GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PRODUKSI PT HSL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PRODUKSI PT HSL"

Transkripsi

1 GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PRODUKSI PT HSL Stefanus Justian Tenandidjaja Jovita Maria Ferliana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Abstract One of a competent resource that is needed by a company to survive and develop is leader. Bernard Bass stated that every leader need to have two kinds of leadership style, i.e. transformational and transactional leadership style. Based on the factual complaints that derived from PT HSL s employees especially to the leader of production division, this study want to explain the leadership style of that leader. Quantitative-descriptive used in this study. A-120 employees of division production are participated by filling a psychological instrument named Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ, α = 0,825). This study found that PT HSL s leader of production division was rated under-average either transformational or transactional leadership style (M transformational = 50,69<54; M transactional = 32,33<33). Further, 42 employees (35%) perceived the PT HSL s leader of production division poorly on both leadership styles. Keywords: leadership style, Multifactor Leadership Questionnaire, MLQ Era globalisasi ekonomi dunia menempatkan para pelaku ekonomi, terutama perusahaan-perusahaan, untuk bersaing secara profesional agar mampu bertahan bahkan berkembang. Umumnya perusahaan yang mampu menghadapi persaingan secara efektif akan berkembang menjadi perusahaan berskala besar. Untuk mencapai itu semua, salah satu kekuatan sumber daya manusia yang diperlukan ialah pemimpin (Budiharjo, 2002). Seorang pemimpin memiliki peran penting dalam menyampaikan visi dan misi perusahaan melalui komunikasi dan persuasi dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh bawahan. Peran tersebut mampu membangkitkan motivasi serta meningkatkan produktivitas kerja bawahan (Linawati, 2004). Apabila setiap bawahan bekerja secara produktif, maka perusahaan dapat ikut berjalan dengan efektif. 120

2 Di sisi lain, Anhar (2007) melihat beberapa faktor individual mempengaruhi sejauhmana produktivitas kerja seseorang diantaranya: tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, pengalaman, sikap mental, kondisi fisik, dan lain-lainnya. Yanuarti (2009) menambahkan bahwa tidak hanya faktor individual, produktivitas kerja juga dipengaruhi oleh faktor luar. Salah satu faktor luar tersebut adalah kepemimpinan. Faktor pemimpin sangat berperan penting dalam produktivitas kerja bawahan (Chandra, 2006; Yanuarti, 2009). Burn (dalam Yulk, 1998) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah arus hubungan yang berkembang dari para pemimpin secara terus-menerus dalam membangkitkan tanggapan-tanggapan motivasional para pengikut dan memodifikasi perilaku pengikut dalam menghadapi tanggapan atau perlawanan sebagai proses arus balik yang tidak pernah berhenti. Selain itu, Bass (dalam Yulk, 2007) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mengarahkan, memengaruhi, dan mengendalikan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan seperti halnya memengaruhi motivasi karyawan untuk mencapai tujuan khusus organisasi. Untuk membahas gaya kepemimpinan, penulis mengunakan teori gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Bernad Bass, hal ini dikarenakan teori tersebut merupakan teori yang komprehensif dalam membahas gaya kepemimpinan jika dibanding dengan teori-teori kepemimpinan lainnya. Selain itu teori ini telah dibuktikan, disempurnakan, dan diperkenalkan dalam konteks organisasi oleh Tondok dan Andarika (2004). Bass (dalam Yulk, 1998) mengatakan bahwa untuk mencapai suatu kepemimpinan yang efektif dan tercapainya tujuan organisasi diperlukan kombinasi dari kedua gaya kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang transformasional dan kepemimpinan yang transaksional. Menurut Bass (dalam Luthans, 2008), pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memiliki hubungan pertukaran atau timbal balik antara pemimpin dan bawahan. Timbal balik yang dimaksud ialah adanya perolehan nilai atau tawar menawar antara pemimpin dan bawahannya dalam memberikan keperluan bawahan untuk ditukar dengan keinginan pemimpin. Selain gaya kepemimpinan transaksional, dikenal pula gaya kepemimpinan trasnformasional. Bass (dalam Luthans, 2008) mengungkapkan seorang pemimpin disebut transformasional diukur dari efek kepemimpinan terhadap para pengikut. Pemimpin yang transformasional akan membangkitkan rasa percaya, kagum, setia, dan hormat dari para pengikut. 121

3 Selanjutnya, penulis mencoba mengkaji permasalahan riil yang ditemukan di lapangan, dalam hal ini adalah PT HSL. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan makanan dan minuman. Berdasar hasil observasi serta wawancara penulis kepada karyawan bagian produksi, munculah beberapa permasalahan, terutama pada bagian produksi. Berbagai keluhan datang dari karyawan yang menilai pemimpin atau kepala produksi kurang memerhatikan dan menghargai pekerja. Misalnya, pada saat kekurangan jumlah karyawan yang hadir pada bagian produksi, maka karyawan yang masuk kerja dituntut untuk bekerja ekstra dua kali lipat dari biasanya. Hal ini membuat para karyawan kelelahan, tambahan pula dalam keadaan seperti ini pemimpin tetap menuntut keharusan untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan di hari tersebut. Dalam kondisi tersebut pemimpin tidak mencoba untuk mencari solusi yang baik, melainkan terus mewajibkan untuk pencapaian target. Perihal ini memicu rasa ketidaknyamanan dari para karyawan yang mengakibatkan menurunnya kinerja karyawan bagian produksi. Hal ini terbukti dari jumlah ketidakhadiran karyawan yang hampir mencapai 35 persen di setiap bulan. Kelebihan batas ketidakhadiran juga mendatangkan sanksi tersendiri bagi karyawan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk memperoleh bagaimana gambaran gaya kepemimpinan kepala bagian produksi pada PT HSL? Penelitian ini bermanfaat dalam memberi sumbangsih pada cabang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama dalam hal kepemimpinan. Secara praktis, penelitian ini juga dapat memberi masukan kepada perusahaan mengenai gambaran pemimpin di bidang produksi. GAYA KEPEMIMPINAN Konsep kepemimpinan transaksional dan transformasional pertama kali diungkapkan oleh Burn pada tahun 1978 dalam konteks politik, yang kemudian dikembangkan oleh Bass pada tahun Pada tahun 1993, Berry dan Houston yang membawa konsep kepemimpinan dalam konteks organisasional. Burn (dalam Yulk, 1998) mendefinisikan kepemimpinan sebagai arus hubungan yang berkembang terus-menerus dari para pemimpin untuk membangkitkan tanggapantanggapan motivasional dari para pengikut dan memodifikasi perilaku pengikut dalam menghadapi tanggapan atau perlawanan, dalam sebuah proses arus dan arus balik yang tidak pernah berhenti. 122

