BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Suparman Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi ular Python reticulatus Ular Python reticulatus merupakan jenis ular tidak berbisa / non venomous yang memiliki penyebaran cukup luas. Berikut merupakan taksonomi dari ular Python reticulatus menurut ( 2013) : Kingdom : Animalia Filum : Kordata Sub-Filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Subordo : Serpentes Family : Boidae Genus : Python Spesies :Python reticulatus, Python sebae, Python regius, Python anchiate, Python breitensteini, Python brongersmai, Python morulus, Python timorensis, Python curtus, Python natalensis. Menurut ( 2013) ular Python reticulatus merupakan jenis Python yang ditemukan di Asia Tenggara. Jenis Python mempunyai 10 spesies yang penyebarannya di berbagai wilayah antara lain : Python sebae yang mempunyai daerah sebaran pada wilayah sekitar Burundia, Benin, Angola, Chad, Central African Republik, Gambia, Ghana, Guinea, Niger, Nogeria, Rwanda, Senegal, Sierra Leone, Sudan, Tanzania, Togo, Ethiopia, Gabon dan Eritrea. Python regius yang mempunyai daerah sebaran pada wilayah Guinea, Benin, Burkina Faso, Liberia, Mali, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Senegal, Gabon, Gambia, Uganda, Togo, Niger, Nigeria, dan Sierra Leone. Python reticulatus yang memilikidaerah 6 sebaran disekitar Banglades, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philpina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
2 Python anchiate yang mempunyai daerah sebaran di sekitar Angola dan Namibia. Python breitensteinimemilik daerah sebaran di sekitar Indonesia, Malaysia dan Singapura. Python brongersmaidengan daerah penyebaran di sekitar Indonesia dan Thailand. Python curtus dengan daerah distribusi di sekitar Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Python morulusyang tersebar di sekitar Bangladesh, Camboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Python natalensis dengan daerah penyebaran di sekitar Angola, Botswana, Burundi, Kongo, Kenya, Namibia, Afrika Selatan, Tanzania, dan Zambia. Python timorensismerupakan satwa endemik Indonesia hanya terdapat di Papua. Ular Python reticulatus berbentuk langsing dengan lingkar tubuh yang berotot yang cenderung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Ular Python reticulatus ini sangat bervariasi, dengan motif jaringan atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya merupakan ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, orange atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna hologram (Murphy and Henderson, 1997). Ular Python reticulatus asal Bali memiliki pola lingkaran besar berbentuk jala (reticula), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih disepanjang sisi dorsal tubuh. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada ditiap sisi kepala, melewati mata kebelakang. Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam deret, sisik-sisik ventral (perut) sebanyak buah dari bawah leher hingga ke anus, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) pasang. Perisai rostral (sisik diujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk heat sensor pits atau sensor yang peka terhadap suhu (Tweedie, 1983). Ular Python reticulatus dapat mencapai panjang 8 m hingga 15 m dengan berat kg bahkan lebih (Utah s Hogle Zoo, 2004). Ular Python reticulatus hidup di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari air seperti sungai,
3 kolam dan rawa. Ular ini membutuhkan lingkungan dengan suhu kisaran <37,8 0 C (Murphy dan Henderso, 1997; Mattison, 1999; Shine, et al. 1999). Ular Python reticulatus jantan maupun betina akan berpuasa pada musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas. Ular Python reticulatus bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini dierami pada suhu F (31-32 C) selama hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Ular betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja, begitu menetas ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam (McCurley, 1999). Ular Python reticulatus bukan jenis ular yang agresif, ular ini cenderung menunggu mangsanya hingga berada pada jarak serangan. Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuatkuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan sampai lapar kembali (Murphy and Henderson, 1997). Menurut data yang ada bahwa ternyata ular Python reticulatus dapat hidup selama 23 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran ular Python reticulatus dapat bertahan hidup 25 hingga 28 tahun. Di alam liar sangat jarang seekor ular Python reticulatus mati kerena umur yang sudah uzur, tapi lebih kepada intervensi manusia seperti perburuan, perusakan hutan dan lain sebagainya. Sehingga setelah dilakukan penelitian bahwa hanya beberapa persen saja ular Python reticulatus muda yang dapat mencapai usia dewasa (Ballard dan Cheek, 2003). Contoh gambar ular Python reticulatus Indonesia : Gb1. Python reticulatus Sumatera Gb 2.Python reticulatus Jawa
4 Gb 3. Python reticulatus Sulawesi Gb 4.Python reticulatus Maluku Gb 5. Python reticulatus NTB Gb 6.Python reticulatus NTT Gb 7. Python reticulatus Bali 1.2 Infeksi cacing pada ular Seperti kebanyakan binatang lainnya, ular juga sering terinfeksi parasit internal seperti cacing, karena memakan mangsanya yang bertindak sebagai hospes antara (Rossi dan Rossi, 1996).
