dengan praktik yang telah berjalan saat ini. b. Kontribusi Akademik 1. Penelitian ini mencoba memberikan bukti empiris mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pihakpihak lain yang berkepentingan, baik sebagai referensi maupun sebagai bahan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan, baik sebagai referensi maupun sebagai bahan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.