4 Bass (dalam Yulk, 2007) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mengarahkan, mempengaruhi, dan mengendalikan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan seperti halnya mempengaruhi motivasi karyawan untuk mencapai tujuan khusus organisasi. Menurut Schein (dalam Yunasinta, 2007), gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu perilaku individu yang mampu bertindak di luar budaya untuk memulai suatu proses perubahan evolusi agar menjadi adaptif. Pandangan lain seperti dari Burn (dalam Yunasinta, 2007) mengatakan bahwa dengan adanya gaya kepemimpinan berarti pemimpin mampu mempengaruhi, memotivasi, serta membuat pengikut mampu berkontribusi demi efektivitas dan keberhasilan organisasi. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dapat disimpulkan sebagai suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi, membimbing, dan menfasilitasi aktivitas hubungan para pengikut di dalam kelompok atau organisasi. Kepemimpinan Transaksional Bass (dalam Yunasinta, 2007) mengatakan bahwa pemimpin transaksional terlihat dari hubungan antara pemimpin dan bawahan dimana terjadi pertukaran, yang mana antara pemimpin dan bawahan terjadinya timbal balik. Timbal balik yang dimaksud ialah adanya perolehan nilai atau tawar menawar antara pemimpin dan bawahannya dalam memberikan keperluan bawahan untuk ditukar dengan keinginan pemimpin. Bass (dalam Yunansinta, 2007) beserta Tondok dan Andarika (2004) mengatakan bahwa terdapat tiga hal yang dapat menjelaskan pemimpin transaksional, yaitu: a. pemimpin akan memikirkan keinginan bawahan, jika hasil kerja dari bawahan sesuai dengan kesepakatan b. pemimpin akan memberikan imbalan bagi keberhasilan bawahan sesuai dengan kesepakatan, dan c. pemimpin akan tanggap pada kepentingan bawahan selama kepentingan tersebut sebanding dengan kinerja dari bawahan. Bass (dalam Yulk, 1998) mengemukakan dua buah ciri gaya kepemimpinan transaksional sebagaimana tertera pada Tabel 1 berikut: 123

5 Tabel 1 Ciri Kepemimpian Transaksional Ciri-ciri A Imbalan kontigensi (contingent reward). B Manajemen dengan eksepsi (management by exception). Deskripsi Pemimpin menyediakan imbalan atas tindakan bawahan yang sesuai untuk memengaruhi motivasi bawahan. Active management by exception merupakan pemantauan kepada para bawahan dan tindakan-tindakan perbaikan dari pemimpin untuk memastikan bahwa pekerjaan bawahan telah dilaksanakan secara efektif. Passive management by exception terdapat contingent punishment dan tindakan-tindakan perbaikan lainnya sebagai tanggapan terhadap penyimpangan nyata dari standar kinerja yang ada. Gaya Kepemimpinan Transformasional Bass (dalam Yulk, 1998) mengusulkan sebuah teori kepemimpinan transformasional yang dibangun atas gagasan gaya kepemimpinan transaksional dari Burn. Sejauhmana seorang pemimpin dikatakan trasnformasional terutama diukur dari efek pemimpin tersebut terhadap para pengikut. Rasa percaya, kagum, setia, dan hormat tampak dari para pengikut kepada pemimpin tersebut. Para pengikut juga akan termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap dirinya. Yulk (1998) menambahkan beberapa hal yang dilakukan pemimpin transformasional yaitu: (a) membuat para pengikut lebih sadar akan pentingnya hasil-hasil suatu pekerjaan, (b) mendorong para pengikut untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri, dan (c) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan para pengikut ke tingkat yang lebih tinggi. Menurut Burn (dalam Yulk, 1998), kepemimpinan yang mentransformasi dapat dipandang baik sebagai sebuah proses mempengaruhi pada tingkat mikro antara para individu, serta sebagai sebuah proses pada tingkat makro dalam memobilisasi kekuasaan untuk mengubah sistem sosial dan memperbaiki lembaga-lembaga. Menurut Bass (dalam Yulk, 1998) terdapat empat ciri gaya kepemimpinan transformasional sebagaimana terlihat pada Tabel 2 berikut ini. 124

