KAJIAN AWAL DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA BELITUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN AWAL DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA BELITUNG"

Transkripsi

1 KAJIAN AWAL DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA BELITUNG Moch. Djoko Birmano (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Telp./Fax.: , ABSTRAK KAJIAN AWAL DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA BELITUNG. Pembangunan di Bangka Belitung meningkat dengan waktu dalam banyak sektor. Akan tetapi, pembangunan tersebut terhambat oleh kurangnya pasokan listrik, sehingga muncul keinginan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Bangka Belitung. Terkait dengan rencana pembangunan PLTN tersebut, sangat penting untuk mengkaji dampak ekonomi, sosial dan budaya di Bangka Belitung khususnya di daerah sekitar tapak. Dari hasil kajian disimpulkan bahwa pembangunan PLTN di Bangka Belitung akan memberikan dampak terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehubungan dengan perubahan ke industrialisasi yang lebih luas. Pembangunan PLTN akan membantu dan mendorong industrialisasi yang lebih luas sebagai dampak kecukupan listrik yang dihasilkan PLTN. Selain itu, adanya PLTN akan berdampak pada munculnya industri-industri baru untuk mendukung pembangunan dan pengoperasian PLTN. Pembangunan PLTN juga akan menyebabkan pergerakan keterkaitan antar industri, peningkatan aktivitas ekonomi, peningkatan produksi dan distribusi barang dan jasa, peningkatan dan perbaikan infrastruktur publik, dan keuntungan lain yang diterima masyarakat. Dengan adanya PLTN akan berdampak pada bertambahnya lapangan kerja, baik secara langsung akibat pembangunan dan pengoperasian PLTN, maupun tidak langsung dari munculnya industri-industri baru barang dan jasa. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat meningkatkan pendidikan masyarakat (public education) dan penerimaan masyarakat (public acceptance) terhadap rencana pembangunan PLTN di Bangka Belitung. Kata kunci: pembangunan PLTN, dampak ekonomi sosial & budaya, masyarakat Bangka Belitung ABSTRACT THE PRELIMINARY STUDY ON THE ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL IMPACT OF NPP CONSTRUCTION IN BANGKA BELITUNG. The development in Bangka Belitung has improved with time in several sectors. However, development in Bangka Belitung is obstructed by less of electricity supply. So, emerge wish to establish Nuclear Power Plant (NPP) in Bangka Belitung. In connection with the planning to establish NPP in Bangka Belitung, it is very important to study the the economic, social and cultural impact in Bangka Belitung, especially on the area surrounding the site. The NPP construction in Bangka Belitung will give impact to the life of economic, social and culture in connection with change to wider industrialization. Beside that, presence of NPP will have impact on emerging new industries for supporting NPP construction and operation. Also, NPP construction would the movement of inter-linkage industries, increasing economic activities, increasing in production and distribution of goods and service, improvement of public infrastructures, and beneficiaries received by community. The presence of NPP will increase in employment, directly as impact of NPP construction and operation, as well as indirectly from emerging new industries of goods and services. This study is expected could give information and knowledge that increase public education and public acceptance to the planning of NPP construction in Bangka Belitung. Keywords: NPP construction, impact of economic social & cultural, Bangka Belitung community ISSN