5 Ular sebagai hospes definitif menyediakan habitat yang sesuai dan makanan untuk parasit,yang secara fisiologis sangat mendukung kelangsungan hidupnya. Parasit selain menghisap makanan, juga dapat menimbulkan kerusakan secara pelan-pelan terhadap hospesnya (Olsen, 1974). Beberapa parasit akan menghisap darah, parasit ini masuk kedalam pembuluh darah melalui kulit dan ketika berada pada usus parasit ini akan menghisap darah inang sehingga dapat menimbulkan anemia pada ular (Klingenberg, 2007). Menurut penelitian Bursey dan Brooks (2011), melaporkan dari 78 ekor ular berbagai spesies yang berasal dari areal konservasi Guanacaste Costa Rika, terinfeksi oleh 16 spesies cacing nematoda : Aplectana incerta, Aplectana itszocanensis, Cosmocercoides variabilis, Cruzia rudolphi, Hastospiculum onchocercum, Hexametra boddaertii, Kalicephalus costatum, Kalicephalus inermis, sublatus Kalicephalus, Macdonaldius oscheri, Ophidascaris arndti, Ophidascaris sicky, Physaloptera retusa, Skrjabinelazia intermedia, Terranova caballeroi, Travassosascaris araujoi, Abbreviata costaricae, dan larva dari spesies Porrocaecum. Hasil penelitian lain Oldberg dan Bursey (2002), dari 17 spesies ular yang diteliti di Costa Rika, ditemukan terinfeksi oleh cacing pita (Mesocestoide sp, Ophiotaenia flava dan O. Mesocestoides), cacing nematoda (Hastospiculum onchocercum, Hexametra boddaertii, Terranova caballeroi, dan larva Contracaecum sp, Ophidascaris sp, Porrocaecum sp, serta Pentastomida, nimfa dari Sebekia sp, dan larva Porrocaecum sp. Jones (2003), melaporkan dari hasil pembedahan 102 ular berbagai jenis yang berasal dari Tasmania dan kepulauan selat Bass (Australia), hanya ular yang berasal dari Tasmania yang terinfeksi oleh 13 jenis cacing diantaranya Pentastomida Waddycephalus superbus dan Waddycephalus? Sp, serta nematoda Maxvachonia brygool, M. Chabaudi, Strongyluris paronai, Moaciria sp, Paraheterotyphlum austral, Ophidascaris pyrrhus, Krisiella sp, Abbreviata antartica, trematoda Dolichoperoides macalpini dan cacing pita Oochoristica vakum lata. Penelitian koprologi terhadap 25 ular yang dipelihara di tiga herpetarium daerah Kerala (India), dilakukan oleh Radhakrishnan, et al. (2009), didapatkan 22 (88%) terinfeksi endoparasit. Berdasarkan morfologi dan morfometri telurnya, teridentifikasi Capillaria spp. 72%, Strongyle 28%, Spirurid 20%, Strongyloides/Rhabdias spp. 16%, Ascarid 12%. Ditemukan juga telur cacing pita Hymenolepis spp. sebagai pseudoparasite (parasit semu). Papini, et al. (2011) meneliti 324 feses reptil yang terdiri dari 192 feses kadal, 74 feses ular dan 58 feses penyu yang keseluruhannya tidak teramati gejala klinis. Penelitian dengan
6 metode langsung (natif) dan konsentrasi apung. Didapatkan 57,4% terinfeksi parasit saluran cerna dengan infeksi tunggal dan campuran, cacing Oxyuris 16%, Koksidia 12,3%, Flagela 9,3%, dan strongyl 6,8%. 1.3 Jenis cacing Nematoda yang menginfeksi ular Menurut Klingenberg (2007), cacing yang menginfeksi ular berasal dari filum nematelminthes kelas nematoda, genus: Rhabdias sp, Strongyloides sp, Capillaria sp, Kalicephalus sp, Oxyuris sp, dan Ophidascaris sp Genus Rhabdias sp Rhabdias sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Secernentea, Ordo Rhabditida, Family Rhabdiasidae, Genus Rhabdias (Wikipedia, 2013). Rhabdias sp memiliki siklus hidup langsung dan merupakan parasit yang umum pada ular, katak, kodok dan bunglon. Larva yang menetas dari telur bisa masuk ke hospes melalui penetrasi perkutan dan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi stadium infektif (Klingenberg, 2007). Cacing dewasa Rhabdias sp mempunyai ukurannya sangat bervariasi tergantung pada stadiumnya. Misalnya, stadium dewasanya cacing Rhabdias agkistrodonis berukuran 4,1-6,4 mm, sedangkan stadium saprophytic berukuran <1,5 mm. Variabilitas ukuran panjang dapat terjadi diantara spesies dan genusnya (Frye, 1991; Klingenberg, 2007; Rataj, et al. 2011). Cacing Rhabdias sp mengeluarkan telur atau larva di dalam paru-paru, stadium larva pertama (L1) akan bermigrasi keluar dari paru-paru melalui trakea dan menuju ke dalam rongga mulut, selanjutnya bisa keluar langsung dari rongga mulut atau tertelan kedalam saluran cerna dan akhirnya keluar bersama feses. Larva terus berkembang, berkembang mencapai stadium ketiga (L3) yang bersifat infektif. Infeksi per-os atau dengan menembus kulit (integument) (Klingenberg, 2007). Menurut Rivera, et al (2012), telur cacing Rhabdias sp berukuran sebagai berikut : panjang 108 µ dan lebar 52 µ.
7 Gambar 8.Morfologi telur cacing Rhabdias sp dengan pembesaran 100x Genus Strongyloides sp Strongyloides sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Secernentea, Ordo Rhabditida, Family Strongyloididae, Genus Strongyloides (Wikipedia, 2013). Strongyloides sp mirip dengan Rhabdias sp, namun pada genus Strongyloides sp ini gejala klinisnya lebih banyak berpredileksi pada saluran pencernaan. Strongyloides sp juga memiliki siklus hidup langsung dan ukurannya sangat bervariasi tergantung pada stadiumnya (Klingenberg, 2007). Cacing Strongyloides sp mengeluarkan telur atau larva di dalam paru-paru, stadium larva pertama (L1) akan bermigrasi keluar dari paru-paru melalui trakea dan menuju ke dalam rongga mulut, selanjutnya bisa keluar langsung dari rongga mulut atau tertelan kedalam saluran cerna dan akhirnya keluar bersama feses. Larva terus berkembang, berkembang mencapai stadium ketiga (L3) yang bersifat infektif. Infeksi dengan menembus kulit (integument) (Klingenberg, 2007). Menurut Bezjian, et al.(2008), telur Strongyloides sp berukuran panjang dengan rerata 61,5 µ dan lebar 37,2 µ. Morfologi telur Strongyloides sp selengkapnya seperti gambar 9 : Gambar 9. Morfologi telur cacing Stongyloides sp dengan pembesaran 100x Genus Capillaria sp
8 Capillaria sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Adenophorea, Subclass Enoplia, Ordo Trichurida, Family Capillariidae, Genus Capillaria (Wikipedia, 2013). Capillaria sp memiliki siklus hidup langsung, dimana dapat terinfeksi melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Capillaria sp menginfeksi saluran pencernaan bagian bawah terutama colon, tetapi juga dapat menginfeksi organ lain seperti hati dan organ reproduksi (Klingenberg, 2007). Capillaria sp tubuhnya kapiler dan memiliki mulut sederhana. Anus cacing jantan terletak terminal atau subterminal. Kadang-kadang cacing ini memiliki sebuah spikulum. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Telurnya khas dengan dua kutub polar operculum seperti colokan, umumnya tidak berembrio saat dikeluarkan (Baker, 1979; Frye, 1991; Klingenberg, 2007). Menurut Rivera, et al (2012), telur cacing Capilaria sp berukuran sebagai berikut : panjang 48 µ dan lebar 66 µ. Morfologi telur cacing Capilaria sp selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10 : Gambar 10. Morfologi telur cacing Capilaria sp dengan pembesaran 400x Genus Kalicephalus sp Kalicephalus sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Secernentea, Ordo Strongylida, Family Diaphanocephalidae, Genus Kalicephalus (Wikipedia, 2013).