6 Tabel 2 Ciri Kepemimpinan Transformasional a Ciri-ciri Karismatik (Charisma) Deskripsi Pemimpin memiliki banyaknya pengaruh, mampu mengerakkan, serta membangkitkan emosi para pengikut. Pemimpin juga memiliki visi, menimbulkan rasa kebanggaan, hormat, kepercayaan, serta optimisme kepada bawahan dan tujuan bersama. b Motivasi inspirasional (Inspirational motivation) Pemimpin dapat mengartikulasi tujuan bersama serta dapat menentukan suatu pengertian mengenai apa yang dirasa penting serta apa yang dirasakan benar. Pemimpin harus dapat mengkomunikasikan visi dengan keyakinan diri. Pemimpin memperbesar optimisme dan membangkitkan motivasi bawahannya dalam melakukan pekerjaan dengan memberikan gagasan dan inspirasi untuk memanfaatkan peluang dalam situasi yang mengancam, serta menyelesaikan tugas yang beresiko tinggi dengan hasil yang memuaskan. c Stimulasi Intelektual (intellectual stimulation) Pemimpin harus mampu merangsang pengikutnya untuk kreatif dengan cara mempertanyakan asumsi, menyusun kembali pertanyaan, dan pendekatan yang digunakan terhadap situasi dengan cara baru. Melalui praktek stimulasi intelektual ini, bawahan diberi kesempatan untuk bertindak secara kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri. d Perhatian secara individual (Individualized Consideration) Pemimpin harus mampu memperlakukan bawahan secara berbedabeda sebagai pribadi yang unik yang memiliki kecakapan, kebutuhan, dan kegigihan yang berbeda satu sama lain. Pemimpin menyediakan prasarana dalam rangka pencapaian tujuan serta memberikan pekerjaan yang menantang bagi bawahan. 125

7 METODE Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian kuantitatif. Seluruh karyawan yang bekerja pada bagian produksi di PT HSL dilibatkan dalam penelitian, yakni sebanyak 120 orang. Oei (2010) mengatakan bahwa riset sumber daya manusia yanng dilakukan pada perusahaan-perusahaan kecil dengan jumlah karyawan sedikit (di bawah 200) dilakukan pada seluruh karyawan. Dengan demikian penelitian melibatkan seluruh populasi, atau sampel sama dengan populasi. Berdasar paparan di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 120 orang dengan teknik quota random sampling. Pengumpulan data mengenai gaya kepemimpinan dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang digunakan ialah Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) yang telah diadaptasi oleh Yunansinta (2007). Yunansinta hanya mengunakan 32 butir pernyataan tertutup dari 45 aitem yang terdapat di MLQ. Seluruh aitem terdiri dari: dua dimensi kepemimpinan transaksional dan empat dimensi kepemimpinan transformasional. Selanjutnya penulis melakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada 32 aitem MLQ. Alat ukur yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian. Pengukuran validitas dilakukan dengan mengkorelasikan aitem dengan jumlah total aitem pada dimensi tersebut. Selain menghitung validitas peneliti melakukan pengujian reabilitas terhadap alat ukur gaya kepemimpinan. Hasil reliabilitas keseluruhan aitem yang dipeorleh sebesar 0,818. Oleh karena masih terdapat beberapa aitem yang tidak valid dan reliabel, maka aitem-aitem tersebut dibuang. Sisa aitem yang valid dan reliabel dihitung kembali dan dipeorleh adanya kenaikan koefisien Cronbach s Alpha menjadi 0,825. Instrumen MLQ mengukur dua jenis kepemimpinan, yaitu transformasional (empat aspek dengan masing-masing lima pernyataan) dan transaksional (dua aspek dengan masing-masing enam pernyataan). Dari 12 aitem yang mengukur kepemimpinan transaksional, satu pernyataan dinyatakan tidak valid dan reliabel. Dengan demikian, kepemimpinan transaksional selanjutnya diukur hanya dengan 11 aitem. Dari 20 aitem yang mengukur kepemimpinan transformasional, dua pernyataan dinyatakan tidak valid dan reliabel. Dengan demikian, kepemimpinan transaksional selanjutnya diukur hanya dengan 18 aitem. Setelah melalui pengujian 126

8 validitas dan reliabilitas diperoleh 29 aitem MLQ yang akan digunakan dalam pengambilan data utama. Dalam tahap persiapan, langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengeksplorasi topik penelitian yaitu gaya kepemimpinan dari berbagai sumber literatur. Pada November 2010, penulis melayangkan surat ijin pelaksanaan penelitian kepada beberapa perusahaan yang sebagian besar merupakan perusahaan produksi makanan atau minuman. Pada prosesnya beberapa perusahaan ternama tidak bersedia memberikan ijin. Hingga pada akhirnya, PT HSL berkenan agar penulis melakukan penelitian mengenai gaya kepemimpinan pada bagian produksi. Hal ini didasarkan atas pertimbangan pihak perusahaan akan adanya masalah pada bagian produksi itu sendiri. Fakta ini didapatkan oleh penulis dengan melakukan wawancara awal kepada pimpinan pabrik serta pengumpulan data-data lainnya seperti hasil produksi. Setelah memperoleh ijin pelaksanaan penelitian, penulis mengujicoba alat ukur MLQ kepada pekerja di divisi produksi (metode uji coba terpakai). Hasil uji coba instrumen dilaporkan kepada pembimbing untuk memperoleh persetujuan. Pada pertengahan Juli 2011, peneliti mulai melakukan penyebaran data kepada pekerja divisi produksi di PT HSL selama empat hari. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk tidak menganggu jalanya produksi perusahaan tersebut. Wawancara singkat juga dilakukan kepada sejumlah pekerja sebagai pendukung analisa data kuantitatif. HASIL Orientasi Tempat Penelitian PT HSL berdiri pada tahun Sejak awal, perusahaan ini merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman olahan. Perusahaan ini memiliki 150 orang karyawan yang terdiri dari 120 orang karyawan bagian produksi dan 30 orang karyawan staf. Perusahaan ini memiliki tiga bagian utama, yaitu bagian keuangan, bagian umum, dan bagian pabrik. Bagian pabrik menjadi bagian yang disorot dalam penelitian ini terutama pada bagian produksi. Kepala bagian produksi PT HSL telah bekerja sejak tahun Gambar 1 berikut ini memaparkan struktur organisasi pada bagian produksi. 127