2 1. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia melalui Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa ada tiga (3) hal penting yang harus diperhatikan ketika Pemerintah ingin merealisasikan PLTN. Pertama, apakah Indonesia sanggup secara perekonomian; kedua, apakah teknologinya bisa diterima; dan terakhir, apakah masyarakat bisa menerima keberadaannya. Saat ini, hal yang membuat sulit merealisasikan PLTN adalah masyarakat yang belum mau menerima keberadaan PLTN. Padahal, menurut Hatta Rajasa, Indonesia sudah memiliki Undang-Undang (UU) untuk pembangunan PLTN dan secara keekonomian sudah sangat siap. Teknologi PLTN generasi keempat sangat aman, tinggal sekarang bagaimana mendidik masyarakat agar mau menerima PLTN. Saat ini, jika Pemerintah ingin merealisasikan PLTN, harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Selama ini masyarakat hanya mengenal nuklir itu sisi negatifnya saja, misalnya kebocoran di Chernobyl. Banyaknya penolakan terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia telah membuat Pemerintah memutuskan melihat sumber energi primer lainnya. Selama energi primer masih bisa ditemukan, Pemerintah akan melakukan eksplorasi sambil terus mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan keunggulan PLTN [1]. Pembangunan PLTN dapat dilihat sebagai proyek besar (mega proyek) yang kegunaannya terkait dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar untuk masyarakat Indonesia dalam satu segi, dan kebutuhan negara Indonesia dalam percaturan dunia pada segi yang lain. Dalam kerangka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat Indonesia sendiri, perencanaan proyek PLTN sudah tentu harus didasari oleh berbagai pertimbangan baik dalam kaitannya dengan aspek teknologi, ekonomi, tapak dan lingkungan, serta sosial dan budaya. Dalam rangka mempersiapkan perencanaan pembangunan PLTN di Bangka Belitung, dari aspek sosial & budaya, perlu dilakukan kajian yang memungkinkan terbentuknya pemahaman dan pandangan yang lebih baik terhadap pembangunan PLTN. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengkaji dampak ekonomi, sosial dan budaya di Bangka Belitung khususnya di daerah sekitar tapak. Kajian ini meliputi karakteristik masyarakat Bangka Belitung di era pembangunan, modernisasi atau industrialisasi yang dapat diterima oleh masyarakat Bangka Belitung dan dampak pembangunan PLTN terhadap aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Bangka Belitung. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat meningkatkan pendidikan masyarakat (public education) dan penerimaan masyarakat (public acceptance) terhadap rencana pembangunan PLTN di Bangka Belitung. 2. PEMBANGUNAN PLTN Pada dasarnya, pembangunan sebagaimana pembangunan PLTN adalah serangkaian upaya terencana yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembagalembaga internasional, nasional, atau lokal, yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program atau proyek, yang secara tersurat atau tersirat dimaksudkan untuk terciptanya kualitas kehidupan warga masyarakat ke arah yang lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut [2]. Namun demikian, pembangunan tidak selalu berjalan secara baik sesuai dengan perencanaan awal, dan pelaksanaan serta hasil dari pembangunan itu sendiri bisa jadi kurang memberi nilai kemanfaatan secara optimal. Dengan kata lain, pembangunan tidak selalu berdampak positif (menguntungkan) tetapi juga bisa berdampak negatif (merugikan). Hal ini bisa terjadi sebagai akibat antara lain munculnya kepentingan berbagai pihak yang secara sengaja atau tidak sengaja membelokkan arah dari pembangunan dimaksud maupun oleh karena adanya respon-respon yang bercorak negatif dari elemen-elemen masyarakat ISSN