9 Kalicephalus sp merupakan cacing nematoda lainnya dari superfamilia Strongyloidea. Merupakan cacing kait yang berpredeleksi di dalam saluran pencernaan ular dan jarang menginfeksi kadal. Cacing dewasa berukuran panjang 7-9 mm, siklus hidup langsung (Frye, 1991). Siklus hidup Kalicephalus sp, larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit atau mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai jantung dan selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian besar larva 3 akan tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler dan masuk ke dalam alveoli. Setelah berada di alveoli larva 3 menyilih menjadi larva 4, selanjutnya bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea, pharing dan akhirnya karena batuk larva 4 tertelan dan sampai di usus halus. Di dalam usus halus mengalami ekdisis menjadi cacing muda (Klingenberg, 2007). Menurut Klingenberg (2007), cacing ini dapat ditemukan dimana saja mulai dari esofagus sampai ke rectum pada ular dan dapat terinfeksi oleh makanan atau air yang terkontaminasi atau menetasnya larva cacing dan kemudian menginfeksi ular dengan cara menembus kulit ular. Menurut Rivera, et al (2012), telur cacing Kalicephalus sp berukuran sebagai berikut : panjang 65 µ dan lebar 42 µ. Gambar 11. Morfologi telur cacing Kalicephalus sp dengan pembesaran 100x Genus Oxyuris sp Oxyuris sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Secernenta, Subclass Spiruria, Ordo Oxyurida, Family Oxyuridae, Genus Oxyuris (Wikipedia, 2013).
10 Oxyuris sp sangat umum menginfeksi reptil terutama pada kadal dan kura-kura. Oxyurissp memiliki siklus hidup langsung dan dapat menginfeksi reptil dari makanan atau air yang terkontaminasi kotoran. Pada infeksi eksternal cacing ini ditemukan pada beberapa jenis ular salah satunya yaitu Ball Python (Klingenberg, 2007). Ukuran telur dengan panjang 100 µ dan lebar 30 µ (Riverra, et al. 2012) ` Gambar 12.Morfologi telur cacing Oxyuris sp dengan pembesaran 100x Genus Ophidascaris sp Ophidascaris sp termasuk kedalam kingdom Animalia, Phylum Nematoda, Class Secernenta, Subclass Spiruria, Ordo Ascaridida, Family Ascarididae, Genus Ophidascaris (Wikipedia, 2013). Ophiascaris sp merupakan nematoda yang sangat umum pada reptil dan mempunyai siklus hidup langsung. Ophidascaris sp berpredeleksi pada saluran pencernan dan larvanya dapat bermigrasi ke beberapa organ yang dapat menyebabkan peradangan atau lesi pada paru-paru, trakea dan daerah lainnya (Klingenberg, 2007). Telur cacing Ophidascaris sp mempunyai panjang 45 µ dan lebar 75 µ (Rivera, et al. 2012). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 13 :
11 Gambar 13. Morfologi telur cacing Ophidascaris sp dengan pembesaran 250x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH
Lebih terperinciPrevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus yang Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar
Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus yang Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar (PREVALENCE OF INFECTIONS IN WORMS NEMATODES SNAKE PYTHON RETICULATUS MAINTAINED THAT SNAKE LOVERS
Lebih terperinciAmfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
Amfibi merupakan kelompok hewan dengan fase hidup berlangsung di air dan di darat.,yang merupakan kelompok vertebrata yang pertama keluar dari kehidupan alam air. Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi
Lebih terperinci2. Strongyloides stercoralis
NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)
BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciPREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR SKRIPSI
PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Babi Babi merupakan hewan monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang memadai. Ditinjau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica
14 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Klasifikasi Landak Jawa menurut Duff dan Lawson (2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Buras atau ayam lokal 2.1.1 Asal usul ayam lokal di Indonesia Ayam lokal Indonesia merupakan ayam yang berkembang dimulai sejak proses domestikasi dimulai, sehingga ayam
Lebih terperinciSekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia
Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciCONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
Lebih terperinciN E M A T H E L M I N T H E S
N E M A T H E L M I N T H E S Nema = benang, helminthes = cacing Memiliki rongga tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral
Lebih terperinciCACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)
CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi
Lebih terperinciMAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1
MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)
BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6483.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...