9 Gambar 1 Struktur Organisasi Bagian Produksi PT HSL Kepala Produksi Pengawas packing Pengawas cooking Operator Mesin Gambaran Subjek Penelitian ini menggunakan seluruh subjek penelitian yang berasal dari seluruh karyawan PT HSL, terutama yang berada pada divisi produksi. Populasi karyawan ialah 120 orang. Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh 59 orang diantaranya (49,2 persen) merupakan laki-laki dan sisanya yakni sebanyak 61 orang perempuan (50,8 persen). Subjek penelitian dibagi ke dalam empat kelompok usia, yaitu kurang dari 20 tahun (16 orang atau 13,3 persen), 20 sampai dengan 30 tahun (78 orang atau 65 persen), 31 sampai dengan 40 tahun (25 orang atau 20,8 persen), dan lebih dari 40 tahun (1 orang atau 0,8 persen). Adapun usia karyawan PT HSL yang paling muda ialah 17 tahun, sedangkan usia karyawan yang paling tua adalah 43 tahun. Karyawan PT HSL memiliki beragam tingkat pendidikan akhir. Tingkat pendidikan terendah adalah Sekolah Dasar (SD), sebaliknya tingkat pendidikan tertinggi karyawan adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajatnya. Sebanyak 20 orang karyawan (16,7 persen) merupakan lulusan SD, 53 karyawan merupakan lulusan SMP (44,2 persen), dan sisanya yaitu 47 orang menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMA. Selanjutnya peneliti juga mengelompokkan karyawan berdasar lama bekerja di PT HSL. Terdapat lima buah pengelompokan karyawan berdasarkan lama bekerja, yaitu karyawan yang bekerja kurang dari satu tahun, satu sampai dengan dua tahun, dua sampai dengan tiga tahun, tiga sampai dengan empat tahun, dan empat sampai 128

10 dengan lima tahun. Mayoritas karyawan telah bekerja selama dua hingga tiga tahun yaitu sebanyak 41 orang (34,2 persen). Untuk pengelompokan waktu bekerja yang paling lama yakni empat sampai dengan lima tahun ditemukan sebanyak sembilan orang karyawan. Gaya Kepemimpinan Instrumen MLQ yang digunakan dalam penelitian ini membagi gaya kepemimpinan ke dalam dua jenis, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional. Gaya Kepemimpinan Transaksional Tabel 3 Rerata Gaya Kepemimpinan Transaksional di PT HSL Ciri Kepemimpinan Mean Empirik Mean Teoritik Contingent reward Management by exception Total Sebagaimana terpapar pada Tabel 3, secara keseluruhan, rerata teoritik pada gaya kepemimpinan transaksional kepala produksi PT HSL sebesar 33 dengan rerata empiris sebesar 32,33. Hasil ini menggambarkan bahwa pemimpin bagian produksi dinilai pekerja masih cenderung di bawah rata-rata dalam kepemimpinan transaksional. Berikut hasil yang diperoleh pada masing-masing ciri kepemimpinan transaksional. 1. Contingent reward Pada dimensi ini, diperoleh nilai rerata empirik sebesar 16,35 dengan rerata teoritik sebesar 18. Hasil ini menunjukkan bahwa pekerja memersepsikan pemimpin bagian produksi di bawah rata-rata pada dimensi contingent reward. Berdasar hasil wawancara kepada beberapa pekerja, terlihat gambaran pemimpin yang tidak suka banyak berbicara. Pemimpin juga jarang sekali berkomunikasi secara langsung dengan pekerja. Pemimpin sendiri juga tidak setiap waktu terjun langsung mengontrol secara keseluruhan dan hanya lebih banyak berada pada ruangan. Pemimpin produksi mengontrol secara langsung hanya pada waktu-waktu tertentu saja, misal saat ada permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh bawahan. 129

11 2. Management by exception Pada management by exception diperoleh rerata emprik sebesar 15,96 dengan rerata teoritik sebesar 15. Hasil ini menggambarkan pekerja memersepsikan dimensi management by exception yang dimiliki oleh pemimpin bagian produksi berada di atas rata-rata. Temuan ini menjadi sama dengan hasil wawancara di lapangan. Peneliti menemukan para pekerja yang menilai pemimpin bertindak dengan cepat saat pekerja mengalami permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Misalnya ketika mesin produksi tidak berjalan dengan baik, pemimpin produksi mencoba untuk cepat mencari cara penyelesaian agar tidak terlalu menganggu produksi secara menyeluruh. Pemimpin juga akan bertindak cepat dalam hal memberikan sanksi jika bawahannya melakukan kesalahan dalam bekerja. Gaya Kepemimpinan Transformasional Tabel 4 Rerata Gaya Kepemimpinan Transformasional di PT HSL Ciri Kepemimpinan Mean Empirik Mean Teoritik Charisma Inspirational motivation Intellectual stimulation Individualized consideration Total Secara keseluruhan, rerata teoritik pada gaya kepemimpinan transformasional kepala produksi PT HSL sebesar 54 dengan rerata empiris sebesar 50,69. Hasil ini menggambarkan bahwa pemimpin bagian produksi dinilai pekerja masih cenderung di bawah rata-rata dalam kepemimpinan transformasional. Berikut hasil yang diperoleh pada masing-masing ciri kepemimpinan transformasional. 1. Charisma Rerata penilaian empirik dari para karyawan terhadap kepala produksi ialah 14,19 sedangkan rerata teoritiknya adalah 15. Hasil ini mengambarkan pekerja memersepsikan kepala produksi berada di bawah rata-rata pada dimensi charisma. Gambaran lain diperoleh penulis dari hasil wawancara, dimana pemimpin bagian produksi yaitu seseorang yang pendiam dan jarang sekali berkomunikasi tegas 130