3 oleh karena ketidakpahaman maupun kecurigaan oleh karena dalam proses-proses pembangunan itu rakyat sama sekali tidak dilibatkan. Kalau demikian halnya maka pembangunan terutama pembangunan yang memiliki dampak langsung terhadap perubahan kehidupan masyarakat banyak seperti pembangunan PLTN, dalam prosesnya perlu didialogkan untuk dicarikan titik temu dan komitmen bersama. Pembangunan PLTN ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan budaya adalah memposisikan pembangunan ke dalam kerangka upaya mempertemukan makna-makna, persepsi-persepsi dan sikap-sikap dari berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan dimaksud dengan mengedepankan nilai-nilai ekonomi, sosial dan budaya yang berlaku dan diberlakukan secara terhormat, dewasa dan manusiawi [2]. Perlakuan demikian itu sama artinya dengan memaknai fungsi atau manfaat pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bukan sebaliknya, mengabaikan nilai-nilai sosial budaya untuk dan atas nama pembangunan. Upaya peningkatan kualitas hidup ini seharusnya bukan hanya wacana, tetapi harus betul-betul diusahakan untuk terwujud dalam kenyataan, sehingga akan dicapai model pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan kesanggupan, kemampuan dan kapasitas yang proporsional untuk memunculkan perasaan turut memiliki, menjaga dan berikutnya turut merasakan manfaat dari pembangunan PLTN tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Masyarakat Bangka Belitung Daerah Provinsi Bangka Belitung terdiri dari 2 (dua) pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung, dan beberapa pulau-pulau kecil. Penduduk Pulau Bangka dan Belitung yang awalnya dihuni oleh suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjangterbentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Suku laut sendiri berasal dari beberapa pulau. Suku laut dari Pulau Belitung berlayar dan menempati daerah pantai di Malaka. Sementara mereka yang telah membaur tersebar di seluruh tanah semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Setelah waktu lama, mereka kembali dan menempati lagi Pulau Bangka Belitung. Sementara, mereka yang hidup di Kepulauan Riau berlayar ke Pulau Bangka. Suku laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan juga datang ke Pulau Bangka, selanjutnya suku Bugis, Johor, Siantan Malaya, campuran Malaya-China, dan juga China yang membaur dalam proses kulturasi dan akulturasi. Setelah itu, suku Minagkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain juga datang ke Pulau Bangka Belitung, sehingga, menjadi sebuah generasi baru Malaya Bangka Belitung. Propinsi Bangka Belitung adalah propinsi baru yang awalnya adalah bagian dari Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi Bangka Belitung adalah propinsi dengan berbagai suku agama dan ideologi. Namun demikian, seperti slogan Serumpun Sebalai (Satu Keluarga Satu Bangunan), semua entitas suku dan budaya meyakini bahwa mereka adalah satu keluarga yang hidup dalam satu bangunan. Masyarakat Pulau Bangka Belitung adalah masyarakat agamis dan mempunyai toleransi antar agama yang tinggi. Mayoritas penduduk di Bangka Belitung memeluk agama Islam (86,91%), diikuti agama Budha (7,83%), Kristen (2,70%), Katholik (2,45%) dan Hindu (0,11%) [3]. Dak Kawah Nyusah adalah sebuah slogan yang sangat akrab dan dikenal di Bangka Belitung, bahkan banyak orang mengatakan bahwa hal ini adalah karakteristik masyarakat Bangka Belitung. Dak Kawah Nyusah diartikan sebagai sifat yang dapat memilih apa hal yang harus dikerjakan dan apa hal yang tidak harus dikerjakan, atau sebuah implementasi penempatan diri pada posisi, kompetensi dan keinginan masingmasing. Dak Kawah Nyusah adalah refleksi dari sebuah kompetensi dan budaya yang cerdas, dimana masyarakatnya dapat bertindak lebih profesional, jujur, berani dan tegas ISSN