Lebih terperinciPRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 87/PMK.011/2011 TENTANG : PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD)
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinciInfeksi Cacing pada Ular Kobra (Naja sputatrix) di Bali
Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No. 3 : 401-405 ISSN : 1411-8327 Infeksi Cacing pada Ular Kobra (Naja sputatrix) di Bali (WORM INFECTION ON SPITTING COBRA SNAKE (Naja Sputatrix) IN BALI) Dyah Ayu
Lebih terperinciPada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak
Lebih terperinci1 of 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan (Ascariasis dan Trichuriasis) 1. Definisi Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides dalam tubuh manusia. Spesies cacing yang
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi
Lebih terperinci7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan
Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata
Lebih terperinciDaftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.
Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan
Lebih terperinci2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T
No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta : Magnolipsida :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen
3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciTREMATODA PENDAHULUAN
TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki rambut.
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki rambut. Rambut pada sapi berbeda-beda, pada sapi yang hidup di daerah panas memiliki rambut
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengamanan Impor Barang. Kawat Besi/Baja. Bea masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan
Lebih terperinciTaenia saginata dan Taenia solium
Taenia saginata dan Taenia solium Mata kuliah Parasitologi Disusun Oleh : Fakhri Muhammad Fathul Fitriyah Ina Isna Saumi Larasati Wijayanti Sri Wahyuni Kelompok 6 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN TAKSONOMI Taenia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )
TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL
BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL II.1 Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi makhluk hidup merupakan cara pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Lebih terperinciLampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum. Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminth 1. Klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies mempunyai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera
Lebih terperinciBIOLOGI VERTEBRATA. Rizka Apriani Putri, M.Sc JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY Rizka Apriani Putri, M.Sc
BIOLOGI VERTEBRATA JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY rizka_apriani@uny.ac.id 2016 Classis : Reptilia Mata Kuliah : BIOLOGI VERTEBRATA / FMIPA UNY rizka_apriani@uny.ac.id Reptilia : Terminologi Repere (Latin :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciSWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)
Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.699, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea masuk. Impor. Benang kapas. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut
TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Klasifikasi Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut (Dropkin, 1991) : Filum Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Nematoda
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat sumber: (http://www.google.com/earth/) Lampiran 2. Data spesies dan jumlah Amfibi yang Ditemukan Pada Lokasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobius vermicularis Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut tubuh melalui makanan, udara, tanah yang akan bersarang di usus besar pada waktu malam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.) Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anjing Anjing termasuk keluarga Canidae, bersaudara dengan serigala, rubah, dan anjing rakun. Diantara semua anggota Canidae, anjing mempunyai hubungan yang paling dekat dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo berasal
Lebih terperinciPARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS
PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Yang Siklus Hidupnya Melalui Tanah 1. klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes dan mempunyai kelas Nematoda, sedangkan superfamili
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) Sumber: (a) dokumentasi pribadi; (b)
5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi, Ciri Morfologis dan Daerah Penyebaran Ikan Kuro Ikan kuro diklasifikasikan dalam filum Chordata, subfilum Vertebrata, superkelas Osteichthyes, kelas Actinopterygii,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nematoda Usus Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia, habitatnya didalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Nematoda Usus ini yang tergolong Soil
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG
Menimbang Mengingat PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00
Lebih terperinciIKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR
@ 2004 Untung Bijaksana Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor September 2004 Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng IKAN HARUAN DI PERAIRAN KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Filariasis 1. Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi 2.1.1. Taksonomi Reptil Reptilia adalah salah satu hewan bertulang belakang. Dari ordo reptilia yang dulu jumlahnya begitu banyak, kini yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciMENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAKK
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) de Wit. 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta
Lebih terperinci