12 terhadap kesalahan bawahan. Hal di atas memicu persepsi pekerja untuk menilai dimensi charisma yang masih di bawah rata-rata pada pemimpin. 2. Inspirational motivation Pada inspirational motivation diperoleh rerata emprik sebesar 12,36 dengan rerata teoritik sebesar 12. Hal ini menyatakan bahwa pekerja pada bagian produksi PT HSL memersepsikan dimensi inspirational motivation yang dimiliki oleh pemimpin bagian produksi di atas rata-rata. Hasil ini didukung melalui hasil wawancara, dimana beberapa bawahan mengungkapkan pemimpin sesekali pernah memberikan masukan serta dorongan pada saat karyawan melakukan kesalahan berupa teguran, kemudian memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik lagi. 3. Intelectual stimulation Pada dimensi intelectual stimulation diperoleh rerata empirik sebesar 13,09 dengan rerata teoritik sebesar 15. Hasil ini menunjukkan karyawan menilai kepala bagian produksi berada di bawah rata-rata dalam hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, pemimpin pada dasarnya tidak pernah memberikan stimulasi intelektual kepada bawahannya, baik dalam mengidentifikasi maupun mendorong pemikiran yang inovatif. Hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan pada dimensi ini bukanlah kebutuhan utama kepala produksi PT HSL. Beberapa faktor yang mendukung asumsi tersebut diantaranya: PT HSL hanya bergerak dalam lingkup pasar yang tidak terlalu besar, mayoritas karyawan bagian produksi berpendidikan akhir pada SMA, serta bawahan juga lebih dituntut untuk bekerja mengunakan tenaga dibanding pemikiran/intelektual. Semua faktor inilah mendorong munculnya gambaran pemimpin pada bagian produksi tergolong di bawah rata-rata. 4. Individual Consideration Nilai rerata empirik dimensi individual consideration diperoleh sebesar 10,28 dengan pada rerata teoritik sebesar 12. Hasil ini memperlihatkan persepsi karyawan terhadap pemimpin bagian produksi dalam hal individual consideration berada di bawah rata-rata. Hasil ini terdukung pula melalui hasil wawancara dimana bawahan mengaku pemimpin kurang memperhatikan bawahan pada saat proses produksi berjalan, terutama saat beberapa kendala terjadi pada karyawan. Sikap pemimpin dinilai kurang dalam memahami, berbagi keprihatinan kepada orang lain, serta dalam memperlakukan setiap individu unik. Beberapa hal di atas dilihat menimbulkan persepsi yang di bawah rata-rata pada kepala produksi. 131

13 Empat Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Penelitian sebelumnya berupaya untuk menggambarkan sejauhmana pandangan bawahan kepada pemimpin, bukan menentukan pada posisi mana pemimpin tersebut, seperti yang dilakukan oleh Bernad Bass (dalam Yulk, 2007). Untuk penelitian ini peneliti juga mencoba untuk mengelompokkan empat pandangan terhadap pemimpin produksi PT HSL. Pandangan tersebut ialah (a) kelompok yang melihat gaya kepemimpinan yang transaksional, (b) kelompok yang memersepsi pemimpin menggunakan gaya transformasional, (c) kelompok yang memersepsi pemimpin dengan gaya transformasional dan transaksional tinggi, (d) serta kelompok yang memersepsi pemimpin rendah pada kedua gaya kepemimpinan tersebut. Hasil yang diperoleh terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Produksi PT HSL 23.30% 16.70% 1. Transaksional Tinggi 2. Transformasional Tinggi 25% 35% 3. Transaksional dan Transformasional Tinggi 4. Transaksional dan Transformasional Rendah Wawancara dilakukan oleh penulis untuk mendukung hasil analisis kuantitatif. Untuk itu sebelum melakukan wawancara, penulis membedakan kelompok persepsi sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selanjutnya penulis mengambil tiga orang responden dari setiap kelompok secara acak untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh pada kelompok pertama (25 persen) yang memersepsi pemimpin memiliki gaya transaksional yang tinggi dikarenakan pemimpin suka memberikan imbalan kepada karyawan. Imbalan yang dimaksud biasa berupa pujian. Pemimpin juga dapat bertindak cepat dalam setiap penanganan masalah yang ada. Selain itu, pemimpin juga suka menegur jika ada pekerja yang melakukan kesalahan. Kelompok kedua (16,70 persen) yang memandang gaya transformasional tinggi pada pemimpin dikarenakan persepsi pekerja terhadap pemimpin yang terlihat 132