4 untuk mengatakan ya atau tidak. Dak Kawah Nyusah juga implementasi dari sifat toleran dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Slogan ini menyebabkan berbagai suku dan agama hidup harmonis, rukun, tenang dan damai. Bahkan, keharmonisan hidup masyarakat Bangka Belitung telah menjadi perhatian pada tingkat nasional, sebab penduduk pribumi dapat hidup harmonis dengan penduduk pendatang (etnis China). Dengan adanya sifat Dak Kawah Nyusah ini, masyarakat Bangka Belitung tidak ingin menanggapi semua pemikiran dan tindakan yang provokatif. Oleh sebab itu, dengan sifat Dak Kawah Nyusah ini, dalam sejarah di Bangka Belitung tidak ada krisis ekonomi dan sosial apalagi rasisme. Saat ini, dinamika yang datang dari budaya luar tidak mudah untuk merubah karakteristik masyarakat Bangka Belitung, sebab sifat ini telah terbentuk sejak brabad-abad yang lalu dan telah menjadi ketahanan budaya untuk masyarakat Bangka Belitung Dampak Pembangunan PLTN Secara Umum Pembangunan PLTN di Indonesia, sebagaimana yang direncanakan akan dibangun di Bangka Belitung, merupakan pembangunan yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat dalam arti yang sangat luas. Pembangunan PLTN ini diharapkan berdampak positif, yaitu positif bagi: - posisi Indonesia dalam percaturan kehidupan di antara negara-negara di dunia - peningkatan kemampuan dan pemanfaatan tenaga nuklir dari segi teknologi - kenyamanan lingkungan suatu negara karena ketersediaan pasokan energi (security of energy supply), dan - kemakmuran dan kesejahteraan hidup warga masyarakat terutama di daerah sekitar lokasi PLTN Pembangunan PLTN merupakan pembangunan yang strategis untuk masa depan Indonesia pada umumnya dan daerah lokasi PLTN khususnya, baik dari sisi ekonomi, sosial dan budaya. Dari sisi ekonomi, pembangunan PLTN diharapkan akan meningkatkan partisipasi industri nasional dan partisipasi daerah dalam pembangunan dan operasi PLTN sehingga akan menggerakkan industri nasional dan daerah yang akan meningkatkan ekonomi nasional dan daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan daerah khususnya. Dari sisi sosial-budaya, pembangunan PLTN diharapkan akan meningkatkan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang lebih baik sebagai akibat peningkatan kesejahteraan secara ekonomi terutama masyarakat sekitar lokasi PLTN Industri Yang Diterima Oleh Masyarakat Bangka Belitung Pada dasarnya, masyarakat Bangka Belitung akan menerima dan mendukung pembangunan PLTN sebagai salah satu industri dalam sektor kelistrikan. Mereka berpendapat bahwa pembangunan PLTN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung. Sebelumnya, masyarakat Bangka Belitung telah menerima industrialisasi, terbukti dengan banyaknya pabrik industri di Bangka Belitung. Khususnya di Kabupaten Bangka Barat sebagai salah satu calon tapak potensial PLTN, pada tahun 2008 terdapat 14 pabrik industri besar, 16 pabrik industri menengah dan 476 pabrik industri kecil. Pabrik industri terbesar di Bangka Belitung adalah pemrosesan timah, sebab timah adalah mineral yang paling banyak dieksploitasi oleh masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, juga penduduk lokal dan swasta dengan jumlah terbatas [4]. Meskipun masyarakat telah menerima industrialisasi di Pulau Bangka Belitung, akan tetapi mereka masih berpikir hati-hati industri macam apa yang dapat mereka terima. Sebagai prioritas pertama mereka memilih industri skala kecil dan menengah dan industri ISSN