14 tegas, disiplin, dan pendiam. Responden di kelompok kedua ini juga melihat pemimpin dapat menjadi panutan, adanya komunikasi yang berjalan dengan baik walaupun dengan intensitas komunikasi yang sangat jarang. Pada waktu tertentu, pemimpin juga memberikan motivasi dan dorongan serta masukan yang bermanfaat bagi pekerja. Pekerja juga melihat pemimpin sebagai sosok yag kreatif dan inovatif. Kelompok ketiga (23,30 persen) yakni kelompok yang memersepsi tingginya gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional pada pemimpin. Gaya transaksional yang tinggi dilihat pada perilaku pemimpin yang suka memberikan imbalan meskipun sangat jarang. Imbalan yang diberikan tersebut berupa pujian. Hal lain pemimpin aktif untuk menegur jika pekerja melakukan kesalahan. Pemimpin juga dipersepsi bertindak cepat jika ada permasalahan baik hal kecil ataupun besar. Gaya transformasional digambarkan dengan pemimpin yangd dapat menjadi teladan dan panutan, terutama sikap pemimpin yang tegas dan disiplin. Pemimpin juga pernah sesekali memberikan semangat dan masukan kepada pekerja, terutama jika pekerja melakukan kesalahan saat bekerja. Pemimpin juga menunjukkan sikap yang sangat percaya kepada karyawan yang sudah bekerja lama. Pemimpin juga mencoba memberikan kesempatan agar pekerjanya dapat lebih berkembang lagi. Kelompok yang terakhir sekaligus kelompok yang terbanyak dalam memersepsi pemimpin rendah pada kedua gaya kepemimpinan (35 persen). Responden di kelompok ini mengaku jarang sekali melihat pemimpin memberikan imbalan, baik dalam pujian ataupun yang lain. Pemimpin hanya melakukan pengontrolan pada waktu-waktu tertentu saja, sedangkan sisanya dihabiskan di dalam ruangannya. Pemimpin digambarkan seorang yang pendiam, kelompok ini menilai komunikasi hanya berjalan jika diperlukan saja, sisanya masing-masing pekerja berjalan sesuai yang diperintahkan. Dalam hal memotivasi, kelompok ini melihat pemimpin pernah melakukannya, tetapi sangat jarang sekali. Pemimpin tergolong jarang pula dalam membantu karyawan keluar dari permasalahan yang dikerjakan. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan 42 orang karyawan (35 persen) di dalam divisi produksi memersepsi gaya kepempimpinan transaksional dan transformasional yang rendah dari pemimpinnya. Hal ini menunjukan bahwa pemimpin bagian produksi belum mencapai gaya kepemimpinan yang efektif. Seperti yang dikemukakan oleh 133

15 Bass (dalam Luthans, 2008) untuk mencapai suatu kepemimpinan yang efektif dan pencapaian tujuan dari suatu organisasi diperlukannya kombinasi dari kedua jenis kepemimpinan tersebut. Yulk (2007) menambahkan bahwa kepemimpinan transaksional merupakan proses yang menghasilkan pertukaran yang akan dapat menghasilkan kepatuhan bagi pengikut (follower), sedangkan kepemimpinan transformasional membuat pengikut merasakan kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin serta menjadikan para pengikut termotivasi untuk melakukan lebih baik daripada yang diharapkan terhadap dirinya. Di sisi lain, meskipun mayoritas pekerja memersepsi rendahya kedua gaya kepemimpinan pada pemimpin produksi, namun penelitian ini juga menemukan sebanyak 28 orang pekerja (23,3 persen) memersepsikan bahwa kepala bagian produksi memiliki kedua gaya kepemimpinan tersebut dengan baik atau tinggi. Hal ini dapat saja terjadi karena perbedaan persepsi dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi pekerja kepada pemimpin. Walaupun demikian, sesungguhnya persepsi inilah yang sebaiknya dominan dinilai oleh pekerja dari pemimpinnya, sebagaimana dijelaskan oleh Bass (dalam Yulk, 2007) dimana gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berdampingan secara positif dalam memengaruhi para pengikut. Secara rerata, penulis memperoleh temuan di mana gaya kepemimpinan kepala produksi berada di bawah rata-rata, baik pada gaya kepemimpinan transaksional maupun gaya kepemimpinan transformasional. Temuan ini seolah mengkonfirmasi keluhan-keluhan yang dijumpai di lapangan. Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan melihat penilaian karyawan pada masing-masing dimensi gaya kepemimpinan. Dari enam dimensi gaya kepemimpinan yang diukur, hanya dimensi management by exception serta inspirational motivation yang dinilai sudah cukup baik pada pemimpin. Melalui wawancara kepada pekerja diperoleh penjelasan bahwa meskipun kedua dimensi tersebut dinilai cukup baik pada pemimpin, namun kuantitas atau frekuensi kemunculan kedua dimensi tersebut hanya pada keadaan dan kondisi tertentu saja. Selain dari kedua dimensi di atas, dimensi-dimensi lainnya seperti contingent reward, charisma, intelectual stimulation, dan individual consideration berada di bawah rata-rata pada pemimpin, padahal keempat dimensi tersebut sangat berperan penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Hal ini sama dengan pengertian dari kepemimpinan itu sendiri. Dalam bahasa Inggris, pemimpin adalah LEADER, 134

16 yang mempunyai tugas untuk me-lead anggota di sekitarnya. Makna LEAD adalah 1) loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya serta memberikan loyalitasnya dalam kebaikan; 2) educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan pengetahuan pada rekan-rekannya; 3) advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada; dan 4) discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya (Kartono, 2006). Meskipun dalam pelaksanaan penelitian ini penulis telah menggunakan teknik wawancara sebagai pelengkap dari pemberian kuesioner, hanya saja penulis menyadari keterbatasan dari wawancara yang berlangsung dengan pekerja. Keterbatasan ini membuka peluang besar dilaksanakannya jenis penelitian kualitatif dengan kekuatan wawancara mendalam dalam melihat fenomena di divisi produksi PT HSL misalnya. Selain itu, pengujian instrumen MLQ belum mengacu pada standar koefisien validitas yakni sebesar 0,3. Hal ini membuka kesempatan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan pengujian ulang terhadap validitas dan reliabilitas MLQ. Pelaksanaan penelitian menggunakan perusahaan-perusahaan berskala besar juga disarankan. Penggunaan perusahaan yang lebih berskala besar memungkinkan pemilihan sampel secara acak. Metode pengambilan sampel secara acak menjamin agar sampel yang terpilih dapat mewakili seluruh populasinya (Oei, 2010). Penelitian yang mengupas mengenai gaya kepemimpinan juga dapat diperluas tidak hanya pada perusahaa produksi, melainkan pula menyentuh bidang-bidang industri dan organisasi lain seperti bank, perusahaan jasa, dan lain sebagainya. Penulis juga menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan seluruh aitem pada MLQ untuk hasil yang lebih kaya mengenai gaya kepemimpinan yakni tidak hanya menggambarkan, namun dapat menentukan secara jelas gaya kepemimpinannya. Hal ini dapat tercapai apabila peneliti selanjutnya mengunakan instrumen MLQ secara lengkap dengan mengacu pada buku manual MLQ dalam penentuan norma. Penulis menemukan adanya berbagai hal yang dapat memengaruhi gaya kepemimpinan seseorang untuk di kemudian hari dapat diteliti lebih lanjut, seperti: kepuasan kerja, motivasi kerja, tingkat produktifitas kerja, stres kerja, organizational citizenship behavior (OCB), dan lain-lain. Secara praktis, temuan dari hasil penelitian ini mungkin belumlah baik sekali dalam menilai kepemimpinan divisi produksi PT HSL, namun penulis melihat bahwa 135