5 rumahan (home industry) yang didasarkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, sementara mereka mempersiapkan dan mempelajari untuk menghadapi industri skala besar yang akan direncanakan dan dibangun di Pulau Bangka Belitung. Industri skala besar yang dianggap sangat penting untuk direncanakan dan disiapkan adalah pembangunan industri kelistrikan diantaranya PLTN. Mereka menganggap bahwa industri yang berhubungan dengan kelistrikan adalah sangat penting setelah listrik di Pulau Bangka Belitung sering mengalami pemadaman (blackout) sebagai konsekwensi dari kurangnya penyediaan listrik. Industrialisasi di Bangka Belitung membutuhkan dukungan dari luar, tetapi hal itu harus mempertimbangkan budaya dan aspirasi masyarakat lokal yang mengacu pada sistim nilai sosial dan budaya, kemampuan ekonomi dan sumberdaya manusia. Dukungan dari luar Bangka Belitung juga akan diterima dan hal ini tidak akan menimbulkan konflik dengan aspirasi masyarakat Bangka Belitung. Dukungan yang dibutuhkan dari luar bisa mencakup aspek teknologi, modal, manajemen, ekonomi, infrastruktur dan sumberdaya manusia. Adanya industri kelistrikan yang menghasilkan listrik merupakan infrastruktur penting untuk mengembangkan Pulau Bangka Belitung dan masyarakatnya. Pembangunan industri tersebut memanfaatkan teknologi tinggi dan membutuhkan dukungan modal dari luar Bangka Belitung. Adanya industri kelistrikan akan memberdayakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lokal lainnya di Pulau Bangka Belitung. Terkait dengan rencana pembangunan PLTN di Bangka Belitung sebagai salah satu industri kelistrikan, aspek sosial lainnya seharusnya diperkirakan dan dipertimbangkan. Konflik sosial biasanya muncul selama pembebasan tanah dari masyarakat ke pemilik PLTN, ada ketidakpastian terkait dengan tempat tinggal baru setelah pembebasan tanah dan mungkin konflik sosial akan muncul dari sebab-sebab lain terkait pembangunan PLTN. Pembangunan PLTN akan melibatkan sumberdaya manusia atau orang dari beberapa tingkat keahlian, dari orang tidak mempunyai keahlian sampai orang terdidik. Orang yang tidak mempunyai keahlian biasanya direkrut dari orang lokal dan mereka mendapatkan penghasilan yang rendah. Tetapi orang yang terdidik mungkin sebagian direkrut dari orang lokal dan paling banyak mereka adalah orang-orang pendatang yang akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Perbedaan penghasilan antara orang lokal dan orang pendatang ini bisa menimbulkan masalah serius yang selanjutnya akan menimbulkan konflik sosial di masyarakat Pembangunan Yang Diharapkan Masyarakat Bangka Belitung Terkait Pembangunan PLTN Pada dasarnya, seperti pembangunan di sektor lainnya di Propinsi Bangka Belitung, pembangunan PLTN diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal penting yang harus diperhatikan terkait rencana pembangunan PLTN di Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan PLTN di Bangka Belitung, terutama bertujuan untuk: - Memenuhi pasokan listrik untuk aktivitas kehidupan yang lebih baik - Meningkatkan tingkat kehidupan secara material dan spiritual - Memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kecerdasan dan keahlian mereka - Membangun masyarakat yang mampu menolong mereka sendiri dalam banyak aspek kehidupan - Menyebarkan kesempatan atau peluang pekerjaan 2. Gambaran pembangunan di Bangka Belitung - Pembangunan yang mempertimbangkan partisipasi lokal secara aktif. Sebagai contoh, dalam hal pembangunan PLTN masyarakat Bangka Belitung dilibatkan ISSN

6 secara aktif dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan pembangunan hingga pengoperasian PLTN - Pembangunan harus mengacu pada gambaran masyarakat Bangka Belitung yang jujur, terbuka, berani dan tegas untuk mengatakan ya atau tidak. Sehingga dalam sosialisasi rencana pembangunan PLTN jujur, terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi. - Pembangunan harus menjaga nilai keagamaan yang dianut masyarakat Bangka Belitung 3. Pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada sektor industri. Secara umum kondisi tanah di Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten Bangka Barat sebagai salah satu lokasi calon tapak PLTN, mempunyai derajat keasaman rata-rata di bawah 5, yang mengandung timah, dan bahan tambang lainnya seperti kuarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Dari kenyataan ini, peran sektor pertanian di Bangka Belitung tidak terlalu besar. Sebaliknya, kenyataannya peran sektor enjiniring dan industri sangat besar, terutama industri timah yang telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung, sehingga industrialisasi telah direalisasikan sejak lama di Bangka Belitung. Hal ini akan diperkuat dengan adanya industrialisasi dalam sektor kelistrikan dengan pembangunan PLTN di Bangka Belitung. 4. Pembangunan industri yang banyak menyerap tenaga kerja Pembangunan SDM di Bangka Belitung menunjukkan bahwa lulusan dari SLTA dan perguruan tinggi meningkat, artinya bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaan akan meningkat. Tetapi kesempatan mendapatkan pekerjaan terbatas dan ini artinya jumlah orang yang tidak punya pekerjaan atau pengangguran akan meningkat. Sementara itu, industri pengolahan timah yang selama ini menyerap banyak pekerjaan, semakin lama makin berkurang. Oleh sebab itu, pembangunan industri di Bangka Belitung haruslah yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Pembangunan industri kelistrikan seperti PLTN diharapkan akan banyak menyerap tenaga kerja dari berbagai disiplin ilmu dan tingkat keahlian dari mulai perencanaan, pembangunan hingga pengoperasian. Di samping itu, kecukupan listrik dari PLTN akan menjadi daya tarik para Investor untuk membangun industriindustri di Bangka Belitung, baik yang terkait dengan PLTN atau tidak, dan ini akan menciptakan lapangan kerja yang banyak. 5. Pembangunan SDM yang berkualitas Introduksi PLTN dari mulai perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian, serta peningkatan pembangunan sektor industri sebagai dampak pembangunan PLTN, akan membutuhkan banyak SDM. Pembangunan SDM harus mempertimbangkan kondisi masyarakat, keahlian dan kualitas manusia. Saat ini mayoritas penduduk Bangka Belitung tinggal di desa dan mereka bekerja di bidang penambangan dan pengolahan timah, pertanian dan perikanan (nelayan). Berdasarkan pada tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki, mereka dikelompokkan pada pendidikan tingkat rendah dan orang yang tidak mempunyai keahlian. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembangunan di sektor pendidikan untuk menciptakan SDM yang berkualitas dengan orientasi kemampuan keahlian. ISSN

7 3.5. Dampak Pembangunan PLTN di Bangka Belitung Pembangunan di Bangka Belitung akan direncanakan sebagai pembangunan terpadu di seluruh Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah daerah akan menyediakan areal untuk mengakomodasi pembangunan kawasan industri. Pembangunan industri akan membutuhkan lebih banyak energi listrik. Disamping itu, energi listrik juga dibutuhkan untuk masyarakat. Oleh karena itu, jika pembangunan yang direncanakan tersebut menjadi kenyataan, hal itu akan memunculkan dampak positif dan negatif terutama dari aspek ekonomi, sosial dan budaya terhadap masyarakat dari tingkat individu dan masyarakat Dampak ekonomi Permintaan energi listrik di masa mendatang akan meningkat sebagai intensitas aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang tinggi. Salah satu sumber energi listrik berasal dari PLTN. Proyek PLTN yang direncanakan akan dibangun di Bangka Belitung, selain untuk menyediakan energi listrik di Bangka Belitung, juga diharapkan untuk memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat dan daerah sekitar tapak maupun daerah lain. Beberapa dampak ekonomi pembangunan PLTN di Bangka Belitung diharapkan sebagai berikut: 1. Pembangunan PLTN akan membantu dan mendorong industrialisasi di daerah Bangka Belitung, khususnya untuk memenuhi permintaan energi secara terus menerus 2. Pembangunan proyek PLTN akan menyebabkan pergerakan keterkaitan antar industri maupun antar sektor secara lengkap dan menyeluruh. Dampak yang diharapkan dari pembangunan PLTN dapat dilihat dari peningkatan aktivitas industri, peningkatan produksi dan distribusi barang dan jasa, peningkatan dan perbaikan infrastruktur publik, bertambahnya lapangan kerja, dan keuntungan yang diterima masyarakat. 3. Pada tahap awal, partisipasi lokal Bangka Belitung terhadap proyek PLTN sebagian besar adalah dalam pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan akses jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, instalasi intake dan discharge, perkantoran, pemukiman, fasilitas sosial dan keagamaan, dan lain-lain. Partisipasi lokal yang rendah dalam proyek PLTN disebabkan oleh tidak tersedianya dan kecilnya kompetensi industri lokal untuk mendukung komponen-komponen proyek. Untuk mendukung sebuah proyek teknologi tinggi seperti PLTN, perlu untuk mendisain dan mengembangkan industri yang dapat menyediakan komponen-komponen yang dibutuhkan proyek pembangunan PLTN. 4. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja untuk proyek PLTN perlu dipertimbangkan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, terutama untuk kepentingan dan kebaikan tenaga kerja lokal. Dampak proyek PLTN dapat memberikan dampak terhadap daerah lain yang mempunyai keterkaitan ekonomi satu sama lain. 5. Selama tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi PLTN akan menyediakan banyak lapangan pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung Dampak sosial budaya Dampak pembangunan industri kelistrikan, ada perubahan-perubahan kesenangan hidup baik fisik ataupun non-fisik berupa kesehatan, keamanan, keselamatan, polusi yang menyebabkan perubahan cara hidup, perubahan aktivitas keagamaan dan aktivitas sosial. Pembangunan industri kelistrikan ini bisa berdampak positif ataupun negatif. Dampak positif pembangunan industri listrik adalah sebagai berikut [5] : - Peningkatan keahlian individu ISSN