17 hasil temuan ini tidak menutup kemungkinan untuk berubah di kemudian hari seiring dengan perbaikan diri yang dilakukan oleh pemimpin. Pelaksanaan pelatihan kepemimpinan juga dapat disarankan untuk memperlengkapi pemimpin lebih baik, lebih kreatif, dan lebih adaptif dalam memimpin bawahannya. DAFTAR PUSTAKA Anhar, D. (2007). Pengaruh motivasi terhadap produktifitas kerja akademik dosen pegawai negri sipil dipekerjakan (PNS DKP) pada Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin. Retrieved from Budiharjo, A. (2002). Peran strategi SDM dalam menghadapi persaingan global. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi APIO). Retrieved from Candra, K. (2006). Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan menurut persepsi karyawan bagian produksi PT Inti Mega Sol. Retrieved from Kartono, K. (2006). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: Rajawali. Luthans, F. (2008). Organizational behavior (11th ed.). New York, NY: McGraw-Hill. Linawati. (2004). Pengaruh perilaku pemimpin terhadap keyakinan bawahan pada kepemimpinan transformasional: suatu pendekatan model Syncretical. Kinerja, 8(2), Oei, I. (2010). Riset sumber daya manusia: Cara praktis mengukur stres, kepuasan kerja, komitmen, loyalitas, motivasi kerja, dan aspek-aspek kerja karyawan lainnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tondok, M.S., & Andarika, A. (2004) Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan kepuasan kerja karyawan. Psyche, 1(1), Yanuarti, W. (2009, Mei 4). Pengaruh faktor motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman tahun 2007 [Web log post]. Retrieved from Yunasinta, W. (2007). Pengaruh gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional terhadap perilaku warga organisasional di PT Yamaha Indonesia Motor MFG. Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya. Yulk, G. (1998). Kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta: Prenhallindo. 136

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap bentuk usaha baik profit maupun nonprofit memerlukan seorang pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. Kebijaksanaan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik organisasi nirlaba atau yang berorientasi laba, berkepentingan untuk memajukan organisasi terutama dalam era globalisasi saat ini dimana persaingan

Lebih terperinci

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional,..

Lebih terperinci

Ha : Ada perbedaan Job Satisfaction ditinjau dari Transformational Leadership. dan Transactional Leadership pada karyawan

Ha : Ada perbedaan Job Satisfaction ditinjau dari Transformational Leadership. dan Transactional Leadership pada karyawan E. HIPOTESIS Ha : Ada perbedaan Job Satisfaction ditinjau dari Transformational Leadership dan Transactional Leadership pada karyawan Ho : Tidak ada perbedaan Job Satisfaction ditinjau dari Transformational

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional Variabel Tergantung : Kepuasan Kerja B. Definisi Operasional 1. Kepuasan Kerja a. Secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Responden adalah karyawan tetap di PT. Bahtera Wiraniaga Internusa yang berpusat di Jakarta TImur yang berjumlah 55 orang. Terdiri dari 44 karyawan lakilaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan bukan sesuatu yang mudah. Meskipun beberapa pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya jalan seorang pemimpin senantiasa penuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Melihat judul yang telah disebutkan dalam awal bab, yakni bab satu serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa penelitian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data yang dikelompokan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai variabel penelitian, hipotesa penelitan, subjek penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah khalifah yang menjadi penguasa dan pengelola di muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana, namun sebagai seorang manusia tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Inovatif Kerja 1. Definisi Perilaku Inovatif Kerja West dan Farr (dalam West, 2006) mengatakan inovasi bisa diartikan sebagai pengenalan dan pengaplikasian ide, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mencapai suatu tujuan usaha diperlukan suatu wadah, wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang terdapat didalamnya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini kita hidup di era globalisasi, suatu era yang membuat persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing secara terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya manusia terdiri dari orang-orang yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

Kuesioner berdasarkan kepemimpinan periode yang lalu. No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju

Kuesioner berdasarkan kepemimpinan periode yang lalu. No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju 68 Lampiran 1 : Kuesioner Pra Survei Analisis Perbedaaan Kepuasan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Pada PT. Fantasi Utama Nusantara Hillpark Sibolangit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya a. Sejarah UD. Ria Jaya adalah toko yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau

Lebih terperinci

Beres Sahat Tua Naibaho

Beres Sahat Tua Naibaho 45 Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Kepala Ruangan Di RSU Kabanjahe Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Ekstensi Fakultas

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 36 4. METODE PENELITIAN 4.1. Subjek Penelitian 4.1.1. Karakteristik Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan dari PT. XYZ, sebuah perusahaan ritel yang berada di Jakarta. Sebagai sebuah