8 - Peningkatan ilmu pengetahuan - Ketersediaan lapangan kerja - Perubahan pemanfaatan teknologi - Perubahan kebutuhan konsumsi, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder - Perubahan aktivitas sosial, dimana mereka biasanya bekerja pada malam hari tetapi juga bekerja pada siang hari - Mengurangi pengangguran - Perubahan kehidupan keagamaan masyarakat - Peningkatan kesejahteraan masyarakat - Ketersediaan perumahan dan transportasi terutama dekat tapak - Peningkatan harga tanah Sementara itu, dampak negatif pembangunan industri kelistrikan adalah sebagai berikut: - Timbulnya perubahan kebiasaan masyarakat, dari kerja bersama menjadi kerja individu - Didasarkan pada akses ekonomi, jika tidak ada kesamaan, akan menimbulkan konflik sosial - Adanya perpindahan manusia mendekati pembangkit yang akan menyebabkan kenaikan kepadatan penduduk yang akan menimbulkan kerawanan konflik sosial, kriminalitas dan perubahan budaya. 4. KESIMPULAN Pembangunan PLTN di Bangka Belitung akan memberikan dampak terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehubungan dengan perubahan ke industrialisasi yang lebih luas. Pembangunan PLTN akan membantu dan mendorong industrialisasi yang lebih luas sebagai dampak kecukupan listrik yang dihasilkan PLTN. Selain itu, adanya PLTN akan berdampak pada munculnya industri-industri baru untuk mendukung pembangunan dan pengoperasian PLTN. Pembangunan PLTN juga akan menyebabkan pergerakan keterkaitan antar industri, peningkatan aktivitas ekonomi, peningkatan produksi dan distribusi barang dan jasa, peningkatan dan perbaikan infrastruktur publik, dan keuntungan lain yang diterima masyarakat. Dengan adanya PLTN akan berdampak pada bertambahnya lapangan kerja, baik secara langsung akibat pembangunan dan pengoperasian PLTN, maupun tidak langsung dari munculnya industri-industri baru barang dan jasa. DAFTAR PUSTAKA [1] Suara Merdeka, Sabtu 10 Mei, 2010 [2] MUDJAHIRIN THOHIR, Kumpulan Karangan: PLTN Dalam Kajian Sosial Budaya, Semarang, 2009 [3] diakses Mei 2011 [4] BPS Kabupaten Bangka Barat, BANGKA BARAT DALAM ANGKA 2008/2009, 2008 [5] BATAN-Puslit Sosbud Lemlit Universitas Diponegoro, Studi Dampak Pembangunan PLTN di Semenanjung Muria Terhadap Sektor Ekonomi Daerah, 2004 ISSN

KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Kurnia Anzhar, Sunarko Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta kurnia_a@batan.go.id;sunarko@batan.go.id

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian. Pertama, hadirnya

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG

PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG PENGARUH KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA DAIICHI TERHADAP PENERIMAAN PLTN OLEH MASYARAKAT DI BANGKA BELITUNG Fera Wahyuningsih 1), Aldan Djalil 1), Mersyana Tri A.T. 2), Mudjiono 2) 1) Dinas Pertambangan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat

Lebih terperinci

Pontianak, 28 Juli 2008

Pontianak, 28 Juli 2008 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA SIDANG PARIPURNA DPRD PROVINSI KALIMANTAN BARAT DALAM RANGKA PENYAMPAIAN PENDAPAT AKHIR FRAKSI DI DPRD KALBAR TENTANG NASKAH RANCANGAN PERDA RPJP DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan visualisasi dari apa yang ingin dicapai oleh Kota Sorong dalam 5 (lima) tahun mendatang melalui Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk periode

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE 2016-2021 LATAR BELAKANG Periode 2016-2021 adalah bagian integral dari rangkaian aktifitas pembangunan sepanjang tahun 2010-2015.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai

Lebih terperinci

TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA ACARA SELAMAT DATANG LEMHANAS SUNGAILIAT, 2 JULI 2014

TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA ACARA SELAMAT DATANG LEMHANAS SUNGAILIAT, 2 JULI 2014 TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA ACARA SELAMAT DATANG LEMHANAS SUNGAILIAT, 2 JULI 2014 Lapis Pertama: Ketahanan Individu, menciptakan kerukunan keluarga dan akan meningkatkan kerukunan masyrakat.

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan 13.000 pulau lebih yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Indonesia juga kaya dengan potensi sumber daya manusia. Pada

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 Moch. Muchlis dan Adhi Darma Permana ABSTRACT Electricity demand will increase every year to follow population growth, prosperity improvement, and economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA (Pertimbangan Terhadap Kelayakan Pembangunannya) Tjipta Suhaemi, Napis, Sudirman FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR Oleh : HENNI SEPTA L2D 001 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM

DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM VISI & MISI PASANGAN N CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE 2017-2022 DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM VISI MEWUJUDKAN NEGERI SERUMPUN S EBALAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,

Lebih terperinci

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 SEMINAR NASIONAL SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 Periode 40 tahun ke depan bukan merupakan waktu yang panjang bagi penentuan masa depan sebuah negara dan bangsa. Berbagai keputusan

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau mempunyai Visi Pembangunan Daerah Riau untuk jangka panjang hingga tahun 2020 yang merupakan kristalisasi komitmen seluruh lapisan masyarakat Riau, Visi

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN

PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN Aditya Rizkyandi (06512075) Wahyu Tri H (06512066) Alfan Adhi B (04512068) M. Amruddin Nur Zamzam (07512116) Fathurrahman Oemar (08512162) Downtown holly wood,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk melihat pembangunan adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negeri Indonesia beberapa tahun kebelakang yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negeri Indonesia beberapa tahun kebelakang yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan pulihnya keadaan perekonomian dari krisis global yang menerpa perekonomian negeri Indonesia beberapa tahun kebelakang yang menyebabkan perubahan perubahan dalam

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)

Lebih terperinci

PUSAT DISEMINASI DAN KEMITRAAN(PDK) SURVEI JAJAK PENDAPAT IPTEK NUKLIR TAHUN 2016

PUSAT DISEMINASI DAN KEMITRAAN(PDK) SURVEI JAJAK PENDAPAT IPTEK NUKLIR TAHUN 2016 PUSAT DISEMINASI DAN KEMITRAAN(PDK) SURVEI JAJAK PENDAPAT IPTEK NUKLIR TAHUN 2016 LATAR BELAKANG Kegiatan survei merupakan implementasi evaluasi tingkat penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir yang

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pembangunan daerah seyogyanya dilakukan melalui penataan ruang secara lebih terpadu dan terarah, agar sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009 ASPEK KUALITAS PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULAWESI TENGAH (Telaah Penyusunan Kembali RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008) Wildani Pingkan Suripurna Hamzens pink_2hz@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT A. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 atau sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Energi listrik merupakan salah satu sumber daya energi yang dibutuhkan manusia untuk menompang kinerja dari seluruh aktivitas yang dilakukan. Keberlangsungan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup Pendahuluan Distribusi dan Potensi Kebijakan Penutup STRUKTUR ORGANISASI DESDM MENTERI Lampiran PERMEN ESDM Nomor : 0030 Tahun 2005 Tanggal : 20 Juli 2005 INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL ITJEN

Lebih terperinci