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016 Hubungan antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi pada Pegawai Kementerian Dalam Negeri RI Penulisan Ilmiah Nama : Pradina Utami NPM : 16513879 Pembimbing : Desi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menguji pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis, sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka

Lebih terperinci

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan organisasi seperti rendahnya kepuasan, tingginya tingkat stres, dan rendahnya komitmen karyawan. Al-Ababneh (2010) menyatakan bahwa, menentukan hubungan langsung antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bidang strategi dari organisasi. Manajemen sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu persaingan global dimana terjadi persaingan bebas yang tidak ada lagi batasannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menyebabkan persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis dan organisasi berjalan sangat cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang diindikasikan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR Laksmi M. Utami Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan ritel (eceran) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perokonomian suatu negara, terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu mengoptimalkan laba.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini. 26 BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Pada bab dua ini dijelaskan beberapa teori mengenai gaya kepemimpinan, budaya organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan kompetitif. Teknologi baru dan perubahan model organisasi yang cepat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan yang terjadi akhir-akhir ini telah memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif untuk mengkaji pengaruh gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. B. Subyek dan Obyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi atau perusahaan, karena segala kebijakan dan keputusan yang dibuatnya akan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ)

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ) Lampiran 1 Instrumen Kepemimpinan Transformasional (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ) Pernyataan-pernyataan dalam kuisioner merupaan pernyataan deskriptif yang memberikan gamabaran seorang pemimpin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada berbagai aspek dalam organisasi, manusia merupakan salah satu sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variable terikat (Y) : Kepuasan Kerja Karyawan. Variable bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data dan penganalisisan hasil pengolahan data maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Dimana kesimpulan ini dibuat berdasarkan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu berdiri disertai dengan suatu tujuan atau pencapaian. Guna mencapai tujuan tertentu organisasi membutuhkan beberapa faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kinerja Karyawan Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Kuesioner Penelitian Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian ini. Pengujian ini meliputi analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja Disiplin Kerja adalah suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah perusahaan. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki peran vital

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan.

BAB V PEMBAHASAN. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. BAB V PEMBAHASAN Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. Salah satunya adalah kepemimpinan. Banyak gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, diantaranya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA MENTAH DAN HASIL UJI COBA

LAMPIRAN 1 DATA MENTAH DAN HASIL UJI COBA 90 LAMPIRAN 1 DATA MENTAH DAN HASIL UJI COBA 91 HASIL UJI RELIABILITAS DAN DAYA DISKRIMINASI AITEM GAMBARAN PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Reliability Scale: ALL AITEM Case Processing

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Jalan Tamalanrea Raya No. 3 Bumi Tamalanrea Permai Makassar Telepon 0411-590591 Fax : 0411-590595 PO-BOX : 176 Yth. Dekan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan. Variabel bebas (X):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kita dapat mencermati berbagai macam organisasi, baik swasta maupun pemerintahan yang gagal atau tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utama Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT

BAB III METODE PENELITIAN. Utama Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan PT BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini membahas mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan pada PT Askes (Persero) Cabang Utama Bandung. Subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang merupakan perusahaan listrik negara yang bertugas menyediakan tenaga listrik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, organisasi birokrasi dituntut untuk dapat menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan menjelaskan organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa memiliki kebutuhan untuk berkembang, termasuk bangsa Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi, bagaimanapun corak dan bentuknya unsur manusia memegang peranan penting. Pendekatan sumber daya manusia menekankan bahwa tujuan pembangunan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi Ulas Balik (Review) 1 KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi (Leadership in Organization: Theory and Methodology Perspectives) Oleh/By Suci Wulandari Peneliti pada Puslitbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan sebagai sebuah konsep manajemen di dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan gejala sosial yanga selalu diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organizational citizenship behavior (OCB) saat ini menjadi subjek yang sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah suatu hal yang fundamental di dalam suatu organisasi. Kepemimipinan dilaksanakan untuk membangkitkan, melibatkan dan memotivasi pengikutnya (Bass & Avolio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja guru menjadi bagian kunci kesuksesan pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan proses belajar mengajar tidak dapat terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat dilepaskan dari peran pemimpinnya. Dalam suatu perusahaan, seorang pemimpin bukan semata-mata sebagai

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa PT. Bravo Satria Perkasa adalah perusahaan jasa penyedia tenaga kerja di bidang pengamanan yang bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan mulai melaksanakan reformasi birokrasi pada tahun 2011. Tujuan dari reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. justru karena kepuasan kerja dipandang dapat mempengaruhi jalannya organisasi

BAB I PENDAHULUAN. justru karena kepuasan kerja dipandang dapat mempengaruhi jalannya organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu topik yang senantiasa menarik dan dianggap penting, baik oleh ilmuwan maupun praktisi, justru karena kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan (Ambarwati, 2003). Pentingnya peran kinerja karyawan dapat dilihat dari intensitas perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha bisnis di era jaman sekarang diharuskan untuk dapat bersaing dengan pesaingnya dengan berbagai macam cara atau metode untuk dapat bertahan di masyarakat dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi penyedia jasa pendidikan yang mempunyai peran sebagai tempat untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut ini. 1. Penggunaan gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Hasil penelitian menjelaskan tentang pengaruh fungsi pementoran pada intensi keluar dengan dukungan organisasional persepsian sebagai pemediasi. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Belakangan ini, lingkunagn bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, libealisasi perdagangan, dan kemajuan teknologi informasi menciptakan realitas

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG Iis Torisa Utami,SE,MM Dosen Tetap Akademi Sekretari Universitas Budi Luhur iis.torisautami@budiluhur.ac.id

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 68 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam Bab ini peneliti akan membuat kesimpulan dalam penelitian ini, berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya. Kemudian peneliti akan membuat diskusi mengenai temuan-temuan

Lebih terperinci